Anda di halaman 1dari 26

NIM : 18072083

NO ABSEN : 16

1. MANUSIA DAN AGAMA

1.1. 1.Asal-Usul Manusia Menurut AL-Quran

Tahapan kejadian /terciptanya manusia yaitu.


 Proses kejadian manusia pertama (adam ).
 Dalam al-Quran sudah dijelaskan bahwa adam diciptakan oleh allah dari
tanah yang kering kemudian dibentuk dengan sebaik baiknya, setelah
sempurna maka allah tiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup.
 Proses kejadian manusia kedua (siti hawa).
 Pada dasarnya segala sesuatu yang di ciptakan oleh allah di dunia ini selalu
dengan
Keadaan berpasang-pasangan,demikian pula halnya dengan manusia,allah
berkehendak menciptakan lawan jenis untuk di jadikan teman hidup atau
biasa disebut sebagai Istri.
 Proses kejadian manusia ketiga (keturunan adam dan hawa).
 Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan adam dan hawa
kecuali
Nabi isa a.s dalam proses ini dapat dilihat menurut al-quran dan hadist.

Ketika berbicara tentang manusia,AL-QUR’AN menggunakan 3 istilah pokok.


 Mengunakan kata yang terdiri atas huruf ALIF,NUN,dan SIN,seperti kata
Insan,ins,naas,dan unaas.
 Menggunakan kata basyar.
 Menggunakan kata Bani Adam dan Dzurriyat Adam.

Menurut M.Quraish Shihab, kata basyar terambil dari akar kata yang bermakna
penampakan sesuatu dengan baik dan indah.dari akar kata yang sama lahir kata
basyarah yang berarti kulit.Al-Qur’an menggunakan kata basyar sebanyak 36 kali
dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna untuk menunjukan manusia
dari sudut lahirnya.dengan demikian ,kata basyar dalam AL-Qur’an menunjuk kepada
dimensi material manusia yang suka makan,tidur,minum dan jalan-jalan.dari makna
ini lantas lahir makna-makna lain yang lebih memperkaya definisi manusia.dari akar
kata basyar lahir makna bahwa proses penciptaan manusia terjadi secara bertahap
sehingga mencapai tahap kedewasaan.
Allah swt. Berfirman : Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah dia
menciptakan kamu dari tanah,kemudian kamu (menjadi)
manusia yang berkembang biak (memiliki anak) . (Q.S. ar-
Rum[30]:20)
Dan (ingatlah), ketika tuhanmu berfirman kepada para
malaikat,``sesungguhnya aku akan menciptakan seorang
manusia dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam
yang diberi bentuk,maka apabila aku telah menyempurnakan
kejadiannya,Dan telah meniupkan kedalamnya ruh ciptaanku
maka tunduk lah kamu kepadanya dan bersujud.’’ (Q.S.al-
Hijr[15]: 28-29).
Hai manusia jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan
(dari kubur),maka (ketahuilah) sesungguhnya kami telah
menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani,
segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna , agar kami
jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa
yang yang kami hendaki sampai waktu yang sudah di tentukan
(Q.S. al-hijj[22]:5).
Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami
jadikan segumpal darah,lalu segumpal dara itu kami jadikan
segumpal daging,dan segumpal daging itu kami jadikan tulang-
belulang,lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging.
Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain
maka,Maha suci-lah Allah,pencipta yang paling baik. (Q.S. al-
Mu’minuun[23]: 13-14).

1.1. 2 .Fungsi ,Tugas dan Tujuan Hidup Manusia Menurut Islam.

1) Fungsi manusia menurut islam.

a) .Fungsi Manusia Terhadap Diri Pribadi.


Manusia pribadi terdiri dari kesatuan unsur jasmani dan rohani,unsur
rohani terdiri dari cipta (akal), rasa. Fungsi manusia terhadap diri pribadi
yaitu memenui kebutuhan-kebutuhan unsur-unsur tersebut secara
menyeluruh agar kebutuhan pribadi tetap terjaga. Unsur jasmani yang
memerlukan makan dan minum, pakaian,tempat tinggal,kesehatan, dan
sebagainya dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Akal yang merupakan salah
satu segi unsur rohani kita bertabiat suka berpikir.tabiat yang suka berpikir
akan dipenuhi dengan berbagai macam ilmu pengetahuan yang berguna
bagi hidup manusia.

b) .Fungsi Manusia terhadap Masyarakat.


Firman Allah, QS. Al-hujarat:13, allah mengajarkan kepada manusia
sebagai berikut:”Hai manusia,kami telah menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang Perempuan, dan telah kami jadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya
orang paling mulia di antara kamu di hadirat allahialah orang yang paling
taqwa di antara kamu. Sesungguhnya allah maha mengetahui lagi maha
mengenal”[QS.al-hujurat: 13].
Dari ayat ini dapat diketahui bahwa manusia adalah makhluk individual,
makhluk relegius, dan makhluk sosial.”sebagai makhluk individu manusia
mempunyai dorongan untuk kepentingan pribadi.fungsi manusia terhadap
masyarakat terbangun atas dasar sifat sosial yang dimiliki manusia, yaitu
adanya kesediaan untuk selalu interaksi dengan sesamanya.Ditegaskan
dalam AL-Qur’an bahwa manusia selalu mengadakan hubungan dengan
tuhannya dan juga mengadakan hubungannya dengan sesama manusia.

c) .Fungsi Manusia Terhadap Alam dan Lingkungan


Bagaimana manusia memanfaatkan potensi alam untuk mencukupkan
kebutuhan hidup manusa. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menegaskan
bahwa segala sesuatu di langit dan di bumi dutuh kebitundukan allah pada
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia sendiri [QS.al-
jatsiyah:13].laut,sungai,matahari,bulan,siang dan malam dijadikan sebagai
sarana kemakmuran hidup manusia [QS.ibrahim: 32-34];binatang ternak
diciptakan allah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia [QS. An-nahl:
5];laut ditundukan kepada manusia sebagai sarana komunikasi dan untuk
digali dan dimanfaatkan kekayaannya [QS.fathir:12 dan an-nahl:14]
Dalam memenuhi fungsi manusia terhadap alam,hendaknya selalu
diusahakan agar keselamatan manusia tidak terganggu. Tidak
memanfaatkan potensi alam secara berlebih-lebihan,agar generasi
mendatang masih dapat menikmatinya,karena potensi alam terbatas.

d) .Fungsi Manusia terhadap allah.


Meyakini bahwa tiada tuhan yang berhak disembah melainkan allah
bertuhan kepada selain allah berarti suatu penyimpangan dari fungsi
manusia terhadap allah .bertuhan kepada allah adalah sesuai sifat dasar
manusia yaitu sifat relegius,tetapi sifat’haniel’ yang ada pada manusia
membuat manusia harus condong kebenaran yaitu mentauhidkan allah.

2) Tugas manusia menurut islam

a. Untuk beribadah menyembah kepada allah swt. Bisa dilihat pada alquran
surah adz dzariyyat ayat 56.
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah ku (Adz-Dzariyyat:56)
b. Sebagai khalifah dimuka bumi.
“sesungguhnya aku hendak menjadikan seseorang khalifah di muka
bumi’mereka berkata”mengapa engkau hendak
menjadikan(khalifah)dibumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah,padahal kami senantiasa bertsbih dan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau ?”Tuhan
berfirman”Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.”(al-baqarah:30).
c. Untuk berdakwah atau menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang mungkar.
d. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia.menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman
kepada allah.sekiranya ahli kitab beriman,tentulah itu lebih baik bagi
mereka ;diantara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik (ali-imran : 110).

3) Tujuan Hidup Manusia Menurut Islam.

Tujuan hidup manusia yaitu tercapainya kebahagiaan.sedangkan tujuan


akhirat ialah tercapainya kebahagiaan akhirat yang puncaknya dekat dengan
allah dengan cara bertemu dan melihat allah yang di dalamnya terdapat
kenikmatan kenikmatan yang menyeluruh yang tidak pernah diketahui oleh
manusia ketika di bumi.
Yang digambarkan dalm al-quran sebagai berikut;

Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka


yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata
sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan (Q.S. As-
Sajdah:[17]).
Tujuan hidup manusia itu ialah memperoleh kebahagiaan,baik itu
kebahagiaan dunia maupun kebahagiaan akhirat,sedangkan tujuan akhirnya
yaitu kebahagiaan akhirat. Kebahagiaan dunia menurut al-Ghazali hanyalah
bersifat majazi, sedangkan kebahagiaan akhirat adalah yang bersifat
hakiki.kebahagiaan akhirat hanya dapat dicapai dengan melaksanakan
persiapan yang diperlukan selama hidup di dunia.persiapan ini dilaksanakan
dengan jalan mengumpulkan bekal ketika manusia menjalani hidup di dunia
ini
1.1. 3.Tanggu jawab Manusia Sebagai Khalifah allah

Sebagai seorang khalifah, apa yang dilakukan tidak boleh hanya untuk
kepentingan diri pribadi dan tidak hanya bertanggung jawab pada diri sendiri saja.
Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama umat
manusia dan hamba Allah, serta pertanggung jawabannya pada tiga instansi, yaitu :
 Pertanggung jawaban pada diri sendiri.
 Pertanggung jawaban pada masyarakat.
 Pertanggung jawaban pada Allah.

Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat yang harus di


pertanggung jawabkan dihadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia dimuka
bumi adalah tugas kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpinan; wakil Allah di muka bumi
untuk mengelola dan memelihara alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan.Manusia
menjadi khalifah, berarti manusia memperoleh mandat Tuhan untuk mewujudkan
kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepadamanusia bersifat
kreatif, yang memungkinkan dirinya mengolah dan menggunakan apa yang ada di
muka bumi untuk kepentingan hidupnya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
oleh Allah.
Kekuasaan manusia sebagai khalifah Allah dibatasi oleh ketentuan-ketentuan
yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hukum-hukum Tuhan baik yang
tertulis dalam kitab suci (al-qaul), maupun yang tersirat dalamkandungan pada setiap
gejala alam semesta (al-kaun).
Seorang wakil yangmelanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil
yang mengingkarikedudukan dan peranannya serta mengkhianati kepercayaan yang
diwakilinya.Oleh karena itu dia diminta pertanggungjawaban terhadap
penggunaankewenangannya dihadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah
dalamsurat fathir : 39.
Artinya : “Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa
yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-
orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi
Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan
menambah kerugian mereka belaka”.
Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua peranan
penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat.
Pertama, memakmurkan bumi (al ‘imarah).
Yakni dengan mengexploitasi alam dengan sebaik-baiknya dengan adil dan merata
dengan tetap menjaga kekayaan agar tidak punah, supaya generasi berikutnya dapat
melanjutkan exploitasi itu.

Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang dari pihak
manapun (ar ri’ayah).
Melihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak
manusianya sebagai SDM (sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan
jahiliyah, yaitu merusak dan menghancurkan alam demi kepentingan sesaat. Karena
sumber daya manusia yang rusak akan sangat potensial merusak alam. Oleh karena
itu, hal semacam itu perlu dihindari.

Dua peran yang dipegang manusia dimuka bumi, sebagai khalifah dan‘abdun merupakan
keterpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika hidup yang sarat dengan
kreatifitas dan amaliyah yang selalu berpihak pada nilai-nilai kebenaran.
Dua sisi tugas dan tanggungjawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa.
Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan
derajat manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah,
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia, dalam bentuk yang sebaik-baiknya." –
(QS.95:4)

1.1. 4.Klasifikasi agama


Cukup banyak agama yang ada di dunia ini, sekedar menyebut contoh agama
Sinto, Kong Hu Cu, Bahai, Budha, Katolik, Protestan, Hindu, Islam dan lain-lainnya.
Namun dari sekian banyak agama ini oleh para ahli diklasifikasikan ke dalam dua
golongan (berdasar tolok ukur tertentu). Salah satu tolok ukur yang dapat dipergunakan
adalah asal (sumber) ajaran agama. Menurut sumber ajaran suatu agama, agama-
agama tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1.Agama Wahyu (revealed religion), juga disebut agama samawi, agama langit.
2.Agama Ra°yu (cultural religion/natural religion) agama ardhi, agama
bumi,kadang disebut agama budaya dan agama alam.
Agama wahyu adalah agama yang ajarannya diwahyukan oleh Allah (Tuhan) kepada
ummat manusia melalui Rasul-Nya. Sedangkan agama ra'yu adalah agama yang
ajaran-ajarannya diciptakan oleh manusia sendiri, tidak diwahyukan oleh Allah melalui
Rasul-Nya. Berikut ini akan dibedakan ciri masing-masing agama di atas ;
Ciri Agama Wahyu/Samawi/Langit :
i. Agama wahyu dapat dipastikan kelahirannya;
ii. Disampaikan melalui utusan atau Rasul Allah yang bertugas menyampaikan dan
menjelaskan lebih lanjut wahyu yang diterimanya dengan berbagai cara dan dan
upaya;
iii. Memiliki kitab suci yang keotentikannya bertahan tetap;
iv. Sistem merasa dan berfikimya tidak inheren dengan sistem merasa dan berfikir tiap
segi kehidupan masyarakat, malahan menuntut supaya sistem merasa dan berfikir
mengabdikan diri kepada agama;
v. Ajarannya serba tetap, tetapi tafsiran dan pandangannya dapat berubah dengan
perubahan akal;
vi. Konsep ketuhanannya monoteisme mutlak;
vii. Kebenaran prinsip-prinsip ajarannya tahan terhadap kritik akal; mengenai alam nyata
dalam perjalanan ilmu satu demi satu terbukti kebenarannya, mengenai alam ghaib
dapat diterima oleh akal.
viii. Sistem nilai ditentukan oleh Allah sendiri yang diselaraskan dengan ukuran dan
hakekat kemanusiaan.
ix. Melalui agama Wahyu Allah memberi petunjuk, pedoman, tuntunan dan peringatan
kepada manusia dalam pembentukan insan kamil (sempuma) yang bersih dari dosa.

Ciri agama Ra”yu/Ardhi/Bumi/Budaya:


i. Agama ra'yu tidak dapat dipastikan kelahirannya.
ii. Tidak mengenal utusan atau Rasul Allah.
iii. Yang mengajarkan agama budaya adalah filsof atau pendiri agama tersebut.
iv. Tidak memiliki kitab suci.
v. Sekalipun memiliki kitab suci Sistem merasa dan berfikirnya inheren dengan sistem
merasa dan berfikir tiap segi kehidupan.
vi. Ajarannya berubah seiring perubahan masyarakat yang menganut, atau oleh
filosofnya.
vii. Konsep ketuhanannya dinamisme, animisma, poleteisme paling tinggi monoteisme
nisbi.
viii. Kebenaran prinsip ajarannya tak tahan terhadap kritik akal, mengenai alam nyata
satu satu ketika dibuktikan keliru oleh ilmu dalam perkembangannya, mengenai alam
ghaib tak termakan oleh akal (Sidi Ghazalba; 1975; 49~53).
ix. Nilai agama ditentuakan oleh manusia sesuai dengan cita-cita, pengalaman dan
penghayatan masyarakat penganutnya.

1.1. 5.Konsep agama dalam islam.


Pengertian Islam
Agama Islam dalam istilah Arab disebut Dinul Islam. Kata Dinul Islam
tersusun dari dua kata yakni Din dan Islam.Arti kata din baik secara etimologis
maupun terminologis sudah dijelaskan di depan. Sedangkan kata ‘Islam’ secara
etimologis berasal dari akar kata kerja ‘salima’ yang berarti selamat, damai, dan
sejahtera, lalu muncul kata ‘salam’ dan ‘salamah’. Dari ‘salima’ muncul kata
‘aslama’ yang artinya menyelamatkan, mendamaikan, dan mensejahterakan. Kata
‘aslama’ juga berarti menyerah, tunduk, atau patuh. Dari kata ‘salima’ juga muncul
beberapa kata turunan yang lain, di antaranya adalah kata ‘salam’ dan ‘salamah’
artinya keselamatan, kedamaian, kesejahteraan, dan penghormatan, ‘taslim’
artinya penyerahan, penerimaan, dan pengakuan, ‘silm’ artinya yang berdamai,
damai, ‘salam’ artinya kedamaian, ketenteraman, dan hormat, ‘sullam’ artinya
tangga, ‘istislam’ artinya ketundukan, penyerahan diri, serta ‘muslim’ dan
‘muslimah’ artinya orang yang beragama Islam laki-laki atau perempuan
(Munawwir, 1997: 654-656).
Makna penyerahan terlihat dan terbukti pada alam semesta. Secara langsung
maupun tidak langsung alam semesta adalah islam, dalam arti kata alam semesta
menyerahkan diri kepada Sunnatullah atau ‘hukum alam’, seperti matahari terbit
dari timur dan terbenam di barat yang berlaku sepanjang zaman karena dia
menyerah (islam) kepada sunatullah yang telah ditetapkan oleh Allah Swt.
Ditegaskan dalam al-Quran
Artinya: “Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah,
padahal kepada-Nyalah (mereka) menyerah diri, segala apa yang (ada) di langit
dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa. Dan hanya kepada Allahlah
mereka kembali (mati).” (QS. Ali ‘Imran [3]: 83).
Dengan demikian Islam mengandung pengertian serangkaian peraturan yang
didasarkan pada wahyu yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada para nabi/rasul
untuk ditaati dalam rangka memelihara keselamatan, kesejahteraan, dan
perdamaian bagi umat manusia yang termaktub dalam kitab suci. Islam
merupakan satu-satunya agama yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada manusia
melalui para nabi/rasul-Nya mulai dari Nabi Adam a.s. hingga Nabi Muhammad
saw. Inti ajaran Islam yang dibawa oleh para nabi ini adalah satu, yaitu tauhid,
yakni mengesakan Allah atau menuhankan Allah yang Esa. Tidak ada satu pun di
antara para nabi Allah yang mengajarkan prinsip ketuhanan yang bertentangan
dengan tauhid.

Sebagai agama terakhir, Islam (din al-Islam) memiliki kedudukan yang istimewa
dari agama samawi sebelumnya, yaitu:
1. Penyempurna dari agama samawiyah sebelum Nabi Muhammad saw.
yang terbatas oleh ruang dan waktu serta pengikut tertentu. Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad saw. bersifat universal tanpa terbatas oleh
ruang dan waktu, untuk siapa saja, kapan saja dan di manapun manusia
berada.
2. Islam mengontrol ajaran-ajaran pokok dari agama samawi yang ada
sekarang ini. Agama samawi yang masih ada hingga sekarang (Yahudi
dan Nasrani) sudah mengalami perubahan yang cukup berarti, terutama
menyangkut konsep ketuhanannya
3. Islam mengakui semua para nabi/rasul terdahulu sebelum Nabi
Muhammad tanpa membedakan satu sama lain karena ajarannya sama,
yaitu tauhid. Yang membedakan di antara mereka adalah dalam hal
pelaksanaan hukum (syariah)
Dasar-Dasar islam dibagi 4 yaitu;
1) Islam adalah agama yang benar di sisi Allah.
bahwa Islam merupakan satu-satunya agama yang diakui kebenarannya
oleh Allah. Allah hanya menurunkan satu agama kepada umat manusia
sejak zaman Nabi Adam a.s. hingga Nabi Muhammad saw., karena itulah
maka Allah hanya mengakui Islam sebagai agama yang benar.
2) Agama selain Islam tidak akan diterima di sisi Allah.
bahwa Allah tidak akan menerima seseorang yang memeluk agama selain
Islam, seperti Kristen, Hindu, Buddha, dan lain-lainnya. Semua yang
dilakukan oleh penganut agama selain Islam dalam rangka pengamalan
agamanya akan sia-sia, karena tidak akan diperhitungkan oleh Allah
sebagai amal baiknya.
3) Islam adalah agama yang sempurna.
bahwa Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah agama
yang paling sempurna, karena ajarannya meliputi semua ajaran yang
pernah diturunkan oleh Allah kepada para nabi sebelum Muhammad.
Ajaran agama Islam juga meliputi berbagai aspek kehidupan manusia,
mulai aspek ibadah dan muamalah hingga aspek-aspek lainnya.
4) Islam adalah agama hidayah Allah.
bahwa orang yang memeluk atau menganur agama Islam bukan semata-
mata atas kehendaknya sendiri, melainkan atas petunjuk atau hidayah dari
Allah Swt. Sebaliknya, orang yang tidak dapat memeluk Islam juga bukan
karena semata-mata pengaruh orang lain, tetapi karena Allah memang
sengaja menyesatkan orang tersebut.

1.1. 5. Islam Rahmatan lil’alamin


sebuah pemikiran atau konsep merupakan anak zamannya, at-turats ibn ‘ashrih,
lahir dari konteks zamannya. Demikian pula dengan gagasan Islam Rahmatan
Lil’alamin ini. Secara bahasa kata Islam berasal dari kata salama atau salima yang
berarti damai, keamanan, kenyamanan, dan perlindungan. Menurut Muhammad
Tahir-ul-Qadri (2014: 74) dalam Fatwa tentang Terorisme dan Bom Bunuh Diri,
“seperti makna literalnya, Islam adalah pernyataan absolut tentang perdamaian.
Dan sebagai agama, Islam adalah manifestasi damai itu sendiri. Dia mendorong
manusia untuk menciptakan hidup proporsional, damai, penuh kebaikan,
keseimbangan, toleransi, sabar, dan menahan marah.” Dari kata salima menjadi
yaslaamu, salaaman, dan salaamatan, serta kata turunan lainnya, yang di dalam
Al-Qur’an menjelaskan bahwa setiap kata berasal, terderivasi, serta terkonjungasi
dari kata Islam, secara esensial merujuk kepada pengertian damai, perlindungan,
keamanan, dan kenyamanan (Tahir-ul-Qadri, 2014: 82).

2. SUMBER NILAI DAN HUKUM DALAM ISLAM:

2.1.1. PENGERTIAN AL-QUR’AN DAN KITAB SAMAWA LAINNYA


Kata “samawi” berasal dari bahasa Arab yang artinya adalah langit. Yang dimaksud
dengna kitab samawi adalah kitab-kitab yang ditulis berdasarkan wahyu dari Allah
SWT kepada para Nabi dan Rasul melalui malaikat Jibril.Allah SWT berfirman:
Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan
kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin
akan adanya (kehidupan) akhirat. (Q.S Al-Baqarah: 4)
Pengertian Kitab ArdhiKaat “ardhi”, artinya Bumi, yang dimaksud dengan kitab ardhi
adalah kitab suci penganut agama tertentu, disusun oleh seseorang berdasarkan
pengalaman hidup dan dijadikan panduan bagi para pengikutnya.Contoh Kitab
SamawiKitab samawi yang diturunkan Allah kepada Nabi dan Rasul-Nya tidak
terhitung jumlahnya, adapun yang tersebut di dalam Al Qur’an antara lain:
1. Shuhuf Ibrahim dan Musa, yaitu lembaran yang tertulis di dalamnya wahyu
dari Allah yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Musa. Allah berfirman
ُّ ‫اْلُولَ َٰى ال‬Sesungguhnya
di dalam surat Al A’la:‫صحُفِ لَفِي َٰ َهذَا إِن‬ ‫أ‬ ini benar-benar
terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, ِ‫صحُف‬ ُ ‫ِيم‬
َ ‫س َٰى إِب َأراه‬
َ ‫(و ُمو‬yaitu)
َ Kitab-kitab
Ibrahim dan Musa. (Q.S Al A’la: 18-19)
2. Kitab zabur, yaitu kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Daud as.
3. Kitab taurat, yaitu kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Musa.
4. Kitab Injil, yaitu kitab yang diturunkan kepada Nabi Isa.
5. Kitab Al Qur’an yaitu kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad SAW.

2.1. 2.KANDUNGAN AL-QUR’AN


Isi kandungan al-Qur’an itu selanjutnya dapat digali dan dikembangkan
menjadi berbagai bidang besar
1. Akidah.
Secara etimologi akidah berarti kepercayaan atau keyakinan. Bentuk
jamak Akidah (‘Aqidah) adalah aqa’id. Akidah juga disebut dengan istilah
keimanan. Orang yang berakidah berarti orang yang beriman (Mukmin).
Akidah secara terminologi didefinisikan sebagai suatu kepercayaan yang
harus diyakini dengan sepenuh hati, dinyatakan dengan lisan dan
dimanifestasikan dalam bentuk amal perbuatan. Akidah Islam adalah
keyakinan berdasarkan ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan
hadis. Seorang yang menyatakan diri berakidah Islam tidak hanya cukup
mempercayai dan meyakini keyakinan dalam hatinya, tetapi harus
menyatakannya dengan lisan dan harus mewujudkannya dalam bentuk
amal perbuatan (amal shalih) dalam kehidupannya sehari-hari. Inti pokok
ajaran akidah adalah masalah tauhid, yakni keyakinan bahwa Allah Maha
Esa. Setiap Muslim wajib meyakini ke-Maha Esa-an Allah. Orang yang
tidak meyakini ke-Maha Esa-an Allah Swt. berarti ia kagir, dan apabila
meyakini adanya Tuhan selain Allah Swt. dinamakan musyrik. Dalam
akidah Islam, di samping kewajiban untuk meyakini bahwa Allah Swt. itu
Esa, juga ada kewajiban untuk meyakini rukun-rukun iman yang lain. Tidak
dibenarkan apabila seseorang yang mengaku berakidah/beriman apabila
dia hanya mengimani Allah saja, atau meyakini sebagian dari rukun iman
saja. Rukun iman yang wajib diyakini tersebut adalah: iman kepada Allah
Swt., iman kepada malaikat-malaikat Allah, iman kepada kitab-kitab Allah
Swt., iman kepada Rasul-Rasul Allah Swt., iman kepada hari akhir, dan
iman kepada Qadla’ dan Qadar. Al-Qur’an banyak menjelaskan tentang
pokok-pokok ajaran akidah yang terkandung di dalamnya, di antaranya
adalah sebagai berikut :
"Katakanlah (Muhammad saw.), ”Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah Swt.
tempat meminta segala sesuatu. (Allah Swt.) tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (QS. al-
Ikhlas: 1-4)
Rasul (Muhammad saw.) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya
(alQur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman.
Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan
rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), ”Kami tidak membeda-bedakan seorang
pun dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata, ”Kami dengar dan kami
taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami)
kembali.” (QS. al-Baqarah : 285)
2. Ibadah dan Muamalah.
Ibadah berasal dari kata ‘Abada artinya mengabdi atau menyembah.
Yang dimaksud ibadah adalah menyembah atau mengabdi sepenuhnya
kepada Allah Swt. dengan tunduk, taat dan patuh kepada-Nya. Ibadah
merupakan bentuk kepatuhan dan ketundukan yang ditimbulkan oleh
perasaan yakin terhadap kebesaran Allah Swt., sebagai satu-satunya
Tuhan yang berhak disembah. Karena keyakinan bahwa Allah Swt.
mempunyai kekuasaan mutlak. Dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa tujuan
penciptaan jin dan manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah
Swt. Firman Allah Swt.:
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyaat : 56)
‘’Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada
Engkaulah kami mohon pertolongan.” (QS. al-Fatihah : 5)
Ibadah dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
 ibadah mahdah dan ghairu mahdah. Ibadah mahdah artinya ibadah khusus yang tata
caranya sudah ditentukan, seperti: shalat, puasa, zakat dan haji. Sedangkan
 ibadah ghairu mahdah artinya ibadah yang bersifat umum, tata caranya tidak
ditentukan secara khusus, yang bertujuan untuk mencari ridha Allah Swt., misalnya:
silaturrahim, bekerja mencari rizki yang halal diniati ibadah, belajar untuk menuntut
ilmu, dan sebagainya. Selain beribadah kepada Allah Swt. karena kesadaran
manusia sebagai makhluk ciptaan Allah Swt., manusia juga memiliki kecenderungan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama manusia lainnya.
Maka al-Qur’an tidak hanya memberikan ajaran tentang ibadah sebagai wujud
kebutuhan manusia terhadap Allah Swt. tetapi juga mengatur bagaimana memenuhi
kebutuhan lain manusia dengan hubungannya dalam kehidupan. (Misalnya:
sillaturrahim, jual beli, hutang piutang, sewa menyewa, dan kegiatan lain dalam
kehidupan bermasyarakat. Kegiatan dalam hubungan antar manusia ini disebut
dengan mu’amalah.
Dalam al-Qur’an banyak ditemukan ajaran tentang tata cara bermu’amalah, antara lain:
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan
benar....” (QS. al-Baqarah : 282)
3. Akhlak.
Akhlak ditinjau dari segi etimologi yang berarti perangai, tingkah laku,
tabiat, atau budi pekerti. Dalam pengertian terminologis, akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang muncul spontan dalam
tingkah laku hidup sehari-hari. Dalam konsep bahasa Indonesia, akhlak
semakna dengan istilah etika atau moral. Akhlak merupakan satu
fundamen penting dalam ajaran Islam, sehingga Rasulullah saw.
menegaskan dalam sebuah hadis bahwa tujuan diutusnya beliau adalah
untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak mulia. Dari Abu Hurairah
berkata; Rasulullah saw. bersabda: “Bahwasanya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang baik." (HR. Ahmad) Nabi Muhammad saw.
adalah model dan suri tauladan bagi umat dalam bertingkah laku dengan
akhlak mulia (karimah). Al-Qur’an merupakan sumber ajaran tentang
akhlak mulia itu. Dan beliau merupakan manusia yang dapat menerapkan
ajaran akhlak dari al-Qur’an tersebut menjadi kepribadian beliau. Sehingga
wajarlah ketika Aisyah Ra. ditanya oleh seorang sahabat tentang akhlak
beliau, lalu Aisyah ra. menjawab dengan menyatakan adalah beliau akhlak
(al-Qur’an).
Ayat-ayat al-Qur’an yang menyatakan tentang ajaran akhlak Nabi
Muhammad saw. antara lain adalah :
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah Swt.” (QS.
al-Ahzab : 21)

4. Hukum.
Hukum sebagai salah satu isi pokok ajaran al-Qur’an berisi kaidah-
kaidah dan ketentuan-ketentuan dasar dan menyeluruh bagi umat
manusia. Tujuannya adalah untuk memberikan pedoman kepada umat
manusia agar kehidupannya menjadi adil, aman, tenteram, teratur,
sejahtera, bahagia, dan selamat di dunia maupun di akhirat kelak. Sebagai
sumber hukum ajaran Islam, al-Qur’an banyak memberikan ketentuan-
ketentuan hukum yang harus dijadikan pedoman dalam menetapkan
hukum baik secara global (mujmal) maupun terperinci (tafsil). Beberapa
ayat-ayat alQur’an yang berisi ketentuan hukum antara lain adalah
:“Sungguh, Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu
(Muhammad saw.) membawa kebenaran, agar engkau mengadili antara
manusia dengan apa yang telah diajarkan Allah Swt. kepadamu, dan
janganlah engkau menjadi penentang (orang yang tidak bersalah), karena
(membela) orang yang berkhianat.” (QS. an-Nisa’ : 105)
Ketentuan-ketentuan hukum lain yang dijelaskan dalam ayat-ayat al-
Qur’an adalah meliputi :
 Hukum perkawinan, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah : 221; QS. al-
Maidah : 5; QS.an-Nisa’ : 22-24; QS.an-Nur : 2; QS. alMumtahanah :10-11.
 Hukum waris, antara lain dijelaskan dalam QS. an-Nisa’ : 7-12 dan
176, QS. al-Baqarah :180; QS. al-Maidah :106
 Hukum perjanjian, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah : 279,
280 dan 282; QS. al-Anfal : 56 dan 58; QS. at-Taubah : 4
 Hukum pidana, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah : 178; QS.
anNisa’ : 92 dan 93; QS. al-Maidah : 38; QS. Yanus : 27; QS. al-Isra’ :
33; QS. asy-Syu’ara : 40
 Hukum perang, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Baqarah : 190-
193; QS. al-Anfal : 39 dan 41; QS. at-Taubah : 5,29 dan 123, QS. al-
Hajj : 39 dan 40
 Hukum antarbangsa, antara lain dijelaskan dalam QS. al-Hujurat : 13

5. Sejarah / Kisah Umat Masa Lalu.


Al-Qur’an sebagai kitab suci bagi umat Islam banyak menjelaskan
tentang sejarah atau kisah umat pada masa lalu. Sejarah atau kisah-kisah
tersebut bukan hanya sekedar cerita atau dongeng semata, tetapi
dimaksudkan untuk menjadi ‘ibrah (pelajaran) bagi umat Islam. Ibrah
tersebut kemudian dapat dijadikan dapat menjadi petunjuk untuk dapat
menjalani kehidupan agar senantiasa sesuai dengan petunjuk dan
keridhaan Allah Swt.
“Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi
orang yang mempunyai akal. (al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang
dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya,
menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman.” (QS. Yusuf : 111)
Al-Qur’an telah banyak menggambarkan umat-umat terdahulu baik
yang iman dan taat kepada Allah Swt. maupun yang ingkar dan ma’siat
kepada-Nya. Diharapkan dengan memperhatikan kisah umat terdahulu,
umat Islam bisa mencontoh umat-umat yang taat kepada Allah Swt. dan
menghindari perbuatan ma’siat kepada-Nya
“Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh ketika mereka mendustakan
para rasul. Kami tenggelamkam mereka dan Kami jadikan (cerita)
mereka itu pelajaran bagi manusia. Dan Kami telah sediakan bagi
orang-orang zalim azab yang pedih; Dan (telah Kami binasakan) kaum
‘Ad dan Samód dan penduduk Rass serta banyak (lagi) generasi di
antara (kaum-kaum) itu. Dan masing-masing telah Kami jadikan
perumpamaan dan masing-masing telah Kami hancurkan sehancur-
hancurnya.” (QS. al-Furqan: 37-39)

6. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan (Sains) dan Teknologi.


Al-Qur’an adalah kitab suci ilmiah. Banyak ayat yang memberikan
isyaratisyarat ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi yang bersifat
potensial untuk kemudian dapat dikembangkan guna kemaslahatan dan
kesejahteraan hidup manusia. Allah Swt. yang Maha memberi ilmu telah
mengajarkan kepada umat manusia untuk dapat menjalani hidup dan
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik. -Qur’an menekankan betapa
pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal itu
diisyaratkan pada saat ayat al-Qur’an untuk pertama kalinya diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw.
QS. al-‘Alaq: 1-5 "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan, . Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,. Yang mengajar
(manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya." (QS. al-‘Alaq : 1-5)
Ayat yang pertama kali diturunkan tersebut diawali dengan perintah
untuk membaca. Membaca adalah satu faktor terpenting dalam proses
belajar untuk menguasai suatu ilmu pengetahuan. Ini mengindikasikan
bahwa al-Qur’an menekankan betapa pentingnya membaca dalam upaya
mencari dan menguasai ilmu pengetahuan. Ayat lain yang berisi dorongan
untuk menguasai ilmu pengetahuan juga dijelaskan dalam
QS. al-Mujadalah ayat 11"Hai orang-orang beriman apabila kamu
dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan
apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. al-Mujadalah : 11)

2.1 .3 PENGERTIAN HADIST/SUNNAH


Pengertian Hadist menurut bahasa yaitu al-jadid yang artinya sesuatu yang
baru.sedangkan menurut istilah yaitu sesuatu yang disandarkan kepda nabi
SAW,baik berupa perkataan,perbuatan,taqrir,maupun sifat beliau yang bisa
dijadikan hukum syara’dan ketetapannya.

Istilah lain yang semakna dengan hadist adalah sunnah,khabar,dan atsar.

Sunnah menurut bahasa yaitu cara yang ditempuh,baik ataupun buruk,atau


jalan yang terpuji maupun yang tercela.sedangkan menurut terminologinya,berarti
segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi SAW,baik berupa,perkataan
,perbuatan ,taqrir,maupun sifat-sifat jasmaniah maupun prilaku beliau sebelum
dan sesudah diangkat menjadi rasul,dan dapat dijadikan dalil hukum syara’ atau
suri tauladan yang baik
Sedangkan khabar menurut bahasa berarti berita yang disampaikan seseorang
kepda orang lian. Sedangkan pengertian khabar menurut istilah yaitu sama
dengan hadist,sesuatu yang data dari Nabi,sahabat,dan tabi’in baik berupa
perkataan,perbuatan,dan ketetapannya
Atsar menurut bahasa sama artinya dengan khabar,hadist dan sunnah.
Sedangkan pengertiannya menurut istilah yaitu segala sesuatu yang berasal dari
sahabat yang juga disandarkan kepada Nabi SAW
Keempatnya memiliki kesaman maksud,yaitu segala sesuatu yang bersumber
dari Nabi SAW,baik berupa perkataan,perbuatan,maupuntaqrirnya
Sedangkan perbedaannya adalah
 Hadist dan sunnah : hadist adalah sabda khusus Nabi SAW
Sunnah adalah segala sesuatu yang disandarkan
kepada Nabi SAW
 Hadist dan khabar:hadist adalah berita yang datang dari Nabi SAW
Khabar adalah berita yang datangnya bukan dari nabi
SAW
Jadi setiap hadist pasti khabar tapi tidak semua
khabar itu hadist
 Hadist dan atsar :hadist adalah segala sesuatu yang datang dari Nabi
Atsar adalah perkataan yang datang dari para sahabat
yang disandarkan kepada Nabi

2.1. 4.FUNGSI DAN PERAN HADIST/SUNNAH TERHADAP AL-QUR’AN


Al-Quran yang diturunkan oleh Allah melalui Malaikat Jibril terhadap Rasulullah adalah
kitab sepanjang masa yang tidak akan luput walaupun sudah zaman yang berganti.
Untuk itu, apa-apa yang ada dalam Al-Quran harus menjadi dasar, dipahami hukum
universalnya, dan dikaji secara mendalam oleh umat islam. Jika salah memahami, tentu
saja akan salah juga dalam mengamaliahkannya.

Jika salah dan tidak sesuai dengan maksud yang disampaikan dalam Al-Quran, maka
dampaknya bukan kemaslahatan, melainkan kemudharata. Berikut adalah fungsi Al-
Quran yang dapat kita pahami secara umum.

A. Sebagai Petunjuk Hidup


“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Quran) kepada
mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi
petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS Al A’raf: 52)
B. Sebagai Cahaya Keselamatan
“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke
jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu
dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan
menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS Al Maidah : 16)
C. Pelajaran dan Hikmah
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang
yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi
membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan
sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS Yusuf : 111)

2.1.5.Kedudukan Hadist dan Al-Quran

Hadist adalah Sunnah Rasul yang dituliskan kembali. Sebagai penyampai risalah dari
Allah, sudah pasti apa yang disampaikan oleh Rasul adalah benar. Yang menjadi
permasalahan adalah bukan pada hadist atau pada apa yang disampaikan oleh Allah,
melainkan pada penulisan atau periwayatan hadist-hadist yang terdapat dalam Al-
Quran. Beberapa juga beredar mengenai hadist-hadist yang palsu atau sudah dimuati
oleh kepentingan politik tertentu di masa tersebut.
Untuk itu, perlu adanya metode mengenai pengujian kevalidan hadist. Apalagi dulu
Rasul pernah melarang ummatnya untuk menuliskan apa yang Rasul katakan khawatir
jika bercampur dengan Al-Quran. Untuk itu, hadist harus dipahami dengan benar
terlebih dahlu, diuji kevalidannya. Akan tetapi, sunnah rasul apa yang dilakukan rasul,
haruslah selalui kita lakukan sebagaimana hal ini disampaikan dalam ayat-ayat berikut:

I. Rasul Adalah Utusan Allah


“Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang
mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka
kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung” (QS An-Nisa :
164)
II. Rasul Adalah Pembawa Berita Gembira dan Peringatan
“(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah
diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. “(QS
An Nisa : 165)
III. Menyeru Kepada Allah
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara
umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya
orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka
bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan
(rasul-rasul).” (QS An-Nahl : 36)

2.1. 5 PENGERTIAN IJTIHAD

Ijtihad (Arab: i‫ )اجتهاد‬adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang


sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu
untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam al- Qur’an maupun
hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang.
Namun pada perkembangan selanjutnya, diputuskan bahwa ijtihad sebaiknya
hanya dilakukan para ahli agama islam
Tujuan ijtihad adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia akan pegangan
hidup dalam beribadah kepada allah di suatu tempat tertentu atau pada suatu
waktu tertentu. Orang yang melakukan ijtihad disebut mujtahid.

Fungsi Ijtihad
Meski Al Quran sudah diturunkan secara sempurna dan lengkap, tidak berarti
semua hal dalam kehidupan manusia diatur secara detail oleh Al Quran maupun
Al Hadist. Selain itu ada perbedaan keadaan pada saat turunnya Al Quran dengan
kehidupan modern. Sehingga setiap saat masalah baru akan terus berkembang
dan diperlukan aturan-aturan turunan dalam melaksanakan Ajaran Islam dalam
kehidupan beragama sehari-hari.
Jika terjadi persoalan baru bagi kalangan umat Islam di suatu tempat tertentu
atau di suatu masa waktu tertentu maka persoalan tersebut dikaji apakah perkara
yang dipersoalkan itu sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Quran atau Al
Hadist. Sekiranya sudah ada maka persoalan tersebut harus mengikuti ketentuan
yang ada sebagaimana disebutkan dalam Al Quran atau Al Hadits itu. Namun jika
persoalan tersebut merupakan perkara yang tidak jelas atau tidak ada
ketentuannya dalam Al Quran dan Al Hadist, pada saat itulah maka umat Islam
memerlukan ketetapan Ijtihad. Tapi yang berhak membuat Ijtihad adalah mereka
yang mengerti dan paham Al Quran dan Al Hadist.
Jenis-Jenis ijtihad
Ijmak
Ijmak artinya kesepakatan yakni kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu
hukum-hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits dalam suatu perkara
yang terjadi. Adalah keputusan bersama yang dilakukan oleh para ulama dengan cara
ijtihad untuk kemudian dirundingkan dan disepakati. Hasil dari ijma adalah fatwa, yaitu
keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh
umat.
Qiyâs
Qiyas adalah menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum
atau suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun
memiliki kesamaan dalam sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan
perkara terdahulu sehingga dihukumi sama. Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya
darurat, bila memang terdapat hal-hal yang ternyata belum ditetapkan pada masa-
masa sebelumnya

 Beberapa definisi qiyâs (analogi)


1. Menyimpulkan hukum dari yang asal menuju kepada cabangnya, berdasarkan
titik persamaan di antara keduanya.
2. Membuktikan hukum definitif untuk yang definitif lainnya, melalui suatu
persamaan di antaranya.
3. Tindakan menganalogikan hukum yang sudah ada penjelasan di dalam [Al-
Qur'an] atau [Hadis] dengan kasus baru yang memiliki persamaan sebab (iladh).
4. menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu hal yg belum di terangkan oleh
al-qur'an dan hadits.
Istihsân

 Beberapa definisi Istihsân


1. Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang fâqih (ahli fikih), hanya karena dia merasa
hal itu adalah benar.
2. Argumentasi dalam pikiran seorang fâqih tanpa bisa diekspresikan secara lisan
olehnya
3. Mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima, untuk maslahat orang
banyak.
4. Tindakan memutuskan suatu perkara untuk mencegah kemudharatan.
5. Tindakan menganalogikan suatu perkara di masyarakat terhadap perkara yang
ada sebelumnya..
Maslahah murshalah
Adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada naskahnya dengan
pertimbangan kepentingan hidup manusia berdasarkan prinsip menarik manfaat dan
menghindari kemudharatan.
Sududz Dzariah
Adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi
kepentingan umat.
Istishab
Adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada alasan yang
bisa mengubahnya, contohnya apabila ada pertanyaan bolehkah seorang perempuan
menikah lagi apabila yang bersangkutan ditinggal suaminya bekerja di perantauan dan
tidak jelas kabarnya? maka dalam hal ini yang berlaku adalah keadaan semula bahwa
perempuan tersebut statusnya adalah istri orang sehingga tidak boleh menikah(lagi)
kecuali sudah jelas kematian suaminya atau jelas perceraian keduanya.
Urf
Adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-istiadat dan kebiasaan
masyarakat setempat selama kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan aturan-
aturan prinsipal dalam Alquran dan Hadis.

3. RUANG LINGKUP AJARAN ISLAM


3.1.1.KONSEP AKIDAH

Aqidah secara bahasa dari kata “aqdan”yang berarti ikatan,adalah keyakinan yang
tersimpul dengan kokoh di dalam hati.bersifat mengigat dan mengandung
perjanjian.secara istilah adalah keyakinan hati atas sesuatu.

Kata”aqidah”tersebut dapat digunakan untuk ajaran yang terdapat dalam islam,dan


dapat pula digunakan untuk ajaran lain di luar islam. Sehingga ada istilah aqidah
islam,aqidah nasrani,ada aqidah yang benar atau lurus dan ada aqidah yang sesat
atau menyimpang

Ulama telah membagi ruang lingkup pembahasan aqidah dalam 4 pembahasan!!

 Hahiyyat adalah pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan


dengan allah,seperti wujud allah,sifat allah,nama dan sifat allah dan
sebagainya
 Nubuwat adalah pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan nabi dan rasul,pembicaraan mengenai kitab-kitab allah yang dibawa
para rasul,mu’jizat rasul dan lain sebagainya.
 Ruhaniyat adalah tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam
ghoib seperti jin,iblis,syaitan,roh,malaikat dan lain sebagainya.
 Sam’iyyat adalah pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa
diketahui lewat sam’i. Yakni dalil naqli berupa al-Qur’an dan as-Sunnah
seperti alam barzkah.akhirat dan azab kubur.tanda-tanda kiamat,surga-
neraka dan lain sebagainya
Sumber aqidah islam adalah Al-Quran dan As-Sunnah. artinya apa saja yang
disampaikan oleh Allah dan rasulnya wajib di imani dan diyakini atau diamalkan. akal
pikiran tidaklah jadi sumber akidah. tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash
yang terdapat dalam kedua sumber tersebut, dan akal tidak mampu juga
menjangkau suatu yang tidak terikat dengan ruang dan waktu.Tetapi akal hanya
perlu membuktikan jujur atau bisakah kejujuran sipembawa berita tersebut di
buktikan secara ilmiah oleh akal dan pikiran itu aja.
Sedangkan akal fikiran bukanlah merupakan sumber Aqidah.firman Allah:
[....dan kami turunkan kepadamu Al-kitab (Al-Qur’an) sebagai penjelas atas segala
sesuatu petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri.”(an-Nahl,1689)]
Apa saja yang disampaikan oleh Allah dalam Al Qur’an dan oleh Rasulullah dalam
Sunnahnya wajib diimani (diyakini dan diamalkan).Akal pikiran tidak menjadi sumber
aqidah. tapi hanya berfungsi memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua
sumber tersebut. Akal tidak akan mampu menjangkau hal-hal yang ghaib.
Aqidah memiliki beberapa fungsi antara lain:
 Sebagai pondasi untuk mendirikan bangunan islam.
 Merupakan awal dari akhlak yang mulia.jika seseorang memiliki aqidah yang kuat
pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib,memiliki akhlak yang mulia, dan
bermu’amalat dengan baik.
 Semua ibadah yang kita laksanakan jika tanpa ada landasan aqidahmaka ibadah kita
tersebut tidak akan diterima.

PRINSIP-PRINSIP AQIDAH ISLAM

 Iman kepada allah


 Iman kepada malaikat
 Iman kepada kitab suci
 Iman kepada Nabi dan Rasul
 Iman kepada hari akir
 Iman kepada qada’ dan qadar

3.1. 2.PERMUNIAN AQIDAH

Secara etimologi pemurnian berasal dari kata "pure" artinya mumi, suci, bersih.
Secara terminologis pemurnian berasal dari kata "mumi", yang mendapat awalan "pe"
dan akhiran "an'', yang artinya suatu tindakan yang mempunyai tujuan untuk
memurnikan, membersihkan dan mensucikan kembali sesuatu hal dari pengaruh luar.
Kata pemumian diidentikkan dengan kata "Puritanisme". Yakni suatu aliran yang
menentang otoritas gereja di negara lnggris dengan cara menuntut kemumian terhadap
ajaran-ajaran maupun organisasi gereja di lnggris. Aliran ini mengadakan pemurian dan
pembaharuan dalam seluruh bidang kehidupan rakyat.Sehingga banyak doktrin-doktrin
gereja yang ditentangnya dan dianggap sebagai suatu hal yang kuno dan tidak eksis
lagi.

Sedangkan dalam dunia Islam, pemumian dikenal sebagai gerakan yang


mengadakan penyucian, pembersihan kembali terhadap Aqidah Tauhid umat Islam,
dengan cara mengajak umat Islam membenahi kembali Aqidah mereka sehingga dapat
diharapkan sesuai dengan ajaran Al-qur'an dan Hadis. Gerakan pemumian ini terkenal
sebagai gerakan yang berorientasi kepada ajaran masa Ialu, yakni ajaran dimasa Nabi
dan juga sahabat ketika masih hidup. Segala tindak tanduk selalu disesuaikan dan
diselaraskan dengan tindakan dan ajaran yang pemah ada dan diajarkan oleh
Rasulullah Saw. Sehingga gerakan ini terkenal sebagai gerakan yang sangat sederhana
dan bersikap statis terhadap kebudayaan daerah yang ada.
Gerakan pemurnian Aqidah ini mengecam dan berusaha memberantas dan
menyingkirkan hal-hal yang berbau kemusyrikan yang menjadikan pelakunya tidak akan
diampun dosanya oleh Allah kelak di kemudian hari, yakni pada hari kiamat dimana
segala amal dan dosa manusia secara keseluruhan akan dihisab oleh Allah. Gerakan
pemumian ini dalam merealisasikan konsep dan idenya dengan cara menghapus
berbagai praktek-praktek yang dianggap sebagai sumber dari perbuatan syirik.
Diantaranya adalah tindakan menyekutukan Allah baik dalam segi sifat, dzat maupun
bentuknya. Selanjutnya gerakan pemumian Aqidah ini juga menghapus dan
menghindari adanya bid'ah dan khurafat.
Gerakan pemurnian Aqidah Tauhid yang muncul di abad ke-18 M di Arab yang
dipelopori oleh Muhammad Ibn Abdul Wahhab adalah gerakan Wahabiyah atau
gerakan Muwahhidun . gerakan ini dikenal sebagai penerus dari gerakan pemurian
Aqidah Tauhid. Sebelumnya ajaran pemurnian Aqidah Tauhid dibawa oleh Ibnu
Taimiyah yang belum sempat terealisir. Sebagai gerakan pemurni Aqidah Tauhid,
gerakan dakwah Wahabiyah ditujukan kepada umat manusia pada umumnya dan umat
Islam pada khususnya. Yakni melalui berbagai macam usaha, diantaranya adalah
melalui korespondensi, pendidikan, danjuga melalui tidakan politik yang sangat keras.
Di Indonesia juga muncul gerakan pembaharu yang bergerak dalam bidang sosial
keagamaan yaitu Muhammadiyah. Dalam bidang keagamaan, pembaharuan yang
dikemukakan oleh Muhammadiyah ini bersifat sebagai pemumi dan pembersih kembali
ajaran Tauhid, juga membersihkan Aqidah, keyakinan umat Islam terhadap keberadaan
Allah SWT dengan tidak menyekutukan-Nya dalam bentuk dan segi apapun.
Konsekwensi gerakan pemurnian Muhammadiyah adalah gerakan ini berusaha untuk
mewujudkan cita dan harapannya melalui bidang yang telah tersedia dalam lembaga
Muhammadiyah. Diantaranya melalui bidang dakwah, pendidikan dan sebagainya.
Sebagai gerakan yang diposisikan sebagai dua gerakan pemurnian Aqidah Tauhid,
tentunya ada perbedaan dan juga persamaan diantara keduanya. Adapun
persamaannya terletak pada cara pandang kedua gerakan tentang konsep pemurnian
Aqidah umat Islam, kedua adalah latar belakang munculnya pemikiran tentang
pemunian Aqidah Tauhid diantara keduanya. Sedangkan perbedaan diantara keduanya
adalah dalah hal watak dan juga cara pemahaman dan pengklasifikasian terhadap
syirik, bid'ah dan khurafat. Meskipun keduanya sama-sama mengklaim bahwa
perbuatan menyekutukan Tuhan adalah perbuatan dosa besar dan tidak terampuni.

3.1. 3 IMPLEMENTASI IMAN DAN TAKWA DALAM KEHIDUPAN MODERN

Iman dan taqwa sangat penting dalam kehidupan modern, jika dalam kehidupan
modern yang serba canggih tidak menghiraukan lagi keimanan dan ketaqwaan kepada
Allah maka akan banyak timbul problem dan tantangan yang terjadi, baik dibidang
ekonomi, social, agama, maupun keilmuan itu sendiri.
Iman dan taqwa juga mempunyai peran penting dalam kehidupan dunia modern,
dalam kehidupan modern yang serba cepat sering kali memicu timbulnya stress dan
berbagai penyakit.
Iman dan taqwa mempunyai peran antara lain:
 Iman dan taqwa melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda.
 Iman dan taqwa menanamkan semangat berani menghadap maut.
 Iman dan taqwa menanamkan sikap “self help” dalam kehidupan.
 Iman dan taqwa memberikan ketenteraman jiwa.
 Iman dan taqwa mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah).
 Iman dan taqwa melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen.
 Iman dan taqwa memberi keberuntungan.
 Iman mencegah penyakit.

3.1. 4. KONSEP SYARI’AH ISLAMIAH DAN APLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN

Syariah itu sendiri dalam pengertian asli dan terbatas adalah wahyu-wahyu
Alquran berkaitan dengan soal-soal hukum tertentu. Dalam perkembangannya, sesuai
kebutuhan kaum Muslimin, ayat-ayat hukum ini umumnya perlu diperjelas, ditafsirkan,
dan dirinci dengan menggunakan hadis agar dapat menjadi ketentuan yang secara
praktis bisa dilaksanakan. Proses ijtihad dan instinbat hukum ini melahirkan fikih
(yurisprudensi Islam) yang mengandung berbagai ketentuan rinci mengenai berbagai
hal untuk dijalankan kaum Muslimin.
Karena itu, kandungan fikih (yang secara misleading disebut sebagai syariah) itu
menjadi sangat luas. Tetapi, jika disederhanakan mencakup tiga bidang pokok: Pertama
fikih ibadah ketentuan tentang pelaksanaan ibadah, yang setiap Muslim mesti menerima
agar bisa menjalankan ibadah dengan baik; kedua, fikih ibadah–ketentuan tentang
hubungan sosial, seperti nikah, talak, cerai, rujuk, waris dan sebagainya, yang juga
mesti diadopsi setiap Muslim agar dapat menjadi Muslim lebih baik; dan ketiga fikih
jinayah–ketentuan tentang pidana, termasuk khususnya yang sangat kontroversial
mengenai hudud, potong tangan bagi pencuri dan rajam bagi penzina
 Dalam bidang politik, yang memegang kekuasaan tertinggi ialah kedaulatan.
Selanjutnya, kedaulatanlah yang mempunyai hak untuk mengeluarkan aturan –
aturan hukum. Oleh karena itu, kedaulatan mempunyai kekuatan yang mengikat dan
memaksa warga negara untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sama
halnya seperti Islam, yang menjadikan syariat Islam sebagai satu – satunya
kedaulatan. Kedaulatan dalam agama Islam dipegang oleh Allah SWT, sebagai satu-
satunya pemilik kewenangan untuk membuat hukum dan syariat. Dimana, seluruh
hukum dan syariat tersebut harus diikuti dan ditaati oleh seluruh pemeluk agama
Islam. Sebagai pemegang kedaulatan, Allah SWT mengetahui apa yang baik dan
apa yang buruk bagi umatnya. Oleh karena itu, dalam kehidupan berpolitik, para
pemegang kedaulatan sebagai pemimpin, harus senantiasa memperhatikan
kepentingan warga negaranya dan tidak menggunakan kekuasaannya untuk berbuat
sewenang – wenang. Dalam memimpin warga negaranya, para pemegang
kedaulatan juga harus tunduk kepada hukum dan syariat yang ada.
 Dalam bidang ekonomi, syariat Islam memegang peranan penting, seperti mengatur
pembagian modal, mengatur pajak, mengatur sumber – sumber pendapatan negara,
mengatur zakat, dan lain sebagainya. Syariat Islam sangat berpengaruh terhadap
kehidupan ekonomi umatnya, seperti mulai banyak bermunculan bank – bank yang
berlandaskan syariah Islam. Bahkan, bank – bank yang berlandaskan syariat Islam
tersebut juga menganut syariat Islam yang melarang hukum riba.
Dalam aspek ekonomi, Allah swt berfirman,
“ Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
riba jika kamu orang-orang yang beriman. Maka, jika kamu tidak mengerjakan,
ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat,
bagimu pokok hartamu. Kamu tidak dianiaya dan tidak pula menganiaya “ (QS. Al-
Baqarah, 2:278-279).
Jadi, pada dasarnya syariat Islam mempunyai peranan yang sangat penting dalam
berbagai macam aspek kehidupan umatnya. Syariat Islam telah dibuat dengan
sebaik – baiknya, sehingga tidak mungkin menyusahkan atau menghambat umatnya
untuk melakukan aktivitas sehari – hari. Dengan menerapkan syariat Islam ke dalam
seluruh aspek kehidupan sehari – hari, maka hidup kita pun akan menjadi lebih
teratur dan terarah.

3.1. 5. KONSEP AKHLAK,MORAL,DAN ETIKA

Secara substansial etika, moral dan akhlak memang sama, yakni ajaran
tentang kebaikan dan keburukan, menyangkut perikehidupan manusia dalam
hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia dan alam dalam arti luas. Yang
membedakan satu dengan yang lainnya adalah ukuran kebaikan dan keburukan
itu sendiri .
Etika adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk dan yang
menjadi ukuran baik dan buruknya adalah akal karena memang etika adalah
bagian dari filsafat.
Sedangkan akhlak yang secara kebahasaan berarti budi pekerti, perangai
atau disebut juga sikap hidup adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan
buruk yang ukurannya adalah wahyu Tuhan.
Secara terminologis akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara
yang baik dan yang buruk, terpuji atau tercela, menyangkut perkataan dan
perbuatan manusia lahir batin.
Secara rinci kajian akhlak itu meliputi:
 Pengertian baik dan buruk
 Menerangkan apa yang harus dilakukan olah seorang manusia terhadap manusia
lainnya
 Menjelaskan tujuan yang seharusnya dicapai oleh manusia dengan perbuatan-
perbuatannya
 Menerangkan jalan yang harus dilalui untuk berbuat.
Adapun moral adalah ajaran baik dan buruk yang ukurannya adalah
tradisi yang berlaku di suatu masyarakat. Seseorang dianggap bermoral kalau
sikap hidupnya sesuai dengan tradisi yang berlaku di masyarakat tempat ia
berada, dan sebaliknya seseorang dianggap tidak bermoral jika sikap hidupnya
tidak sesuai dengan tradisi yang berlaku di masyarakat tersebut. Dan memang
menurut ajaran Islam pada asalnya manusia adalah makhluk yang bermoral dan
etis. Dalam arti mempunyai potensi untuk menjadi makhluk yang bermoral yang
hidupnya penuh dengan nilai-nilai atau norma-norma.

3.1. 6. PENGERTIAN ETIKA,MORAL DAN AKHLAK

PENGERTIAN ETIKA
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa
yunani,”ethos” yang berarti watak kesusilaan atau adat. Sedangkan dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak
(moral). Etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana
yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia
sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.

PENGERTIAN MORAL
Secara kebahasaan perkataan moral berasal dari ungkapan bahasa
latin moresyang merupakan bentuk jamak dari perkataan mos yang berarti adat
kebiasaan. Dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah
penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya
dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan
perangkai dinyatakan benar, salah, baik, buruk,layak atau tidak layak,patut maupun
tidak patut.

PENGERTIAN AKHLAK
Ada dua pendekatan untuk mendefenisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistik
(kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan). Akhlak berasal dari bahasa
arab yakni khuluqun yang diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad
Aminmenyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang
yangdapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih
dahulu. Sedangkan sebagaian ulama yang lain mengatakan akhlak itu adalah suatu
sifat yang tertanam didalam jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul disetiap ia
bertindak tanpa merasa sulit (timbul dengan mudah) karena sudah menjadi budaya
sehari-hari.
Akhlak yang baik akan mengangkat manusia ke derajat yang tinggi dan mulia.
Akhlak yang buruk akan membinasakan seseorang insan dan juga akan
membinasakan ummat manusia. Manusia yang mempunyai akhlak yang buruk
senang melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. Senang melakukan
kekacauan, senang melakukan perbuatan yang tercela, yang akan membinasakan
diri dan masyarakat seluruhnya.
Nabi S.A.W.bersabda yang bermaksud: “Orang Mukmin yang paling sempurna
imannya, ialah yang paling baik akhlaknya.”(H.R.Ahmad).
Nabi S.A.W.bersabda yang maksudnya:”Sesungguhnya aku diutus adalah untuk
menyempurnakan budipekerti yang mulia.”(H.R.Ahmad).
Wa innaka la’ala khuluqin ‘adzim, yang artinya: ”Sesungguhnya engkau
(Muhammad) berada di atas budi pekerti yang agung” (Al Qalam:4).
Etika Dalam Penerapan Kehidupan Sehari-hari

a. Etika Berbeda Pendapat


Ikhlas dan mencari yang hak serta melepaskan diri dari nafsu di saat berbeda
pendapat.
Juga menghindari sikap show (ingin tampil) dan membela diri dan nafsu.
Mengembalikan perkara yang diperselisihkan kepada Kitab Al-Qur’an dan
Sunnah.
Sebisa mungkin berusaha untuk tidak memperuncing perselisihan, yaitu denga
cara menafsirkan pendapat yang keluar dari lawan atau yang dinisbatkan
kepadanya dengan tafsiran yang baik.
b.Etika Bergaul dengan orang lain
Hormati perasaan orang lain, tidak mencoba menghina atau menilai mereka
cacat.
Jaga dan perhatikanlah kondisi orang, kenalilah karakter dan akhlaq mereka, lalu
pergaulilah mereka, masing-masing menurut apa yang sepantasnya.
Mendudukkan orang lain pada kedudukannya dan masing-masing dari mereka
diberi hak dan dihargai.
c.Etika Buang Hajat
Segera membuang hajat.Apabila seseorang merasa akan buang air maka
hendaknya bersegera melakukannya, karena hal tersebut berguna bagi
agamanya dan bagi kesehatan jasmani.
Menjauh dari pandangan manusia di saat buang air (hajat).
Menghindari tiga tempat terlarang, yaitu aliran air, jalan-jalan manusia dan tempat
berteduh mereka..
Tidak mengangkat pakaian sehingga sudah dekat ke tanah, yang demikian itu
supaya aurat tidak kelihatan.
Makruh berbicara di saat buang hajat kecuali darurat.
Makruh bersuci (istijmar) dengan mengunakan tulang dan kotoran hewan.
Disunnatkan masuk ke WC dengan mendahulukan kaki kiri dan keluar dengan
kaki kanan berbarengan dengan dzikirnya masing-masing.Mencuci kedua tangan
sesudah menunaikan hajat.
d.Etika Di Jalan
Berjalan dengan sikap wajar dan tawadlu, tidak berlagak sombong di saat
berjalan atau mengangkat kepala karena sombong atau mengalihkan wajah dari
orang lain karena takabbur.
Memelihara pandangan mata, baik bagi laki-laki maupun perempuan.
Tidak mengganggu, yaitu tidak membuang kotoran, sisa makanan di jalan-jalan
manusia, dan tidak buang air besar atau kecil di situ atau di tempat yang dijadikan
tempat mereka bernaung.
e.Etika Jenazah dan Ta’ziah
Segera merawat janazah dan mengebumikannya untuk meringankan beban
keluarganya dan sebagai rasa belas kasih terhadap mereka.
Tidak menangis dengan suara keras, tidak meratapinya dan tidak merobekrobek
baju.
Disunatkan mengantar janazah hingga dikubur.
Memohonkan ampun untuk janazah setelah dikuburkan.
Disunatkan menghibur keluarga yang berduka dan memberikan makanan untuk
mereka.
Disunnatkan berta`ziah kepada keluarga korban dan menyarankan mereka untuk
tetap sabar, dan mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya milik Allahlah apa
yang telah Dia ambil dan milik-Nya jualah apa yang Dia berikan; dan segala
sesuatu disisi-Nya sudah ditetapkan ajalnya.
f.Etika Makan dan Minum
Berupaya untuk mencari makanan yang halal.
Hendaklah makan dan minum yang kamu lakukan diniatkan agar bisa dapat
beribadah kepada Allah, agar kamu mendapat pahala dari makan dan minummu
itu.
Hendaknya mencuci tangan sebelum makan jika tangan kamu kotor, dan begitu
juga setelah makan untuk menghilangkan bekas makanan yang ada di tanganmu.
Hendaklah kamu puas dan rela dengan makanan dan minuman yang ada, dan
jangan sekali-kali mencelanya.
Hendaknya jangan makan sambil bersandar atau dalam keadaan menyungkur.
Tidak makan dan minum dengan menggunakan bejana terbuat dari emas dan
perak.
Hendaknya memulai makanan dan minuman dengan membaca Bismillah dan
diakhiri dengan Alhamdulillah.
Hendaknya makan dengan tangan kanan dan dimulai dari yang ada di depanmu,
Disunnatkan makan dengan tiga jari dan menjilati jari-jari itu sesudahnya,
Disunnatkan mengambil makanan yang terjatuh dan membuang bagian yang
kotor darinya lalu memakannya.
Jangan minum langsung dari bibir bejana, berdasarkan hadits Ibnu Abbas beliau
berkata, “Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam melarang minum dari bibir bejana
wadah air.” (HR. Al Bukhari)
Disunnatkan minum sambil duduk, kecuali jika udzur, karena di dalam hadits Anas
disebutkan “Bahwa sesungguhnya Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam melarang
minum sambil berdiri”. (HR. Muslim).

g.Etika Pergaulan Menurut Islam


Pergaulan adalah satu cara seseorang untuk bersosialisasi dengan
lingkungannya. Bergaul dengan orang lain menjadi satu kebutuhan yang sangat
mendasar, bahkan bisa dikatakan wajib bagi setiap manusia yang “masih hidup” di
dunia ini.
Tiga kunci utama dalam pergaulan, antara lain :
1) Ta’aruf
Ta’aruf atau saling mengenal menjadi suatu yang wajib ketika kita akan
melangkah keluar untuk bersosialisasi dengan orang lain. Dengan ta’aruf kita dapat
membedakan sifat, kesukuan, agama, kegemaran, karakter, dan semua ciri khas
pada diri seseorang.
2) Tafahum
Memahami, setelah kita mengenal seseorang pastikan kita tahu juga semua
yang ia sukai dan yang ia benci. Dengan memahami kita dapat memilih dan memilah
siapa yang harus menjadi teman bergaul kita dan siapa yang harus kita jauhi.
3) Ta’awun
Sikap ta’awun (saling menolong). Islam sangat menganjurkan kepada
ummatnya untuk saling menolong dalam kebaikan dan takwa. Rasullullah SAW telah
mengatakan bahwa “Bukan termasuk umatnya orang yang tidak peduli dengan
urusan umat Islam yang lain”.
Al-Ma`idah ayat ke-2 :
Tolong menolonglah kalian di atas kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah kalian
tolong menolong dalam dosa dan permusuhan. Bertaqwa (takut)lah kalian kepada
Allah, karena sesungguhnya Allah Maha Keras adzab-Nya.”
Ta’aruf, tafahum , dan ta’awun tidak akan ada artinya jika dasarnya bukan ikhlas
karena Allah.
h.Etika Berbicara
Hendaknya pembicaran selalu di dalam kebaikan.Hendaknya pembicaran
dengan suara yang dapat didengar, tidak terlalu keras dan tidak pula terlalu rendah,
ungkapannya jelas dapat difahami oleh semua orang dan tidak dibuat-buat atau
dipaksa-paksakan.
Jangan membicarakan sesuatu yang tidak berguna bagimu.
Janganlah kamu membicarakan semua apa yang kamu dengar. Abu Hurairah
Radhiallaahu ‘anhu di dalam hadisnya menuturkan : Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi
wa sallam telah bersabda: “Cukuplah menjadi suatu dosa bagi seseorang yaitu
apabila ia membicarakan semua apa yang telah ia dengar”.(HR. Muslim)
Menghindari perdebatan dan saling membantah, sekali-pun kamu berada di fihak
yang benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda. Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku adalah penjamin sebuah istana di
taman surga bagi siapa saja yang menghindari bertikaian (perdebatan) sekalipun ia
benar; dan (penjamin) istana di tengah-tengah surga bagi siapa saja yang
meninggalkan dusta sekalipun bercanda”. (HR. Abu Daud dan dinilai hasan oleh Al-
Albani).
Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa. Aisyah Radhiallaahu ‘anha. telah
menuturkan: “Sesungguhnya Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam apabila
membicarakan suatu pembicaraan, sekiranya ada orang yang menghitungnya,
niscaya ia dapat menghitungnya”. (Mutta-faq’alaih).
Menghindari perkataan jorok (keji). Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Seorang mu’min itu pencela atau pengutuk atau keji pembicaraannya”.
(HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adab Mufrad, dan dishahihkan oleh Al-Albani).
Menghindari sikap memaksakan diri dan banyak bicara di dalam berbicara. Di dalam
hadits Jabir Radhiallaahu ‘anhu disebutkan: “Dan sesungguhnya manusia yang
paling aku benci dan yang paling jauh dariku di hari Kiamat kelak adalah orang yang
banyak bicara, orang yang berpura-pura fasih dan orang-orang yang mutafaihiqun”.
Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulllah, apa arti mutafaihiqun? Nabi menjawab:
“Orang-orang yang sombong”. (HR. At-Turmudzi, dinilai hasan oleh Al-Albani).
Menghindari perbuatan menggunjing (ghibah) dan mengadu domba. Allah
Subhaanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya: “Dan janganlah sebagian kamu
menggunjing sebagian yang lain”.(Al-Hujurat: 12).
Mendengarkan pembicaraan orang lain dengan baik dan tidak memotongnya, juga
tidak menampakkan bahwa kamu mengetahui apa yang dibicarakannya, tidak
menganggap rendah pendapatnya atau mendustakannya.
Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya: “Wahai orang-orang yang
beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain (karena) boleh jadi
mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan), dan
jangan pula wanita-wanita (mengolokolokan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi
wanita-wanita (yang diperolokolokan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokan)”.
(Al-Hujurat: 11).
i.Etika Berkomunikasi Lewat Telepon
Ceklah dengan baik nomor telepon yang akan anda hubungi sebelum anda
menelpon agar anda tidak mengganggu orang yang sedang tidur atau mengganggu
orang yang sedang sakit atau merisaukan orang lain.
Pilihlah waktu yang tepat untuk berhubungan via telepon, karena manusia
mempunyai kesibukan dan keperluan, dan mereka juga mempunyai waktu tidur dan
istirahat, waktu makan dan bekerja.
Jangan memperpanjang pembicaraan tanpa alasan, karena khawatir orang yang
sedang dihubungi itu sedang mempunyai pekerjaan penting atau mempunyai janji
dengan orang lain.
Hendaknya wanita tidak memperindah suara di saat ber-bicara (via telpon) dan tidak
berbicara melantur dengan laki-laki. Allah berfirman yang artinya: “Maka janganlah
kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit
dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik”. (Al-Ahzab: 32).
Maka hendaknya wanita berhati-hati, jangan berbicara diluar kebiasaan dan tidak
melantur berbicara dengan lawan jenisnya via telepon, apa lagi memperpanjang
pembicaraan, memperindah suara, memperlembut dan lain sebagainya.
Hendaknya penelpon memulai pembicaraannya dengan ucapan Assalamu’alaikum,
karena dia adalah orang yang datang, maka dari itu ia harus memulai
pembicaraannya dengan salam dan juga menutupnya dengan salam.
Tidak memakai telpon orang lain kecuali seizin pemilik-nya, dan itupun bila terpaksa.
Tidak menggunakan telepon untuk keperluan yang negatif, karena telepon pada
hakikatnya adalah nikmat dari Allah yang Dia berikan kepada kita untuk kita gunakan
demi memenuhi keperluan kita. Maka tidak selayaknya jika kita menjadikannya
sebagai bencana, menggunakannya untuk mencari-cari kejelekan dan kesalahan
orang lain dan mencemari kehormatan mereka, dan menyeret kaum wanita ke jurang
kenistaan. Ini haram hukumnya, dan pelakunya layak dihukum.
j.Etika Bertetangga
Menghormati tetangga dan berprilaku baik terhadap mereka. Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, sebagaimana di dalam hadits Abu Hurairah
Radhiallaahu anhu : “….Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir,
maka hendaklah ia memu-liakan tetangganya”. Dan di dalam riwayat lain disebutkan:
“hendaklah ia berprilaku baik terhadap tetangganya”. (Muttafaq’alaih).
Bangunan yang kita bangun jangan mengganggu tetangga kita, tidak membuat
mereka tertutup dari sinar mata hari atau udara, dan kita tidak boleh melampaui
batasnya, apakah merusak atau mengubah miliknya, karena hal tersebut menyakiti
perasaannya.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam telah bersabda: “Demi Allah, tidak beriman;
demi Allah, tidak beriman; demi Allah, tidak beriman! Nabi ditanya: Siapa, wahai
Rasulullah? Nabi menjawab: “Adalah orang yang tetangganya tidak merasa tentram
karena perbuatan-nya”. (Muttafaq’alaih).
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda kepada Abu Dzarr: “Wahai Abu
Dzarr, apabila kamu memasak sayur (daging kuah), maka perbanyaklah airnya dan
berilah tetanggamu”. (HR. Muslim).
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: “Ada tiga kelompok manusia
yang dicintai Allah…. –Disebutkan di antaranya- :Seseorang yang mempunyai
tetangga, ia selalu disakiti (diganggu) oleh tetangganya, namun ia sabar atas
gangguannya itu hingga keduanya dipisah oleh kematian atau keberangkatannya”.
(HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani).
MORAL
Moral dalam istilah dipahami juga sebagai:
1. prinsip hidup yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk.
2. Kemampuan untuk memahami perbedaan benar dan salah.
3. Ajaran atau gambaran tentang tingkah laku yang baik.
Moral ialah tingkah laku yang telah ditentukan oleh etika. Tingkah laku yang telah
ditentukan oleh etika sama ada baik atau buruk dinamakan moral. Moral terbagi
menjadi dua yaitu :
a. Baik; segala tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai baik
b. Buruk; tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai buruk.
Moral juga diartikan sebagai ajaran baik dan buruk perbuatan dan kelakuan,
akhlak, kewajiban, dan sebagainya (Purwadarminto, 1956 : 957). Dalam moral diatur
segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, dan suatu perbuatan yang
dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk
membedakan antara perbuatan yang baik dan perbuatan yang salah. Dengan
demikian moral merupakan kendali dalam bertingkah laku.
Moral dapat diukur secara subyektif dan obyektif. Kata hati atau hati nurani
memberikanukuran yang subyektif, adapun norma memberikan ukuran yang
obyektif. (Hardiwardoyo,1990). Apabila hati nurani ingin membisikan sesuatu yang
benar, maka norma akan membantu mencari kebaikan moral.
Kemoralan merupakan sesuatu yang berkait dengan peraturan-peraturan
masyarakat yang diwujudkan di luar kawalan individu. Dorothy Emmet(1979)
mengatakan bahawa manusia bergantung kepada tatasusila, adat, kebiasaan
masyarakat dan agama untuk membantu menilai tingkahlaku seseorang.
AKHLAK
Macam-Macam Akhlak

a.Akhlak kepada Allah


Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk
menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah
membuktikanketundukkan terhadap perintah Allah.
Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik
diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan
ketenangan dan ketentraman hati.
Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan
inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan
ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah
terhadap segala sesuatu. Kekuatan do’a dalam ajaran Islam sangat luar biasa,
karena ia mampu menembus kekuatan akal manusia. Oleh karena itu berusaha dan
berdo’a merupakan dua sisi tugas hidup manusia yang bersatu secara utuh dalam
aktifitas hidup setiap muslim.Orang yang tidak pernah berdo’a adalah orang yang
tidak menerima keterbatasan dirinya sebagai manusia karena itu dipandang sebagai
orang yang sombong ; suatu perilaku yang tidak disukai Allah.
Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu
hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya
rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak
kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan
pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.

b.Akhlak kepada diri sendiri


Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari
pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya. Sabar
diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa
musibah.
Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak
bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan.
Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah,
sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan denganmenggunakan dan
memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya,
orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa,
menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak
menyenangkan orang lain

c.Akhlak kepada keluarga


Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara
anggotakeluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi.
Akhlak ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan
perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk
perbuatan antara lain : menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima
kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut, mentaati perintah,
meringankan beban, serta menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi
berusaha.
Komunikasi yang didorong oleh rasa kasih sayang yang tulus akan dirasakan oleh
seluruh anggota keluarga. Apabila kasih sayang telah mendasari komunikasi orang
tua dengan anak, maka akan lahir wibawa pada orang tua. Demikian sebaliknya,
akan lahir kepercayaan orang tua pada anak oleh karena itu kasih sayang harus
menjadi muatan utama dalam komunikasisemua pihak dalam keluarga.
Dari komunikasi semacam itu akan lahir saling keterikatan batin,keakraban, dan
keterbukaan di antara anggota keluarga dan menghapuskan kesenjangan di antara
mereka. Dengan demikian rumah bukan hanya menjadi tempat menginap, tetapi
betul-betul menjadi tempat tinggal yang damai dan menyenangkan, menjadi surge
bagi penghuninya. Melalui komunikasi seperti itu pula dilakukan pendidikan dalam
keluarga, yaitu menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anak sebagai landasan
bagi pendidikan yang akan mereka terima pada masa-masa selanjutnya.

d.Akhlak kepada sesama manusia


(1). Akhlak terpuji ( Mahmudah )
 Husnuzan
Berasal dari lafal husnun ( baik ) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan berarti
prasangka, perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan adalah suuzan yakni
berprasangka buruk terhadap seseorang. Hukum kepada Allah dan rasul nya wajib,
wujud husnuzan kepada Allah dan Rasul-Nya antara lain:
a. Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan Rasul-
Nya Adalah untuk kebaikan manusia
b. Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama pasti berakibat
buruk.
Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh dilakukan). Husnuzan
kepada sesama manusia berarti menaruh kepercayaan bahwa dia telah berbuat
suatu kebaikan. Husnuzan berdampak positif berdampak positif baik bagi pelakunya
sendiri maupun orang lain.
 Tawaduk
Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang merendahkan
diri dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur. Allah berfirman , Dan
rendahkanlah dirimu terhadap keduanya, dengan penuh kasih sayang dan
ucapkanlah, ”Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku pada waktu kecil.” (Q.S. Al Isra/17:24)
Ayat di atas menjelaskan perintah tawaduk kepada kedua orang tua.
 Tasamu
Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai sesama
manusia. Allah berfirman, ”Untukmu agamamu, dan untukku agamaku
(Q.S.Alkafirun/109: 6)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa masing-masing pihak bebas melaksanakan ajaran
agama yang diyakini.
 Ta’awun
Ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengansesama
manusia. Allah berfirman, ”…dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan…”(Q.S. Al Maidah/5:2)
(2). Akhlak tercela ( Mazmumah )
 Hasad
Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu melihat orang
lain beruntung. Allah berfirman, ”Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang
telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atassebagian yang lain.(Karena) bagi
laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada
bagian dari mereka usahakan.
Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya…” (Q.S. AnNisa/4:32)
 Dendam
Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk membalas
kejahatan. Allah berfirman, ”Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan
(balasan) yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu
bersabar, sesungguhlah itulah yang terbaik bagi orang yang sabar” (Q.S. An
Nahl/16:126)
 Gibah dan Fitnah
Membicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan nama
baiknya. Apabila kejelekan yang dibicarakan tersebut memang dilakukan orangnya
dinamakan gibah. Sedangkan apabila kejelekan yang dibicarakan itu tidak benar,
berarti pembicaraan itu disebut fitnah. Allah berfirman, ”…dan janganlah ada diantara
kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada diantara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik…” (Q.S. Al
Hujurat/49:12).
 Namimah
Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan seseorang
yang belum tentu benar kepada orang lain dengan maksud terjadi perselisihan
antara keduanya. Allah berfirman, ”Wahai orang-orang yang beriman! Jika
seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita maka telitilah
kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan
(kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (Q.S. Al
Hujurat/49:6).

Anda mungkin juga menyukai