Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MATA KULIAH AKUNTANSI SYARIAH

RANGKUMAN BAB 5
SEJARAH DAN PEMIKIRAN AKUNTANSI SYARIAH
Dosen Pengampu : Kunti Sunaryo, SE. M.Si. Ak

Disusun oleh:
Nama : Indah Umestiana
NIM : 142160054
Kelas : EA-A

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
TAHUN 2019
BAB 5
SEJARAH DAN PEMIKIRAN AKUNTANSI SYARIAH

A. PERKEMBANGAN AWAL AKUNTANSI


Pada awalnya merupakan ilmu pasti, yaitu bagian dari ilmu pengetahuan
yang berhubungan dengan masalah hukum alam dan perhitungan yang bersifat
memiliki kebenaran absolut. Akuntansi adalah bagian dari ilmu pasti yang
perkembangannya bersifat akumulatif, setiap penemuan metode baru akuntansi akan
memperkaya ilmu akuntansi tersebut. Akuntansi pada awalnya adalah buah pikir
dari seorang ahli matematika seperti Luca Paciolli dan Musa Al-khawarizmy.
Akuntansi dalam Islam merupakan alat (tool) untuk melaksanakan perintah
Allah untuk melakukan pencatatan dalam melakukan transaksi usaha, Islam
memandang akuntansi tidak hanya sekadar ilmu yang bebas nilai untuk melakukan
pencatatan dan pelaporan saja, tetapi juga sebagai alat untuk menjalankan nilai-nilai
Islam (Islamic Values) sesuai ketentuan syariah.
Ibnu Khaldun adalah seorang filosof islam yang juga telah bicara tentang
politik, sosiologi, ekonomi, bisnis, perdagangan. Bahkan ada dugaan bahwa
pemikiran mereka itulah sebenarnya yang dikemukakan oleh para filoso barat
belakangan yang muncul pada abad 18M. Sebenarnya Al-Khawarizmy lah yang
memberikan kontribusi besar bagi perkembangan matematika modern Eropa.
Akuntansi modern yang dikembangkan dari persamaan algebra dengan konsep –
konsep dasarnya untuk digunakan memecahkan persoalan pembagian harta warisan
secara adil sesuai dengan syariah yang ada pada Al-Qur’an, perkara hukum (law
suit) dan praktik bisnis perdagangan.
Sebenarnya, sudah banyak pula ahli akuntan yang mengakui keberadaan
akuntansi islam itu, misalnya RE Gambling, William Roget, Baydoun, Hayashi dari
jepang, dan lain – lain.Seperti Paccioli dalam memperkenalkan system double entry
melalui ilmu matematika.Sistem akuntansi dibangun dari dasar kesamaan akuntansi.
Aset=Utang+Modal (A=U+M). Aljabar pertama-tama ditemukan oleh islam, maka
sangat logis jika ilmu akuntansi juga terdapat dalam sistem ekonomi Islam, paling
tidak menjadi dasar perkembangannya.

2
B. SEJARAH AKUNTANSI
Akuntansi merupakan salah satu profesi tertua di dunia, dari sejak zaman
prasejarah, keluarga memiliki perhitungan tersendiri untuk mencatat makanan dan
pakaian yang harus mereka persiapkan dan mereka gunakan pada saat musim
dingin. Ketika masyarakat mulai mengenal adanya “perdagangan” maka pada saat
yang sama mereka telah mengenal konsep nilai (value) dan mulai mengenal sistem
moneter. Bukti tentang pencatatan (bookkeeping) tersebut dapat ditemukan mulai
dari kerajaan Babilonia (4500 SM), Firaun mesir dan kode-kode hammurabi (2250
SM), sebagaimana ditemukan adanya kepingan pencatatan akuntansi di Ebla, Syiria
utara.
Walaupun akuntansi telah dimulai dari zaman pra sejarah, saat ini kita hanya
mengenal Luca Paciolli sebagai bapak akuntansi modern, Paciolli adalah seorang
ilmuan dan pengajar dibeberapa universitas Tuscany-Italia, merupakan orang yang
dianggap menemukan persamaan akuntansi untuk pertama kali pada tahun 1494
dengan bukunya: Summa de Arithmatica Geometria et Propotionalita (A Review of
Arithmetic, Geometry and Proportions).
Menurut sejarahnya, kita mengetahui bahwa sistem pembukuan double entry
muncul di italia pada abad ke-13. Itulah catatan paling tua yang kita miliki mengenai
sistem “Double Entry” sejak akhir abad ke-13 itu.
Dalam buku “Accounting Theory” yang ditulis oleh Hendriksen menjelaskan :
“...the introduction of arabic numerical greatly facilitated the growth of
accounting.” (penemuan angka arab sangat membantu perkembangan akuntansi).
Kutipan ini menandai anggapan bahwa sumbangan arab terhadap perkembangan
disiplin akuntansi sangat besar.
Kesamaan atau kemiripan yang disusun oleh Luca Paciolli dengan pemikir muslim
Tahun Luca Paciolli Islam
In the Nama of God Bismillah (Dengan Nama Allah)
Client Mawla
Cheque Sakk
Separate Sheet Waraka Khidma
Closing Book Yutbak
622 M Journal Jaridah
750 M Receivable-Subsidiary Ledger Al Awraj
750 M General Journal Daftar Al Yawmiah
750 M Journal Voucher Ash Shahad

3
Abad Collectible Debt Arra’ej Menal Mal
8M
Uncollectible Debt Munkaser Menal Mal
Doubfull, difficult, Al Mutaakhher wal Mutahyyer
complicated debt
Auditing Hisab
Chart of Account Sabh Al asha

C. PERKEMBANGAN AKUNTANSI SYARIAH


1. Zaman Awal Perkembangan Islam
Pendeklarasian negara Islam di Madinah (tahun 622 M) atau bertepatan
dengan tahun 1 H), sehingga seluruh kegiatan kenegaraan dilakukan bersama-
sama dan gotong royong dikalangan para Muslimin.
Telah menjadi tradisi bahwa bangsa Arab melakukan 2 kali perjalanan
kafilah perdagangan yaitu musim dingin dengan tujuan perdagangan ke Yaman
dan musim panas menuju ke Syam (sekarang Syiria, Lebanon, Jordania,
Palestina, dan Israel)perdagangan tersebut akhirnya berkembang hingga sampai
ke eropa terutama setelah penaklukan mekkah.
Dalam perkembangan selanjutnya, ketika ada kewajiban zakat dan ‘ushr
(pajak pertanian dari muslim), dan perluasan wilayah sehingga dikenal adanya
jizyah (pajak perlindungan dari nonmuslim) dan kharaj (pajak penghasilan dari
nonmuslim), maka Rasulullah mendirikan Baitul Maal pada awal abad ke-7
konsep ini cukup maju pada zaman tersebut dimana seluruh penerimaan
dikumpulkan secara terpisah dengan pemimpin negara dan baru akan
dikeluarkan untuk kepentingan negara. Walaupun disebutkan pengelolaan baitul
maal masih sederhana, tetapi Nabi telah menunjuk petugas qadi, ditambah para
sekretaris dan pencatat administrasi pemerintah. Mereka ini berjumlah 42 orang
dan dibagi dalam empat bagian yaitu: sekretaris pernyataan, sekretaris hubungan
dan pencatatan tanah, sekretaris perjanjian dan sekretaris peperangan.
2. Zaman Empat Khalifah
Pada pemerintahan Abu Bakar, pengelolaan Baitul Maal masih sangat
sederhana dimana penerimaan dan pengeluaran dilakukan secara seimbang
hampir tidak pernah ada sisa. Perubahan sistem administrasi yang cukup
signifikan dilakukan diera kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab dengan
memperkenalkan istilah Diwan oleh Sa’ad bin Abi Waqqas (636M), diwan dapat

4
diartikan sebagai tempat dimana pelaksana duduk, bekerja dan dimana akuntansi
dicatat dan disimpan. Diwan berfungsi untuk mengurusi pembayaran gaji.
Hal ini kembali menunjukkan bahwa akuntansi berkembang dari suatu
lokasi ke lokasi lain sebagai akibat dari hubungan masyarakat. Selain itu, baitul
maal sudah tidak terpusat lagi dimadinah tetapi juga didaerah taklukan Islam.
Diwan yang dibentuk oleh Umar memiliki 14 departemen dan 17 kelompok,
dimana pembagian departemen tersebut menunjukkan adanya pembagian tugas
dalam sistem keuangan dan pelaporan keuangan yang baik. Pada masa itu istilah
pembukuan dikenal dengan Jarridah atau menjadi istilah journal dalam bahasa
inggris yang berarti berita. Di Venice istilah ini dikenal dengan sebutan Zournal.
Fungsi akuntansi telah dilakukan oleh berbagai pihak dalam Islam
seperti: Al-Amil, Mubashor, Al-Katib, namun yang paling terkenal adalah Al-
Katib yang menunjukkan orang yang bertanggung jawab untuk menuliskan dan
mencatat informasi baik keuangan maupun non-keuangan. Sedangkan untuk
khusus akuntan dikenal juga dengan nama Muhasabah/Muhtasib yang
menunjukkan orang yang bertanggung jawab dalam melakukan perhitungan.
Mustahib memiliki kekuasaan luas, termasuk pengawasan harta,
kepentingan sosial, pelaksanaan ibadah pribadi, dan pemeriksaan transaksi
bisnis. Akram khan memberikan 3 kewajiban mustahib, yaitu :
1) Pelaksanaan hak Allah termasuk kegiatan ibadah
2) Pelaksanaan hak-hak masyarakat seperti prilaku dipasar, kebenaran
timbangan dan kejujuran bisnis
3) Pelaksanaan yang berkaitan dengan keduanya seperti menjaga kebersihan
jalan, lampu jalan, bangunan yang menggangu masyarakat dan sebagainya.
Disisi lain, ada juga fungsi mustahib dalam bidang pelayanan umum
(public services) misalnya: pemeriksaan kesehatan, suplai air, memastikan orang
miskin mendapat tunjangan, bangunan yang mau roboh, memeriksa kelayakan
pembangunan rumah, ketidaknyamanan dan keamanan berlalu lintas, jalan untuk
pejalan kaki, menjaga keamanan dan kebersihan pasar. Dari berbagai fungsi
shahib al shurta dan mustahib ini dapat disimpulkan bahwa fungsi utamanya
adalah untuk mencegah pelanggaran terhadap hukum baik hukum sipill maupun
hukum agama.

5
D. SEKILAS PROSEDUR DAN ISTILAH YANG DIGUNAKAN
Kontribusi besar yang diberikan oleh Al-Khawarizmy adalah membuat
sistem akuntansi dan pencatatan dalam negara Islam dan membaginya dalam
beberapa jenis daftar. Beliau juga bersama dengan penjelasan dari Al-Mazendarany
menjelaskan tentang sistem akuntansi termasuk tujuan serta praktik yang terjadi.
Tujuan sistem akuntansi adalah memastikan akuntabilitas, mendukung proses
pengambilan keputusan serta mempermudah proses evaluasi atau program yang
telah selesai.
Ada tujuh hal khusus dalam sistem akuntansi yang dijalankan oleh negara
Islam sebagaimana dijelaskan oleh Al-Khawarizmy dan Al-Mazendarany (Zaid,
2004), yaitu:
1. Sistem akuntansi untuk kebutuhan hidup.
2. Sistem akuntansi untuk konstruksi merupakan sistem akuntansi untuk proyek
pembangunan yang dilakukan pemerintah.
3. Sistem akuntansi untuk pertanian merupakan sistem yang berbasis non-moneter.
4. Sistem akuntansi gudang merupakan sistem untuk mencatat pembelian barang
negara.
5. Sistem akuntansi mata uang.
6. Sistem akuntansi peternakan merupakan sistem untuk mencatat seluruh binatang
ternak.
7. Sistem akuntansi perbendaharaan.
Pencatatan dalam negara Islam telah memiliki prosedur yang wajib diikuti,
serta pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan atas aktivitas dan
menemukan surplus dan defisit atas pencatatan yang tidak seimbang. Jika ditemukan
kesalahan maka orang yang bertanggung jawab harus menggantinya. Hal ini
merupakan salah satu pengendalian intern (internal control), penerapan prosedur
audit (audit procedure), serta akuntansi berbasis pertanggung jawaban (responsibility
accounting). Prosedur yang harus dilakukan adalah :
1. Transaksi harus dicatat setelah terjadi.
2. Transaksi harus dikelompokkan menurut jenisnya (nature).
3. Penerimaan akan dicatat disebelah kanan dan pengeluaran dicatat disebelah kiri.
Sumber-sumber penerimaan harus dicatat dan dijelaskan

6
4. Pembayaran harus dicatat dan diberikan penjelasan yang memadai disisi kiri
halaman.
5. Pencatatan transaksi harus dicacat dengan sangat hati-hati.
6. Tidak diberikan jarak penulisan disisi sebelah kiri, dan harus diberi garis
penutup (attarkeen).
7. Koreksi atas transaksi yang telah dicatat tidak boleh dengan cara menghapus
atau menulis ulang. Jika Al kateb melakukan kesalahan maka harus mengganti.
8. Jika akun telah ditutup, maka akan diberi tanda akan hal tersebut.
9. Seluruh transaksi yang dicatat dibuku journal (Al Jaridah) akan dipindahkan
pada buku khusus berdasarkan pengelompokan transaksi.
10. Orang yang melakukan pencatatan untuk pengelompokan berbeda dengan orang
yang melakukan pencatatan harian.
11. Saldo (disebut al haseel) diperoleh dari selisih.
12. Laporan harus disusun setiap bulan dan setiap tahun. Laporan harus cukup detail
dan memuat informasi yang penting.
13. Pada setiap akhir tahun, laporan yang disampaikan oleh al kateb harus
menjelaskan seluruh informasi secara detail barang dan dana yang berada
dibawah wewenangnya.
14. Laporan tahunan yang disusun al kateb akan diperiksa dan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya dan akan disimpan di Diwan pusat.
Dihubungkan dengan prosedur tersebut, terdapat beberapa istilah sebagai
berikut :
1. Al- Jaridah merupakan buku untuk mencatat transaksi, dan Al Jaridah perlu di-
cap dengan stempel Sultan, Al Jaridah sendiri sudah ada ketika masa Daulah
Bani Umayyah dan dikembangkan ketika Daulah Bani Abbasiyah dengan
beberapa bentuk jurnal khusus seperti berikut :
a. Jaridah Al-Kharaj diguanakan untuk berbagai jenis zakat seperti pendapatan
yang berasal dari tanah, tanaman, dan binatang ternak.
b. Jaridah Annafakat digunakan untuk mencatat jurnal pengeluaran.
c. Jaridah Al-Maal digunakan untuk mencatat jurnal pendanaan yang berasal
dari penerimaan dan pengeluaran zakat.

7
d. Jaridah Al-Musadereen digunakan untuk mencatat jurnal pendanaan khusus
berupa perolehan dana dari individu yang tidak harus taat dengan hukum
islam seperti : non muslim.
2. Daftar Al Yaumiah (buku harian/dalam bahasa persia ruznamah). Daftar tersebut
digunakan sebagai dasar untuk pembuatan Ash-Shahed (journal voucher).
Journal voucher merupakan tanggung jawab Al Kateb dan disetujui oleh
pimpinan Diwan dan Menteri.
Bentuk umum dari Daftar diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Daftar Attawjihat : buku yang digunakan untuk mencatat anggaran
pembelanjaan. Baik berbentuk Mukarriyah (anggaran operasional) maupun
Itlakiyah (anggaran untuk posdikresi dari raja).
b. Daftar Attahwilat : buku yang digunakan untuk mencatat keluar masuknya
dana antara wilayah dan pusat pemerintahan.
Al-Khawarazmy membagi beberapa jenis daftar sebagai berikut :
1) Kaman al-Kharadj yang merupakan dasar-dasar survei.
2) Al-Awardj menunjukkan daftar utang perindividu beserta daftar pembayaran
cicilan.
3) Al-Ruznamadj atau buku harian yaitu melakukan pencatatan untuk
pembayaran dan penerimaan setiap hari.
4) Al-Khatma merupakan laporan pendapatan dan pengeluaran per bulan.
5) Al-Khatma Al-Djami’a merupakan laporan tahunan.
6) Al-Ta’ridj merupakan tambahan catatan untuk menunjukkan katagori secara
keseluruhan.
7) Al-Arida merupakan tiga kolom jurnal yang totalnya terdapat dikolom
ketiga.
8) Al-bara’a merupakan penerimaan pembayaran dari pembayar pajak.
9) Al-Muwafaka wal-djama’a merupakan akuntansi yang komprehensif
disajikan oleh ‘amil, apabila hasilnya benar maka akan ditandatangani oleh
muwafaka, sedangkan apabila terdapat perbedaan disebut dengan muhasaba.
Sedangkan orang yang memperkenalkan istilah daftar kepada tentara
adalah Abu Muslim yang pada akhirnya menjadi pedoman dimasa dinasti
Abbasiyah. Namun demikian, ada perbedaan dengan sistem regular yang

8
diusulkan oleh Al-Khawarizmy. Pembagian akuntansi untuk kantor militer
(Diwab Al-Djaysh), Al-Khawarizmy membagi menjadi :
a. Al-Djaria Al-Sawda merupakan daftar nama prajurit, silsilah, asal suku, dan
deskripsi fisik yang selalu disiapkan setiap tahun.
b. Radj’a merupakan daftar permintaan yang dikeluarkan oleh mu’ti (pimpinan)
utuk tentara tertentu di daerah terpencil.
c. Al-Radj’a Al-Djami’a merupakan permintaan umum yang dikeluarkan oleh
mu’ti untuk akun umum (tama’).
d. Al-Sakk, permintaan persediaan untuk akun umum yang menunjukkan
pembayaran dengan nomor dan jumlah serta tanda dari pihak yang memiliki
otoritas.
e. Al-Mud’mara permintaan persediaan yang dikeluarkan selama periode akun
umum.
f. Al-Istikrar merupakan persediaan setelah dilakukan pembayaran.
g. Al-Muwasafa adalah daftar yang menunjukkan lingkungan dan penyebab
terjadinya perubahan pada lingkungan.
h. Al-Djarida Al-Musadjadjala adalah register yang tersegel.
i. Al-Fihrist adalah daftar persediaan yang terdapat pada diwan.
j. Al-Dastur copy umum atas beberapa draf.
3. Beberapa jenis laporan keuangan diantaranya :
a. Al Khitmah merupakan laporan yang dibuat setiap akhir bulan yang
menunjukkan total penerimaan dan pengeluaran. Walaupun digunakan untuk
laporan bulanan pemerintah juga bisa digunakan oleh para pedagang dengan
tujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan sebagai dasar perhitungan
zakat.
b. Al Khitmah Al Jameeah merupakan laporan yang disiapkan oleh Al Khateb
tahunan dan diberikan kepada atasannya berisi : pendapatan, beban dan
surplus/defisit setiap akhir tahun.
c. Dalam perhitungan dan laporan zakat akan dikelompokkan pada laporan
keuangan terbagi dalam 3 kelompok, yaitu :
1. Ar-Raj Minal Mal (yang dapat tertagih)
2. Ar-Munkasir Minal Mal (piutang tidak dapat tertagih)

9
3. Al Muta’adhir Wal Mutahayyer wal Muta’akkid (piutang yang sulit dan
piutang bermasalah sehingga tidak tertagih).
Pada perhitungan zakat, utang diklasifikasi menjadi tiga berdasarkan
kemampuan bayar, yaitu:
a. Arra’ej Minal Maal (collectible debts)
b. Al Munkase Minal Mal (uncollectible debts)
c. Al Muta’adher wal Mutahayyer (complicated atau doubful debts).

E. HUBUNGAN AKUNTANSI MODERN DAN AKUNTANSI ISLAM


Luca Paciolli sebagaimana telah diterangkan pada bagian sebelumnya,
adalah seorang ilmuwan sekaligus juga seorang pengajar dibeberapa universitas
Italia seperti Venice, Milan, Florence dan Roma. Untuk itu, beliau telah banyak
membaca banyak buku termasuk buku yang telah diterjemahkan.
Pada tahun 1429 M, angka Arab dilarang untuk digunakan oleh pemerintah
Italia. Luca Paciolli selalu tertarik untuk belajar tentang hal tersebut serta belajar
dari Alberti seorang ahli matematika yang belajar dari pemikir Arab dan selalu
menjadikan karya Pisa sebagai rujukan. Paciolli pergi dan bertemu dengan
temannya Onofrio Dini Florence seorang pedagang yang suka bepergian ke Afrika
Utara dan Konstatinopel, sehingga diduga paciolli mendapat ide tentang double
entry tersebut dari temannya ini. Bahkan Alfred Lieber (1968) mendukung pendapat
tersebut bahwa memang ada pengaruh dari pedagang arab pada italia, walaupun arab
tidak hanya berarti muslim saja.
Penelitian tentang sejarah dan perkembangan akuntansi memang perlu dikaji
lebih dalam lagi mengingat masih dipertanyakan bukti-bukti autentik tentang hal
tersebut.

10

Anda mungkin juga menyukai