Kimdas Cae
Kimdas Cae
BPK MASDIANTO
NAMA KELOMPOK 2 :
(KELAS 1A)
Berlian Setya H.
Chairunnisah
Desi Puspitasari
Ega Sudari
Nofi Aryani
Ivandi Satria
2017
1. PEMBUATAN, PENAGANAN DAN PENYIMPANAN
LARUTAN
Kesimpulan
Komposisi Larutan
Ada beberapa cara untuk menyatakan komposisi larutan. Yaitu
dengan Presentase massa/ persen bobot : presentase
berdasarkan massa suatu zat dalam larutan. Dalam kimia yang
paling bermanfaat menyatakan komposisi adalah fraksi mol,
molaritas, dan molalitas. Dan untuk lebih jelasnya akan dijelaskan
pada pembahasan konsentrasi larutan.
3. Jenis Larutan
Larutan berdasarkan daya hantarnya dibagi menjadi dua yaitu
larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit.
a. Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan yang bisa menghantarkan arus
listrik. Pada larutan ini dibedakan menjadi elektrolit kuat dan
elektrolit lemah. Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang
mempunyai daya hantar listrik yang kuat, karena zat terlarutnya
didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah menjadi ion-
ion (alpha = 1).
Yang tergolong elektrolit kuat adalah:
- Asam-asam kuat, seperti : HCl, HCl03, H2SO4, HNO3 dan
lain-lain.
- Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali
tanah, seperti: NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-
lain.
- Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI,
Al2(SO4)3 dan lain-lain.
4. Konsentrasi Larutan
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut
dalam sejumlah tertentu larutan. Secara fisika konsentrasi dapat
dinyatakan dalam % (persen) atau ppm (part per million) = bpj
(bagian per juta). Dalam kimia konsentrasi larutan dinyatakan
dalam molar (M), molal (m) atau normal (N).
a) Persen massa (% b/b)
Persen massa menyatakan perbandingan massa zat terlarut
(solute) terhadap massa larutan
% Solute = 100 %
b) Persen volum (% v/v)
Persen volum menyatakan perbandingan zat terlarut (solute)
terhadap volum larutan
% solute = 100 %
c) Persen massa/volum (% b/v)
Persen massa per volum menyatakan perbandingan massa zat
terlarut (solute) terhadap volume larutan
% 100 %
d) Persen volum/massa (% v/b)
Persen volum per massa menyatakan perbandingan volum zat
terlarut (solute) terhadap massa larutan
% 100 %
e) Molaritas (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap liter
larutan
M= x
f) Molalitas (m)
Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap kilo
gram (1000 gram) pelarut.
m= x
g) Normalitas (N)
Normalitas menyatakan jumlah ekuivalen zat terlarut dalam setiap
liter larutan.
N= xnx
h) ppm
ppm menyatakan massa (Mg) zat terlarut (solute) dalam tiap Kg
larutan
ppm =
5. kelarutan
Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut
dalam jumlah yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan
antara zat terlarut (solute) yang terlarut dan yang tak terlarut.
Banyaknya zat terlarut (solute)yang melarut dalam pelarut yang
banyaknya tertentu untuk menghasilkan suatu larutan jenuh
disebut kelarutan(solubility) zat itu. Kelarutan umumnya
dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 mL pelarut, atau per
100 gram pelarut pada temperatur yang tertentu. Jika kelarutan zat
kurang dari 0,01 gram per 100 gram pelarut, maka zat itu dikatakan
tak larut (insoluble).
Jika jumlah zat terlarut (solute) yang terlarut kurang dari
kelarutannya, maka larutannya disebut tak jenuh(unsaturated).
Larutan tak jenuh lebih encer (kurang pekat) dibandingkan dengan
larutan jenuh. Jika jumlah zat terlarut (solute) yang terlarut lebih
banyak dari kelarutannya, maka larutannya disebut lewat
jenuh(supersaturated). Larutan lewat jenuh lebih pekat daripada
larutan jenuh. Larutan lewat jenuh biasanya dibuat dengan cara
membuat larutan jenuh pada temperatur yang lebih tinggi. Pada
cara ini zat terlarut harus mempunyai kelarutan yang lebih besar
dalam pelarut panas daripada dalam pelarut dingin. Jika dalam
larutan yang panas itu masih tersisa zat terlarut yang sudah tak
dapat melarut lagi, maka sisa itu harus disingkirkan dan tidak boleh
ada zat lain yang masuk. Kemudian larutan itu didinginkan hati-hati
dengan cara didiamkan untuk menghindari pengkristalan. Jika
tidak ada solute yang memisahkan diri (mengkristal kembali)
selama pendinginan, maka larutan dingin yang diperoleh bersifat
lewat jenuh. Larutan lewat jenuh yang dapat dibuat dengan cara ini
misalnya larutan dari sukrosa, natrium asetat dan natrium tiosulfat
(hipo).
Larutan lewat jenuh merupakan suatu sistem metastabil. Larutan
ini dapat diubah menjadi larutan jenuh dengan menambahkan
kristal yang kecil (kristal inti/bibit) umumnya kristal dari zat terlarut
(solute). Kelebihan molekul zat terlarut (solute) akan terikat pada
kristal inti dan akan mengkristal kembali.
Kelarutan senyawa logam biasa, yaitu senyawa logam golongan
IA, IIA, IB, IIB, Mn, Fe, Co, Ni, Al, Sn, Pb, Sb, Bi, dan NH4+ seperti
pada tabel berikut:
Senyawa Kelarutan
Nitrat Semua larut
Nitrit Semua larut kecuali Ag+
Asetat Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Bi3+
Klorida Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+,
Cu3+
Bromida Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+
Iodida Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+, Bi3+
Sulfat Semua larut kecuali Ba+, Sr2+, Pb2+,
(Ca2+ sedikit larut)
Sulfit Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
Sulfida Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+,
Ba2+, Sr2+, Ca2+ Tabel
Fosfat Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+ 1.
Karbonat Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
Oksalat Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
Oksida Semua tidak larut kecuali Na+, K+, Ba2+,
Sr2+, Ca2+
Hidroksida Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+,
Ba2+, Sr2+, (Ca2+sedikit larut)
Kelarutan beberapa senyawa dalam air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain jenis
zat terlarut, jenis pelarut, temperatur, dan tekanan.
a. Jenis Zat
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat
saling bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat yang struktur
kimianya berbeda umumnya kurang dapat saling bercampur (like
dissolves like).
Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut
polar, sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam
pelarut nonpolar. Contohnya alkohol dan air bercampur
sempurna (completely miscible), air dan eter bercampur
sebagian (partially miscible), sedangkan minyak dan air tidak
bercampur (completely immiscible).
b. Suhu
Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang
lebih tinggi. Misalnya jika air dipanaskan, maka timbul gelembung-
gelembung gas yang keluar dari dalam air, sehingga gas yang
terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang. Kebanyakan zat
padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi.
Ada beberapa zat padat yang kelarutannya berkurang pada
temperatur yang lebih tinggi, misalnya natrium sulfat dan serium
sulfat. Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara proses
pelarutan dan proses pengkristalan kembali. Jika salah satu proses
bersifat endoterm, maka proses sebaliknya bersifat eksoterm. Jika
temperatur dinaikkan, maka sesuai dengan azas Le Chatelier
(Henri Louis Le Chatelier: 1850-1936) kesetimbangan itu bergeser
ke arah proses endoterm. Jadi jika proses pelarutan bersifat
endoterm, maka kelarutannya bertambah pada temperatur yang
lebih tinggi. Sebaliknya jika proses pelarutan bersifat eksoterm,
maka kelarutannya berkurang pada suhu yang lebih tinggi.
c. Tekanan
Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat
cair atau padat. Perubahan tekanan sebesar 500 atm hanya
merubah kelarutan NaCl sekitar 2,3 % dan NH4Cl sekitar 5,1 %.
Kelarutan gas sebanding dengan tekanan partial gas itu. Menurut
hukum Henry (William Henry: 1774-1836) massa gas yang melarut
dalam sejumlah tertentu cairan (pelarutnya) berbanding lurus
dengan tekanan yang dilakukan oleh gas itu (tekanan partial), yang
berada dalam kesetimbangan dengan larutan itu. Contohnya
kelarutan oksigen dalam air bertambah menjadi 5 kali jika
tekanan partial-nya dinaikkan 5 kali. Hukum ini tidak berlaku untuk
gas yang bereaksi dengan pelarut, misalnya HCl atau NH3 dalam
air.
6. Sifat Koligatif Larutan
a. Sifat Koligati Larutan Non-Elektrolit
Sifat larutan berbeda dengan sifat pelarut murninya. Terdapat
empat sifat fisika yang penting yang besarnya bergantung pada
banyaknya partikel zat terlarut tetapi tidak bergantung pada jenis
zat terlarutnya. Keempat sifat ini dikenal dengan sifat koligatif
larutan. Sifat ini besarnya berbanding lurus dengan jumlah partikel
zat terlarut. Sifat koligatif tersebut adalah tekanan uap, titik didih,
titik beku, dan tekanan osmosis. Menurut hukum sifat koligatif,
selisih tekanan uap, titik beku, dan titik didih suatu larutan dengan
tekanan uap, titik beku, dan titik didih pelarut murninya berbanding
langsung dengan konsentrasi molal zat terlarut.
Larutan yang bisa memenuhi hukum sifat koligatif ini disebut
larutan ideal. Kebanyakan larutan mendekati ideal hanya jika
sangat encer.
a) Tekanan Uap Larutan
Tekanan uap larutan lebih rendah dari tekanan uap pelarut
murninya. Pada larutan ideal, menurut hukum Raoult, tiap
komponen dalam suatu larutan melakukan tekanan yang sama
dengan fraksi mol kali tekanan uap dari pelarut murni.
PA = XA . P0A
PA = tekanan uap yang dilakukan oleh komponen A dalam larutan.
XA = fraksi mol komponen A.
P0A = tekanan uap zat murni A.
Larutan adalah campuran dua zat atau lebih yang homogen, yang
tidak dapat dibedakanlagi antara zat terlarut dengan mediumnya
(pelarut) walaupun menggunakan mikroskop ultra.Ukuran
partikelnya kurang dari satu nanometer (n < 1nm). Larutan bersifat
stabil dan tidakdapat disaring. Contoh larutan adalah larutan garam,
larutan gula, larutan cuka, air laut,spiritus, dan lain-lain.
3. Evaluasi hasil
1 3S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari
kontrol (out of control), apabila hasil pemeriksaan satu bahan
kontrol melewati batas x ± 3 S.
2 2S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari
kontrol, apabila hasil pemeriksaan 2 kontrol berturut-turut keluar
dari batas yang sama yaitu x + 2 S atau x – 2 S.
R 4S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari
kontrol, apabila perbedaan antara 2 hasil kontrol yang berturut-
turut melebihi 4 S (satu kontrol diatas +2 S, lainnya dibawah -2 S)
4 1S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari
kontrol, apabila 4 kontrol berturut-turut keluar dari batas yang sama
baik x + S maupun x – S.
10 X : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari
kontrol, apabila 10 kontrol berturut-turut berada pada pihak yang
sama dari nilai tengah.
Aturan ini mendeteksi gangguan ketelitian (kesalahan acak) yaitu
1 3S, R 4S atau gangguan ketepatan (kesalahan sistematik) yaitu
2 2S, 4 1S, 10 x, 1 3S.
4. Uji Ketepatan
Pada uji ketepatan ini dipakai serum kontrol yang telah diketahui
rentang nilai kontrolnya (assayed). Hasil pemeriksaan uji
ketepatan ini dilihat apakah terletak di dalam atau di luar rentang
nilai kontrol menurut metode pemeriksaan yang sama. Bila terletak
di dalam rentang nilai kontrol, maka dianggap hasil pemeriksaan
bahan kontrol masih tepat sehingga dapat dianggap hasil
pemeriksaan terhadap spesimen juga tepat. Bila terletak di luar
rentang nilai kontrol, dianggap hasil pemeriksaan bahan kontrol
tidak tepat sehingga hasil pemeriksaan terhadap spesimen juga
dianggap tidak tepat.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari uji kelarutan tersebut adalah jika kita ingin
mendapatkan suatu larutan dengan kualitas bagus, maka harus
memperhatikan cara penyimpanan, prosedur pembuatan, dan cara
kerja dalam proses analisa
Kesimpulan
Neraca adalah suatu alat untuk menimbang secara kuantitatif,
yang memudahkan kita dalam proses atau prosedur dalam praktek
analisis atau pembuatan media, dengan penggunaan yang sesuai
prosedur dan pemeliharaan alat yang baik, dapat membantu dalam
efisiensi waktu, materi dan tenaga.
4. Pengenalan dan Penanganan Bahan kimia
Adapun pengenalan dan penanganan bahan kimia dapat kita
lihat berbagai macam bahan-bahan kimia yang perlu di mengerti
apa kegunaannya, manfaatnya, dan di saat kapan perlu di pakai
adalah sebagai berikut :
bahan radiokaktif
Bahaya dari radiasi
Tipe-tipe radiasi
1) Partikel α (alfa),berupa atom-atom helium yang bermusim
positif
2) Partikel β (beta), yaitu partikel-partikel bermuatan negatif
berenergi tinggi
3) Sinar ¥ (gamma), dihasikan dari perubahan inti atom
radiokaktif berupa Gelombang elektromatik
Bahan korosif dan penyebab korosif
Bahan korosif merupakan salah satu bahan yang dapat merusak
dan mengakibatkan cacat permanen pada jaringan yang terkena
bahan korosif.bersentuhannya kulit dengan bahan-bahan korosif
umumnya disadari sehingga kurang begitu berbahaya bila
dibandingkan dengan racun yang terisap. Gunakan selalu
pelindung atau sarung tangan, jas lab dan kaca mata. Jika
bersentuhan dengan kulit, cucilah segera dengan sabun dan air.
Bahan-bahan korosif umumnya berupa cauran yang tidak dapat
terbakar, tetapi sering menimbulkan panas dan nyala jika terkena
udara atau uap air jika bersentuhan dengan yang mudah terbakar.
Contoh bahan-bahan korosif adalah asam nitrat, asam sulfat, asam
klorida, natrium hidroksida, asam asetat, anhidrida asetat,
methanol, perchlorat, ammonia, bromine, fluorin, hydrogen iodide,
phenol, karbondioksida padat, asam format, hydrogen peroksida,
fosfor kuning, logam kalium, kalium hidroksida, perak nitrat dan
logam natrium.
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk pengamatannya adalah :
1) Simpan bahan di tempat yang sesuai dan
lakukanpengontrolan atau pengawasan secara teratur.
2) Ikuti aturan-aturan penyimpanan, pemberian label,
pemakaian dan pembuangannya.
3) Simpan pesediaan di laboratorium dalam jumlah minimum.
4) Gunakan pelindung.
5) Hindarkan jangan sampai tumpah dan jika bersentuhan
dengan kulit, cucilah segera dengan air dan sabun
Mencegah kehilangan
Contoh : Brom
6. Iritasi
Bila terjadi kontak antara bahan kimia dengan organ tubuh, maka
tubuh akan menjadi lecet misalkan pada mata, kulit dan
pernapasan
7. Radiasi
Bahan kimia yang reaktif atau tidak stabil dapat bersifat mudah
meledak. Peledakan terjadi karena reaksi amat cepat serta
menghasilkan panas dan gas dalam jumlah yang besar. Ledakan
adalah kecelakaan yang sering terjadi di laboratorium kimia,
sehingga banyak menimbulkan korban dan jiwa.
Hijau Amoniak
Biru CO
3. Bahan korosif
Bahan kimia seperti asam klorida, asam nitrat, dan asam sulfat,
belerang dioksida, asam-asam, asam anhidrida dan alkali dapat
merusak logam (mineral) yang ada dalam tubuh kita, missal aasam
sulfat dapat menyebabkan luka setempat dan asam sulfide dapat
menyebabkan efek sistemik.
Contoh eter dapat terbakar dengan jarak 4 meter dari sumber api.
Logam Natrium, Butil-Litium bila kontak dengan air akan
menimbulkan api (kebakaran).
Terjadinya kebakaran dapat dimengerti bila kita memahami
segitiga api
oksigen
(Fire Class)
6. Bahan radioaktif
Kesimpulan
Dibawah ini adalah struktur dua dan tiga dimensi (versi balls and
stick) dari senyawa TNT. Atom hitam adalah karbon, abu-abu
adalah hidorgen, merah adalah oksigen, dan biru adalah nitrogen.
BAB III
PEMBAHASAN
PERBEDAAN ANTARA SENYAWA ORGANIK DENGAN
SENYAWA ANORGANIK
KLASIFIKASI SENYAWA
1. HIDROKARBON
Sesuai bagan di atas, diketahui bahwa pengklasifikasian senyawa
hidrokarbon terbagi menjadi dua yaitu :
ALKANA
Alkana adalah hidrokarbon yang rantai C nya hanya terdiri dari
ikatan kovalen tunggal saja. Rumus umumnya CnH2n+2.
Sifat-sifat Alkana
• Bahan bakar
• Pelarut
• Sumber hidrogen
• Pelumas
• Bahan baku untuk senyawa organik lain
• Bahan baku industri
Contoh alkana :
Sifat-sifat Alkena
Contoh alkena :
ALKUNA
Contoh alkuna :
2. Senyawa Rantai Tertutup (siklik)
Senyawa ini mengandung satu atau lebih rantai tertutup ( cincin )
dan dikenal sebagai senyawa siklik atau cincin.senyawa ini terbagi
2, yaitu senyawa homosiklik dan heterosiklik.
1) Senyawa Homosiklik
Senyawa hidrokarbon siklik adalah senyawa karbon yang
rantai C nya melingkar dan lingkaran itu mungkin juga
mengikat rantai samping. Golongan ini terbagi lagi menjadi
senyawa alisiklik dan aromatik.
1. Sifat fisis
zat cair tidak berwarna
memiliki bau yang khas
mudah menguap
benzene digunakan sebagai pelarut
tidak larut dalam pelarut polar seperti air tetapi larut
dalam senyawa yang kurang polar seperti eter dan
tetraklorometana.
larut dalam berbagai pelarut organic
benzena dapat membentuk campuran azeotrop dengan
air
densitas : 0,88
2. Sifat Kimia
bersifat toksik karsinogenik ( hati-hati menggunakan benzena
sebagai pelarut hanya gunakan jika tidak ada alternatif lain
misalnya toluena .
http://welajulia26.blogspot.co.id/2016/09/klasifikasi-senyawa-
organik.html
IKATAN HIDROGEN
Sifat kekuatan
a) Gaya Dipol-dipol
Gaya dipol-dipol terjadi jika sesama senyawa kovalen
polar saling berinteraksi. Senyawa kovalen polar memiliki
muatan yang terpolarisasi (terkutubkan) yang disebut Dipol.
Ada 2 jenis Dipol, yaitu dipol positif (bermuatan +) dan dipol
negatif (bermuatan -). Gaya dipol-dipol yang paling kuat
adalah ikatan Hidrogen. Dipol yang berbeda tarik menarik,
dipol yang sama akan tolak menolak. Gaya tarik menarik
antar dipol lebih kuat dibandingkan gaya tolak menolak antar
dipol. Gaya dipol-dipol yang paling kuat adalah ikatan
hidrogen.
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
kami dengan tepat waktu adapun materi yang kami bahas disni adalah
pembuatan, penanganan, dan penyimpanan karutan, uji kualtas larutan,
pengoperasian neraca analitik dan alat gelas, pengetahuan dan
penanganan bahan kimia dan pengantar kimia organik.
Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mempelajari tentang
bagaimana prosedur kerja yang tepat dari persiapan bahan kimia cara
penanganannya, alat apa saja yang digunakan, bagaimana mendapatkan
larutan dengan kualitas baik, dan penanganan serta pencegahan oleh
bahaya yang ditimbulkan oleh bahan bahan kimia.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PEMBAHASAN…………………………………………. 1
A. Simpulan ……………………………………………………………… 79