Anda di halaman 1dari 80

KIMIA DASAR

BPK MASDIANTO

NAMA KELOMPOK 2 :

(KELAS 1A)

Berlian Setya H.

Chairunnisah

Desi Puspitasari

Dina Novita Rahmi

Ega Sudari

Nofi Aryani

Ivandi Satria

UNIVERSITAS M.H THAMRIN

2017
1. PEMBUATAN, PENAGANAN DAN PENYIMPANAN
LARUTAN

PENYIMPANAN ZAT-ZAT/BAHAN-BAHAN KIMIA

Bahan kimia yang ada di laboratorium jumlahnya relatif banyak


seperti halnya jumlah peralatan. Di samping jumlahnya yang
banyak, bahan kimia juga dapat menimbulkan resiko bahaya yang
cukup tinggi. oleh karena itu hal yang harus diperhatikan dalam
penyimpanan dan penataan bahan kimia diantaranya meliputi
aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple
hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage
facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan
kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory), dan
informasi resiko bahaya (hazard information).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyimpan bahan-bahan
kimia diantaranya: wujud zat, konsentrasi zat, bahaya dari zat,
label, kepekaan zat terhadap cahaya, dan kemudahan zat tersebut
menguap. Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan
urutan alfabetis akan lebih tepat apabila bahan kimia sudah
dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya terutama
tingkat kebahayaannya. Semua bahan harus diberi label secara
jeas, dan untuk larutan harus dicantumkan tanggal pembuatannya.
Penyimpanan bahan-bahan kimia di laboratorium di dasarkan
pada wujud dari zat tersebut (padat, cair dan gas), sifat-sifat zat
(Asam dan basa), sifat bahaya zat (korosif, mudah terbakar, racun
dll), seberapa sering zat tersebut digunakan. Sistem penyimpanan
bahan-bahan kimia didasarkan pada bahan yang sering dipakai,
bahan yang boleh diambil sendiri oleh pemakai laboratorium,
bahan yang berbahaya/racun, dan jumlah bahan yang dsimpan.
Cara menyimpan bahan-bahan kimia sama hanya dengan
menyimpan alat-alat laboratorium, sifat masing-masing bahan
harus diketahui sebelum melakukan penyimpanan, seperti:

1. Bahan yang dapat bereaksi dengan plastic sebaiknya


disimpan dalam botol kaca.
2. Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan
dalam botol plastic.
3. Bahan yang dapat berubah apabila terkena matahari
langsung harus disimpan daam botol gelap dan diletakkan
dalam lemari tertutup.
4. Bahan yang tidak mudah rusak oleh cahaya matahari secara
langsung dapat disimpan dalam botol berwarna bening.
5. Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan
terpisah dari bahan lainnya.
6. Bahan disimpan dalam botol yang diberi symbol karakteristik
masing-masing bahan.
7. Sebaiknya bahan disimpan dalam botol induk yang berukuran
besar. Pengambilan bahan kimia dari botol secukupnya saja
sesuai kebutuhan, dan sisa bahan praktikum disimpan dalam
botol kecil, jangan dikembalikan ke dalam botol induk,
bertujuan untuk menghindari rusaknya bahan dalam botol
induk.
Tempat penyimpanan bahan-bahan kimia yang baika dalah di
ruangan khusus, tidak bercampur dengan tempat kegiatan
praktikum berjalan. Kelembaban ruangan harus benar-benar
diperhatikan untuk mencegah agar bahan tidak mudah rusak.
Umumnya bahan kimia disimpan berdasarkan kelompoknya
seperti rak atau lemari tempat menyimpan bahan padat,
bahan cair, dan bahan berbahaya. Untuk bahan padat yang
tidak mudah meledak atau terbakar dapat diletakkan dalam
lemari tertutup, sedangkan untuk bahan yang mudah terbakar
atau meledak diletakkan dalam rak terbuka yang tidak terkena
sinar matahari secara langsung. Tujuannya agar bila terjadi
ketidakberesan mudah untuk diketahui. Tmpat penyimpanan
bahan cair seperti asam, kloroform sebaiknya di simpan di
lemari asam, sedangkan untuk bahan yang tidak berbahaya
dapat disimpan dalam lemari tersendiri. Tujuannya bila terjadi
kebocoran maka gas dapat langsung keluar melalui cerobong
asap dari lemari asam, jadi tidak menyebar. Untuk lebih jelas
berikut akan dibahas syarat-syarat dalam penyimpanan
bahan-bahan kimia di laboratorium.

Syarat-syarat penyimpanan bahan-bahan kimia di


laboratorium :
1. Bahan mudah terbakar Banyak bahan-bahan kimia yang
dapat terbakar sendiri, terbakar jika terkena udara, terkena
benda panas, terkena api, atau jika bercampur dengan bahan
kimia lain. Fosfor (P) putih, fosfin (PH3), alkil logam, boran
(BH3) akan terbakar sendiri jika terkena udara. Pipa air,
tabung gelas yang panas akan menyalakan karbon disulfide
(CS2). Bunga api dapat menyalakan bermacam-macam gas.
Dari segi mudahnya terbakar, cairan organic dapat dibagi
menjadi 3 golongan:
a. Cairan yang terbakar di bawah temperatur -4oC, misalnya
karbon disulfide (CS2), eter (C2H5OC2H5), benzena (C5H6),
aseton (CH3COCH3).
b. Cairan yang dapat terbakar pada temperatur antara -4oC -
21oC, misalnya etanol (C2H5OH), methanol (CH3OH).
c. Cairan yang dapat terbakar pada temperatur 21oC – 93,5oC,
misalnya kerosin (minyak lampu), terpentin, naftalena,
minyak bakar. Syarat penyimpanan:
- Temperatur dingin dan berventilasi,
- Tersedia alat pemadam kebakaran,
- Jauhkan dari sumber api atau panas, terutama loncatan
api listrik dan bara rokok.
2. Bahan mudah meledak Bahan dan formulasi yang ditandai
dengan notasi bahaya “explosive“ (E) dapat meledak dengan
pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber
nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik. Contoh bahan
kimia mudah meledak antara lain: ammonium nitrat,
nitrogliserin, TNT. Hal-hal yang dapat menyebabkan ledakan
adalah:
a. Karena ada udara cair. Udara dapat meledak jika dicampur
dengan unsur-unsur pereduksi dan hidrokarbon
b. Karena ada gas-gas
c. Karena ada debu. Debu padat dari bahan mudah terbakar
bercampur dengan udara dapat menimbulkan ledakan
dahsyat
d. Karena adanya pelarut mudah terbakar.
e. Karena ada peroksida. Syarat penyimpanan:
- Ruangan dingin dan berventilasi
- Jauhkan dari panas dan api
- Hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis
Kombinasi zat-zat yang sering meledak di laboratorium
pada waktu melakukan percobaan adalah:
 Ammonium nitrat (NH4NO3), serbuk seng (Zn) dengan
air
 Peroksida dengan magnesium (Mg), seng (Zn) atau
aluminium (Al)
 Klorat dengan asam sulfat
 Natrium (Na) atau kalium (K) dengan air
 Asam nitrat (HNO3) dengan seng (Zn), magnesium atau
logam lain
 Kalium nitrat (KNO3) dengan natrium asetat
(CH3COONa)
 Nitrat dengan eter
 Halogen dengan amoniak
 Fosfor (P) dengan asam nitrat (HNO3), suatu nitrat atau
klorat
 Merkuri oksida (HgO) dengan sulfur (S)
3. Bahan beracun Bahan dan formulasi yang ditandai dengan
notasi bahaya “very toxic (T+)” dan “toxic (F)” dapat
menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan
bahkan kematian pada konsentrasi sangat rendah jika masuk
ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau
kontak dengan kulit. Contoh: kalium sianida, hydrogen sulfida,
nitrobenzene, atripin, sublimate (HgCl2), persenyawaan
sianida, arsen, dan gas karbon monoksida (CO) dari aliran
gas.
Syarat penyimpanan:
- Ruangan dingin dan berventilasi
- Jauh dari bahaya kebakaran
- Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan
sarung tangan
- Dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi
- Kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup
rapat jika tidak sedang dipergunakan
4. Bahan korosif Bahan dan formulasi dengan notasi “corrosive
(C)” adalah merusak jaringan hidup. Contoh asam-asam,
anhidrida asam, dan alkali. Bahan ini dapat merusak wadah
dan bereaksi dengan zat-zat beracun.
Syarat penyimpanan:
- Ruangan dingin dan berventilasi
- Wadah tertutup dan beretiket
- Dipisahkan dari zat-zat beracun.
5. Bahan Oksidator Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai
dengan notasi bahaya ”oxidizing (O)“ biasanya tidak mudah
terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah dapat
menimbulkan ledakan dahsyat, terutama peroksida. Contoh:
Chlorat, Perklorat, Bromat, Peroksida, Asam Nitrat, Kalium
Nitrat, Kalium Permanganat, Bromin, Klorin, Fluorin, dan Iodin
yang mudah bereaksi dengan Oksigen (dalam kondisi
tertentu).
Syarat penyimpanan:
 Temperatur ruangan dingin dan berventilasi
 Jauhkan dari sumber api dan panas, termasuk loncatan
api listrik dan bara rokok
 Jauhkan dari bahan-bahan cairan mudah terbakar atau
reduktor
6. Bahan reaktif terhadap air Contoh: natrium, hidrida, karbit,
nitrida.
Syarat penyimpanan:
 Temperatur ruangan dingin, kering, dan berventilasi
 Jauh dari sumber nyala api atau panas
 Bangunan kedap air
 Disediakan pemadam kebakaran tanpa air (CO2, dry
powder)
7. Bahan reaktif terhadap asam Zat-zat tersebut kebanyakan
dengan asam menghasilkan gas yang mudah terbakar atau
beracun, contoh: natrium, hidrida, sianida.
Syarat penyimpanan:
- Ruangan dingin dan berventilasi
- Jauhkan dari sumber api, panas, dan asam
- Ruangan penyimpan perlu didesain agar tidak
memungkinkan terbentuk kantong-kantong hydrogen
- Disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, sarung
tangan, pakaian kerja
8. Gas bertekanan Contoh: gas N2, asetilen, H2, dan Cl2 dalam
tabung silinder.Syarat penyimpanan:
- Disimpan dalam keadaan tegak berdiri dan terikat
- Ruangan dingin dan tidak terkena langsung sinar matahari
- Jauh dari api dan panas
- Jauh dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan
katub-katub.

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam proses


penyimpanan adalah lamanya waktu pentimpanan untuk zat-
zat tertentu. Eter, paraffin cair, dan olefin akan membentuk
peroksida jika kontak dengan udara dan cahaya. Semakin
lama disimpan akan semakin besar jumlah peroksida.
Isopropil eter, etil eter, dioksan, dan tetrahidrofuran adalah
zat yang sering menimbulkan bahaya akibat terbentuknya
peroksida dalam penyimpanan. Zat sejenis eter tidak boleh
disimpan melebihi satu tahun, kecuali ditambah inhibitor. Eter
yang telah dibuka harus dihabiskan selama enam bulan.
Penyimpanan bahan harus memperhitungkan sumber
kerusakan bahan. Sumber-sumber kerusakan yang
disebabkan bahan-bahan kimia di dalam lingkungannya
meliputi:

1. Udara mengandung oksigen dan uap air (memilki


kelembaban). Kontak dengan udara bebas dapat
menyebabkan bahan kimia bereaksi. Akibat reaksi
bahan kimia dengan udara bebas seperti timbulnya zat
baru, terjadinya endapan, gas dan panas. Dampaknya
bahan kimia tersebut tidak berfungsi lagi serta dapat
menimbulkan kecelakaan dan keracunan.
2. Cairan: air, asam, basa, cairan lainnya Usahakan semua
bahan kimia dalam keadaan kering dan harus disimpan
dalam tempat yang kering. Cairan yang bersifat asam
mempunyai daya merusak lebih hebat dari air. Asam
yang sifatnya gas seperti asam klorida bersama udara
akan mudah berpindah dari tempat asalnya. Cara yang
paling baik adalah dengan mengisolir asam itu sendiri,
misalnya menempatkan botol asam yang tertutup rapat
dan ditempatkan dalam lemari khusus, atau di lemari
asam.
3. Suhu/temperature Pengaruh temperatur akan
menyebabkan terjadinya reaksi atau perubahan kimia
dan dapat mempercepat reaksi. Panas yang cukup tinggi
dapat memacu terjadinya reaksi oksidasi. Keadaan
temperatur yang terlalu rendah juga mengakibatkan hal
yang serupa.
4. Mekanik Bahan-bahan kimia yang harus dahindari dari
benturan maupun tekanan yang besar adalah bahan
kimia yang mudah meledak, seperti ammonium nitrat,
nitrogliserin, trinitrotoluene (TNT).
5. Sinar ultra violet (UV) sangat mempengaruhi bahan-
bahan kimia. Seperti larutan kalium permanganat,
apabila terkena sinar UV akan mengalami reduksi,
sehingga akan merubah sifat larutan itu. Oleh karena itu
untuk menyimpan larutan kalium permanganat
dianjurkan menggunakan botol yang berwarna coklat.
6. Api adalah Komponen yang menjadi penyebab
kebakaran ada tiga yang dikenal dengan “segitiga api”.
Komponen itu adalah adanya bahan bakar (bahan yang
dapat dibakar), adanya panas yang cukup tinggi, dan
adanya oksigen. Untuk menghindari terjadinya
kebakaran salah satu dari komponen segitiga api
tersebut harus ditiadakan. Cara termudah ialah
menyimpan bahan-bahan yang mudah terbakar di
tempat yang dingin, sehingga tidak mudah naik
temperaturnya dan tidak mudah berubah menjadi uap
yang mencapai titik bakarnya.
7. Sifat bahan kimia itu sendiri Bahan-bahan kimia
mempunyai sifat khasnya masing-masing. Misalnya
asam sangat mudah bereaksi dengan basa. Reaksi-
reaksi kimia dapat berjalan dari yang sangat lambat
hingga ke yang spontan. Reaksi yang spontan biasanya
menimbulkan panas yang tinggi dan api. Ledakan dapat
terjadi bila reaksi terjadi pada ruang yang tertutup.
Contoh reaksi spontan: asam sulfat pekat yang
diteteskan pada campuran kalium klorat padat dan gula
pasir seketika akan terjadi api.

Kesimpulan

Terdapat berbagai macam bahaya didalam labolatorium atau


dalam lingkungan pekerjaan. Dengan cara memahami bahan kimia
berbahaya, symbol symbol bahaya dan cara menanganinya, maka
dapat meminimalisir adanya kecelakaan kerja.

1. UJI KUALITAS LARUTAN


Sifat Dasar Larutan
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara
molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut
campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah.
Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga
tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan
dengan mikroskop optis sekalipun.
Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat
terlarut (solute). Pelarut adalah medium bagi zat terlarut yang
dapat berperan serta dalam reaksi kimia dalam larutan atau
meninggalkan larutan karena pengendapan atau penguapan. Dan
uraian mengenai gejala ini memerlukan komposisi larutan.dan
berdasarkan daya hantarnya larutan dibagi menjadi larutan
elektrolit dan non elektrolit.

Komposisi Larutan
Ada beberapa cara untuk menyatakan komposisi larutan. Yaitu
dengan Presentase massa/ persen bobot : presentase
berdasarkan massa suatu zat dalam larutan. Dalam kimia yang
paling bermanfaat menyatakan komposisi adalah fraksi mol,
molaritas, dan molalitas. Dan untuk lebih jelasnya akan dijelaskan
pada pembahasan konsentrasi larutan.
3. Jenis Larutan
Larutan berdasarkan daya hantarnya dibagi menjadi dua yaitu
larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit.
a. Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan yang bisa menghantarkan arus
listrik. Pada larutan ini dibedakan menjadi elektrolit kuat dan
elektrolit lemah. Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang
mempunyai daya hantar listrik yang kuat, karena zat terlarutnya
didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah menjadi ion-
ion (alpha = 1).
Yang tergolong elektrolit kuat adalah:
- Asam-asam kuat, seperti : HCl, HCl03, H2SO4, HNO3 dan
lain-lain.
- Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali
tanah, seperti: NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-
lain.
- Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI,
Al2(SO4)3 dan lain-lain.

Partikel-partikel yang ada di dalam larutan elektrolit kuat adalah


ion-ion yang bergabung dengan molekul air, sehingga larutan
tersebut daya hantar listriknya kuat. Hal ini disebabkan karena
tidak ada molekul atau partikel lain yang menghalangi gerakan ion-
ion untuk menghantarkan arus listrik, sementara molekul-molekul
air adalah sebagai media untuk pergerakan ion. Misalnya HCl
dilarutkan ke dalam air, maka semua HCl akan bereaksi dengan
air dan berubah menjadi ion-ion dengan persamaan reaksi berikut:
HCl (g) + H2O ( l ) ⎯→ H3O+(aq) + Cl− (aq)
Reaksi ini biasa dituliskan:
HCl (aq) ⎯→ H+(aq) + Cl− (aq)

Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya


lemah dengan harga derajat ionisasi sebesar: O < alpha < 1.
Yang tergolong elektrolit lemah:
- Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S
dan lain-lain
- Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain
- Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4,
PbI2 dan lain-lain

Misalnya CH3COOH dilarutkan ke dalam air, maka sebagian


CH3COOH akan terion dengan persamaan reaksi seperti berikut:
CH3COOH (s) + H2O ( l ) ⎯→ H3O+ (aq) + CH3COO− (aq)
CH3COOH yang terion reaksinya biasa dituliskan:
CH3COOH (aq) ⎯→ H+ (aq) + CH3COO− (aq)
Ion-ion yang telah terbentuk sebagian bereaksi kembali
membentuk CH3COOH, sehingga dikatakan CH3COOH yang
terion hanya sebagian. Reaksinya dapat dituliskan:
CH3COOH (aq) ⇔ H+ (aq) + CH3COO− (aq)
Partikel-partikel yang ada di dalam larutan adalah molekul-molekul
senyawa CH3COOH yang terlarut dan ion-ion H+ dan CH3COO−.
Molekul senyawa CH3COOH tidak dapat menghantarkan arus
listrik, sehinggga akan menjadi penghambat bagi ion-ion H+ dan
CH3COO− untuk menghantarkan arus listrik.
b. Larutan non elektrolit
Larutan non- elektrolit adalah larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik, karena zat terlarutnya di dalam pelarut
tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak meng-ion).
- Larutan urea
- Larutan sukrosa
- Larutan glukosa
- Larutan alkohol dan lain-lain
Ada 2 reaksi dalam larutan, yaitu:
a) Eksoterm, yaitu proses melepaskan panas dari sistem ke
lingkungan, temperatur dari campuran reaksi akan naik dan energi
potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan turun.
b) Endoterm, yaitu menyerap panas dari lingkungan ke sistem,
temperatur dari campuran reaksi akan turun dan energi potensial
dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan naik.

Berdasarkan jenuh atau tidaknya larutan dapat dibagi menjadi 3,


yaitu:
a) Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung zat terlarut
(solute) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh.
Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat
habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat).
Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion <
Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat larut).
b) Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah
zat terlarut (solute) yang larut dan mengadakan kesetimbangn
dengan pelarut (solute) padatnya. Atau dengan kata lain, larutan
yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi
(zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila
bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
c) Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang
mengandung lebih banyak zat terlarut (solute) daripada yang
diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang
tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut (solute) sehingga terjadi
endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali
konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).

Berdasarkan sifat kualitatif, larutan dapat dibedakan menjadi 2,


yaitu:
a) Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih
banyak zat terlarut (solute) dibanding pelarut (solvent).
b) Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit zat terlarut
(solute) dibanding pelarut (solvent).

4. Konsentrasi Larutan
Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat terlarut
dalam sejumlah tertentu larutan. Secara fisika konsentrasi dapat
dinyatakan dalam % (persen) atau ppm (part per million) = bpj
(bagian per juta). Dalam kimia konsentrasi larutan dinyatakan
dalam molar (M), molal (m) atau normal (N).
a) Persen massa (% b/b)
Persen massa menyatakan perbandingan massa zat terlarut
(solute) terhadap massa larutan
% Solute = 100 %
b) Persen volum (% v/v)
Persen volum menyatakan perbandingan zat terlarut (solute)
terhadap volum larutan
% solute = 100 %
c) Persen massa/volum (% b/v)
Persen massa per volum menyatakan perbandingan massa zat
terlarut (solute) terhadap volume larutan
% 100 %
d) Persen volum/massa (% v/b)
Persen volum per massa menyatakan perbandingan volum zat
terlarut (solute) terhadap massa larutan
% 100 %
e) Molaritas (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap liter
larutan
M= x
f) Molalitas (m)
Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap kilo
gram (1000 gram) pelarut.
m= x
g) Normalitas (N)
Normalitas menyatakan jumlah ekuivalen zat terlarut dalam setiap
liter larutan.
N= xnx
h) ppm
ppm menyatakan massa (Mg) zat terlarut (solute) dalam tiap Kg
larutan
ppm =
5. kelarutan
Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut
dalam jumlah yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan
antara zat terlarut (solute) yang terlarut dan yang tak terlarut.
Banyaknya zat terlarut (solute)yang melarut dalam pelarut yang
banyaknya tertentu untuk menghasilkan suatu larutan jenuh
disebut kelarutan(solubility) zat itu. Kelarutan umumnya
dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 mL pelarut, atau per
100 gram pelarut pada temperatur yang tertentu. Jika kelarutan zat
kurang dari 0,01 gram per 100 gram pelarut, maka zat itu dikatakan
tak larut (insoluble).
Jika jumlah zat terlarut (solute) yang terlarut kurang dari
kelarutannya, maka larutannya disebut tak jenuh(unsaturated).
Larutan tak jenuh lebih encer (kurang pekat) dibandingkan dengan
larutan jenuh. Jika jumlah zat terlarut (solute) yang terlarut lebih
banyak dari kelarutannya, maka larutannya disebut lewat
jenuh(supersaturated). Larutan lewat jenuh lebih pekat daripada
larutan jenuh. Larutan lewat jenuh biasanya dibuat dengan cara
membuat larutan jenuh pada temperatur yang lebih tinggi. Pada
cara ini zat terlarut harus mempunyai kelarutan yang lebih besar
dalam pelarut panas daripada dalam pelarut dingin. Jika dalam
larutan yang panas itu masih tersisa zat terlarut yang sudah tak
dapat melarut lagi, maka sisa itu harus disingkirkan dan tidak boleh
ada zat lain yang masuk. Kemudian larutan itu didinginkan hati-hati
dengan cara didiamkan untuk menghindari pengkristalan. Jika
tidak ada solute yang memisahkan diri (mengkristal kembali)
selama pendinginan, maka larutan dingin yang diperoleh bersifat
lewat jenuh. Larutan lewat jenuh yang dapat dibuat dengan cara ini
misalnya larutan dari sukrosa, natrium asetat dan natrium tiosulfat
(hipo).
Larutan lewat jenuh merupakan suatu sistem metastabil. Larutan
ini dapat diubah menjadi larutan jenuh dengan menambahkan
kristal yang kecil (kristal inti/bibit) umumnya kristal dari zat terlarut
(solute). Kelebihan molekul zat terlarut (solute) akan terikat pada
kristal inti dan akan mengkristal kembali.
Kelarutan senyawa logam biasa, yaitu senyawa logam golongan
IA, IIA, IB, IIB, Mn, Fe, Co, Ni, Al, Sn, Pb, Sb, Bi, dan NH4+ seperti
pada tabel berikut:
Senyawa Kelarutan
Nitrat Semua larut
Nitrit Semua larut kecuali Ag+
Asetat Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Bi3+
Klorida Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+,
Cu3+
Bromida Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+
Iodida Semua larut kecuali Ag+, Hg22+, Pb2+, Bi3+
Sulfat Semua larut kecuali Ba+, Sr2+, Pb2+,
(Ca2+ sedikit larut)
Sulfit Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
Sulfida Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+,
Ba2+, Sr2+, Ca2+ Tabel
Fosfat Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+ 1.
Karbonat Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
Oksalat Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+
Oksida Semua tidak larut kecuali Na+, K+, Ba2+,
Sr2+, Ca2+
Hidroksida Semua tidak larut kecuali Na+, K+, NH4+,
Ba2+, Sr2+, (Ca2+sedikit larut)
Kelarutan beberapa senyawa dalam air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain jenis
zat terlarut, jenis pelarut, temperatur, dan tekanan.
a. Jenis Zat
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat
saling bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat yang struktur
kimianya berbeda umumnya kurang dapat saling bercampur (like
dissolves like).
Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut
polar, sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam
pelarut nonpolar. Contohnya alkohol dan air bercampur
sempurna (completely miscible), air dan eter bercampur
sebagian (partially miscible), sedangkan minyak dan air tidak
bercampur (completely immiscible).
b. Suhu
Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang
lebih tinggi. Misalnya jika air dipanaskan, maka timbul gelembung-
gelembung gas yang keluar dari dalam air, sehingga gas yang
terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang. Kebanyakan zat
padat kelarutannya lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi.
Ada beberapa zat padat yang kelarutannya berkurang pada
temperatur yang lebih tinggi, misalnya natrium sulfat dan serium
sulfat. Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara proses
pelarutan dan proses pengkristalan kembali. Jika salah satu proses
bersifat endoterm, maka proses sebaliknya bersifat eksoterm. Jika
temperatur dinaikkan, maka sesuai dengan azas Le Chatelier
(Henri Louis Le Chatelier: 1850-1936) kesetimbangan itu bergeser
ke arah proses endoterm. Jadi jika proses pelarutan bersifat
endoterm, maka kelarutannya bertambah pada temperatur yang
lebih tinggi. Sebaliknya jika proses pelarutan bersifat eksoterm,
maka kelarutannya berkurang pada suhu yang lebih tinggi.
c. Tekanan
Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat
cair atau padat. Perubahan tekanan sebesar 500 atm hanya
merubah kelarutan NaCl sekitar 2,3 % dan NH4Cl sekitar 5,1 %.
Kelarutan gas sebanding dengan tekanan partial gas itu. Menurut
hukum Henry (William Henry: 1774-1836) massa gas yang melarut
dalam sejumlah tertentu cairan (pelarutnya) berbanding lurus
dengan tekanan yang dilakukan oleh gas itu (tekanan partial), yang
berada dalam kesetimbangan dengan larutan itu. Contohnya
kelarutan oksigen dalam air bertambah menjadi 5 kali jika
tekanan partial-nya dinaikkan 5 kali. Hukum ini tidak berlaku untuk
gas yang bereaksi dengan pelarut, misalnya HCl atau NH3 dalam
air.
6. Sifat Koligatif Larutan
a. Sifat Koligati Larutan Non-Elektrolit
Sifat larutan berbeda dengan sifat pelarut murninya. Terdapat
empat sifat fisika yang penting yang besarnya bergantung pada
banyaknya partikel zat terlarut tetapi tidak bergantung pada jenis
zat terlarutnya. Keempat sifat ini dikenal dengan sifat koligatif
larutan. Sifat ini besarnya berbanding lurus dengan jumlah partikel
zat terlarut. Sifat koligatif tersebut adalah tekanan uap, titik didih,
titik beku, dan tekanan osmosis. Menurut hukum sifat koligatif,
selisih tekanan uap, titik beku, dan titik didih suatu larutan dengan
tekanan uap, titik beku, dan titik didih pelarut murninya berbanding
langsung dengan konsentrasi molal zat terlarut.
Larutan yang bisa memenuhi hukum sifat koligatif ini disebut
larutan ideal. Kebanyakan larutan mendekati ideal hanya jika
sangat encer.
a) Tekanan Uap Larutan
Tekanan uap larutan lebih rendah dari tekanan uap pelarut
murninya. Pada larutan ideal, menurut hukum Raoult, tiap
komponen dalam suatu larutan melakukan tekanan yang sama
dengan fraksi mol kali tekanan uap dari pelarut murni.
PA = XA . P0A
PA = tekanan uap yang dilakukan oleh komponen A dalam larutan.
XA = fraksi mol komponen A.
P0A = tekanan uap zat murni A.

Dalam larutan yang mengandung zat terlarut yang tidak


mudah menguap (tak-atsiri atau nonvolatile), tekanan uap hanya
disebabkan oleh pelarut, sehingga PA dapat dianggap sebagai
tekanan uap pelarut maupun tekanan uap larutan.
b) Titik Didih Larutan
Titik didih larutan bergantung pada kemudahan zat terlarutnya
menguap. Jika zat terlarutnya lebih mudah menguap daripada
pelarutnya (titik didih zat terlarut lebih rendah), maka titik didih
larutan menjadi lebih rendah dari titik didih pelarutnya atau
dikatakan titik didih larutan turun. Contohnya larutan etil alkohol
dalam air titik didihnya lebih rendah dari 100 °C tetapi lebih tinggi
dari 78,3 °C (titik didih etil alkohol 78,3 °C dan titik didih air 100 °C).
Jika zat terlarutnya tidak mudah menguap (tak-atsiri
atau nonvolatile) daripada pelarutnya (titik didih zat terlarut lebih
tinggi), maka titik didih larutan menjadi lebih tinggi dari titik didih
pelarutnya atau dikatakan titik didih larutan naik. Pada contoh
larutan etil alkohol dalam air tersebut, jika dianggap pelarutnya
adalah etil alkohol, maka titik didih larutan juga naik. Kenaikan titik
didih larutan disebabkan oleh turunnya tekanan uap larutan.
Berdasar hukum sifat koligatif larutan, kenaikan titik didih larutan
dari titik didih pelarut murninya berbanding lurus dengan molalitas
larutan.
Δtb = kb . m
Δtb = kenaikan titik didih larutan.
kb = kenaikan titik didih molal pelarut.
m = konsentrasi larutan dalam molal.

c) Titik Beku Larutan


Penurunan tekanan uap larutan menyebabkan titik beku larutan
menjadi lebih rendah dari titik beku pelarut murninya.
Hukum sifat koligatif untuk penurunan titik beku larutan berlaku
pada larutan dengan zat terlarut atsiri (volatile) maupun tak-atsiri
(nonvolatile). Berdasar hukum tersebut, penurunan titik beku
larutan dari titik beku pelarut murninya berbanding lurus dengan
molalitas larutan.
Δtf = kf . m
Δtf = penurunan titik beku larutan.
kf = penurunan titik beku molal pelarut.
m = konsentrasi larutan dalam molal.

d) Tekanan Osmose Larutan


Peristiwa lewatnya molekul pelarut menembus membran
semipermeabel dan masuk ke dalam larutan disebut osmose.
Tekanan osmose larutan adalah tekanan yang harus diberikan
pada larutan untuk mencegah terjadinya osmose (pada tekanan 1
atm) ke dalam larutan tersebut. Hampir mirip dengan tekanan pada
gas ideal, pada larutan ideal, besarnya tekanan osmose
berbanding lurus dengan konsentrasi zat terlarut.
p = = M. R. T
π = tekanan osmose (atm).
n = jumlah mol zat terlarut (mol).
R = tetapan gas ideal = 0,08206 L.atm/mol.K
T = suhu larutan (K).
V = volume larutan (L).
M = molaritas (M = mol/L).

Jika tekanan yang diberikan pada larutan lebih besar dari


tekanan osmose, maka pelarut murni akan keluar dari larutan
melewati membran semipermeabel. Peristiwa ini disebut osmose
balik (reverse osmosis), misalnya pada proses pengolahan untuk
memperoleh air tawar dari air laut.
b. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit memperlihatkan sifat koligatif yang lebih
besar dari hasil perhitungan dengan persamaan untuk sifat koligatif
larutan nonelektrolit di atas. Perbandingan antara sifat koligatif
larutan elektrolit yang terlihat dan hasil perhitungan dengan
persamaan untuk sifat koligatif larutan nonelektrolit, menurut Van't
Hoff besarnya selalu tetap dan diberi simbul i (i = tetapan atau
faktor Van't Hoff).
Semakin kecil konsentrasi larutan elektrolit, harga i semakin
besar, yaitu semakin mendekati jumlah ion yang dihasilkan oleh
satu molekul senyawa elektrolitnya. Untuk larutan encer, yaitu
larutan yang konsentrasinya kurang dari 0,001 m, harga i dianggap
sama dengan jumlah ion.
Empat macam sifat koligatif larutan elektrolit adalah:
a) Penurunan tekanan uap,
ΔP = i.P0.XA
b) Kenaikan titik didih
Δtb = i.kb.m
c) Penurunan titik beku
Δtf = i.kf.m
d) Tekanan osmose
p = = i. M. R. T

Larutan adalah campuran dua zat atau lebih yang homogen, yang
tidak dapat dibedakanlagi antara zat terlarut dengan mediumnya
(pelarut) walaupun menggunakan mikroskop ultra.Ukuran
partikelnya kurang dari satu nanometer (n < 1nm). Larutan bersifat
stabil dan tidakdapat disaring. Contoh larutan adalah larutan garam,
larutan gula, larutan cuka, air laut,spiritus, dan lain-lain.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat larutan adalah


sifat analisis, kuantitaslarutan (volume & konsentrasi), kuantitas
zat padat (rumus, kelarutan, massa), sifat zat padat,alat ukur
massa (neraca), alat ukur volume, dan perlatan pendukung.Cara
menyimpan larutan sama halnya dengan menyimpan bahan-
bahan kimia lainnyadan peralatan laboratorium,sifat masing
masing larutan harus diketahui sebelum melakukan penyimpanan.
Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfa
betis akanlebih tepat apabila larutan sudah dikelompokkan
menurut sifat fisis, dan sifat kimianyaterutama tingkat
kebahayaannya. Semua larutan harus diberi label secara jelas
dandicantumkan tanggal pembuatannya
2. Uji Kualitas larutan
A. Uji kualitas larutan harus dilakukan :
1. Setiap kali batch larutan kerja (working solution) dibuat.
2. Setiap minggu (sangat penting untuk larutan pewarna Ziehl
Neelsen)
3. Bila sudah mendekati masa daluwarsa.
4. Bila ditemukan / terlihat tanda-tanda kerusakan (timbul
kekeruhan, perubahan warna, timbul endapan)
5. Bila terdapat kecurigaan terhadap hasil pemeriksaan.
B. Pengujian kualitas dapat dilakukan dengan :
1. Melakukan pemeriksaan bahan kontrol assayed yang telah
diketahui nilainya dengan menggunakan reagen tersebut.
2. Menggunakan strain kuman.
C. Uji Ketelitian
Hasil laboratorium digunakan untuk menentukan diagnosis,
pemantauan pengobatan dan meramalkan prognosis, maka
amatlah perlu untuk selalu menjaga mutu hasil pemeriksaan,
dalam arti mempunyai tingkat akurasi dan presisi yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Dalam melaksanakan uji ketelitian ini dapat digunakan bahan
kontrol assayed atau unassayed. Kegiatan yang harus dilakukan
adalam pengujian ini adalah :
1. Periode pendahuluan
Pada periode ini ditentukan nilai dasar yang merupakan nilai
rujukan untuk pemeriksaan selanjutnya. Periode ini umumnya
dilakukan baik untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi,
imunoserologi maupun kimia lingkungan. Cara :
a. Periksalah bahan kontrol bersamaan dengan pemeriksaan
spesimen setiap hari kerja atau pada hari parameter yang
bersangkutan diperiksa sampai mencapai 25 hari kerja.
b.Catat setiap nilai yang diperoleh tiap hari kerja tersebut dalam
formulir periode pendahuluan pada kolom x.
c. Setelah diperoleh 25 nilai pemeriksaan, hitung nilai rata-ratanya
(mean), standar deviasi (SD). Koefisien variasi (CV), batas
peringatan (mean ± 2 SD) dan batas kontrol (mean ± 3 SD).
d. Teliti kembali apakah ada nilai yang melebihi batas mean ± 3 SD.
Bila ada, maka nilai tersebut dihilangkan. Hitung kembali nilai
mean, SD, CV, mean ± 2 SD dan mean ± 3 SD.
e. Nilai mean dan S yang diperoleh ini dipakai sebagai nilai rujukan
Periode kontrol.
2. Periode kontrol
Merupakan periode untuk menentukan ketelitian pemeriksaan
pada hari tersebut. Prosedur pada periode kontrol ini tergantung
dari bidang pemeriksaannya. Untuk pemeriksaan kimia klinik,
hematologi dan kimia lingkungan cara dalah sebagai berikut :
a. Periksa bahan kontrol setiap hari kerja atau pada hari parameter
yang bersangkutan diperiksa.
b.Catatlah nilai yang diperoleh pada formulir periode kontrol.
c. Hitung penyimpangannya terhadap nilai rujukan dalam satuan S
(Standar Deviasi Index) dengan rumus :
Xi - mean
Satuan SD = ---------------SD
d.Satuan S yang diperoleh di plot pada kertas grafik kontrol.
Sumbu X dalam grafik kontrol menunjukkan hari/tanggal
pemeriksaan sedangkan sumbu Y menunjukkan satuan S.

3. Evaluasi hasil
1 3S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari
kontrol (out of control), apabila hasil pemeriksaan satu bahan
kontrol melewati batas x ± 3 S.
2 2S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari
kontrol, apabila hasil pemeriksaan 2 kontrol berturut-turut keluar
dari batas yang sama yaitu x + 2 S atau x – 2 S.
R 4S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari
kontrol, apabila perbedaan antara 2 hasil kontrol yang berturut-
turut melebihi 4 S (satu kontrol diatas +2 S, lainnya dibawah -2 S)
4 1S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari
kontrol, apabila 4 kontrol berturut-turut keluar dari batas yang sama
baik x + S maupun x – S.
10 X : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari
kontrol, apabila 10 kontrol berturut-turut berada pada pihak yang
sama dari nilai tengah.
Aturan ini mendeteksi gangguan ketelitian (kesalahan acak) yaitu
1 3S, R 4S atau gangguan ketepatan (kesalahan sistematik) yaitu
2 2S, 4 1S, 10 x, 1 3S.

4. Uji Ketepatan
Pada uji ketepatan ini dipakai serum kontrol yang telah diketahui
rentang nilai kontrolnya (assayed). Hasil pemeriksaan uji
ketepatan ini dilihat apakah terletak di dalam atau di luar rentang
nilai kontrol menurut metode pemeriksaan yang sama. Bila terletak
di dalam rentang nilai kontrol, maka dianggap hasil pemeriksaan
bahan kontrol masih tepat sehingga dapat dianggap hasil
pemeriksaan terhadap spesimen juga tepat. Bila terletak di luar
rentang nilai kontrol, dianggap hasil pemeriksaan bahan kontrol
tidak tepat sehingga hasil pemeriksaan terhadap spesimen juga
dianggap tidak tepat.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari uji kelarutan tersebut adalah jika kita ingin
mendapatkan suatu larutan dengan kualitas bagus, maka harus
memperhatikan cara penyimpanan, prosedur pembuatan, dan cara
kerja dalam proses analisa

3. PENGOPRASIAN NERACA ANALITIK DAN ALAT GELAS


Neraca digital merupakan alat yang sering ada dalam laboratorium
yang digunakanuntuk menimbang bahan yang akan digunakan. Neraca
digital berfungsi untuk membantumengukur berat serta cara
kalkulasi fecare otomatis harganya dengan harga dasar
satuanbanyak kurang. Cara kerja neraca digital hanya bisa
mengeluarkan label, ada juga yanghanya timbul ditampilkan layar
LCDnya. Kita mengenal neraca digital sebagai alat ukuruntuk
satuan berat. Dibandingkan dengan neraca jaman dulu yang
masih menggunakanneraca analog atau manual, neraca
digital memiliki fungsi lebih sebagai alat ukur,diantaranya neraca
digital lebih akurat, presisi, akuntable (bisa menyimpan hasil
dari setiappenimbangan).Menimbang benda adalah menimbang
sesuatu yang tidak memerlukan tempat danbiasanya tidak
dipergunakan pad reaksi kimia, seperti menimbang cawan, gelas kimia
danlain-lain. Menimbang zat adalah menimbang zat kimia yang
dipergunakan untuk membuatlarutan atau akan direaksikan. Untuk
menimbang zat ini diperlukan tempat penimbanganyang dapat
digunakan seperti gelas kimia, kaca arloji dan kertas
timbang.Menimbang zat dengan penimbangan selisih dilakukan
jika zat yang ditimbangdikhawatirkan akan menempel pada tempat
menimbang dan sukar untuk dibilas. Padapenimbangan selisih
akan diperoleh berat zat yang masuk ke dalam tempat yang
diinginkanbukan pada tempat menimbang.Neraca harus di tempatkan
pada lokasi yang terpisahdengan laboratorium,memiliki satu pintu
keluar dan masuk,neraca harus di tempatkan disudut
ruangan.Neraca dalam kehidupan sehari-hari dapat diartikan
sebagai berat. Massa tidak dipengaruhi gravitasi,sedangkan berat
di pengaruhi oleh gravitasi. Fungsi dari neraca elektrik maupun
bukan elektriksecara umum adalah sebagai alat pengukur massa.
Kegunaan darineraca tergantung dari skala dari neraca
tersebut,missal neraca atau timbangan elektrik yang ada di
swalayan dengan yang di laboratorium tentu sensitivitas dan skala
neracanya jauh berbeda.
Neraca Analitik Digital
Neraca analitik digital merupakan salah satu neraca yang memiliki
tingkat ketelitiantinggi, neraca ini mampu menimbang zat
atau benda sampai batas 0,0001 g. Beberapa halyang perlu
diperhatikan bekerja dengan neraca ini adalah:
Neraca analitik digital adalah neraca yang sangat peka,karena itu
bekerja denganneraca ini harus dengan hati-hati.

Sebelum mulai menmbang mempersiapkan semua alat


bantu yang dibutuhkan dalampenimbangan.Langkah Kerja
Penimbangan adalah:a.

Persiapan pendahuluan alat-alat penimbangan, menyiapkan alat


dan zat yang akandi timbang,misalnya sendok,kaca alroji.b.

Pemeriksaan terhadap neraca meliputi: memeriksa kebersihan


neraca (terutamapiring-piring kaca),kedataran dan kesetimbangan
neraca.c.

Penimbangan dapat dilakukan setelah diperoleh keadaan


setimbang pada neraca dantimbangan pada posisi nol, demikian
pula setelah penimbangan selesai posisitimbangan di kembalikan
seperti semula.Gambar Neraca DigitalCara penggunaan dari
neraca atau timbangan
:1.Memastikan bahwa timbangan sudah menyala.
2. Memastikan timbangan menunjukan angka nol.
3. Meletakkan benda yang massa nya akan di ukur pada
piringan tempat benda
4. Membaca skala yang tertera pada display digital sesuai
skala satuan timbangantersebut.
5. Untuk pengukuran yang sensitivitas nya tinggi perlu
menunggu 30 menit, karenahanya dapat bekerja pada batas
temperature yang telah di tetapkan.
Perawatan Neraca Analitik:

Neraca harus dalam kondisi bersih


Penyimpangan berat dicatat pada lembar

Jika neraca tidak dapat digunakan maka neraca harus diperbaiki

Menunggu selama 30 menit untuk mengatur temperature

Neraca harus terhindar dari gerakan (angin)

Neraca harus dirawat dengan sebaik mungkin agar tetap bersih

Dalam ruang timbang tidak boleh di tempat yang berventilasi besar


karenamengganggu hasil penimbangan.

Kalibrasi dari Neraca


1.Pengontrolan Timbangan atau neracaTimbangan atau neraca
dikontrol dengan menggunakan anak timbangan yang
sudahterpasang atau dengan dua anak timbangan eksternal, misal
10 gr dan 100 gr. Timbanganatau neraca elektronik, harus
menunggu 30 menit untuk mengatur temperatur.
Jikamenggunakan timbangan yang sangat sensitif, hanya dapat
bekerja pada batas temperaturyang ditetapkan. Timbangan harus
terhindar dari gerakan (angin) sebelum menimbang
angka “nol” harus dicek dan jika perlu lakukan koreksi.
Penyimpangan berat dicatat pada
lembar/kartu kontrol, dimana pada lembar tersebut tercantum pula
berapa kali timbanganharus dicek. Jika timbangan tidak dapat
digunakan sama sekali maka timbangan harusdiperbaiki oleh
suatu agen (supplier).2. kebersihan Timbangan atau
neracaKebersihan timbangan harus dicek setiap kali selesai
digunakan, bagian danmenimbang harus dibersihkan dengan
menggunakan sikat, kain halus atau tissue danmembersihkan
timbangan secara keseluruhan timbangan harus dimatikan,
kemudianpiringan (pan) timbangan dapat diangkat dan seluruh
timbangan dapat dibersihkan denganmenggunakan pembersih
seperti deterjen yang lunak, campurkan air dan etanol ataualkohol.
Sesudah dibersihkan timbangan dihidupkan dan setelah
dipanaskan, cek kembalidengan menggunakan anak timbangan

Kesimpulan
Neraca adalah suatu alat untuk menimbang secara kuantitatif,
yang memudahkan kita dalam proses atau prosedur dalam praktek
analisis atau pembuatan media, dengan penggunaan yang sesuai
prosedur dan pemeliharaan alat yang baik, dapat membantu dalam
efisiensi waktu, materi dan tenaga.
4. Pengenalan dan Penanganan Bahan kimia
Adapun pengenalan dan penanganan bahan kimia dapat kita
lihat berbagai macam bahan-bahan kimia yang perlu di mengerti
apa kegunaannya, manfaatnya, dan di saat kapan perlu di pakai
adalah sebagai berikut :

Bahan Mudah Terbakar


Bahan udah terbakar dapat berwujud gas, cairan yang mudah
menguap atau bahan padat yang dalam bentuk debu dapat
meledak (terbakar) jika tercampur atau terdispersi dengan udara
Cairan yang mudah terbakar memiliki sifat-sifat:
a) Mudah menguap atau volatile
b) Uap cairan dapat terbakar (menimbulkan api) dalam kondisi
normal
c) Uap cairan lebih mudah menimbulkan api atau ledakan jika
dibandingkan cairannya
d) Kecepatan penguapan bervariasi dari satu cairan ke cairan
lainnya sebanding dengan naiknya suhu
e) Uap dari cairan yang mudah terbakar tidak dapat dilihat
sehingga sulit untuk mendeteksinya kecuali digunakan
indicator gas yang mudah terbakar
f) Sebagian besar uap lebih berat dari pada udara sehingga
cenderung ada di permukaan lantai
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menangani
bahan-bahan kimia yang mudah terbakar, agar keselamatandan
keamanan tetap terjaga, yaitu :
a. Bahan tidak boleh di panaskan secara langsung atau disimpan
pada permukaan panas. Gunakan penangas uap atau
penangas air
b. Simpan bahan di tempat yang ventilasnya baik
c. Di laboratorium, sediakan dalam jumlah yang minimum. Pelarut
yang tidak digunakan lagi dikembalikan ke botol pelarut
d. Sediakan alat pemadam kebakaran. Bila terjadi kebakaran
dengan api kecil gunakan kain basah atau pasir, tapi bila besar
gunakan alat pemadam
e. Pada saat memanaskan jangan mengisi gelas kimia dengan
cairan mudah terbakar melebihi ½ kapasitasnya. Gunakan batu
didih guna menghindarkan/letupan
f. Jangan membuang cairan yang mudah terbakar ke dalam bak
cuci
g. Jangan menyimpan cairan mudah terbakar dekat dengan bahan
pengoksidasi atau bahan korosif
h. Botol penyimpanan bahan mudah terbakar jangan diisi sampai
penuh, sediakan 1/8 isinya untuk udara. Gunakan botol yang
tidak mudah terbakar dan jauhkan dari sumber perapian
i. Bahan padat mudah terbakar simpan di tempat sejuk, jauhkan
dari sumber panas, bahan lembab dan air, bahan pengoksidasi
atau asam
j. Control semua bahan secara periodik

Bahan-bahan kimia mudah terbakar dapat berupa :


Pelarut dan pereaksi organik seperti asetaidehid, asam
asetat, aseton, benzene, karbondisulfida, etil alcohol, eter, etil
asetat, etil alcohol, petroleum eter, isopropyl alcohol, toluene,
xylem

Bahan anorganik seperti :


a) Bila terjadi kebakaran terhadap logam alumunium, magnesium,
dan zinkum (seng) dalam keadaan murni jangan gunakan
pemadam berisi air tapi gunakanlah serbuk pemadam
b) FOSFOR KUNING, akar terbakar bila berhubungan dengan
udara, simpan di dalam air dan control selalu permukaan airnya
karena permukaan air akan menurun akibat penguapan
c) Logam K dan Na akan terbakar jika kontak dengan air. Simpan
di dalam minyak parafin. Control permukaan minyak parafin
tersebut
d) Gas seperti asetilen, metana, hydrogen, karbonmonoksida, dan
butane
Bahan pengoksidasi
Bahan-bahan ini dapat menimbulkan reaksi eksotermis yang
sangat tinggi jika kontak langsung dengan bahan lain, khususnya
dengan bahan mudah terbakar. Ada dua kelompok bahan
pengoksidasi yaitu anorganik dan organik. Bahan pengoksidasi
yaitu anorganik dan organik. Bahan pengoksidasi anorganik hanya
menimbulkan bahaya api/kebakaran. Akan tetapi karena
kemampuannya bergabung dengan oksigen dan juga tidak tahan
panas, maka bahan-bahan tersebut bahanya semakin tinggi pada
suhu tinggi. Reaksi yang dahsyat dapat terjadi jika bahan
dicampurkan/terkontaminasi oleh bahan yang mudah terbakar
seperti kayu, kertas, srbuk logam dan belerang. Dalam kondisi
biasa campuran ini harus disimpan pada lemari yang tak mudah
terbakar. Simpan padah wadah aslinya jangan sampai
terkontaminasi.
Bahan organik pengoksidasi sering menimbulkan ledakan dahsyat,
terutama peroksidasi. Untuk laboratorium SMA/SLTP sebaiknya
tidak usah disediakan bahan ini seperti misalnya: chlorat,
perchlorat, bromat, peroksida, asam nitrat, kalium nitrat, kalium
permanganate, bromin, khlorin, fluorin, dan iodin, yang mudah
bereaksi dengan oksigen sehingga dikelompokkan menjadi bahan
pengoksidasi.

Bahan Mudah Meledak


Peroksidasi dalam keadaan murni sering menimbulkan
ledakan, tetapi karena bahan ini umumnya tidak tersedia kecuali
dicampurkan dengan inert?netral dalam persentase kecil maka
sering dianggap mudah terbakar. Yang digunakan harus dari gelas
dan jika tercemar harus segera dibuang.
Hal-hal yang dapat menyebabkan ledakan adalah:
1) Karena adanya pelarut mudah terbakar. Cairan mudah
menguap dan mudah terbakar jika dicampurkan dengan udara
denga proposi yang besar dapat menimbulkan ledakan
2) Karena ada udara cair. Udara dapat meledak jika dicampur
dengan unsur-unsur pereduksi dan hidrokarbon
3) Karena ada debu. Debu padat dari bahan mudah terbakar
tercampur dengan udara dapat menimbulkan ledakan
4) Karena ada gas-gas
5) Karena da peroksida

Ledakan yang mungkin ditimbulkan oleh bahan-bahan mudah


meledak ini dapat dicegah dengan cara:
1. Biasanya melakukan eksperimen di tempat terbuka atau di
dalam lemari uap
2. Jika ragu dengan sifat kimia bahan, gunakan dalam jumlah
yang sedikit dan lakukan percobaan di atas penangas air
3. Gunakan alat-alat yang sesuai seperti gelas tebal yang stabil
oleh tekanan selain hal di atas untuk keamanan maka lakukan
pengamatan dari belakang layar pengamana atau gunakan
pelindung seperti masker

bahan radiokaktif
Bahaya dari radiasi
Tipe-tipe radiasi
1) Partikel α (alfa),berupa atom-atom helium yang bermusim
positif
2) Partikel β (beta), yaitu partikel-partikel bermuatan negatif
berenergi tinggi
3) Sinar ¥ (gamma), dihasikan dari perubahan inti atom
radiokaktif berupa Gelombang elektromatik
Bahan korosif dan penyebab korosif
Bahan korosif merupakan salah satu bahan yang dapat merusak
dan mengakibatkan cacat permanen pada jaringan yang terkena
bahan korosif.bersentuhannya kulit dengan bahan-bahan korosif
umumnya disadari sehingga kurang begitu berbahaya bila
dibandingkan dengan racun yang terisap. Gunakan selalu
pelindung atau sarung tangan, jas lab dan kaca mata. Jika
bersentuhan dengan kulit, cucilah segera dengan sabun dan air.
Bahan-bahan korosif umumnya berupa cauran yang tidak dapat
terbakar, tetapi sering menimbulkan panas dan nyala jika terkena
udara atau uap air jika bersentuhan dengan yang mudah terbakar.
Contoh bahan-bahan korosif adalah asam nitrat, asam sulfat, asam
klorida, natrium hidroksida, asam asetat, anhidrida asetat,
methanol, perchlorat, ammonia, bromine, fluorin, hydrogen iodide,
phenol, karbondioksida padat, asam format, hydrogen peroksida,
fosfor kuning, logam kalium, kalium hidroksida, perak nitrat dan
logam natrium.
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk pengamatannya adalah :
1) Simpan bahan di tempat yang sesuai dan
lakukanpengontrolan atau pengawasan secara teratur.
2) Ikuti aturan-aturan penyimpanan, pemberian label,
pemakaian dan pembuangannya.
3) Simpan pesediaan di laboratorium dalam jumlah minimum.
4) Gunakan pelindung.
5) Hindarkan jangan sampai tumpah dan jika bersentuhan
dengan kulit, cucilah segera dengan air dan sabun

Bahan beracun (toksik)


Bahan-bahan beracun dikelompokan menjadi tiga kelompok besar
yaitu bahan beracun yang masuk melalui pencernaan (mulut),
absorpsi kulit dan pernapasan.untuk menghindari masuknya
bahan-bahan tersebut ke dalam tubuh ada beberapa hal yang
dapat kita lakukan yaitu:
1. Untuk menghindari rajun dari mulut:
 Hindarkan makan, minum atau merokok saat bekerja
 Cuci tangan dan keringkan sebelum meninggalkan
laboratorium
 Hati-hati jangan menggunakan pipet isap
2. Untuk menghindari racun dari kulit
 Cegah kontak dengan kulit
 Gunakan sarung tangan
 Cuci tangan dengan sabun dan air dengan sesegera

Bahan kimia tak tercampur


Banyak ledakan, kebakaran dan asfiksiasi terjadi karena
pencampuran bahan-bahan kimia berbahaya terjadi sevara tidak
sengaja.daftar di bawah ini mencangkup bahan-bahan yang tidak
stabil, mudah mengalami oksidasi oleh udara dan bahan-bahan
kimia yang sangat relative berbahaya bila di campurkan.
Bahan-bahan kimia tak tercampurkan
Bahan Sifat Bahan kimia tak
terjampurkan
Logam Mudah terbakar, Air, karbon dioksida,
alkali mydah karbon tetra iorida dan
meledak,korosif hidro karbon klorinasi
lainnya
Asam asetat Korosif, mudah Asam kromat, asam nitrat,
glacial meledak senyawa yang
mengandung hidroksil,
asam perklorat,dan
permanganat
Ammonia Korosif Air raksa, halogen,
(pekat) hydrogen florida
Bromine Korosif, mudah Ammonia, asetilen,
teroksidasi, mudah hydrogen dan serbuk
terbakar logam
Kromat Mudah teroksidasi Garam ammonium, asam,
serbuk logam, sulfur,
pelarut organic yang
mudah terbakar
Asam Mudah terbakar Asam asetat, naftalena,
kromat alcohol, kamfora, gliserin
dan cairan mudah terbakar
lainnya
Klor Korosif, mudah Ammonia, benzene,
teroksidasi hydrogen, serbuk logam
Hydrogen Mudah meledak Tembaga, krom, besi,
peroksida sebagian besar logam dan
garamnya, cairan mudah
terbakar, anilin
Hidrokarbon Mudah meledak, Halogen, asam kromat
(umum) mudah teroksidasi
Iodine Korosif Asetilen, ammonia
Air raksa Beracun Asetilen, hidrogen
Asam nitrat Mudah teroksidasi, Asam organic, aniline,
korosif cairan dan gas mudah
terbakar, dan senyawa
nitrat
Asam Beracun Asetilen, ammonia
oksalat
Air raksa Beracun Asetilen, hidrogen
Asam nitrat Mudah teroksidasi Gliserin, asam sulfat
Asam sulfat Mudah meledak, Klorat, perklorat,
korosif permanganate, air
BAHAN-BAHAN KIMIA DAN PENANGANANNYA

Kemungkinan penanganan bahan-bahan kimia berbaahaya dalam


laboratorium cukup banyak. Hal ini disebabkan oleh banyaknya
reagen kimia yang dapat dipakai, meskipun penggunaannya
kaadangkala relative sedikit dibandingkan dengan industry. Suatu
bahan kimia dapat dikatakan berbahaya jika beracun, korosif,
karsinogen, mudah terbakar, mudah meledak atau bersifat
radioaktif.Untuk itu perlu pengetahuan berbagai hal tentang zat
kimia diantaranya tipe bahaya yang ditimbulkan oleh bahan kimia,
rambu-rambu bahan kimia, penangan bahan kimia serta
pemusnahan bahan sisa-sisa. Diperlukan penanganan
inventarisasi dan keamanan laboratorium, mencakup inventarisasi
peralatan laboratorium yang ada secara rinci, darimana sumber
alat, lokasi penyimpanan yakni spesifikasi alat mencakup
pengamanan peralatan agar aman dan mudah diakses

Tujuan yang akan dicapai adalah :

Mencegah kehilangan

Mengurangi biaya operasi

Meningkatkan kualitas kerja

Mencegah pemakaian yang berlebihan


5. Korosif

Bahan kimia tertentu bila berkontak dengan organ tubuh maka


akan merusak jaringan.

Contoh : Brom

6. Iritasi

Bila terjadi kontak antara bahan kimia dengan organ tubuh, maka
tubuh akan menjadi lecet misalkan pada mata, kulit dan
pernapasan

7. Radiasi

Bahan kimia yang dapat menyebabkan radiasi adalah bahan


radioaktif.

1. Bahan kimia yang mudah meledak

Bahan kimia yang reaktif atau tidak stabil dapat bersifat mudah
meledak. Peledakan terjadi karena reaksi amat cepat serta
menghasilkan panas dan gas dalam jumlah yang besar. Ledakan
adalah kecelakaan yang sering terjadi di laboratorium kimia,
sehingga banyak menimbulkan korban dan jiwa.

Simpanlah bahan yang mudah meledak di tempat yang segar.


Jangan biarkan penyimpanan lembab atau kotor waktu
hujan.Hindari pula sesuatu yang dapat menyebabkan pemanasan
dan loncatan api dan jangan simpan berdekatan dengan zat yang
dapat bereaksi, karena peristiwa peledakan selalu disertai
kebakaran.

Jika melakukan percobaan dengan senyawa yang dapat meledak


maka lakukan dalam lemari asam, pakai alat pelindung dan
siapkan alat pemadam kebakaran.

2. Bahan kimia beracun

Pada dasarnya semua bahan kimia berbahaya namun ada aksinya


lambat dan ada yang cepat. Bahan kimia di laboratorium pada
umumnya aksinya lebih cepat disbanding dengan yang digunakan
dalam industry. Bila memungkinkan penggunaan bahan kimia
beracun diusahakan diganti dengan zat lain yang setara dan tidak
beracun atau sifat toksisitasnya rendah.Contoh benzene diganti
dengan toluene, CCl4, atau CHCl3 diganti dengan CH2Cl2.

Bila bekerja dengan bahan kimia beracun maka pengamannya di


lemari asam dengan menggunakan masker yang spesifik ( tidak
universal). Spesifikasi masker dapat dilihat dari pita yang melekat
pada filternya seperti tabel di bawah ini
Warna Pita Bahan beracun yang
dicegah

Putih Asam pekat

Hitam Asam sianida

Hijau Amoniak

Biru CO

Putih strip kuning Gas klor

Kuning Asam dan uap organic

Coklat Asam, uap organic, dan


amoniak

Mekanik (perban) Debu

Untuk pelindung tangan digunakan sarung tangan tipis dari karet,


penahan panas digunakan sarung tangan dari kapas atau asbes
tergantung tingkat kepanasannya.

3. Bahan korosif

Bahan kimia seperti asam klorida, asam nitrat, dan asam sulfat,
belerang dioksida, asam-asam, asam anhidrida dan alkali dapat
merusak logam (mineral) yang ada dalam tubuh kita, missal aasam
sulfat dapat menyebabkan luka setempat dan asam sulfide dapat
menyebabkan efek sistemik.

Bahan korosif yang berbentuk gas lebih berbahaya daripada yang


berbentuk cairan dan cairan lebih berbahaya dari yang berbentuk
padatan. Bahaya dapat diproteksi dengan masker, sarung tangan,
kacamata dan lemari asam. Bahan korosif disimpan di ruangan
yang dingin dan berventilasi, wadah tertutup rapat, berlabel, hindari
kontaminasi dengan udara, pernafasan serta kontak dengan kulit
dan mata, dan dipisahkan dari bahan beracun (toxic).

4. Bahan yang mudah terbakar

Laboratorium yang banyak menggunakan bahan kimia khususnya


bahan senyawa organic makin rentan terhadap bahaya kebakaran.
Sumber-sumber api dapat dari peralatan yang digunakan untuk
pemanasan termasuk dari instalasi listrik.

Contoh eter dapat terbakar dengan jarak 4 meter dari sumber api.
Logam Natrium, Butil-Litium bila kontak dengan air akan
menimbulkan api (kebakaran).
Terjadinya kebakaran dapat dimengerti bila kita memahami
segitiga api

oksigen

bahan bakar sumber api

Kebakaran akan terjadi bila tiga unsure di atas terpenuhi sehingga


untuk mencegah kebakaran adalah dengan hanya mengisolasi
salah satu unsure di atas.Bila kebakaran terjadi maka perlu
diketahui jenis kebakarannya agar dapat diambil langkah yang
tepat, karena tidak semua kebakaran dapat dipadamkan dengan
air. Secara umum klasifikasi kebakaran didasarkan pada jenis
bahan bakarnya seperti tabel di bawah ini :

Kelas Bahan mudah terbakar (Burning


Kebakaran material)

(Fire Class)

A Kertas, Kayu, Tekstil, Plastik, dan


sejenisnya
B Pelarut yang mudah terbakar seperti
Benzene, Toluene, dan Eter

C Instalasi Listrik seperti Travo, dan


peralatan listrik

D Logam alkali seperti logam Na dan


Li

6. Bahan radioaktif

Contoh : Uranium, Radium dan Torium. Ruangan penyimpan perlu


didesain khusus.

Penanganan Sampah/ Limbah Bahan Kimia

Pengertian Limbah (BAPPEDAL) adalah

Bahan beracun dan berbahaya (B3) adalah setiap sisa bahan


suatu kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun
karena sifat (toxicity, flammability, dan corosivity), konsentrasi atau
jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
merusak, mencemarkan lingkungan atau membahayakan
kesehatan mahluk hidup khususnya manusia.
Setelah menyelesaikan aktivitas dengan berbagai bahan kimia,
maka akan ditinggalkan sisa berupa residu (sisa), slurries
(campuran encer dari bahan-bahan tidak terlarut, endapan-
endapan, zat warna dan lain-lain) dan larutan sisa yang harus
dibuang. Sebelum membuang sampah kimia hendaknya
memahami MSDS (Material Safety Data Sheet) dan bila ragu-ragu
harus berkonsultasi dengan ahlinya (pembimbing) sebelum
membuang limbah tersebut.

Kesimpulan

Terdapat berbagai macam bahaya didalam labolatorium atau


dalam lingkungan pekerjaan. Dengan cara memahami bahan kimia
berbahaya, symbol symbol bahaya dan cara menanganinya, maka
dapat meminimalisir adanya kecelakaan kerja.

PENGATAR KIMIA ORGANIK

Kimia organik adalah salah satu bidang ilmu kimia yang


mempelajari struktur, sifat, dan komposisi suatu senyawa. Kimia
organik juga sering disebut sebagai kimia kabon, karena unsur
yang dipelajari dalam kimia organik adalah unsur yang
mengandung karbon, hidrogen, oksigen, biasanya dengan
tambahan nitrogen, belerang, dan fosfor. Salah satu contoh
senyawa organik adalah TNT (trinitrotoluene) yang digunakan
sebagai bahan peledak. TNT tersusun atas atom-atom karbon,
hidrogen, oksigen, dan nitrogen.

Dibawah ini adalah struktur dua dan tiga dimensi (versi balls and
stick) dari senyawa TNT. Atom hitam adalah karbon, abu-abu
adalah hidorgen, merah adalah oksigen, dan biru adalah nitrogen.

Setiap makhluk hidup tersusun atas senyawa organik. Diambil


istilah organik karena dahulu kala banyak senyawa yang disintesis
dari makahluk hidup, seperti selulosa, pati, lemak, dll.

Namun kehidupan juga sangat bergantung pada kimia anorganik;


sebagai contoh, banyak enzim yang mendasarkan kerjanya pada
logam transisi seperti besi dan tembaga, juga gigi dan tulang yang
komposisinya merupakan campuran dari senyama organik
maupun anorganik.

Ada banyak sekali penerapan kimia organik dalam kehidupan


sehari-hari, diantaranya adalah pada bidang makanan, obat-
obatan, bahan bakar, pewarna, tekstil, parfum, dan lain
sebagainya. Kimia Organik berawal ketika Antoine Laurent
Lavoisier menunjukkan bagaimana komposisi kimia dapat
ditentukan dengan mengidentifikasi dan mengukur jumlah air,
karbon dioksida, dan bahan lainnya yang dihasilkan ketika
berbagai zat dibakar di udara.

Analisis proses pembakaran yang dilakukan terhadap zat yang


berasal dari sumber-sumber alam menyimpulkan bahwa zat
tersebut mengandung karbon, dan akhirnya definisi baru dari kimia
organik muncul: kimia organik adalah studi dari senyawa karbon.
Senyawa kimia organik telah dikenal dan digunakan di masa lalu.
Penduduk cina (2500-3000 SM) dahulu banyak menggunakan
bahan-bahan pengobatan dan membuat obat yang disebut ma
huang dari ekstrak herbal.

BAB III
PEMBAHASAN
PERBEDAAN ANTARA SENYAWA ORGANIK DENGAN
SENYAWA ANORGANIK

No Senyawa organik Senyawa Anorganik


1 Kebanyakan berasal dari Berasal dari sumber daya alam
makhluk hidup dan beberapa mineral ( bukan makhluk hidup)
dari hasil sintesis
2 Senyawa organik lebih mudah Tidak mudah terbakar
terbakar
3 Strukturnya lebih rumit Struktur sederhana
4 Semua senyawa organik Tidak semua senyawa
mengandung unsur karbon anorganik yang memiliki unsur
karbon
5 Hanya dapat larut dalam Dapat larut dalam pelarut air
pelarut organik atau organik
6 CH4, C2H5OH, C2H6 dsb. NaF, NaCl, NaBr, NaI dsb.

Perbedaan utama antara senyawa organik dan senyawa anorganik


adalah bahwa senyawa organik selalu mengandung karbon,
sementara senyawa yang paling anorganik tidak mengandung
karbon. Dan untuk penjelasan lebih lanjut anda bisa menyimak
uraian berikut ini.
Senyawa organik adalah senyawa karbon apa saja. Senyawa
anorganik adalah senyawa apa saja yang tidak tergolong senyawa
organik.

Pada awal perkembangan ilmu kimia sebagai suatu ilmu


pengetahuan, berlaku klasifikasi senyawa kedalam senyawa
organik dan senyawa anorganik berdasarkan asal usul senyawa.
Semua senyawa yang berasal dari makhluk hidup digolongkan
dalam senyawa organic, sedangkan yang berasal dari mineral
digolongkan dalam senyawa anorganik. Pada waktu itu diyakini
bahwa senya organic hanya dapat tejadi oleh adanya pengaruh
dari daya yang dimiliki makhluk hidup ( vital force atau vis vitalis ).

KLASIFIKASI SENYAWA

1. HIDROKARBON
Sesuai bagan di atas, diketahui bahwa pengklasifikasian senyawa
hidrokarbon terbagi menjadi dua yaitu :

1. Senyawa Rantai Terbuka (Alifatik)


Senyawa alifatik adalah senyawa yang mengandung karbon dan
hidrogen yang bergabung bersama dalam rantai lurus, bercabang
atau cincin non-aromatik. Senyawa ini digunakan sebagai inhibitor
korosi. Berdasarkan jumlah ikatannya, senyawa hidrokarbon
alifatik terbagi menjadi senyawa alifatik jenuh dan tidak jenuh.
·
Senyawa alifatik jenuh adalah senyawa alifatik yang rantai C nya
hanya berisi ikatan-ikatan tunggal saja.

ALKANA
Alkana adalah hidrokarbon yang rantai C nya hanya terdiri dari
ikatan kovalen tunggal saja. Rumus umumnya CnH2n+2.

Sifat-sifat Alkana

1. Hidrokarbon jenuh (tidak ada ikatan atom C rangkap sehingga


jumlah atom H nya maksimal)
2. Disebut golongan parafin karena affinitas kecil (sedikit gaya
gabung)
3. Sukar bereaksi
4. Bentuk Alkana dengan rantai C1 – C4 pada suhu kamar
adalah gas, C4 – C17 pada suhu adalah cair dan > C18 pada
suhu kamar adalah padat
5. Titik didih makin tinggi bila unsur C nya bertambah…dan bila
jumlah atom C sama maka yang bercabang mempunyai titik
didih yang lebih rendah
6. Sifat kelarutan : mudah larut dalam pelarut non polar
7. Massa jenisnya naik seiring dengan penambahan jumlah
unsur C
8. Merupakan sumber utama gas alam dan petrolium (minyak
bumi)

Deret homolog alkana

Deret homolog adalah suatu golongan/kelompok senyawa karbon


dengan rumus umum yang sama, mempunyai sifat yang mirip dan
antar suku-suku berturutannya mempunyai beda CH2 atau dengan
kata lain merupakan rantai terbuka tanpa cabang atau dengan
cabang yang nomor cabangnya sama.

Sifat-sifat deret homolog alkana :


 Mempunyai sifat kimia yang mirip
 Mempunyai rumus umum yang sama
 Perbedaan Mr antara 2 suku berturutannya sebesar 14
 Makin panjang rantai karbon, makin tinggi titik didihnya

Kegunaan alkana, sebagai :

• Bahan bakar
• Pelarut
• Sumber hidrogen
• Pelumas
• Bahan baku untuk senyawa organik lain
• Bahan baku industri

Contoh alkana :

a. Senyawa Hidrokarbon tak jenuh adalah senyawa hidrokarbon


yang memiliki 1 ikatan rangkap dua (alkena) atau lebih dari 1
ikatan rangkap dua (alkadiena), atau ikatan rangkap tiga
(alkuna).
ALKENA
Alkena merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh yang memiliki
1 ikatan rangkap 2 (-C=C-). Rumus umumnya CnH2n

Sifat-sifat Alkena

 Hidrokarbon tak jenuh ikatan rangkap dua


 Alkena disebut juga olefin (pembentuk minyak)
 Sifat fisiologis lebih aktif (sbg obat tidur –> 2-metil-2-butena)
 Sifat sama dengan Alkana, tapi lebih reaktif
 Sifat-sifat : gas tak berwarna, dapat dibakar, bau yang khas,
eksplosif dalam udara (pada konsentrasi 3 – 34 %)
 Terdapat dalam gas batu bara biasa pada proses “cracking”

Deret homolog alkena

Kegunaan Alkena sebagai :

 Dapat digunakan sebagai obat bius (dicampur dengan O2)


 Untuk memasakkan buah-buahan
 bahan baku industri plastik, karet sintetik, dan alkohol.

Contoh alkena :
ALKUNA

Merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh yang memiliki 1 ikatan


rangkap 3 (–C≡C–). Sifat-nya sama dengan Alkena namun lebih
reaktif. Rumus umumnya CnH2n-2. Tata namanya juga sama
dengan Alkena, namun akhiran -ena diganti –una.

Kegunaan Alkuna sebagai :

 etuna (asetilena = C2H2) digunakan untuk mengelas besi dan


baja.
 untuk penerangan
 Sintesis senyawa lain.

Contoh alkuna :
2. Senyawa Rantai Tertutup (siklik)
Senyawa ini mengandung satu atau lebih rantai tertutup ( cincin )
dan dikenal sebagai senyawa siklik atau cincin.senyawa ini terbagi
2, yaitu senyawa homosiklik dan heterosiklik.
1) Senyawa Homosiklik
Senyawa hidrokarbon siklik adalah senyawa karbon yang
rantai C nya melingkar dan lingkaran itu mungkin juga
mengikat rantai samping. Golongan ini terbagi lagi menjadi
senyawa alisiklik dan aromatik.

2) Senyawa alisiklik yaitu senyawa karbon alifatik yang


membentuk rantai tertutup.

3) Senyawa aromatik adalah kelas bahan kimia yang ditandai


dengan memiliki struktur molekul yang disebut cincin benzena.
Yang paling sederhana adalah kimiawi benzena, dan struktur
hidrokarbon ini meminjamkan nama menjadi cincin benzena.
Benzena adalah senyawa induk dari keluarga besar senyawa
organik yang dikenal sebagai senyawa aromatik. Tidak
seperti sikloheksana, benzena hanya berisi enam atom
hidrogen, memberikan kesan bahwa cincin itu adalah tak
jenuh dan setiap atom karbon berpartisipasi dalam satu ikatan
rangkap. Dua struktur yang berbeda dengan ikatan tunggal
dan ganda sekitar cincin dapat ditulis kembali untuk benzena.

Sifat-sifat senyawa aromatic

1. Sifat fisis
 zat cair tidak berwarna
 memiliki bau yang khas
 mudah menguap
 benzene digunakan sebagai pelarut
 tidak larut dalam pelarut polar seperti air tetapi larut
dalam senyawa yang kurang polar seperti eter dan
tetraklorometana.
 larut dalam berbagai pelarut organic
 benzena dapat membentuk campuran azeotrop dengan
air
 densitas : 0,88

2. Sifat Kimia
bersifat toksik karsinogenik ( hati-hati menggunakan benzena
sebagai pelarut hanya gunakan jika tidak ada alternatif lain
misalnya toluena .

 merupakan senyawa nonpolar


 tidak begitu reaktif tetapi mudah terbakar dengan
menghasilkan banyak jelaga
 lebih mudah mengalami reaksi subtitusi dari pada adisi

http://welajulia26.blogspot.co.id/2016/09/klasifikasi-senyawa-
organik.html
IKATAN HIDROGEN

Ikatan Hidrogen adalah ikatan yang terbentuk karena adanya


gaya tarik-menarik antara atom-atom yang mempunyai
keelektronegatifan yang sangat besar, seperti F, O, N dengan atom
H. Ikatan hidrogen lebih kuat dari gaya antarmolekul lainnya,
namun lebih lemah dibandingkan dengan ikatan kovalen dan
ikatan ion,
Ikatan hidrogen dapat terjadi inter molekul dan intra molekul.
Jika ikatan terjadi antara atom-atom dalam molekul yang sama
maka disebut ikatan hidrogen intramolekul atau didalam molekul,
seperti molekul H2O dengan molekul H2O. Ikatan hidrogen, juga
terbentuk pada pada antar molekul seperti molekul NH3,
CH3CH2OH dengan molekul H2O, ikatan yang semacam ini
disebut dengan ikatan hidrogen intermolekul.

Sifat kekuatan

Ikatan hidrogen bersifat lebih kuat dibandingkan gaya van der


waals, tetapi lebih lemah dibandingkan ikatan kovalen maupun
ikatan ion.
Pembentukan

Ikatan hidrogen sangat dominan dalam kimia air, larutan, pelarut


hidroksilik, spesies yang menganduh gugus –OH umumnya, dan
penting juga dalam system biologi misalnya sebagai penghubung
rantai polipeptida dalam rantai protein dan pasangan basa dari
asam nukleat.

Apabila atom hidrogen terikat pada atom lain, terutama F, O, N,


atau Cl, sedemikian sehingga ikatah X-H bersifat sangat polar
dengan daerah positif pada atom H, maka atom H ini dapat
berinteraksi dengan spesies negative lain atau spesies kaya
electron membentuk ikatan hidrogen ( = ikatan hidrogen).
Walaupun detailnya sangat bervariasi, tetapi umumnya dipercaya
bahwa sifat khas gaya elektrostatik yang besar antara atom H dan
Y. konsekuensinya, jarak ikatan X-H dengan ikatan hidrogen akan
menjadi lebih panjang, sekalipun tetap sebagai ikatan kovale
tunggal, daripada panjang ikatan normal X-H tanpa ikatan hidrogen.
Demikian jarak h***Y umumnya lebih panjang daripada jarak ikatan
normal H-Y. dalam hal ikatan hidrogen sangat kuat, jarak X***Y
menjadi sangat pendek dan ikatan antara X-H dan H***Y keduanya
menjadi pendek dan hamper sama.

Bukti adanya ikatan hidrogenBukti adanya peran ikatan ini yang


mana cukuo signifikan adalah perbandingan sifat fisik titik didih
abnormal dari senyawa-senyawa NH3, HF, dan H2O. kekuatan
ikatan hidrogen dalam molekul-molekul secara beraturan adalah
H2O > HF > NH3. Penyimpanan titik didih NH3, HF, dan H2O
dalam hubungannya dengan titik didih senyawa-senyawa kovalen
hidrida dari unsure-unsur dalam golongan yang sama
menunjukkan peran ikatan hidrogen yang sangat jelas seperti
gambar berikut.

Dari studi kristalografik dapat diketahui bahwa dalam es setiap


atom oksigen dikelilingi oleh empat atom-atom oksigen yang lain
secara tetrahedral dan keempat atom-atom hidrogen terletak
antara atom-atom oksigen sekalipun tidak tepat di tengahnya. Jadi,
setiap atom O mengikat dua atom H dengan jarak yang sama
~1,01 A dan dua atom H yang lain dengan jarak yang lebih panjang,
~1,75 A, sebagai ikatan hirogen. Jadi, jarak ~2,76 A. struktur es ini
terbuka dn distribusi ikatan hidrogen terbentuk secara acak. Jika
es meleleh, maka sebagian ikatan hidrogen terputus sehingga
struktur es tidak ladi dapat diperthanakan dan berakibat naiknya
densitas air.
MEKANISME TERJADINYA IKATAN HIDROGEN

Beberapa kemungkinan gaya antar molekul yang dapat


membentuk terjadinya Ikatan Hidrogen, yaitu gaya dipol-dipol,
dipol sesaat dipol terinduksi, dipol-dipol terinduksi, dipol ion, dan
dipol sesaat ion yang dikenal dengan nama gaya Van der Waals.

a) Gaya Dipol-dipol
Gaya dipol-dipol terjadi jika sesama senyawa kovalen
polar saling berinteraksi. Senyawa kovalen polar memiliki
muatan yang terpolarisasi (terkutubkan) yang disebut Dipol.
Ada 2 jenis Dipol, yaitu dipol positif (bermuatan +) dan dipol
negatif (bermuatan -). Gaya dipol-dipol yang paling kuat
adalah ikatan Hidrogen. Dipol yang berbeda tarik menarik,
dipol yang sama akan tolak menolak. Gaya tarik menarik
antar dipol lebih kuat dibandingkan gaya tolak menolak antar
dipol. Gaya dipol-dipol yang paling kuat adalah ikatan
hidrogen.

b) Gaya Dipol Sesaat Dipol Terinduksi (Gaya London)


Gaya antarmolekul ini umumnya dimiliki senyawa
kovalen nonpolar, yang tersusun dari inti atom dan elektron-
elektron yang selalu bergerak bebas. Perpindahan electron
dari suatu daerah ke daerah lainnya menyebabkan suatu
molekul yang secara normal bersifat non polar menjadi polar
sehingga terbentuk suatu dipol sesaat. .
Dipol yang terbentuk dengan cara itu disebut dipol
sesaat karena dipol itu dapat berpindah milyaran kali dalam
satu detik. Pada saatberikutnya dipol itu hilang atau bahkan
dudah berbalik arahnya. Dipol Terinduksi yaitu apabila
molekul non polar dengan dipol sesaat menginduksi molekul
non polar lainnya. Gaya antar molekul antara dipol sesaat dan
dipole terinduksi dikenal dengan nama gaya disperse London.
Semakin besar Ar / Mr maka semakin kuat gaya London dan
titik leleh dan titik didih akan semakin tinggi. Untuk yang
berisomer, semakin sedikit jumlah cabang maka titik leleh dan
titik didih semakin tinggi.

c) Gaya Dipol-dipol Terinduksi


Jika suatu molekul polar berdekatan dengan molekul
nonpolar, maka molekul polar dapat menginduksi molekul
nonpolar. Dipol dari molekul polar akan saling tarik-menarik
dengan dipol terinduksi dari molekul nonpolar, yang disebut
gaya dipol-dipol terinduksi.
d) Gaya Ion-Dipol
Gaya antar molekul jenis ini terjadi antara senyawa ion dan
senyawa kovalen polar.

e) Gaya Ion-Dipol Sesaat


Gaya Ion-Dipol sesaat terjadi dari interaksi antar gaya
dipol-dipol terinduksi dengan gaya ion dipol. Senyawa ion
berdekatan dengan molekul nonpolar, ion tersebut dapat
menginduksi dipol molekul nonpolar. Jenis gaya antar
molekul ini memegang peranan penting dalam sirkulasi aliran
darah dalam tubuh.

PENGARUH IKATAN HIDROGEN terhadap TITIK DIDIH dan


TITIK LELEH

Ketika suatu zat mengalami pendidihan dan pelelehan, ikatan


yang dimiliki zat akan terputus. Dengan kata lain, peristiwa
pendidihan dan pelelehan pada dasarnya merupakan pemutusan
ikatan. Semakin kuat ikatan yang terbentuk, semakin tinggi titik
didih dan titik leleh zat.

Pembuktian adanya ikatan hidrogen diketahui dari kajian tentang


titik didih. Kajian dilakukan terhadap molekul yang memiliki atom
hidrogen seperti CH4, SiH4, GeH4,SnH4 dan PbH4 dikelompokan
kedalam group 1 dan PH3, NH3, HF, dan H2O masuk dalam group
2. Ternyata untuk group 1 titik didihnya semakin meningkat dan
diketahui interaksi yang terjadi karena atom-atom yang berikatan
semakin polar, sehingga interaksi dipol-dipol semakin besar dan
meningkatkan titik didihnya (CH4, SiH4, GeH4,SnH4 dan PbH4).

Sedangkan dalam group 2, atom-atom yang berikatan


dengan hidrogen yaitu atom P, N, O dan F seluruhnya memiliki
pasangan elektron bebas atau memiliki elektronegatifitas yang
besar, sehingga ikatan antar molekul dapat terjadi. Semakin
kuatnya ikatan hydrogen yang terbentuk menyebabkan terjadinya
kenaikan titik didih. Sehingga molekul pada group 2 memiliki titik
didih lebih besar dibandingkan dengan molekul pada group 1. JIka
kita membandingkan senyawa-senyawa di dalam group 2, antara
molekul PH3 dan NH3 memiliki 1 (satu) pasangan elektron bebas,
untuk molekul H2O memiliki 2 (dua) pasangan elektron bebas. Titik
didih air lebih besar dibandingkan dengan molekul PH3 dan NH3.
Dalam kasus ini molekul air lebih memiliki peluang yang lebih besar
untuk membentuk ikatan hydrogen.
KESIMPULAN

Dari pembahasan dan ulasan di atas, dapat kita simpulkan


berbagai hal antara lain :
1. Senyawa Kimia yang ada dalam makhluk Hidup. Senyawa
yang mengandung atom Karbon.Kimia Organik adalah Kimia
Karbon
2. Perbedaan utama antara senyawa organik dan senyawa
anorganik adalah bahwa senyawa organik selalu
mengandung karbon, sementara senyawa yang paling
anorganik tidak mengandung karbon. Dan untuk penjelasan
lebih lanjut anda bisa menyimak uraian berikut ini.
3. Senyawa organik adalah senyawa karbon apa saja. Senyawa
anorganik adalah senyawa apa saja yang tidak tergolong
senyawa organik.
4. Ikatan Hidrogen adalah ikatan yang terbentuk karena adanya
gaya tarik-menarik antara atom-atom yang mempunyai
keelektronegatifan yang sangat besar, seperti F, O, N dengan
atom H. Ikatan hidrogen lebih kuat dari gaya antarmolekul
lainnya, namun lebih lemah dibandingkan dengan ikatan
kovalen dan ikatan ion,
5. Ikatan hidrogen bersifat lebih kuat dibandingkan gaya van der
waals, tetapi lebih lemah dibandingkan ikatan kovalen
maupun ikatan ion.

Bahwa kekuatan Ikatan Hidrogen ditentukan oleh nilai


keelektronegatifan dan jumlah Ikatan Hidrogen yang
terbentuk.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
kami dengan tepat waktu adapun materi yang kami bahas disni adalah
pembuatan, penanganan, dan penyimpanan karutan, uji kualtas larutan,
pengoperasian neraca analitik dan alat gelas, pengetahuan dan
penanganan bahan kimia dan pengantar kimia organik.
Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mempelajari tentang
bagaimana prosedur kerja yang tepat dari persiapan bahan kimia cara
penanganannya, alat apa saja yang digunakan, bagaimana mendapatkan
larutan dengan kualitas baik, dan penanganan serta pencegahan oleh
bahaya yang ditimbulkan oleh bahan bahan kimia.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang


membantu kami dalam pembentukan makalah ini. Tak ada yang sempurna
didunia ini kecuali Allah SWT, begitu juga dengan makalah yang kami
buat, kelebihan dan kekurangannya mohon dimaklumi.

Jakarta, 21 Desember 2017

Tim Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………….. i


KATA PENGANTAR ……………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………… iii

BAB I PEMBAHASAN…………………………………………. 1

 1. Pembuatan , penanganan, dan penyimpanan larutan ………….3


 2. UJji kualitas larutan……………………………………………30
 3 .Pengoperasian neraca analitik dan alat gelas ………………….45
 4. Pengetahuan dan penanganan bahan kimia …………………….58
 5. Pengantar kimia organic………………………………………...78
BAB IV PENUTUP ………………………………………………..

A. Simpulan ……………………………………………………………… 79

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………...80

Anda mungkin juga menyukai