Kelompok 1 (Sudah Revisi)
Kelompok 1 (Sudah Revisi)
Kelompok 1 (Sudah Revisi)
DI SUSUN OLEH
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur atas kehadirat Allah swt atas segala limpahan rahmat serta hidayahNya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ”Gangguan sensori persepsi :
Halusinasi Pendengaran” tepat pada waktunya. Tak lupa sholawat serta salam senantiasa
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sehingga dapat berada di zaman terang
benderang ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, tetapi kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Kami mengucapkan
terimakasih kepada :
4. Ambar Asnahningsih S,kep. NS. MMKES. dosen mata kuliah keperawatan jiwa
Yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini dengan sabar. Kami berharap
makalah ini dapat memberikan pengaruh yang baik untuk pembaca. Kami menyadarai bahwa
makalah ini tidak luput dari kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sangat kami harapkan demi penyempurnaan dan perbaikan makalah
BAB I
2
PENDAHULUAN
Halusinasi adalah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh Klien
gangguan jiwa. Klien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan,
atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata. Kelliat, (2011) dalam zelika, (2015). Sedangkan
menurut WHO, kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan dan
keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.
Data dari departemen kesehatan tahun 2009, jumlah penderita gannguan jiwa di indonesia
saat ini mencapai lebih dari 28 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan 11,6 % dan
0,46 % menderita gangguan jiwa berat. Hasil penelitian RISKESDAS (Riset Kesehatan
Dasar) menunjukan 1.7 jiwa atau 1 – 2 orang dari 1000 warga negara indonesia. Jumlah ini
cukup besar, artinya 50 juta atau sekitar 25% dari jumlah penduduk indonesia mengalami
gangguan kesehatan jiwa dan provinsi jawa timur menunjukkan angka 2.2 jiwa berdasarkan
data jumlah penduduk jawa timur yaitu 38.005.413 jiwa, maka dapat di simpulkan 83,612
jiwa yang mengalami gangguan jiwa di jawa timur.
Klien dengan halusinasi menempati urutan pertama dengan angka kejadian 44% atau
berjumlah 345 orang, Klien isolasi sosial menempati urutan kedua dengan angka kejadian
22% atau berjumlah pasiean 173 orang, Klien dengan resiko perilaku kekerasan menempati
urutan ketiga dengan angka kejadian 18% atau berjumlah pasiean 141 orang Klien, Klien
dengan harga diri rendah menempati urutan keempat dengan angka kejadian 12% atau
berjumlah 94 orang, sedangkan Klien dengan waham, defisit perawatan diri 4% atau 32 orang
zelika, 2015.
Sedangkan berdasarkan angka kejadian Klien gangguan jiwa di ruang sedap malam dalam
satu bulan terakhir berjumlah 51 orang dengan rincian Klien Halusinasi 27 orang, ganggguan
po;a pikir 10 orang, isolasi sosial 2 orang, resiko perilaku kkerassan 9 orang, resiko bunuh
diri 2 orang.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas dan sebagai tugas untuk memahami
keperawatan jiwa yang harus di kuasai 5 komponen salah satunya halusinasi, maka kelompok
diberikan tugas untuk membahas masalah gangguan jiwa dengan halusinasi. Oleh karena itu
3
diberikan tugas dalam bentuk makalah yang berjudul laporan pendahuluan, asuhan
keperawatan dan strategi pelaksanaan satu pada kasus halusinasi.
1.4 MANFAAT
4
b. Dapat mengembangkan proses keperawatan pada klien dengan masalah
utama gangguan sensori persepsik : halusinasi pendengaran.
Sebagai salah satu masukan bagi akademi keperawatn kosgoro kota mojokerto
untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja perawat dalam menjalankan
tugas melayani para klien dengan masalah utama gangguan sensori persepsik :
halusinasi pendengaran.
b. Klien dan keluarga dapat memotivasi klien agar bisa mengatasi masalah
gangguan sensori persepsik : halusinasi pendengaran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh Klien
dengan gangguan jiwa. Klien merasakan sensasi berupa suara, penglihaan, pengecapan,
perabaan, atau penghidupan tanpa stimulus nyata. (Budi Anna Keliat, 2011) Halusinasi
adalah persepsi yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang
tidak sesuai dengan relitas/kenyataan seperrti melihat bayangan atau suara-suara yang
5
sebenarnya tidak ada. Pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca indra, dimana
orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang disebabkan oleh psikotik, gangguan
fungsional, organic atau histerik. (Wijayaningsih, 2015).
Dari bagan diatas bisa dilihat rentang respon neurobiologis bahwa respon adaptif
sampai maladaptif yaitu:
a. Respon adaptif
6
4. Perilaku sesuai : kegiatan individu / sesuatau yang berkaitan dengan
individu tersebut diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang
tidak bertentangan dengan moral.
b. Respon transisi
4. Perilaku aneh / tak lazim : perliaku aneh yang tidak enak dipandang,
membingungkan, kesukaran mengolah dan tidak kenal orang lain.
c. Respon maladaptif
7
2.2 TANDA DAN GEJALA
1. Bicara,senyum/tertawa sendiri.
6. Pembicaraankacau,kadangtidakmasukakal.
8. Ketakutan.
1. Halusinasi pendengaran
Mendengar suara - suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara bising
mulai dari yang kurang jelas sampai kata - kata yang jelas berbicara tentang Klien,
bahkan sampai ke percakapan lengkap antara 2 orang atau lebih tentang orang yang
8
mengalami halusinasi. Dalam pikiran yang terdengar adalah perkataan bahwa Klien
disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
2. Halusinasi penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk penglihata kilatan cahaya, gambar geometris, gambar
kartono, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau
menakutkan seperti melihat monster.
3. Halusinasi penghirup/bau
Membaui bau - bauan tertentu seperti bau darah, urin atau feses. Umumnya bau yang
tidak menyenangkan. Halusinasi ini sering terjadi akibat stroke, tumor, kejang,
demensia.
4. Halusinasi pengecapan
Individu merasa mengecap suatu rasa dalam mulutnya, misalnya merasa mengecap
rasa darah, urin atau feses.
5. Halusinasi perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
6. Halusinasi chenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan
atau pembentukan urine.
7. Halusinasi kinesthetik
9
1 comforting ansietas sedang Klien mengalami ansietas Tersenyum, tertawa yang
kesepian, rasa bersalah dan tidak sesuai. Menggerakan
halusinasi - menyenangkan "
takut, mencoba untuk berfokus bibir tanpa suara.
menyenangkan" pada pikiran yang Pergerakan mata yang cepat.
menyenangkan untuk Respon verbal yang lambat.
meredakan ansietas. Individu Diam, dipenuhi rasa yang
mengenali bahwa pikiran - mengasyikkan.
pikiran dan pengalaman
sensori berada dalam kendali
kesadaran jika ansietas dapat
ditangani (non psikotik).
2 condeming ansietas berat, Pengalaman sensori menjijikan Meningkatkan tanda - tanda
halusinasi menjadi menjijikan dan menakutkan klien lepas sistem saraf otonom akibat
"menyalahkan" kendali dan mungkin mencoba ansietas (nadi, RR, TD
untuk mengambil jarak dirinya meningkat). Penyempitan
dengan sumber yang kemampuan untuk
dipersepsikan. Klien mungkin konsentrasi. Asyik dengan
pernah mengalami pengalaman sensori dan
dipermalukan oleh pengalaman kehilangan kemampuan
sensori dan menarik diri dari membedakanhalusinasi dan
orang lain. Psikotik ringan. realita.
3 controlling ansietas berat, Klien berhenti atau Lebih cenderung mengikuti
pengalaman sensori menjadi menghentikan perlawanan petunjuk halusinasinya.
berkuasa "mengendalikan" terhadap halusinasi dan Kesulitan berhubungan
menyerah pada halusinasi dengan orang lain. Rentang
tersebut. Isi halusinasi menjadi perhatian hanya dalam
menarik, klien mungkin beberapa menit atau detik.
mengalami pengalaman Gejala fisik ansietas berat,
kesepian jika sensori halusinasi berkeringat, termor, tidak
berhenti. Psikotik. mampu mengikuti petunjuk.
4 conquering panic umumnya Pengalaman sensori menjadi Perilaku teror akibat panik.
mengancam jika klien
menjadi melebur dalam Potensial suicide atau
mengikuti perintah halusinasi.
halusinasinya. Halusinasi berakhir dari genocide. Aktivitas fisik
beberapa jam atau intervensi
merefleksikan isi halusinasi
terapeutik. Psikotik berat.
seperti perilaku kekerasan,
agitasi, menarik diri,
katatonia. Tidak mampu
merespon terhadap perintah
yang kompleks. Tidak
mampu merespon > 1 orang.
o Apatis, Afek tumpul, Menghindar dari orang lain, Klien tampak memisahkan
diri dengan orang lain, Komunikasi kurang, Kontak mata kurang, Berdiam diri,
Kurang mobilitas.
- Akibat
o Pengertian
Agresif
11
Resiko menciderai diri,orang lain dan lingkungan. (Akibat)
Klien
SP1Klien
SPII Klien
12
SPIII Klien
Keluarga
SPI Keluarga
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusiansi, dan jenis halusinasi yang dialami
Klien beserta proses terjadinya.
SPII Keluarga
SPIII keluarga
13
5. Menganjurkan Klien untuk memilih salah satu cara kontrol yang sesuai.
6. Menganjurkan Klien untuk memasukkan dalam jadwal kegiatan harian di rumah sakit.
Keluarga
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, jenis halusinasi yang dialami Klien beserta
proses terjadinya.
4. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas Klien di rumah termasuk minum obat
(dischargeplanning).
Tindakan Psikofarmaka
3. Mengukur vital sign secara periodik ( tekanan darah, nadi, dan pernafasan)
14
4. Melibatkan Klien dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi dan orientasi
realita. (Work shop Standar Asuhan & Bimbingan Keperawatan Jiwa).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Tanggal MRS : 26 / 02 / 19
I. IDENTITAS KLIEN
1. Nama : Ny M
2. Umur : 53 thn
3. Alamat : Pasuruan
4. Pendidikan : ------
5. Agama : Islam
6. Status : Janda
7. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
8. Jenis Kelamin : Perempuan
9. No CM : 85087
15
Klien kambuh dengan gejala marah – marah sejak 3 minggu yang lalu, memukul
anak, membanting barang, membawa kayu kemana – mana. Klien tidak tidur, bila tidak
tidur Klien keluyuran dan berbicara sendiri, pulang harus dicari. Klien sering mengancam
akan menyembelih tetangga dengan alasan yang tidak jelas. Ps mau makan dan mandi
sendiri. Teriak – teriak marah, kadang mengumpat atau menghina orang lain. Merusak
barang – barang, memukul jendela. Memukul, mencorong, mencakar, menjambak orang
( tanpa menyebabkan cidera).
16
Ny. M 53
thn
Pasiean tinggal bersama anaknya yang nomer 4 dan 5, orang yang paling dekat dengan
Klien adalah anaknya yang nomer 5 dan pengambil keputusan dalam keluarga adalah
anak yang nomer 4. Klien mengatakan tidak suka ke anaknya yang nomer 4 karena telah
membawa Klien ke RSJ lawang.
Konsep Diri
a) Citra Tubuh : Klien mengatakan tidak ada anggota tubuh yang tidak di sukai.
Karena Klien merasa bahwa seluruh anggota tubuhnya normal.
b) Identitas : Klien mengatakan jika dirinya perempuan, Klien dapat
menjelaskan alamat dan nama. Klien tidak dapat mengingat umurnya, Klien
mengatakan bahwasannya Klien menerima jika dirinya adalah seorang
perempuan.
c) Peran : pasiean mengatakan adalah seorang ibu dari 6 anak. Di rs Klien
berperan sebagai Klien tapi malas untuk berinteraksi dengan Klien lain karena
malas banyak omong. Klien merasa kesepian semenjak ditinggal suami dan
Klien mengatakan jika tidak mampu menghidupi keluarganya, Klien
menggantungkan biaya hidup sehari – hari.
d) Ideal Diri : Klien ingin segera pulang karena Klien merasa dirinya tidak apa
– apa dan Klien ingin naik haji. Dan Klien segera berkumpul dengan anak dan
cucunya.
e) Harga Diri : Klien mengatakan merasa minder dan malu karena keinginannya
tidak tercapai. Klien mengatakan terbebani dengan statusnya yang janda karena
masih merasa tanggungan menghidupi keluarganya.
Diagnosa keperawatan : harga diri rendah
2. Hubungan Sosial
a) Orang yang berarti / terdekat : anak nomer 5
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat dan hubungan
sosial : paseian mengatakan tidak pernah bergaul dan tidak pernah mengikuti
kegiatan warga, Klien mengatakan malas untuk banyak bicara, sering
menyendiri.
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien mengatakan
malas untuk berhubungan dengan orang lain karena malas untuk banyak bicara.
Diagnosa Keperawatan : Isolasi sosial : Menarik Diri.
3. Spiritual
17
a) Nilai dan keyakinan : Klien mengatakan beragama islam dan menyakini
bahwa tuhan ada dan telah mengatur semuanya.
b) Kegiatan ibadah : Klien mengatakan di RSJ jarang beribadah karena
tempatnya tidak nyaman.
19
c) Tidur : tidur siang jam 10.00 sampai 12.00, tidur malam jam 07.00 sampai
05.00, di luar jam tidur Klien sering tidur – tiduran di kamar tidur. Gangguan tidur
parasomnia : Klien mengatakan sering terjaga di saat tengah malam karena sering
mendengar bisikan.
Diagnosa keperawatan : gangguan pola tidur.
3. Kemampuan lain – lain
a) Mengantisipasi kebutuhan hidup : tidak ada
b) Membuat keputusan berdasarkan keinginan : Klien ingin cepat keluar dari
RSJ jika sudah di rumah Klien ingin naik haji.
c) Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatannya
sendiri : Klien diantar oleh keluarga untuk kontrol dan di bantu perawat dalam
mengatur obat.
4. Sistem pendukung : keluarga, terapis, dan teman sejawat. Klien mengatakan ldi
dukung oleh keluarga di rumah, jika di RSJ Klien di dukung oleh terapis dan teman
sejawat dalam melakukan kegiatan sehari – hari.
IX. MEKANISME KOPING : Klien jika ada masalah marah – marah dan memukul orang
lain.
Diagnosa keperawatan : koping individu in efektif
XI. ASPEK PENGETAHUAN : pemyakit / gangguan jiwa, Klien mengatakan dirinya tidak
sakit jiwa, Klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang penyakitnya saat ini. Dan pasien tidak tahu obat – obatan yang diminum selama
ini.
Diagnosa Keperawatan : kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang diderita.
NO DATA DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1 DS : Klien mengatakan mendengar suara / bunyi Halusinasi pendengaran
yang mengajak bicara.
DO : Klien marah ketika berinteraksi, kontak mata
kurang, konsentrasi mudah beralih.
2 DS : Klien mengatakan malas berinteraksi dengan Isolasi sosial : menarik
orang lain karena masla banyak bicara. diri
DO : Klien tamapak lebih banyak melamun, berdiam
diri, kurang interaksi kontak mata.
21
Isolasi sosial : menarikdiri. Causa
22
pengobatan dan frekuensi adanya.
f. Beri perhatian
secara timbulnya
kepada klien dan
optimal. halusinasi.
2.2 Klien dapat perhatian
mengungkap kebutuhan dasar
kan klien.
2.1.1 adakan kontak
bagaimana
sering secara
perasaannya
bertahap
terhadap
2.2.1 observasi tingkah
halusinasi
laku klien yang
tersebut.
terkait dengan
3.1 klien dapat
halusinasinya :
menyebutkan
bicara dan tertawa
tindakan
tanpa stimulus dan
yang
memandang ke kiri
biasanya
atau ke kanan atau
dilakukan
ke depan seolah –
untuk
olah ada teman
mengendalik
bicara.
an
2.2.2 Bantu klien
halusinasiny
mengenal
a.
halusinasinya :
3.2 Klien dapat
a. Jika menemukan
menyebutkan
klien sedang
cara baru
berhalusinasi :
mengontrol
tanyakan apakah
halusinasi.
ada suara yang
3.3 Klien dapat
didengarnya.
mendemonst
b. Jika klien
rasikan cara
menjawab ada,
menghardik
lanjutkan : apa
atau
yang dikatakan
mengusir
suara itu.
atau tidak c. Katakan bahwa
memerdulika perawat percaya
23
n klien mendengar
halusinasiny suara itu namun
a. perawat sendiri
3.4 Klien dapat
tidak
mendemonst
mendengarnya
rasikan
( dengan nada
bercakap –
bersahabat tanpa
cakap
menuduh atau
dengan orang
menghakimi ).
lain. d. Katakan bahwa
3.5 Klien dapat
klien lain juga
mendemonst
ada yang seperti
rasikan
klien.
pelaksanaan e. Katakan bahwa
kegiatan perawat akan
sehari – hari. membantu klien.
3.6 Klien dapat 2.2.3 Diskusikan dengan
mengikuti klien :
a. Situasi yang
aktifitas
meninmbulkan atau
kelompok.
3.7 Klien dapat tidak menimbulkan
mendemonst halusinasi ( jika
rasikan sendiri, jengkel,
kepatuhan atau sedih).
b. Waktu dan
minum obat.
frekuensi terjadinya
halusinasi ( pagi,
siang, sore dan
malam : terus –
menerus atau
sewaktu – waktu )
2.2.4 Diskusikan dengan
klien tentang apa
yang diraskannya
jika terjadi
halusinasi ( marah,
24
takut, sedih dan
senang), beri
kesempatan pada
klien untuk
mengungkapkan
perasaannya.
3.1.1 identifikasi bersama
klien tindakan yang
dilakukan jika
terjadi halusinasi
(tidur, marah,
menyibukkan diri,
dll)
3.2.1 diskusikan manfaat
dan cara yang
digunakan klien jika
bermanfaat beri
pujian kepada klien
3.2.2 diskusikan dengan
klien tentang cara
baru mengontrol
halusinasinya :
a. menghardik atau
mengusir atau tidak
memerdulikan
halusinasinya.
b. Bercakap-cakap
dengan orang lain
jika halusinasinya
muncul.
c. Melakukan kegiatan
sehari-hari.
3.3.1 beri contoh cara
menghardik
halusinasi : “Pergi!
Saya tidak mau
25
mendengar kamu,
saya mau mencuci
piring/bercakap-
cakap dengan
suster”.
3.3.2 Beri pujian atas
keberhasilan klien.
3.3.3 Minta klien
mengikuti contoh
yang diberikan dan
minta klien
mengulanginya .
susun jadwal latihan
klien dan minta
klien umtuk mengisi
jadwal kegiatan(self
evaluation).
3.3.4 Tanyakan kepada
klien : “Bagaimana
perasaan anda
setelah menghardik?
Apakah
halusinasinya
berkurang?”, lalu
berikan pujian.
3.4.1 beri contoh percakapan
dengan orang
lain :”Suster.saya dengar
suara-suara,temani saya
bercakap-cakap.
3.4.2 minta klien mengikuti
contoh percakapan dan
mengulanginya.
3.4.3 beri pujian atas
keberhasilan klien.
3.4.4 susun jadwal klien
26
untuk melatih diri,
mengisi kegiatan dengan
bercakap-cakap dan
mengisi jadwal kegiatan
self evaluation.
3.4.5 Tanyakan kepada
klien : “Bagaimana
perasaan anda setelah
latihan bercakap-cakap?
Apakah halusinasinya
berkurang?” berikan
pujian.
3.5.1 diskusikan dengan
klien tentang kegiatan
harian yang dapat
dilakukan dirumah dan
dirumah sakit (untuk klien
halusinasinya dengan
perilaku kekerasan sesuai
dengan kontrol perilaku
kekerasan).
3.5.2 latih klien untuk
melakukan kegiatan yang
disepakati dan masukkan
kedalam jadwal kegiatan.
Minta klien mengsi jadwal
kegiatan self evaluation.
3.5.3 tanyakan kepada klien :
bagaimana perasaan anda
setelah melakukan
kegiatan harian? Apakah
halusinasinya
berkurang?”, berikan
pujian.
3.6.1 anjurkan klien untuk
27
mengikuti terapi aktivitas
kelompok, orientasi
realita, stimulus persepsi.
3.7.1 klien dapat
menyebutkan jenis, dosis,
dan waktu minum obat
serta manfaat obat
tersebut(prinsip 5 benar :
benar orang,benar obat,
benar dosis, benar waktu,
dan benar cara
pemberian.)
3.7.2 diskusikan dengan
klien tentang jenis obat
yang diminum (nama,
warna, dan besarnya) :
waktu minum obat (jika
3x : 07.00, 13.00, dan
19.00) dosis, cara.
4. Tindakan Keperawatan :
a) Mengidentifikasi jenis halusinasi Klien.
28
b) Mengidentifikasi isi halusinasi.
c) Mengidentifikasi waktu dan frekwensi halusinasi.
d) mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi.
e) mengidentifikasi respon Klien terhadap halusinasi
f) mengajarkan Klien menghardik halusinasi.
g) Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi ke
dalam jadwal kegiatan harian
3. FASE TERMINASI
a) Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subjektit ( Klien )
Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang – bincang tentang yang ibu
rasakan?
Evaluasi Objektif ( perawat )
Coba ibu ulang / praktekkan apa yang sudah kita diskusikan atau yang
saya ajarkan tadi.
b) Rencana Tindak Lanjut
karena waktu kontrak sudah habis, saya ingin pamit dulu tapi setelah
saya pamit, bagaimana kalau besok kita berbincang lagi tentang apakah
29
ibu bisa menghardik halusinasi seperti yang saya ajarkan tadi? Jika
bisa bagaimana jika kita coba masukan ke rencana kegiatan harian ibu?
c) Kontrak yang akan datang
Topik : bagaimana jika besok kita latihan menghardik halusinasi?
Waktu : kira – kira waktunya kapan ibu? Bagaimana kalau jam 10?
Tempat : lalu tempatnya dimana enaknya bu?
30
mengidentifikasi jenis,
isi, frekuensi, dan situasi
yang menyebabkan
halusinasi
P:
Perawat : ajarkan Klien
menghardik halusinasi.
Anjurkan klien
memasukkan cara
menghardik halusinasi
kedalam jadwal
kegiatan harian
31
c) Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi ke
dalam jadwal kegiatan harian
32
1 7 / 3 / 19 1. mengidentifikasi S : Klien mengatakan
10.00
respon Klien terhadap setiap mendengar
halusinasi suara, Klien
2. mengajarkan Klien
menghiraukannya.
menghardik
Klien mengatakan
halusinasi.
masih kesulitan
3. Menganjurkan klien
nemerapkan cara
memasukkan cara
menghardik halusinasi
menghardik
O : Klien masih
halusinasi kedalam
tampak bingun, Klien
jadwal kegiatan
terkadang tampak
harian
bicara sendiri.
Pandangan Klien
tampak kosong. Klien
masih tidak mampu
menerapkan cara
menghardik halusinasi.
A : Klien mampu
mengidentifikasi
respon terhadap
halusinasi.
Klien sudah
memahami cara
menghardik.
P:
Perawat : ajarkan Klien
menghardik halusinasi.
Anjurkan klien
memasukkan cara
menghardik halusinasi
kedalam jadwal
kegiatan harian
Klien : latihan cara
menghardik halusinasi.
latihan memasukkan
cara menghardik
33
halusinasi ke dalam
jadwal kegiatan harian
A. PROSES KEPERAWATAN
a. Kondisi Klien :
DS : Klien mengatakan masih mendengar suara – suara saat tengah malam.
DO : Klien tampak linglung, banyak berdiam jika di ajak bicara.
b. Diagnosa keperawatan : Halusinasi Pedengaran.
c. Tujuan khusus ( TUK ) :
1) Klien mampu mengontrol halusinasi.
2) Klien mampu memasukkan cara menghardik halusinasi dalam kegiatan
harian Klien.
d. Tindakan Keperawatan :
1) Mengajarkan Klien menghardik halusinasi.
2) Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian Klien.
34
Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang – bincang tentang yang ibu
rasakan? Ibu merasa senang / tidak setelah kita berbincang – bincang.
Evaluasi Objektif ( perawat )
Coba ibu ulang / praktekkan apa yang sudah kita diskusikan atau yang
saya ajarkan tadi.
2) Rencana Tindak Lanjut
karena waktu kontrak sudah habis, saya ingin pamit dulu tapi setelah
saya pamit, bagaimana kalau besok kita berbincang lagi tentang apakah
ibu bisa menghardik halusinasi yang ibu alami, dan memasukan cara
menghardik halusinasi kedalam jadwal kegiatan harian Klien.
3) Kontrak yang akan datang
Topik : bagaimana jika besok kita latihan menghardik halusinasi?
Waktu : kira – kira waktunya kapan ibu? Bagaimana kalau jam 10?
Tempat : lalu tempatnya dimana enaknya bu?
35
memasukan cara
menghardik halusinasi
dalam kegiatan harian.
P:
Perawat : ajarkan
Klien menghardik
halusinasi. Ajarkan
memasukan cara
menghardik halusinasi
dalam kegiatan harian.
Klien : ulangi cara
menghardik
halusinasi. Latihan
memasukan cara
menghardik halusinasi
dalam kegiatan harian.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami
oleh Klien dengan gangguan jiwa. Klien merasakan sensasi berupa suara, penglihaan,
pengecapan, perabaan, atau penghidupan tanpa stimulus nyata. (Budi Anna Keliat,
2011) Halusinasi adalah persepsi yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau
persepsi sensori yang tidak sesuai dengan relitas/kenyataan seperrti melihat bayangan
atau suara-suara yang sebenarnya tidak ada. Pencerapan tanpa adanya rangsang
apapun dari panca indra, dimana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun
yang disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organic atau histerik.
(Wijayaningsih, 2015).
4.2 SARAN
Diharapkan kepada para pembaca, jika menjumpai seseorang yang mengalami
gangguan persepsi halusinasi agar memberikan perhatian dan perawatan yang tepat
36
kepada penderita sehingga keberadaannya dapat diterima oleh masyarakat seperti
sediakala.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (1996). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.
Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.
Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. EGC: Jakarta.
37