Anda di halaman 1dari 3

Kanker Serviks

Pendahuluan

Kanker serviks merupakan kanker yang terbanyak pada perempuan di Indonesia selain kanker
payudara. Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit
kanker di negara sedang berkembang termasuk di Indonesia
Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi virus HPV (human papilloma virus). Lebih dari
90% kanker serviks jenis karsinoma sel skuamosa mengandung DNA virus HPV dan 50% kanker
serviks berhubungan dengan HPV tipe 16.

Risiko yang sangat berperan. Faktor lain yang dianggap merupakan faktor risiko antara lain factor
hubungan seksual pertama kali pada usia muda, faktor merokok.

Perjalanan Penyakit
Proses karsinogenesis pada kanker serviks sudah mulai terbuka (lihat bab karsinogenesis). HPV
merupakan faktor inisiator dari kanker serviks menyebabkan terjadinya gangguan sel serviks.
Oncoprotein E6 dan E7 yang berasal dari HPV merupakan penyebab terjadinya degenerasi
keganasan. Oncoprotein E6 akan mengikat p53 sehingga TSG p53 akan kehilangan fungsinya.
Sedangkan oncoprotein E7 akan mengikat TSG Rb, ikatan ini menyebabkan terlepasnya E2F. E2F
merupakan faktor trankripsi sehingga siklus sel berjalan tanpa kontrol.
Human papilloma virus
Virus papilloma berukuran kecil, diameter virus kurang lebih 55 nm, genomenya terbentuk
oleh dua rantai (double stranded) DNA yang dibentuk oleh kuranng lebih 8.000 bp. Informasi
genetikanya hanya pada satu rantai. Genomenya terdiri beberapa bagian, yaitu bagian late (L),
early (E) dan bagian non coding (NC). Bagian L kurang lebih merupakan 40% dari genome, bagian
L kurang lebih merupakan 40% dari genome, bagian L terbagi menjadi dua bagian yaitu 95%
bagian adalah L1 mayor dan sisanya 5% adalah L2 minor. Bagian E merupakan 45% dari genome,
gen E terdiri dari E1-E8, tetapi hanya E1, E2, E4, E6, dan E7 yang banyak diteliti. E1 dan E2
berperan pada replikasi virus, E2 juga berfungsi pada transkripsi virus. E4 berperan pada siklus
pertumbuhan virus dan pematangan virus. Sedangkan E6 dan e7 merupakan bagian dari
onkoprotein. Integrasi DNA virus dengan genome sel tubuh merupakan awal dari proses yang
mengarah tranformasi.
HPV

E6 E7
p53 Cdk-cyclin E2F pRb-E2F
E6 p53 E7 pRb

C-Myc, N-Myc

G1 S

M G2
Gambar 2: Bagan peranan HPV pada proses karsinogenesis karsinoma serviks

Integrasi DNA virus dimulai pada daerah E1-E2. Integrasi menyebabkan E2 tidak berfungsi, tidak
berfungsinya E2 menyebabkan rangsangan terhadap E6 dan E7 yang akan menghambat p53 dan
pRb. Hambatan kedua TSG ( Tumor Supressor Gene) menyebabkan siklus sel tidak terhambat
perbaikan DNA tidak terjadi, apoptosispun tidak terjadi. 11 Protein E6 akan berikatan dengan p53,
ikatan ini menyebabkan hilangnya fungsi p53. Fungsi p53 sebagai tumor suppressor gene yang
bekerja pada fase G1, dengan berfungsinya p53 pada siklus sel akan terjadi penghentian siklus sel
pada fase G1, penghentian ini untuk memberi kesempatan kepada sel memperbaiki kerusakan yang
timbul. Setelah perbaikan selesai maka sel akan masuk ke fase S. Kemampuan p53 menghentikan
siklus sel melalui hambatannya pada kompleks cdk-cyclin. Komplek cdk-cyclin berfungsi
merangsang siklus sel untuk memasuki fase selanjutnya. Dengan hilangnya fungsi p53 maka
penghentian sel pada fase G1 tidak terjadi, perbaikan tidak terjadi, sel akan terus masuk ke fase S
tanpa ada perbaikan. Sel yang abnormal ini akan terus membelah dan berkembang tanpa control.
Selain itu p53 juga berfungsi sebagai perangsang apoptosis ( proses kematian sel yang dimulai
dari kehancuran gen intrasel, apoptosis merupakan upaya fisiologis tubuh untuk mematikan sel
yang tidak dapat diperbaiki), hilangnya p53 menyebabkan apoptosis tidak berjalan.
Protein E7 menghambat proses perbaikan sel melalui mekanisme yang berbeda. Pada proses
regulasi siklus sel difase Go dan G1 tumor suppressor gene pRb, ikatan ini menyebabkan E2F
menjadi tidak aktif (E2F merupakan gen yang akan merangsang siklus sel melalui aktivasi proto-
onkogen c-myc, N-myc). Masuknya protein E7 ke dalam sel, maka terjadi ikatan E7 dengan pRb,
ikatan ini menyebabkan E2F bebas terlepas dan merangsang proto-onkogen c-myc dan N-myc
yang selanjutnya akan terjadi proses transkripsi atau proses siklus sel. Kekuatan ikatan protein E7
dengan pRb berbeda-beda, diantara beberapa jenis virus HPV. Ikatan E7 HPV tipe 6 kurang kuat
dibandingkan dengan E7 HPV 16 ataupun 18. 12,13
Infeksi laten HPV
Infeksi laten HPV adalah infeksi yang diketahui dengan terdapatnya DNA-HPV tanpa ditemukan
kelainan baik makroskopik atau mikroskopik baik sitology ataupun histologi. Infeksi laten berbeda
dengan infeksi sub klinik, karena infeksi sub klinik adalah infeksi yang tidak diketahui dengan
pemeriksaan klinik, tetapi dibuktikan dengan sitology ataupun histologic. DNA-HPV memegang
peranan penting timbulnya rekurensi pasca terapi lesi prekanker. Setelah terapi destruksi baik
dengan krioterapi, kauterisasi dengan elektrik ataupun dengan laser mampu memperbaiki kelainan
sel yang terjadi, tetapi tetap meninggalkan DNA-HPV. Sehingga keberadaan DNA-HPV
menyebabkan timbulnya rekurensi pasca terapi.

Anda mungkin juga menyukai