Sistem Saraf Otonom
Sistem Saraf Otonom
KELAS : FARMASI B
JURUSAN FARMASI
SAMATA-GOWA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kemampuan obat dengan seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi maupun fisikanya,
menyelidiki semua interaksi antara obat dan tubuh manusia khususnya, serta
penggunaan pada pengobatan penyakit, disebut farmakologi klinis. Ilmu khasiat obat
ini mencakup beberapa bagian yaitu farmakognosi, biofarmasi, farmakokinetik dan
Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh
teraupetis obat berhubungan erat dengan efek dosisnya. Pada hakikatnya setiap obat
dalam dosis yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun dan merusak organisme
sola dosis facit venenum yang artinya hanya dosis membuat racun.
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak. Fungsi
sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis). Dua perangkat
neuron dalam komponen otonom pada sistem saraf perifer adalah neuron aferen atau
sensorik dan neuron eferen atau motorik. Neuron aferen mengirimkan impuls ke
sistem saraf pusat, dimana impuls itu diinterprestasikan. Neuron eferen menerima
impuls (informasi) dari otak dan meneruskan impuls ini melalui medulla spinalis ke
sel-sel organ efektor. Jalur eferen dalam sistem saraf otonom dibagi menjadi dua
cabang yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Dimana kedua sistem saraf ini
bekerja pada organ-organ yang sama tetapi menghasilkan respon yang berlawanan
simpatis dan sistem saraf parasimpatis dapat berupa respon yang merangsang atau
menekan.
Dalam dunia farmasi, sistem saraf otonom ini sangat erat hubungannya
dengan farmakologi dan toksikologi karena kita dapat mengetahui mekanisme kerja
1. Maksud Percobaan
sistem saraf otonom dengan melihat respon yang timbul pada mencit.
2. Tujuan Percobaan
Untuk menentukan efek farmakologi obat-obat yang bekerja pada sistem saraf
C. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan dari praktikum ini ialah percobaan sistem saraf otonom
dilakukan dengan cara menginduksi hewan coba menggunakan zat stimulus sistem
saraf otonom dan dilanjutkan dengan pengamatan pupil mata, diare, diuresis, tremor,
serta terdiri terutama dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan
internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur. Kemampuan khusus seperti
system saraf pusat dan system saraf perifer. Sistem saraf pusat (SSP) terdiri atas otak
dan medulla spinalis. Sedangkan system saraf tepi (perifer) merupakan susunan saraf
diluar system saraf pusat yang membawa pesan ke dan dari system saraf pusat
(Irianto, 2013).
menjadi cabang simpatik dan parasimpatik. Sistem simpatik secara normal aktif
lingkungan. Sistem simpatoadrenal juga dapat dilepas sebagai unit, terutama saat
marah dan takut, dan mempengaruhi struktur yang dipersarafi secara simpatik pada
seluruh tubuh secara bersamaan, meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah,
meningkatkan gula darah, mendilatasi bronkioolus dan pupil, dan secara umum
Parasimpatomimetik atau kolinergik. Efek obat golongan ini menyerupai efek yang
adrenergic yang efeknya menyerupai efek yang ditimbulkan oleh aktivitas susunan
1. Agonis kolinergik
a) Bekerja langsung
isoflurofat.
2. Antagonis kolinergik
b) Penyekat ganglionik
c) Penyekat neuromuscular
Obat-obat yang termasuk dalam kelompok ini yaitu: atrakurium,
3. Agonis adrenergic
a) Bekerja langsung
tiramin.
c) Bekarja ganda
metaraminol.
4. Antagonis adrenergic
b) Penyekat- β
timolol (Mycek,2013).
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
Jantan : 28 – 40 gram
Betina : 25 – 40 gram
e. Jumlah diploid : 40
i. Mulai dikawinkan
Jantan : 50 hari
Betina : 50 – 60 hari
Lemak : 12,1%
Protein : 9,0%
Laktos : 3,2%
berbiak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya cukup besar,
serta anatomi dan fisiologinya, karakteristik dengan baik. Mencit (Mus
musculus) hidup dalam daerah cukup luas, penyebarannya mulai dari iklim
dingin, maupun panas dapat hidup terus menerus. Kadang secara bebas sebagai
hewan liar. Mencit (Mus musculus) paling banyak digunakan adalah mencit
B. Uraian Bahan
1. Aquadest (Dirjen POM, 1979: 96)
Nama Lain : Air murni, air suling, air batering, aqua dapurata,
aquadest.
Rumus Struktur : O
H H
berasa
Rumus Struktur :
C. Klasifikasi Obat
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, tidak larut dalam etanol
Adamstokes.
Kelarutan : Larut dalam air, dalam etanol, dan sukar larut dalam
disease.
.
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu erlenmeyer ®Pirex,
gelas piala ®Pirex, kanula, labu takar ®Pirex, spoit 1 ml, spoit 10 ml, stopwatch.
2. Bahan
B. Cara Kerja
1. Penyiapan Bahan
a. Pembuatan Na-CMC 1 %
diaduk
aquadest hingga 10 ml
ditentukan berat rata- rata tablet. Digerus tablet hingga halus didalam
CMC 1 %.
Setelah obat dibuat, di berikan satu jenis obat pada setiap mencit dan
dilakukan pemberian rute obat. Yaitu Na CMC dan pilokarpin secara peroral
secara intraperitorial (i.p). Kemudian diamati gejala yang timbul pada hewan
2. Vasokontriksi - - - - - -
2. Tremor + +++ - + - -
3. Diuretik - - + + + -
4. Salivasi - - - - - -
5. Bronkodilatasi - - - - - -
6. bronkokontriksi - - - - - -
7. Straub - - - - - -
8. Eksoftalmus - - - - - -
9. Miosis - - - - - -
1. Vasodilatasi - - + - - -
2. Vasokontriksi - - - - - -
4. Tremor - - - - - -
5. Diuretik - + - - - -
6. Salivasi - - - - - -
8. bronkokontriksi - - - - - -
9. Straub - ++ ++ + + ++
10. Eksoftalmus ++ - - - - -
11. Miosis ++ + + - ++ -
1. Vasodilatasi - - - - + -
2. Vasokontriksi - - - - + -
3. Grooming + + ++ +++ + +
4. Tremor + + + + + ++
5. Diuretik + + + + + +
6. Salivasi - - - - + +
7. Bronkodilatasi - - - - - -
8. bronkokontriksi - - - - - -
9. Straub - - - - - -
10. Eksoftalmus + + + + + ++
11. Miosis - - - - + -
1. Vasodilatasi - ++ + - - -
2. Vasokontriksi - - - - - -
4. Tremor + ++ + - - -
5. Diuretik - - - + + -
6. Salivasi - - - - - -
7. Bronkodilatasi - - - - - -
8. bronkokontriksi - - - - - -
9. Straub - - - - + -
10. Eksoftalmus - - - - - -
11. Miosis - - - - - -
1. Vasodilatasi + + + + + +
4. Tremor +++ ++ + + + +
5. Diuretik - - - - - +
6. Salivasi + + + + + +
7. Bronkodilatasi + + ++ ++ + +
8. bronkokontriksi +++ ++ ++ ++ + +
9. Straub - - - - - -
B. Pembahasan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
percobaan ini agar pratikum lebih megerti dan selalu menguasai praktikan selama
melakukan percobaan.
1.
Ucapkan Bismillah
Tetesi kloralhidrat
Fiksasi
Foto