Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

JENIS-JENIS INTERAKSI SOSIAL

Diajukan untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Sosiologi Perdesaan

Dosen : Rio Tedi Prayitno,S.P.,M.Si.

Oleh

Deanadine Tristi Sirait [19141360]

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

2019
Jenis – jenis Interaksi Sosial

Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan


(competition), dan bahkan juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict).
Suatu pertikaian mungkin mendapatkan suatu penyelesaian. Mungkin penyelesaian
tersebut hanya akan dapat diterima untuk sementara waktu, yang dinamakan
akomodasi (accommodation); dan ini berarti bahwa kedua belah pihak belum tentu
puas sepenuhnya. Ada yang menganggap akomodasi merupakan bentuk keempat
dari interaksi sosial. Keempat bentuk pokok dari interaksi sosial tersebut tidak perlu
merupakan suatu kontinuitas., di dalam arti bahwa interaksi itu dimulai dengan
kerja sama yang kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi pertikaian
untuk akhirnya sampai pada akomodasi. Akan tetapi, ada baiknya untuk menelaah
proses-proses interaksi tersebut di dalam kelangsungannya.
Sebagai contoh dapat ditelaah kemungkinan, apa yang akan terjadi apabila suatu
kelompok baru (misalnya kaum transmigran dari Jawa) dating untuk menetap di
suatu daerah yang telah ada penduduknya yang merupakan masyarakat asli daerah
tersebut (misalnya di Lampung). Dari bahan-bahan penelitian yang diperoleh serta
dari hasil-hasil observasi sendiri, mula-mula tampak terjadinya persaingan antar
kaum pendatang dengan masyarakat asli, yaitu orang-orang Lampung. Pokok
perselihan sebenarnya adalah mengenai hak milik atas tanah dan persangkaan
bahwa pemerintah terlalu memanjakan kaum transmigran. Persaingan tersebut di
beberapa tempat sampai memuncak menjadi suatu pertikaian. Secara lambat, tetapi
pasti, pemerintah setempat berusaha dan berhasil mengatasi masalah tersebut dan
tercapailah keadaan akomodasi yang kemudian menjadi dasar dari suatu kerja sama.
Menrut Gillin dan Gillin, ada dua macam proses social yang timbul sebagai akibat
adanya interakasi sosial, yakni:
1. Proses yang assosiatif yaitu suatu proses sosial yang mengindikasikan
adanya gerak pendekatan atau penyatuan. Bentuk-bentuk khusus proses
social yang assosiatif adalah kooperasi, akomodasi, asimilasi dan akulturasi.
2. Proses yang dissosiatif, yaitu proses social yang mengindikasikan pada
gerak kearah perpecahan. Bentuk-bentuk khusus proses sosial yang
dissosiatif adalah kompetisi, konflik dan kontravensi.
Proses Sosial Assosiatif

1. Kerja Sama

Bentuk dan pola kerja sama dapat kita jumpai dalam semua kelompok
sosial. Kebiasaan kerjasama dimulai dari semasih kanak-kanak berupa
permainan hingga desa dalam segala bentuk usaha guna mencapai tujuan
bersama. Kerja sama timbul karena orientasi orang terhadap kelompoknya,
maka harus ada kondisi pembagian kerja yang serasi dan imbalan yang jelas.
Kerja sama akan bertambah kuat apabila ada ancaman dari luar atau sesuatu
yang menyinggung nilai kesetiaan, adat istiadat dari kelompok tersebut.
Masyarakat yang menjunjung tinggi atau menempatkan kerja sama dalam
system nilai sosialnya sering menjadikan warganya kreatif atau tidak
berinisiatif karena selalu mengharapkan atau mengandalkan bantuan
rekannya. Ada tiga bentuk kerja sama, yaitu:
a. Bargaining, yaitu pelaksnaan perjanjian mengenai pertukaran barang
dan jasa antar dua organisasi.
b. Cooperation, yaitu proses penerimaan unsur baru dalam kepemimpinan
suatu organisasi guna menghindari goncangan stabilitas organisasi
tersebut (salig mendukung).
c. Coalition, yaitu kombinasi dari dua organisasi yang mempunyai tujuan
sama sehingga bersifat kooperatif. Jika kerja sama itu berdasarkan bagi
hasil, disebut joint-venture.

2. Akomodasi (accommodation)

Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa


menghancurkan pihak lawan, sehingga lawan tersebut keilangan
kepribadiannya. Tujuan akomodasi untuk mengurangi pertentangan
manusia akibat perbedaan paham,mencegah meledaknya suatu
pertentangan, usaha untuk memungkinkan adanya kerja sama antar
kelompok sosial dan usaha untuk melebur antara kelompok-kelompok
social yang terpisah. Contoh bentuk;bentuk akomodasi:
a. Coercion, akomodasi yang dilaksanakan karena paksaan, missal
perbudakan dalam masyarakat
b. Compromise, suatu pihak bersikap untuk bersedia merasakan dan
mengerti keadaan pihak lainnya dan sebaliknya, missal beberapa partai
politik sadar bahwa mereka mempunyai kekuatan yang sama dalam
suatu pemilihan umum.
c. Arbritration, cara untuk mencapai compromise jika pihak-pihak yang
berhadpan tidak sanggup mencapainya sendiri, dengan menunjuk pihak
ketiga yan dipilih kedua pihak yang lebih tinggi.
d. Mediation, melibatkan pihak ketiga dalam menyelesaikan masalah
secara damai dengan peranannya sebagai mediator.
e. Conciliation, usaha mempertemukan keinginan-keinginan pihak yang
berselisih bagi tercapainya tujuan Bersama.
f. Toleration, bentuk akomodasi tanpa persetujuan formal, didasari oleh
watak manusia yang tidak berkeinginan munculnya konflik.
g. Stalemate, kedua pihak kekuatannya seimbang sehingga pada suatu saat
berhenti melakukan pertentangan.
h. Adjudication, penyelesaian perkara di pengadilan.

3. Asimilasi (Assimilation) dan akulturasi


Asimilasi adalah proses lanjutan dari akomodasi. Terjadi proses peleburan
kebudayaan, sehingga pihak-pihak dari berbagai kelompok yang sedang
berasimilasi akan meraskan adanya kebudayaan tunggal yang dirasakan milik
Bersama. Ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi berbagai perbedaan
yang terdapat antara orang atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi
usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap-sikap dan proses-proses
mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan Bersama.
Asimilasi terkait erat dengan pengembangan sikap-sikap dan cita-cita yang sma.
Dalam proses tersebut,ada beberapa bentuk interaksi sosialyang memberi arah ke
proses asimilasi, jika:
1. Interaksi sosial tersebut bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain,
begitu juga pihak lain berlaku sama.
2. Interaksi sosial tersebut bersifat tidak mengalami halangan-halanagn atau
pembatasan-pembatasan.
3. Interaksi sosial tersebut bersifat langsung dan primer.
4. Frekuensi interaksi sosial tinggi daan tetap serta ada keseimbangan antara
pola-pola asimilasi tersebut.
Apabila assimilasi antar dua kelompok sosial yang berbeda budaya berlangsung
sedemikian rupa sehingga saling menerima unsur budaya lainnya menjadi adat
istiadat baru, keadaan ini disebut akulturasi.
Proses Sosial Dissosiatif

1. Persaingan (competition)

Persaingan merupakan proses sosial dimana seseorang atau kelompok sosial


bersaing memperebutkan nilai atau organisasi. Bentuk persaingan dapat
berupa:
a. Persaingan ekonomi, yaitu usaha memperebutkan barang dan jasa dari
segi mutu,jumlah,harga dan pelayanan.
b. Persaingan kebudayaan, usaha memperkenalkan nilai-nilai budaya agar
diterima dan dianut.
c. Persaingan status social, yaitu usaha mencapai dan memperebutkan
kedudukan dan peranan yang terpandang, baik oleh perorangan maupun
kelompok social.
d. Persaingan ras, persaingan kebudayaan khas yang diwakili ciri ras
selaku perlambang sikap beda budaya.

2. Pertikaian (Conflict)

Merupakan proses sosial dimana seseorang atau kelompok sosial berusaha


memenuhi tujuannya dengan jalan menantang lawannyadengan ancaman
atau kekerasan. Bila kekuatan pihak yang bertikai berimbang dan disusul
perubahan, maka disebut akomodasi. Jika kekuatan tidak seimbang, lalu
pihak terkuat memaksakan pendiriannya, maka disebut dominasi. Konflik
dapat berupa:
a. Konflik pribadi,
b. Konflik rasial dan kebudayaan,
c. Konflik antar kelas social,
d. Konflik politik,
e. Konflik internasional.

3. Kontravensi

Kontravensi berasal dari Bahasa latin, yakni conta dan venire, yang berarti
menghalangi atau menantang. Yang berarti bermakna usaha untuk
menghalangi pihak lain mencapai tujuan. Hal utama dalam proses sosial ini
adalah menggagalkan tercapainya tujuan pihak lain. Disebabkan oleh rasa
tidak senang terhadap keberhasilan pihak lain yang dirasa
merugikan,walaupun tidak bermaksud menghancurkan pihak lain.
Kontrovensi dapat dilakukandengan cara-cara berikut:
a. Kasar dan halus. cara kasar ditandai dengan ketidaksopanan, berupa
gangguan,ejekan,fitnah,provokasi,intimidasi. Cara halus dilakukan
menggunakan bahas dan perilaku yang sopan, namun mengandung
makna yang tajam.
b. Terbuka dan tersembunyi. Cara terbuka jika dilakukan langsung oleh
pihak mana dan siapa yang melakukan proses sosial itu, serta isinya apa.
Cara tersembunyi sulit diketahui.
c. Resmi dan tidak resmi. Cara resmi adalah pertentangan yang diterima
dan ditegakkan dengan ketentuan hokum atau dengan yang
dilembagakan oleh kekuasaan negara atau agama. Sedang cara tidak
resmi adalah pertentangan yang tidak dikukukan peraturan hokum dan
tidak dilembagakan.
DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono. 2015. Sosiologi Suatu Pengantar. PT


RajaGrafindo Persada: Jakarta.
Syarbaini, Syahrial dan Rusdiyanta. 2013. Dasar-dasar Sosiologi.
Graha Ilmu: Yogyakarta.
.

Anda mungkin juga menyukai