Anda di halaman 1dari 2

Hipertensi dan diabetes merupakan penyakit kronis yang disebut paling banyak diderita masyarakat di

Indonesia. Keduanya juga masuk dalam lima penyakit yang menimbulkan kematian kasar terbanyak. "Di
Indonesia angka diabetes dan hipertensi naik terus. Sekarang sepuluh juta yang tercatat dengan
kebanyakan penderitanya lansia (lanjut usia)," ujar Kepala Unit Pelaksana Tek nis (UPT) Puskesmas
Talaga Bodas Siska Gerfianti dalam diskusi Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di Bandung,
akhir pekan lalu.

Meski demikian, tingkat kepatuhan warga yang menderita penyakit kronis ini dinilai terbilang rendah.
Masih banyak warga yang mengabaikan pantangan maupun jadwal rutin untuk mengecek kondisi
kesehatan. Menurut Siska, warga lansia yang mempunyai diabetes dan hipertensi pun kebanyakan
tingkat kepatuhannya tergolong rendah. Salah satunya dalam mengonsumsi obat yang harus diminum
setiap hari. Padahal, kata dia, warga dengan diabetes dan hipertensi harus minum obat seumur hidup.
"Saya bahkan pernah punya pasien yang obatnya enggak diminum. Ada sembilan jenis dia jejerin rapih
di toples, tapi enggak diminum dengan berbagai alasan," kata dia.

Selain itu, Siska mengatakan, pasien diabetes dan hipertensi pun ada yang tidak rutin memeriksakan
kondisinya ke tempat layanan kesehatan. Mereka hanya datang ke puskesmas atau rumah sakit saat
kondisinya penyakitnya memburuk. Menurut dia, ada sejumlah faktor yang menyebabkan tingkat
kepatuhan pasien rendah. Di antaranya kurang pengetahuan dan juga persoalan biaya.

Siska menjelaskan, masih banyak pasien yang tidak memahami penting nya meminum obat dan
melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Padahal, kata dia, diabetes dan hipertensi harus benar-
benar diperhatikan agar tidak memburuk. "Dari segi biaya, mereka merasa sayang beli obat sama
periksa rutin. Lebih baik uangnya buat jajan cucu katanya," ujar dia.

Oleh karena itu, Siska berupaya terus menyosialisaskan Prolanis sebagai program unggulan puskesmas.
Prolanis ini merupakan program layanan kesehatan untuk penderita diabetes dan hipertensi. Peserta
Prolanis akan diberi edukasi tentang penyakit kronis. Pemberian informasi ini dikemas dengan cara
menarik. "Pasien-pasieen saya dibikin klub, ada grup WhatsApp-nya biar semangat. Rajin ikut edukasi,
ada senam sehat. Saya adakan kelas buat kasih pemahaman tentang penyakit diabetes atau hipertensi.
Jadi, mereka tahu kenapa enggak boleh makan ini, enggak boleh itu," kata dia.

Dengan adanya Prolanis, pasien tidak perlu datang ke rumah sakit untuk berkonsultasi atau mencari
informasi. Siska berharap, akan semakin banyak masyarakat dengan penyakit diabets dan hipertensi
memanfaatkan layanan tersebut. Caranya, kata dia, warga hanya perlu mendaftar ke puskesmas
terdekat di wilayah masing-masing. Sementara terkait dengan biaya, ia meng

Anda mungkin juga menyukai