Anda di halaman 1dari 72

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN PREEKLAMPSIA DAN RISIKO DEPRESI


ANTENATAL

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister


Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Utama Promosi dan Perilaku Kesehatan

Oleh :
TIARA FATMA KUMALA
S021308085

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015

commit
i to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN PREEKLAMPSIA DAN RISIKO DEPRESI


ANTENATAL

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister


Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Utama Promosi dan Perilaku Kesehatan

Oleh :
TIARA FATMA KUMALA
S021308085

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015

commit
ii to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN PREEKLAMPSIA DAN RISIKO DEPRESI


ANTENATAL

TESIS

Oleh :
TIARA FATMA KUMALA
S021308085

Komisi
Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing

Pembimbing I Prof. Dr. M. Syamsulhadi, dr., Sp. KJ (K) 20-08-2015


NIP. 19461102 197609 1 001 _____________
Pembimbing II Dr. Uki Retno Budihastuti, dr., Sp.OG (K) 20-08-2015
NIP. 19690927 201503 2 001 _______________

Telah dinyatakan memenuhi syarat


pada tanggal 20 Agustus 2015

Kepala Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat


Program Pascasarjana UNS

Prof. Bhisma Murti, dr., MPH., M.Sc., Ph. D


NIP. 19551021 199412 1 001

commit
iii to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN PREEKLAMPSIA DAN RISIKO DEPRESI


ANTENATAL

TESIS

Oleh :
TIARA FATMA KUMALA
S021308085

Telah dipertahankan di depan penguji dan


dinyatakan telah memenuhi syarat
pada tanggal 31 Agustus 2015

Tim penguji :

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Prof. Dr. Okid Parama Astirin, MS


NIP. 19630327 198601 2 002 _____________
Sekretaris Prof. Bhisma Murti, dr., MPH., M.Sc., Ph.D
NIP. 19551021 199412 1 001 _______________
Anggota Penguji Prof. Dr. M. Syamsulhadi, dr., Sp. KJ (K)
NIP. 19461102 197609 1 001 _____________
Dr. Uki Retno Budihastuti, dr., Sp.OG (K)
NIP. 19690927 201503 2 001 _______________
__
Mengetahui :

Direktur Kepala Program Studi Magister Ilmu


Program Pascasarjana UNS Kesehatan Masyarakat

commit
iv to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd Prof. Bhisma Murti, dr., MPH, M.Sc., Ph.D
NIP. 19600727 198702 1 001 NIP. 19551021 199412 1 001
ABSTRAK

Tiara Fatma Kumala. S021308085. Hubungan antara Kejadian Preeklampsia dan


Risiko Depresi Antenatal. TESIS. Pembimbing I : Prof. Dr. M. Syamsulhadi, dr., Sp.KJ
(K), Pembimbing II : Dr. Uki Retno Budihastuti, dr., Sp.OG (K). Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Latar Belakang : Kehamilan merupakan peristiwa penting bagi seorang wanita yang
rentan berisiko terjadi gangguan psikologis. Prevalensi depresi antenatal lebih tinggi
dibanding masa lainnya. Depresi antenatal memicu perubahan pembuluh darah dan
peningkatan resistensi arteri uterina yang sama halnya terjadi pada kasus preeklampsia.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko
depresi antenatal serta faktor-faktor yang mempengaruhi di RSI Sunan Kudus.
Subyek dan Metode : Jenis penelitian ini adalah kohort retrospektif. Subyek penelitian
sebanyak 75 ibu hamil yang diambil dengan metode fixed exposure sampling di RSI Sunan
Kudus. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Pengukuran depresi menggunakan The
Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). Teknik analisis data menggunakan analisis
regresi logistik.
Hasil: Terdapat hubungan antara kejadian preeklampsia (OR=0,44; CI=95%; 0,11-1,75;
p=0,249), umur (OR=1,55; CI=95%; 0,29-8,10; p=0,599), paritas (OR=0,33; CI=95%;
0,09-1,19; p=0,092), pendidikan (OR=0,42; CI=95%; 1,10-1,74; p=0,236), pendapatan
(OR=0,26; CI=95%; 0,08-0,88; p=0,031), dukungan sosial (OR=0,06; CI=95%; 0,00-0,63;
p=0,019) dan risiko depresi antenatal.
Kesimpulan : Penelitian ini tidak menunjukkan hubungan yang secara statistik signifikan
antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal. Hasil penelitian memang
menunjukkan hubungan yang terbalik antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi
antenatal. Hasil analisis tentang hubungan kejadian preeklampsia dan depresi antenatal
tersebut telah mengendalikan faktor perancu umur, paritas, pendidikan, pendapatan, dan
dukungan sosial.

Kata Kunci : preeklampsia, umur, paritas, pendidikan, pendapatan, dukungan sosial,


depresi antenatal

commit
v to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Tiara Fatma Kumala. S021308085. The association between incidence of Preeclampsia


and the risk of Antenatal Depression. THESIS. Supervisor I : Prof. Dr. M. Syamsulhadi,
dr., Sp.KJ (K), Supervisor II : Dr. Uki Retno Budihastuti, dr., Sp.OG (K). Public Health
Science Program. Postgraduate of Sebelas Maret University Surakarta.

Background : Pregnancy was an important event for a woman that vulnerable at risk of
psychological disturbances occur. The prevalence of antenatal depression was higher than
other times. Antenatal depression triggers changes in the blood vessels and increases in
resistance arteries uterine that just as happened in the case of preeclampsia. The purpose of
this research was to analyze the association between incidence of preeclampsia and the risk
of antenatal depression and factors affecting in RSI Sunan Kudus.
Subjects and methods : This study was a retrospective cohort. The subject of study was 75
pregnant women taken with fixed exposure sampling methods in RSI Sunan Kudus. Data
collection used the questionnaire. Measurement of depression used The Edinburgh
Postnatal Depression Scale (EPDS). Data analysis techniques used logistic regression.
Results : There was a association between the incidence of preeclampsia (OR = 0,44; CI =
95%; 0.11-1.75; p = 0,249), age (OR = 1.55; CI = 95%; 0,29-8.10; p = 0,599), parity (OR =
0.33; CI = 95%; 0.09-1.19; p = 0,092), education (OR = 0.42; CI = 95%; 1.10-1.74; p =
0.275), income (OR = 0.26; CI = 95%; 0.08-0.88; p = 0,031) and social support (OR =
0.06; CI = 95%; 0.00-0.63; p = 0,019) and risks of antenatal depression.
Conclusion : This study did not show a statistically significant correlation between
incidence of preeclampsia and the risk of antenatal depression. Results of the study showed
a reverse relation between incidence preeclampsia and the risk of antenatal depression. This
correlation has been controlling of counfounding factor such as age, parity, education,
income, and social support.

Keywords : preeclampsia, age, parity, education, income, social support, antenatal


depression

commit
vi to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN PUBLIKASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:


1. Tesis yang berjudul: “Hubungan antara Kejadian Preeklampsia dan Risiko Depresi
Antenatal” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya ilmiah yang
pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
tertulis dengan acuan yang disebutkan sumbernya, baik dalam naskah karangan dan
daftar pustaka. Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur plagiasi, maka saya bersedia menerima sangsi, baik Tesis beserta gelar
magister saya dibatalkan serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan ini Tesis pada jurnal atau forum ilmiah harus
menyertakan tim promotor sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila
saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia
mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, Agustus 2015


Mahasiswa

Tiara Fatma Kumala


S021308085

commit
vii to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul : “Hubungan antara
Kejadian Preeklampsia dan Risiko Depresi Antenatal”.
Tesis ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Penyusunan tesis ini penulis banyak mengalami hambatan dan rintangan, namun
penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini,
perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ravik Kasidi, Drs., M.S, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Prof. Bhisma Murti, dr, MPH, M.Sc. Ph.D, Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah mendukung
penyusunan tesis ini.
4. Prof. Dr. Much. Syamsulhadi, Sp.KJ (K) sebagai dosen pembimbing utama yang telah
meluangkan waktu dan pikiran serta dengan sabar dan penuh tanggung jawab dalam
memberikan bimbingan, motivasi dan pengarahan.
5. Dr. Uki Retno Budihastuti, Sp.OG (K), sebagai dosen pembimbing pendamping yang
dengan sabar telah mencurahkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan
dorongan selama penulis menyusun tesis ini.
6. Prof. Dr. Okid Parama Astirin, MS, sebagai penguji yang telah memberikan saran dan
masukan yang sangat berharga demi sempurnanya tesis ini.
7. Ibu dan bapak tercinta yang telah mendukung dan mendoakan penulis.
commit
viii to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

8. Suami dan buah hati tercinta yang menjadi motivasi terbesar bagi penulis.
9. Teman-teman Akademi Kebidanan Muslimat NU Kudus yang telah mendukung
penulis selama menjalani pendidikan di Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
10. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang selalu bersama dalam suka maupun duka
menjalani pendidikan.
Semoga amal dan kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah
SWT. Penulis mengharapkan kritik, saran dan petunjuk yang bersifat membangun dari
pembaca.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga tesis ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.

Kudus, Agustus 2015

Tiara Fatma Kumala

commit
ix to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................i


HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................iii
ABSTRAK ..................................................................................................................iv
PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN PUBLIKASI ...................vi
KATA PENGANTAR ...............................................................................................vii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................xiii
DAFTAR SINGKATAN ...........................................................................................xiv
BAB I. PENDAHULUAN ..........................................................................................1
A. Latar Belakang ...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................3
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................3
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................4
BAB II. LANDASAN TEORI ...................................................................................5
A. Tinjauan Pustaka .......................................................................................5
1. Preeklampsia ........................................................................................5
a. Pengertian ........................................................................................5
b. Klasifikasi .......................................................................................5
c. Etiologi ............................................................................................6
d. Faktor Risiko ...................................................................................6
e. Patofisiologi ....................................................................................7
f. Diagnosis .........................................................................................8
g. Komplikasi ......................................................................................9

commit
x to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

h. Penatalaksanaan ..............................................................................9
2. Depresi Antenatal..................................................................................13
a. Pengertian .........................................................................................13
b. Tanda dan Gejala .............................................................................13
c. Klasifikasi .......................................................................................14
d. Mekanisme terjadinya depresi .........................................................14
e. Faktor Risiko ...................................................................................15
f. Komplikasi ......................................................................................16
3. Hubungan antara Preeklampsia dan Depresi Antenatal ........................17
B. Kerangka Berpikir .....................................................................................18
C. Hipotesis ....................................................................................................19
BAB III. METODE PENELITIAN ..........................................................................20
A. Jenis Penelitian .........................................................................................20
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................20
C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................20
D. Besar Sampel .............................................................................................21
E. Kriteria Restriksi .......................................................................................21
F. Variabel Penelitian ....................................................................................22
G. Definisi Operasional Variabel ..................................................................22
H. Instrumen Penelitian .................................................................................25
I. Teknik Analisis Data ................................................................................27
J. Etika Penelitian .........................................................................................28
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .........................................30
A. Hasil Penelitian .........................................................................................30
B. Pembahasan ..............................................................................................38
C. Keterbatasan .............................................................................................45
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................47
A. Simpulan ...................................................................................................47
B. Implikasi ...................................................................................................48
C. Saran .........................................................................................................48
commit
xi to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skor Kuesioner EPDS ................................................................................. 26


Tabel 3.2 Subskala Kuesioner MOS-SSS ................................................................... 26
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik sampel hubungan antara kejadian
preeklampsia dan risiko depresi antenatal .................................................................... 30
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko
depresi antenatal .......................................................................................................... 31
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi risiko depresi antenatal ............................................... 32
Tabel 4.4 Hasil analisis hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi
antenatal ........................................................................................................................ 32
Tabel 4.5 Hasil analisis hubungan antara umur dan risiko depresi antenatal .............. 33
Tabel 4.6 Hasil analisis hubungan antara paritas dan depresi antenatal ....................... 34
Tabel 4.7 Hasil analisis hubungan antara pendidikan dan depresi antenatal .............. 34
Tabel 4.8 Hasil analisis hubungan antara pendapatan dan depresi antenatal ............... 35
Tabel 4.9 Hasil analisis hubungan antara dukungan sosial dan depresi antenatal ...... 36
Tabel 4.10 Hasil analisis regresi logistik ganda hubungan antara kejadian
preeklampsia dan risiko depresi antenatal .................................................................... 37

commit
xii to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Patofisiologi terjadinya preeklampsia....................................................... 8


Gambar 2.2 Penatalaksanaan Preeklampsia Berat ....................................................... 12
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................... 18
Gambar 3.1 Jenis Penelitian ......................................................................................... 20

commit
xiii to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Konsultasi Pembimbing


Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 3. Surat Persetujuan Ijin Penelitian
Lampiran 4. Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 5. Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 6. Kuesioner Penelitian
Lampiran 7. Jadwal Kegiatan
Lampiran 8. Rekapitulasi Subyek Penelitian
Lampiran 9. Hasil Distribusi Frekuensi Karakteristik
Lampiran 10. Hasil Analisis Univariat
Lampiran 11. Hasil Analisis Bivariat
Lampiran 12. Hasil Analisis Multivariat

commit
xiv to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR SINGKATAN

AKI : Angka Kematian Ibu


AKP : Angka Kematian Perinatal
ANC : Antenatal Care
CI : Confidence Interval
EPDS : The Edinburgh Postnatal Depression Scale
MOS-SSS : Medical Outcomes Study Social Support Survey
OR : Odds Ratio
p : Probability
PE : Preeklampsia

commit
xv to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kehamilan merupakan anugerah Tuhan yang Maha Kuasa. Setiap wanita
menginginkan kehamilan berjalan sesuai harapan, akan tetapi pada beberapa kasus
kehamilan mengalami komplikasi, baik dari sisi ibu maupun bayi. Pada usia kehamilan
lanjut, sering dijumpai kasus terkait tekanan darah pada ibu hamil diantaranya adalah
preeklampsia. Pada kasus preeklampsia ini insidensi pada primigravida sebesar 3-5%
dan merupakan salah satu penyumbang sebab langsung angka kematian ibu (AKI)
(Saifuddin 2008; Allenwilcox, 2010). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 359 per 100.000 kelahiran
hidup. Hal ini terjadi peningkatan sebesar 57 % dibandingkan dengan kondisi pada
tahun 2007 yang hanya sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Kehamilan, persalinan, dan mengasuh anak merupakan peristiwa penting bagi
kehidupan seorang wanita. Hal ini melibatkan banyak perasaan atau emosi bagi ibu
ataupun calon ibu. Masa kehamilan merupakan waktu yang rentan beresiko terjadi
gangguan psikologis bagi seorang wanita hamil, bahkan dapat meningkat beberapa kali
(Pięta et al., 2014). Gangguan psikologis yang dialami seorang wanita diantaranya
adalah depresi. Depresi ini dapat muncul pada wanita yang tidak hamil, wanita hamil,
dan pasca melahirkan. Prevalensi terjadinya depresi antenatal lebih tinggi
dibandingkan pada masa lainnya, terlebih di negara berpenghasilan rendah dan
menengah (Rochat et al., 2011).
Kurki et al. (2000) melaporkan bahwa depresi dan kecemasan antenatal terkait
dengan ekskresi vasoaktif hormon atau neuroendokrin lainnya, yang pada gilirannya
meningkatkan risiko hipertensi. Hal ini juga mungkin bahwa depresi antenatal juga
memicu perubahan pembuluh darah dan peningkatan resistensi arteri uterina yang sama
halnya terjadi pada kasus preeklampsia. Berdasarkan studi di Finlandia pada Ibu hamil
dengan preeklampsia 2,5 kali lebih berisiko terjadi depresi antenatal (OR=2,5;
CI=95%).
commit
1 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

Wanita hamil yang mengalami depresi antenatal 2,4 kali lebih mungkin terjadi
depresi postpartum daripada wanita yang tidak mengalami depresi antenatal (Faisal-
Cury & Menezes, 2012). Dampak depresi antenatal bukan hanya bagi ibu, tetapi juga
bagi bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan depresi antenatal antara lain menyebabkan
berat bayi lahir rendah (Grote et al., 2010; Loomans et al., 2013; Wado et al., 2014),
kelahiran prematur (Grote et al., 2010; Loomans et al., 2013), retardasi mental dan
kelainan kongenital yang serius (Gidai et al., 2010).
Penelitian sejenis terkait preeklampsia dan depresi telah dilakukan oleh Qiu et al.
(2007) di Peru memperoleh kesimpulan bahwa depresi sedang 2,3 kali lebih banyak
dialami oleh kelompok ibu hamil dengan preeklampsia dibandingkan dengan
kelompok ibu hamil normal, serta depresi berat meningkat 3,2 kali lipat. Adapun
perbedaan dengan penelitian ini adalah desain penelitian dan kuesioner yang
digunakan. Desain penelitian yang digunakan oleh Qiu et al. (2007) adalah case
control dan menggunakan Patient Health Questionnaire (PHQ-9), sedangkan pada
penelitian ini akan menggunakan desain kohort retrospektif dan menggunakan
kuesioner The Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). Penggunaan EPDS ini
dapat diberikan pada ibu nifas maupun ibu hamil, karena pernyataan kuesioner ini
bersifat umum, tidak spesifik hanya untuk ibu nifas. Selain hal di atas, oleh karena
keadaan demografi antara di Peru dan di Indonesia yang berbeda, maka penelitian
terkait preeklampsia dan depresi antenatal perlu dilakukan juga di Indonesia.
Di Indonesia terdapat penelitian sejenis yang telah dilakukan dengan berjudul
Hubungan antara Kecemasan dengan Kejadian Preeklampsia di Kabupaten Banyumas
Jawa Tengah dengan kesimpulan kecemasan berhubungan dengan preeklampsia,
riwayat hipertensi adalah perancu, riwayat preeklampsia, hipertensi, keturunan
memberikan efek modifikasi. Pada analisis multivariat yang berhubungan dengan
preeklampsia adalah kecemasan, riwayat preeklampsia, riwayat keturunan, riwayat
hipertensi dan riwayat antenatal care (Isworo, 2011).
Berdasarkan laporan dari Provinsi Jawa Tengah periode Januari sampai Juni 2014
terdapat hasil angka kematian sejumlah 357 kasus, dan di Karesidenan Pati terdapat 49
kasus. Kabupaten Kudus merupakan salah satu kabupaten di Karesidenan Pati yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

terdapat angka kematian tertinggi. Studi pendahuluan telah dilakukan penulis yang
memperoleh hasil angka kematian di Kabupaten Kudus periode bulan Januari sampai
bulan Nopember 2014 telah mencapai 25 kasus. Hal ini terjadi peningkatan dibanding
tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2013 sebanyak 21 kasus, dan pada tahun 2012
sebanyak 15 kasus. Penyebab penyumbang kematian ibu dibagi menjadi dua yaitu
penyebab langsung (perdarahan, infeksi, dan preeklampsia) dan penyebab tidak
langsung (penyakit penyerta). Pada tahun 2014, preeklampsia menyumbangkan 25%
penyebab angka kematian ibu di Kabupaten Kudus.
Rumah Sakit Islam Sunan Kudus merupakan salah satu rumah sakit swasta yang
berada di Kabupaten Kudus. Pelayanan terkait kegawatdaruratan obstetrik dan
ginekologi dapat dilakukan di sini, serta sebagai pelayanan rujukan bagi fasilitas
kesehatan yang belum memadai. Salah satu kasus yang ditangani adalah preeklampsia.
Berdasarkan studi pendahuluan di RSI Sunan Kudus angka kejadian preeklampsia
periode bulan Januari sampai bulan Nopember 2014 sebesar 71 kasus rawat inap dan
dua kali lipat pada pasien rawat jalan serta semuanya tidak dilakukan pengukuran
depresi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian lebih mendalam untuk mengetahui hubungan antara kejadian preeklampsia
dan risiko depresi antenatal di Kudus dan sekitarnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah yaitu
: Apakah ada hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal serta
faktor-faktor yang mempengaruhi?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kejadian
preeklampsia dan risiko depresi antenatal.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

2. Tujuan Khusus
a. Untuk menganalisis faktor fisik yang mempengaruhi, meliputi :
1) Untuk menganalisis hubungan umur dan risiko depresi antenatal.
2) Untuk menganalisis hubungan paritas dan risiko depresi antenatal.
b. Untuk menganalisis faktor psikososial yang mempengaruhi, meliputi :
1) Untuk menganalisis hubungan pendidikan dan risiko depresi antenatal.
2) Untuk menganalisis hubungan pendapatan dan risiko depresi antenatal.
3) Untuk menganalisis hubungan dukungan sosial dan risiko depresi antenatal.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan memberikan masukan ilmiah atau referensi mengenai hubungan
antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi responden
Diharapkan bagi responden dengan preeklampsia senantiasa
memperhatikan kondisinya, baik fisik maupun psikososial. Apabila mengalami
hal-hal yang tidak diketahui segera menghubungi tenaga kesehatan terdekat.
Bagi responden dengan kehamilan normal diharapkan tetap menjaga kondisi
agar kesehatan ibu dan bayi tetap terjaga.
b. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan dapat dijadikan informasi dan selanjutnya sebagai bahan
pertimbangan ketika memberikan pelayanan antenatal, tidak hanya fisik saja
yang menjadi perhatian, tetapi juga memperhatikan kondisi psikososial pasien.
c. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang terkait
dengan kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal serta faktor yang
mempengaruhi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Preeklampsia
a. Pengertian
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
oedema akibat kehamilan setelah 20 minggu atau segera setelah persalinan
(Mansjoer, 2007; Milne et al., 2005).
Menurut Cunningham et al. (2005), preeklampsia adalah sindrom
spesifik yang terjadi pada kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ
akibat vasospasme dan aktivasi endotel. Preteinuria atau terdapatnya 30mg
atau lebih protein dalam urin per 24 jam merupakan tanda yang pasti untuk
ditegakkan diagnosis preeklampsia.
b. Klasifikasi
Menurut Mansjoer (2007), preeklampsia dibedakan menjadi dua
berdasarkan tanda dan gejala sebagai berikut :
1) Preeklampsia ringan
Tanda dan gejala yang muncul pada preeklampsia ringan adalah
sebagai berikut :
a) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih.
Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada dua kali pemeriksaan
dengan jarak periksa satu jam, sebaiknya 6 jam.
b) Oedema umum, kaki jari tangan, dan muka atau kenaikan berat
badan satu kilogram atau lebih per minggu.
c) Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kualitatif +1 atau
+2 pada urin midstream.

commit
5 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

2) Preeklampsia berat
Tanda dan gejala yang muncul pada preeklampsia berat adalah
sebagai berikut :
a) Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg atau diastolik ≥110mmHg. b)
Proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup. c) Oliguria (< 400
ml dalam 24 jam). d) Sakit kepala yang hebat atau gangguan
penglihatan. e) Nyeri epigastrum dan ikterus. f) Oedema paru. g)
Trombositopenia. h) Pertumbuhan janin terhambat.
c. Etiologi
Apa yang menjadi penyebab preeklampsia dan eklampsia sampai
sekarang belum diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba
menerangkan sebab musabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang
dapat memberi jawaban yang memuaskan (Wiknjosastro, 2007).
Menurut Robson dan Waugh (2011), etiologi pasti penyebab gangguan
ini masih belum jelas. Kecurigaan pada masalah plasentasi serta
endothelium ibu, akan tetapi mekanisme yang menyebabkan disfungsi
endotel dan hubungannnya dengan plasenta masih tidak jelas.
d. Faktor Risiko
Terdapat banyak faktor risiko yang mempredisposisi terjadinya
preeklampsia. Terdapat kecenderungan bahwa memiliki lebih banyak
faktor risiko umumnya menunjukkan keadaan yang lebih buruk. Berikut ini
adalah beberapa faktor risiko yang terkait :
1) Umur ibu
Menurut Ghojazadeh et al. (2013), usia ibu merupakan salah satu
faktor risiko yang berhubungan erat dengan preeklampsia. Menurut
Robson dan Waugh (2011), usia lebih dari 40 tahun meningkatkan
resiko sebesar dua kali lipat. Hal serupa juga diungkapkan oleh
Bothamley dan Boyle (2011) bahwa usia di atas 40 tahun merupakan
faktor risiko, sedangkan menurut Morgan dan Hamilton (2009) apabila
usia ibu <17 tahun atau >35 tahun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

2) Paritas
Menurut Allenwilcox (2010), insidensi preeklampsia pada
primigravida sebesar 3-5% kemudian menurun menjadi 2% pada
kehamilan berikutnya. Risiko lebih besar pada primigravida telah
banyak diketahui, tapi tidak diketahui penyebabnya. Menurut
Bothamley dan Boyle (2011), primigravida dan atau lebih dari 10
tahun sejak kelahiran terakhir juga meningkatkan risiko. Menurut
Morgan dan Hamilton (2009) dan Guerrier et al. (2013), juga
menyebutkan bahwa primigravida sebagai faktor risiko. Menurut
Robson dan Waugh (2011) dan Reeder et al. (2011), pada nulliparitas
meningkatkan risiko terjadi preeklampsia sebesar tiga kali lipat.
3) Pendidikan
Menurut Silva et al. (2014), tingkat pendidikan yang rendah
merupakan salah satu faktor yang terkait dengan preeklampsia.
Ghojazadeh et al. (2013) juga menyebutkan bahwa tingkat pendidikan
yang rendah meningkatkan risiko preeklampsia.
4) Pendapatan
Menurut Ramesh et al. (2014), pendapatan keluarga per bulan di
bawah rata-rata merupakan salah satu faktor risiko yang signifikan
untuk terjadinya preeklampsia. Menurut Silva et al. (2014),
pendapatan yang rendah terkait dengan kejadian preeklampsia.

e. Patofisiologi
Menurut Mochtar (2007), pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh
darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan
spasme hebat arteriola glomerolus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola
sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah
merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka
tekanan darah akan naik, sebagai usaha-usaha untuk mengatasi kenaikan
tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi, sedangkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

kenaikan berat badan dan oedema yang disebabkan oleh penimbunan air
yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya,
mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh
spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerolus.
Menurut Bothamley dan Boyle (2011), adapun patofisiologi terjadinya
preeklampsia dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Kegagalan invasi sel trofoblast untuk


memaksimalkan modifikasi arteri spiralis uterus

Penurunan aliran darah uterus


Penurunan ekspansi plasma

Komplikasi janin : hambatan


pertumbuhan, penurunan
Iskemia plasenta relatif cairan amnion, penurunan
aliran darah umbilikalis

Reaksi inflamasi intravaskuler umum

Disfungsi endothelial

Vasokonstriksi arteriola pada organ tubuh mayor

Kelainan pada sistem kardiovaskuler,


hematologi, ginjal, hati, dan sistem saraf

Gambar 2.1 Patofisiologi terjadinya preeklampsia

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

f. Diagnosis
Menurut Mochtar (2007), diagnosis preeklampsia ditegakkan
berdasarkan :
1) Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang berlebihan, edema,
hipertensi, dan timbul proteinuria.
Gejala subjektif : sakit kepala di daerah frontal, nyeri epigastrum,
gangguan visus (penglihatan kabur, skotoma, diplopia), mual dan
muntah.
Gangguan serebral lainnya : sempoyongan, refleks meningkat, dan
tidak tenang.
2) Pemeriksaan : tekanan darah tinggi, refleks meningkat, dan proteinuria
pada pemeriksaan laboratorium.

g. Komplikasi
Komplikasi yang kemungkinan terjadi pada kasus preeklampsia antara
lain atonia uteri, sindrom HELLP (hemolysis, elevated liver enzimes, low
platelet count), ablasi retina, KID (koagulasi intravascular diseminata),
gagal ginjal, perdarahan otak, oedema paru, gagal jantung, hingga syok dan
kematian. Adapun komplikasi pada janin berhubungan dengan akut atau
kronisnya insufisiensi uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin
terhambat dan prematuritas (Mansjoer, 2000).
Menurut Robson dan Waugh (2011), terdapat berbagai komplikasi
preeklampsia, diantaranya adalah abrupsio plasenta, intra uterine growth
retardation (IUGR), sindrom HELLP, koagulasi intravaskuler diseminata,
gagal ginjal, kelahiran prematur, kegagalan multiorgan, eklampsia, dan
bahkan kematian.

h. Penatalaksanaan
1) Preeklampsia Ringan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

Menurut Saifuddin (2008), di bawah ini adalah beberapa


penatalaksanaan pada ibu hamil dengan preeklampsia ringan :
a) Usia kehamilan kurang dari 37 minggu
(1) Rawat Jalan
(a) Memantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi
janin. (b) Lebih banyak istirahat. (c) Diit biasa. (d) Tidak
perlu diberikan obat-obatan. (e) Apabila rawat jalan tidak
memungkinkan, maka dilakukan perawatan di rumah sakit.
(2) Rawat Inap
(a) Diit biasa
(b) Memantau tekanan darah dua kali dalam sehari dan
proteinuria satu kali dalam sehari.
(c) Tidak perlu obat-obatan.
(d) Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru,
dekompensasi kordis atau gagal ginjal akut.
(e) Apabila tekanan diastolik turun sampai normal, ibu dapat
dipulangkan dengan memberikan nasihat untuk istirahat,
munculnya gejala preeklampsia berat, dan kontrol dua
kali dalam seminggu.
(f) Apabila proteinuria meningkat, tangani sebagai
preeklampsia berat.
(g) Apabila terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin
terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan.
b) Usia kehamilan lebih dari 37 minggu
(1) Apabila serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5
IU dalam 500mL dekstrose IV 10 tetes/menit atau dengan
prostaglandin.
(2) Apabila serviks belum matang, berikan prostaglandin,
misoprostol atau kateter Foley, atau terminasi dengan seksio
sesarea.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

2) Preeklampsia Berat
a) Penanganan Umum
Di bawah ini adalah penanganan awal yang dapat diberikan
kepada pasien dengan preeklampsia berat menurut Saifuddin
(2008) :
(1) Apabila tekanan diastolik lebih dari 110mmHg, berikan terapi
antihipertensi sampai tekanan diastolik di antara 90-
100mmHg.
(2) Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar ukuran 16
gauge atau lebih.
(3) Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload.
(4) Kateterisasi urine untuk pengeluaran volume dan proteinuria.
Apabila jumlah urine <30mL per jam, infus cairan
diperhatikan 1 1/8 jam dan pantau kemungkinan edema paru.
(5) Jangan tinggalkan pasien sendirian karena kejang disertai
aspirasi dapat terjadi sewaktu-waktu.
(6) Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung janin
setiap jam.
(7) Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Krepitasi
merupakan tanda edema paru. Jika terjadi edema paru, stop
pemberian cairan dan berikan diuretik misalnya furosemide 40
mg intravena.
(8) Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika
pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat
koagulapati
b) Asuhan Intranatal
Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24
jam, sedangkan pada eklampsia dalam 12 jam sejak gejala timbul.
Apabila terjadi gawat janin atau persalinan tidak dapat terjadi
dalam 12 jam pada preeklampsia, maka dilakukan seksio caesarea.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

Apabila seksio caesarea akan dilakukan, perhatikan bahwa tidak


ada koagulopati dan memilih anestesia umum. Apabila anestesia
umum tidak tersedia, atau janin mati, aterm terlalu kecil, maka
dilakukan persalinan pervaginam. Jika serviks matang, induksi
dengan oksitosin 2-5 IU dalam 500mL dekstrose 10 tetes/menit
atau dengan prostaglandin (Saifuddin, 2008).
c) Asuhan postpartum
Antikonvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau
kejang terakhir, lalu diteruskan dengan terapi antihipertensi
apabila tekanan diastolik masih lebih 110 mmHg dan mamantau
urine (Saifuddin, 2008).
d) Rujukan
Menurut Saifuddin (2008), rujukan dilakukan ke fasilitas yang
lebih lengkap dilakukan apabila oliguria (kurang dari 400mL/24
jam), terdapat sindrom HELLP, dan terjadi koma berlanjut lebih
dari 24 jam sesudah kejang.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

Di bawah ini adalah diagram penatalaksanaan pada ibu hamil dengan


preeklampsia berat menurut Morgan dan Hamilton (2009) :

PREEKLAMPSIA BERAT/EKLAMPSIA

Sindrom HELLP Pengobatan aktif Konservatif


dengan 1. Isolasi dengan pasang
1. Memperburuk prognosis pertimbangan klinis kateter
a. Gangguan pembekuan 1. Pecah ketuban
2. Obat
2. Induksi persalinan
darah a. Infus 5-10% glukosa
3. Seksio sesarea
b. Gangguan hati b. Valium 120mg/24
2. Gejala klinis jam
a. Nyeri epigastrium c. MgSO4 IV, IM
b. Mual, muntah (dosis awal 18 g IM,
c. Ikterus dosis medium 4 g
d. Cenderung berdarah dalam 6 jam)
(lambung, gusi, kulit, d. Litik koktil
hematuria). 3. Observasi
a. Konvulsi-koma
Pengobatan b. Refleks patella
1. Memperbaiki c. Kriteria Eden
trombositopenia dengan d. Sindrom HELLP
transfusi trombosit (bila 4. Reaksi pengobatan
sekitar 50.000/mL) a. Kesadaran membaik
2. Evaluasi kecenderungan b. Dieresis meningkat
berdarah c. Lamanya 24 jam
5. Konsultasi laboratorium
a. Penyakit dalam
b. Penyakit mata
c. Kardiovaskuler
Terminasi
d. Penyakit anak
Kehamilan
e. Anesthesia
1. Kala dua
dipercepat
2. Seksio sesarea

Komplikasi Tindakan
Pengobatan Berhasil
1. Cenderung berdarah
2. AKI dan AKP tinggi
1. ANC intensif tunggu sampai
aterm/masa viable di atas
2. Persalinan pervaginam, lahir
spontan/lainnya.

Gambar 2.2 Penatalaksanaan Preeklampsia Berat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

2. Depresi Antenatal
a. Pengertian
Menurut American Psychological Association (2000), memberikan
definisi depresi sebagai perasaan sedih atau kosong yang disertai dengan
penurunan minat terhadap aktivitas yang menyenangkan, gangguan tidur
dan pola makan, penurunan kemampuan berkonsentrasi, perasaan bersalah
yang berlebihan, dan munculnya pikiran tentang kematian atau bunuh diri.
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai
dengan kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan
sehingga menyebabkan hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami
gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA masih baik),
kepribadian yang utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/spliting of
personality, perilaku dapat mengganggu tetapi masih dalam batas-batas
normal (Hawari, 2008).

b. Tanda dan gejala


Menurut National Institute of Mental Health (2009), wanita dengan
depresi akan mempunyai tanda dan gejala yang berbeda-beda, selain itu,
tingkat keparahan dan frekuensi gejala, serta berapa lama gejala itu terakhir
muncul juga akan bervariasi tergantung pada individu dan penyakit
tertentu. Berikut ini tanda dan gejala depresi meliputi :
1) Kesedihan yang menetap, cemas atau ada perasaan kosong.
2) Merasa putus asa dan atau pesimis.
3) Mudah tersinggung dan gelisah.
4) Perasaan bersalah, tidak berharga dan atau merasa tidak berdaya.
5) Penurunan ketertarikan pada aktifitas atau hobi yang menyenangkan,
termasuk hubungan intim.
6) Kelelahan dan penurunan energi.
7) Kesulitan berkonsentrasi, mengingat, dan pengambilan keputusan.
8) Insomnia dan atau hipersomnia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

9) Makan berlebihan atau kehilangan nafsu makan.


10) Pikiran tentang bunuh diri atau usaha untuk bunuh diri.
11) Nyeri yang menetap, sakit kepala, kram, atau masalah pencernaan
meskipun telah mendapat pengobatan.

c. Klasifikasi
Menurut American Psychiatric Association (APA) (1994), diagnosis
depresi mayor dapat ditegakkan apabila seseorang mengalami lima atau
lebih dari tanda dan gejala berikut minimal dalam kurun waktu dua
minggu. Setidaknya salah satu gejala harus muncul yaitu merasa depresi
atau anhedonia (kesenangan berkurang pada kegiatan yang sebelumnya
menyenangkan) dan muncul beberapa gangguan dalam kehidupan.
Menurut Akiskal (1999), seseorang yang memiliki dua tetapi tidak lebih
dari lima gejala selama dua minggu dengan satu gejala merasa depresi atau
anhedonia yang muncul dapat ditegakkan diagnosis sebagai depresi minor.
Sedangkan untuk tanda dan gejala untuk depresi antenatal yang muncul
sama dengan tanda dan gejala depresi lainnya (Cox dan Holden, 2003).

d. Mekanisme terjadinya depresi


Seseorang yang mengalami stressor psikososial (perkawinan, orang
tua, antar pribadi, pekerjaan, lingkungan, keuangan, hukum,
perkembangan, penyakit fisik, faktor keluarga, dan trauma) yang ditangkap
melalui panca inderanya, melalui sistem saraf panca indera akan diteruskan
ke susunan saraf pusat otak, yaitu bagian saraf otak yang disebut lymbic
system, melalui transmisi saraf (neurotransmitter/sinyal penghantar saraf).
Dan selanjutnya stimulus atau rangsangan psikososial tadi melalui susunan
saraf autonom (simpatis/parasimpatis) akan diteruskan ke kelenjar-kelenjar
hormonal (endokrin) yang merupakan sistem imunitas tubuh dan organ-
organ tubuh yang dipersarafinya (Hawari, 2008).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

e. Faktor Risiko
1) Umur Ibu
Menurut penelitian Räisänen et al. (2014), selama kurun waktu 2002-
2010 di Finlandia, faktor yang terkait dengan terjadinya depresi pada
ibu hamil diantaranya adalah usia ibu yang terlalu muda atau terlalu
tua. Senada dengan hal di atas, Pearson et al. (2013) juga
mengungkapkan bahwa usia muda pada ibu terkait erat dengan
kejadian depresi. Penelitian yang dilakukan oleh Patel et al. (2010),
usia remaja dan dewasa awal (sebelum usia 25 tahun) serta rentang
umur 30-50 tahun pada wanita berhubungan erat dengan kejadian
depresi.
2) Paritas
Menurut Dibaba et al. (2010) dan da Silva (2010) menyebutkan hasil
yang sama yaitu multiparitas meningkatkan risiko terjadinya depresi
pada ibu.
3) Pendidikan
Menurut juga Pearson et al. (2013), da Silva (2010) dan Fall et al.
(2013) menyatakan bahwa pendidikan terkait erat dengan kejadian
depresi. Pendidikan yang rendah merupakan faktor risiko yang terkait
dengan depresi antenatal.
4) Pendapatan
Menurut Räisänen et al. (2014), Fall et al. (2013) dan Patel et al.
(2010), status ekonomi rendah secara signifikan terkait dengan gejala
depresi mayor. Berbeda dengan Saleh et al. (2012), status sosial
ekonomi hanya mempunyai hubungan yang lemah terhadap kejadian
depresi. Fall et al. (2013) juga membandingkan antara status pekerjaan
ibu hamil dengan gejala depresi memperoleh hasil yang signifikan
pada ibu yang telah berhenti bekerja, ibu rumah tangga, tetapi tidak
untuk mahasiswa. Ibu hamil yang bekerja memperoleh proporsi gejala
depresi terendah dibanding lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

5) Dukungan Sosial
Menurut Fall et al. (2013), dukungan sosial yang rendah secara
signifikan terkait dengan munculnya gejala depresi mayor. Saleh et al.
(2012) mengungkapkan hal yang sama, dukungan sosial yang rendah
mempunyai hubungan yang kuat dengan kejadian depresi pada wanita
di Mesir. Peer et al. (2013) mengungkapkan 17% dari sampel
penelitiaannya yaitu imigran asal Kanada yang mempunyai dukungan
sosial yang rendah menunjukkan banyak gejala depresi antenatal.

f. Komplikasi
1) Pada Ibu
Depresi yang tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan
psikosis, prevalensi psikosis pada kehamilan tidak dilaporkan akan
tetapi hal ini diyakini sebagai kasus yang langka (Kornstein dan
Clayton, 2002). Marinescu et al. (2014) mengungkapkan bahwa
komplikasi terkait dengan adanya stres dan depresi antenatal pada ibu
diantaranya adalah perdarahan, terjadinya abortus spontan,
ditemukannya kelainan pada plasenta dan adanya nekrosis pada villi
dan desidua, serta disfungsi endothelial.
Ibu dengan depresi antenatal dapat menyebabkan kegagalan
inisiasi menyusu dan berkurangnya durasi laktasi. Akan tetapi, sifat
kausal belum jelas, hal ini kemungkinan terkait dengan neuroendokrin
pada ibu (Meltzer-Brody dan Stuebe, 2014).
2) Pada Bayi
Bayi yang ibunya mengalami stres, cemas, atau bahkan depresi
antenatal mempunyai peningkatan risiko untuk terjadi kelahiran
prematur (Loomans et al., 2013), menyebabkan berat bayi lahir rendah
(Wado et al., 2014; Loomans et al., 2013), serta dapat mengganggu
sirkulasi maternal-fetal (Fu et al., 2014). Stres dan adanya depresi
selama kehamilan erat kaitannya dengan munculnya gangguan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

perkembangan saraf janin, kelainan plasenta, abortus yang spontan,


dan kelahiran preterm (Marinescu et al., 2014).
Anak-anak yang lahir dari ibu yang mengalami depresi antenatal
lebih mungkin mengalami penyimpangan perilaku dan masalah
psikologis misalnya depresi serta gangguan pertumbuhan dan
perkembangan (Weissman et al., 2014).

3. Hubungan antara Kejadian Preeklampsia dan Risiko Depresi Antenatal


Menurut Bothamley dan Boyle (2011), keadaan preeklampsia merupakan
keadaan yang sangat tidak diharapkan dan tidak dapat diprediksi sebelumnya.
Hal ini sangatlah berpotensi besar menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan
jiwa, dapat berupa kecemasan dan depresi. Ghosh dan Goswami (2011)
memaparkan hasil penelitiannya di Kolkata, India bahwa riwayat obstetri yang
buruk atau adanya komplikasi selama kehamilan dan riwayat gangguan
kesehatan jiwa erat kaitannya dengan munculnya depresi pada ibu. Hasil yang
sama juga diperoleh Ajinkya et al. (2013) dalam penelitiannya. Menurut Fall et
al. (2013), ibu yang mempunyai masalah terkait dengan kesehatannya juga
terkait dengan munculnya gejala depresi mayor.
Pratt dan Brody (2014), hampir 90% dari orang-orang dengan gejala
depresi parah dilaporkan ada kesulitan dengan pekerjaan, rumah, atau kegiatan
sosial yang berhubungan. Tingkat kesulitan dengan pekerjaan, rumah, atau
kegiatan sosial yang berhubungan dengan gejala depresi meningkat sebagai
meningkatnya gejala-gejala, dari 45.7% di kalangan orang-orang dengan gejala-
gejala depresi ringan 88.0% antara orang-orang dengan gejala depresi parah.
Tingkat kesulitan serius dengan pekerjaan, rumah, atau kegiatan sosial yang
berhubungan dengan gejala depresi juga meningkat sebagai keparahan gejala
meningkat, dari 3,9% antara orang-orang dengan gejala-gejala depresi ringan
15,8% di kalangan orang-orang dengan gejala moderat, dan 42.8% di kalangan
orang-orang dengan gejala yang parah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

Katon et al. (2012) menyebutkan hasil penelitiannya di klinik obstetri pada


2398 ibu hamil yang melakukan antenatal care didapatkan hasil bahwa ibu
hamil yang mempunyai riwayat hipertensi sebelum hamil dan kondisi
kehamilan yang beresiko mempunyai hubungan yang erat dengan terjadinya
depresi, baik itu minor maupun mayor.
B. Kerangka Berpikir

Ibu Hamil

Kejadian
Preeklampsia
(stressor)

Faktor fisik dan


psikososial yang
Kegagalan invasi Panca indera mempengaruhi :
sel trofoblas 1. Umur
2. Paritas
Neurotransmitter
3. Pendidikan
(sinyal penghantar) 4. Pendapatan
Penurunan aliran darah uterus 5. Dukungan sosial
Penurunan ekspansi plasma

Sistem saraf pusat


Iskemia plasenta
relatif
Sistem saraf otonom
(simpatis/parasimpatis)

Reaksi inflamasi intravaskuler


umum
Kelenjar hormonal
(endokrin)
Disfungsi
endothelial

Organ-organ yang
dipersarafi
Vasokonstriksi
arteriola

Depresi Keterangan :
Antenatal : tidak diteliti
commit to user : diteliti

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara umur dan risiko depresi antenatal, ibu hamil dengan usia
non reproduksi lebih rentan terhadap risiko depresi antenatal.
2. Ada hubungan antara paritas dan risiko depresi antenatal, ibu hamil
multigravida lebih rentan terhadap risiko depresi antenatal
3. Ada hubungan antara pendidikan dan risiko depresi antenatal, ibu hamil dengan
pendidikan rendah lebih rentan terhadap risiko depresi antenatal
4. Ada hubungan antara pendapatan dan risiko depresi antenatal, ibu hamil dengan
pendapatan rendah lebih rentan terhadap risiko depresi antenatal
5. Ada hubungan antara dukungan sosial dan risiko depresi antenatal, ibu hamil
dengan dukungan sosial rendah lebih rentan terhadap risiko depresi antenatal
6. Ada hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal, ibu
hamil dengan preeklampsia lebih rentan terhadap risiko depresi antenatal

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah kohort retrospektif yaitu suatu
rancangan penelitian dengan mengelompokkan atau mengklasifikasikan kelompok
terpapar dengan tidak terpapar untuk kemudian diamati sampai waktu tertentu untuk
melihat ada tidaknya fenomena (Hidayat, 2007). Paparan dan penyakit sudah terjadi
di waktu lampau sebelum dimulainya penelitian, sehingga variabel-variabel tersebut
diukur melalui catatan historis (Murti, 2003). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut ini :

Kehamilan dengan PE
Depresi Antenatal
Kehamilan normal

Kehamilan dengan PE
Non Depresi Antenatal
Kehamilan normal

Gambar 3.1 Jenis Penelitian


B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSI Sunan Kudus.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2015.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Ibu hamil yang datang memeriksakan diri di RSI Sunan Kudus.

commit
21 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

2. Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini akan menggunakan fixed
exposure sampling yaitu skema penculikan yang dimulai dengan memilih
sampel berdasarkan status paparan subyek (terpapar dan tidak terpapar) oleh
faktor yang diduga mempengaruhi (Murti, 2013).
D. Besar Sampel
Menurut Hair et al, dalam Murti (2013), perbandingan jumlah sampel dan
jumlah variabel dalam analisis multivariat tidak boleh kurang dari 5:1, tetapi
perbandingan yang dianjurkan antara jumlah sampel dan jumlah variabel adalah 15-
20 sampel per variabel. Penelitian ini melibatkan lima variabel luar, sehingga besar
sampel penelitian yang dibutuhkan adalah 5x15 yaitu 75 subyek penelitian.
Menurut Rothman et al. dalam Murti (2013), besar sampel yang akan
digunakan adalah 1 : 2 antara kelompok ibu hamil dengan preeklampsia dan ibu
hamil normal. Pada penelitian ini akan menggunakan 25 ibu hamil dengan
preeklampsia dan 50 ibu hamil normal.
E. Kriteria Restriksi
1. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
a. Ibu hamil dengan usia kehamilan 20-40 minggu.
b. Belum ada tanda dan gejala persalinan.
c. Untuk kelompok kasus, ibu mempunyai tekanan darah ≥ 140 mmHg dan
proteinuria minimal +1.
d. Telah memeriksakan kehamilannya minimal satu kali.
e. Bersedia menjadi responden.
2. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :
a. Ibu hamil yang sulit diajak komunikasi (mempunyai keterbatasan atau
berkebutuhan khusus).
b. Ibu hamil yang mempunyai penyakit penyerta dan gangguan kejiwaan yang
berat.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

F. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : kejadian preeklampsia
2. Variabel terikat : depresi antenatal
3. Variabel luar : umur, paritas, pendidikan, pendapatan, dan dukungan sosial.
G. Definisi Operasional Variabel
1. Kejadian Preeklampsia
a. Definisi
Kehamilan yang disertai dengan tekanan darah ≥ 140/90mmHg dan
proteinuria minimal +1.
b. Alat ukur
Diagnosis yang telah ditetapkan dr. Sp.OG.
c. Cara ukur
Rekam Medis
d. Skala Pengukuran
Nominal
e. Kategori
0 = Kehamilan normal
1 = Kehamilan dengan preeklampsia
2. Depresi Antenatal
a. Definisi
Gangguan perasaan yang ditandai dengan kemurungan, kesedihan yang
mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup, apatis
dan pesimisme kemudian dapat dikuti gangguan perilaku dan terjadi pada
masa kehamilan.
b. Alat ukur
Kuesioner The Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS).
c. Cara ukur
Jumlah skor yang diperoleh, apabila skor <10 maka tidak mengalami
depresi dan apabila >10 maka dapat dikatakan mengalami depresi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

d. Skala Pengukuran
Nominal
e. Kategori
0 = Non Depresi Antenatal
1 = Depresi Antenatal

3. Umur
a. Definisi
Kurun waktu hidup responden dihitung sejak lahir sampai dengan
pengisian kuesioner.
b. Alat ukur
Kuesioner
c. Cara ukur
Diketahui dari hasil pengisian kuesioner.
d. Skala Pengukuran
Nominal
e. Kategori
0 = usia non reproduksi (<20 tahun dan >35 tahun)
1 = usia reproduksi (20-35 tahun)

4. Paritas
a. Definisi
Jumlah anak yang pernah dilahirkan responden baik lahir hidup maupun
mati.
b. Alat ukur
Kuesioner
c. Cara ukur
Diketahui dari hasil pengisian kuesioner.
d. Skala Pengukuran
Nominal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

e. Kategori
0 = Primigravida
1 = Multigravida

5. Pendidikan
a. Definisi
Pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh responden.
b. Alat ukur
Kuesioner
c. Cara ukur
Diketahui dari hasil pengisian kuesioner.
d. Skala Pengukuran
Nominal
e. Kategori
0 = < SMA (tidak sekolah, SD, SMP)
1 = > SMA (SMA, Pendidikan Tinggi)

6. Pendapatan
a. Definisi
Gaji/upah yang diperoleh responden dan suami selama satu bulan (dalam
enam bulan terakhir).
b. Alat ukur
Kuesioner
c. Cara ukur
Diketahui dari hasil pengisian kuesioner.
d. Skala Pengukuran
Nominal
e. Kategori
0 = < UMR Kabupaten Kudus (< Rp. 1.380.000)
1 = ≥ UMR Kabupaten Kudus (≥ Rp. 1.380.000)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

7. Dukungan sosial
a. Definisi
Suatu tindakan pendampingan oleh suami dan anggota keluarga lain selama
kehamilan ini.
b. Alat ukur
Kuesioner Medical Outcomes Study : Social Support Survey (MOS-SSS).
c. Cara ukur
Dilihat dari jumlah skor kuesioner kemudian dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
( )
( )
Keterangan :
Skor minimal : 19
Skor maksimal : 95
d. Skala Pengukuran
Nominal
e. Kategori
0 = hasil akhir penghitungan <50
1 = hasil akhir penghitungan >50
H. Instrumen Penelitian
1. Kejadian Preeklampsia
Instrumen yang digunakan adalah rekam medis yang berada di RSI Sunan
Kudus. Hal ini berkaitan dengan diagnosis yang ditegakkan oleh dokter yang
bersangkutan. Untuk penilaian, menggunakan diagnosis tersebut kemudian
diklasifikasikan antara kategori kehamilan dengan preeklampsia dan kehamilan
normal.
2. Depresi Antenatal
Instrumen yang digunakan untuk mengukur depresi antenatal adalah kuesioner
The Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). Kuesioner ini bukan hanya
untuk mengukur depresi antenatal, tetapi juga dapat digunakan untuk mengukur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

depresi postpartum yang berisi 10 pernyataan yang masing-masing ada empat


pilihan jawaban. Skor maksimal adalah 30 poin. Untuk penilaian, dikatakan
depresi apabila skor yang diperoleh lebih dari 10 poin. Validitas dan reliabilitas
kuesioner ini telah diakui di beberapa Negara. Jadi, tidak diperlukan uji
validitas dan reliabilitas ulang (Cox et al, 1987).
Di bawah ini adalah cara pemberian skor pada kuesioner EPDS :
Tabel 3.1 Skor kuesioner EPDS
Nomor Skor yang diberikan
Soal Jawaban a Jawaban b Jawaban c Jawaban d
1. 0 1 2 3
2. 0 1 2 3
3. 3 2 1 0
4. 0 1 2 3
5. 3 2 1 0
6. 3 2 1 0
7. 3 2 1 0
8. 3 2 1 0
9. 3 2 1 0
10. 3 2 1 0
Sumber : Cox et al., 1987
3. Dukungan Sosial
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner Medical Outcomes Study : Social
Support Survey (MOS-SSS). Kuesioner berisi 19 pernyataan yang dibagi ke
dalam empat subskala dan satu butir pernyataan tambahan sebagai berikut :
Tabel 3.2 Subskala Kuesioner MOS-SSS
Subskala Jumlar Butir Soal Nomor Soal
Dukungan informasional 8 1,2,3,4,5,6,7,8
Dukungan afeksi 3 9,10,11
Dukungan tangibles 4 12,13,14,15
Interaksi sosial 3 16,17,18
Pernyataan tambahan 1 19
Sumber : Stewart dan Sherbourne, 1991

Masing-masing pernyataan mempunyai lima pilihan jawaban yaitu tidak


pernah (skor : 1), jarang (skor : dua), kadang-kadang (skor : tiga), sering (skor

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

empat), dan sangat sering (skor : lima). Cara menghitung skor dapat
menggunakan rumus berikut :

( )
( )

Keterangan :
Skor yang diperoleh : jumlah skor hasil pengisian kuesioner
Skor minimal : 19
Skor maksimal : 95

Kuesioner MOS-SSS ini menilai tipe dukungan yang diberikan, bukan


mengacu pada pemberi dukungan. Hasil yang diperoleh dalam rentang 0-100,
dikatakan memperoleh dukungan yang kurang apabila hasil akhir <50 dan
dukungan yang baik apabila hasil akhir >50. Validitas dan reliabilitas sudah
tidak diragukan lagi, jadi tidak perlu dilakukan uji ulang. Koefisien
realiabilitas pada masing-masing subskala berkisar 0,72-0,76 dan koefisien
pada semua item pernyataan sebesar 0.78. Koefisien validitas pada masing-
masing subskala berkisar 0,19-0,24 dan koefisien pada semua item
pernyataan sebesar 0,23 (Stewart dan Sherbourne, 1991; Lopez dan Cooper
2011).

I. Teknik Analisis Data


Karakteristik sampel dideskripsikan dengan menggunakan jumlah (n),
persentase (%), mean, nilai maksimum, dan nilai minimum. Hubungan variabel yang
diteliti pada awalnya dianalisis bivariat untuk mendeskripsikan dan juga memberikan
gambaran awal. Analisis bivariat pada penelitian ini melibatkan variabel dengan skala
data kategorikal/nominal dilakukan dengan menggunakan tabel kolom x baris, jika
variabel independen maupun dependen yang dianalisis berskala dikotomi maka
digunakan tabel 2x2. Hubungan variabel ditunjukkan oleh Odds Ratio (OR).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

Kemaknaan statistik dari Odds Ratio (OR) tersebut di uji dengan uji chi square
dengan rumus:
( )
( )( )( )( )

Hubungan antar variabel dianalisis lebih lanjut dengan analisis multivariat


menggunakan model regresi logistik ganda dengan persamaan sebagai berikut:

Keterangan:
p : Probabilitas untuk depresi
1-p : Probabilitas untuk tidak depresi
a : Konstanta
b : Koefisien regresi
X1 : Kejadian Preeklampsia (0 : kehamilan normal, 1 : kehamilan dengan
preeklampsia.
X2 : Umur (0 : usia non reproduksi, 1 : usia reproduksi)
X3 : Paritas (0 : primigravida, 1 : multigravida)
X4 : Pendidikan (0 : <SMA, 1 : >SMA)
X5 : Pendapatan (0 : <UMR, 1 ≥UMR)
X6 : Dukungan sosial (0 : dukungan sosial rendah, 1 : dukungan sosial baik)
Kekuatan hubungan antar variabel ditunjukkan oleh Odds Ratio (OR) beserta
Confidence Interval 95%, dalam model regresi logistik OR = exp (β). Kemaknaan
statistik dari OR dianalisis dengan menggunakan uji Wald, hasilnya ditunjukkan oleh
nilai p. Hasil uji statistik juga ditunjukkan dengan nilai p. Interpretasi OR adalah
sebagai berikut :
OR = 1 : Tidak ada hubungan antara kejadian preeklampsia dengan
risiko depresi antenatal.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

b ≤ OR < 1 : Ada hubungan antara kejadian preeklampsia dengan risiko


depresi antenatal. Kejadian preeklampsia menurunkan
kemungkinan risiko depresi antenatal.
b ≥ OR > 1 : Ada hubungan antara kejadian preeklampsia dengan risiko
depresi antenatal. Kejadian preeklampsia meningkatkan
kemungkinan risiko depresi antenatal.

J. Etika Penelitian
Penelitian ini akan menekankan masalah etika dalam pemberian kuesioner
kepada responden menurut Notoatmodjo (2010) yang meliputi :
1. Informed concents
Sebelum kuesioner dibagikan kepada responden terlebih dahulu peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta dampak responden selama
pengumpulan data. Orang yang bersedia menjadi responden, diminta untuk
menandatangani lembar persetujuan sedangkan yang tidak bersedia peneliti
tidak memaksa dan menghormati haknya.
2. Anonimity
Untuk menjaga kerahasiaan identitas, responden tidak diharuskan untuk
mencantumkan nama pada lembar kuesioner atau nama dicantumkan dalam
inisial huruf kemudian lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.
3. Kerahasiaan ( Confidentiallity).
Peneliti menjamin kerahasiaan informasi baik identitas maupun data yang
diberikan oleh responden.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan hasil penelitian hubungan antara kejadian preeklampsia dan
risiko depresi antenatal dengan menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dan
analisis multivariat. Penelitian dilakukan terhadap 75 subjek penelitian yaitu ibu
hamil yang memeriksakan diri di RSI Sunan Kudus pada bulan Maret-Mei 2015.
1. Karakteristik Sampel
Karakteristik ibu hamil diidentifikasi berdasarkan umur, paritas, umur
kehamilan, pendidikan, dan kejadian preeklampsia. Tabel distribusi frekuensi
karakteristik responden dapat dijelaskan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik sampel hubungan antara kejadian
preeklampsia dan risiko depresi antenatal
Standar
Karakteristik N Mean Min Max
Deviation
Umur 29,37 5,92 16 42
a. <20 tahun 3
b. 20-35 tahun 59
c. >35 tahun 13
Paritas - - - -
a. G1P0A0 29
b. G2P0A1 2
c. G2P1A0 29
d. G3P1A1 1
e. G3P2A0 10
f. G4P3A0 4
Umur Kehamilan 28,60 6,14 20 37
a. 20-27 minggu 33
b. 28-37 minggu 42
Pendidikan - - - -
a. SD 14
b. SMP 19
c. SMA 27
d. PT 15

commit
31 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

Kejadian - - - -
Preeklampsia
a. Kehamilan 50
normal
b. Kehamilan 25
dengan
preeclampsia
Sumber : data primer diolah, 2015
Berdasarkan tabel di atas, mayoritas umur subjek penelitian pada kisaran
20-35 tahun (78,7%), primigravida dan sekundigravida mempunyai jumlah yang
sama (38,7%), umur kehamilan pada kisaran 28-37 minggu (56%), pendidikan
SMA (36%), dan mayoritas kehamilan normal (66,7%).

2. Pengujian Hipotesis
a. Analisis Univariat
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi hubungan antara kejadian preeklampsia dan
risiko depresi antenatal
Persentase
Variabel n
(%)
Kejadian Preeklampsia
a. Kehamilan normal 50 66,7
b. Kehamilan dengan 25 33,3
preeklampsia
Umur
a. Usia non reproduksi 16 21,3
b. Usia reproduksi 59 78,7
Paritas
a. Primigravida 29 38,7
b. Multigravida 46 61,3
Pendidikan
a. <SMA 33 44
b. >SMA 42 56
Pendapatan
a. <UMR Kab. Kudus 44 58,7
b. ≥UMR Kab. Kudus 31 41,3
Dukungan Sosial
a. Rendah 20 26,7
b. Baik 55 73,3
Sumber : data primer diolah, 2015

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui pada variabel kejadian preeklampsia,


kehamilan normal 50 (66,7%) lebih tinggi dibandingkan kehamilan dengan
preeklampsia yaitu 25 (33,3%), usia reproduksi lebih banyak yaitu sebesar
59 (78,7%) dibandingkan usia non reproduksi sebesar 16 (21,3%) pada
variabel umur. Pada variabel paritas diketahui lebih banyak multigravida
yaitu 46 (61,3%) dibandingkan primigravida sejumlah 29 (38,7%). Pada
variabel pendidikan diketahui lebih banyak >SMA yaitu 42 (56%)
dibandingkan dengan <SMA sebesar 33 (44%). Pada variabel pendapatan
<UMR Kab. Kudus yaitu 44 (58,7%) lebih banyak dibandingkan ≥UMR
Kab. Kudus sebesar 31 (41,3%). Pada variabel dukungan sosial baik yaitu 55
(73,3%) lebih tinggi dibandingkan dukungan sosial rendah yaitu 20 (26,7%).
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi risiko depresi antenatal
Variabel f %
Non Depresi Antenatal 26 34,7
Depresi Antenatal 49 65,3
Jumlah 75 100
Sumber: data primer diolah, 2015
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa subjek penelitian yang
mengalami depresi antenatal lebih banyak yaitu sebesar 49 (65,3%)
dibandingkan dengan subjek penelitian yang tidak mengalami depresi
antenatal yaitu sebesar 26 (34,7%).

c. Analisis Bivariat
Analisis bivariat pada penelitian ini dimaksudkan untuk melihat
hubungan umur, paritas, pendidikan, pendapatan, dukungan sosial, dan
kejadian preeklampsia terhadap risiko depresi antenatal dengan
menggunakan uji chi square dengan menggunakan software SPSS. Variabel
yang memiliki nilai p<0,05 adalah variabel yang berpengaruh secara
signifikan dengan risiko depresi antenatal.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34

1) Hubungan antara kejadian preeklampsia dan depresi antenatal


Tabel 4.4 Hasil analisis hubungan kejadian preeklampsia dan depresi
antenatal
Depresi Antenatal
Non Depresi Total OR P
Kejadian
Depresi Antenatal
Preeklampsia
Antenatal
N % N % N %
Kehamilan normal 17 34 33 66 50 100 0,91 0,864
Kehamilan dengan 9 36 16 64 25 100
preeklampsia
Total 26 49 100
Sumber: data primer diolah, 2015
Pada Tabel 4.4 menyajikan analisis bivariat tentang hubungan
antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal dengan uji chi
square. Dapat dilihat pada tabel bahwa ibu hamil yang mengalami depresi
antenatal dengan kehamilan normal sebesar 66%, sedangkan kehamilan
dengan preeklampsia sebesar 64%. Analisis bivariat pada tabel 4.4
menunjukkan nilai Odds Ratio sebesar 0,91 berarti ibu hamil dengan
preeklampsia kemungkinan risiko depresi antenatal 0,91 kali lebih rendah
daripada ibu hamil dengan kehamilan normal. Hasil uji chi square
menunjukkan ada hubungan kejadian preeklampsia terhadap risiko
depresi antenatal, namun secara statistik tidak signifikan (p=0,864).
2) Hubungan antara umur dan depresi antenatal
Tabel 4.5 Hasil analisis hubungan antara umur dan risiko depresi
antenatal
Depresi Antenatal
Non Depresi
Total P
Umur Depresi Antenatal
OR
Antenatal
N % N % N %
Usia non 5 31,3 11 68,7 16 100 0,82 0,746
Reproduksi
Usia 21 35,6 38 64,4 59 100
Reproduksi
Total 26 34,7 49 65,3 75 100
Sumber: data primer diolah, 2015

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35

Pada Tabel 4.5 menyajikan analisis bivariat tentang hubungan


antara umur dan risiko depresi antenatal dengan uji chi square. Dapat
dilihat pada tabel bahwa ibu hamil yang mengalami depresi antenatal
dengan usia non reproduksi sebesar 68,7%, sedangkan usia reproduksi
sebesar 64,4%. Analisis bivariat pada tabel 4.5 menunjukkan nilai Odds
Ratio sebesar 0,82 berarti ibu hamil dengan usia reproduksi kemungkinan
risiko depresi antenatal 0,82 kali lebih rendah daripada ibu hamil dengan
usia non reproduksi. Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan
antara umur dan risiko depresi antenatal, namun secara statistik tidak
signifikan (p=0,746).
3) Hubungan antara paritas terhadap depresi antenatal
Tabel 4.6 Hasil analisis hubungan antara paritas dan depresi antenatal
Depresi Antenatal
Non Depresi Total OR P
Paritas Depresi Antenatal
Antenatal
N % N % N %
Primigravida 7 24,1 22 75,9 29 100 0,45 0,128
Multigravida 19 41,3 27 58,7 46 100
Total 26 34,7 49 65,3 75 100
Sumber: data primer diolah, 2015
Pada Tabel 4.6 menyajikan analisis bivariat tentang hubungan
antara paritas dan risiko depresi antenatal dengan uji chi square. Dapat
dilihat pada tabel bahwa ibu hamil yang mengalami depresi antenatal
dengan primigravida sebesar 75,9%, sedangkan multigravida sebesar
58,7%. Analisis bivariat pada tabel 4.6 menunjukkan nilai Odds Ratio
sebesar 0,45 berarti ibu hamil multigravida kemungkinan risiko depresi
antenatal hampir setengah kali lebih rendah daripada ibu hamil
primigravida. Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara
paritas dan risiko depresi antenatal, namun secara statistik tidak signifikan
(p=0,128).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36

4) Hubungan antara pendidikan dan depresi antenatal


Tabel 4.7 Hasil analisis hubungan antara pendidikan dan depresi antenatal
Depresi Antenatal
Non Depresi Total OR P
Pendidikan Depresi Antenatal
Antenatal
N % N % N %
<SMA 6 18,2 27 81,8 33 100 0,24 0,008
>SMA 20 47,6 22 52,4 42 100
Total 26 34,7 49 65,3 75 100
Sumber: data primer diolah, 2015
Pada Tabel 4.7 menyajikan analisis bivariat tentang hubungan
antara pendidikan dan risiko depresi antenatal dengan uji chi square.
Dapat dilihat pada tabel bahwa ibu hamil yang mengalami depresi
antenatal dengan pendidikan <SMA sebesar 81,8%, sedangkan
pendidikan >SMA sebesar 52,4%. Analisis bivariat pada tabel 4.7
menunjukkan nilai Odds Ratio sebesar 0,24 berarti ibu hamil dengan
pendidikan >SMA kemungkinan risiko depresi antenatal seperempat kali
lebih rendah daripada ibu hamil dengan pendidikan <SMA. Hasil uji chi
square menunjukkan ada hubungan antara pendidikan dan risiko depresi
antenatal dan secara statistik signifikan (p=0,008).

5) Hubungan antara pendapatan dan depresi antenatal


Tabel 4.8 Hasil analisis hubungan antara pendapatan dan depresi
antenatal
Depresi Antenatal
Non Depresi Total OR P
Pendapatan Depresi Antenatal
Antenatal
N % N % N %
<UMR Kab. Kudus 9 20,5 35 79,5 44 100 0,21 0,002
≥UMR Kab. Kudus 17 54,8 14 45,2 31 100
Total 26 34,7 49 65,3 75 100
Sumber: data primer diolah, 2015
Pada Tabel 4.8 menyajikan analisis bivariat tentang hubungan
antara pendapatan dan risiko depresi antenatal dengan uji chi square.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37

Dapat dilihat pada tabel bahwa ibu hamil yang mengalami depresi
antenatal dengan pendapatan <UMR Kab. Kudus sebesar 79,5%,
sedangkan pendapatan ≥UMR Kab. Kudus sebesar 45,2%. Analisis
bivariat pada tabel 4.8 menunjukkan nilai Odds Ratio sebesar 0,21 berarti
ibu hamil dengan pendapatan ≥UMR Kab. Kudus kemungkinan risiko
depresi antenatal seperlima kali lebih rendah daripada ibu hamil dengan
pendapatan <UMR Kab. Kudus. Hasil uji chi square menunjukkan ada
hubungan antara pendapatan dan risiko depresi antenatal dan secara
statistik signifikan (p=0,002).
6) Hubungan antara dukungan sosial dan depresi antenatal
Tabel 4.9 Hasil analisis hubungan antara dukungan sosial dan depresi
antenatal
Depresi Antenatal
Non Depresi Total OR P
Dukungan
Depresi Antenatal
Sosial
Antenatal
N % N % N %
Rendah 1 5 19 95 20 100 0,06 0,001
Baik 25 45,5 30 54,5 55 100
Total 26 34,7 49 65,3 75 100
Sumber: data primer diolah, 2015
Pada Tabel 4.9 menyajikan analisis bivariat tentang hubungan
antara dukungan sosial dan risiko depresi antenatal dengan uji chi square.
Dapat dilihat pada tabel bahwa ibu hamil yang mengalami depresi
antenatal dengan dukungan sosial rendah sebesar 95%, sedangkan
dukungan sosial baik sebesar 54,5%. Analisis bivariat pada tabel 4.9
menunjukkan nilai Odds Ratio sebesar 0,06 berarti ibu hamil dengan
dukungan sosial baik kemungkinan risiko depresi antenatal 0,06 kali lebih
rendah daripada ibu hamil dengan dukungan sosial rendah. Hasil uji chi
square menunjukkan ada hubungan antara dukungan sosial dan risiko
depresi antenatal dan secara statistik signifikan (p=0,001).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38

d. Analisis Multivariat
Analisis multivariat merupakan kelanjutan dari analisis bivariat,
dengan ketentuan bahwa variabel independen pada analisis bivariat
menunjukkan nilai p < 0,05 dengan tujuan untuk melihat pengaruh antara
variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil analisis bivariat
menunjukkan seluruh variabel nilai yang signifikan p<0,05 yaitu variabel
pendidikan, pendapatan, dan dukungan sosial. Adapun hasil pengujian
seluruh variabel tersebut dengan menggunakan analisis regresi logistik
ganda.
Tabel 4.10 Hasil analisis regresi logistik ganda hubungan antara kejadian
preeklampsia dan risiko depresi antenatal
Variabel Independen exp (b) CI 95% p
OR Batas Batas
bawah atas
Kejadian Preeklampsia 0,44 0,11 1,75 0,249
Umur (usia reproduksi) 1,55 0,29 8,10 0,599
Paritas (multigravida) 0,33 0,09 1,19 0,092
Pendidikan (>SMA) 0,42 0,10 1,74 0,236
Pendapatan (≥UMR) 0,26 0,08 0,88 0,031
Dukungan Sosial (baik) 0,06 0,00 0,63 0,019
N observasi 75
-2 Log likelihood 70,89
Nagelkerke R2 40,3%
Sumber: data primer diolah, 2015
Tabel 4.10 menunjukkan hasil analisis regresi logistik ganda hubungan
antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antental. Terdapat hubungan
antara kejadian preeklampsia, umur, paritas, pendidikan, pendapatan, dan
dukungan sosial terhadap risiko depresi antental. Pada ibu hamil dengan
preeklampsia memiliki risiko depresi antenatal 0,44 kali lebih rendah
daripada ibu hamil dengan kehamilan normal. Hubungan kejadian
preeklampsia terhadap risiko depresi antenatal memiliki hubungan negatif
dan kuat, namun secara statistik tidak signifikan (OR=0,44; CI=95%; 0,11-
1,75; p=0,249).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39

Ibu hamil dengan usia reproduksi memiliki resiko depresi antenatal


1,55 kali lebih rendah dibandingkan dengan usia non reproduksi. Hubungan
umur terhadap risiko depresi antenatal memiliki pengaruh positif dan kuat,
namun secara statistik tidak signifikan (OR=1,55; CI=95%; 0,29-8,10;
p=0,599).
Pada ibu multigravida memiliki risiko depresi antenatal sepertiga kali
lebih rendah daripada primigravida. Hubungan paritas terhadap risiko
depresi antenatal memiliki hubungan negatif, sedang, dan secara statistik
mendekati signifikan (OR=0,33; CI=95%; 0,09-1,19; p=0,092). Pada ibu
hamil dengan pendidikan >SMA memiliki risiko depresi antenatal 0,42 kali
lebih rendah daripada pendidikan <SMA. Hubungan pendidikan terhadap
risiko depresi antenatal memiliki hubungan negatif dan sedang, namun
secara statistik tidak signifikan (OR=0,42; CI=95%; 1,10-1,74; p=0,236).
Pada ibu hamil dengan pendapatan ≥UMR Kab. Kudus memiliki risiko
depresi antenatal seperempat kali lebih rendah daripada ibu dengan
pendapatan <UMR Kab. Kudus. Hubungan pendapatan terhadap risiko
depresi antenatal memiliki hubungan negatif, kuat, dan secara statistik
signifikan (OR=0,26; CI=95%; 0,08-0,88; p=0,031).
Pada ibu hamil dengan dukungan sosial baik memiliki risiko depresi
antenatal 0,06 kali lebih rendah daripada ibu hamil dengan dukungan sosial
rendah. Hubungan dukungan sosial terhadap risiko depresi antenatal
memiliki hubungan negatif, sangat kuat, dan secara statistik signifikan
(OR=0,06; CI=95%; 0,00-0,63; p=0,019).
Nilai -2 Log likelihood merupakan parameter yang menunjukkan
kesesuaian antara model analisis regresi logistik dan sampel yang dianalisis,
makin kecil parameter tersebut makin sesuai antara model dan datanya. Pada
penelitian ini nilai -2 Log likelihood sebesar 70,89. Angka ini cukup kecil
sehingga antara model dan data sampel cukup sesuai. Nilai Negelkerke R2
sebesar 40,3% berarti bahwa keenam variabel bebas (umur, paritas,
pendidikan, pendapatan, dukungan sosial, dan kejadian preeklampsia)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

mampu menjelaskan variasi risiko depresi antenatal sebesar 40,3% dan


sisanya yaitu sebesar 59,7% dijelaskan oleh faktor lain di luar model
penelitian.

B. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian yang telah peneliti laksanakan sesuai dengan alur
kerangka konsep yang ada dengan menghubungkan teori dan temuan penelitian
sebelumnya.
1. Hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal
Analisis hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal
menunjukkan bahwa ibu hamil dengan preeklampsia memiliki risiko depresi
antenatal lebih rendah. Presentasi subjek penelitian ibu hamil dengan
preeklampsia dibandingkan ibu hamil dengan kehamilan normal yaitu sebesar
33,3% ibu hamil dengan preeklampsia dan 66,7% ibu hamil dengan kehamilan
normal.
Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara kejadian
preeklampsia dan risiko depresi antenatal (OR=0,44; CI=95%; 0,11-1,75;
p=0,249), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ibu hamil dengan
preeklampsia 0,44 kali lebih rendah memiliki risiko depresi antenatal daripada
ibu hamil dengan kehamilan normal. Hubungan antara kejadian preeklampsia
dan risiko depresi antenatal memiliki hubungan negatif dan kuat, namun secara
statistik tidak signifikan.
Hal ini sesuai dengan Räisänen et al. (2014) dalam studinya tentang faktor
risiko terkait dengan depresi antenatal pada ibu hamil di Finlandia sejak 2002-
2010 menemukan bahwa 0,8% dari 511938 ibu hamil mengalami depresi. Ibu
hamil dengan preeklampsia lebih berisiko terjadi depresi antenatal, akan tetapi
hubungan ini secara statistik tidak signifikan (p=0,52). Sebesar 1,2% ibu hamil
dengan preeklampsia yang mengalami depresi antenatal.
Hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Qiu
et al. (2007) di Peru. Subjek penelitian yang digunakan sejumlah 676 ibu hamil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41

dengan rincian 339 ibu hamil dengan preeklampsia sebagai kelompok kasus, dan
336 ibu hamil normal sebagai kelompok kontrol. Depresi antenatal pada
kelompok kasus sejumlah 159 dan kelompok kontrol sejumlah 123. Hubungan
antara kejadian preeklampsia dan depresi antenatal ini mempunyai hubungan
yang secara statistik signifikan (OR=1,54; CI=95%; 1,13-2,09).
Kim et al. (2013) dalam temuannya di Amerika pada 254 ibu hamil sebagai
sampel penelitian, dengan rincian 25 ibu hamil dengan preeklampsia dan 229 ibu
hamil normal. Desain penelitian yang digunakan adalah kohort retrospektif. Hasil
yang didapatkan adalah sebesar 14 ibu hamil dengan preeklampsia mengalami
depresi antenatal dan sebesar 72 ibu hamil normal mengalami depresi antenatal.
Kesimpulan dari temuan ini adalah preeklampsia mempunyai hubungan dengan
depresi antenatal (OR=2,78; CI=95%; 1,20-6,41).
Menurut Kharaghani et al. (2012) dalam studinya di Tehran terkait
preeklampsia dan depresi antenatal dengan menggunakan 312 subjek penelitian
dengan rincian 156 sebagai kelompok kasus yaitu ibu hamil dengan preeklampsia
dan sebesar 156 sebagai kelompok kontrol yaitu ibu hamil normal. Hasil yang
diperoleh sebanyak 113 mengalami depresi antenatal pada kelompok kasus dan
sebesar 92 pada kelompok kontrol. Hubungan ini menunjukkan secara statistik
signifikan (OR=1,79; CI=95%; 1,11-2,87).
Berdasarkan perbedaan hasil temuan oleh beberapa ahli di atas, dapat
peneliti simpulkan bahwa perbedaan hasil yang diperoleh terkait hubungan
kejadian preeklampsia terhadap risiko depresi antenatal dapat dimungkinkan
karena perbedaan ras, genetik, metodologi penelitian, subjek penelitian, uji
statistik yang digunakan, instrumen penelitian, dan penyakit tertentu yang
diderita, misalnya penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes mellitus.

2. Hubungan antara umur dan risiko depresi antenatal


Analisis hubungan antara umur dan risiko depresi antenatal menunjukkan
bahwa ibu hamil dengan usia reproduksi memiliki resiko depresi antenatal lebih
rendah dibandingkan dengan usia non reproduksi. Presentasi subjek penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42

ibu hamil dengan usia non reproduksi dibandingkan ibu hamil dengan usia
reproduksi yaitu sebesar 21,3% ibu hamil dengan usia non reproduksi dan 78,7%
ibu hamil dengan usia reproduksi.
Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara umur dan risiko
depresi antenatal (OR=1,55; CI=95%; 0,29-8,10; p=0,599), dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa ibu hamil dengan usia reproduksi memiliki risiko
depresi antenatal 1,55 kali lebih rendah dibandingkan dengan usia non
reproduksi. Hubungan antara umur dan risiko depresi antenatal memiliki
pengaruh positif dan kuat, namun secara statistik tidak signifikan.
Hal ini sejalan dengan Qiao et al. (2009) yang mengungkapkan gejala
kecemasan dan depresi yang muncul pada ibu hamil di Shanghai sebesar 6,8%
dan 4,8%. Faktor risiko yang terkait dengan munculnya gejala kecemasan dan
depresi adalah usia muda (<20 tahun) berdasarkan analisis regresi logistik
(OR=10,09; CI=95%; 1,41-71,8). Pearson et al. (2013) juga mengungkapkan
bahwa ibu hamil yang berusia 18 tahun 1,28 kali lebih cenderung memiliki risiko
depresi antenatal (OR=1,28; CI=95%; 1,08-1,51; p=0,003). Räisänen et al.
(2014) dalam studinya tentang faktor risiko terkait dengan depresi antenatal pada
ibu hamil di Finlandia sejak 2002-2010 menemukan bahwa 0,8% dari 511938 ibu
hamil mengalami depresi. Usia muda (≤19 tahun) mempunyai 1,58 lebih besar
risiko depresi antenatal (adjusted OR=1,58; CI=95%; 1,38-1,81; p=≤0,001).
Berbeda dengan hasil yang diperoleh di atas, Shi et al. (2007) dalam
studinya pada 600 ibu hamil di China dengan menggunakan kuesioner The
Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). Hasil analisis yang diperoleh,
salah satu faktor risiko yang berhubungan erat dengan depresi antenatal adalah
usia tua. Patel et al. (2010) mengungkapkan bahwa rentang umur 30-50 tahun
pada wanita berhubungan erat dengan kejadian depresi. Koleva et al. (2011)
mengemukakan bahwa usia tua yaitu >35 tahun sebagai prediktor yang signifikan
untuk terjadinya depresi antenatal.
Peneliti berpendapat bahwa seperti kehamilan dengan usia <20 tahun dan
>35 dan tahun termasuk kategori kehamilan risiko tinggi. Maka, ibu hamil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43

tersebut cenderung mudah terkena dan merasa depresi. Hal ini dimungkinkan
karena kondisi organ reproduksi yang belum maksimal dan kesiapan mental yang
belum matang pada usia <20 tahun serta pada usia >35 tahun kondisi organ
reproduksi yang sudah menurun kinerjanya seiring bertambahnya usia.

3. Hubungan antara paritas dan risiko depresi antenatal


Analisis hubungan antara paritas dan risiko depresi antenatal menunjukkan
bahwa ibu hamil multigravida memiliki resiko depresi antenatal lebih rendah
dibandingkan dengan ibu hamil primigravida. Presentasi subjek penelitian ibu
hamil multigravida dibandingkan ibu hamil primigravida yaitu sebesar 61,3% ibu
hamil dengan multigravida dan 38,7% ibu hamil primigravida.
Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara paritas dan risiko
depresi antenatal (OR=0,33; CI=95%; 0,09-1,19; p=0,092). dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa ibu multigravida memiliki risiko depresi antenatal
sepertiga kali lebih rendah daripada primigravida. Hubungan antara paritas dan
risiko depresi antenatal memiliki hubungan negatif, sedang, dan secara statistik
mendekati signifikan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Ajinkya et al. (2013) dalam studinya di
Navi-Mumbai pada 185 ibu hamil. Sebesar 9,18% dari subyek penelitian
mengalami depresi antenatal. Paritas erat kaitannya dengan risiko depresi
antenatal. Ibu hamil multigravida mempunyai risiko lebih rendah terjadi depresi
antenatal dibandingkan dengan ibu primigravida. Hubungan ini secara statistik
mendekati signifikan (p=0,0092). Karmaliani et al. (2009) dalam studinya di
Pakistan pada 1376 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 20-26 minggu.
Sebanyak 18% dari jumlah sampel mengalami depresi antenatal. Salah satu
faktor risiko yang diteliti dan mempunyai hubungan dengan depresi antenatal
adalah paritas. Ibu hamil primigravida mempunyai risiko terjadi depresi antenatal
lebih besar dibandingkan ibu hamil multigravida. Hubungan ini secara statistik
signifikan (OR=2,31; CI=95%; 1,37-3,92; p=0,002).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44

Koleva et al. (2011) mengemukakan bahwa jumlah kehamilan sebelumnya


atau paritas mempunyai hubungan yang signifikan terjadinya depresi antenatal.
Menurut Notoatmodjo (2007), paritas erat kaitannya dengan pengalaman yang
diperoleh. Ibu yang baru pertama kali hamil tentu belum mempunyai
pengalaman, jika dibandingkan dengan ibu yang sudah pernah hamil berkali-kali.
Peneliti berpendapat bahwa ibu hamil multigravida memiliki risiko depresi
antenatal lebih rendah dibandingkan ibu hamil primigravida. Hal ini terkait
dengan pengalaman yang dialami ibu. Kecenderungan ibu yang sudah
mempunyai pengalaman merasa lebih menikmati kehamilan dengan belajar dari
pengalaman sebelumnya.

4. Hubungan antara pendidikan dan risiko depresi antenatal


Analisis hubungan antara pendidikan dan risiko depresi antenatal
menunjukkan bahwa ibu hamil dengan pendidikan >SMA memiliki resiko
depresi antenatal lebih rendah dibandingkan dengan ibu hamil dengan pendidikan
<SMA. Presentasi subjek penelitian ibu hamil yang mengalami depresi antenatal
dengan pendidikan <SMA sebesar 81,8%, sedangkan pendidikan >SMA sebesar
52,4%.
Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara pendidikan dan
risiko depresi antenatal (OR=0,42; CI=95%; 0,10-1,74; p=0,236). dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ibu hamil dengan pendidikan >SMA
memiliki risiko depresi antenatal 0,42 lebih rendah daripada pendidikan <SMA.
Hubungan pendidikan terhadap risiko depresi antenatal memiliki hubungan
negatif dan sedang, namun secara statistik tidak signifikan
Hal ini sejalan dengan penelitian Pearson et al. (2013) terkait faktor risiko
depresi antenatal dan postnatal pada ibu hamil usia 18 tahun di Inggris. Subyek
penelitian sebanyak 3335 ibu hamil. Separuh lebih yaitu sebesar 1691 ibu hamil
dengan pendidikan rendah (hanya wajib belajar sampai usia 16 tahun).
Kesimpulan dari temuan ini bahwa pendidikan rendah meningkatkan 1,27 kali
risiko terjadinya depresi antenatal (OR=1,27; CI=95%; 1,02-1,57; p=0,030).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45

Temuan dari da Silva (2010) juga demikian, yaitu tentang depresi antenatal di
pelayanan kesehatan di Brazil. Sebanyak 255 ibu hamil (21,1%) mengalami
depresi antenatal. Ibu hamil dengan pendidikan <SMA mempunyai hubungan
dengan risiko depresi antenatal dan secara statistik signifikan (PR=1,71;
CI=95%; 1,22-2,40; p <0,001).
Pendidikan erat kaitannya dengan daya tangkap serta daya tanggap
seseorang terhadap suatu informasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan
diharapkan daya tangkap dan daya tanggap terhadap informasi yang diberikan
(Mandriwati, 2008). Menurut Notoatmodjo (2007) bahwa tingkat pendidikan
seseorang akan membantu orang tersebut untuk lebih mudah menangkap dan
memahami suatu informasi.
Peneliti setuju dengan pendapat para ahli di atas yang menjelaskan kaitan
pendidikan dengan risiko depresi antenatal. Semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin tinggi tingkat pemahamannya sehingga semakin tinggi pula
pengetahuannya. Pengetahuan inilah yang dapat digunakan ibu hamil untuk
mengatasi masalah yang dihadapi.

5. Hubungan antara pendapatan dan risiko depresi antenatal


Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara pendapatan dan
risiko depresi antenatal (OR=0,26; CI=95%; 0,08-0,88; p=0,031). dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ibu hamil dengan pendapatan ≥UMR Kab.
Kudus memiliki risiko depresi antenatal seperempat kali lebih rendah daripada
ibu dengan pendapatan <UMR Kab. Kudus. Hubungan antara pendapatan dan
risiko depresi antenatal memiliki hubungan negatif, kuat, dan secara statistik
signifikan.
Hal ini sesuai dengan penelitian Leigh dan Milgrom (2008) terkait faktor
risiko yang terkait dengan depresi antenatal. Sebanyak 367 ibu hamil dengan usia
kehamilan dalam rentang 26-32 minggu. Hasil analisis dengan menggunakan
regresi linear berganda, pendapatan yang rendah sebagai faktor risiko terjadinya
depresi antenatal dan secara statistik signifikan (β=-0,05; p<0,05). da Silva
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46

(2010) dalam temuannya terkait depresi antenatal di Brazil pada 1264 ibu hamil.
Sebanyak 461 ibu hamil (36,6%) berada dalam status ekonomi yang rendah dan
118 ibu hamil (25,6%) mengalami depresi antenatal. Hubungan antara status
ekonomi yang rendah erat kaitannya dengan risiko depresi antenatal dan secara
statistik signifikan (OR=1,97; CI-95%; 1,21-3,19; p=0,001).
Peneliti berpendapat bahwa pendapatan erat kaitannya dengan depresi
antenatal. Kebutuhan ibu hamil tentu meningkat terlebih untuk persiapan
persalinan. Apabila pendapatan tetap tetapi kebutuhan meningkat tentunya
menimbulkan masalah dan beban bagi ibu hamil.

6. Hubungan antara dukungan sosial dan risiko depresi antenatal


Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara dukungan sosial
dan risiko depresi antenatal (OR=0,06; CI=95%; 0,00-0,63; p=0,019). dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ibu hamil dengan dukungan social baik
memiliki risiko depresi antenatal 0,06 kali lebih rendah daripada ibu hamil
dengan dukungan sosial rendah. Hubungan antara dukungan sosial dan risiko
depresi antenatal memiliki hubungan negatif, sangat kuat, dan secara statistik
signifikan.
Hal ini sesuai dengan penelitian dari Dibaba et al. (2013) tentang hubungan
antara kehamilan yang tidak diinginkan dan dukungan sosial terhadap depresi
antenatal di Ethiopia dengan jumlah sampel 627 ibu hamil. Hasil yang diperoleh
adalah dukungan sosial mempunyai hubungan yang terkuat dalam temuan ini.
Ibu hamil yang memiliki dukungan sosial tinggi 0,26 lebih rendah berisiko
terjadi depresi antenatal dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki dukungan
sosial rendah. Sama halnya dengan ibu hamil yang memiliki dukungan sosial
sedang 0,27 lebih rendah berisiko terjadi depresi antenatal dibandingkan dengan
ibu hamil yang memiliki dukungan sosial rendah. Fall et al. (2013) juga
berpendapat sama, kesimpulan temuannya berdasarkan analisis multivariat yang
dilakukan bahwa dukungan sosial erat kaitannya dengan depresi antenatal.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47

Hubungan ini secara statistik signifikan (OR=7,66; CI=95%; 6,30-9,31;


p<0,001).
Sarafino (2006) berpendapat bahwa akan ada banyak efek dari dukungan
sosial karena dukungan sosial secara positif dapat memulihkan kondisi fisik dan
psikis seseorang, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kekuatan
dukungan sosial yang berasal dari relasi terdekat (keluarga) merupakan salah satu
proses psikologis yang dapat menjaga kesehatan seseorang.
Peneliti berpendapat bahwa dukungan sosial sangat penting diberikan bagi
ibu hamil untuk mencegah depresi antenatal dan mengatasi masalahnya.
Pemberian dukungan ini dapat berupa informasi, pemberian fasilitas yang
dibutuhkan, dan ikut serta memeriksakan di fasilitas kesehatan.

C. Keterbatasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kejadian
preeklampsia dan risiko depresi antenatal dengan melibatkan variabel umur, paritas,
pendidikan, pendapatan, dan dukungan sosial. Penelitian ini masih banyak
keterbatasan dan bias yang telah diupayakan untuk mengatasinya. Keterbatasan yang
ada diharapkan mampu dikembangkan dan disempurnakan oleh peneliti selanjutnya,
keterbatasan-keterbatasan tersebut adalah :
1. Penelitian ini menggunakan jumlah subyek penelitian yang sedikit yaitu
sebanyak 75 ibu hamil. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini,
hubungan yang diperoleh karena faktor kebetulan sangat besar, dengan
penambahan jumlah responden hal ini dapat dijadikan koreksi.
2. Pemilihan subyek penelitian tidak menggunakan randomisasi sehingga semua
populasi ibu hamil di RSI Sunan Kudus tidak mempunyai peluang yang sama
untuk dijadikan subyek penelitian.
3. Kualitas data juga dipengaruhi oleh kemampuan subyek penelitian mencerna
pertanyaan dalam kuesioner sehingga dapat terjadi bias akibat keterbatasan
pengetahuan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48

4. Sebelum pengisian kuesioner tidak dilakukan uji kebohongan dengan kuesioner


Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory, sehingga jawaban yang sudah
diberikan pada kuesioner penelitian tidak diketahui ada atau tidaknya kejujuran
pada subyek penelitian.
5. Risiko depresi antenatal tidak hanya dilihat dari kejadian preeklampsia, umur,
paritas, pendidikan, pendapatan, dan dukungan sosial. Masih banyak faktor risiko
yang lain yang dapat menyebabkan depresi antenatal karena pada penelitian ini
hanya menyumbang 40,3%, misalnya status kehamilan diinginkan atau tidak,
kepribadian premorbid, konflik keluarga, dan penyakit penyerta.
Dengan adanya keterbatasan penelitian tersebut diharapkan penelitian ini dapat
dijadikan inspirasi peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian secara lebih
mendalam.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian serta analisis terhadap data-data yang telah
dikumpulkan disertai dengan perhitungan secara statistik, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hubungan antara umur dan risiko depresi antenatal memiliki pengaruh positif dan
kuat, namun secara statistik tidak signifikan (OR=1,55; CI=95%; 0,29-8,10;
p=0,599).
2. Hubungan antara paritas dan risiko depresi antenatal memiliki hubungan negatif,
sedang, dan secara statistik mendekati signifikan (OR=0,33; CI=95%; 0,09-1,19;
p=0,092).
3. Hubungan antara pendidikan dan risiko depresi antenatal memiliki hubungan
negatif dan sedang, namun secara statistik tidak signifikan (OR=0,42; CI=95%;
1,10-1,74; p=0,236).
4. Hubungan antara pendapatan dan risiko depresi antenatal memiliki hubungan
negatif, kuat, dan secara statistik signifikan (OR=0,26; CI=95%; 0,08-0,88;
p=0,031).
5. Hubungan antara dukungan sosial dan risiko depresi antenatal memiliki hubungan
negatif, sangat kuat, dan secara statistik signifikan (OR=0,06; CI=95%; 0,00-0,63;
p=0,019).
Penelitian ini tidak menunjukkan hubungan yang secara statistik signifikan
antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal. Hasil penelitian memang
menunjukkan hubungan yang terbalik antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi
antenatal. Ibu hamil dengan preeklampsia memiliki risiko yang lebih rendah untuk
mengalami depresi antenatal. Dari hasil analisis yang menunjukkan bahwa hubungan
tersebut tidak signifikan, hal ini berarti hubungan tersebut terjadi karena kebetulan
sangat besar yaitu 249 dari 1000 temuan (OR=0,44; CI=95%; 0,11-1,75; p=0,249).
Hasil analisis tentang hubungan kejadian preeklampsia terhadap depresi antenatal
commit
49 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50

tersebut telah mengendalikan faktor perancu umur, paritas, pendidikan, pendapatan,


dan dukungan sosial.

B. Implikasi
Implikasi dari hasil penelitian hubungan kejadian preeklampsia terhadap risiko
depresi antenatal adalah sebagai berikut :
1. Secara teoritis, temuan penelitian ini belum bisa digunakan untuk menolak
ataupun mendukung hipotesis kejadian preeklampsia dengan depresi antenatal
karena temuan ini menunjukkan hubungan yang tidak signifikan.
2. Secara praktis, temuan penelitian ini belum bisa digunakan untuk memberikan
saran bagi ibu hamil untuk mencegah risiko depresi antenatal dengan cara
menghindari preeklampsia.
3. Ibu hamil dengan usia non reproduksi (<20 tahun atau >35 tahun), primigravida,
pendidikan yang rendah, pendapatan yang rendah, dan dukungan sosial yang
rendah diharapkan mendapat perhatian khusus untuk menghindari depresi
antenatal.

C. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas ada beberapa saran dan masukan yang dapat
dijadikan pertimbangan dalam menjalankan pelayanan kesehatan serta melakukan
promosi kesehatan yang bermutu bagi masyarakat, antara lain :
1. Bagi petugas kesehatan
a. Menggalakkan program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan di usia
non reproduksi.
b. Memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan bagi ibu hamil untuk
meningkatkan pengetahuan terkait kesehatan.
c. Memberikan modul atau materi yang penting bagi kesehatan ibu hamil.
d. Memberikan dukungan bagi ibu hamil.
e. Memberikan saran kepada keluarga untuk melakukan pendampingan pada ibu
hamil ketika periksa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51

2. Bagi ibu hamil


a. Agar meningkatkan pendidikan, tidak hanya pendidikan formal saja, tetapi
dapat melalui pendidikan non formal misalnya seminar, penyuluhan, dan
pertemuan terkait kesehatan agar risiko depresi antenatal dapat diantisipasi.
b. Mempersiapkan biaya untuk persiapan persalinan, misalnya dengan tabulin
(tabungan ibu bersalin).
3. Bagi keluarga
a. Mempersiapkan kebutuhan finansial.
b. Agar senantiasa memberikan dukungan kepada ibu hamil agar risiko depresi
antenatal dapat diminimalisir, misalnya dengan pemberian informasi kesehatan,
pendampingan, dan pemenuhan kebutuhan.
4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan lebih memperhatikan keterbatasan penelitian
ini, diantaranya adalah :
a. Menambah jumlah subyek penelitian.
b. Pemilihan teknik sampling dengan randomisasi.
c. Menggunakan kuesioner Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory
untuk memilih subyek penelitian.
d. Memperluas area penelitian agar dapat dilakukan generalisasi.
e. Mencari faktor risiko lain yang terkait depresi antenatal.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Ajinkya, S., Jadhav, P.R., & Srivastava, N.N. 2013. Depression during Pregnancy :
Prevalence and Obstetric Risk Factors among Pregnant Women Attending a Tertiary
Care Hospital in Navi Mumbai. Industrial Psychiatry Journal, 22(1), p. 37–40.
doi:10.4103/0972-6748.123615.

Akiskal HS. 1999. Mood disorders : Clinical Features. p. 1338-1376. In : Sadock BJ,
Sadock VA, editors, Comprehensive Textbook of Psychiatry. Philadelphia, Lippincott
Williams & Wilkins.

Allenwilcox. 2010. Fertility and Pregnancy An Epidemiologic Perspective. Inggris :


Oxford University Press. p. 266.

American Psychiatric Association. 1994. DSM-IV. Washington DC : American Psychiatric


Association Press.

American Psychiatric Association. 2000. Handbook of Psychiatric Measures. 1st ed.


Washington DC : American Psychiatric Association.

Bothamley, J. dan Boyle, M. 2011. Patofisiologi dalam Kebidanan. Jakarta : EGC. p. 192-
205.

Cox, J.L., Holden, J.M., and Sagovsky, R. 1987. Detection of Postnatal Depression:
Development of the 10-item Edinburgh Postnatal Depression Scale. British Journal of
Psychiatry, 150:782-786.
Cox, J.L. dan Holden, J.M. 2003. Perinatal Mental Health : A guide to the Edinburgh
Postnatal Depression Scale. UK : Bell & Bain Ltd.
Cunningham, F., Leveno, K., Bloom, S., Hauth, J. 2005. Obstetri Williams. Edisi 21. Vol 1.
Jakarta : EGC. p : 625-629.

da Silva R.A., Jansen, K., Souza, L.D., Moraes, I.G., Tomasi, E., Silva, Gdel G., Dias, Mde
S., Pinheiro, R.T. 2010. Depression during pregnancy in the Brazilian public health
care system. Revista Brasileira de Psiquiatria. vol 32:2.

Dibaba, Y., Fantahun, M., and Hindin M. J. 2013. The association of unwanted pregnancy
and social support with depressive symptoms in pregnancy: evidence from rural
Southwestern Ethiopia. BMC Pregnancy and Childbirth. 13:135.

Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus. 2012. Profil Kesehatan Kabupaten Kudus.

Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus. 2013. Profil Kesehatan Kabupaten Kudus.

commit
52 to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53

Direktur Jenderal Bina Gizi Dan KIA Kementrian Kesehatan. 2014. Pelayanan KB dan
Penurunan AKI dan AKB Di Jawa Tengah. Laporan Rapat Koordinasi KB dan
Kesehatan Jawa Tengah. http://binsos.jatengprov.go.id/kbkes/anung.pdf diakses
tanggal 05 Maret 2014 pukul 14.50 WIB.

Faisal-Cury, A. dan Menezes, P.R., 2012. Antenatal Depression Strongly Predicts Postnatal
Depression in Primary Health Care. Revista Brasileira de Psiquiatria, 34(4), p.446–
450.

Fall, A., Goulet, L., & Vézina, M. 2013. Comparative Study of Major Depressive
Symptoms among Pregnant Women by Employment Status. SpringerPlus, 2, 201.
doi:10.1186/2193-1801-2-201.

Fu, J., Yang, R., Ma, X., Xia, H. 2014. Association between Maternal Psychological Status
and Fetal Hemodynamic Circulation in Late Pregnancy. Chinese Medical Journal (in
English), Jul, 127(13) : 2475-8.

Ghojazadeh, M., Azami-Aghdash, S., Mohammadi, M., Vosoogh, S., Mohammadi, S.,
Naghavi-Behzad, M. 2013. Prognostic Risk Factors for Early Diagnosing of
Preeclampsia in Nulliparas. Nigerian Medical Journal, 54 : 344-8

Ghosh, A., and Goswami, S. 2011. Evaluation of Post Partum Depression in a Tertiary
Hospital. The Journal of Obstetrics and Gynecology of India, (September–October
2011) 61(5):528–530 .doi : 10.1007/s13224-011-0077-9.

Gidai, J., Acs, N., Banhidy, F., Czeizel, A.E. 2010. Congenital Abnormalities in Children
of 43 Pregnant Women who Attempted Suicide with Large Doses of Nitrazepam.
Pharmacoepidemiology and Drug Safety, Feb, 19(2) : 175-82. doi: 10.1002/pds.1885.

Grote, N.K., Bridge, J.A., Gavin, A,R., Melville, J.L., Iyengar, S., Katon, W.J. 2010. A
meta-analysis of Depression during Pregnancy and the Risk of Preterm Birth, Low
Birth Weight, and Intrauterine Growth Restriction. Archieves of General Psychiatry,
Oct, 67(10):1012-24. doi: 10.1001/archgenpsychiatry.2010.111.

Guerrier, G., Oluyide, B., Keramarou, M., Grais, R.F. 2013. Factors Associated with
Severe Preeclampsia and Eclampsia in Jahun, Nigeria. International Journal of
Womens Health, Aug, 19;5:509-13. doi: 10.2147/IJWH.S47056. eCollection 2013.

Hawari, D. 2008. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. p:
12-14; 78-83.

Hidayat, A.A.A. 2007. Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba
Medika

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54

Isworo, A., 2011. Hubungan Antara Kecemasan dengan Kejadian Preeklampsia di


Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_
detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=53053&obyek_id=4.
diakses tanggal 5 Desember pukul 13.00 WIB.

Karmaliani, R., Asad, N., Bann C.M., Moss, N., McClure E. M., Pasha O., Wright L. L.,
and Robert L. Goldenberg R. L., 2009. Prevalence of Anxiety, Depression and
Associated Factors among Pregnant Women of Hyderabad, Pakistan. International
Journal of Social Psychiatry. 55(5).

Katon, W.J., Russo, J.E., Melville, J.L., Katon, J.G., Gavin, A.R. 2012. Depression in
Pregnancy is Associated with Preexisting but not Pregnancy-induced Hypertension.
General Hospital Psychiatry, Jan-Feb, 34(1) : 9-16.

Kharaghani, R., Geranmaye, M., Janani, L., Hantooshzade, S., Arbabi, M., Rahmani,
Bilandi, R., Bagheri, F. 2012. Preeclampsia and depression: a case-control study in
Tehran. Archieves of Gynecology and Obstetrics. 286(1):249-53.

Kim, D.R., Sockol, L.E., Sammel, M.D., Kelly, C., Moseley, M., Epperson, C.N. 2013.
Elevated risk of adverse obstetric outcomes in pregnant women with depression.
Archives Women’s Mental Health. 16: 475–482.

Koleva, H., Stuart, S., O’Hara, M.W., Bowman-Reif, J. 2011. Risk factors for depressive
symptoms during pregnancy. Archives Women’s Mental Health. 14:99-105.

Kornstein, S.G. and Clayton, A.H. 2002. Women's Mental Health : A Comprehensive
Textbook. New York : The Guilford Press.

Kurki, T., Hiilesmaa, V., Raitasalo, R., Mattila, H., Ylikorkala, O. 2000. Depression and
Anxiety in Early Pregnancy and Risk for Preeclampsia. Obstetric and Gynecology,
April, 95(4):487-90.

Leigh B., dan Milgrom, J. 2008. Risk factors for antenatal depression, postnatal depression
and parenting stress. BMC Psychiatry. 8:24.

Loomans, E.M., van Dijk, A.E., Vrijkotte, T.G., van Eijsden, M., Stronks, K., Gemke, R.J.,
Van den Bergh, B.R. 2013. Psychosocial Stress during Pregnancy is Related to
Adverse Birth Outcomes : results from a large multi-ethnic community-based birth
cohort. European journal of public health, Jun, 23(3):485-91.

Lopez, M., dan Cooper, L. 2011. Social Support Measure Review. Final Report. National
Center for Latino Child and Family Research. pp.80-86.

Mandriwati, G. A. 2008. Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu hamil. Jakarta : EGC.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55

Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani W.I., Setiowulan W. 2007. Kapita Selekta Kedokteran.
Jakarta : Media Aesculapius FKUI. p.114-118.

Marinescu, I.P., Foarfă, M.C., Pîrlog, M.C., Turculeanu, A. 2014. Prenatal Depression and
Stress – Risk Factors for Placental Pathology and Spontaneous Abortion. Romanian
Journal of Morphology and Embryology, 55(3 Suppl):1155-60.

Meltzer-Brody, S., and Stuebe, A. 2014. The long-term Psychiatric and Medical Prognosis
of Perinatal Mental Illness. Best Practice and Research Clinical Obstetrics and
Gynaecology, January, 28(1) : 49–60. doi:10.1016/j.bpobgyn.2013.08.009.

Milne, F., Redman, C., Walker, J., Baker, P., Bradley, J., Cooper, C., de Swiet, M.,
Fletcher, G., Jokinen, M., Murphy, D., Nelson-Piercy, C., Osgood, V., Robson, S.,
Shennan, A., Tuffnell, A., Twaddle, S., Waugh, J. 2005. The Pre-eclampsia
Community Guideline (PRECOG) : How to Screen for and Detect Onset of Pre-
eclampsia in the Community. British Medical Journal, Mar 12, 330(7491) : 576-80.

Mochtar, R., 2007. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC. p.198-203.

Morgan, G., dan Hamilton, C. 2009. Obstetri & Ginekologi : Panduan Praktik. Jakarta :
EGC. pp. 364-365.

Murti, B. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.

________. 2013. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuntitatif dan Kualitatif di
Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

National Institute of Mental Health. 2009. Women and Depression. U.S. Department Of
Health & Human Services National Institutes of Health. NIH Publication. No. 11-
3561.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

_____________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Patel, V., Weiss, H.A., Chowdhary, N., Naik, S., Pednekar, S., Chatterjee, S., De Silva,
M.J., Bhat, B., Araya, R., King, M., Simon, G., Verdeli, H., Kirkwood, B.R. 2010.
Effectiveness of an Intervention Led by Lay Health Counsellors for Depressive and
Anxiety Disorders in Primary Care in Goa, India (MANAS) : a Cluster Randomised
Controlled Trial. Lancet. 376(9758), 2086-2095. doi: 10.1016/S0140-673)(10)61508-
5.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56

Peer, M., Soares, C.N., Levitan, R.D., Streiner, D.L., Steiner, M. 2013. Antenatal
Depression in a Multi-ethnic, Community Sample of Canadian Immigrants :
Psychosocial Correlates and Hypothalamic-pituitary-adrenal axis Function. Canadian
Journal of Psychiatry, Oct, 58(10) : 579-87.

Pearson, R.M., Evans, J., Kounali, D., Lewis, G., Heron, J., Ramchandani, P.G., O’Connor,
T.G., Stein, A. 2013. Maternal Depression During Pregnancy and the Postnatal Period
: Risks and Possible Mechanisms for Offspring Depression at Age 18 Years. The
Journal of the American Medical Association Psychiatry, Oct 9.

Pięta, B., Jurczyk, M.U., Wszolek, K., Opala, T., 2014. Emotional Changes Occurring in
Women in Pregnancy, Parturition and Lying-in Period According to Factors Exerting
an Effect on a Woman during the Peripartum Period. Annals of agricultural and
environmental medicine : AAEM, 21(3), p.661–5.

Pratt, L.A., and Brody. D.J. 2014. Depression in the U.S. Household Population, 2009-
2012. National Center for Health Statistics Data Brief, Dec, (172) : 1-8.

Qiao, Y.X., Wang, J., Li, J., Ablat, A. 2009. The prevalence and related risk factors of
anxiety and depression symptoms among Chinese pregnant women in Shanghai. The
Australian and New Zealand Journal of Obstetrics and Gynaecology. 49(2):185-90.
doi: 10.1111/j.1479-828X.2009.00966.

Qiu, C., Sanchez, S.E., Lam, N., Garcia, P., and Williams, M.A. 2007. Associations of
Depression and Depressive Symptoms with Preeclampsia : Results from a Peruvian
Case-control Study. BMC Women's Health. 7:15 doi : 10.1186/1472-6874-7-15.

Räisänen, S., Lehto, S.M., Nielsen, H.S., Gissler, M., Kramer, M.R., Heinonen, S. 2014.
Risk Factors for and Perinatal Outcomes of Major Depression during Pregnancy : a
Population-based Analysis during 2002-2010 in Finland. British Medical Journal, Nov
14, 4(11):e004883. doi: 10.1136/bmjopen-2014-004883.

Ramesh, K., Sangeetha, G., and Vishwas, R. 2014. Socio-Demographic and Other Risk
Factors of Pre Eclampsia at a Tertiary Care Hospital, Karnataka : Case Control Study.
Journal of Clinical and Diagnostic Research, Sep 2014, 8(9): JC01–JC04. Published
online Sep 20, 2014. doi: 10.7860/JCDR/2014/10255.4802.

Rochat, T.J., Tomlinson, M., Barnighausen, T., Newell, M.L., Stein, A. 2011. The
Prevalence and Clinical Presentation of Antenatal Depression in Rural South Africa.
Journal of affective disorders, Dec, 135(1-3):362-73. doi: 10.1016/j.jad.2011.08.011.

Robson, E.S. dan Waugh J., 2011. Patologi dalam Kehamilan : Manajemen dan Asuhan
Kebidanan. Jakarta : EGC. pp. 32-39.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57

Saifuddin, A.B. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. p.211-214.
Saleh, E., El-Bahei, W., El-Hadidy, M.A., Zayed, A. 2013. Predictors of Postpartum
Depression in a Sample of Egyptian Women. Neuropsychiatric Disease and Treatment,
9, 15–24.

Sarafino, E. P. 2006. Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. Fifth Edition.


USA: John Wiley & Sons.

Shi, S.X., Tang, Y.F., Cheng, L.N., Su, Q.F., Qi, K., Yang, Y.Z. 2007. An investigation of
the prevalence of anxiety or depression and related risk factors in women during
pregnancy and postpartum. Chinese Mental Health Journal. 21: 254-258.

Silva, L.M., Coolman, M., Steegers, E.A., Jaddoe, V.W., Moll, H.A., Hofman, A.,
Mackenbach, J.P., Raat. H. 2008. Low Sosioeconomic Status is a Risk Factor for
Preeclampsia : the Generatio R Study. Journal of Hypertension, Jun, 26(6):1200-8.

Stewart, A.L., dan Sherbourne, C.D. 1991. The MOS Social Support Survey. Social
Science and Medicine. 32(6):705-14.

Wado, Y.D., Afework, M.F. & Hindin, M.J. 2014. Effects of Maternal Pregnancy Intention,
Depressive Symptoms and Social Support on Risk of Low Birth Weight : a
Prospective Study from Southwestern Ethiopia. Public Library of Science One, May
21, 9(5):e96304 9(5).

Weissman, M.M., Feder, A., Pilowsky, D.J., Olfson, M., Fuentes, M., Blanco, C., Lantigua,
R., Gameroff, M.J., Shea, S. 2014. Depressed Mothers Coming to Primary Care :
Maternal Reports of Problems with their Children. Journal of Affective Disorders,
78(2):93-100.

Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai