Laporan Keseluruhan KP
Laporan Keseluruhan KP
PENDAHULUAN
I.1 LATARBELAKANG
Kebisingan merupakan suatu hal yang dapat mengganggu manusia dalam melakukan
segala kegiatan. Kebisingan itu sendiri menurut Suma’mur (1995) dapat disebabkan dalam 2
kelompok yaitu :
a. Bising interior, berasal dari manusia, alat rumah tangga, atau mesin-mesin gedung, misalnya
radio, televisi, bantingan pintu, kipas angin, komputer, pembuka kaleng, pengkilap lantai, dan
pengkondisi udara.
b. Bising eksterior, berasal dari kendaraan, mesin-mesin diesel, transportasi.
Kemudian kebisingan itu sendiri dapat mempengaruhi performa kinerja manusia,
terutama dalam aspek psikologi. Pengaruh bising secara psikologi, yaitu berupa penurunan
efektivitas kerja dan kinerja seseorang (Asmaningprojo, 1995). Sehingga pengaruh kebisingan
secara psikologi akan berdampak menurunkan konsentrasi pada performa kerja yang dimiliki
oleh individu atau kelompok dalam menjalankan tugasnya. Kemudian selain kebisingan dapat
berpengaruh terhadap psikologi manusia dalam bekerja, kebisingan itu sendiri mempunyai
beberapa tingkatan tertentu dalam menentukan apakah kebisingan tersebut termasuk
kebisingan yang mengganggu atau tidak mengganggu. Kemudian tingkat kebisingan dalam
satuan desibel (dB) dapat diuraikan sebagai berikut :
a. 0 – 10 dB
Tingkat kebisingan dalam skala ini merupakan tingkat kebisingan yang berada di ambang
batas pendengaran kita. Jadi, telinga kita bisa menangkap suara dengan intensitas suara
minimal 0 – 10 dB. Telinga tidak akan mampu mendengar suara di bawah 0 dB.
b. 20 dB
Contoh kebisingan dalam skala 20 dB ini adalah suara sayup-sayup pada desa yang tenang
di pagi hari dan desiran air di danau. Suara-suara seperti ini bisa menurunkan ketenangan
pada orang-orang yang mendengarkannya dengan sangat menikmati.
c. 30 dB
Contoh dari kebisingan dalam skala 30 dB adalah orang yang berbicara dengan sangat
pelan atau berbisik, sehingga telinga kita tidak bisa mendengar dengan jelas jika kita tidak
mendekatkan telinga ke sumber suara.
1
d. 40 – 50 dB
Suara dengan intensitas 40 – 50 dB bisa ditemukan dalam percakapan biasa sehari-hari.
Ini adalah batas aman suara untuk didengar telinga kita sehari-hari.
e. 60 dB
Contoh dari kebisingan dalam skala 60 dB adalah percakapan yang dilakukan dengan
berteriak. Suara teriakan memang masih bisa ditolerir telinga kita, namun ada baiknya
untuk tidak terlalu sering melakukannya karena cukup mengganggu telinga kita sendiri
maupun orang-orang di sekitar kita.
f. 70 dB
Contoh dari kebisingan dalam skala 70 dB adalah mesin penyedot debu. Disadari atau
tidak, sebenarnya suara mesin penyedot debu ini cukup mengganggu pendengaran ketika
mesin menyala. Maka, ada baiknya menggunakan penutup telinga jika sedang
mengoperasikan mesin penyedot debu, apalagi bagi orang yang rutin menggunakannya
untuk membersihkan rumah.
g. 80 dB
Kebisingan dengan intensitas 80 dB seringkali kita dengar ketika kita berada di jalan raya,
baik sebagai pejalan kaki maupun sebagai pengendara. Jika kita berkendara dengan mobil
mungkin telinga kita masih bisa menolerir karena kita berada di dalam mobil yang tertutup.
Namun jika kita biasa berjalan kaki, bersepeda, atau menggunakan sepeda motor sehari-
hari, maka telinga kita akan lebih terpapar suara bising yang biasa dikenal dengan polusi
suara. Jadi, jika kita berada di jalan raya untuk menuju tempat beraktivitas sehari ada
baiknya kita menggunakan earmuff atau penutup telinga untuk melindungi pendengaran
kita.
h. 90 dB
Suara diatas 80 dB adalah suara yang sangat berpotensi untuk merusak pendengaran.
Untuk suara dengan intensitas 90 dB ini contohnya seperti mesin pemotong rumput atau
mesin untuk menghaluskan permukaan kayu. Dalam waktu singkat, jika telinga terpapar
suara ini, kita akan merasa sangat tidak nyaman. Bahkan pendengaran kita akan terasa
sakit jika telinga terpapar suara 90 dB secara terus-menerus selama 8 jam.
i. 100 dB
Contoh dari kebisingan dalam intensitas 100 dB adalah ketika kita bekerja di pabrik.
Suara-suara mesin didalam pabrik berpotensi untuk merusak pendengaran. Selain suara
mesin di dalam pabrik, mendengarkan musik dengan menggunakan earphone juga
termasuk suara dengan tingkat kekerasan suara 90dB.
2
j. 110 – 120 dB
Contoh suara dengan intensitas ini adalah suara musik dan teriakan-teriakan orang yang
ada di dalam diskotik. Suara tersebut sudah bisa merusak pendengaran kita hanya dalam 1
jam waktu paparan. Selain suara diskotik dan konser rock juga termasuk dalam kategori
suara 110-120 dB.
k. 130 dB
Kebisingan tingkat 130 dB merupakan ambang rasa nyeri pendengaran manusia.
Contohnya seperti suara pesawat yang akan tinggal landas, sirene, atau suara ledakan
kembang api..
Kemudian proses terjadinya suatu kebisingan tidak lepas dari berbagai macam kegiatan
yang dilakukan manusia pada suatu tempat tertentu. sehingga secara tidak langsung tempat
menjadi faktor yang perlu diperhatikan dalam menyikapi masalah kebisingan. Selain itu tempat
juga memiliki peran dalam mengatur kebisingan. Contohnya yaitu ketika seseorang sedang
berteriak di suatu ruangan tertutup, tentu kondisi kebisingan yang terjadi akan berbeda dengan
ketika seseorang berteriak diluar ruangan. Kemudian dari berbagai kejadian dalam kegiatan
sehari-hari, salah satu contoh tempat yang dapat menimbulkan kebisingan dari berbagai ragam
kegiatan manusia adalah area basement kampus 2.
Area basement kampus 2 yang ada saat ini, merupakan area/ tempat yang dipakai oleh
mahasiswa dalam menjalankan berbagai kegiatan antara lain:
a. Mengerjakan tugas secara individu
b. Mengerjakan tugas sambil berdiskusi dalam kelompok
c. Mengobrol dengan teman lainnya.
d. Berlalu-lalang di sekitar area basement.
e. Mengerjakan tugas sambil mendengarkan musik.
3
Gambar 1.2 Kegiatan mahasiswa berdiskusi & mengerjakan
Tugas secara berkelompok di sepanjang area basement
Sumber: Dokumentasi Penulis.
Kemudian dari beberapa kegiatan yang terjadi di area basement seperti yang ada pada
uraian dan gambar diatas, maka hal tersebut dapat dikategorikan sebagai faktor internal yang
memicu terjadinya kebisingan di area basement. Faktor internal dari kebisingan yang terjadi di
area basement dapat disebabkan oleh efek suara yang berasal dari percakapan diskusi antar
mahasiswa saat melakukan kegiatan kerja kelompok maupun saat mahasiswa mengerjakan
tugas sambil menyetel suara musik, selain itu, mahasiswa yang berlalu lalang sambil
mengoceh dengan teman lainnya dapat dikategorikan sebagai faktor internal.
Selain itu terdapat faktor eksternal lain diluar kebisingan yang terjadi di area basement
yaitu kebisingan yang datang dari kegiatan mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas di
laboratorium teknik sipil seperti suara mesin laboratorium dan suara alat perkakas lainnya, serta
kebisingan yang datang dari laboratorium teknobiologi, meskipun tidak berdampak secara
signifikan terhadap kondisi kenyamanan mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas di area
basement.
Kemudian untuk menciptakan suatu suasana yang mendukung mahasiswa dalam
mengerjakan tugas baik secara individu maupun berkelompok, maka dibutuhkan tingkat
kebisingan dengan batas maksimal yaitu 40 – 50 dB. Kebisingan yang terjadi di area basement
baik disebabkan oleh faktor internal maupun faktor eksternal, merupakan suatu problem dalam
menciptakan suatu suasana yang mendukung mahasiswa untuk mengerjakan tugas di area
4
basement baik secara individu maupun berkelompok. Sehingga kebisingan yang disebabkan
oleh faktor internal dan eksternal tersebut dapat berpotensi mempengaruhi psikologis
mahasiswa yang berimbas pada penurunan tingkat konsentrasi dalam mengerjakan tugas di
area basement baik secara individu maupun berkelompok.
Kebisingan yang terjadi di area basement kampus 2 disebabkan oleh faktor aktivitas
manusia. Aktivitas manusia yang terjadi di basement kampus 2 terdiri dari berbagai macam
antara lain: berjalan-jalan di sepanjang area basement, duduk berkumpul dan diskusi serta
duduk menunggu.
Dari berbagai aktivitas yang terjadi di area basement kampus 2, terdapat pelaku kegiatan
yang mempunyai kepentingan untuk berkonsentrasi mengerjakan tugas kuliah baik secara
individu maupun kelompok, yaitu adalah mahasiswa. Kemudian pada awalnya mahasiswa
yang berkepentingan di kampus 2 untuk mengerjakan tugas kuliah baik secara individu maupun
secara diskusi dalam kelompok, mereka dapat memanfaatkan ruangan khusus untuk dipakai
dalam kegiatan mengerjakan tugas secara individu maupun kelompok. Sementara itu area
basement yang sekarang ada ini dan dipakai oleh mahasiswa untuk mengerjakan tugas, dulunya
tidak berfungsi demikian, melainkan berfungsi sebagai tempat parkir kendaraan. Kemudian
lambat laun karena disebabkan oleh barbagai faktor tertentu, pada akhirnya area basement yang
semula berfungsi sebagai tempat parkir, kini berubah fungsi menjadi tempat untuk mahasiswa
dalam mengerjakan tugas kuliah, sehingga hal ini menimbulkan suatu perubahan kenyamanan
dari segi tata bunyi.
Kemudian setelah perubahan fungsi tempat itu terjadi , maka munculah permasalahan
yang dapat mengindikasikan gangguan bagi konsentrasi mahasiswa dalam mengerjakan tugas
kuliah yaitu kegiatan yang terjadi di area basement baik itu berjalan-jalan/ berlalu lalang,
kemudian saling ribut antar mahasiswa dalam berdiskusi hingga aktivitas yang terjadi di dalam
ruang laboratorium basement yang menyebabkan kebisingan semakin berpotensi mengganggu
mahasiswa yang mengerjakan tugas di area basement. Permasalahan kebisingan yang terjadi
di area basement kampus 2 tersebut dapat berakibat negatif terhadap kenyamanan mahasiswa
dalam hal produktivitas antara lain :
a. Konsentrasi
Konsentrasi merupakan aspek penting bagi setiap orang dalam menuntaskan suatu
pekerjaan. Apabila konsentrasi mulai terganggu maka orang tersebut akan mengalami
5
kemungkinan terpecah-pecah pikirannya sehingga pikirannya tidak terarah pada apa
yang harus dikerjakan melainkan mengarah pada kebisingan yang terjadi di tempat
orang itu berada.
b. Suasana hati
Suasana hati merupakan perasaan tentang masalah kenyamanan atau ketidaknyamanan
terhadap suatu kondisi/situasi yang sedang terjadi di tempat tertentu. apabila suasana
hati seseorang mulai terganggu karena disebabkan oleh faktor kebisingan, maka orang
tersebut tidak akan betah lagi untuk berlama-lama di tempat tersebut dalam
mengerjakan suatu tugas.
c. Semangat
Semangat merupakan suatu bentuk dorongan bagi seseorang untuk memulai suatu
pekerjaan secara maksimal dan menuntaskannya sampai akhir. Apabila semangat pada
diri seseorang mulai menurun, disebabkan oleh masalah kebisingan maka orang
tersebut akan merasa berat untuk memulai/melanjutkan pekerjaannya sehingga
performa kerja dari orang tersebut menjadi kurang maksimal.
Kemudian dari ketiga aspek tersebut, maka masing masing dari aspek tersebut seperti
konsentrasi, suasana hati dan semangat mempunyai pengaruh bagi produktivitas seseorang
dalam menuntaskan suatu pekerjaan. Sehingga ketiga aspek tersebut merupakan bagian dari
psikologis yang dimiliki oleh seseorang yang berdampak pada performa kerja dan
produktivitas, apabila salah satu dari ketiga aspek tersebut mengalami gangguan yang
disebabkan oleh masalah kebisingan maka psikologis yang dimiliki oleh orang tersebut juga
akan terganggu sehingga dapat menurunkan performa kerja dan produktivitas. Oleh karena itu
untuk membedah masalah kebisingan yang terjadi di area basement kampus 2, maka perlu
dilakukan penelitian tentang kebisingan di area basement kampus 2.
6
I.4 TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji masalah kebisingan yang terjadi di sepanjang
selasar basement kampus 2 dan menangkap respon pengguna terkait dengan kenyamanan
mereka dalam melakukan aktivitas terhadap kebisingan yang terjadi di selasar basement
kampus 2.
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang penjelasan mengenai latar belakang, latar belakang masalah,
pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, sasaran penelitian dan sistematika penulisan.
7
BAB III PENGUMPULAN DATA
Berisi tentang hasil pengamatan yang telah dilakukan selama proses penelitian
berlangsung baik melalui metode pengamatan, metode pengukuran dan metode survey
kuisioner yang membahas data terkait dengan masalah kebisingan.
BAB IV ANALISIS
Berisi tentang analisis dari data yang telah diperoleh dan membandingkannya
dengan tinjauan teori untuk mendapatkan suatu kesimpulan dan usulan pemecahan
masalah.
Berisi tentang sumber-sumber teori yang diperoleh dari buku, jurnal, artikel yang
mendukung tema penelitian.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan frekuensi tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga bunyi
maka bising dibagi dalam tiga kategori yaitu audible noise, occupational noise, dan
impuls noise (Gabriel JF, 1996)
9
bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak. Misalnya pukulan palu,
ledakan, mriam, tambakan bedil dan lain –lain.
10
Masking noice merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas. Secara
tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan pekerja,
karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.
3. Bising yang merusak (damaging/injurious noise)
Damaging noise adalah bunyi yang intensitasnya melampaui nilai ambang batas.
Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.
Sedangkan menurut Prasetyo dalam bukunya yang berjudul "Akuistik Lingkungan"
kebisingan dapat bersumber dari:
a. Bising dalam
Bising dalam yaitu sumber bising yang berasal dari manusia, bengkel mesin dan
alat-alat rumah tangga.
b. Bising luar
Bising luar yaitu sumber bising yang berasal dari lalu lintas, industri, tempat
pembangunan gedung dan lain sebagainya. Sumber bising dapat dibagi dua kategori
yaitu sumber bergerak seperti kendaraan bermotor yang sedang bergerak, kereta api
yang sedang melaju, pesawat terbang jenis jet maupun jenis baling-baling. Sumber
bising yang tidak bergerak adalah perkantoran, diskotik, pabrik tenun, gula
pembangkit listrik tenaga diesel dan perusahaan kayu [1] .
11
2. Media kebisingan
Faktor yang mempengaruhi kebisingan dilihat dari medianya, antara lain (Moller [2]):
a. Jarak
Gelombang bunyi memerlukan waktu untuk merambat. Gelombang bunyi
merambat melalui udara di permukaan bumi. Gelombang bunyi akan mengalami
penurunan intensitas karena gesekan dengan udara dalam perjalanannya.
b. Arah angin
Arah angin akan mempengaruhi besarnya frekuensi bunyi yang diterima oleh
pendengar. Arah angin yang menuju pendengar akan mengakibatkan suara
terdengar lebih keras, begitu juga sebaliknya.
c. Tingkat kerapatan tanaman
Tanaman penyerap pencemaran udara dan kebisingan adalah jenis tanaman
berbentuk pohon atau perdu yang mempunyai massa daun yang padat dan dapat
menyerap pencemar udara dari gas emisi kendaraan dan kebisingan.
3. Penerima kebisingan
Kerentanan suatu individu terhadap bising dipengaruhi beberapa faktor yaitu
(Emmerich [3] ):
a. Umur
Umur merupakan faktor yang cukup berpengaruh terhadap kerentanan pada
gangguan pendengaran akibat bising. Pada orang usia yang lebih tua akan menurun
pula ambang reflek akustik (Emmerich [3]).
b. Jenis Kelamin
Gangguan pendengaran yang terjadi pada laki-laki ambangnya lebih tinggi
disbanding pada perempuan (Kahari [4]).
c. Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi suatu individu rentan terpapar
bising, karena semakin tinggi pendidikan seseorang maka orang tersebut tingkat
respon terhadap lingkungan sekitar lebih tinggi (Bangun [5])
2
Moller.A., Hearing: Anatomy, Physiology, and Disorders of the Auditory System, 2nd edition, Elsevier’s Science,
United States of America, 2006.
3
Emmerich, Is the audiologic status of professional musicians a reflection of the noise exposure in classical orchestral
music. Eur Arch Otorhinolaryngol, London, 2008.
4
Kahari.K., Associations Between Hearing and Psychosocial Working Conditions in Rock/Jazz Musicians, Med Probl
of Art., America, 2003
5
Bangun, L., Kebisingan Lalu Lintas dan Hubungannya Dengan Tingkat Ketergangguan, Masyarakat, Institut Teknologi
Bandung Bandung, 2009
12
d. Pendapatan
Rendahnya pendapatan seseorang mengharuskan hidup secara hemat dengan
menekan biaya transport. Rata-rata penghasilan yang < Rp. 1000000 per bulan
mengharuskan mereka tinggal tidak jauh dari fasilitas umum yang ada khususnya
terminal, dari lamanya seseorang tinggal di daerah tersebut secara tidak langsung
mengakibatkan ketergangguan akibat bising yang ditimbulkan di area tersebut
(Bangun [5]).
5
Bangun, L., Kebisingan Lalu Lintas dan Hubungannya Dengan Tingkat Ketergangguan, Masyarakat, Institut Teknologi
Bandung Bandung, 2009
13
II.6 ZONA DAN BAKU KEBISINGAN
Berdasarkan Permenkes No.718/Men.Kes/Per/XI/1987, yang disebut dengan
kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu
dan atau membahayakan kesehatan. Dalam menentukan efek kebisingan terhadap
kesehatan maka dibedakan beberapa zona dimana kebisingan akan memberikan efek
pada kesehatan manusia sesuai dengan lokasi kebisingan. Permenkes tersebut
menyebutkan ada 4 zona, yaitu:
Zona A, adalah zona bagi tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan kesehatan
atau sosial dan sejenisnya.
Zona B, adalah zona bagi tempat perumahan, tempat pendidikan, rekreasi dan
sejenisnya.
Zona C, adalah zona bagi perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar dan sejenisnya
Zona D, adalah zona bagi industri, pabrik, stasiun kereta api, terminal bis dan
sejenisnya.
14
II.7 NILAI AMBANG BATAS KEBISINGAN
NAB kebisingan adalah angka dB yang dianggap aman untuk sebagian besar
tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu.
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. SE-
01/MEN/1978, Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas
tertingi dan merupakan nilai rata – rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus menerus tidak
lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya.
15
II.8 ALAT UKUR KEBISINGAN
Alat-alat untuk mengukur tingkat kebisingan [6] adalah:
a. Sound Level Meter
6
Gabriel, J.F. Fisika Lingkungan. Jakarta : EGC, 1999.
16
d. Tape Recorder Kualitas tinggi
17
f. Noise Logging Dosimeter
Alat ini untuk menganalisa, kebisingan dalam waktu 24 jam dan dianalisa
dengan menggunakan komputer sehingga didapatkan grafik tingkat
kebisingan.
7
Soeripto, Berbagai Penyakit yang ditimbulkan Akibat Kerja. Jakarta. 1996.
18
Pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat mengganggu lebih-lebih
yang terputus-putus atau yang datangnya secara tiba-tiba. Gangguan dapat terjadi
pada peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, basa metabolisme,
konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada tangan dan kaki dapat
menyebabkan pucat dan gangguan.
b. Gangguan psikologis
c. Gangguan komunikasi
Resiko potensial terhadap pendengaran terjadi apabila komunikasi
pembicaraan harus dijalankan dengan berteriak. gangguan ini dapat
menimbulkan terganggunya pekerjaan dan kadang-kadang mengakibatkan salah
pengertian yang secara tidak langsung dapat menurunkan kualitas dan kuantitas
kerja. Agar pembicaraan dapat dimengerti dalam lingkungan bising, maka
pembicaraan harus diperkeras dan harus dalam kata dan bahasa yang mudah
dimengerti oleh penerima.
Dalam ruangan kerja yang bising, pekerja akan berhubungan pada jarak
yang dekat, yaitu kira-kira 1 m. Pada jarak ini komunikasi dapat dicapai dengan
suara normal apabila backround noise paling tinggi 78 dB. Balas maksimal
kebisingan dalam ruang kerja adalah 62 dB, pada level ini komunikasi masih
bias berlangsung pada.jarak 2 m.
d. Gangguan pendengaran
Gangguan pada fungsi pendengaran dibagi menjadi tiga bagian yaitu;
Trauma akustik, Temprary Treshold Shift dan Permanent Treshold shift.
19
Trauma akustik adalah kerusakan organ pendengaran seperti pecahnya
gendang telinga, rusaknya tulang-tulang pendengaran, gangguan sel-sel rambut
pada telinga, bagian dalam dan kerusakan sel-sel sensorik pendengaran.
Kerusakan ini timbul akibat pemaparan kebisingan dengan intensitas
yang terlalu tinggi, seperti suara ledakan meriam, pukulan palu yang sangat
keras, mesin tempa di perusahaan. Jika seseorang bekerja di lingkungan bising,
maka akan mengalami penurunan daya dengar. Penurunan ini dapat terjadi
selama beberapa menit, beberapa jam atau beberapa hari Penurunan ini bersifat
sementara.
Temporary Treshold shift Faktor-faktor yang mempengaruhi ketulian
sementara antara lain tingginya intensitas bunyi, lama pemaparan jenis
kebisingan dan kepekaan individu. Ketulian dapat dipulihkan kembali dengan
memberikan istirahat yang cukup pada telinga.
Pemaparan yang terus menerus berlangsung pada intensitas yang tinggi
maka akan menyebabkan penurunan pendegaran secara menetap. Penurunan
pendengaran ini disebabkan karena destruksi sel-sel rambut yang terdapat pada
koklea.
Permanent Treshold shift. adalah pergeseran permanen di ambang
pendengaran. Ini dapat terjadi tiba-tiba atau berkembang secara bertahap dari
waktu ke waktu. Pergeseran ambang batas permanen menyebabkan gangguan
pendengaran permanen. Pergeseran ambang permanen dapat disebabkan oleh
paparan kebisingan. Penyebab umum lainnya adalah usia. Kita semua kehilangan
pendengaran saat kita menua dan kehilangan pendengaran adalah konsekuensi
alami dari bertambahnya usia. Pergeseran ambang permanen juga dapat terjadi
sebagai akibat dari penyakit, infeksi atau obat-obatan. Ini dapat diwariskan atau
menjadi hasil dari kerusakan fisik pada telinga atau kepala.
20
Kemudian Kebisingan dapat menimbulkan gangguan bila tidak ditangani
dengan baik. Sehubungan dengan itu perlu dibuat program pengedalian kebisingan
yang komprehensif menurut Suma'mur, pengendalian kebisingan itu antara lain:
a. Pengurangan kebisingan
Pengalaman menekankan bahwa modifikasi mesin atau bangunan untuk
maksud pengurangan kebisingan adalah sangat mahal dan kurang efektif maka
dari itu perencanaan sejak semula adalah paling utama menurut Mukono
pengawasan kebisingan dapat berupa kegiatan sebagai berikut pemeriksaan
kebisingan secara berkala baik di lapangan maupun di laboratorium,
menganalisis hasil pemeriksaan merumuskan saran dan pemecahan masalah
berdasarkan pemeriksaan dan analisis hasil.
b. Penempatan penghalang pada jalan transmisi
Isolasi mesin adalah usaha yang baik mengurangi kebisingan Untuk itu
perencanaan harus sempurna dan bahan-bahan yang dipakai harus mampu
menyerap suara. Bahan-bahan penutup harus dibuat cukup berat dan lapisan dari
bahan yang menyerap suara.
21
Misalnya glasswool, mineral wool, foam. Bisa berwujud sebagai material yang
berdiri sendiri atau digabungkan menjadi sistem absorber (fabric covered
absorber, panel absorber, grid absorber, resonator absorber, perforated panel
absorber, acoustic tiles, dsb).
b. Bahan Pemantul Suara (reflektor) yaitu permukaan yang terbuat dari material
yang bersifat memantulkan sebagian besar energi suara yang datang kepadanya.
Pantulan yang dihasilkan bersifat spekular (mengikuti kaidah Snelius yaitu sudut
datang = sudut pantul). Contoh bahan ini misalnya keramik, marmer, logam,
aluminium, gypsum board, beton, dsb.
c. Bahan pendifuse/penyebar suara (diffusor) yaitu permukaan yang dibuat tidak
merata secara akustik yang menyebarkan energi suara yang datang kepadanya.
Misalnya QRD diffuser, BAD panel, diffsorber dsb.
22
II.11 CONTOH KUESIONER KEBISINGAN
23
24
25
26
BAB III
METODE PENELITIAN
27
B. ALAT DAN BAHAN
Alat dan jumlah yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan penelitian kebisingan
di area basement kampus II UAJY adalah sebagai berikut :
No. Alat Jumlah Fungsi
1. Sound Level Meter 1 Untuk mendapatkan data terkait
dengan tingkat kebisingan berupa
angka.
2. Tripod 1 Sebagai penopang SLM agar hasil
pengukuran akurat
3. Kamera 1 Sebagai dokumentasi kegiatan
Tabel 3.1 Peralatan yang dibutuhkan
untuk kegiatan penelitian
Sumber : Dokumentasi Penulis
C. WAKTU PENGUKURAN
Waktu pengukuran kebisingan akan dilakukan dalam waktu minimal 1 minggu yaitu
terhitung mulai dari tanggal 26 November 2018 sampai dengan tanggal 30 November
2018. Kemudian pelaksanaan kegiatan pengukuran akan dilakukan pada jam
kerja/operasional di kampus 2 yaitu dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Sesi 1 : Pukul 07:00 – Pukul 09:30
b. Jeda Sesi 1 – Sesi 2 : Pukul 09:30 – Pukul 10:00
c. Sesi 2 : Pukul 10:00 – Pukul 12:30
d. Jeda Sesi 2 – Sesi 3 : Pukul 12:30 – Pukul 13:00
e. Sesi 3 : Pukul 13:00 – Pukul 15:30
f. Jeda Sesi 3 – Sesi 4 : Pukul 15:30 – Pukul 16:00
g. Sesi 4 : Pukul 16:00 – Pukul 18:30
28
Kemudian berdasarkan ketentuan dari KEPMENLH No. 48 /MenLH / 11 / 1996.
Maka pengukuran dilakukan sebanyak 12 kali untuk satu titik dan dilakukan pada jam
yang berbeda (08:00 – 20:00)
D. METODE PENGUKURAN
1. PENEMPATAN ALAT
Penempatan alat penelitian akan ditempatkan pada titik lokasi yang ada di area
basement kampus II, tepatnya pada bagian area selasar yang dipakai untuk berlalu-
lalang.
29
a. Wilayah A : terletak di bagian depan basement
b. Wilayah B : terletak di bagian tengah basement (sedikit ke depan)
c. Wilayah C : terletak di bagian tengah basement (sedikit ke belakang)
d. Wilayah D : terletak di bagian belakang basement
Untuk jumlah pengambilan data pada setiap segmen, maka kegiatan
pengambilan data dilakukan sebanyak 12 kali berdasarkan ketentuan dari
KEPMENLH No. 48 /MenLH / 11 / 1996.
2. PENGAMBILAN DATA
Pengambilan data dilakukan dengan 2 cara yaitu melalui alat ukur berupa sound
level meter untuk memperoleh data berupa angka dan melalui survey kuisioner
yang ditujukan kepada pengguna basement kampus 2 baik mahasiwa maupun non
mahasiswa untuk memperoleh data berupa kalimat. Kemudian berdasarkan
ketentuan dari KEPMENLH No. 48 /MenLH / 11 / 1996, pengambilan data tingkat
kebisingan berupa angka adalah sebagai berikut :
1) Menggunakan Tripod, atau penopang lain agar alat berdiri stabil
2) Tinggi alat 1.2 meter
3) SLM di-set pada kondisi slow response, dBA
4) Pengukuran adalah selama 10 menit dan pengambilan data adalah tiap 5 detik.
Sehingga diperoleh 120 data untuk satu kali pengukuran.
5) Pengukuran dilakukan sebanyak 12 kali untuk satu titik dan dilakukan pada jam
yang berbeda (08:00 – 20:00)
E. PENGOLAHAN DATA
Penglolahan data yang dilakukan setelah mendapatkan data melalui rangkaian
kegiatan dari pengukuran dengan instrument serta dengan kuisioner, adalah dengan
cara mengumpulkan data melalui dokumentasi/catatan, yang disajikan dalam bentuk
tabel.
- Pengolahan data dengan alat ukur kebisingan (data berupa angka)
Setelah melakukan kegiatan pengukuran kebisingan dengan alat ukur dan membuat
dokumentasi berupa catatan yang disajikan dalam bentuk tabel, Kemudian
melakukan analisis data dengan melakukan pencarian nilai Leq, L90, L10. Setelah
mendapatkan hasil dari analisis data, kemudian hasil dari analisis data tersebut
digunakan sebagai bahan untuk studi komparasi dengan baku tingkat kebisingan
30
menurut peraturan menteri negara lingkungan hidup tahun 1996 dan Standar
menurut US Department of Housing and Urban Development.
- Pengolahan data melalui kegiatan survey kuisioner (data berupa huruf/kalimat)
Setelah mendapatkan data melalui kegiatan survey kuisioner, kemudian data
tersebut diolah sesuai dengan hasil jawaban dari pertanyaan yang berhubungan
dengan masalah kebisingan dan pengaruhnya terhadap produktivitas mahasiswa di
basement kampus 2. Kemudian dilakukan pengelompokan berdasarkan jumlah
responden yang menjawab “setuju” atau “tidak setuju” terhadap suatu pertanyaan
seputar masalah kebisingan yang disajikan dalam bentuk tabel untuk mendapatkan
suatu kesimpulan sementara sebagai bahan komparasi dengan hasil pengolahan data
yang menggunakan alat ukur kebisingan (data berupa angka) untuk mencapai
kesimpulan final terkait dengan pengaruh kebisingan terhadap performa dan
produktivitas mahasiswa di basement kampus 2.
31
III. 3 METODE ANALISIS DATA PENGUKURAN KEBISINGAN
Metode analisis data pengukuran kebisingan dilakukan dengan cara antara lain :
1. Mengumpulkan data kuantitatif (data berupa angka) melalui kegiatan
pengukuran sebanyak 4 kali di setiap wilayah di basement dengan menggunakan
alat ukur sound level meter (SLM).
2. Setelah semua data dari pengukuran setiap wilayah terkumpul, kemudian data
tersebut direkap dengan table di Microsoft Excel dan dihitung nilai L1, L10, L50,
L90, LEQ dan LNP.
3. Kemudian setelah diperoleh hasil perhitungan nilai LEQ yaitu sebagai indikator
kebisingan kontinyu dan LNP sebagai indikator dari indeks polusi kebisingan,
maka nilai LEQ dan LNP tersebut dikomparasikan dengan baku tingkat
kebisingan menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup tahun 1996
dan Standar LNP menurut US Department of Housing and Urban Development,
untuk mendapatkan suatu kesimpulan.
32
BAB IV
ANALISIS DATA PENGUKURAN
33
DATA PENGAMATAN JUMLAH MAHASISWA PER SEGMEN DI BASEMENT SELAMA
2 HARI (RABU-KAMIS)
Segmen
2 20 9 12 20 19 21 20
Segmen
3 6 25 7 12 10 12 3
Segmen
4 25 31 17 49 14 28 26
Tabel 4.1 Pemilihan Rentang Waktu Pengukuran Berdasarkan Pengamatan Jumlah Mahasiswa
di Setiap Wilayah/ Segment
60
50
40
30
20
10
0
Pukul 07:00 - Pukul 09:30 - Pukul 10:00 - Pukul 12:30 - Pukul 13:00 - Pukul 15:30 - Pukul 16:00 -
09:30 10:00 12:30 13:00 15:30 16:00 18:30
Sesi 1 Jeda Sesi 1 - Sesi 2 Jeda Sesi 2 - Sesi 3 Jeda Sesi 3- Sesi 4
Sesi 2 Sesi 3 Sesi 4
34
4.1.1 DATA PENGUKURAN KEBISINGAN
PENGUKURAN KE 1
MENIT
DETIK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5 72 73 72 74 70 72 70 64 68 71
10 70 78 75 74 73 70 70 66 69 67
15 71 70 75 66 67 65 71 70 67 64
20 74 72 68 71 70 71 65 77 62 73
25 74 74 65 70 70 71 65 78 62 67
30 71 73 74 69 67 67 63 70 67 69
35 72 70 71 68 64 69 61 69 73 70
40 73 69 69 70 68 67 69 67 72 65
45 75 73 69 66 69 67 67 70 68 62
50 68 77 72 72 69 65 69 72 76 66
55 72 78 72 70 65 72 75 74 68 64
60 72 69 71 67 68 88 66 74 70 65
Data pengukuran kebisingan di wilayah A yang ditampilkan pada tabel diatas merupakan sample
pengukuran yang diambil dari 4 kali pengukuran yang berlangsung di wilayah A. Kemudian sample
pengukuran tersebut merupakan pengukuran pertama pada hari Selasa, 27 November 2018 yang
berlangsung selama 10 menit dan memiliki 12 data dalam setiap menit (12 data/menit) ,yang mana
setiap data tersebut diambil sekali selama 5 detik (1 data/5 detik) sehingga didapatkan 120 data dalam
satu kali pengukuran.
Tabel 4.3 Data L1, L10, L50, L90, LEQ, LNP dan Deviasi di Wilayah A
Sumber: Dokumentasi Pengukuran Penulis
35
Kemudian pada Tabel Rekap Segment 1 atau Tabel 4.1.1.a Data L1, L10, L50, L90, LEQ, LNP
dan Deviasi di Wilayah A, Tabel tersebut menunjukan bahwa hasil LEQ dan LNP yang diperoleh
tersebut, merupakaan hasil yang diperoleh melalui proses perhitungan sebagai berikut :
LEQ = L50 + 0,43( L1 - L50 )
LNP = LEQ + (2,56 x δ)
δ = Standar Deviasi
TANGGAL
PENGUKURAN Selasa, 27 November 2018
Jeda sesi 3 - Sesi 4 (Pukul 15:30 - 16:00), Pengambilan data (Pukul
WAKTU PENGUKURAN 15:34)
NAMA PENGUKUR Rendi Soeharyono Honggo Koeswoyo (130115016)
36
Data pengukuran kebisingan di wilayah B yang ditampilkan pada tabel diatas merupakan
sample pengukuran yang diambil dari 4 kali pengukuran yang berlangsung di wilayah B.
Kemudian sample pengukuran tersebut merupakan pengukuran pertama pada hari Selasa, 27
November 2018 yang berlangsung selama 10 menit dan memiliki 12 data dalam setiap menit (12
data/menit) ,yang mana setiap data tersebut diambil sekali selama 5 detik (1 data/5 detik), sehingga
didapatkan 120 data dalam 1 kali pengukuran.
Tabel 4.5 Data L1, L10, L50, L90, LEQ, LNP dan Deviasi di Wilayah B
Sumber: Dokumentasi Pengukuran Penulis
Kemudian pada Tabel Rekap Segment 2 atau Tabel 4.1.1.b Data L1, L10, L50, L90, LEQ, LNP
dan Deviasi di Wilayah B, Tabel tersebut menunjukan bahwa hasil LEQ dan LNP yang diperoleh
tersebut, merupakaan hasil yang diperoleh melalui proses perhitungan sebagai berikut :
37
4.1.1.c DATA PENGUKURAN KEBISINGAN DI WILAYAH C
TANGGAL
PENGUKURAN Selasa, 27 November 2018
Jeda sesi 1 - sesi 2 (Pukul 09:30 - 10:00), Pengambilan data (Pukul
WAKTU PENGUKURAN 09:50)
NAMA PENGUKUR Rendi Soeharyono Honggo Koeswoyo (130115016)
Data pengukuran kebisingan di wilayah C yang ditampilkan pada tabel diatas merupakan sample
pengukuran yang diambil dari 4 kali pengukuran yang berlangsung di wilayah C. Kemudian sample
pengukuran tersebut merupakan pengukuran pertama pada hari Selasa, 27 Novemver 2018 yang
berlangsung selama 10 menit dan memiliki 12 data dalam setiap menit (12 data/menit) ,yang mana
setiap data tersebut diambil sekali selama 5 detik (1 data/5 detik), sehingga didapatkan 120 data dalam
1 kali pengukuran.
Tabel 4.7 Data L1, L10, L50, L90, LEQ, LNP dan Deviasi di Wilayah C
Sumber: Dokumentasi Pengukuran Penulis
38
Kemudian pada Tabel Rekap Segment 3 atau Tabel 4.1.1.c Data L1, L10, L50, L90, LEQ, LNP
dan Deviasi di Wilayah C, Tabel tersebut menunjukan bahwa hasil LEQ dan LNP yang diperoleh
tersebut, merupakaan hasil yang diperoleh melalui proses perhitungan sebagai berikut :
39
Data pengukuran kebisingan di wilayah D yang ditampilkan pada tabel diatas merupakan
sample pengukuran yang diambil dari 4 kali pengukuran yang berlangsung di wilayah D. Kemudian
sample pengukuran tersebut merupakan pengukuran pertama pada hari Senin, 26 November 2018
yang berlangsung selama 10 menit dan memiliki 12 data dalam setiap menit (12 data/menit) ,yang
mana setiap data tersebut diambil sekali selama 5 detik (1 data/5 detik), sehingga didapatkan 120
data dalam 1 kali pengukuran.
Tabel 4.9 Data L1, L10, L50, L90, LEQ, LNP dan Deviasi di Wilayah D
Sumber: Dokumentasi Pengukuran Penulis
Kemudian pada Tabel Rekap Segment 4 atau Tabel 4.1.1.d Data L1, L10, L50, L90, LEQ, LNP
dan Deviasi di Wilayah D, Tabel tersebut menunjukan bahwa hasil LEQ dan LNP yang diperoleh
tersebut, merupakaan hasil yang diperoleh melalui proses perhitungan sebagai berikut :
40
4.2 ANALISIS DATA
Berdasarkan hasil dari pengukuran kebisingan dari setiap wilayah/segmen yang telah
dipaparkan pada sub-bab sebelumnya, maka diperoleh besaran dari nilai LEQ sebagai indikator
dari kebisingan kontinyu dan LNP sebagai indikator dari indeks polusi kebisingan. Kemudian
hasil dari LEQ dan LNP tersebut, akan digunakan sebagai bahan perbandingan dengan baku
standar kebisingan LEQ yaitu 55dB dan baku standar kebisingan LNP yaitu 74 dB.
Wilayah A
1 2 3 4
LEQ 73,44 68,15 67,48 64,34
LNP 83,66 75,27 75,36 70,89
Berdasarkan tabel pengukuran yang dilakukan pada wilayah A, maka dapat dijelaskan pada
uraian berikut ini :
a. Nilai LEQ : Nilai LEQ pada pengukuran pertama sampai pengukuran keempat pada wilayah
A hasilnya cenderung mengalami penurunan dari segi tingkat kebisingan bunyi. Hal ini
dapat dilihat pada tabel diatas.
b. Nilai LNP : Nilai LNP pada pengukuran pertama sampai pengukuran keempat pada wilayah
A juga hasilnya mengalami indikasi penurunan dari segi tingkat kebisingan bunyi.
41
Wilayah A
90,00
85,00
80,00
75,00
70,00
65,00
60,00
55,00
50,00
1 2 3 4
LEQ LNP
Grafik 4.1 Pergerakan nilai LEQ, dan LNP pada Wilayah A dari Pengukuran Pertama
Sampai Pengukuran Keempat.
Sumber: Dokumentasi Pengukuran Penulis
Grafik 4.2 Perbandingan nilai LEQ, dan LNP pada Wilayah A dari Pengukuran Pertama
Sampai Pengukuran Keempat Dengan Baku Standar Kebisingan
Sumber: Dokumentasi Pengukuran Penulis
Grafik diatas menunjukan bahwa adanya indikasi tren penurunan pada nilai LEQ dan LNP
di wilayah A yang terjadi dari pengukuran pertama sampai pada pengukuran keempat. Namun
hasil dari nilai pengukuran LEQ dan LNP pada wilayah A, jika dibandingkan dengan baku
standar kebisingan pada LEQ sebesar 55 dB dan LNP sebesar 74 dB, maka pada grafik diatas
menunjukan bahwa pengukuran LEQ dan LNP pada wilayah A baik dari pengukuran pertama
sampai pada pengukuran Keempat secara dominan memiliki hasil diatas baku standar LEQ dan
LNP.
Kemudian hasil pengukuran LEQ pada wilayah A baik dari pengukuran pertama sampai
pada pengukuran keempat yang menunjukan hasil antara lain : 73,44 dB, 68,15 dB, 67,48 dB
dan 64,34 dB memiliki hasil diatas baku standar LEQ yaitu 55 dB sehingga wilayah A dapat
42
dikatakan bising apabila ditinjau dari nilai LEQ. Sedangkan hasil pengukuran LNP pada wilayah
A yang menunjukan hasil antara lain: 83,66 dB, 75,27 dB, 75,36 dB, 70,89 dB secara dominan
memiliki hasil diatas baku standar LNP sebesar 74 dB, kecuali pengukuran keempat yaitu 70,89
dB. Sehingga secara dominan wilayah A dapat dikatakan bising jika ditinjau dari nilai LNP.
Wilayah B
1 2 3 4
LEQ 69,58 72,30 70,55 74,10
LNP 77,06 84,07 81,36 86,19
Berdasarkan tabel pengukuran yang dilakukan pada wilayah B, maka dapat dijelaskan
pada uraian berikut ini :
a. Nilai LEQ : Nilai LEQ pada pengukuran pertama sampai pengukuran keempat pada wilayah
B hasilnya cenderung fluktuatif namun secara garis besar mengalami kenaikan dari segi
tingkat kebisingan bunyi. Hal ini dapat dilihat pada tabel diatas.
b. Nilai LNP : Nilai LNP pada pengukuran pertama sampai pengukuran keempat pada wilayah
B juga hasilnya fluktuatif namun secara garis besar mengalami indikasi kenaikan dari segi
tingkat kebisingan bunyi.
Wilayah B
90,00
85,00
80,00
75,00
70,00
65,00
60,00
55,00
50,00
1 2 3 4
LEQ LNP
Grafik 4.3 Pergerakan nilai LEQ, dan LNP pada Wilayah B dari Pengukuran Pertama Sampai
Pengukuran Keempat.
Sumber: Dokumentasi Pengukuran Penulis
43
Grafik 4.4 Perbandingan nilai LEQ, dan LNP pada Wilayah B dari Pengukuran Pertama Sampai
Pengukuran Keempat Dengan Baku Standar Kebisingan
Sumber: Dokumentasi Pengukuran Penulis
Kemudian hasil pengukuran LEQ pada wilayah B baik dari pengukuran pertama sampai
pada pengukuran keempat yang menunjukan hasil antara lain : 69,58 dB, 72,30 dB, 70,55 dB
dan 74,10 dB memiliki hasil diatas baku standar LEQ yaitu 55 dB sehingga wilayah B dapat
dikatakan bising apabila ditinjau dari nilai LEQ. Sedangkan hasil pengukuran LNP pada wilayah
B yang menunjukan hasil antara lain: 77,06 dB, 84,07 dB, 81,36 dB, 86,19 dB berada diatas
baku standar LNP sebesar 74 dB, Sehingga secara dominan wilayah B dapat dikatakan bising
jika ditinjau dari nilai LNP.
Wilayah C
1 2 3 4
LEQ 69,36 69,44 68,33 70,96
LNP 75,36 77,66 75,99 80,35
44
Berdasarkan tabel pengukuran yang dilakukan pada wilayah C, maka dapat dijelaskan
pada uraian berikut ini :
a. Nilai LEQ : Nilai LEQ pada pengukuran pertama sampai pengukuran keempat pada wilayah
C hasilnya cenderung fluktuatif namun secara garis besar mengalami kenaikan dari segi
tingkat kebisingan bunyi. Hal ini dapat dilihat pada tabel diatas.
b. Nilai LNP : Nilai LNP pada pengukuran pertama sampai pengukuran keempat pada wilayah
C juga hasilnya fluktuatif namun secara garis besar mengalami indikasi kenaikan dari segi
tingkat kebisingan bunyi.
Wilayah C
90,00
85,00
80,00
75,00
70,00
65,00
60,00
55,00
50,00
1 2 3 4
LEQ LNP
Grafik 4.5 Pergerakan nilai LEQ, dan LNP pada Wilayah C dari Pengukuran Pertama Sampai
Pengukuran Keempat.
Sumber: Dokumentasi Pengukuran Penulis
Grafik 4.6 Perbandingan nilai LEQ, dan LNP pada Wilayah C dari Pengukuran Pertama Sampai
Pengukuran Keempat Dengan Baku Standar Kebisingan
Sumber: Dokumentasi Pengukuran Penulis
45
Grafik diatas menunjukan bahwa adanya pergerakan fluktuatif yang cenderung mengalami
tren kenaikan pada nilai LEQ dan LNP di wilayah C yang terjadi dari pengukuran pertama
sampai pada pengukuran keempat. Namun hasil dari nilai pengukuran LEQ dan LNP pada
wilayah C, jika dibandingkan dengan baku standar kebisingan pada LEQ sebesar 55 dB dan LNP
sebesar 74 dB, maka pada grafik diatas menunjukan bahwa pengukuran LEQ dan LNP pada
wilayah C baik dari pengukuran pertama sampai pada pengukuran Keempat secara dominan
memiliki hasil diatas baku standar LEQ dan LNP.
Kemudian hasil pengukuran LEQ pada wilayah C baik dari pengukuran pertama sampai
pada pengukuran keempat yang menunjukan hasil antara lain : 69,36 dB, 69,44 dB, 68,33 dB
dan 70,96 dB memiliki hasil diatas baku standar LEQ yaitu 55 dB sehingga wilayah C dapat
dikatakan bising apabila ditinjau dari nilai LEQ. Sedangkan hasil pengukuran LNP pada wilayah
C yang menunjukan hasil antara lain: 75,36 dB, 77,66 dB, 75,99 dB, 80,35 dB berada diatas
baku standar LNP sebesar 74 dB, Sehingga secara dominan wilayah C dapat dikatakan bising
jika ditinjau dari nilai LNP.
Wilayah D
1 2 3 4
LEQ 73,72 71,44 70,59 67,17
LNP 80,23 78,01 80,17 76,31
Berdasarkan tabel pengukuran yang dilakukan pada wilayah D, maka dapat dijelaskan
pada uraian berikut ini :
a. Nilai LEQ : Nilai LEQ pada pengukuran pertama sampai pengukuran keempat pada wilayah
D hasilnya mengalami penurunan dari segi tingkat kebisingan bunyi. Hal ini dapat dilihat
pada tabel diatas.
b. Nilai LNP : Nilai LNP pada pengukuran pertama sampai pengukuran keempat pada wilayah
D juga hasilnya fluktuatif namun secara garis besar mengalami indikasi penurunan dari segi
tingkat kebisingan bunyi.
46
Wilayah D
90,00
85,00
80,00
75,00
70,00
65,00
60,00
55,00
50,00
1 2 3 4
LEQ LNP
Grafik 4.7 Pergerakan nilai LEQ, dan LNP pada Wilayah D dari Pengukuran Pertama
Sampai Pengukuran Keempat.
Sumber: Dokumentasi Pengukuran Penulis
Grafik 4.8 Perbandingan nilai LEQ dan LNP pada Wilayah D dari Pengukuran Pertama
Sampai Pengukuran Keempat Dengan Baku Standar Kebisingan
Sumber: Dokumentasi Pengukuran Penulis
Grafik diatas menunjukan bahwa adanya pergerakan fluktuatif yang cenderung mengalami
tren penurunan pada nilai LEQ dan LNP di wilayah D yang terjadi dari pengukuran pertama
sampai pada pengukuran keempat. Namun hasil dari nilai pengukuran LEQ dan LNP pada
wilayah D, jika dibandingkan dengan baku standar kebisingan pada LEQ sebesar 55 dB dan LNP
sebesar 74 dB, maka pada grafik diatas menunjukan bahwa pengukuran LEQ dan LNP pada
wilayah D baik dari pengukuran pertama sampai pada pengukuran Keempat secara dominan
memiliki hasil diatas baku standar LEQ dan LNP.
Kemudian hasil pengukuran LEQ pada wilayah D baik dari pengukuran pertama sampai
pada pengukuran keempat yang menunjukan hasil antara lain : 73,72 dB, 71,44 dB, 70,59 dB
dan 67,17 dB memiliki hasil diatas baku standar LEQ yaitu 55 dB sehingga wilayah D dapat
dikatakan bising apabila ditinjau dari nilai LEQ. Sedangkan hasil pengukuran LNP pada wilayah
47
D yang menunjukan hasil antara lain: 80,23 dB, 78,01 dB, 80,17 dB, 76,31 dB berada diatas
baku standar LNP sebesar 74 dB, Sehingga secara dominan wilayah D dapat dikatakan bising
jika ditinjau dari nilai LNP.
48
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan data kebisingan yang diperoleh dan analisis dari Bab IV sebelumnya, maka
masing- masing wilayah di basement kampus 2 memiliki nilai LEQ dan LNP, yang mana nilai LEQ
dan LNP tersebut merupakan indikator dari indeks kebisingan kontinyu untuk (LEQ) dan indeks
polisi kebisingan untuk (LNP). Kemudian nilai LEQ dan LNP pada pengukuran pertama sampai
pada pengukuran keempat yang berlangsung di setiap wilayah, menunjukan hasil antara lain :
a. Wilayah A
- LEQ : 73,44 dB // 68,15 dB // 67,48 dB // 64,34 dB
- LNP : 83,66 dB // 75,27 dB // 75,36 dB // 70,89 dB
b. Wilayah B
- LEQ : 69,58 dB // 73,30 dB // 70,55 dB // 74,10 dB
- LNP : 77,06 dB // 84,07 dB // 81,36 dB // 86,19 dB
c. Wilayah C
- LEQ : 69,36 dB // 69,44 dB // 68,33 dB // 70,96 dB
- LNP : 75,36 dB // 77,66 dB // 75,99 dB // 80,35 dB
d. Wilayah D
- LEQ : 73,72 dB // 71,44 dB // 70,59 dB // 67,17 dB
- LNP : 80,23 dB // 78,01 dB // 80,17 dB // 76,31 dB
Kemudian apabila hasil tersebut dibandingkan dengan standar dari Peraturan MenKes No.
718/MenKes/Per/XI/87, dalam Lutfi, 1995 yang menyatakan bahwa :
49
dan US Department of Housing and Urban Development, yang menyatakan bahwa
Tabel 5.2 Standar LNP menurut US Department of Housing and Urban Development
Sumber : Akustika Bangunan, Mediastika, 2005
Maka dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh dari pengukuran pertama sampai pada
pengukuran keempat di semua wilayah basement menunjukan bahwa semua hasil LEQ dan LNP
yang diperoleh berada diatas baku standar kebisingan yang sudah ditetapkan oleh Peraturan
MenKes No. 718/MenKes/Per/XI/87, dalam Lutfi, 1995 dan Standar LNP menurut US
Department of Housing and Urban Development. Kecuali hasil yang diperoleh pada nilai LNP di
wilayah A pada pengukuran keempat yang menunjukan hasil sebesar 70,89 dB (Berada dibawah
batas maksimum LNP yang ditetapkan oleh US Department of Housing and Urban Development
yakni sebesar 74 dB).
5.2 SARAN
Untuk mencegah atau mengurangi tingkat kebisingan yang terjadi di basement kampus 2, maka
ada 3 aspek yang perlu diperhatikan :
a. Sumber Kebisingan
Menyangkut pada asal-usul kebisingan yang sedang terjadi di suatu tempat, biasanya hal
ini dapat diminimalisir dengan memperbesar jarak antara sumber kebisingan dengan
penerima kebisingan.
b. Media Kebisingan
Instrument Kebisingan yang terjadi, seperti suara mesin, suara music dari Handphone,
suara orang yang sedang berteriak, suara kendaraan, suara keramaian dan lain-lain. Biasanya
hal ini dapat diminimalisir dengan menggunakan beberapa alat penyerap suara/material
absorber seperti greenwool / glasswool
c. Penerima Kebisingan
Menyangkut masalah subjektivitas bagi para penerima kebisingan, biasanya hal ini
bersifat relative, karena pada suatu kondisi tertentu seperti saat ada 2 orang yang sedang
mengerjakan tugas di lokasi yang sama dengan background kebisingan yang sama, namun
yang satu merasakan tidak nyaman dengan kebisingan yang terjadi di lokasi tersebut
sedangkan yang satunya merasa nyaman dengan kondisi kebisingan yang terjadi di lokasi
50
tersebut. Hal ini biasanya dapat diantisipasi dengan menggunakan benda/alat pencegah
kebisingan yang bersifat dipakai secara langsung, contohnya seperti : earplug.
Kemudian kebisingan yang terjadi di basement kampus 2 disebabkan oleh 2 hal antara lain :
a. Sumber kebisingan
Sumber kebisingan yang terjadi di basement kampus 2, berasal dari aktivitas pengguna
basement pada saat melakukan kegiatan praktik di lab Teknobiologi dan lab Teknik Sipil
sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat kebisingan di area basement yang biasanya
dipakai oleh mahasiswa dalam mengerjakan tugas.
b. Media kebisingan
Media kebisingan yang terjadi di basement kampus 2, berasal dari suara keramaian
mahasiswa yang terjadi saat pergantian sesi kuliah.
Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah kebisingan yang terjadi di basement
kampus 2 adalah menyediakan “Cubicle” untuk mengisolasi para pengguna basement yang
mengerjakan tugas dari pengaruh kebisingan yang terjadi di basement kampus 2. Sehingga
dengan adanya usulan perancangan “Cubicle” tersebut, diharapkan dapat mengatasi masalah
kebisingan yang disebabkan oleh “sumber kebisingan” dan “media kebisingan”.
51
Usulan desain Cubicle pada gambar 5.1 Rekomendasi Ide Desain Cubicle diatas merupakan
desain cubicle yang terdiri dari 3 bagian yaitu :
a. Dinding Cubicle : Menggunakan material “Aluminium Composite Panel (ACP)”
b. Jendela Cubicle (Jendela Mati) : Menggunakan material kaca jenis “Double Glass”
52
c. Pintu Kaca : Menggunakan material kaca tempered & kusen aluminium
Keterangan material :
1. Dinding Cubicle : Menggunakan material “Aluminium Composite Panel (ACP)”. Karena
material ini merupakan material yang dapat mereduksi pengaruh kebisingan yang terjadi dari
luar. Berdasarkan sumber artikel di internet (https://isibangunan.com/mengenal-acp-
alternatif-material-untuk-dinding-luar-bangunan-anda.html) ada beberapa keunggulan
dalam pemakaian material (ACP) ini, salah satunya adalah “Apabila material ini digunakan
sebagai partisi atau sekat. Bias mengurangi kebisingan sehingga suasana bias menjadi lebih
nyaman dan tenang. Bahkan, ACP juga cocok jika dimanfaatkan sebagai bahan kanopi
karena dapat mengurangi hawa panas. ”
2. Jendela Cubicle : Menggunakan material kaca jenis “Double Glass” , karena material ini
merupakan material kaca yang dikhususkan untuk meredam kebisingan datau dapat disebut
dengan kaca kedap suara. Berdasarkan kebisingan atau dapat disebut dengan kaca kedap
suara. Berdasarkan sumber artikel (https://kacatempered.wordpress.com/2018/04/02/kaca-
double-glazing-insulated-glass-unit/) ada beberapa keuntungan dari pemakaian double glass,
salah satunya adalah : “Meningkatkan insulasi suara dengan menciptakan penghalang suara
antara ruangan tertentu dengan bagian luarnya, sehingga gangguan suara dari luar bias
diminimalkan. Studio music sangat cocok untuk aplikasi kaca double glazing ini.”
53
3. Pintu kaca : Merupakan pintu geser yang menggunakan material kaca jenis Tempered yang
dikombinasikan dengan kusen aluminium.
54
Tahap Modeling Tahap Visualisasi
55
DAFTAR PUSTAKA
Barros,CP., Peter U.C., Dieke. 2008. Choice valuation of traffic restrictions: Noise,
pollution, and congestion preferences: Transportation Research Part D 13
(2008): 347–350.
Kementerian Tenaga Kerja RI. 1999. Keputusan Menteri Tenaga Kerja, Nomor :
Kep- 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat
Kerja. Jakarta.
56
Mokhtar, M., Sahrul Kamaruddin., Zahid A. Khan., Zulquernain Mallick. 2007. A
Study Yhe Effect Of Noise On Industrial Workers in Malaysia: Jurnal
Teknologi Universitas Teknologi Malaysia. 59 (A) :17-30.
Sasongko, Dwi, P., Agus Hadiyarto., Sudarto P., Hadi. Nasio Asmorohadi., Agus
Subagyo. (2000): Kebisingan Lingkungan. Badan penerbit UNDIP
Semarang.
Suma’mur. 1995, Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja, PT. Gunung Agung,
Jakarta.
57
LAMPIRAN
MENIT
DETIK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5 73 64 65 68 66 68 65 63 66 64
10 63 68 70 67 65 65 71 62 68 63
15 65 69 68 66 66 65 66 68 66 63
20 69 70 63 65 67 65 67 60 64 67
25 68 68 69 63 68 66 66 63 63 61
30 70 66 66 66 68 65 68 63 61 70
35 70 69 71 67 66 62 61 60 64 68
40 67 68 69 68 65 65 61 65 65 66
45 62 64 67 68 68 62 64 63 60 66
50 60 68 71 71 71 65 66 61 65 64
55 65 66 69 70 66 68 67 66 64 64
60 67 70 69 65 65 64 67 66 66 69
Tabel I.1.a Data L1, L10, L50, L90, LEQ, LNP dan Deviasi di Wilayah A
Sumber: Dokumentasi Pengukuran Penulis
58
I.1.b Pengukuran ke- 3
MENIT
DETIK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5 65,5 66,6 66,9 62,1 65,6 61,5 59,8 65 72 69,3
10 67,7 65,6 63,9 62,1 62,8 63 59,3 63,7 64,3 67,8
15 63 62,6 71,4 60,9 60,9 63,6 63,1 65 67,9 63,7
20 65,3 68,6 68,9 67,7 64,2 67,8 64,9 63,1 67,1 69,1
25 61,5 62,7 69,1 60,8 62,7 64,6 67,2 65 65,6 61,6
30 62,8 64,1 60,6 61,7 61,7 64,8 60,6 65,3 66,7 63
35 61,5 61,1 65,5 61,5 62,3 64,8 65 66,9 62,1 70
40 65,1 60,9 61,1 63,7 63,1 67,8 62 71,3 62,4 60
45 59,6 67,1 64,3 61,8 62 66,5 67 64,6 63,2 65,7
50 60 60,8 66,6 63,2 66,1 62,2 70,2 64,4 65,9 77,1
55 60,6 65,9 61,3 61 63,5 61,3 69,6 63,3 65,5 68,4
60 64,4 65,9 62 61,8 65 62,3 66 63,7 63,8 69
Tabel I.1.b Data L1, L10, L50, L90, LEQ, LNP dan Deviasi di Wilayah A
Sumber: Dokumentasi Pengukuran Penulis
59
I.1.c Pengukuran ke- 4
MENIT
DETIK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5 66,3 61,7 60,8 59,9 61,1 61,2 61,6 63,2 67,8 58,8
10 61,5 60,1 66,7 59,5 66,5 64,6 60,6 61,5 63,3 61,1
15 66,1 62,3 64,3 61,6 65 62,5 65,1 58 66,1 65
20 61 62,2 64,6 61,8 61 59,9 60,3 65 61,8 62,9
25 64,1 60,2 67,7 59,1 68 59,9 59,5 62,8 61,1 59
30 62 62 63,3 62,7 59,7 59,4 58,6 59 61,5 64,3
35 66,5 59,3 62,9 66,3 61,4 65,3 59,7 59,8 71 63,2
40 60,5 60,2 60,8 59,7 66,3 58,6 57,8 65,9 66 62,3
45 65,4 61,3 62 64,4 60,5 59,6 59,5 65,8 62 62,3
50 63,1 60,2 65,8 62,9 61,4 59,3 61,7 65,1 61,6 59,8
55 60,2 61,5 65,4 63,4 60,8 60,9 59,8 63,9 61,8 61,2
60 61,5 61 60,9 66,1 60,5 60,6 61,6 59,2 62,8 59,8
Tabel I.1.c Data L1, L10, L50, L90, LEQ, LNP dan Deviasi di Wilayah A
Sumber: Dokumentasi Pengukuran Penulis
60
I.2 DATA PENGUKURAN KEBISINGAN DI WILAYAH B
I.2.a Pengukuran ke- 2
TANGGAL
PENGUKURAN Kamis, 6 Desember 2018
Jeda sesi 3 - sesi 4 (Pukul 15:30 - 16:00), Pengambilan data (Pukul
WAKTU PENGUKURAN 15:38)
NAMA PENGUKUR Rendi Soeharyono Honggo Koeswoyo (130115016)
Tabel I.2.a Data L1, L10, L50, L90, LEQ, LNP dan Deviasi di Wilayah B
Sumber: Dokumentasi Pengukuran Penulis
61
I.2.b Pengukuran ke-3
Tabel I.2.b Data L1, L10, L50, L90, LEQ, LNP dan Deviasi di Wilayah B
Sumber: Dokumentasi Pengukuran Penulis
62
I.2.c Pengukuran ke-4
Tabel I.2.c Data L1, L10, L50, L90, LEQ, LNP dan Deviasi di Wilayah B
Sumber: Dokumentasi Pengukuran Penulis
63
I.3 DATA PENGUKURAN KEBISINGAN DI WILAYAH C
Tabel I.3.a Data L1, L10, L50, L90, LEQ, LNP dan Deviasi di Wilayah C
Sumber: Dokumentasi Pengukuran Penulis
64
I.3.b Pengukuran ke- 3
Tabel I.3.b Data L1, L10, L50, L90, LEQ, LNP dan Deviasi di Wilayah C
Sumber: Dokumentasi Pengukuran Penulis
65
I.3.c Pengukuran ke -4
Tabel I.3.c Data L1, L10, L50, L90, LEQ, LNP dan Deviasi di Wilayah C
Sumber: Dokumentasi Pengukuran Penulis
66
I.4 DATA PENGUKURAN KEBISINGAN DI WILAYAH D
MENIT
DETIK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5 72 73 69 67 69 69 67 69 67 68
10 70 71 67 68 71 76 68 71 65 68
15 68 69 66 66 70 67 68 72 66 69
20 68 71 70 68 69 70 67 66 67 70
25 71 69 66 68 70 71 67 65 67 69
30 74 69 69 68 72 71 69 70 64 73
35 68 68 68 73 72 70 68 70 68 64
40 67 69 66 70 66 68 63 66 67 68
45 68 74 66 74 70 70 67 69 69 67
50 68 70 65 70 70 77 63 69 70 70
55 68 68 67 69 66 66 63 69 69 70
60 71 76 65 65 68 68 66 68 68 68
Tabel I.4.a Data L1, L10, L50, L90, LEQ, LNP dan Deviasi di Wilayah D
Sumber: Dokumentasi Pengukuran Penulis
67
I.4.b Pengukuran ke- 3
MENIT
DETIK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5 65,2 70,1 65,4 66,1 69,1 63,6 67 70,5 64,3 70,5
10 58,8 62 60,6 67,9 64,3 65 70,9 71 66,7 68
15 59,3 65,1 61,6 70,6 60,8 67,1 61,6 63,4 64 67,9
20 59,7 68,2 60,4 63 66,2 75,9 68,6 69 70,1 65,9
25 60,6 64 61,6 68,8 67,5 70,5 70,4 64,8 66,7 69,2
30 70,5 62 65 69,3 65,7 64,6 68,1 73 66 68,1
35 65,5 63 62,2 63,1 65,6 66,7 66,1 70,3 66,2 62,1
40 62,4 61,6 63,9 69,4 63,6 66,7 66,9 66,7 65,6 66,8
45 62,5 64,7 69,2 72,3 68,9 69,3 72,2 68,3 70,6 62,9
50 67,1 64,4 63,2 66,5 72,5 66,1 71,5 68,7 70,1 66,7
55 62,6 72,9 64,4 71,4 66,6 65,7 75,1 60,5 68,7 66,7
60 60,3 70 73,1 69,3 67,1 67,2 78,4 65 71 65,9
Tabel I.4.b Data L1, L10, L50, L90, LEQ, LNP dan Deviasi di Wilayah D
Sumber: Dokumentasi Pengukuran Penulis
68
I.4.c Pengukuran ke-4
MENIT
DETIK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5 65,9 68,8 65,7 60,3 67,6 58 66,7 65 57,3 60,6
10 66,5 65 62,2 60 61,9 64 65,7 60,5 68,3 62,5
15 79,6 66,8 61,9 65 60,1 62,8 67,3 63,8 68,6 63,7
20 69,1 68,7 66,5 59,3 64,4 58,2 69,1 65,6 62,1 61,9
25 66,6 66,1 63,9 61,5 64,4 66,8 65,6 66,8 65,2 62,9
30 65,8 70,9 66,2 63,1 60 65,5 63,6 61,6 66,8 61,2
35 66,6 69,8 65,2 60,3 51,6 67,3 64 60,8 63,7 67
40 61,9 65,8 61,8 65 58,3 63 65,1 65,2 66,3 61,7
45 66,6 70 65,2 66,5 60,1 64 66 71,4 69,5 61,2
50 70,2 62,5 67,4 62,1 57,2 60,2 61,4 62,6 64 63,7
55 64,4 68,7 68,3 61,1 60,8 60,8 68,1 64 62,6 60,6
60 64,1 64,1 62,1 61,9 65,6 61,4 66 63,4 63,2 62,9
Tabel I.4.c Data L1, L10, L50, L90, LEQ, LNP dan Deviasi di Wilayah D
Sumber: Dokumentasi Pengukuran Penulis
69
II. LAMPIRAN PERHITUNGAN DATA PENGUKURAN KEBISINGAN
70
e. Menit ke- 5 : - Detik ke 5 : 70 dB f. Menit ke- 6 : - Detik ke 5 : 72 dB
- Detik ke 10 : 73 dB - Detik ke 10 : 70 dB
- Detik ke 15 : 67 dB - Detik ke 15 : 65 dB
- Detik ke 20 : 70 dB - Detik ke 20 : 71 dB
- Detik ke 25 : 70 dB - Detik ke 25 : 71 dB
- Detik ke 30 : 67 dB - Detik ke 30 : 67 dB
- Detik ke 35 : 64 dB - Detik ke 35 : 69 dB
- Detik ke 40 : 68 dB - Detik ke 40 : 67 dB
- Detik ke 45 : 69 dB - Detik ke 45 : 67 dB
- Detik ke 50 : 69 dB - Detik ke 50 : 65 dB
- Detik ke 55 : 65 dB - Detik ke 55 : 72 dB
- Detik ke 60 : 68 dB - Detik ke 60 : 88 dB
71
Kemudian setelah semua data pengukuran di wilayah A tersebut terkumpul baik
dari pengukuran pertama sampai pada pengukuran ke 4 , maka selanjutnya dilakukan
perhitungan terkait dengan nilai L1, L10, L50, L90, LEQ dan LNP. Untuk mencari nilai LEQ,
maka rumus dari perhitungan nilai LEQ adalah :
sedangkan untuk mencari nilai LNP, maka rumus dari perhitungan nilai LNP adalah :
Tabel II.1 Tingkat kebisingan dan jumlah data yang muncul saat pengukuran
pertama di wilayah A
Sumber : Analisa Penulis
72
18 17
16
14 13 13
12
12
10 9
8 8 8
8 7
6 5
4 4
4 3 3
2
2 1 1 1 1
0
61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 88
dB dB dB dB dB dB dB dB dB dB dB dB dB dB dB dB dB dB dB
Diagram II.1 Tingkat kebisingan dan jumlah data yang muncul saat pengukuran
pertama di wilayah A
Sumber : Analisa Penulis
Berdasarkan tabel II.1 diatas, terdapat tingkat maksimum kebisingan yaitu sebesar : 88 dB dan
tingkat minimum kebisingan yaitu sebesar 61 dB. Kemudian untuk menentukan frekuensi maka
langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
: 88 dB - 61 dB
: 27 dB
73
No Interval Bising Nilai Tengah Frekuensi
1 61 dB – 63 dB 62 dB 5
2 64 dB – 66 dB 65 dB 17
3 67 dB – 69 dB 68 dB 33
4 70 dB – 72 dB 71 dB 39
5 73 dB – 75 dB 74 dB 19
6 76 dB – 78 dB 77 dB 6
7 79 dB – 81 dB 80 dB -
8 82 dB – 84 dB 83 dB -
9 85 dB – 87 dB 86 dB -
10 88 dB – 90 dB 89 dB 1
Tabel II.1 Interval kebisingan dan jumlah data yang muncul saat pengukuran
pertama di wilayah A
Sumber : Analisa Penulis
45
40
35
30
25
20
15
10
0
61 dB - 63 64 dB - 66 67 dB - 69 70 dB - 72 73 dB - 75 76 dB - 78 79 dB - 81 82 dB -84 85 dB - 87 88 dB - 90
dB dB dB dB dB dB dB dB dB dB
Frekuensi
Diagram II.1 Hubungan Interval kebisingan dan jumlah data yang muncul saat
pengukuran pertama di wilayah A
Sumber : Analisa Penulis
74
Kemudian dari grafik diatas, maka dapat dihitung luas area grafik tersebut,antara lain :
= 69,38 dB + 3,6636 dB
75
Sehingga LNP = LEQ + (2,56 x δ)
= 73,0436+ (2,56 x 3,993684)
= 73,0436 + 10,22
= 83,2636 dB (dibulatkan menjadi = 83,26 dB)
76
c. Menit ke-3 : - Detik ke 5 : 66 dB d. Menit ke-4 : - Detik ke 5 : 73 dB
- Detik ke 10 : 65 dB - Detik ke 10 : 72 dB
- Detik ke 15 : 64 dB - Detik ke 15 : 66 dB
- Detik ke 20 : 64 dB - Detik ke 20 : 70 dB
- Detik ke 25 : 61 dB - Detik ke 25 : 65 dB
- Detik ke 30 : 64 dB - Detik ke 30 : 67 dB
- Detik ke 35 : 68 dB - Detik ke 35 : 64 dB
- Detik ke 40 : 68 dB - Detik ke 40 : 67 dB
- Detik ke 45 : 64 dB - Detik ke 45 : 68 dB
- Detik ke 50 : 68 dB - Detik ke 50 : 66 dB
- Detik ke 55 : 66 dB - Detik ke 55 : 68 dB
- Detik ke 60 : 64 dB - Detik ke 60 : 64 dB
77
i. Menit ke-9 : - Detik ke 5 : 67 dB j. Menit ke-10 : Detik ke 5 : 71 dB
- Detik ke 10 : 67 dB - Detik ke 10 : 67 dB
- Detik ke 15 : 62 dB - Detik ke 15 : 64 dB
- Detik ke 20 : 64 dB - Detik ke 20 : 73 dB
- Detik ke 25 : 67 dB - Detik ke 25 : 67 dB
- Detik ke 30 : 66 dB - Detik ke 30 : 69 dB
- Detik ke 35 : 65 dB - Detik ke 35 : 70 dB
- Detik ke 40 : 68 dB - Detik ke 40 : 65 dB
- Detik ke 45 : 65 dB - Detik ke 45 : 62 dB
- Detik ke 50 : 65 dB - Detik ke 50 : 66 dB
- Detik ke 55 : 66 dB - Detik ke 55 : 64 dB
- Detik ke 60 : 71 dB - Detik ke 60 : 65 dB
Kemudian setelah semua data pengukuran di wilayah B tersebut terkumpul baik dari
pengukuran pertama sampai pada pengukuran ke 4 , maka selanjutnya dilakukan perhitungan
terkait dengan nilai L1, L10, L50, L90, LEQ dan LNP. Untuk mencari nilai LEQ, maka rumus
dari perhitungan nilai LEQ adalah :
sedangkan untuk mencari nilai LNP, maka rumus dari perhitungan nilai LNP adalah :
Tabel II.2 Tingkat kebisingan dan jumlah data yang muncul saat pengukuran pertama di wilayah B
Sumber : Analisis Penulis
78
20
18
18 17
16
16
14 14
14
12
10 9
8
8
6
6
4 4
4 3 3 3
2 1
0
61 dB 62 dB 63 dB 64 dB 65 dB 66 dB 67 dB 68 dB 69 dB 70 dB 71 dB 72 dB 73 dB 77 dB
Diagram II.2 Tingkat kebisingan dan jumlah data yang muncul saat pengukuran pertama di wilayah B
Sumber : Analisis Penulis
Berdasarkan tabel II.2 diatas, terdapat tingkat maksimum kebisingan yaitu sebesar : 77 dB dan
tingkat minimum kebisingan yaitu sebesar 61 dB. Kemudian untuk menentukan frekuensi maka
langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
79
No Interval Nilai tengah Frekuensi
1 61 dB – 62 dB 61,5 dB 8
2 63 dB – 64 dB 63,5 dB 20
3 65 dB – 66 dB 65,5 dB 30
4 67 dB – 68 dB 67,5 dB 32
5 69 dB – 70 dB 69,5 dB 17
6 71 dB – 72 dB 71,5 dB 9
7 73 dB – 74 dB 73,5 dB 3
8 75 dB – 76 dB 75,5 dB -
9 77 dB – 78 dB 77,5 dB 1
Total 120 Data
Tabel II.2 Interval kebisingan dan jumlah data yang muncul saat pengukuran pertama di wilayah B
Sumber : Analisa Penulis
35
30 32
30
25
20
20
15 17
10
9
8
5
3 1
0
61 dB - 62 63 dB - 64 65 dB - 66 67 dB - 68 69 dB - 70 71 dB - 72 73 dB - 74 75 dB - 76 77 dB - 78
dB dB dB dB dB dB dB dB dB
Frekuensi
Diagram II.2 Hubungan Interval kebisingan dan jumlah data yang muncul saat pengukuran pertama di
wilayah B
Sumber : Analisa Penulis
Kemudian dari grafik diatas, maka dapat dihitung luas area grafik tersebut,antara lain :
80
2(8+20+30) + 32. y = 0,5 (240)
116 + 32. y = 120
32. y = 4
y = 0,125
Sehingga L50 = 66 dB + 0,125 dB = 66,125 dB
81
II.3 PROSES PERHITUNGAN SECARA MANUAL DATA PENGUKURAN PERTAMA
KEBISINGAN DI WILAYAH C
82
e. Menit ke-5 : - Detik ke 5 : 66 dB f. Menit ke-6 : - Detik ke 5 : 70 dB
- Detik ke 10 : 71 dB - Detik ke 10 : 67 dB
- Detik ke 15 : 69 dB - Detik ke 15 : 67 dB
- Detik ke 20 : 70 dB - Detik ke 20 : 63 dB
- Detik ke 25 : 64 dB - Detik ke 25 : 66 dB
- Detik ke 30 : 66 dB - Detik ke 30 : 65 dB
- Detik ke 35 : 63 dB - Detik ke 35 : 65 dB
- Detik ke 40 : 65 dB - Detik ke 40 : 72 dB
- Detik ke 45 : 65 dB - Detik ke 45 : 64 dB
- Detik ke 50 : 64 dB - Detik ke 50 : 66 dB
- Detik ke 55 : 64 dB - Detik ke 55 : 67 dB
- Detik ke 60 : 66 dB - Detik ke 60 : 69 dB
83
Kemudian setelah semua data pengukuran di wilayah C tersebut terkumpul baik dari pengukuran
pertama sampai pada pengukuran ke 4 , maka selanjutnya dilakukan perhitungan terkait dengan
nilai L1, L10, L50, L90, LEQ dan LNP. Untuk mencari nilai LEQ, maka rumus dari perhitungan
nilai LEQ adalah :
sedangkan untuk mencari nilai LNP, maka rumus dari perhitungan nilai LNP adalah :
Tabel II.3 Tingkat kebisingan dan jumlah data yang muncul saat pengukuran pertama di wilayah C
Sumber : Analisis Penulis
30 28
26
25
20 18
15
15
10
10
4 5 4 4
5 2 1 1 1 1
0
62 dB 63 dB 64 dB 65 dB 66 dB 67 dB 68 dB 69 dB 70 dB 71 dB 72 dB 73 dB 74 dB 76 dB
Diagram II.3 Tingkat kebisingan dan jumlah data yang muncul saat pengukuran pertama di wilayah
C
Sumber : Analisis Penulis
84
Berdasarkan tabel II.3 diatas, terdapat tingkat maksimum kebisingan yaitu sebesar : 76 dB dan
tingkat minimum kebisingan yaitu sebesar 62 dB. Kemudian untuk menentukan frekuensi maka
langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
5 8
6 2 1 1
0
62 dB - 63 64 dB - 65 66 dB - 67 68 dB - 69 70 dB - 71 72 dB - 73 74 dB - 75 76 dB - 77
dB dB dB dB dB dB dB dB
Frekuensi
Diagram II.3 Hubungan Interval kebisingan dan jumlah data yang muncul saat pengukuran pertama
di wilayah C
Sumber : Analisa Penulis
85
Kemudian dari grafik diatas, maka dapat dihitung luas area grafik tersebut,antara lain :
Luas Area = 2(6+41+46+15+8+2+1+1) = 240
2(6) + 41. x = 0,1(240)
12 + 41. x = 24
41.x = 12
x = 0,2926
Sehingga L90 = 63 dB + 0,2926 dB = 63,2926 dB
2(6+41+46+15+8+2) + q = 0,99(240)
2(118) + q = 237,6
236 + q = 237,6
q = 1,6
Sehingga L1 = 73 dB + 1,6 dB = 74,6 dB
86
Kesimpulan : berdasarkan dari proses perhitungan manual pada pengukuran pertama di
wilayah C diatas, maka ditemukan nilai L90 = 63,2926 dB, L50 = 65,5652 dB, L10 = 69
dB, L1 = 74,6 dB, LEQ = 69,45 dB dan LNP = 75,45 dB
87
e. Menit ke-5 : - Detik ke 5 : 73 dB f. Menit ke-6 : - Detik ke 5 : 76 dB
- Detik ke 10 : 72 dB - Detik ke 10 : 74 dB
- Detik ke 15 : 73 dB - Detik ke 15 : 76 dB
- Detik ke 20 : 72 dB - Detik ke 20 : 72 dB
- Detik ke 25 : 76 dB - Detik ke 25 : 76 dB
- Detik ke 30 : 76 dB - Detik ke 30 : 75 dB
- Detik ke 35 : 73 dB - Detik ke 35 : 72 dB
- Detik ke 40 : 76 dB - Detik ke 40 : 76 dB
- Detik ke 45 : 75 dB - Detik ke 45 : 69 dB
- Detik ke 50 : 72 dB - Detik ke 50 : 75 dB
- Detik ke 55 : 74 dB - Detik ke 55 : 73 dB
- Detik ke 60 : 75 dB - Detik ke 60 : 77 dB
88
Kemudian setelah semua data pengukuran di wilayah D tersebut terkumpul baik dari pengukuran
pertama sampai pada pengukuran ke 4 , maka selanjutnya dilakukan perhitungan terkait dengan
nilai L1, L10, L50, L90, LEQ dan LNP. Untuk mencari nilai LEQ, maka rumus dari perhitungan nilai
LEQ adalah :
sedangkan untuk mencari nilai LNP, maka rumus dari perhitungan nilai LNP adalah :
Tabel II.4 Tingkat kebisingan dan jumlah data yang muncul saat pengukuran pertama di wilayah D
Sumber : Analisis Penulis
25
20
21
18
15
15 15
13
10 12
8
5 7
6
1 3 1
0
66 dB 67 dB 68 dB 69 dB 70 dB 71 dB 72 dB 73 dB 74 dB 75 dB 76 dB 77 dB
Diagram II.4 Tingkat kebisingan dan jumlah data yang muncul saat pengukuran pertama di
wilayah D
Sumber : Analisis Penulis
89
Berdasarkan tabel II.4 diatas, terdapat tingkat maksimum kebisingan yaitu sebesar : 77 dB dan
tingkat minimum kebisingan yaitu sebesar 66 dB. Kemudian untuk menentukan frekuensi maka
langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
45
39
40
35
27 28
30
25
20
14
15 10
10
5 1 1
0
65 dB - 66 67 dB - 68 69 dB - 70 71 dB - 72 73 dB - 74 75 dB - 76 77 dB - 78
dB dB dB dB dB dB dB
Frekuensi
Diagram II.4 Hubungan Interval kebisingan dan jumlah data yang muncul saat pengukuran pertama
di wilayah D
Sumber : Analisa Penulis
90
Kemudian dari grafik diatas, maka dapat dihitung luas area grafik tersebut,antara lain :
Luas Area = 2(1+10+14+39+27+28+1) = 2(120) = 240
2(1+10) + 14. x = 0,1(240)
2(11) + 14. x = 24
22 + 14. x = 24
14. x = 2
x = 0,1428
Sehingga L90 = 68 dB + 0,1428 dB = 68,1428 dB
91
Kesimpulan : berdasarkan dari proses perhitungan manual pada pengukuran pertama di
wilayah D diatas, maka ditemukan nilai L90 = 68,1428 dB, L50 = 71,7948 dB, L10 =
75,2142 dB, L1 = 75,9857 dB, LEQ = 73,59 dB dan LNP = 80,1 dB
III.1 Wilayah A
92
Gambar III.1 Data Pengamatan di Wilayah A
Sumber : Dokumentasi Penulis
Gambar III.2 Data Pengamatan di Wilayah B Gambar III.3 Data Pengamatan di Wilayah C
Sumber : Dokumentasi Penulis Sumber : Dokumentasi Penulis
III.4 Wilayah D
93
Gambar III.4 Data Pengamatan di Wilayah D
Sumber : Dokumentasi Penulis
94