Anda di halaman 1dari 7

2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Klasifikasi


2.1.1 Definisi
Tension-type Headache (TTH) adalah nyeri kepala bilateral yang menekan
(pressing/squeezing), mengikat, tidak berdenyut, tidak dipengaruhi dan tidak
diperburuk oleh aktivitas fisik, bersifat ringan hingga sedang, tidak disertai
(atau minimal) mual dan/ atau muntah, serta disertai fotofobia atau fonofobia.
Durasi nyeri kepala pada TTH adalah 30 menit sampai 7 hari (Anurogo,
2014).

2.1.2 Klasifikasi

TTH dapat dibagi menjadi beberapa sub klasifikasi :

a. TTH episodik yang jarang (infrequent episodic): 1 serangan per bulan


atau kurang dari 12 sakit kepala per tahun.
b. TTH episodik yang sering (frequent episodic): 1-14 serangan per bulan
atau antara 12 dan 180 hari per tahun.
c. TTH menahun (chronic): lebih dari 15 serangan atau sekurangnya 180
hari per tahun.

2.2 Etiologi

Faktor pemicu utama dari munculnya TTH adalah karena stres. Selain itu,
Buruknya upaya kesehatan diri sendiri (poor self-related health), tidak
mampu relaks setelah bekerja, gangguan tidur, tidur beberapa jam setiap
malam, dan usia muda adalah faktor risiko TTH. Pencetus TTH antara lain:
kelaparan, dehidrasi, pekerjaan/beban yang terlalu berat
(overexertion),perubahan pola tidur, caffeine withdrawal,dan fluktuasi
hormonal wanita (Anurogo, 2014).

Secara umum, klasifikasi penyebab dari TTH adalah :

a. Organik : tumor serebral, meningitis, hidrosefalus, dan sifilis


3

b. Gangguan Fungsional : kelelahan, anemia, gout, obesitas, intoksikasi


dan ketidaknormalan endokrin.

2.3 Patofisiologi

TTH adalah kondisi stress mental, non-physiological motor stress,


danmiofasial lokal yang melepaskan zat iritatif ataupun kombinasi dari ke tiganya
yang menstimuli perifer kemudian berlanjut mengaktivasi struktur persepsi supra
spinal pain, kemudian berlanjut lagi ke sentral modulasi yang masing-masing
individu mempunyai sifat self limiting yang berbeda-beda dalam hal
intensitas nyeri kepalanya (Febrina, 2015).

Ada dua mekanisme penting yang terjadi pada TTH, yaitu mekanisme Mekanisme
myofascial perifer berperan penting pada TTH episodik, sedangkan pada TTH
kronis terjadi sensitisasi central nociceptive pathways dan inadequate endogenous
antinociceptive circuitry (Febrina, 2015).

a. Seseorang yang rentan terhadap stres secara genetik menyebabkan elevasi


glutamat yang persisten. Glutamat yang dihasilkan oleh reseptor NMDA
mengaktivasi NFκB, yang memicu transkripsi iNOS dan COX-2.
Tingginya kadar nitric oxide menyebabkan vasodilatasi struktur
intrakranial, seperti sinus sagitalis superior, dan kerusakan nitrosative
memicu terjadinya nyeri dari beragam struktur lainnya seperti dura
(Anurogo, 2014)
b. Nyeri kemudian ditransmisikan melalui serabut-serabut C (serabut tak
bermyelin) dan neuron-neuron nociceptive Aδ (serabut bermeylin yang
dalam keadaan normal mengantarkan sensasi yang ringan (tidak merusak))
menuju dorsal horn dan nukleus trigeminal di TCC (trigeminocervical
complex.), tempat mereka bersinap dengan second-order neurons. Pada
rangsang noxious dan inocuous event,seperti misalnya proses iskemik,
stimuli mekanik, maka mediator kimiawi terangsang dan timbul
proses sensitisasi serabut Aα dan serabut C yang berperan menambah rasa
nyeri tekan pada tension type headache (Febrina, 2015)
c. Pada beragam sinap ini, terjadi konvergensi nosiseptif primer dan neuron-
neuron mekanoreseptor yang dapat direkrut melalui fasilitasi homosinaptik
4

dan heterosinaptik sebagai bagian dari plastisitas sinaptik yang memicu


terjadinya sensitisasi sentral (anurogo, 2014).
d. Pada tingkat molekuler, sinyal nyeri dari perifer menyebabkan pelepasan
beragam neuropeptida dan neurotransmiter (misalnya: substansi P dan
glutamat) yang mengaktivasi reseptor-reseptor di membran postsynaptic,
membangkitkan potensial-potensial aksi dan berkulminasi pada plastisitas
sinaptik serta menurunkan ambang nyeri (pain thresholds) (Anurogo,
2014)
e. Pericranial tenderness berkembang seiring waktu oleh recruitment serabut-
serabut C dan mekanoreseptor Aβ di sinap-sinap TCC, membiarkan
perkembangan allodynia dan hiperalgesia (Anurogo, 2014).

Gambar 2.1 Patofisiologi TTH (Anurogo, 2014)


5

Gambar 2.2 Step Tension Headache proses

2.4 Gejala Klinis


2.4.1 Anamnesa
Onset nyeri dari TTH dapat memberikan gambaran seperti berdenyut dan
terkadang seperti gambaran klinis dari migren. Kombinasi dari migren dan
TTH dapat memberikan durasi nyeri yang lebih lama,menetap dan lebih
berat.

Menurut HIS ( The International Headache Society) kriteria diagnostik TTH


adalah 2 dari 4 point dibawah ini :

a. Ditekan atau seperti diikat


b. Lokasi fronto-oksipital
c. Bilateral intensitasnya ± ringan atau sedang
d. Tidak bertambah berat dengan aktivitas fisik

Anamnesa pada pasien TTH sering ditemukan :

a. Durasi 30 menit sampai 7 hari


b. Tidak ada mual atau muntah (kadang terjadi anorexia)
c. Photophobia dan phonophobia
d. Minimal muncul 10 kali sakit kepala dalam sekali serangan, dan sakit
kepala dapat terjadi lebih dari 180 kali dalam satu tahun.
e. Bilateral
6

f. Gambaran nyeri fullness, tighting/ squeezing, pressure or bandlike


g. Kadang disertai stress emosional dan rasa cemas berlebihan
h. Insomnia
i. Otot tegang pada sekitar leher

Pemeriksaan Fisik

a. Vital sign normal


b. Pemeriksaan neurologis normal
c. Otot tegang dan nyei pada daerah perikranial (leher)
d. Nyeri pada penekanan arteri temporalis dan triger zone

Gambar 2.3 Lokasi nyeri pada TTH

Pricranial Tanderness

Pada palpasi manual gerakan memutar kecil dan tekanan kuat


dengan jari ke dua dan ke tiga di daerah frontal, temporal, masseter,
pterygoid, sternocleidomastoid, splenius, dan otot-otot trapezius, dijumpai
pericranial muscle tenderness, dapat dibantu dengan palpometer.
Pericranial tenderness dicatat dengan Total Tenderness Score. Menurut
referensi lain, prosedurnya sederhana, yaitu: delapan pasang otot dan
insersi tendon (yaitu: otot-otot masseter, temporal, frontal,
sternocleidomastoid, trapezius, suboccipital, processus coronoid dan
mastoid) dipalpasi. Palpasi dilakukan dengan gerakan rotasi kecil jari
kedua dan ketiga selama 4-5 detik. Tenderness dinilai dengan empat poin
(0,1,2, dan 3) di tiap lokasi (local tenderness score); nilai dari kedua sisi
7

kiri dan kanan dijumlah menjadi skor tenderness total (maksimum skor 48
poin). Penderita TTH diklasifi kasikan sebagai terkait (associated) (skor
tenderness total lebih besar dari 8 poin) atau tidak terkait (not associated)
(skor tenderness total kurang dari 8 poin) dengan pericranial tenderness
(Anurogo, 2014).

Gambar 2.4 Pericranial Tenderness (https://encrypted-


tbn0.gstatic.com)

2.5 Diagnosa

Terdapat dua dari poin dibawah ini :


a. Nyeri apabila ditekan
b. Sifatnya bilateral
c. Nyeri ringan atau sedang
d. Nyeri tidak berhubungan dengan aktivitas fisik

Satu atau lebih dari gejala dibawah ini :

a. Sensitif terhadap cahaya


b. Sensitif terhadap suara

Terkadang tidan disertai Nausea dan vomiting

Durasi antara 30 menit sampai 7 hari

2.6 Tatalaksana
8

Farmakologis

Obat-obat yang dapat digunakan dapat digolongkan dalam dua kelompok.


Pertama obat-obatan yang dinamakan “psychotropic drugs” yang mencakup
intensiolytics, anxiolityc, dan antidepresant. Dan kelompok kedua adalah
kelompok obat-obatan menghilangkan rasa sakit yaitu analgetik dan spasmolitika
(Sidharta, 2012)

Resep yang cocok untuk kebanyakan pasien dengan TTH adalah

- Meprobamate 100 mg
- Chlordiazepoxide 1 mg
- Diazepam 0,75 mg
- Chlorpromazine 2 mg
- Trifluoperazine 0,2 mg
- Amitriptyline 3 mg
- Caffein 40 mg
- Parasetamol 150 mg

Non farmakologis

Hindari stres, atau aktivitas yang dapat menimbulkan stres berlebihan.


Hindari faktor pencetus seperti tidur yang hanya beberapa jam setiap malam
dan tingkatkan dukungan keluarga terhadap pasien untuk menimbulkan
kondisi tertekan (stres) berlebihan pada pasien. Melakukan aktivitas fisik
seperti olahraga dan hindari makan-makanan yang mengandung lemak
(sidharta, 2012).

Anda mungkin juga menyukai