Disusun oleh:
2.1 Oleokimia
Oleokimia merupakan suatu bagian ilmu kimia yang mempelajari tentang
proses pengolahan asam lemak dan gliserol serta turunannya, baik yang diperoleh
dari minyak atau lemak maupun hasil sintesis. Oleokimia juga berarti senyawa
turunan minyak atau lemak yang dihasilkan melalui proses kimia, seperti
halnya bahan kimia petrokimia yang diturunkan dari minyak hidrokarbon.
Manfaat dari oleokimia adalah sumbernya yang bersifat terbarukan dan
kemampuan untuk diuraikan oleh alam yang relatif cepat dan mudah, serta dapat
diterima oleh lingkungan dengan baik.
Bahan dasar oleokimia diproduksi dari reaksi pemecahan atau pemisahan
dan reaksi lebih lanjut dari minyak atau lemak. Oleokimia yang paling utama
adalah gliserol, asam lemak, asam lemak metil ester, lemak alkohol, dan lemak
amina. Bahan baku dan turunan serta reaksi yang menyertainya diuraikan menurut
gambar di bawah ini.
berarti proses pemecahan lemak atau minyak (Trigliserida) menjadi Fatty Acid (Asam
lemak) serta gliserin sebagai produk samping, dengan menggunakan air (Proses hidrolisa)
dan atau menggunakan enzim. Secara tersirat dapat diketahui reaktan pada proses ini
adalah minyak (crude palm oil, palm kernel oil, serta coconut oil) atau lemak yang sudah
Adapun kegunaan dari proses “pemecahan lemak” ini adalah untuk menghasilkan asam
lemak dan gliserin sebagai produk samping. Sebagaimana kita ketahui bersama kedua
produk ini memiliki nilai jual lebih. Adapun asam lemak dapat juga dikatakan “basic
materi awal untuk sabun, medium-chain trigliserida, polyol ester, alkanoamida, dan
sebagainya.
Dalam pohon industri oleochemical, dapat kita lihat, proses fat splitting merupakan tahap
awal perkembangan industri oleo kimia. Proses fat splitting dapat dibagi menjadi 2
macam, yaitu jenis hydrolisa dan enzimatik, walaupun pada beberapa literatur dijelaskan
proses enzimatik merupakan bagian dari proses fat splitting secara hidrolisa. Dan pada
a. proses twitchell
b. proses batch autoklav
c. proses kontinu
d. enzimatik
Gambar 3. Ilustrasi Fat Splitting
Reaksinya dijelaskan menurut persamaan.
Dilakukan 2 – 4 kali
Lemak, air
H2SO4 1-2 %
Reagent Twitchell 0,75-1,25 %
Tong tahan
Asam Gliserin + air Gliserin
(wooden lead-lined)
Dipanaskan
lagi
Fatty acid
Fat, Water Catalyst : 2-4% (wased)
Zinc
Fatty acid
Gliserol
Steam
150-175oC
3. Proses Kontinu
Proses kontiniu merupakan proses pemisahan lemak dengan menggunakan
suhu dan tekanan yang tinggi. Proses pemisahan asam lemak lebih dikenal dengan
proses Coltage-Emery, merupakan metode yang paling efisien dalam hidrolisis
lemak. Suhu dan tekanan tinggi dipergunakan untuk mempercepat waktu reaksi.
Aliran counter current dipenuhkan oleh minyak dan air guna menghasilkan suatu
derajat pemisahan yang maksimal tanpa memerlukan katalis.
Menara pemisah merupakan bagian utama dari proses ini. Kebanyakan dari
menara pemisah mempunyai konfigurasi sama dan dioperasikan dengan cara yang
sama. Tergantung dari kapasitas, menara bisa berkapasitas pad diameter 508-1220
mm dengan tinggi 18-25 m dan terbuat dari bahan tahan korosi seperti baja
stainless 316 atau campuran logam yang dirancang untuk beroperasi pada tekanan
sekitar 5000 kPa.
current dari
P&G
sikloalifatik, aspergilus
dipakai niger
bersama-sama
Dan
dengan asam
rizopus
sulfat arrhizus
sebanyak 0.7-
1.25%
operasi
dan jenis
lemak
5. Uraian Proses
Pada prinsipnya pembuatan pemisahan lemak ini terbagi menjadi beberapa tahap :
1. tahap degumming
2. tahap hidrolisa
3. fatty acid distilation and fractionation opertion
4. tahap penguapan
Gambar 8. Tahap proses
terdiri dari phospotida, protein residu, karbohidrat, air, resin, lechitin, dimana
proses selanjutnya. Misalnya lechitin pada suhu tinggi dapat menghasilkan warna
gelap.
Biasanya proses ini dilakukan dengan cara dehidrasi gum dengan injeksi
asam pospat sehingga kotoran terbentuk mudah lepas dari minyak, kemudian
Hidrolisa lemak atau minyak untuk menghasilkan asam lemak dan gliserol
dilakuakan dengan merasakan air bertekanan dengan minyak atau lemak pada
menara splitting. Minyak dan air secara kontinu di alirkan ke splitting yang
beroperasi pada suhu 250oc dan tekanan 50 atm. Gliserol dapat larut dalam air
sedangkan asam lemak tidak larut, sehingga trigliserida terikat bersama asam
lemak merupakan bagian atas dari produk di menara splitting. Sedangkan gliserol
dan air berada di bottom menara. Reaksi yang terjadi bersifat endotermis
(memerlukan panas).
yaitu air. Hasil dari unit pemisahan ini diperkirakan menghasilkan produk gliserol
90,9%.
H H H H H H H
| | | | | | |
H – C – C = C- C- H + H2 H – C – C – C – C – C – H
| | | | | | |
H H H H H H H
PSOFA Hidrogen
Rumus H2Consumption(yang dibutuhkan)
= ( 34 – 0,6 ) x 8 m3/hour
= 267,2 Nm3/hour
Dimana:
Feed = laju umpan (m3/hour)
IV Raw Material
= sesuai spesifikasi PT
SOCIMAS IV Target
= sesuai spesifikasi PT
SOCIMAS
Contoh di RBDPS :
C18F1 = 25,9 jadi secara teori adalah
C18F2 = 6,4 IV = (1,8 x 6,4) + (0,9 x 25,9)
= 34,83
F-201
D-203
F-202
Earth
Yang harus diperhatikan pada saatsuatu peralatan beroperasi
seperti pompa, compressor dan lain- lain adalah sebagai berikut:
1. Pastikan tekanannya
2. Pastikan ampernya
3. Pastikan Cooler/Cooling Water peralatan tersebut berjalan dengan baik
4. Pastikan Steam Tressing bekerja dengan baik
87 – 88 %
#100 #200 #300
Splitting Distillation
3–5%
MAO
LE
LE
C16 : 70 – 75 %
C16 : 70 – 75 %
MAO
LE
D302
HE
D304
D308
Paramater yang dicek ke QC :
APHA, GC, IV, HS, Colori, Yi
Produk utama :
MAO
LE PRODUCT
MAO
C. Proses Granulasi (Granulation #800)
Granulasi adalah proses pengkristalan Fatty Acid dimana Fatty Acid liquid
(cair) berubah menjadi padat (solid) dalam bentuk butiran.
Parameter keberhasilan proses Granulasi #800 adalah butiran Fatty Acid padat
berbentuk bulat dan tidak mengandung air (lembab).
Proses ini sama seperti #800 hanya saja produk yang dihasilkan berbentuk
lempengan.
Dimana Fatty Acid yang berada pada wadahnya akan berputar mengikuti
putaran drum yang berisi air dingin dengan temperatur 12 -17oC dan Fatty Acid
akan menjadi solid dengan sendirinya yang disebabkan oleh air dingin tersebut,
maka Fatty Acid Solid akan membentuk ketebalan padadinding drumdan pada saat
ketebelan tertentu (sesuai yang diinginkan) Fatty Acid Solid akan terpotong oleh
pisau yang akan membentuk Fatty Acid Solid menjadi lempengan- lempengan.
Pisau
Produk yang
berbentuk
lempengan
Fatty Acid
II. Proses Pengolahan Glycerine (Gliserin) di PT. SOCIMAS
Hal yang harus dilakukan untuk memulai Proses Gliserin Pretreatment #710
- Pastikan SW di Decanter D-711 jernih/tidak keruh
- Pastikan temperatur pada E-711 70 oC
- Pastikan Filter Aidada pada tempatnya D-714 dan masuk/jatuh (3 sak/ shif)
- Pastikan Filter Presstidak tersumbat
FILTER PRESS
D-714 T-711
D-
711
B. Proses Gliserin Evaporasi (Glyce rine Evaporation #720)
Proses ini bertujuan untuk menguapkan air yang masih terkandung di SW hasil proses #710
sehingga diperoleh kadar Gliserin hingga 80%.
Pada proses ini menggunakan 3 buah evaporator(E-721, E-722, E-723) yang merupakan Multi
Effect Evaporator dengan cara Feed masuk tipe Forward Feed (umpan maju)
Karoten
Senyawa karoten adalah suatu senyawa yang larut didalam lemak, berwarna kuning sampai merah
di dalam minyak, sangat dipengaruhi oleh kematangan buah. β-Carotene pada
proses refinery sengaja dihilangkan untuk memperolah minyak goreng yang jernih
juga menghindari terjadinya degradasi β- carotene oleh panas, padahal β-carotene
merupakan pro-vitamin A dan juga sebagai antioksidan alami. Spesifikasi > 500
ppm.
P
r
Rifine Glycerine
o
d
u
c
t
R
G
99,8%
APHA 70 max
D. Proses Ion Exchanger (Ion Exchange r #770)
Ion exchange atau resin penukar ion dapat didefinisi sebagai senyawa
hidrokarbon terpolimerisasi, yang mengandung ikatan hubung silang (crosslinking)
serta gugusan-gugusan fungsional yang mempunyai ion- ion yang dapat
dipertukarkan. Sebagai zat penukar ion, resin mempunyai karakteristik yang berguna
dalam analisis kimia, antara lain kemampuan menggelembung (swelling), kapasitas
penukaran dan selektivitas penukaran. Penggunaannya dalam analisis kimia
misalnya untuk menghilangkan ion- ion pengganggu, memperbesar konsentrasi
jumlah ion-ion renik, proses deionisasi air atau demineralisasi air, memisahkan ion-
ion logam dalam campuran dengan kromatografi penukar ion. Pada saat operasi
dikontakkan dengan resin penukar ion, maka ion terlarut dalam air akan teresap ke
resin penukar ion dan resin akan melepaskan ion lain dalam kesetaraan ekivalen,
dengan melihat kondisi tersebut maka kita dapat mengatur jenis ion yang diikat dan
dilepas.
Sebagai media penukar ion, maka resin penukar ion harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
1. Kapasitas total yang tinggi. Maksudnya resin memiliki kapasitas pertukaran ion
yang tinggi.
2. Kelarutan yang rendah dalam berbagai larutan sehingga dapat berulang-ulang.
Resin akan beroperasi dalam cairan yang mempunyai sifat melarutkan, karena
itu resin harus tahan terhadap air
3. Kestabilan kimia yang tinggi. Resin diharapkan dapat bekerja pada range pH
yang luas serta tahan terhadap asam dan basa. Demikian pula terhadap oksidasi
dan radiasi.
4. Kestabilan fisik yang tinggi. Resin diharapkan tahan terhadap tekanan
mekanis, tekanan hidrostatis cairan serta tekanan osmosis.
Reaksi pada proses ion exchange bersifat reversibel dan stoikiometrik, dan
sama terhadap reaksi fase larutan yang lain. Sebagai contoh:
NiSO4 +Ca(OH)2 = Ni(OH)2 + CaSO4 (1)
Pada reaksi ini, ion nikel yang terdapat dalam larutan nikel sulfate ( NiSO4)
ditukar ion kalsium dari molekul calsium hidroksida (Ca(OH)2). Hal yang serupa
terjadi dimana resin yang mengandung ion hidrogen akan mengalami pertukaran
dengan ion nikel dalam larutan. persamaan reaksi sebagai berikut:
2(R-SO3H)+ NiSO4 = (R-SO3)2Ni + H2SO4 (2)
R mengindikasikan bagian organik resin dan SO3 adalah bagian yang non-
mobile dari kelompok ion aktif. Diperlukan 2 resin untuk ion nikel valensi 2 ( Ni+2).
Ion ferric bervalensi tiga akan memerlukan tiga resin.
Di dalam lingkup pengolahan logam, ion exchange biasanya menggunakan satu
kolom yang terdiri dari cation exchange bed dan diikuti dengan anion exchange
resin. Efluen biasanya merupakan larutan deionisasi yang dapat di recycle dalam
proses seperti rinse water.
Resin Ion Exchange
Unsur yang bersifat ion yang terdapat pada air limbah dapat mengalami
pertukaran dengan jenis resin tertentu, dengan demikian akan terjadi pertukaran
sampai resin mengalami kejenuhan. Resin diregenerasi melalui proses pelepasan
exchanged material dan mengkonsentrasikannya dalam pengurangan volume yang
banyak. Sebagai contoh, air limbah yang mengandung Cu digantikan dengan logam
lain yang tidak berbahaya seperti Sodium, efeknya adalah air limbah tersebut dapat
dibuang dan menempatkan Cu pada resin. Proses regenerasi resin akan melepaskan
Cu ke dalam suatu volume kecil konsentrat. Resin mungkin dibuat untuk menukar
jenis cationic atau anionic. Resin juga dimungkinkan untuk memindahkan substansi
khusus / spesifik seperti single metal dari aliran yang tercampur, tetapi hal ini
tergantung dari kondisi sekitar / lingkungannya.
Resin pada ion exchange digolongkan sebagai kation exchanger, yang mana
mempunyai ion positif yang mobile digunakan untuk exchange, dan anion
exchanger yang mempunyai ion negatif yang mobile. Resin anion dan kation
diproduksi dari dasar polimer organik yang sama. Perbedaan terdapat pada
kelompok ionizable yang terikat dengan jaringan / ikatan hidrokarbon. Golongan
fungsional ini yang menentukan perilaku kimia resin. Resin secara luas digolongkan
sebagai kation exchanger asam kuat (contoh SO3H dengan pK=1-2) atau asam
lemah (OH dengan pK=9-10) dan anion exchanger basa kuat (N+ dengan pK=1-2)
atau basa lemah (NH2 dengan pK=8-10).
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan logam – logam yang terdapat pada
gliserin yang umumnya berbahaya dan bersifat racun dengan menggunakan Kation
Resin dan Anion Resin.
Dimana Kation Resin menangkap ion- ion positif sedangkan Anion Resin
menangkap ion- ion negatif. Ada 3 kolom pada proses ini, yaitu kolom Anion Resin,
kolom Kation Resin dan kolom campuran (Anion Kation) (Mixed Bed). Untuk
mempercepat proses penangkapan ion, pada proses ini di tambahkan air yang
bersumber dari IW (Industrial Water) dan BW (Boiler Water) sehingga SW hanya
60%.
Regenerasi Resin
Regenerasi resin ini bertujuan untuk mengaktifkan ion H⁺ pada kolom,
dilakukan dengan menambahkan asam HCL 0,1M. Ketika larutan HCl 0,1M
dialirkan ke kolom resin maka ion- ion H⁺ akan terikat pada resin penukar ion. Saat
pengerjaan ini larutan HCl dijaga 1 cm tetap berada di atas resin sehingga resin
penukar ion tidak kering. Setelah itu dilakukan pembilasan resin de ngan
mengalirkan aquades ke dalam kolom untuk membilas kelebihan HCl. Pembilasan
oleh aquades dilakukan hingga cairan yang keluar dari kolom resin tidak lagi
mengandung ion-ion H⁺ artinya air keluaran harus bersifat netral (pH air yang
keluar = pH aquades = 6). Proses pembilasan juga dimaksudkan untuk
membersihkan kolom dari sisa-sisa HCl yang masih tertinggal di dalam kolom.
Reaksi regenerasi :
Ca (RSO3)2 + 2 HCl 2 RSO3H + CaCl2
Mg (RSO3)2 + 2 HCl 2 RSO3H + MgCl2
Na-RSO3 + HCl RSO3H + NaCl
(aktif kembali) (dibuang dari kolom)
HCl dan NaOH akan diregenerasi setiap 110 Ton yang memakan waktu selama
12 jam lamanya. Dan untuk pertama kalinya setelah diregenerasi 1 kali dalam 3
bulan d i berikan NaCl (Natrium Chlorida) (garam dapur) terlebih dahulu. Untuk
regenerasi HCL dipakai untuk C-711 (Cation Resin) dan untuk NaOH dipakai untuk
C-722 (Anion Resin) sedangkan untuk C-733 (Kation Anion) dipakai HCL NaOH.
Konsentrasi HCL = 38% dan NaOH = 48%
Paramter keberhasilan proses #770 adalah :
1. Condutivity < 1
2. APHA 15 max 3. Yi 2,8
C-733
C-771 C-772
Cation &
C-771
Kation resin pada C-771 adalah bermuatan negative sehingga ion- ion yang
bermuatan positif akan diikat sehingga glyserin yang dihasilkan terbebas dari ion
positif,
C-772
Anion resin pada C-772 adalah bermuatan positif sehingga ion- ion yang
bermuatan negative akan diikat dan glyserin yang dihasilkan terbebas dari ion-
ion negatif.
C-773
Kation dan Anion resin adalah glyserin yang telah mengalami proses ionisasi di
kation res in dan anion resin memungkinkan masih ada ion-ion yang berat yang
belum terikat, maka dilakukan mixer antara kation resin dengan anion resin
sehingga diharapkan glyserin akan terbebas dari ion-ion didalamnya
E. Proses Bleaching
Proses ini bertujuan untuk memperbaiki warna RG yang dihasilkan melalui
proses Ion Exchanger #770 sehingga mencapai APHA (The American Public Health
Association ) 5 maks dengan menggunakan karbon aktif. Adapun pemakaian kolom
pada proses #760 ini adalah hanya 1 kolom yang digunakan dan 2 standby.
Banyaknya karbon aktif mencapai 500 kg sehingga akan diperoleh gliserin dengan
konsentrasi mencapai 60%
Produk yang dihasilkan adalah Sinar GLUSP dengan APHA 5 max, L 99,8 min
dan persentase Gliserin mencapai 99,7 min
99,7%
BAB III
KESIMPULAN
1. Fat splitting (Pemecahan Lemak) adalah proses pemecahan lemak dengan reaksi
hidrolisa antara air dan minyak menghasilkan gliserol dan asam lemak .
2. Proses pemecahan lemak (fat splitting) ada empat macam yaitu proses Twitchell,
proses Autoclave Batch, proses Kontinu, dan proses secara Enzimatis
3. Proses Twitchell merupakan proses yang paling sederhana pada pemecahan lemak dan
masih digunakan dalam skala kecil karena biayanya yang murah dan pengoperasian
yang mudah. Namun, waktu reaksinya lama dan konsumsi steam-nya tinggi
4. Proses Autoclave-Batch merupakan metode komersial paling tua yang digunakan
untuk pemecahan lemak tingkat tinggi, waktu reaksinya lebih cepat daripada proses
Twitchell. Namun, dibandingkan dengan proses Kontinu lebih lambat
5. Proses Kontinu merupakan proses yang paling efisien dalam metoda hidrolisis lemak,
menghasilkan konversi yang paling tinggi diantara semua proses fat splitting dengan
waktu reaksi yang singkat.
6. Proses secara Enzimatis memanfaatkan enzim lipase dari mikroorganisme sebagai
biokatalisator bagi reaksi penguraian minyak atau lemak (hidrolisis) menjadi
gliserin asam-asam lemak murni tersebut, maka asam lemak hasil hidrolisis
tersebut difraksinasi dengan cara destilasi
7. Pemilihan proses dipertimbangkan berdasarkan : konversi produk yang tinggi, waktu
reaksi lebih singkat, dan biaya operasi yang lebih murah
8. Berdasarkan kriteria pemilihan proses di atas, maka proses kontinu adalah proses yang
paling baik untuk diterapkan dalam proses pemecahan lemak yang paling efektif dan
efisien
DAFTAR PUSTAKA
Anderson A, J. 1999. Refining Oils and Fats for Edible Purposes. New York:
Pegamon Press
Sulistyono I. 2008. Prarancangan Pabrik Asam Lemak dari Minyak Sawit [skripsi].
Surakarta: Universitas Muhamadiyah Surakarta.