Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH PABRIK PEMBUATAN PRODUK ASAM LEMAK

Disusun oleh:

Afri Rianda (1607112214)

Fikri Miftahul Shiddiq (1607122012)

Muhammad Alfi Syahri (1607112225)

Ramadefi Ambiya Putra (1607123705)

Riri Atria (1607112488)

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri oleokimia di Indonesia merupakan industri yang memiliki backup
bahan baku yang sangat melimpah karena Indonesia merupakan produsen bahan
baku terbesar di dunia. Namun perkembangan industri ini masih kalah
dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia yang kapasitas
produksinya mencapai dua kali lipat dari Indonesia. Sebagai gambaran, Indonesia
menguasai sekitar 12 % permintaan oleokimia dunia yang mencapai enam juta
metrik ton per tahun, sementara itu Malaysia mencapai 18,6%. Industri oleokimia
merupakan industri yang strategis karena selain keunggulan komparatif yakni
ketersediaan bahan baku yang melimpah juga memberikan nilai tambah produksi
yang cukup tinggi
Permintaan akan produk oleokimia yang sangat tinggi dapat dimaklumi
karena produk oleokimia mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan produk
petrokimia, seperti harga, sumber yang dapat diperbaharui dan produk yang ramah
lingkungan. Pada saat ini industri oleokimia masih berbasis kepada minyak /
trigliserida sebagai bahan bakunya. Hal ini terjadi karena secara umum, para
pengusaha masih ragu untuk terjun secara langsung ke industri oleokimia.
Produksi oleokimia dasar yang telah dilakukan dalam industri adalah melalui
proses termik (menggunakan suhu 250 C dan tekanan sekitar 50 atm), yaitu,
melalui proses pemecahan lemak (fat splitting), esterifikasi, transesterifikasi dan
hidrogenasi. Proses tersebut memerlukan energi tinggi serta investasi peralatan
yang mahal dan mutu produk yang dihasilkan tidak terlalu baik ditinjau dari warna
dan baunya sebagai akibat proses panas tersebut. Dalam makalah ini dibahas
empat metode / proses pemecahan lemak yaitu proses Twitchell, proses autoclave
batch, proses kontinu, dan proses secara ezimatis.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui beberapa
proses dalam pemecahan lemak (Fat Splitting), faktor yang mempengaruhi
kulaitas dari proses pemecahan lemak, mempelajari reaksi-reaksi yang terjadi dan
kondisi operasinya. Selain itu, makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata
kuliah Proses Industri Petro dan Oleokimia.
BAB II
ISI

2.1 Oleokimia
Oleokimia merupakan suatu bagian ilmu kimia yang mempelajari tentang
proses pengolahan asam lemak dan gliserol serta turunannya, baik yang diperoleh
dari minyak atau lemak maupun hasil sintesis. Oleokimia juga berarti senyawa
turunan minyak atau lemak yang dihasilkan melalui proses kimia, seperti
halnya bahan kimia petrokimia yang diturunkan dari minyak hidrokarbon.
Manfaat dari oleokimia adalah sumbernya yang bersifat terbarukan dan
kemampuan untuk diuraikan oleh alam yang relatif cepat dan mudah, serta dapat
diterima oleh lingkungan dengan baik.
Bahan dasar oleokimia diproduksi dari reaksi pemecahan atau pemisahan
dan reaksi lebih lanjut dari minyak atau lemak. Oleokimia yang paling utama
adalah gliserol, asam lemak, asam lemak metil ester, lemak alkohol, dan lemak
amina. Bahan baku dan turunan serta reaksi yang menyertainya diuraikan menurut
gambar di bawah ini.

Gambar 1. Skema Bahan Baku Oleokimia dan Turunannya


2.2 Minyak / Lemak
Minyak atau lemak secara umum merupakan trigliserida yang
mengandung gliserol dan asam lemak baik jenuh maupun tidak jenuh.
Dalam industri olokimia, dengan proses kimia struktur minyak tersebut
dipecah menjadi struktur lain seperti asam lemak, gliserol, metil ester asam
lemak dan juga alkohol lemak.
Lemak adalah ester dari gliserol dengan asam-asam karboksilat suku
tinggi. Asam penyusun lemak disebut Asam lemak. Pada lemak, satu molekul
gliserol mengikat tiga molekul asam lemak, oleh karena itu lemak adalah suatu
trigliserida. Struktur umum molekul lemak seperti terlihat pada ilustrasi dibawah
ini:

Gambar 2. Struktur Umum Molekul Lemak


Pada rumus struktur lemak di atas, R1–COOH, R2–COOH, dan R3–
COOH adalah molekul asam lemak yang terikat pada gliserol. Nama lazim dari
lemak adalah trigliserida.
Molekul lemak terbentuk dari gliserol dan tiga asam lemak. Oleh karena
itu, penggolongan lemak lebih didasarkan pada jenis asam lemak penyusunnya.
Berdasarkan jenis ikatannya, asam lemak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Asam lemak jenuh : yaitu asam lemak yang semua ikatan atom karbon pada
rantai karbonnya berupa ikatan tunggal (jenuh).
Contoh: asam laurat, asam palmitat, dan asam stearat.
b. Asam lemak tak jenuh: yaitu asam lemak yang mengandung ikatan rangkap
pada rantai karbonnya.
Contoh: asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat
2.3 Proses Pemecahan Lemak (Fat Splitting)
Fat Splitting menurut bahasa berarti pemecahan lemak. Sedangkan secara definisi

berarti proses pemecahan lemak atau minyak (Trigliserida) menjadi Fatty Acid (Asam

lemak) serta gliserin sebagai produk samping, dengan menggunakan air (Proses hidrolisa)

dan atau menggunakan enzim. Secara tersirat dapat diketahui reaktan pada proses ini

adalah minyak (crude palm oil, palm kernel oil, serta coconut oil) atau lemak yang sudah

di kilang untuk pembersihan.

Adapun kegunaan dari proses “pemecahan lemak” ini adalah untuk menghasilkan asam

lemak dan gliserin sebagai produk samping. Sebagaimana kita ketahui bersama kedua

produk ini memiliki nilai jual lebih. Adapun asam lemak dapat juga dikatakan “basic

oleochemical” terpenting, pada industri oleochemical asam lemak digunakan sebagai

materi awal untuk sabun, medium-chain trigliserida, polyol ester, alkanoamida, dan

sebagainya.

Dalam pohon industri oleochemical, dapat kita lihat, proses fat splitting merupakan tahap

awal perkembangan industri oleo kimia. Proses fat splitting dapat dibagi menjadi 2

macam, yaitu jenis hydrolisa dan enzimatik, walaupun pada beberapa literatur dijelaskan

proses enzimatik merupakan bagian dari proses fat splitting secara hidrolisa. Dan pada

bagian selanjutnya akan dijelaskan:

a. proses twitchell
b. proses batch autoklav
c. proses kontinu
d. enzimatik
Gambar 3. Ilustrasi Fat Splitting
Reaksinya dijelaskan menurut persamaan.

RCOOCH2 RCOOH CH2OH


| |
R’COOCH + 3H2O R’COOH + CHOH
| |
R’’COO CH2 R’’COOH CH2OH

Tigliserida 3 Air 3Asam Lemak Gliserin

Fat splitting merupakan reaksi yang essensial yang berlangsung pada


tahapan sebagai berikut : Asam lemak radikal, berpindah tempat dari trigliserida
satu kali dari tri ke di ke mono. Pemecahan yang tidak sempurna akan
menghasilkan monogliserida, digliseridaa, dan mungkin juga masih berbentuk
trigliserida. Semenjak proses inisiasi, reaksi berjalan lamban, terbatas oleh
kelarutan air di dalam fasa minyak. Pada tahapan kedua, prosedur reaksi mulai
bergerak cepat, karena peningkatan kelarutan air pada fasa minyak. Pada tahap
akhir ditandai dengan dimishing rata-rata reaksi sebagai asam lemak dan gliserin
sebagai produk kondiri equilibrium. Dapat di lihat pada ilustrasi berikut:
Gambar 4. Mekanisme reaksi Fat Splitting
Pemecahan lemak merupakan reaksi yang reversibel, pada titik
equilibrium nilai hidrolisis dan reesterifikasi adalah setimbang. Gliserin sebagai
produk harus ditari keluar secara kontinu, sebagai usaha untuk menghindari
terjadinya reesterifikasi yang berlebihan.
Meningkatkan suhu dan tekanan akan memepercepat reaksi karena akan
meningkatkan kelarutan air di dalam fasa minyak, dan untuk meningkatkan energi
aktifasi. Temperatur pada bagian partikel, akan menimbbulkan efek yang
signifikan. Menaikkan suhu dan temperatur (misal dari 150 – 220 oc akan
meningkatkan kelarutan air 2 sampai 3 kali lipat. Presentasi asam mineral yang
kecil seperti asam sulfat atau oksida logam (seperti Zn dan Magnesium Clorida)
meningkatkan reaksi pemecahan. Oksida logam adalah katalis sebenarnya. Ia juga
berperan dalam formasi dan proses emulsi.

2.4 Macam-Macam Proses Pemecahan Lemak (Fat Splitting)


1. Proses Twitchell
Proses twitchell adalah proses yang mula-mula dikembangkan pada
pemisahan lemak. Proses ini masih menggunakan cara yang sederhana,
disebabkan murah serta kemudahan dari instalasi dan operasi. Tetapi proses ini
membutuhkan energi yang besar dan kualitas produk yang rendah. Proses
pemisahan menggunakan reagen Twitchell dan H2SO4 sebagai katalis dalam
hidrolisis. Reagennya adalah campuran dari oleic atau asam lainnya dengan
naptalen tersulfonasi.
Operasi terjadi dalam suatu wooden lead-lined, atau tong tahan asam.
Kandungan yang terdiri dari air yang jumlahnya ± ½ dari lemak, H2SO4 1-2 %
dan reagen Twitchell 0,75-1,25 % dipanaskan sampai mendidih pada tekanan
atmosfer selama 36-48 jam, menggunakan steam terbuka. Proses biasanya
diulangi dua sampai empat kali, fasa tiap tahap menghasilkan larutan gliserin dan
air. Pada tahap akhir, air ditambahkan dan campuran dipanaskan kembali hingga
mendidih guna mencuci asam yang tertinggal.
Pada periode reaksi yang panjang, steam yang dibutuhkan menjadi tinggi
dan diskolorisasi asam lemak tidak merata sehingga pemakaian proses ini tidak
menguntungkan.

Dilakukan 2 – 4 kali
Lemak, air
H2SO4 1-2 %
Reagent Twitchell 0,75-1,25 %

Tong tahan
Asam Gliserin + air Gliserin
(wooden lead-lined)
Dipanaskan
lagi

Dipanaskan pada suhu


100-105 oC

Gambar 5. Proses Twitchell.


2. Proses Autoclave Batch
Proses ini adalah metode komersial yang membutuhkan waktu yang cukup
lama dalam pemisahan. Asam yang disediakan harus dalam jumlah yang cukup
banyak untuk menghasilkan zat ligh-clored. Proses ini lebih cepat dibandingkan
dengan proses Twitchell, butuh waktu selama 6-10 jam sampai selesai. Pemisahan
menggunakan katalis zinc, Mg atau kalsium oksida. Dari semua katalis yang
paling aktif adalah zinc. Sekitar 2-4 % katalis digunakan dan sejumlah dari serbuk
zinc ditambahkan untuk meningkatkan warna dari asam lemak.
Autoclave merupakan silnder yang tinggi, dengan diameter 1220-1829 mm
dan tinggi 6-12 m dibuat dari alloy yang tahan terhadap korosi (corrosion-
resistant alloy) dan terlindungi secara penuh. Penginjeksian steam menyebabkan
terjadinya pengadukan, meskipun pada beberapa kondisi digunakan mesin
pengaduk.
Dalam operasi, autoclave diisi dengan lemak dan air yang jumlahnya
(sekitar ± ½ dari lemak) dan katalis. Steam dihembuskan guna menggantikan
udara terlarut dan autoclave ditutup. Steam yang digunakan untuk menaikkan
tekanan sampai 1135 kPa dan diinjeksikan secara kontiniu, sementara sebagian
kecil kisi-kisi menjaga agitasi dan tekanan operasi. Konversi dapat dicapai lebih
dari 95% setelah 6-10 jam.
Isi dari autoclave dipindahkan ke tangki, dimana terbentuk asam lemak
dibagian atas dan gliserin pada bagian bawah. Asam lemak yang terbentuk
ditambahkan asam mineral untuk memisahkan kandungan sabun dan selanjutnya
dilakukan pencucian kembali guna memisahkan sisa asam mineral.

Fatty acid
Fat, Water Catalyst : 2-4% (wased)
Zinc
Fatty acid

Copper/stainless 5-10 hari impurities


Separation
Steel autoclave

Gliserol

Steam
150-175oC

Gambar 6. Proses Autoclave Batch

3. Proses Kontinu
Proses kontiniu merupakan proses pemisahan lemak dengan menggunakan
suhu dan tekanan yang tinggi. Proses pemisahan asam lemak lebih dikenal dengan
proses Coltage-Emery, merupakan metode yang paling efisien dalam hidrolisis
lemak. Suhu dan tekanan tinggi dipergunakan untuk mempercepat waktu reaksi.
Aliran counter current dipenuhkan oleh minyak dan air guna menghasilkan suatu
derajat pemisahan yang maksimal tanpa memerlukan katalis.
Menara pemisah merupakan bagian utama dari proses ini. Kebanyakan dari
menara pemisah mempunyai konfigurasi sama dan dioperasikan dengan cara yang
sama. Tergantung dari kapasitas, menara bisa berkapasitas pad diameter 508-1220
mm dengan tinggi 18-25 m dan terbuat dari bahan tahan korosi seperti baja
stainless 316 atau campuran logam yang dirancang untuk beroperasi pada tekanan
sekitar 5000 kPa.

Gambar 7. Single-stage countercurrent splitting.

Gambar 3 menunjukkan suatu rancangan Single-stage Countercurrent


splitting, lemak terdegradasi pada sebuah cincin sparge bagian tengah sekitar 1
meter dari dasar dengan sebuah pompa bertekanan tinggi. Air terdapat pada
bagian atas dengan perbandingan 0-50% dari berat lemak. Temperatur pemisahan
yang tinggi (250-260 oC) cukup menjamin penghancuran fase air pada minyak.
Volume kosong menara digunakan sebagai tempat reaksi. Lemak mentah
lewat sebagai fase yang saling bersentuhan dari dasar atas menara, sementara
cairan lebih berat mengalir turun sebagai fase terdispersi dalam bentuk campuran
lemak dan asam. Derajat pemisahan dapat dicapai hingga 99%. Proses continiu
countercurrent tekanan tinggi memecah lemak dan minyak dengan lebih efisien
dari pada proses lain dengan lama reaksi 2-3 jam.
Konsumsi utilitas untuk per ton umpan adalah :

Steam (6000 kPa) 190 kg


Air pendingin (20oC) 3 m3
Energi elektrik 10 kWj
Air proses 0,6 m3
4. Pemecahan secara enzimatis
Lemak dan minyak dapat dihidrolisis dengan enzim alami.Pemecahan lemak
dengan enzim telah dilakukan melalui percobaan.Tetapi saat ini prosesnya tidak
begitu dianggap penting karena biayanya yang mahal dan waktu reaksinya yang
lama.Pemecahan lemak dan minyak secara enzimatis oleh lipase dari Candida
Rugosa, Aspergilus niger, dan Rhizopus Arrhizus telah dipelajari pada range
temperatur 26-40 oC dengan periode 48-72 jam dengan hasil pemecahan kira-kira
98 %.

Perbandingan Beberapa Proses Fat Splitting


Twitchell Batch Autoklav Kontinu Counter- Enzimatik

current dari

P&G

Suhu oc 100-105 150-175 atau 240 250 26-46

Tekanan 5.2-10.0 atau 2.9-3.1

Katalis Asamalkil, aril Seng, kalsium, atau Optional Lipase dari

sulfonat dan magnesium oksida 1- candida

asam 2%, atau tanpa katalis rugosa,

sikloalifatik, aspergilus

dipakai niger

bersama-sama
Dan
dengan asam
rizopus
sulfat arrhizus

sebanyak 0.7-

1.25%

Waktu, h 12-48 5-10 atau 2-4 2-3 48-72

Metode Batch Batch Kontinu

operasi

Perolehan 35-98% 85-95% 97-99% 98%

larutan gliserol larutan gliserol 10- larutan gliserol 10-

5-15% 15% tergantung pada 25% tergantung

bergantung jumlah tahap dan jenis jenis lemak

jumlah tahap lemak

dan jenis

lemak

Keuntungan - suhu dan - dapat diadaptasi - tidak butuh Perolehan


tekanan ruang luas
untuk skala kecil tinggi dan
rendah - kualitas produk
lebih
- bisa untuk - investasi awal seragam
skala lab. - perolehan lebih ramah
lebih murah daripada
- Investasi tinggi
lingkungan
kontinu proses
awal relatif - konsentrasi
hidup
ringan lebih tinggi
- lebih cepat dari
- biaya murah
pada twitchell proses
untuk operasi
- karena
otomatis,
pengendalianny
a mudah
Kelemahan - penanganan - Investasi awal - investasi Waktu
katalis butuh agak tinggi awal
waktu lama - Penanganan tinggi yang lama
- stok bahan katalis - suhu dan
diikuti
baku kurang - Waktu reaksi tekanan
investasi
bagus, lebih lama tinggi
terpaksa di dari pada - tingkat biologi
rafinasi, agar kontinu penangana
mahal
tidak proses n yang
teracuni oleh - Biaya tenaga dibutuhka
katalis kerja tinggi n tinggi
- konsumsi - Perlu lebih dari
steam tinggi satu tahap
- cenderung untuk hasil
bewarna yang baik
gelap
- lebih dari 1
tahap untuk
perolehan
tinggi
- pengendalian
manual
- biaya tenaga
kerja tinggi

5. Uraian Proses

Pada prinsipnya pembuatan pemisahan lemak ini terbagi menjadi beberapa tahap :

1. tahap degumming
2. tahap hidrolisa
3. fatty acid distilation and fractionation opertion
4. tahap penguapan
Gambar 8. Tahap proses

Degumming merupakan proses pemisahan getah (gum), yaitu lendir yang

terdiri dari phospotida, protein residu, karbohidrat, air, resin, lechitin, dimana

bahan-bahan tersebut merupakan bahan impuritis yang dapat mengganggu proses-

proses selanjutnya. Misalnya lechitin pada suhu tinggi dapat menghasilkan warna

gelap.

Biasanya proses ini dilakukan dengan cara dehidrasi gum dengan injeksi

asam pospat sehingga kotoran terbentuk mudah lepas dari minyak, kemudian

disusul dengan proses sentrifugasi minyak yang telah di degumming, selanjutnya

dihidrolisa pada reaktor hidrolisa.

Hidrolisa lemak atau minyak untuk menghasilkan asam lemak dan gliserol

dilakuakan dengan merasakan air bertekanan dengan minyak atau lemak pada

menara splitting. Minyak dan air secara kontinu di alirkan ke splitting yang

beroperasi pada suhu 250oc dan tekanan 50 atm. Gliserol dapat larut dalam air

sedangkan asam lemak tidak larut, sehingga trigliserida terikat bersama asam

lemak merupakan bagian atas dari produk di menara splitting. Sedangkan gliserol
dan air berada di bottom menara. Reaksi yang terjadi bersifat endotermis

(memerlukan panas).

Selanjutnya produk gliserol yang masih mengandung sebagian besar air

dilakuakan pemisahan dengan cara penguapan menggunakan evaporator yang

merupakan unit operasi dimana gliserol dipisahkan dari komponen campurannya

yaitu air. Hasil dari unit pemisahan ini diperkirakan menghasilkan produk gliserol

90,9%.

Contoh reaksi hidrogenasi adalah adisi hidrogen ke asam maleat,

menghasilkan asam suksinat seperti gambar di samping. Beberapa aplikasi

penting hidrogenasi ditemukan dalam bidang petrokimia, farmasi, dan

industri makanan, Hidrogenasi lemak tak jenuh menghasilkan lemak jenuh

dan kadang pula lemak trans

Reaksi Kimia Hidrogenasi

H H H H H H H
| | | | | | |
H – C – C = C- C- H + H2 H – C – C – C – C – C – H
| | | | | | |
H H H H H H H

PSOFA Hidrogen
Rumus H2Consumption(yang dibutuhkan)

H2 consumption = ( IV Raw Material – IV Target) xfeed

= ( 34 – 0,6 ) x 8 m3/hour
= 267,2 Nm3/hour
Dimana:
Feed = laju umpan (m3/hour)
IV Raw Material

= sesuai spesifikasi PT
SOCIMAS IV Target

= sesuai spesifikasi PT
SOCIMAS

PT. Soci mengolah sendiri dalam menghasilkan hydrogen,


Hidrogen yang diperoleh berasal dari reaksi antara methanol dan air,
ini dapat dlihat dari reaksi dibawah ini

CH3OH(g) + H2O(g) CO2(g) + 3H2(g) ΔHo = 49,47 Kj/mol

Pada proses Hidrogenasi #200 terdapat 11 Tray pada kolom C-


202 yang berfungsi untuk memperlambat waktu laju liquid (FA)

Hal yang harus dilakukan untuk memulai proses Hidrogenasi


#200 untuk mencapai IV yang baik
- Pastikan RO tidak ada air
- Setiap 2 jam sekali, Drain air di tangki #200
- Pastikan Dryer pada C-201 bekerja dengan baik
- Pastikan N ikel dan BHT (Butylated Hydroxytoluene) masuk/jatuh di D-205
- Pastikan persediaan N ikel dan BHT ada di hoppernya (tempatnya)
- Masukkan Bleaching Earth setiap 1 jam sekali pada D-203 sebanyak ¼ - ½
goni
- Pastikan Flow Hidrogen masuk ke kolom C-202
- Pergantian Funda Filter (F-201 / F-202) setiap shif sebanyak 1x Fungsi
BHT adalah sebagai anti oksidasi (agar warna lebih stabil) Fungsi
Bleaching Earth adalah memperbaiki warna produk Pada proses di #200
terdapat 2 Funda Filter F-201 dan F-202 yang berfungsi sebagai penangkap
N ikel yang masih ada di FA. Dan Filter Aid berfungsi untuk melapisi filter
Trayyang ada di Funda Filteragar proses penyaringan sempurna dimana
filter aid tersebut mengikat N i (N ikel) yang ada di Fatty Acid. Pergantian
Funda Filter(F-201 / F-202) dilakukan setiap 8 jam dan Filter
Aiddimasukkan 1 goni.
Proses keberhasilan untuk Hidrogenasi adalah nilai IV maks (Iodine Value)
0,7. Untuk produk yang dihasilkan #200 selalu ditambahkan akhiran H.
Contoh :
Produk #300 adalah FAB, maka produk di #200 adalah FABH
Kesimpulan : Semakin tinggi IV maka semakin tinggi hidrogen yang
dibutuhkan.
Hidrogen generator (#1000) yang ada di PT SOCIMAS menghasilkan maks
300 Nm3/hour dengan tekanan 30 Bar.

Rumus mendapatkan IV Teoritical adalah 1,8 x C18F2 + 0,9 x C18F1

Contoh di RBDPS :
C18F1 = 25,9 jadi secara teori adalah
C18F2 = 6,4 IV = (1,8 x 6,4) + (0,9 x 25,9)
= 34,83

Diagram Proses Hidrogenasi #200

F-201
D-203
F-202
Earth
Yang harus diperhatikan pada saatsuatu peralatan beroperasi
seperti pompa, compressor dan lain- lain adalah sebagai berikut:
1. Pastikan tekanannya
2. Pastikan ampernya
3. Pastikan Cooler/Cooling Water peralatan tersebut berjalan dengan baik
4. Pastikan Steam Tressing bekerja dengan baik

Selanjutnya dilakukan distilasi dan operasi fraksionasi. Asam lemak yang


dihasilkan dibersihkan dan dipisahkan dengan penyulingan dan fraksinasi
A. Proses destilasi (Distillation #300)
Destilasi adalah proses pemurnian Fatty Acid berdasarkan titik didih pada
temperatur tertentu yang berguna untuk memperbaiki warna Fatty Acid,
menghilangkan bau tengik dan mengurangi kadar air yang terkandung pada Fatty
Acid tersebut.
Zat warna dalam Fatty acid terdiri dari dua golongan yaitu :
1. Zat warna alamiah
Zat warna alamiah terdiri dari α dan β karoten, xantofil, klorofil dan
antosianin. Zat warna ini menyebabkan fatty acid berwarna kuning, kuning
kecoklatan, kehijau- hijauan dan kemerah- merahan
2. Warna akibat oksidasi dan degradasi komponen kimia yang terdapat dalam
fatty acid Warna gelap pada fatty acid disebabkan oleh proses oksidasi terhadap
tokoferol. Warna cokelat pada fatty acid dapat disebabkan karena reaksi molekul
karbohidrat dengan gugus pereduksi seperti aldehid serta gugus amin dari molekul
protein yang disebabkan karena aktivitas enzim-enzim seperti fenol oksidasi,
polifenol oksidasi dan sebagainya (KETAREN, 1986). Untuk keperluan industri
dan pemakaian secara umum pengukuran warna pada fatty acid dilakukan dengan
menggunakan alat lovibond tintometer. Warna pada fatty acid dapat diketahui
dengan membandingkan warna contoh dengan warna standar.

Media pemanas yang digunakan pada proses Destilasi (#300) di PT


SOCIMAS adalah Thermal Oil dengan temperatur mencapai 290 oC. Pada #300 ini
terdapat 2 jenis Tray yaitu Tray jenis Structure Packing pada kolom C-301 dan
Trayjenis Pall Ring pada kolom C-302.
Diagram Alir Proses Destillasi (#300)
2–3%

87 – 88 %
#100 #200 #300

Splitting Distillation

3–5%

MAO

Mixed Acid Oil


Hal yang harus dilakukan untuk memulai proses destilasi #300
- Dikarenakan proses #300 ini menggunakan Vacuum System, perhatikan
kondisi tekanan vacuum untuk kolom C-301 mencapai 10-15 Torr dan
kolom C-302 mencapai 1-3 Torr. Dimana Vacuum System disini adalah
suatu keadaan dimana keadaan tersebut tidak boleh ada udara/uap yang
masuk agar tidak terjadi break pada kondisi tersebut.
- Perhatikan tekanan steam 8 diatas 7,7 Bar
- Pastikan air Hotwell tidak jernih atau tidak keruh sekali (kalau tidak, harus
dicuci dengan D-810)
- Pastikan temperatur pada kolom C-301 mencapai 221 – 224 oC dan pada
kolom C-302 mencapai 230-245 oC serta pada kolom 6C1 mencapai 227 –
230 oC.
- Kolom 6C1 yang ada di PT SOCIMAS adalah kolom baru dimana kolom
tersebut berfungsi untuk menaikkan kadar C18 yang ada pada RO jika
C18nya dibawah 37. Parameter keberhasilan proses Destilasi #300 ini adalah
nilai HS : 90 maks. Dan untuk mencapai nilai tersebut yang harus dilakukan
adalah:
- Perhatikan temperatur pada E-310 mencapai 38 – 42 oC
- Vacuum system tidak break
- Pada #200, pastikan Bleaching Earth masuk sesuai target
- RO dalam keadaan baik sesuai spek
- Proses #100 berhasil seperti yang diharapkan
- Hasil LE 2–3%, Product 87–88%, MAO 3-5% dan HE 3-5%
- AP CP201A/B = 4,0 – 4,5
Diagram Proses Destilasi (#300)

LE
LE

C16 : 70 – 75 %
C16 : 70 – 75 %

P = 9 – 15 Torr P = 10 – 15 Torr P = 1 – 3 Torr

RO C-301 Product 6C1 Product C-302 HE

6200 kg/hr FA1698 FAB C18 : 50 % ↑

T = 221 – 224 oC T = 227 – 230 oC T = 230 – 249 oC


TCC301C 3TI009 TCC302B

MAO
LE

D302

HE

D304

D308
Paramater yang dicek ke QC :
APHA, GC, IV, HS, Colori, Yi
Produk utama :

FAH : C16 = 57% ↑ FAB : C16 = 58% ↑


C18 = 38% ↑ C18 = 37% ↑
HS = 90 max HS = 120 max
APHA = 25 APHA = 30

FAS : C16 = 52 – 57% FA-R/K : C18 = 48% ↑


C18 = 40 – 45% FA-T : C18 = 60% ↑
HS = 160 max FA-1865 : C18 = 65% ↑
APHA = 30
B. Proses Fraksinasi (Fractionation #500)
Fraksinasi adalah suatu proses yang mengubah Fatty Acid menjadi
kombinasi tunggal, dalam hal ini proses berdasarkan ketentuan persen berat.
Proses pengolahan yang terjadi pada unit fraksinasi yang bertujuan untuk
memisahkan berdasarkan fraksi- fraksi berdasarkan titik didih. Media pemanas
yang digunakan pada proses Fraksinasi (#500) di PT SOCIMAS adalah Thermal
Oil dengan temperatur mencapai 290 oC.
Hal yang harus dilakukan untuk memulai proses Fraksinasi #500
- Dikarenakan proses #500 ini menggunakan Vacuum System, perhatikan
kondisi tekanan vacuum pada kolom C-502, kolom C-503, kolom 5C1 dan kolom
C-504. Dimana Vacuum System disini adalah suatu keadaan dimana keadaan
tersebut tidak boleh ada udara/uap yang masuk agar tidak terjadi break pada
kondisi tersebut.
- Perhatikan tekanan Steam 8 diatas 7,7 Bar dan steam 3 diatas 2,8 Bar
- Pastikan air Hotwell tidak jernih atau tidak keruh sekali
- Pastikan temperatur pada kolom C-502, kolom C-503, kolom 5C1 dan
kolom C- 504 sesuai dengan produk yang diinginkan.
- Pastikan ejector yang digunakan sesuai dengan produk yang di inginkan
Letak posisi Ejector berdasarkan coloum Fraksinasi
C502 = Ejector 501 & Ejector 502 C503 = Ejector 503 & Ejector 504 C504
= Ejector 505
Kolom 5C1 yang ada di PT SOCIMAS adalah kolom baru dimana kolom
tersebut berfungsi untuk memproses RO PKOFA dan D810 (LE dari proses
Fraksinasi #500). Dan untuk RO D100, D146, PKF (C12 – C14), FABH (produk
dari #200), dan LE dari produk Destilasi #300 hanya menggunakan 3 kolom saja
yaitu kolom C-502, kolom C-503 dan kolom C-504. Parameter keberhasilan
proses Fraksinasi #500 ini adalah MAO (Mixed Acid Oil) nya sedikit. Dan untuk
mencapai MAO nya sedikit yang harus dilakukan adalah:
- Perhatikan temperatur pada kolom C-502, kolom C-503, kolom 5C1 dan kolom
C- 504 sesuai dengan produk yang diinginkan.
- Produk hasil proses #400 tidak banyak mengandung air
- Dryer pada C-501 berjalan dengan baik
Diagram 4 Kolom pada Proses Fraksinasi #500

MAO

Diagram 3 Kolom pada Proses Fraksinasi #500

LE PRODUCT

MAO
C. Proses Granulasi (Granulation #800)
Granulasi adalah proses pengkristalan Fatty Acid dimana Fatty Acid liquid
(cair) berubah menjadi padat (solid) dalam bentuk butiran.

Didalam kolom C-801 terdapat saringan (Sprayer Nozzle) yang berdiamater


0,5 mm yang berfungsi untuk menyaring Fatty Acid cair dari atas kolom menjadi
percikan-percikan kecil yang kemudian pada dasar kolom dialirkan udara dingin
yang dihasilkan dari B-802 yang berasal dari E-801 sehingga percikan Fatty Acid
cari tersebut akan berkontak langsung dengan udara sehingga akan berbentuk
butiran-butiran Fatty Acid padat.
Ada material tambahan pada proses #800 ini yaitu Brine. Dimana komposisi
brine tersebut adalah Glycol dan PW yang berfungsi untuk pendinginan udara.
Perbandingan Glycol dengan PW adalah 1 : 2 dengan temperatur 0-2 oC.
Fungsi Glycol disini adalah agar air (PW) tidak membeku pada temperatur 0 – 2
o
C

Hal yang harus dilakukan untuk memulai proses Granulasi #800


- Pastikan Chiller Unit CU-801 berjalan dengan baik
- Pastikan temperatur Brine pada mencapai 0-2 oC
- Pastikan temperatur C-801 14-17 oC (Bottom Temperatur)

Parameter keberhasilan proses Granulasi #800 adalah butiran Fatty Acid padat
berbentuk bulat dan tidak mengandung air (lembab).

Diagram Proses Granulasi #800


D. Proses Flaking (Flaking #810, #820, #830)
Proses Flaking adalah proses pengkristalan Fatty Acid dimana Fatty Acid
liquid (cair) berubah menjadi padat (solid) dalam bentuk lempengan.

Proses ini sama seperti #800 hanya saja produk yang dihasilkan berbentuk
lempengan.
Dimana Fatty Acid yang berada pada wadahnya akan berputar mengikuti
putaran drum yang berisi air dingin dengan temperatur 12 -17oC dan Fatty Acid
akan menjadi solid dengan sendirinya yang disebabkan oleh air dingin tersebut,
maka Fatty Acid Solid akan membentuk ketebalan padadinding drumdan pada saat
ketebelan tertentu (sesuai yang diinginkan) Fatty Acid Solid akan terpotong oleh
pisau yang akan membentuk Fatty Acid Solid menjadi lempengan- lempengan.

Gambar Proses Flaking (#810, #820, #830)

Drum yang berisi air


dingin dengan
temperatur 12 – 17 oC

Pisau

Produk yang
berbentuk
lempengan

Fatty Acid
II. Proses Pengolahan Glycerine (Gliserin) di PT. SOCIMAS

A. Proses Gliserin Pretreatment (Glyce rine Pretreatment #710)


Proses ini bertujuan untuk mengikat FA atau kotoran lain ynag mungkin masih
terkandung di SW. Pada proses ini dilakukan penambahan Alum Sulfat ( Al2(SO4)3 )
dan NaOH.
Penambahan Alum Sulfat berfungsi sebagai Koagulasi dengan pH 3-4 dan NaOH
berfungsi sebagai Flokulasi dengan pH 6-7.

Sebelum SW dimasukkan ke #710, SW dari #100 dan #400 harus didinginkan


terlebih dahulu sampai suhu 70 oC

Hal yang harus dilakukan untuk memulai Proses Gliserin Pretreatment #710
- Pastikan SW di Decanter D-711 jernih/tidak keruh
- Pastikan temperatur pada E-711 70 oC
- Pastikan Filter Aidada pada tempatnya D-714 dan masuk/jatuh (3 sak/ shif)
- Pastikan Filter Presstidak tersumbat

Parameter keberhasilan Proses Gliserin Pretreatment #710


- Flok yang terbentuk harus mengendap (tidak melayang)
- Filter Clothnya tidak bocor
- Cake di Filter Cake bagus
- Turbility 0 – 3
- SW di Decanter(D-711) harus jernih
- Pastikan pH sesuai target
- Disini kandungan glyserin diperoleh 10 – 20%

Diagram Proses Gliserin Pretreatment #710

FILTER PRESS

D-714 T-711
D-
711
B. Proses Gliserin Evaporasi (Glyce rine Evaporation #720)
Proses ini bertujuan untuk menguapkan air yang masih terkandung di SW hasil proses #710
sehingga diperoleh kadar Gliserin hingga 80%.
Pada proses ini menggunakan 3 buah evaporator(E-721, E-722, E-723) yang merupakan Multi
Effect Evaporator dengan cara Feed masuk tipe Forward Feed (umpan maju)

Steam yang digunakan adalah Steam 8

Parameter keberhasilan proses #720 adalah:


1. Konsentrasi SW mencapai 80%
2. Vacuum System bertekanan 160 Torr dan temperatur diatas 75 oC

Diagram Proses Gliserin Evaporation #720


C. Proses Gliserin Destilasi (Glycerine Distillation #750)

Proses ini bertujuan untuk memurnikan lagi SW dari proses sebelumnya


hingga mencapai konsentrasi 99,8%. Didalam kolom C-752 terdapat 2 Reboiler.
Tekanan untuk Vacuum System pada kolom ini adalah 1-5 Torr dengan temperatur
Reboiler TIE-752 A&B mencapai 157-160 oC. Steam yang digunakan adalah steam
19 dan steam 8 sebagai Live steam.

Adapun tujuan yang lain adalah :


1.Memperbaiki warna
2.Menghilangkan zat- zat karoten
3.MenghilangkanPitchgliserin

Karoten
Senyawa karoten adalah suatu senyawa yang larut didalam lemak, berwarna kuning sampai merah
di dalam minyak, sangat dipengaruhi oleh kematangan buah. β-Carotene pada
proses refinery sengaja dihilangkan untuk memperolah minyak goreng yang jernih
juga menghindari terjadinya degradasi β- carotene oleh panas, padahal β-carotene
merupakan pro-vitamin A dan juga sebagai antioksidan alami. Spesifikasi > 500
ppm.

Hal yang perlu diperhatikan pada proses #750 ini adalah :


1.Tekanan vacuum mencapai 1 – 5 Torr
2.Steam harus 19 Bar
3. Flowrate FIP 752 = 20.000 – 24.000 kg/j dan FIP 753 = 10.000 – 12.000 kg/j
4. Produk RG mencapai 99,8%
5. HE pada C-753A/B diganti setiap 12 jam
6. Level diisi secara manual

dengan level yang sudah ditentukan Diagram


Proses Gliserin Destilasi #750

P
r
Rifine Glycerine
o
d
u
c
t

R
G

99,8%

APHA 70 max
D. Proses Ion Exchanger (Ion Exchange r #770)
Ion exchange atau resin penukar ion dapat didefinisi sebagai senyawa
hidrokarbon terpolimerisasi, yang mengandung ikatan hubung silang (crosslinking)
serta gugusan-gugusan fungsional yang mempunyai ion- ion yang dapat
dipertukarkan. Sebagai zat penukar ion, resin mempunyai karakteristik yang berguna
dalam analisis kimia, antara lain kemampuan menggelembung (swelling), kapasitas
penukaran dan selektivitas penukaran. Penggunaannya dalam analisis kimia
misalnya untuk menghilangkan ion- ion pengganggu, memperbesar konsentrasi
jumlah ion-ion renik, proses deionisasi air atau demineralisasi air, memisahkan ion-
ion logam dalam campuran dengan kromatografi penukar ion. Pada saat operasi
dikontakkan dengan resin penukar ion, maka ion terlarut dalam air akan teresap ke
resin penukar ion dan resin akan melepaskan ion lain dalam kesetaraan ekivalen,
dengan melihat kondisi tersebut maka kita dapat mengatur jenis ion yang diikat dan
dilepas.
Sebagai media penukar ion, maka resin penukar ion harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
1. Kapasitas total yang tinggi. Maksudnya resin memiliki kapasitas pertukaran ion
yang tinggi.
2. Kelarutan yang rendah dalam berbagai larutan sehingga dapat berulang-ulang.
Resin akan beroperasi dalam cairan yang mempunyai sifat melarutkan, karena
itu resin harus tahan terhadap air
3. Kestabilan kimia yang tinggi. Resin diharapkan dapat bekerja pada range pH
yang luas serta tahan terhadap asam dan basa. Demikian pula terhadap oksidasi
dan radiasi.
4. Kestabilan fisik yang tinggi. Resin diharapkan tahan terhadap tekanan
mekanis, tekanan hidrostatis cairan serta tekanan osmosis.
Reaksi pada proses ion exchange bersifat reversibel dan stoikiometrik, dan
sama terhadap reaksi fase larutan yang lain. Sebagai contoh:
NiSO4 +Ca(OH)2 = Ni(OH)2 + CaSO4 (1)
Pada reaksi ini, ion nikel yang terdapat dalam larutan nikel sulfate ( NiSO4)
ditukar ion kalsium dari molekul calsium hidroksida (Ca(OH)2). Hal yang serupa
terjadi dimana resin yang mengandung ion hidrogen akan mengalami pertukaran
dengan ion nikel dalam larutan. persamaan reaksi sebagai berikut:
2(R-SO3H)+ NiSO4 = (R-SO3)2Ni + H2SO4 (2)
R mengindikasikan bagian organik resin dan SO3 adalah bagian yang non-
mobile dari kelompok ion aktif. Diperlukan 2 resin untuk ion nikel valensi 2 ( Ni+2).
Ion ferric bervalensi tiga akan memerlukan tiga resin.
Di dalam lingkup pengolahan logam, ion exchange biasanya menggunakan satu
kolom yang terdiri dari cation exchange bed dan diikuti dengan anion exchange
resin. Efluen biasanya merupakan larutan deionisasi yang dapat di recycle dalam
proses seperti rinse water.
Resin Ion Exchange
Unsur yang bersifat ion yang terdapat pada air limbah dapat mengalami
pertukaran dengan jenis resin tertentu, dengan demikian akan terjadi pertukaran
sampai resin mengalami kejenuhan. Resin diregenerasi melalui proses pelepasan
exchanged material dan mengkonsentrasikannya dalam pengurangan volume yang
banyak. Sebagai contoh, air limbah yang mengandung Cu digantikan dengan logam
lain yang tidak berbahaya seperti Sodium, efeknya adalah air limbah tersebut dapat
dibuang dan menempatkan Cu pada resin. Proses regenerasi resin akan melepaskan
Cu ke dalam suatu volume kecil konsentrat. Resin mungkin dibuat untuk menukar
jenis cationic atau anionic. Resin juga dimungkinkan untuk memindahkan substansi
khusus / spesifik seperti single metal dari aliran yang tercampur, tetapi hal ini
tergantung dari kondisi sekitar / lingkungannya.
Resin pada ion exchange digolongkan sebagai kation exchanger, yang mana
mempunyai ion positif yang mobile digunakan untuk exchange, dan anion
exchanger yang mempunyai ion negatif yang mobile. Resin anion dan kation
diproduksi dari dasar polimer organik yang sama. Perbedaan terdapat pada
kelompok ionizable yang terikat dengan jaringan / ikatan hidrokarbon. Golongan
fungsional ini yang menentukan perilaku kimia resin. Resin secara luas digolongkan
sebagai kation exchanger asam kuat (contoh SO3H dengan pK=1-2) atau asam
lemah (OH dengan pK=9-10) dan anion exchanger basa kuat (N+ dengan pK=1-2)
atau basa lemah (NH2 dengan pK=8-10).
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan logam – logam yang terdapat pada
gliserin yang umumnya berbahaya dan bersifat racun dengan menggunakan Kation
Resin dan Anion Resin.
Dimana Kation Resin menangkap ion- ion positif sedangkan Anion Resin
menangkap ion- ion negatif. Ada 3 kolom pada proses ini, yaitu kolom Anion Resin,
kolom Kation Resin dan kolom campuran (Anion Kation) (Mixed Bed). Untuk
mempercepat proses penangkapan ion, pada proses ini di tambahkan air yang
bersumber dari IW (Industrial Water) dan BW (Boiler Water) sehingga SW hanya
60%.
Regenerasi Resin
Regenerasi resin ini bertujuan untuk mengaktifkan ion H⁺ pada kolom,
dilakukan dengan menambahkan asam HCL 0,1M. Ketika larutan HCl 0,1M
dialirkan ke kolom resin maka ion- ion H⁺ akan terikat pada resin penukar ion. Saat
pengerjaan ini larutan HCl dijaga 1 cm tetap berada di atas resin sehingga resin
penukar ion tidak kering. Setelah itu dilakukan pembilasan resin de ngan
mengalirkan aquades ke dalam kolom untuk membilas kelebihan HCl. Pembilasan
oleh aquades dilakukan hingga cairan yang keluar dari kolom resin tidak lagi
mengandung ion-ion H⁺ artinya air keluaran harus bersifat netral (pH air yang
keluar = pH aquades = 6). Proses pembilasan juga dimaksudkan untuk
membersihkan kolom dari sisa-sisa HCl yang masih tertinggal di dalam kolom.
Reaksi regenerasi :
Ca (RSO3)2 + 2 HCl 2 RSO3H + CaCl2
Mg (RSO3)2 + 2 HCl 2 RSO3H + MgCl2
Na-RSO3 + HCl RSO3H + NaCl
(aktif kembali) (dibuang dari kolom)
HCl dan NaOH akan diregenerasi setiap 110 Ton yang memakan waktu selama
12 jam lamanya. Dan untuk pertama kalinya setelah diregenerasi 1 kali dalam 3
bulan d i berikan NaCl (Natrium Chlorida) (garam dapur) terlebih dahulu. Untuk
regenerasi HCL dipakai untuk C-711 (Cation Resin) dan untuk NaOH dipakai untuk
C-722 (Anion Resin) sedangkan untuk C-733 (Kation Anion) dipakai HCL NaOH.
Konsentrasi HCL = 38% dan NaOH = 48%
Paramter keberhasilan proses #770 adalah :
1. Condutivity < 1
2. APHA 15 max 3. Yi 2,8

Diagram Proses Ion Exchanger #770

C-733
C-771 C-772
Cation &
C-771
Kation resin pada C-771 adalah bermuatan negative sehingga ion- ion yang
bermuatan positif akan diikat sehingga glyserin yang dihasilkan terbebas dari ion
positif,
C-772
Anion resin pada C-772 adalah bermuatan positif sehingga ion- ion yang
bermuatan negative akan diikat dan glyserin yang dihasilkan terbebas dari ion-
ion negatif.
C-773
Kation dan Anion resin adalah glyserin yang telah mengalami proses ionisasi di
kation res in dan anion resin memungkinkan masih ada ion-ion yang berat yang
belum terikat, maka dilakukan mixer antara kation resin dengan anion resin
sehingga diharapkan glyserin akan terbebas dari ion-ion didalamnya

E. Proses Bleaching
Proses ini bertujuan untuk memperbaiki warna RG yang dihasilkan melalui
proses Ion Exchanger #770 sehingga mencapai APHA (The American Public Health
Association ) 5 maks dengan menggunakan karbon aktif. Adapun pemakaian kolom
pada proses #760 ini adalah hanya 1 kolom yang digunakan dan 2 standby.
Banyaknya karbon aktif mencapai 500 kg sehingga akan diperoleh gliserin dengan
konsentrasi mencapai 60%

Diagram Proses Bleaching #760


F. Proses Final Evaporation #780
Proses ini bertujuan untuk memekatkan (memurnikan) refine glyserin (RG)
hasil dari proses Gliserin Bleaching sehingga diperoleh konsentrasi 99,7% dengan
cara penguapan air yang terkandung didalamnya. Pada proses ini digunakan 2
evaporator yaitu E-781 dengan steam 3 dan E-782 dengan steam 19.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses #780 ini adalah :
1.Tekanan vacum mencapai 50 – 80 Torr
2.Temperatur 180 oC
3.Steam 8 dan steam 19 pada E-781

Produk yang dihasilkan adalah Sinar GLUSP dengan APHA 5 max, L 99,8 min
dan persentase Gliserin mencapai 99,7 min

Diagram Prose Final Evavoration #780

99,7%
BAB III
KESIMPULAN

1. Fat splitting (Pemecahan Lemak) adalah proses pemecahan lemak dengan reaksi
hidrolisa antara air dan minyak menghasilkan gliserol dan asam lemak .

2. Proses pemecahan lemak (fat splitting) ada empat macam yaitu proses Twitchell,
proses Autoclave Batch, proses Kontinu, dan proses secara Enzimatis
3. Proses Twitchell merupakan proses yang paling sederhana pada pemecahan lemak dan
masih digunakan dalam skala kecil karena biayanya yang murah dan pengoperasian
yang mudah. Namun, waktu reaksinya lama dan konsumsi steam-nya tinggi
4. Proses Autoclave-Batch merupakan metode komersial paling tua yang digunakan
untuk pemecahan lemak tingkat tinggi, waktu reaksinya lebih cepat daripada proses
Twitchell. Namun, dibandingkan dengan proses Kontinu lebih lambat
5. Proses Kontinu merupakan proses yang paling efisien dalam metoda hidrolisis lemak,
menghasilkan konversi yang paling tinggi diantara semua proses fat splitting dengan
waktu reaksi yang singkat.
6. Proses secara Enzimatis memanfaatkan enzim lipase dari mikroorganisme sebagai
biokatalisator bagi reaksi penguraian minyak atau lemak (hidrolisis) menjadi
gliserin asam-asam lemak murni tersebut, maka asam lemak hasil hidrolisis
tersebut difraksinasi dengan cara destilasi
7. Pemilihan proses dipertimbangkan berdasarkan : konversi produk yang tinggi, waktu
reaksi lebih singkat, dan biaya operasi yang lebih murah
8. Berdasarkan kriteria pemilihan proses di atas, maka proses kontinu adalah proses yang
paling baik untuk diterapkan dalam proses pemecahan lemak yang paling efektif dan
efisien
DAFTAR PUSTAKA

Austin S. 2000. Chemical Process Industries. New York: Mc-Graw Hill

Anderson A, J. 1999. Refining Oils and Fats for Edible Purposes. New York:
Pegamon Press

Clark J. 2007. [terhubung berkala]. http://www.chemistry.org/pembuatanester.


pdf. [18 Oktober 2011].

Fauzi S. 2006. Teknologi Oleokimia. Medan: Fakultas Teknik, Universitas


Sumatera Utara.

Foglia W. 2007. The general applicapability of in situ transesterification for the


production of fatty acid ester from variety af feedstock. J.am-Oil Chem. 10:
963-970.

Mustofa H. 2003. Strategi Pengembangan Industri Kimia Berbasis Kelapa di


Indonesia. [terhubung berkala]. http.//dekindo.com/mpipb/1231242- haritskun-
4783/kelapa20%.pdf.[18 Oktober 2011].

Samardi A. 2009. Teknologi Oleokimia. [terhubung berkala].


http://ocw.usu.ac.id/course/teknologioleokimia/tkk322_handout_oleok
imia.pdf.[19 Oktober 2011].

Samardi A. 2009. Oleokimia. [terhubung berkala].


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16124/Chapter%.pdf.[ 19
Oktober 2011 ].

Sulistyono I. 2008. Prarancangan Pabrik Asam Lemak dari Minyak Sawit [skripsi].
Surakarta: Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Widodo S. 2005. Kebijakan Pengembangan Industri Oleokimia Berbasis Minyak


Sawit di Indonesia. [terhubung berkala].
http://itb.ac.id/en/education/255832/ChapterII.pdf.[19 Oktober 2011 ].
Wijayanti F. 2008. Pemanfaatan Minyak [skripsi]. Jakarta: FMIPA-UI.

Anda mungkin juga menyukai