Anda di halaman 1dari 6

Chapter 15

Dental Caries and


Quality of Life Among
Preschool Children

Joana Ramos-Jorge, Maria Letícia


Ramos-Jorge, Saul Martins de
Paiva, Leandro Silva Marques and
Isabela Almeida Pordeus
1. Pendahuluan
Karies gigi (lubang gigi) adalah kondisi oral yang merugikan dengan
etiologi multifaktor yang melibatkan genetik, kebiasaan, dan aspek lingkungan
(Reisine, 2001). Faktor sosial-ekonomi diketahui berhubungan dengan kejadian
karies gigi dan distribusinya pada individu. Pemahaman mengenai pegaruh gaya
hidup dan aspek sosial terhadap terjadinya dan perkembangan karies gigi dapat
berkontribusi dalam perkembangan upaya pencegahan dan restorasi (Pereira et al,
2007).
Walaupun karies gigi bukan merupakan penyakit yang mematikan, karies
dapat menyebabkan kesakitan dan masalah tidur, makan, bersosialisasi, serta
kepercayaan diri. Karena itu, karies gigi dapat menyebabkan efek negatif pada
aktivitas dalam kehidupan sehari-hari dan secara konsekuen mempengaruhi
kualitas hidup (Patel et al., 2007). Kualitas hidup dapat dievaluasi dengan cara
menginvestigasi konsekuensi dari kondisi kesehatan yang merugikan dan
perawatannya dari sudut pandang penderita (Tamanini et al., 2004). Hubungan
antara kesehatan mulut dan kualitas hidup dianggap sebagai pelengkap untuk
indikator klinis oleh banyak peneliti (Martins-Junior et al., 2012a).
Terdapat beberapa alat untuk mengukur dampak dari masalah mulut
terhadapa kualitas hidup anak-anak. Orang dewasa bertanggung jawab terhadapa
keputusan yang melibatkan kesehatan anak-anak mereka (Pahel, 2007),
mengevaluasi persepsi orangtua/pengasuh mengenai masalah kesehatan mulut
yang mempengaruhi kualitas hidup anak adalah dasar untuk merencanakan
startegi promosi kesehatan.

2. Rumusan Masalah
Konsep masalah hidup yang berhubungan dengan kesehatan mulut
(OHRQoL) menganggap dampak dari masalah mulut memiliki dampak terhadap
aktivitas sehari-hari, kesejahteraan, dan kualitas hidup (Slade, 1997). Maka dari
itu, penting untuk menilai OHRQoL pada populasi yang berbeda untuk
memahami masalah kesehatan mulut yang mempengaruhi individu-individu dan
untuk merancang program kesehatan masyarakat serta strategi yang ditujukan
untuk pencegahan dan perawatan.
Meskipun terdapat peningkatan minat dan konsekuensi dalam hal publikasi
masalah ini, evaluasi dampak karies gigi pada anak anak yang presekolah baru
belakangan ini menjadi fokus penyelidikan.Karena anak-anak kecil tidak mampu
mengingat peristiwa yang terjadi lebih dari 24 jam sebelumnya (Rebok et al.,
2001) dan memiliki keterbatasan mengekspresikan emosi dan kesedihan (Talekar
et al., 2005), penyelidikan ini sering dilakukan dengan bantuan orang
tua/pengasuh. Oleh karena itu, penting untuk mengeksplor persepsi dari
orangtua/pengasuh yang mempengaruhi perawatan preventif yang diterima anak
anak selama di rumah dan juga penggunaan layanan kesehatan gigi (Filstrup et al.,
2003). Selain itu, persepsi orangtua/pengasuh dapat memberikan wawasan tentang
beberapa alasan mengapa anak-anak prasekolah sering tidak menerima perawatan
yang mereka butuhkan.
Skala Dampak Kesehatan Gigi Anak Usia Dini (ECOHIS) dikembangkan
untuk orang tua / pengasuh anak-anak (Pahel et al., 2007). Penggunaan kuesioner
dalam studi epidemiologi telah memungkinkan perluasan pengetahuan mengenai
kondisi mulut yang merugikan, yang dapat mempengaruhi kualitas hidup anak-
anak, serta dapat memperkuat bukti ilmiah tentang masalah kesehatan mulut dan
menunjukkan kebutuhan diadakannya program kesehatan mulut untuk anak-anak
prasekolah.
Berdasarkan bukti bahwa anak-anak yang berusia empat hingga enam
tahun dapat dengan andal melaporkan kualitas kehidupan mereka sendiri (Filstrup
et al., 2003), Skala Hasil Kesehatan Mulut untuk Anak usia Lima Tahun (SOHO-
5) baru-baru ini telah dikembangkan di Inggris (Tsakos et al, 2012). Namun,
penelitian yang menggunakan instrumen ini telah dibatasi untuk mengevaluasi
reliabilitas dan validitasnya.
Secara umum karies gigi pada anak anak prasekolah berhubungan dengan
beberapa dampak negatif (Abanto et al., 2011; Scarpelli et al., 2012; Ramos-
Jorge et al., 2014), Ramos-Jorge et al) yang meliputi rasa sakit, penurunan nafsu
makan, kesulitan mengunyah, kesulitan makan beberapa makanan dan minum
minuman panas atau dingin, penurunan berat badan, sulit tidur, perubahan dalam
perilaku dan kinerja akademis yang menurun (Abanto et al., 2011; Acs et al.,
1992; Ayhan et al., 1996; Filstrup et al., 2003; Feitosa et al., 2005; Oliveira et al.,
2008; Martins-Júnior et al., 2012). Berdasarkan studi yang dilakukan di China
(Wong et al., 2011) dan Brazil (Abanto et al., 2011; Scarpelli et al., 2012;
Martins-Júnior et al., 2012) dengan menggunakan sekala dampak kesehatan gigi
anak usia dini, melaporkan bahwa karies gigi memiliki dampak negatif pada
kualitas hidup anak-anak prasekolah dan orang tua / pengasuh., dampak itu
menjadi lebih besar karena adanya enam atau lebih lesi karies.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Kanada menemukan bahwa operasi
gigi adalah prosedur bedah yang paling umum di sebagian besar rumah sakit anak
(Canadian Paediatric Decision Support Network, 2004), hal tersebut menunjukkan
bahwa perawatan karies gigi pada anak-anak itu mahal. Selain itu, kebutuhan
untuk perawatan restoratif dapat menyebabkan pembentukan siklus restoratif
berulang (Elderton et al., 1990), sehingga otomatis meningkatkan biaya
pengobatan (Zero et al., 2011).
Namun, karies dapat dideteksi ditahap awal, tetapi untuk perawatan
restoratif masih belum dibutuhkan. Sistem Deteksi dan Penilaian Karies
Internasional (ICDAS) memberikan standarisasi dan diagnosis karies gigi dalam
berbagai situasi dan kondisi yang berbeda (Pitts, 2004). Penggabungan kriteria
dari deteksi karies dan sistem diagnosa termasuk lesi enamel yang belum kavitas
sampai tahap proses terjadinya karies (Ekstrand et al., 1997; Fyffe dkk., 2000;
Chesters et al., 2002; Rickets et al. , 2002) menuntun menuju sistem yang
sekarang ini yang disebut dengan ICDAS II (Shoaib et al., 2009), yang
berkontribusi dalam manajemen pencegahan kerusakan gigi.
Meskipun penurunan prevalensi karies gigi dimulai pada 1970-an, kontrol
kondisi ini terus menimbulkan tantangan bagi penyelenggara kesehatan
masyarakat (Petersen et al., 2005; Dye et al., 2007). Selain itu, peningkatan
polarisasi terlihat karena kesenjangan sosial dalam kesehatan mulut (Sabbah et al.,
2007), yang telah menyebabkan tingkat prevalensi lebih besar dari karies gigi
pada kaum minoritas (Antunes et al., 2004).
Masalah dalam mengatasi karies gigi memberikan pengaruh baik pada
negara maju maupun pada negara berkembang. Survei berkala kesehatan gigi anak
nasional di Inggris telah menunjukkan sedikit perubahan dalam prevalensi karies
di antara anak-anak berusia lima tahun selama 20 tahun terakhir (Lader et al.,
2004). Data dari Amerika Serikat menceritakan kisah serupa, karena tidak ada
perubahan signifikan dalam prevalensi karies gigi antara anak-anak berusia dua
hingga lima tahun ditemukan dari 1988-1994 hingga 1999-2002 (Beltran-Aguilar
et al., 2005) .
Meskipun penurunan prevalensi karies gigi dimulai pada 1970-an, kontrol
pada kondisi ini terus menimbulkan tantangan bagi otoritas kesehatan masyarakat
(Petersen et al., 2005; Dye et al., 2007). Selain itu, peningkatan polarisasi terlihat
karena ketidaksetaraan sosial dalam kesehatan rongga mulut (Sabbah et al., 2007),
menyebabkan tingkat prevalensi lebih besar dari karies gigi pada beberapa
minoritas (Antunes et al., 2004).
Kesulitan dalam mengendalikan karies gigi berpengaruh pada negara maju
dan berkembang. Survei kesehatan gigi anak nasional berturut-turut di Inggris
telah menunjukkan sedikit perubahan dalam prevalensi karies di antara anak-anak
berusia lima tahun selama 20 tahun terakhir (Lader et al., 2004). Data dari
Amerika Serikat menjelaskan kasus serupa, karena tidak ada perubahan signifikan
dalam prevalensi karies gigi antara anak-anak berusia dua hingga 11 tahun
ditemukan dari 1988-1994 hingga 1999-2002 (Beltran-Aguilar et al., 2005).
Nafsu makan yang berkurang, kesulitan mengunyah, penurunan berat
badan dan kesulitan tidur yang diakibatkan oleh karies gigi dapat membahayakan
pertumbuhan dan perkembangan. Selain itu, anak-anak dengan karies parah
memiliki status vitamin D yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan teman-
teman seumuran mereka yang bebas karies. Anak-anak dengan karies cenderung
kurang gizi, hal ini dibuktikan dengan rendahnya kadar kalsium dan albumin
serum serta tingkat PTH yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol
(referensi).
Alat penilaian OHRQoL yang dirancang untuk anak pra-sekolah berguna
untuk evaluasi strategi dan intervensi kesehatan mulut masyarakat. Alat-alat
tersebut harus memiliki sifat yang menunjukkan deteksi perubahan klinis setelah
perawatan. Ketanggapan adalah property teknis utama yang memungkinkan para
peneliti untuk memilih tindakan yang paling tepat untuk uji klinis, memberikan
dasar untuk memperkirakan ukuran sampel dan memfasilitasi interpretasi
perubahan yang terjadi setelah pengobatan (Guyatt et al., 2002; Malden et al.,
2008).

Anda mungkin juga menyukai