Anda di halaman 1dari 45

Pencegahan dan penanganan malaria pada ibu hamil (Buku KIA Hal....

Malaria adalah salah

satu penyakit yang

perlu diwaspadai,

dan disebabkan

oleh parasit yang

disebut dengan

plasmodium.

Kelompok yang

paling rentan untuk

terinfeksi malaria

adalah anak-anak

dan ibu hamil.


Perubahan fisiologis

saat hamil, sepert

perubahan hormon,

peningkatan jumlah

cairan tubuh, serta penurunan kadar hemoglobin, justru akan memperberat malaria yang

sedang diderita.

Hal ini juga akan mempengaruhi janin yang sedang dikandung. Kondisi terberat terjadi

bila tertular malaria pada trimester pertama dan kedua. Sebab, bagian yang paling

disenangi oleh parasit malaria adalah plasenta (ari-ari), sumber makanan janin. Biasanya,

bagian yang kosong dari jonjot-jonjot plasenta akan dipenuhi parasit malaria. Dan

serangan parasit ini akan membuat saluran makanan menuju janin mengecil atau rusak

sebagian. Jatah makanan ke janin pun berkurang atau bahkan tdak ada sama sekali. Hal
ini akan berakibat pada pertumbuhan janin dan bahkan dapat terjadi keguguran. Sekitar

20–40% bayi dari penderita malaria akan memiliki berat badan lahir rendah. Selain itu

bayi akan terinfeksi malaria sehingga akan sakit-sakitan setelah lahir.

Gejalanya tak segera muncul

Timbulnya malaria bukan tanpa gejala. Dan satu hal yang perlu jadi catatan pentng

adalah gejala malaria biasanya tak segera muncul. Dapat 2 minggu, namun dapat juga

sebulan kemudian. Ini sangat individual sifatnya. Seseorang yang terinfeksi malaria dapat

saja menyimpan parasit malaria dalam organ hat. Ketka kondisi tubuhnya lemah, gejala

malaria baru muncul.

Di samping itu, mereka yang sudah terinfeksi berpotensi untuk menularkan penyakit ini

pada orang-orang di sekelilingnya melalui gigitan nyamuk anopheles betna

penanganannya harus cepat dan tepat

Penyakit malaria memang tak dapat dipisahkan dari nyamuk anopheles betna. Sebab,
nyamuk inilah yang bertndak sebagai vektor alias ‘mengantarkan’ parasit malaria dari

satu tubuh manusia ke tubuh manusia lain. Jika seseorang menderita malaria, lalu digigit

oleh nyamuk yang bandel itu, maka parasit malaria akan berkembang biak dalam tubuh

nyamuk. Jika sesudah 7-14 hari nyamuk tadi menggigit orang yang sehat, parasit malaria

akan ditularkan. Dan hanya dalam waktu sekitar 12 hari saja, orang yang digigit tadi akan

menunjukkan gejala sakit malaria.

Untungnya, jam kerja nyamuk anopheles dapat

diduga. Biasanya, ia masuk menggigit pada malam

hari. Untuk itu kita harus menghindarkan diri dari

gigitan nyamuk dengan memakai baju lengan

panjang dan celana panjang. Dapat juga, tutup

rapat-rapat atau pasang kawat kasa pada pintu. Atau


semprot saja kamar dengan obat pembasmi

serangga. Dengan begitu, nyamuk tak akan masuk.

Dapat juga dengan menggunakan kelambu saat tdur

untuk menghindarkan diri dari gigitan nyamuk.

Paling pentng adalah menjaga agar lingkungan kita

bersih dari tempat perkembangbiakan nyamuk

malaria serta jauhkan kandang ternak dari rumah.

Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor,

dan pakaian yang bergantungan serta genangan air.

Gejala malaria ringan:

Demam menggigil secara berkala dan biasanya disertai sakit kepala.

Pucat karena kurang darah (anemi).

Kadang-kadang dimulai dengan badan terasa lemah, mual (dapat sampai muntah) dan
juga tdak nafsu makan.

Catatan: Jika tdak diobat dengan baik, bukan tak mungkin penyakit ini dapat jadi kronik

(menahun).

Gejala malaria berat:

Gejala malaria di atas ditambah dengan:

Kejang-kejang dan kehilangan kesadaran (mengigau, bicara salah, tdur terus, diam saja,

dan tngkah laku berubah) dapat berlanjut menjadi pingsan dan koma

Mata/kulit berwarna kuning

Pucat di bagian dalam kelopak mata, bagian dalam mulut, lidah dan telapak tangan.

Demam yang sangat tnggi (>400

C)

Air kemih berwarna cokelat tua (mirip teh).


Napas cepat.

Muntah terus.

Risiko malaria pada ibu hamil:

Pada daerah endemis malaria, kebanyakan ibu hamil dengan parasit malaria dalam

darahnya tdak menunjukkan gejala malaria, namun masih dapat mempengaruhi

kesehatan ibu dan bayinya.

Malaria dapat menimbulkan komplikasi yaitu: demam tnggi, anak lahir mat, keguguran,

anemia, bayi dengan berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur. Anemia dapat

meningkatkan risiko kematan ibu.

Pengaruh malaria pada ibu hamil:

Gejala malaria pada ibu hamil:

1. Demam: merupakan gejala infeksi malaria yang paling sering terlihat pada ibu hamil.

Demam dapat menyebabkan kontraksi rahim dan menyebabkan keguguran. Selain


itu dapat menyebabkan cacat dan kematan pada janin.

2. Anemia: jika terjadi anemia berat, maka dapat meningatkan risiko kematan ibu dan

jika terjadi pada tga bulan pertama kehamilan dapat menyebabkan terjadinya bayi

dengan berat badan lahir rendah.

3. Menurunnya kadar gula dalam darah ibu yang akan menyebabkan rasa mual, keringat

dingin, lemas, kehilangan kesadaran dan kejang-kejang.

Pengaruh malaria pada janin:

Parasit malaria dalam plasenta dapat mengganggu penyaluran oksigen dan zat nutrisi dari

ibu ke janin sehingga akan meningkatkan risiko terjadinya:

1. Aborsi spontan yang terjadi akibat demam tnggi pada triwulan pertama dan akibat

terjadinya anemia akut pada tga bulan ke dua.

2. Kelahiran mat akibat terjadinya demam tnggi, anemia akut dan adanya parasit

malaria dalam plasenta.


3. Kelahiran prematur akibat adanya demam tnggi, kehilangan cairan dan infeksi

plasenta

4. Berat badan lahir rendah: akibat anemia yang terjadi pada tga bulan pertama dan ini

merupakan salah satu faktor utama penyebab kematan bayi.

5. Malaria bawaan: Parasit malaria dapat masuk ke dalam janin melalui plasenta

sehingga janin akan terinfeksi malaria dengan gejala anemia, diare, muntah, sulit

bernafas dan kejang-kejang.

Mengingat dampaknya begitu memprihatnkan, maka

penanganan malaria pada ibu hamil harus cepat dan

juga tepat. Jadi, begitu ibu tampak agak pucat, kuning

dan suhu tubuh naik, segera ke petugas kesehatan. Untk

memastkan, biasanya akan dilakukan pemeriksaan


darah. Selain ditemukan parasit malaria, jumlah

hemoglobin di dalam darah juga akan menurun

sehingga tampak pucat. Pemberian obat malaria

tdaklah mudah, karena juga akan membahayakan janin

sehinga harus dipilih obat yang tepat dengan cara

meminum yang tepat. Jumlah cairan dan gizi juga harus

diperhatkan dengan baik.

Cara pencegahan Malaria:

1. Tidur memakai kelambu

2. Pasang kasa nyamuk pada lubang angin di rumah

3. Bersihkan semak-semak di sekitar rumah

4. Timbun/alirkan air tergenang di sekitar rumah

5. Pakai obat nyamuk atau semprot kamar sebelum tdur


Depkes RI: Pencegahan dan Penanganan Malaria selama Kehamilan, buku acuan bagi

bidan di desa dan perawat ANC, 2006

Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh

parasit dari genus Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan

nyamuk Anopheles dengan gambaran penyakit berupa demam yang

sering periodik, anemia, pembesaran limpa dan berbagai pengaruh

pada beberapa organ misalnya otak, hat dan ginjal.(l) Pada tahun

2015 terdapat 19 negara dan area di dunia yang terkena transmisi

malaria dan setengah dari populasi dunia, berisiko terserang malaria.

Data terakhir WHO yang dikeluarkan pada Desember 2016, terdapat

212 juta kasus malaria pada tahun 2015 dan 429.000 kematan akibat

malaria. Pada tahun 2010 sampai dengan 2015 insiden malaria

menurun sampai dengan 21% dan angka mortalitas nya menurun


29%.(2) Angka kejadian malaria dapat meningkat jika tdak

ditangani dengan memadai oleh pemerintah.

Di Indonesia sendiri malaria disebabkan oleh 4 jenis

Plasmodium yaitu Plasmodium falcifarum, Plasmodium vivax,

Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale.(3) Pada kebanyakan

kasus malaria ditransmisikan melalui gigitan nyamuk Anopheles

betna dan terdapat 400 jenis Anopheles, 30 jenis diantaranya

merupakan vektor penularan malaria. Transmisi dari Anopheles

bergantung pada keadaan iklim yang akan mempengaruhi jumlah

nyamuk yang bertahan hidup misalnya pola curah hujan, temperatur

dan kelembaban, selain itu imunitas tubuh seseorang merupakan

faktor pentng.(2) Pada tahun 2009 penyebab malaria yang tertnggi

adalah Plasmodium vivax (55,8%), kemudian Plasmodium


falcifarum, sedangkan Plasmodium ovale tdak dilaporkan. Data ini

berbeda dengan data Riskesdas 2010, yang mendapatkan 86,4%

penyebab malaria adalah, Plasmodium falcifarum dan Plasmodium

vivax sebanyak 6,9%.(4)

Insiden Malaria pada penduduk Indonesia tahun 2013 adalah

1,9 %, menurun dibanding tahun 2007 (2,9%), walaupun menurun

namun tetap saja menjadi ancaman bagi masyarakat Indonesia

terutama jika penularan terjadi pada ibu hamil karena resiko yang

tnggi untuk terjadinya kematan ibu dan janin. Lima provinsi di

Indonesia dengan insiden dan prevalensi tertnggi adalah Papua

(9,8% dan 28,6%), Nusa Tenggara Timur (6,8% dan 23,3%), Papua

Barat (6,7% dan 19,4%), Sulawesi Tengah (5,1% dan 12,5%), dan
Maluku (3,8% dan 10,7%).(5) Data Survei Kesehatan Rumah

Tangga (SKRT) tahun 2011, di Indonesia terdapat 15 juta kasus

malaria dengan 38 ribu kematan setap tahunnya. Tahun 2011

terdapat 374 kabupaten endemis malaria dan dari 33 provinsi di

Indonesia, 15 provinsi mempunyai prevalensi malaria di atas angka

nasional, yang sebagian besar berada di Indonesia Timur.(6)

Infeksi malaria pada kehamilan merugikan

ibu dan janin yang dikandungnya karena

dapat meningkatkan morbiditas dan

mortalitas ibu maupun janin.

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU

PENCEGAHAN

TERHADAP KEJADIAN MALARIA PADA

IBU HAMIL
Rensat Bastan Tino

(Program S2 Epidemiologi, FKM,

Universitas Airlangga Surabaya)

Sant Martni

Departemen Epidemiologi, FKM,

Universitas Airlangga Surabaya)

Chatarina U.W

Departemen Epidemiologi, FKM,

Universitas Airlangga Surabaya)

Atk Choirul Hidajah

Departemen Epidemiologi, FKM,

Universitas Airlangga Surabaya)Volume VII Nomor 4, Oktober 2016 ISSN 2086-3098 (cetak)
ISSN 2502-7778 (elektronik)Jurnal Penelitan Kesehatan Suara Forikes217-223

Transmisi malaria telah terjadi di 106

Negara. Sebanyak 97 negara diantaranya

merupakan daerah endemis malaria.

Sebanyak 3,3 milyar penduduk dunia tnggal

di daerah berisiko tertular malaria. perkiraan

jumlah kasus malaria di dunia sebanyak 198

juta kasus pada Tahun 2013, dengan angka

insiden 30% dan angka mortalitas 40% sejak

Tahun 2000. Di Associaton of Southeast

Asian Natons (ASEAN) termasuk Indonesia

jumlah kasus malaria sebesar 28 juta

dengan jumlah kematan sebanyak 584 ribu


orang terutama anak balita (78%) setap

tahun. Di seluruh dunia diperkirakan terdapat

42,6 juta bayi lahir dari ibu yang berisiko

terkena malaria falciparum dan/atau malaria

vivax. Data lain menyebutkan bahwa sekitar

125 juta ibu hamil diseluruh dunia terkena

risiko malaria setap tahun yang

mengakibatkan 200.000 kematan bayi yang

berhubungan dengan infeksi malaria pada

kehamilan. Untuk daerah Asia-Pasifik

terdapat 54,4 juta ibu hamil berisiko malaria

dengan kematan berkisar 75.000-200.000


kematan bayi setap tahun (WHO, 2014;

Poespoprodjo, 2011; Steketee dkk., 2001).

Infeksi malaria pada

kehamilan sangat merugikan ibu dan janin

yang dikandungnya, karena infeksi ini dapat

meningkatkan kejadian morbiditas dan

mortalitas ibu maupun janin. Komplikasi

malaria pada ibu hamil sepert anemia,

hipoglikemia, malaria serebral, udema paru,

infeksi plasenta, gagal ginjal akut, sepsis

puerperal dan perdarahan postpartum,

bahkan dapat mengakibatkan kematan.

Angka mortalitas malaria pada ibu hamil

dengan komplikasi hipoglikemia sebesar 45-


75%, sedangkan malaria serebral memiliki

mortalitas 20-50%.

Poespoprodjo J.R., 2011. Malaria dalam

Kehamilan (Skrining Malaria dan

Pengobatan yang Efektf). Buletn

Jendela DATA & INFORMASI

KESEHATAN, Volume 1, TRIWULAN I

2011.WHO, 2014. Word Malaria Report.:WHO

Library Cataloguing-in-Publicaton Data.

Steketee, R. W., Nahlen, B. L., Parise, M. E.,

& Menendez, C., 2001. The burden of

malaria in pregnancy in malaria-endemic

areas. The American journal of tropical


medicine and hygiene, Vol 64, no 1, p

28-35.

Malaria masih menjadi salah satu penyebab kematan di dunia. Menurut

laporan WHO, kejadian malaria di dunia telah mengalami penurunan. Sebanyak 57

negara telah berhasil menurunkan angka kejadian malaria sebanyak 75%. Tahun

2015, diperkirakan terjadi 214 juta kasus baru malaria dengan 438.000 kematan.

Sekitar 80% dari kematan akibat malaria terkonsentrasi hanya di 15 negara,

terutama di Afrika. Menurut laporan, dalam rentang waktu tahun 2000 dan 2014

kejadian kematan akibat malaria di kawasan Asia Tenggara mengalami penurunan

2.900.000 - 1.600.000 dengan Indonesia sebagai negara penyumbang angka

kejadian kematan ke dua (16%) di kawasan Asia (WHO, 2015).

Penyakit malaria disebabkan oleh infeksi parasit Plasmodium di dalam

darah manusia yang ditularkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betna. Kejadian
malaria di daerah endemis sering mempengaruhui angka kesakitan dan kematan

bayi, balita, dan ibu hamil. Ibu hamil sangat beresiko terinfeksi malaria, hal ini

disebabkan oleh perubahan sistem imunitas ibu selama kehamilan baik secara

hormonal maupun selular, serta diduga akibat peningkatan hormon kortsol selama

kehamilan. Infeksi malaria pada kehamilan, sangat berdampak buruk bagi

kesehatan ibu dan juga janin yang dikandungnya. Pada ibu, infeksi malaria dapat

mengakibatkan anemia, malaria cerebral, edema paru, dan bahkan kematan.

Sedangkan pada janin, dapat menyebabkan abortus, persalinan prematur, berat

badan lahir rendah dan kematn janin (Warouw, 2009).

Berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu komplikasi infeksi

malaria pada ibu hamil. BBLR adalah berat badan bayi baru lahir kurang dari 2500

gram. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu BBLR karena prematur (usia

kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena Intra Uterine Growth
Retardaton (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya

kurang (Dinkes Provinsi NTT, 2015).

Di Indonesia kejadian malaria sering menimbulkan kejadian luar biasa

(KLB), berdampak terhadap kualitas hidup dan ekonomi, serta dapat menyebabkan

kematan. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, insiden malaria

menurun 1,9 persen di banding tahun 2007 yaitu 2,9 persen dan prevalensinya 6,0

persen. Sebagian besar kejadian malaria terjadi di wilayah Indonesia Timur, lima

provinsi dengan insiden dan prevalensi tertnggi adalah Papua (9.8% dan 28.6%),

Nusa Tenggara Timur (6,8% dan 23,3%), Papua Barat (6,7% dan 19,4%), Sulawesi

Tengah (5,1% dan 12,5%), dan Maluku (3,8% dan 10,7%) (Balitbang Kemenke

Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat

intraseluler dari genus Plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp


betna (selain oleh gigitan nyamuk, malaria dapat ditularkan secara langsung

melalui transfusi darah atau jarum suntk serta dari ibu hamil kepada bayinya

dengan karakteristk utama dari infeksi malaria ialah demam periodik, anemia dan

splenomegali dengan manifestasi penyakit tergantung dari jenis Plasmodium yang

menyebabkan infeksi, dan Plasmodium falciparum adalah yang paling berbahaya

(Harijanto,2000).

Harijanto. (2006). Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid III.

Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Hal: 1754-1766

Di daerah endemik malaria, ibu hamil juga merupakan sasaran dari infeksi

malaria. Infeksi malaria pada kehamilan lebih sering disebabkan oleh P.falciparum

dan P.vivax. Kedua species Plasmodium ini sama-sama berdampak pada anemia dan

penurunan berat badan janin yang dikandung (BBLR). Walaupun di dalam beberapa
penelitan dikatakan bahwa infeksi yang disebabkan oleh P.vivax lebih ringan

dampaknya dibandingkan dengan P. falciparum, tetapi infeksi malaria vivax juga

dapat mengancam kesehatan ibu dan janin yang dikandung. Beberapa tahun terakhir

ini kasus malaria berat dan kematan yang disebabkan malaria vivax telah

dilaporkan. Selain itu, lebih dari 50 juta kehamilan yang terjadi setap tahunnya,

separuhnya terjadi di daerah endemik malaria vivax.

Pada ibu hamil yang terinfeksi malaria vivax, kadar TNF-α lebih tnggi

dibandingkan dengan infeksi yang disebabkan oleh P. falciparum pada level

parasitemia yang sama. Diduga tngginya kadar TNF-α ini berhubungan dengan

kejadian BBLR dan anemia pada ibu hamil yang terinfeksi malaria vivax

(Karunaweera, et.al, 1992; Hemmer et.al., 2006).

Beberapa penelitan menyebutkan bahwa infeksi malaria vivax pada


kehamilan dapat berdampak pada ibu dan janin bukan karena faktor sekuestrasi

parasit di plasenta, melainkan karena adanya peningkatan TNF-α yang berperan

terhadap kejadian anemia dan BBLR. Tetapi bagaimana kadar TNF-α ini dapat

mengakibatkan anemia dan apakah kadar TNF-α mempengaruhi status besi di dalam

tubuh ibu hamil yang terinfeksi malaria vivax masih diperlukan penelitan lebih

lanjut, sehingga dasar terjadinya anemia pada ibu hamil yang terinfeksi malaria vivax

dapat diketahui. Sampai saat ini informasi tentang infeksi malaria vivax pada

kehamilan masih sangat terbatas.

Plasenta mempunyai fungsi sebagai barier protektf dari berbagai kelainan yang

terdapat dalam darah ibu, sehingga parasit malaria akan ditemukan di plasenta bagian

maternal. Parasit dapat masuk ke sirkulasi janin bila terdapat kerusakan plasenta misalnya

pada persalinan sehingga terjadi malaria kongenital.

Malaria plasenta didefinisikan sebagai akumulasi dari eritrosit yang terinfeksi P.


faiciparum di ruang intervillous plasenta. Akumulasi ini berdampak pada ibu dan janin

yang dikandung. Pada ibu, meningkatkan risiko terjadinya anemia berat, sedangkan pada

janin yang dikandung dapat terjadi BBLR, stllbirth dan kelahiran prematur. BBLR dan

kelahiran prematur mengakibatkan bayi rentan terhadap berbagai penyakit infeksi pada

awal kehidupannya yang berdampak pada kematan. Begitu juga dampak terhadap ibu,

anemia berat pada kehamilan meningkatkan risiko terjadinya kematan (Khong et al.,

2006).

Diagnosis malaria plasenta ditegakkan dengan menemukan parasit malaria dalam

sel darah merah atau pigmen malaria dalam monosit pada sediaan darah yang diambil

dari plasenta bagian maternal atau darah tali pusat. Gambaran histologik infeksi aktf

berupa plasenta yang bewarna hitam/abu-abu, sinusoid padat dengan eritrosit terinfeksi.

Eritrosit terinfeksi pada sisi maternal dan tdak pada sisi fetal kecuali pada beberapa

penyakit plasenta. Tampak pigmen hemozoin dalam ruang intervilli dan makrofag
disertai infiltrasi sel radang. Dapat terjadi simpul sinsital disertai nekrosis fibrinoid dan

kerusakan serta penebalan membrana basalis trofoblas (Suparman, 2005).

Insidens malaria plasenta dipengaruhi oleh paritas ibu, pada primigravida

insidensnya lebih tnggi dan makin rendah sesuai dengan peningkatan paritas ibu. Begitu

juga dampaknya terhadap BBLR, hal ini dikarenakan pada mult gravida kekebalan pada

ibu telah dibentuk dan meningkat (Luxemburger et al., 2001).

2.9. PENGARUH MALARIA PADA JANIN

2.9.1. Kematan janin dalam kandungan

Kematan janin intrauterin dapat terjadi akibat hiperpireksi, anemi berat,

penimbunan parasit di dalam plasenta yang menyebabkan gangguan sirkulasi

ataupun akibat infeksi trans-plasental.

2.9.2. Abortus

Abortus pada usia kehamilan trimester I lebih sering terjadi karena demam tnggi
sedangkan abortus pada usia trimester II disebabkan oleh anemia berat.

2.9.3. Persalinan prematur

Umumnya terjadi sewaktu atau tdak lama setelah serangan malaria. Beberapa hal

yang menyebabkan persalinan prematur adalah febris, dehidrasi, asidosis atau

infeksi plasenta.

2.9.4. Berat badan lahir rendah

Penderita malaria biasanya menderita anemi sehingga akan menyebabkan

gangguan sirkulasi nutrisi pada janin dan berakibat terhambatnya pertumbuhan

dan perkembangan janin dalam kandungan (Suparman, 2005).

Carriaga MT, Skikne BS, Finley B, Cutler B, Cook JD. 1991. Serum Transfrrin Receptor

for The etecton of Iron Deficiency in Pregnancy. Am J Clin Nutr .54 : 1077-81.

Choi JW, Pai SH, Im MW, Kim SK. 1999. Change in Transferrin Receptor Concentraton

with Age. Clin Chem. 45 : 1562-3.


Clark IA, Caudhri G. (1988). Tumor Necrosis Factor in Malaria-Induced Aborton.

Am.J.Trop. Med. Hyg. 39 : 246 – 249.

Dembo EG, Phiri HT, Montgomery J, Molyneux EM, Rogerson SJ, (2006) Are

Plasmodium Falciparum Parasites Present In Pheriperal Blood Genetcally The

Same As Those Sequestered In The Tissues ? Am.J.Trop. Med. Hyg. 75 (4) : 730

– 732.

Mast AE, Blinder MA, Gronowski AM, Churnley C, Scott MG. 1998. Clinical Utlity of

thfe Soluble Transferrin Receptor and Comparison with Serum Ferritn in

Several Populaton. Clin Chem. 44 : 45-51.

McGready R, Billie BD, Kasia S, Thein C, Htee S, et al. 2004. The Effects of

Plasmodium Falciparum And P.Vivax Infectons on Placental Histopathology in

an Area of Low Malaria Transmission. Am.J.Trop. Med. Hyg. 70 (4) : 398 – 407.
Menendez C, Quinto L, Kahigwa E, Alvarez L, et al. 2001. Effect of Malaria on Soluble

Transferrin Receptor Levels In Tanzanian Infants. Am.J.Trop. Med. Hyg. 65 (2) :

138 – 442

Moormann AM, Sullivan AD, Rochford RA, Chensue SW, Bock PJ, et al. (1999).

Malaria and Pregnancy : Placental Cytokine Expression And Its Relatonship to

Intrautherine Growth Retardaton. J Infect Dis 180 : 1987 – 1993.

Morales AJR, Elia S, Miguel V, Carmelina P, Rosa C, Melissa A and Carlos FP, (2006)

Short report : Pregnancy outcomes associated with Plasmodium vivax malaria in

Northeastern Venezuela. Am.J.Trop. Med. Hyg. 75 (4) : 755 – 757.

Suguitan AL, Timothi JC, Thua AN, Ainong Z, Robert JIL, et al. (2003). MalariaAssociated Cytokine
Changes in The Placenta of Women With Pre-Term

Deliveries in Yaounde, Cameroon. Am.J.Trop. Med. Hyg. 69 (6) : 574 – 581

Watkinson M and DI Rushton. (1983). Plasmodial Pigmentaton of Placenta and

Outcome of Pregnancy in West African Mothers. Br.Med. J. Clin. Res. 287 : 251
– 254.

Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang menyebabkan kematan terutama
pada kelompok risiko

tnggi, yaitu bayi, anak balita, dan ibu hamil. Malaria pada kehamilan meningkatkan risiko kematan janin
karena restriksi pertumbuhan fetus,

prematuritas, berat badan lahir rendah (BBLR), dan anemia maternal. Laporan kasus ini akan membahas
kontribusi infeksi malaria vivax pada

kehamilan terhadap luaran neonatus.

Malaria disebabkan oleh 5 spesies parasit dari

genus Plasmodium, di antaranya P. falciparum,

P. vivax, P. malariae, dan P. ovale, dan dapat

menular ke manusia melalui gigitan nyamuk

Anopheles.

1 Malaria merupakan salah satu

masalah kesehatan masyarakat, penyebab


kematan terutama pada kelompok risiko

tnggi, yaitu bayi, anak balita, dan ibu hamil.2

World Health Organizaton (WHO) pada tahun

2013 melaporkan 198 juta kasus malaria

dengan 584.000 kematan secara global.1

Di Indonesia, berdasarkan survei kesehatan

rumah tangga (SKRT) tahun 2001, terdapat 15

juta kasus malaria dengan 38.000 kematan

setap tahun. Angka kematan malaria berhasil

ditekan dari 0,92% pada tahun 2005 menjadi

0,2% pada tahun 2007.2

Patogenesis
Malaria pada kehamilan, khususnya yang

disebabkan oleh P. falciparum meningkatkan

risiko kematan janin karena restriksi

pertumbuhan fetus (RPF), prematuritas,

berat badan lahir rendah (BBLR), dan anemia

maternal.2

Mekanisme RPF terkait malaria

belum jelas, mungkin akibat insufisiensi

plasenta. Prevalensi puncak infeksi P.

falciparum ialah kehamilan minggu ke-13-18

saat terjadi perkembangan sirkulasi plasenta.

Perkembangan ini meliput pertumbuhan

sel plasenta, trofoblas ekstravilus yang


menginvasi dan bermigrasi melalui

desidua dan arteri spiralis maternal untuk

meningkatkan persediaan darah plasenta.

Invasi trofoblas melibatkan kompleks sitokin,

kemokin, hormon, dan interaksi seluler

antara jaringan plasenta dan sel imun

maternal dalam desidua serta arteri spiralis

endotelium.3

Kadar angiopoetn terganggu

pada parasitemia perifer terutama pada

wanita yang melahirkan bayi BBLR. Selain

itu, terjadi peningkatan sVEGFR1 sirkulasi


dan VEGF plasenta yang berkaitan dengan

risiko abortus, BBLR, dan inflamasi plasenta.

Disregulasi sVEGFR1 dan ANG-1 serta 2 selama

awal kehamilan menjadi tanda bahwa malaria

mengganggu perkembangan plasenta dan

vaskularisasi, sehingga menyebabkan RPF.

Aktvasi berlebihan sistem komplemen dan

C5a akan menyebabkan RPF pada model

binatang melalui mekanisme gangguan

angiogenesis. Malaria diperkirakan berkaitan

dengan hipertensi hingga preeklampsia yang

berujung pada RPF.4

Selama kehamilan, hormon plasenta berperan


pentng mengatur pertumbuhan fetus dan

kehamilan; disintesis sebagian besar oleh

sinsitotrofoblas berupa faktor pertumbuhan

menyerupai insulin (IGF), leptn, hormon

pertumbuhan plasenta, laktogen plasenta,

serta gonadotropin korionik. Pada malaria dan inflamasi plasenta, terjadi penurunan nilai IGF-

1 yang berkorelasi dengan berat lahir.5

Malaria plasenta menyebabkan sekuestrasi

parasit di ruang intervilus, merangsang

produksi kemokin sehingga terjadi

penambahan monosit. Sitokin inflamasi ini

menyebabkan pembentukan deposit fibrin.


Sekuestrasi monosit plasenta dan pigmen

malaria berkaitan dengan penurunan berat

badan lahir. Selain itu, malaria plasenta

berkaitan dengan penebalan membran

basal dari sinsitotrofoblas dan peningkatan

knotting sinsital serta nekrosis. Perubahan

ini menurunkan integritas sinsitotrofoblas,

sehingga terjadi gangguan pertumbuhan

terutama pada trimester ketga saat kebutuhan

transportasi nutrisi paling tnggi.5

Sekitar 25% populasi daerah endemik malaria

menderita anemia berat (hemoglobin <7

g/L),5
sedangkan anemia merupakan faktor

risiko bebas untuk BBLR dan RPF. Malaria

menyebabkan anemia dan inflamasi plasenta

berkaitan dengan anemia. Mekanisme anemia

sedang hingga berat menyebabkan RPF masih

belum diketahui. Beberapa faktor penyebab

meliput faktor hematnik, sepert besi, asam

folat dan mikronutrien, komorbid lain (infeksi

HIV atau kekurangan nutrisi maternal), serta

mungkin terjadi gangguan penghantaran

oksigen ke fetus.5

Diagnosis1
Malaria didiagnosis berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan laboratorium. Diagnosis

past harus berdasarkan pemeriksaan

mikroskopik sediaan darah atau tes diagnostk

cepat (RDT).

Tatalaksana

Wanita hamil terdiagnosis malaria tanpa

komplikasi akibat P. malariae, P. vivax, P. ovale,

atau P. falciparum yang masih sensitf klorokuin

sebaiknya mendapat terapi klorokuin. Terapi

alternatf yaitu hidroksiklorokuin.6

Pada

wanita hamil terdiagnosis infeksi P. falciparum


resisten klorokuin, terapi yang dianjurkan

ialah meflokuin atau kombinasi kuinin sulfat

dengan klindamisin.6

Kuinin diberikan selama

7 hari di Asia Tenggara dan 3 hari di daerah lain,

klindamisin diberikan selama 7 hari.6

Wanita

hamil dengan infeksi P. vivax resisten klorokuin

sebaiknya mendapat terapi meflokuin.

Doksisiklin ataupun tetrasiklin tdak dianjurkan

pada wanita hamil karena bersifat embrio- dan fetotoksik pada pembentukan tulang hewan

uji coba.6
Pada infeksi P. vivax atau P. ovale

perlu ditambahkan primakuin fosfat untuk

eradikasi hipnozoit.7

Namun, wanita hamil

memiliki kontraindikasi pemberian primakuin

karena risiko hemolisis sel darah merah fetus.7

Wanita hamil dengan infeksi P. vivax atau P.

ovale sebaiknya mendapat profilaksis klorokuin resistensi.9

Di India, klorokuin tdak efektf

terhadap infeksi P. falciparum pada wanita

hamil selama wabah tahun 1997-1998.9

Terapi

kuinin kombinasi klindamisin menghasilkan


angka kesembuhan hingga 100%. Monoterapi

meflokuin memiliki angka kesembuhan

72%, bila dikombinasi dengan artesunat

akan mencapai 100%.10 Terapi kombinasi transmisi P. falciparum tnggi sebaiknya diberi

terapi pencegahan intermiten sulfadoksin

pirimetamin. Di area endemik malaria di

Afrika, seluruh wanita yang hamil pertama

atau kedua sebaiknya mendapat sulfadoksin

pirimetamin sebagai bagian dari asuhan

antenatal, diberikan pada trimester kedua,

sedikitnya 3 kali dengan jarak antar dosis 1

bulan.12

1. World Health Organizaton. World malaria report 2014 [Internet]. 2015 [cited 2015 October 1].
Available from:www.who.int/malaria/publicatons/world_malaria_
report_2014/en/

2. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI.
Pedoman penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia [Internet].

2008. [cited 2015 October 1]. Available from: www.depkes.go.id/download.php?filemalaria.pdf

3. Singh N, Singh MP, Wylie BJ, Hussain M, Kojo YA, Shekhar C, et al. Malaria prevalence among pregnant
women in two districts with differing endemicity in

Chhattisgarh, India. Malaria Journal 2012; 11: 274.

4. Umbers AJ, Stanisic DI, Ome M, Wangnapi R, Hanieh S, Unger HW, et al. Does malaria affect placental
development? Evidence from in vitro models. Plos One 2013;

8(1): 55269.

5. Umbers AJ, Aitken EH, Rogerson SJ. Malaria in pregnancy: Small babies, big problem. Trends in
Parasitology 2011; 27(4): 168-75.

6. Desai M, ter Kuile FO, Nosten F, McGready R, Asamoa K, Brabin B, et al. Epidemiology and burden of
malaria in pregnancy. Lancet Infect Dis. 2007;7:93-104.

7. Czeizel AE, Rockenbauer M. Teratogenic study of doxycycline. Obstet Gynecol. 1997; 89: 524-8.

8. Baird JK, Hoffman SL. Primaquine therapy for malaria. Clin Infect Dis. 2004; 39:1336-45.
9. CDC. Treatment of malaria (guidelines for clinicians) [Internet]. 2013 [cited 2015 October 1]. Available
from: http://www.cdc.gov/malaria/resources/pdf/

treatmenttable.pdf

10. Singh N, Mehra RK, Srivastava N. Malaria during pregnancy and infancy, in an area of intense malaria
transmission in central India. Ann Trop Med Parasitology

2001;95:19-29.

11. McGready R, Brockman A, Cho T, Cho D, van Vugt M, Luxemburger C, et al. Randomized comparison
of meflloquine-artesunate versus quinine in the treatment of

multdrug-resistant falciparum malaria in pregnancy. Trans R Soc Trop Med Hygiene 2000; 94:689-93.

12. Rijken MJ, McGready R, Boel ME, Poerpoprodjo R, Singh N, Syafruddin D, et al. Malaria in pregnancy
in the Asia-Pacific region. Lancet Infect Dis. 2012;12:75-88.

13. World Health Organizaton. Guidelines for the treatment of malaria [Internet]. 2015 [cited 2015
October 1]. Available from: www.who.int/malaria/publicatons/

atoz/9789241549127/en/

14. Filho ACM, da Costa EP, da Costa EP, Reis IS, Fernandes EAC, Paim BV. Effects of Vivax Malaria acquire
before 20 weeks of pregnancy on subsequent changes in fetal

growth. AM J Trop Med Hyg. 2014;90(2): 371-6.


15. Brutus L, Santalla J, Schneider D, Avila JC, Deloron P. Plasmodium vivax malaria during pregnancy,
Bolivia. Emerging Infectous Disease. 2013;19(10): 1605-11.

16. Rivera AJ, Rivera LL, Dubon JM, Reyes ME. Effect of Plasmodium vivax malaria on perinatal health.
Revista Honduras Pediatrica 1993;16:7-10.

17. Yakoob MY, Zakaria A, Waqar SN, Zafar S, Wahla AS, Zaidi SK, et al. Does malaria during pregnancy
affect the newborn? JPMA. 2005; 55:543.

18. Nosten F, McGready R, Simpson JA, Thwai KL, Balkan S, Cho T, et al. Effects of Plasmodium vivax in
pregnancy. Lancet 1999; 354: 546-9.

19. Poespoprodjo JR, Fobia W, Kenangalem E, Lampah DA, Warikar N, Seal A, et al. Adverse pregnancy
outcomes in an area where multdrug-resistant Plasmodium vivax

and Plasmodium falciparum infectons are endemic. Clin Infect Dis. 2008;46(9): 1374-81.

20. Villegas L, McGready R, Htway Mg, Paw MK, Pimanpanarak M, Arunjerdja R, et al. Chloroquine
prophylaxis against vivax malaria in pregnancy: A randomized, doubleblind, placebo-controlled trial.
Tropical Med and Int Health 2007;12(2): 209-18.

21. WHO Malaria Policy Advisory Committee and Secretariat. Malaria policy advisory committee to the
WHO: Conclusions and recommendatons of eight biannual

meetng (September 2015). Malar J. 2016; 15:117

Anda mungkin juga menyukai