Anda di halaman 1dari 9

Biduri (Calotropis gigantea)

Gambar: Harpan (2015)


Nama:
Lokal : Rubek (Aceh)
Latin : Calotropis gigantea

Deskripsi:
Semak tegak, tinggi 0,5-3 m. Batang bulat, tebal, ranting muda berambut tebal, putih. Daun
tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan. Helaian bulat telur atau bulat panjang, ujung
tumpul, pangkal berbentuk jantung, tepi rata, pertulangan menyirip, panjangnya 8-30 cm,
lebar 4-15 cm, berwarna hijau muda. Permukaan daun muda berambut rapat berwarna putih
(lambat laun menghilang), permukaan bawah tetap berambut tebal berwarna putih. Bunga
majemuk dalam anak payung, di ujung atau ketiak daun, mahkota berbentuk kemudi kapal,
berwarna lila, kadang-kadang putih. Buah bumbung, bulat telur atau bulat panjang, pangkal
buah berupa kaitan, panjang 9-10 cm, berwarna hijau. Biji kecil, lonjong, pipih, cokelat.
Berambut pendek dan tebal, umbai rambut serupa sutera panjang. Jika salah satu bagian
tumbuhan dilukai, akan mengeluarkan getah berwama putih, encer, pahit dan kelat, lama
kelamaan terasa manis, baunya menyengat, beracun. Kulit batang mengandung bahan serat
(Dalimartha, 2000).

Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Gentianales
Famili : Asclepiadaceae
Genus : Calotropis
Spesies : Calotropis gigantea (Anonimus, 2012)

Kandungan Bahan Aktif


Hampir semua organ tubuh tanaman mengandung senyawasenyawa kimia bermanfaat. Secara
umum, akar mengandung saponin, sapogenin, kalotropin, kalotoksin, uskarin, kalaktin,
gigantin, dan harsa. Organ daun mengandung bahan aktif seperti saponin, flavonoid,
polifenol, tanin, dan kalsium oksalat. Kandungan pada batang berupa tanin, saponin, dan
kalsium oksalat. Getah yang dihasilkan juga memuat senyawa racun jantung yang
menyerupai digitalis (Kongkow, 2007). Bahan kimia khas yang terkandung yaitu calotropin
dan giganticine. Dari review yang dikemukakan oleh Ahmed et al (2005), investigasi-
investigasi telah menemukan senyawa dari kelompok cardenolide dari getah dan daun.
Kelompok cardiac glikoside yang telah teridentifikasi yaitu calotropogenin, calotropin,
uscharin, calotoxin, dan calactin. Kelompok cardenolide glikoside meliputi coroglaucigenin,
frugoside dan 4’-o-beta-D-glukopyranosylfrugoside. Pada ekstrak alkohol dari akar dan daun
menghasilkan efek antikanker pada epidermal carcinoma manusia serta kultur jaringan
nasopharync. Dari uji coba tertentu, campuran senyawa tersebut bersifat sitotoksik pada
beberapa tipe bentuk sel pada manusia dan mencit. Efek antiplasmodia juga dibuktikan pada
percobaan invitro menggunakan eritrosit. Adanya calotropin menghambat spermatogenesis
dan menimbulkan efek abortif pada tikus dan kelinci. Getah campuran yang diramu khusus
mengganggu siklus uterus pada tikus. Lhinhatrakool dan Sutthivaiyakit (2006)
mengemukakan bahwa adanya kelompok senyawa cardenolids yang terkandung memberikan
efek sitotoksik pada siklus sel kankern (Kumalasari, )

Hasil penelitian (Meilawaty, 2011) menyebutkan bahwa pemberian ekstrak metanolik getah
biduri dapat menurunkan jumlah limfosit pada gingiva tikus yang diberi perlukaan dengan
punch biopsy sehingga kemungkinan dapat digunakan sebagai antiinflamasi, dan yang lebih
efektif adalah ekstrak getah biduri 500 mg/KgBB. Namun, masih diperlukan penelitian lebih
lanjut untuk mengisolasi senyawa aktif tanaman biduri yang dapat memberikan efek
antiinflamasi serta perlu dilakukannya uji toksisitas sehingga bisa diaplikasikan pada
manusia.
Efek Farmakologis
Tanaman ini memiliki sifat :
Daun : bau lemah, rasa pahit, anti jamur.
Kulit akar : bau lemah, pahit, astrngent, expectorant (B3K4M, 2017)

Untuk : gigi rusak, radang anak telinga (otis), radang lambung (gastritis), kejang jantung
(angina pectoris), kudis (scabies), campak/gabag (morbili), kutil, bisul (furunculus), eksim dll
(B3K4M, 2017)

Untuk Menyembuhkan :
1. Kudis
Daun Widuri segar 5 gr, tambah kapur ¼ sdt, tumbuk sampai lumat lalu oleskan pada kudis
2. Batuk
Akar Widuri kering yang sudah digiling 200-600mg, diseduh air panas, minum
3. Sakit Gigi
Getah Widuri 3 – 4 tetes dipakai untuk melepas gigi atau geraham yang busuk. Hati-hati
jangan sampai kena gigi yang sehat (B3K4M, 2017)
Tumbuhan Cangkring (Erythrina fusca Lour.)

a. Sistematika Tumbuhan
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Rosales
Suku : Papilionaceae
Marga : Erythrina
Jenis : Erythrina fusca Lour.
(Backer and Bakhuizen van den Brink, 1965)

b. Morfologi Tumbuhan
Cangkring merupakan tanaman pepohonan [Gambar 8] yang berdaun rontok, tinggi 10-20 m,
berbatang kayu, berwarna keabu-abuan, permukaan kulit kasar dengan cabang yang jarang,
dilengkapi dengan duri tempel (Hutapea et al., 1994). E. fusca Lour. mempunyai lebih
banyak duri daripada Erythrina lithosperma (Heyne, 1987).
Batangnya tegak berkayu, bulat, percabangan simpodial, berduri tajam dan berwarna putih
kecoklatan. Daun majemuk beranak tiga, berbentuk bulat telur dengan ujung dan pangkal
tumpul, tepi rata, panjang 20-30 cm, lebar 4-10 cm, tangkai panjang 10-15 cm. Tulang daun
menyirip, berwarna hijau mengkilap, cabang samping anak daun berukuran lebih kecil
daripada daun yang di ujung tengah (Hutapea, 1994).
Bunga majemuk, berwarna jingga muda, terletak di ujung batang, tangkai silindris, panjang
2-3 cm, kelopak berbentuk tabung, ujung bercangap, berwarna hijau pucat; benang sari
panjang kurang lebih 3 cm, berwarna merah, kepala sari berbentuk ginjal, berwarna kuning ;
tangkai putik silindris, panjang 3 cm, berwarna putih, kepala putik lonjong, berwarna kuning;
mahkota berbentuk kupu-kupu, berwarna merah. Bunga berbentuk polong, berwarna coklat.
Akar tunggang, berwarna putih kecoklatan (Hutapea, 1994).

c. Nama Daerah
Di Indonesia tumbuhan E. fusca mempunyai beberapa nama daerah, yaitu Galada ayer
(Melayu), Cangkring (Jawa), Rope (Sasak), Kane (Makasar), Rase (Bugis), Ngareer
(Samarinda), Cangkering, Dadap cangkring, Dadap rangrang, Dadap cucuk, Dadap
duri (Heyne, 1987 and Mardisiswojo and Rajakmangunsudarso, 1985).

d. Habitat dan Penyebaran


Erythrina fusca Lour. tumbuh di hutan, tepi sungai dan tempat lain sampai setinggi 700 m
dari permukaan laut (Mardisiswojo and Rajakmangunsudarso, 1985). Juga hidup di daerah
rawa-rawa dan di tepi aliran sungai (Backer and Bakhuizen van den Brink, 1965). Tumbuhan
ini tersebar hampir di seluruh Asia Tenggara. Di Jawa ditemukan tumbuh di bawah 700 m di
atas permukaan laut (Heyne,1987).
Penyebaran tumbuhan ini diperkirakan dari daerah tropis kering ke arah lembab melalui
daerah subtropik kering ke daerah berhutan basah. Jenis ini diperkirakan masih dapat hidup
pada daerah berhujan sampai 10-40 dm pada suhu 20-280C dan pada pH 6-8. Jenis ini
mampu bertahan pada kondisi yang bervariasi, seperti di dataran rendah, tepi pantai, rawa,
tanah yang rendah, sungai, tepi danau, dan lain-lain (Croat, 1978).
Di Amerika, E. fusca tersebar dari Guatemala sampai ke Amazon Bason. Sedangkan di
Panama, spesies ini hanya dikenal sebagai tumbuhan yang berasal dari tropik hutan basah,
selalu tumbuh berawal dari daerah rawa (Croat, 1978).

e. Kandungan Kimia
Tiap 100 gram daun basah mengandung 60 kalori; 81,5 g air; 4,6 g protein; 0,8 g lemak; 11,7
g karbohidrat total; 4,1 g serat; 1,4 g abu; 57 mg kalsium; 40 mg phosphor; 1,8 mg Fe; 2300
mg setara dengan beta karoten; 0,24 mg thiamin; 0,17 mg riboflavin; 6,54 ng niasin, 78 mg
asam askorbat (Duke, 1983). Daun, kulit batang, dan akarnya mengandung saponin dan
polifenol, sedangkan akarnya juga mengandung flavonoid (Hutapea, 1994). Ekstrak etanol
daun dan kulit batang cangkring mengandung flavonoid, alkaloid dan terpenoid (Meiyanto et
al., 2003). Ekstrak kloroform daun cangkring (E. fusca) mengandung golongan senyawa
flavonoid, fenolik, dan terpenoid, efluen nomor 30 mengandung flavonoid dan fenolik
(Wahyuningsih, 2004). Fraksi nomor 30 hasil fraksinasi ekstrak metanol daun cangkring (E.
fusca) mengandung alkaloid, saponin dan terpenoid (Rahmawati, 2004).

f. Manfaat Tumbuhan

Tumbuhan E. fusca telah lama digunakan sebagai obat tradisional. Daunnya digunakan untuk
mengobati gabag, cacar air, frambusia, gatal-gatal, ASI kurang lancar (Mardisiswojo and
Rajakmangunsudarso, 1985). Kayu setelah diremas-remas dapat diminum sebagai obat
kencing darah atau kencing nanah (Heyne, 1987). Rebusan akar dan atau kulit batang dapat
digunakan sebagai obat beri-beri (Heyne, 1987 and Hutapea, 1994).

g. Penelitian Terdahulu
Kandungan senyawa yang terdapat dalam tumbuhan cangkring yang pertama kali diisolasi
adalah alkaloid, termasuk erythroidine yang telah lama digunakan sebagai suatu relaksan otot
dalam pembedahan dan dalam pengobatan schizophrenia (Heyne, 1987 and Hutapea, 1994).
Penelitian terhadap ekstrak etanol daun E. fusca menunjukkan aktivitas sebagai inhibitor
cyclooxygenase (COX) 2 pada sel Raji. Hambatan pada COX akan menekan konversi asam
arakhidonat menjadi prostaglandin (PGE2) sehingga meningkatkan ketersediaan ceramide,
induktor apoptosis yang poten. Selain itu, penghambatan ekspresi COX 2 akan menekan
produksi PGE2 yang menurunkan ekspresi onkogen antiapoptosis Bcl-2 (Werdhinindah,
2005).
Ekstrak metanol daun E. fusca memiliki kemampuan untuk menghambat enzim
topoisomerase II secara in vitro (Sismindari et al., 2001). Pada saat proses perpanjangan
replikasi dimana suatu saat helikase akan tidak mampu membuka heliks DNA karena pada
ujung-ujung dari fragmen yang dibuka akan terjadi lilitan yang sangat ketat. Oleh karena itu,
enzim topoisomerase DNA berfungsi untuk menghindari berhentinya proses replikasi dengan
jalan memotong DNA yang berlilitan ketat kemudian memutar balik dan
menyambungkannya kembali. Penghambatan enzim topoisomerase II akan menghentikan
proses replikasi DNA sehingga dapat menghambat proliferasi sel (Sismindari, 2002).
Hasil penelitian lain membuktikan aktivitas penghambatan angiogenesis ekstrak etanol daun
cangkring pada membran korio alantois embrio ayam (CAM) terinduksi bFGF (Nurbayani,
2003). Angiogenesis memberikan suplai nutrisi dan oksigen pada jaringan baru. Apabila
terjadi penghambatan angiogenesis, maka sel kanker akan mengalami kematian akibat
kurangnya nutrisi bagi kelangsungan hidupnya. Kandungan flavonoidnya juga
memungkinkan efek antikanker dengan bereaksi langsung dengan metabolit karsinogenik dan
mendetoksifikasinya (Cassady et al., 1990).
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh CCRC, ekstrak petroleum eter
daun cangkring mempunyai efek antiproliferatif terhadap sel HeLa dengan IC50 sebesar
62,11 μg/ml (Setyowati, 2004), ekstrak metanol daun cangkring mempunyai harga IC50
sebesar 73,88 μg/ml (Dhiani, 2004) dan Puspitasari (2004) melaporkan harga IC50 ekstrak
kloroform daun cangkring terhadap sel HeLa adalah 16,11 μg/ml, sedangkan fraksi nomor 30
mempunyai harga IC50 sebesar 5,00 μg/ml.
Klasifikasi dan morfologi Tanaman kacang kapri

Tanaman kacang kapri dapat tumbuh dengan baik pada cuaca dingin dengan kelembaban
tinggi dan bersuhu 55 – 65 derajat fahrenheit.

Tanah yang di gunakan untuk menanam kacang kapri ini haruslah subur per ph baik sekitar
5,5 – 6, karena tanaman kapri sangat pada tanah masam dan tidak kuat pada genangan.

Banyak petani yang membudidayakan tanaman kacang kapri ini karena selain permintaan
pasar yang banyak, tapi karena kandungan kacang kapri yang banyak, seperti karbohidrat,
serat dan protein.

Kacang kapri juga bisa di jadikan sebagai obat, seperti menyehatkan mata dan mencegah
kanker.

Klasifikasi tanaman kacang kapri


Klasifikasi terhadap tanaman kacang kapri adalah untuk memudahkan seseorang untuk
mengenali, mempelajari dan membedakan kacang kapri dengan tanaman adu kacang lainnya.
Berikut ini adalah tabel tentang klasifikasi tanaman kacang kapri :

Kingdom Plantae
SUBkingdom Viridiplantae
Infra Kingdom Streptophyta
Super divisi Embryophyta
Divisi Tracheophyta
Sup divisi Spermatophytina
Kelas Magnoliopsida
Super ordo Rosanae
Ordo Fabales
Famili Fabaceae
Genus Pisum L
Spesies Pisum Sativum L

Ciri ciri kacang kapri

1. hidup baik didaerah tropis bersuhu 10 - 30 derajad C

2. tanaman kapri memiliki tinggi ratarata sekitar 3,5 m

3. daun berbentuk meyirip

4. memiliki bunga berwarna putih

5. panjang buah 3-11 cm

6. di dalam buah terdapat 3 hingga 11 biji kacang kapri

7. memiliki sebutan lain yaitu kacang ercis atau kacang polong

Jenis Kapri

Kacang kapri (pisum sp) termasuk subfamili papilonaceae (famili Leguminosae). Dari
tanaman ini dikenal dua jenis sebagai berikut:

 Kapri polong atau disebut kapusiner (pisum arvense L.)

Polong kapri kapusiner berbentuk pipih dan rasanya gurih. Jenis kapri inilah yang biasa
dimakan dengan kulitnya jika polong masih muda. Adapun polong yang tua menjad ibanyak
serat. Kapri polong ini terdiri dari dua macam, yaitu kapri ungu dan kapri putih. Kapri ungu
bunganya violet, sedangkan kapri putih bunganya berwarna keputih putihan. Kedua jenis
kapri ini bijinya bulat, besar, dan lebih bersiku. Rasa biji yang telah tua dan belum dimasak
(mentah) kelat atau getir dan sedikit sepet. Selain itu, setiap ujung buahnya terdapat paruh
pendek.

 Ercis atau kapri biji (Pisum sativum L).

Polong ercis berbentuk bengkok (kembung), tidak pipih seperti kapri kapusiner. Pada ujung
buahnya tidak terdapat paruh. Varietas ercis berbiji bulat adalah meteore dan spiket,
sedangkan ercis berbiji keriput varietasnya darfon, sanroy, dan triton. Varietas yang bijinya
keriput baik untuk dikelengkan. Pada umumnya biji ercis kecil dan rasanya tidak kelat dan
tidak sepet walaupun telah tua dan tidak dimasak (mentah). Ada dua jenis ercis yang dikenal
yaitu: ercis hijau atau doperwt atau kapri biji pipih dan ercis biji kembung.
Buah ercis hijau yang masih muda tidak mudah dipatahkan (liat), banyak seratnya. Polong
yang telah tuapun tetap bengkok seluruhnya. Ercis inilah yang biasa dimakan bijijnya saja
sehingga disebut kapri biji pipih.

Adapun buah ercis biji kembung yang masih muda mudah dipatahkan karena tidak terdapat
serat. Sementara itu, buahnya yang telah tua tidak bengkok lagi, tetapi menjadi kempes dan
berkerut kerut. Bagia yang membengkak ialah bijinya saja sehingga disebut kapri biji
kembung.

Manfaat Kacang Kapri

Biji polong kapri yang masih muda dapat dibuat sayur, sambal goreng, campuran bakmi, dan
sebagainya, kecuali ercis hijau. Kapri yang disajikan bersama sambal goreng hati tidak
pernah absen ditempat perjamuan. Di industri, makanan biji kapri diolah menjadi makan
dalam kaleng (canning). Main Trust di Dieng, Wonosobo mengolah kapri kaling seperti
asparagus kaleng dan lain lain.fhvt bunga lestarimm bunga lestari

Anda mungkin juga menyukai