Anda di halaman 1dari 9

BAB PERNIKAHAN

I.Defnisi Nikah
Kata nikah dalam bahasa arab berarti menyatu dan bersetubuh, dan dalam
arti syari’ adalah sesuatu aqad yang memperbolehkan dengan aqad itu
bersetubuh dengan istri dengan lafadz nikah atau kawin. Nikah sangat
diperintahkan oleh ALLAH SWT. Dan sangat dianjurkan oleh nabi
Muhammad s.a.w. (seperti yang tertera pada ayat 32 surah An-Nur dan
hadist-hadist Rasulullah yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim, Imam
Ahmad dan Abu Ya’la) berkata Ibnul Abbas rodliallahu’anhu : tidak
sempurna ibadah seseorang sampai dia kawin (menikah).
II. Faedah–faedah nikah
Faedah–faedah nikah sangat banyak sekali, seperti yang disebutkan oleh
Imam Ghozali dalam kitab Ihya’ diantaranya:
a. Mendapatkan keturunan yang mana di dalam kita mendapatkan
keturunan tersebut mempunyai 4 nilai dalam beribadah:
1. Untuk meneruskan kelangsungan hidup jenis manusia dimuka bumi ini,
seperti yang tertera dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad,
yang artinya nikahlah kalian supaya kalian mempunyai keturunan.
2. Untuk mendapatkan cinta Rasulullah s.a.w. dengan memperbanyak
umatnya, karena nabi Muhammad s.a.w. merasa bangga dengan banyaknya
umat beliau. Seperti yang disabdakan nabi Muhammad s.a.w. (yang
artinya) nikahlah kalian sehingga kalian akan menjadi banyak, karena
sesungguhnya aku akan membanggakan kalian kepada umat-umat yang
lain pada hari kiamat, walaupun dengan bayi yang gugur (hadist
diriwayatkan oleh Imam Ahmad).
3. Mengharapkan do’a dari anaknya kelak untuk kedua orang tuanya,
karena semua amal terputus kecuali 3 perkara, termasuk anak yang
sholeh yang selalu mendo’akan kedua orang tuanya. (mutafaqun alaihi)
4. Mengharapkan syafa’at dari anaknya.
b. Dengan pernikahan tersebut kita mendapatkan benteng yang bisa
membentengi diri kita dari godaan syaiton dan hawa nafsu.
c. Mendapatkan kesenangan dalam kehidupan dan kesemangatan dalam
melaksanakan ibadah.
d. Mendapatkan banyak pahala dll.
III. Berniat yang baik dalam menikah
Dianjurkan oleh Rasulullah s.a.w. bahwa sesungguhnya amal kita
tergantung pada niat kita sendiri maka dalam mengerjakan suatu, kita
dianjurkan untuk memperbaiki niat kita.
Adapun niat seseorang yang akan menikah seperti yang diriwayatkan oleh
Imam Ali Bin Abibakar Assakran diantaranya:
a. Berniat untuk mendapatkan cinta dan ridho dari ALLAH S.W.T. dan
Rasulullah s.a.w.
b. Berniat memperbanyak keturunan yang sholih dan sholihah.
c. Berniat menjaga dari godaan syaiton.
d. Berniat menjaga kemaluan dari pekerjaan yang keji (ma’siat)
e. Berniat mencari kesenangan dengan istri agar dapat giat dalam
beribadah.
f. Berniat melawan hawa nafsu.
g. Berniat mencari rizki yang halal untuk keluarga.
h. Berniat mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang sholih dan
sholihah dll.
IV. Hukum Menikah
a. Wajib. Hukumnya bagi orang yang tidak mampu menahan nafsunya
sehingga bisa melakukan perzinahan.
b. Sunnah, bagi setiap orang yang mempunyai keinginan untuk menikah
dan mempunyai uhbah (bekal kawin) yaitu berupa mahar untuk istrinya,
nafkah untuk istri di hari perkawinannya dan malam harinya dan juga
mempunyai uang untuk beli baju satu stel pada hari perkawinannya.
c. Khilafuaula, bagi orang yang ingin menikah tapi tidak memiliki uhbah
(bekal untuk kawin) atau sebaliknya yaitu mempunyai uhbah (bekal untuk
kawin) tapi tidak mempunyai keinginan untuk menikah.
d. Makruh, bagi seseorang yang tidak memiliki keinginan untuk nikah dan
tidak memiliki uhbah (bekal untuk kawin).
e. Haram, bagi seseorang yang ingin menikah tapi tidak ingin
menafkahinya dhohir atau batin.
V. Anjuran agama untuk melihat wanita yang akan di kawini (dinikahi)
sebelum nikah, seperti yang disabdakan Nabi Muhammad s.a.w. (yang
artinya) ”Lihatlah kepadanya karena itu akan menjadikan sebab
langgengnya kalian berdua”. Seperti yang diriwayatkan Imam Turmudzi,
tapi dengan syarat-syarat tertentu diantaranya:
a. Dengan niatan ingin menikah (bukan main-main)
b. Ada harapan untuk diterima pinangannya.
c. Melihatnya cukup di wajah dan kedua telapak tangannya tidak yang lain
(karena wajah dan kedua telapak tangan sudah menggambarkan
keseluruhan tubuhnya).
d. Perempuan yang belum bertunangan.
e. Perempuan yang boleh dinikahi.
# Peringatan, berpacaran hukumnya haram mutlak, dan bisa menimbulkan
fitnah dan malapetaka.
VI. Rukun-rukunnya nikah diantaranya
1. Wali nikah.
Wali nikah dibagi dua :
1) Wali nikah khusus yaitu semua laki-laki kerabatnya yang berhak menjadi
wali.
2) Wali nikah umum yaitu wali hakim atau petugas KUA.
a. Orang yang berhak menjadi wali nikah yaitu :
1) Ayah kandung
2) Kakek, atau bapaknya kakek dan seterusnya
3) Saudara laki-laki kandung
4) Saudara laki-laki seayah, adapun saudara laki-laki seibu tidak berhak.
5) Anak saudara laki-laki kandung (keponakan)
6) Anak saudara laki-laki seayah dan seterusnya, adapun saudara laki-laki
seibu tidak berhak
7) Paman atau saudara laki-laki ayah kandung
8)Paman atau saudara laki-laki ayah seayah adapun paman saudara laki-
laki seibu tidak berhak
9) Anak paman saudara laki-laki ayah kandung (misanan)
10) Anak paman saudara laki-laki ayah seayah dan seterusnya.
11) Paman ayah
12) Anak paman ayah (misanan ayah)
13) Paman kakek kemudian anaknya
14) Paman ayah kakek kemudian anaknya
b. Adapun cara perwalianya harus berurutan yaitu dari 1 kalau tidak ada
dan tidak memenuhi syarat maka baru yang ke 2, kalau tidak ada yang ke
2 baru yang ke 3 dan seterusnya.
c. Syarat-syarat menjadi wali nikah di antaranya :
1) Wali nikah harus mencapai batas baligh
2) Harus berakal sehat tidak gila.
3) Bukan orang yang fasik (yang selalu berbuat dosa besar)
4) Tidak sedang menjalankan ibadah haji atau umroh
5) Bukan karena paksaan
2. Istri
a. Ciri-ciri yang sunnah dipilih pada calon istri diantaranya :
1) Wanita yang sholihah
2) Wanita yang cerdas
3) Wanita yang sudah mencapai batas baligh
4) Wanita yang subur
5) Wanita dari keturunan keluarga yang baik-baik
6) Wanita yang cantik dhohir dan batinya. Yaitu fisiknya sehat dhohir dan
batin.
b. Wanita yang haram dinikahi diantaranya :
1) Wanita yang masih berstatus istri orang
2) Wanita yang sedang menjalankan iddah
3) Wanita yang murtad (yang keluar dari agama Islam)
4) Wanita yang kafir kalau belum masuk Islam
5) Wanita yang menjadi mahromnya dari nasab.
6) Wanita yang menjadi mahromnya dari susuan
7) Wanita yang menjadi mahromnya dari periparan
8) Wanita yang menjadi bibi istrinya atau saudari istrinya, kalau belum
diceraikan atau meninggal dunia.
c. Sifat-sifat wanita yang menjadi idaman semua pria :
1) Wanita yang sholehah yang taat beragama
2) Wanita yang selalu bergairah kepada suaminya
3) Wanita yang sabar dan tabah
4) Wanita yang tidak suka mengeluh dan mengadu kecuali hal-hal yang
penting
5) Wanita yang tidak berdandan kecuali untuk suaminya saja
6) Wanita yang selalu menyenangkan hati suaminya
7) Wanita yang selalu taat kepada semua perintah suaminya yang baik-
baik saja
8) Wanita yang benar-benar menjaga martabat dirinya dan harta suaminya
9) Wanita yang cerdas dan rajin
10) Wanita yang selalu sopan dan lembut terhadap suaminya
11) Wanita yang selalu menjaga kebersihan di badan, pakaian dan
rumahnya dan memakai wewangian
12) Wanita yang menjaga semua rahasia suaminya
13) Wanita yang selalu meringankan beban suaminya
14) Wanita yang menyiapkan makan dan minum untuk suaminya
15) Wanita yang tidak menolak apabila diajak bersenggama (jimak),
kecuali jika ada udzur (halangan)
16) Wanita yang selalu memperhatikan suaminya
17) Wanita yang selalu menutupi auratnya kecuali terhadap suaminya.
18) Wanita yang selalu rapi dalam berpenampilan.
Apabila wanita mempunyai sifat-sifat yang ada diatas maka akan
menambah paras kecantikannya, walaupun wajahnya kurang mempesona,
dan akan menimbulkan rasa cinta dan sayang selalu dari suaminya.
3. Suami (rukun yang ketiga)
a. Syarat-syarat menjadi suami diantaranya :
1) Menikahi seorang wanita tanpa paksaan.
2) Suami tersebut adalah laki-laki tulen.
3) Calon suami tidak sedang melakukan ihrom baik dengan haji atau
umroh.
4) Suami yang diketahui identitas dirinya dengan jelas
5) Calon suami harus mengetahui calon istrinya baik, dengan mengetahui
nama calon istrinya atau melihatnya langsung atau dengan cara ditunjuk.
6) Calon istri bukan termasuk mahromnya suami baik nasab, susuan atau
periparan (musaharah).
7) Calon suami harus mengetahui bahwa calon istrinya halal baginya
(bukan masih istri orang lain atau iddah atau mahrom).
8) Calon suami seseorang muslim.
b. Sifat-sifat suami yang dicintai istri diantaranya :
1) Suami yang taat beragama
2) Suami selalu mencintai istrinya
3) Suami yang selalu menghargai kesetiaan istrinya
4) Suami yang selalu setia terhadap istrinya
5) Suami yang sabar dan tabah dalam menghadapi segala hal cobaan
6) Suami yang bisa menyenangkan hati istrinya
7) Suami yang selalu menjaga martabatnya dan martabat istrinya
8) Suami yang cerdas dan rajin
9) Suami yang bisa memuaskan istrinya dalam hal bersenggama (jimak)
10) Suami yang menutupi aurotnya terhadap wanita lain
11) Suami yang menjaga rahasia istrinya
12) Suami yang lembut terhadap istrinya
13) Suami yang menjaga kebersihan dirinya dan pakaiannya dan memakai
wewangian
14) Suami yang selalu meringankan beban istrinya
15) Suami yang selalu rapi dalam berpenampilan
16) Suami yang selalu bertanggung jawab
# Itulah sifat-sifat suami yang sholeh dan akan menyempurnakan
kekurangan yang ada pada dirinya.
4. Termasuk rukunnya yaitu : dua orang saksi
a. Dua orang saksi adalah termasuk rukunnya nikah adapun syaratnya
diantaranya:
1) Keduanya harus sudah mencapai batas baligh
2) Keduanya adalah orang yang berakal
3) Keduanya dari kaum pria tulen
4) Keduanya beragama Islam
5) Keduanya termasuk orang yang adil
6) Keduanya bukan orang yang idiot
7) Keduanya bukan orang yang tuli (kalau tulinya ringan sekiranya dari
dekat maka akan terdengar maka diperbolehkan)
8) Keduanya bukan orang buta
9) Keduanya tidak bisu
10) Keduanya harus memahami bahasa yang dipakai dalam pernikahan
tersebut
11) Keduanya memiliki ingatan yang kuat
12) Diantara kedua saksi, bukan termasuk wali dari calon istrinya
b. Disunnahkan yang menjadi saksi dalam pernikahan yaitu orang sholeh
yang taat dalam agama dan taat dalam beribadah. Dan yang paling utama
lagi apabila saksi tersebut sudah melakukan ibadah haji.
5. Termasuk rukunnya yaitu Aqad Ijab qobul
Aqad ijab qobul merupakan rukun yang paling utama dan yang
menentukan. Adapun aqad ijab diucapkan si wali nikah dan qobul di
ucapkan calon suami. Adapun syarat-syaratnya:
1) Aqad ijab qobul tersebut harus dengan kalimat Nikah atau tazwij atau
terjemahannya yaitu nikah atau kawin saja maka tidak sah dengan
memakai kalimat yang lain.
2) Antara ijab dan qobul tidak diselingi oleh kata-kata yang tidak ada
hubungannya dengan nikah
3) Antara ijab dan qobul tidak diselingi dengan diam yang sangat lama.
4) Antara ijab dan qobul sesuai dengan arti dan maksudnya
5) Aqad ijab qobul harus dilafadzkan sekiranya terdengar oleh orang-orang
yang berada disekitarnya (tidak dengan cara berbisik-bisik).
a. Adapun cara wali menikahkan putrinya dengan lafadz (ucapan) sebagai
berikut :
Alhamdulillah wassolatu wassalamu ala rosulillah sayidina muhammad bin
abdillah wa’ ala alihii wassohbihi ya fulan bin fulan uzawijuka ala ma
amaro allah bihi minimsaki bima’ruf autasrihin bi ihsan. ya fulan bin fulan
zawajtuka wa ankahtuka binti fulanah bimahril miiah alafin rubiyyah umlah
indonesia khalan.
(Kalau pakai bahasa Indonesia)
Alhamdulillah sholat dan salam hanya untuk rosulillah Muhammad bin
Abdillah dan untuk para keluarga dan sahabatnya. Wahai fulan bin fulan
aku kawinkan kamu atas perintah ALLAH dari pada menahannya dengan
baik atau melepasnya dengan baik pula, wahai fulan bin fulan aku
kawinkan kamu dengan anakku fulanah dengan mahar 100 rb rupiah uang
indonesia dengan kontan.
b. Maka calon suami menjawab.
Qobiltu tazwijaha bilmahrih madzkur.
(Kalau dengan bahasa Indonesia)
Aku terima kawinnya dengan mahar yang telah di tentukan.
c. Apabila wali nikah ingin mewakilkan pernikahan anaknya maka wali
nikah harus mewakilkan pernikahan tersebut dengan berlafadz sehingga
terdengar oleh 2 orang saksi dan dalam mewakilkan pernikahan, wali
nikah harus mengucapkan : contoh :
Wakaltuka fi tajwijiha ibnati fulanah binti fulan li fulan bin fulan bimahril
miiah alafin rubiyah.
(Kalau memakai bahasa Indonesia)
Aku wakilkan kepada kamu pernikahan anakku fulanah binti fulan dengan
fulan bin fulan dengan mahar 100 rb rupiah
Kemudian yang mewakili mengucapkan qobiltu wakalah atau aku terima
perwakilannya.
VII. Bab Kafa’ah
Yang dimaksud dengan kafa’ah adalah : suatu derajat / kemuliaan yang jika
tidak ada pada calon pria kemuliaan tersebut, maka akan jatuh derajat si
istri, dan setiap pernikahan apabila ingin menimbulkan mawaddah dan
rohmah (kasih sayang) tersebut harus sederajat.
Macam-macam kafa’ah:
1. Agama :
Maka orang muslim harus sederajat dengan muslimah atau sebaliknya
muslimah dengan muslim tidak yang lain, karena kalau tidak sederajat
dengan agama akan menimbulkan permusuhan yang sangat mendalam.
2. Nasab :
Seorang arab, akan sederajat dengan orang arab, seorang keturunan raja
akan sederajat dengan keturunan raja yang lain, dan seorang keturunan
rasul atau disebut dengan sayyid /syarifah sederajat dengan keturunan
rosul yang lain, memang seorang syarifah / perempuan arab/ perempuan
keturunan raja boleh menikah dengan yang lain asalkan walinya setuju
menurut madzab Imam Syafi’i, akan tetapi kenyataan yang ada yang terjadi
di masyarakat apabila itu terjadi akan banyak perselisihan yang terjadi
didalam keluarga dan akan menimbulkan ketidakcocokan dan
keharmonisan dalam keluarga / rumah tangga, maka sulit untuk
menimbulkan mawaddah warohmah (kasih sayang).
3. Iffah :
Artinya, seorang yang menjaga dari perbuatan maksiat.
4. Pekerjaan :
Dalam rumah tangga, pekerjaan dijadikan satu titik keharmonisan,
maksudnya : suami harus lebih tinggi derajatnya dalam pekerjaan
dibanding istrinya, karena jika sama atau lebih rendah akan timbul
perselisihan tentang pekerjaan.
5. Kemerdekaan :
Yaitu budak tidak sederajat dengan orang yang merdeka. Yang dimaksud
budak, orang yang menjadi tawanan dalam peperangan.
VIII. BAB WALIMAH
a. Walimah adalah jamuan berupa makan dan minuman yang diadakan
untuk syukuran setelah akad nikah, adapun hukumnya sunnah, seperti
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori, bahwasanya Rasulullah saw.
mengadakan walimah untuk sebagian istri-istrinya, yaitu Ummu Salamah
dengan mengeluarkan gandum dan untuk istri beliau bernama Sofiah,
mengeluarkan kurma dan keju. Rasulullah saw. juga memerintahkan
sahabatnya yang bernama Abdurrahman bin Auf untuk menyembelih 1 ekor
kambing setelah menikah.
b. Menghadiri walimah nikah hukumnya wajib.
c. Disunnahkan ketika mengadakan walimah nikah dengan bacaan-bacaan
dzikir atau sholawat atau dengan membaca Maulid Nabi Muhammad saw.
dan juga menabuh gendang atau rebana seperti yang dilakukan Rasul saw.
ketika menikahkan anaknya Sayyidatina Fatimah Azzahra dengan Imam Ali
ra dan juga disunnahkan memanggil orang sholeh yang ahli ibadah dan
fakir miskin, dalam mengadakan walimah, agar mendapatkan keberkahan.
IX. BAB THALAK
a. Thalak adalah sesuatu perkara yang bisa terjadi di suatu rumah tangga,
dan sesuatu yang paling dibenci oleh ALLAH S.W.T. dan thalak bisa terjadi
dalam semua keadaan, ketika bergurau atau marah atau bercerita bahkan
ketika memberi arahan kepada seseorang (mengajar) maka kita harus
berhati-hati menjaga lisannya dari ucapan thalak.
b. Thalak dibagi menjadi 2 macam.
1. Kinayah : yaitu thalak yang diucapkan dengan kata-kata yang tidak jelas
dan membutuhkan niat seperti : Zaid berkata kepada Zainab, pulanglah
kamu ke rumah orang tuamu. Kalau Zaid dalam mengucapkannya tidak
ada niat untuk bercerai maka tidak apa-apa, tapi kalau Zaid dalam
mengucapkan ada niat cerai, maka akan menjadi thalak satu.
2. Sorikh : yaitu thalak yang diucapkan dengan jelas dengan memakai kata
thalak atau cerai dalam semua keadaan.
c. Thalak dalam keseluruhan dibagi menjadi 3 hal :
1. Thalak satu : yaitu thalak yang diucapkan dengan jelas atau tidak jelas
dengan satu kali ucapan dan dalam satu majlis.
2. Thalak dua : yaitu thalak yang diucapkan dengan jelas atau tidak jelas
dengan dua kali ucapan dan dalam satu majlis contohnya : Zaid
mengucapkan kepada istrinya Zainab : aku thalak (cerai) kamu 1 dan 1
atau aku thalak (cerai) kamu 2 kali, maka terjadi thalak 2.
3. Thalak bain atau 3 : yaitu thalak yang dicapkan 3 kali berturut-turut dan
dengan jelas didalam satu majlis. Seperti : Zaid mengucapkan kepada
istrinya Zainab : aku thalak (cerai) kamu tiga kali atau aku thalak (cerai)
kamu 1 + 1 + 1 . Maka akan terjadi thalak 3.
d. Thalak 1 dan 2 maka bagi suami bisa kembali ke istrinya dengan
menyebutkan : aku kembali kepada kamu atau aku ruju’ kepada kamu. Tapi
dengan syarat tidak melebihi massa iddah, yaitu; kalau dalam posisi hamil
maka iddahnya sampai ia melahirkan bayi tersebut, kalau tidak hamil
maka iddahnya 3 bulan, kalau melebihi iddahnya, maka bagi yang thalak
ruji’i (1 + 2) harus memperbarui akad nikahnya.
e. Thalak bain / 3 : Bagi yang melakukannya maka tidak boleh menyetubuhi
istrinya karena dia bukan istrinya lagi, kalau dia (suami) ingin kembali
kepada istrinya lagi maka harus melakukan syarat-syarat tertentu, yaitu:
1. Selesainya massa iddah yaitu selama 3 bulan
2. Harus menikah dengan orang lain (bagi istrinya)
3. Harus suami yang ke-2 harus menyetubuhi (memasukkan dzakar ke farji)
4. Suami ke-2 menthalak istrinya
5. Selesainya iddah yang ke-2 yaitu 3 bulan. Maka baru boleh menikahi
istrinya yang dulu
f. IDDAH bagi perempuan yang ditinggal mati suaminya maka iddahnya :
kalau dia hamil sampai lahirnya si bayi, kalau dia tidak hamil, maka
iddahnya 3 bulan 10 hari.

Anda mungkin juga menyukai