Model Pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa
dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.49
Sedanglam menurut Eveline dan Nara (2010 memaparkan beberapa ciri-ciri pembelajaran
kooperatif yaitu sebagai berikut.
3. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman
sekelompoknya
Roger dan David Johnson (2002) mengemukakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa
dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model
pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah sebagai berikut.
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggung
jawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok.
Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang
ditugaskan tersebut.
Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri-ciri
interaksi promotif adalah saling membantu secara efektif dan efisien, saling memberikan
informasi dan sarana yang diperlukan, memproses informasi bersama secara lebih
efektif dan efisien, saling mengingatkan, saling membantu dalam merumuskan dan
mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap
masalah yang dihadapi, saling percaya dan saling memotivasi untuk memperolah
keberhasilan bersama.
Untuk mengoordinasikan kegiatan siswa dalam pencapaian tujuan siswa harus adalah
saling mengenal dan mempercayai, mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak
ambisius, saling menerima dan saling mendukung serta mampu menyelesaikan konflik
secara konstruktif.
1. Hasil belajar akademik, yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu memahami
konsep-konsep yang sulit
2. Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai macam latar belakang
Sadker (Miftahul, 2011) menjabarkan beberapa manfaat pembelajaran kooperatif. Selain itu,
meningkatkan keterampilan kognitif dan afektif siswa, pembelajaran kooperatif juga
memberikan manfaat-manfaat besar lain seperti berikut ini.
1. Siswa yang diajari dengan struktur kooperatif akan memperoleh hasil pembelajaran yang
lebih tinggi,
2. Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap harga diri yang
lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar,
3. Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada teman – temannya, dan di
antara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang posotif (interdependensi positif)
untuk proses belajar mereka nanti,
Kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua factor, yaitu factor dari dalam
(intern) dan factor dari luar (ekstern). Factor dari dalam yaotu sebagai berikut.
2. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancer, maka dibutuhkan dukungan fasilitas,
alat dan biaya yang cukup memadai.
4. Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan siswa
yang lain menjadi pasif. 55
Agar hal-hal tersebut di atas dapat berlangsung, terdapat sejumlah langkah yang harus
dilakukan terlebih dahulu, antara lain :
d. Tugas-tugas dalam kelompok dibagi secara adil oleh semua anggota kelompok. 162
Pada umumnya, para ahli seperti yang disampaikan oleh George Jacobs sepakat ada
delapan prinsip yang harus diterapkan dalam pembelajaran kooperatif, antara lain
sebagai berikut.
3. Otonomi kelompok. Siswa didorong untuk mencari jawban sendiri, membuat proyek
sendiri dari pada selalu bergantung kepada guru. Peranan guru sebagai fasilitator
amat penting. Guru tidak lagi bertindak selaku orang bijak di atas panggung (sage on
the stage), tetapi memandu siswa dari samping (guide on the side), maknanya saat
memberi bantuan guru dalam posisi sejajar dengan siswa.
4. Interaksi simultan. Masing-masing beraktivitas menuju tujuan bersama. Pada proses
pembelajaran, salah satu siswa pada setiap kelompok harus menjadi juru bicara. Jadi
jika kelasnya terdiri dari 32 orang, dalam kelompok empat-empat ada 8 orang yang
berbicara mewakili kelompoknya.
5. Partisipasi yang adil dan setara (Kagan, 1994), tidak boleh hanya ada satu atau dua
orang siswa saja yang mendominasi.
6. Tanggung jawab individu. Setiap sisswa harus mencoba untuk belajar dan kemudian
saling berbagi pengetahuannya.
8. Kerja sama sebagai nilai karakter. Prinsip ini maknanya adalah kerja sama tidak
hanya sebagai cara untuk belajar, namun kerja sama juga menjadi bagian dari isi
pembelajaran. Kerja sama sebagai nilai menegaskan perlunya ketergantungan positif,
yakni mewujudkan slogan “ satu untuk semua, semua untuk satu,” seperti diatas.
163
Aktivitas ini mendorong siswa untuk berpikir dalam suatu tim dan berani tampil
mandiri.
Fasilitator mengatur kelas sedemikian rupa sehingga ada ruang yang cukup bagi
adanya sejumlah kelompok siswa.
Guru mengizinkan setiap siswa yang terdiri dari setiap kelompok untuk
saling bertukar pikiran dengan siswa bernomor sama dari kelompok
yang lain tetang jawaban kelompoknya.
Menurut Robert Slavin (1984), Team- Assisted Individualization (TAI) merupakan sebuah
program pendagogik yang berusaha mengadaptasikan pembelajaran dengan perbedaan individual
siswa secara akademik. 200
Tujuan TAI adalah untuk meminimalisasi pengajaran individual yang terbukti kurang efektif,
selain juga ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, serta motivasi siswa dengan
belajar kelompok.200
Ada beberapa manfaat TAI yang memungkinkannya memenuhi kriteria pembelajaran efektif. Di
antaranya adalah
4. Memotivasi siswa untuk mmpelajari materi-materi yang diberikan dengan cepat dan akurat,
tanpa jalan pintas , dan
5. Memungkinkan siswa untuk berkerja dengan siswa-siswa lain yang berbeda sehingga
tercipta sikap positif di anatara mereka ( Slavin, 1984). 200
Tim – Dalam TAI, siswa dibagi ke dalam tim-tim yang beranggotakan 4-5 orang,
sebagaimana dalam STAD dan TGT.
Tes fakta - guru meminta siswa untuk mengerjakan tes-tes untuk membuktikan
kemampuan mereka yang sebenarnya (Slavin.1984) 200-201
Numbered-Head Together (NHT) merupakan varian dari diskusi kelompok. Menurut Slavin
(1995) metode yang dikembangkan oleh Russ Frank ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu
dalam diskusi kelompok. Tujuan NHT adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi
gagasan dan mempertimbangkan kerja sama siswa, NHT juga bias diterapkan untuk semua mata
pelajaran dan tingkatan kelas. Sintak tahapan pelaksanaan NHT pada hakikatnya hampirsama dengan
diskusi kelompok, yang rincinya adalah sebagai berikut.
Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling
tepat dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut
Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi
kelompok mereka. 203-204
Abdul majid. 2014. Strategi pembelajaran. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Menurut Linda Lungren (1994:20) alam (Ibrahim, dkk., 2000:18) ada beberapa manfaat pembelajaran
kooperatif bagi siswa dengan prestasi belajar yang rendah, yaitu:
3. Memperbaiki kehadiran
Numbered-Head Together adalah suatu pendekatan yang dikembangkan oleh Spencer Kagen
(1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu
pelajaran, dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti
langkah mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas. Dalam hal ini, guru menggunakan struktur 4
langkah.
1. Langkah 1 : penomoran
Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang beranggota 3-5 orang, dan kepada setiap
anggota kelompok diberi nomor antara 1-5
2. Langkah 2 : mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan tersebut dapat bervariasi.
Pertanyaan bias sangat spesifik dan dalam bentuk kalmat Tanya. Misalnya “Berapa jumlah
profinsi di Indonesia?” Atau berbentuk arahan seperti : “ pastikanlah tiap orang mengetahui
5 buah ibu kota propinsi yang terletak di pulau Sumatreta!”
Siswa menyatuka pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu, dan menyakinkan flip
anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.
4. Langkah 4: Menjawab
5. Gueu memanggil suatu nonor tertentu, kemudian siswa yang nomor tertentu, kemudian
siswa yang nomornya sesuai harus mengacungkan tangan mencoba menjawab pertanyaan
untuk mengacukantangan dan mencoba menjawab pertanyaan untuk selurh santri 192
2.6 Kesetimbangan Kimia
2.6.1 Pengertian Kesetimbangan Kimia
Kita telah mempelajari bahwa suatu zat dapat bereaksi dengan zatlain yang kemudian menghasilkan
zat baru. Reaksi tersebut umumnya disebut Reaksi kimia yang berlangsung sampai habis. Misalnya,
pita magnesium akan bereaksi dengan oksigen membentuk magnesium oksida (MgO). Demikian
pula sebutir pualam (CaCO3) di masukan ke dalam laruta asam klorida (HCI) berlebihan, semua
pualam akan habis bereaksi dengan asam klorida.
Reaksinya sebagai berikut:
2 Mg(s) + O2(s) ⇋ 2Mg (s)
CaCO3 + 2HCI(aq) ⇋ CaCI (aq) + H2O (l) + CO2 (g)
Ada beberapa reaksi yang dapat berlangsung dua arah, contohnya pada reaksi pembuatan gas Amonia
3H2 (g) + N2 (g) ⇋ 2 NH3 (g)
Reaksi ini disebut juga reaksi reversibel atau reaksi kesetimbangan. Pada reaksi ini setiap NH3
terbentuk akan segera terurai lagi menjadi H 2 dan N2. Untuk membuat produk yang di hasilkan
melalui reaksi kesetimbangan di perlukan bebera faktor untuk mengatur arah reaksi seperti:
konsentrasi, suhu, tekanan, dan volume, reaksi kesetimbangan dapat terjadi pada reaksi homogen dan
reaksi heterogen.
Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang teramati selama
bertambahnya waktu reaksi.Jika suatu kimia telah mencapai 24
keadaan kesetimbangan maka konsentrasi reaktan dan produk menjadi konstan sehingga tidak ada
perubahan yang teramati dalam sistem. Meskipun demikian, aktivitas molekul tetap berjalan,
molekul-molekul reaktan berubah mnjadi produk secara terus-menerus sambil molekul-molekul
produk berubah menjadi reaktan kembali dengan kecepatan yang sama.
2.6.2 Jenis-Jenis Kesetimbangan Kimia
1. Kesetimbangan Homogen
Semua spesi kimia berada dalam fasa yang sama. Salah satu contoh kesetimbangan homogen fasa gas
adalah sistem kesetimbangan N2O4/NO2. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut
N2O4(g) → 2 NO2(g)
Kc = [NO2]2
[N2O4]
Konsentrasi reaktan dan produk dalam reaksi gas dapat dinyatakan dalam bentuk tekanan parsial
masing-masing gas (ingat persamaan gas ideal, PV=nRT). Dengan demikian, satuan konsentrasi yang
diganti dengan tekanan parsial gas akan mengubah persamaan Kc menjadi Kp sebagai berikut :
Kp= (PNO2)2
(PN2O4)
PNO2 dan PN2O4 adalah tekanan parsial masing-masing gas pada saat kesetimbangan tercapai. Nilai
Kp menunjukkan konstanta kesetimbangan yangdinyatakan dalam satuan tekanan (atm). Kp hanya
dimiliki oleh sistem kesetimbangan yang melibatkan fasa gas saja. 25
Secara umum, nilai Kc tidak sama dengan nilai Kp, sebab besarnya konsentrasi reaktan dan produk
tidak sama dengan tekanan parsial masing-masing gas saat kesetimbangan. Dengan demikian,
terdapat hubungan sederhana antara Kc dan Kp yang dapat dinyatakan dalam persamaan matematis
berikut :
Kp = Kc (RT)Δn
Dengan :
Kp = konstanta kesetimbangan tekanan parsial gas
Kc = konstanta kesetimbangan konsentrasi gas
R = konstanta universal gas ideal (0,0821 L.atm/mol.K)
T = temperatur reaksi (K)
Δn = Σ koefisien gas produk - Σ koefisien gas reaktan
Selain kesetimbangan homogen fasa gas, terdapat pula sejumlah kesetimbangan homogen fasa
larutan.Salah satu contoh kesetimbangan homogen fasa larutan adalah kesetimbangan ionisasi asam
asetat (asam cuka) dalam air. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
CH3COOH(aq)→ CH3COO-(aq) + H+(aq)
Kc = [CH3COO-] [H+]
[CH3COOH]
2. Kesetimbangan Heterogen
Kesetimbangan ini melibatkan reaktan dan produk dalam fasa yang berbeda. Sebagai contoh, saat
padatan kalsium karbonat dipanaskan dalam wadah tertutup, akan terjadi reaksi berikut :
CaCO3(s) →CaO(s) + CO2(g) 26
Dalam reaksi penguraian padatan kalsium karbonat, terdapat tiga fasa yang berbeda, yaitu padatan
kalsium karbonat, padatan kalsium oksida, dan gas karbon dioksida. Dalam kesetimbangan kimia,
konsentrasi padatan dan cairan relatif konstan, sehingga tidak disertakan dalam persamaan
konstanta kesetimbangan kimia. Dengan demikian, persamaan konstanta kesetimbangan reaks
penguraian padatan kalsium karbonatmenjadi sebagai berikut
Kc = [CO2]
Kp = PCO2
Baik nilai Kc maupun Kp tidak dipengaruhi oleh jumlah CaCO 3 dan CaO (jumlah padatan).
3. Kesetimbangan Dinamis
Pada keadaan kesetimbangan, reaksi tidak berhenti, tetapi berlangsung dalam dua arah dengan laju
yang sama, oleh karena itu, kesetimbangan tersebut tidak bersifat statis, tetapi bersifat dinamis,
konsentrasi zat-zat yang terlibat dalam suatu reaksi tidak berubah terhadap waktu, maka reaksi
tersebut dianggap selesai. Keadaan kesetimbangan dikatakan dinamis, bila keadaan kesetaraan laju
reaksi maju dan laju reaksi balik dapat di pertahankan. Sebagai contoh, pada reaksi H 2 dan I2
menghasilkan HI yang membentuk keadaan kesetimbangan.
Sistem tersebut di katakan setimbang dinamis, apabila gas H 2 dengan I2 bereaksi secara
kesinambungan membentuk gas HI dan lain pihak dalam sistem tersebut gas HI terurai secara
kesinambungan membentuk gas H2 dan I2 dengan laju yang sama. Hubungan laju reaksi zat-zat
dengan waktu pada kesetimbangan dinamis dari reaksi H 2 dengan I2 membentuk gas HI 27
Jadi kesetimbangan reaksi itu di sebut juga ’ kesetimbangan dinamis ” kesetimbangan dinamis adalah
pada keadaan-keadaan setimbang reaksi tidak diam (statis), tetapi terjadi dua reaksi berlawanan arah
yang mempunyai laju reaksi sama. Pada keadaan tidak setimbang ini tidak terjadi lagi perubahan
bersih dalam sistem reaksi.
2.6.3 Hukum Kesetimbangan Kimia
Dalam keadaan setimbang, perbandingan konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi tergantung pada suhu
dan jenis reaksi kesetimbangan. Guldberg dan Peter Waage dua ahli kimia dari Norwegia
menyatakan bahwa dalam reaksi kesetimbangan berlaku hukum kesetimbangan.
Bunyi hukum kesetimbangan : Dalam keadaan setimbang pada suhu tertentu, hasil perkalian
konsentrasi hasil reaksi dibagi perkalian konsentrasi pereaksi yang masing-masing dipangkatkan
koefisiennya mempunyai nilai konstan.
Sementara itu, tetapan kesetimbangan berdasarkan konsentrasi (perkalian konsentrasi hasil reaksi
dibagi perkalian konsentrasi pereaksi yangmasing-masing dipangkatkan koefisiennya. Dalam
kesetimbangan homogen, rumusan Kc dihitung dari konsentrasi semua zat yang terlibat dalam reaksi.
Perhatikan reaksi berikut :
Untuk menghitung besar Kc pada kesetimbangan homogen, dipergunakan rumus berikut.
Rumus Umum tetapan kesetimbangan : 28
2.6.4 Faktor Mempengaruhi Pergeseran Arah Kesetimbangan
1. Konsentrasi
Konsentrasi merupakan salah satu faktor yang dapat mengganggu kesetaraan dan menggeser
kesetimbangan. Pengurangan ataupun penambahan konsentrasi terhadap sebuah sistem
kesetimbangan akan berpengaruh terhadap pergeseran arah kesetimbangan dan juga komposisi
kesetimbangan. Hal ini masuk akal, apabila kita memberikan sebuah aksi terhadap sebuah sistem
maka sistem tersebut akan memberikan reaksi untuk meminimalkan aksi yang kita berikan.
2. Suhu
Salah satu faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan adalah faktor suhu. Suatu
reaksi dapat memiliki harga ΔH yang positif atau negative. Jika suatu reaksi memiliki harga ΔH yang
positif, reaksi bersifat endoterm dan cenderung membutuhkan kalor, sedangkan suatu reaksi yang
memiliki harga ΔH yang negative cenderung melepaskan kalor.
3. Tekanan dan Volume
Kesetimbangan kimia merepresentasikan suatu kesetaraan antara reaksi maju dan reaksi balik. Dalam
banyak kasus, kesetaraan ini sangat rentan. Perubahan kondisi percobaan dapat mengganggu
kesetaraan dan menggeser posisi kesetimbangan sehingga produk yang diinginkan bisa terbentuk
lebih banyak atau sebaliknya. Sistem kesetimbangan gas mempungai tekanan dan volume tertentu.
jika tekanan sistem diperbesar atau diperkecil, ada kesetimbangan yang terganggu dan adapula yang
tidak tergangu, tergantung pada jumlah koefisien pereaksi dan hasil reaksi.
4. Katalis
Untuk reaksi kesetimbangan, katalis memengaruhi laju reaksi maju sama besar
dengan laju reaksi balik. Jadi, keberadaan katalis tidak mengubah tetapan
kesetimbangan dan tidak menggeser posisi sistem kesetimbangan. Katalis
berfungsi untuk mempercepat tercapainya kesetimbangan. Katalis juga penting
untuk menurunkan temperatur pada reaksi yang memerlukan temperatur tinggi.