e-ISSN 2541-0083
ejournal2.undip.ac.id/index.php/baf/index p-ISSN 2527-6751
Kadar Protein, Indeks Putih Telur, dan Nilai Haugh Unit Telur Itik Setelah Perendaman
Ekstrak Daun Salam (Syzygium polyanthum) dengan Waktu Penyimpanan yang Berbeda pada
Suhu 4ºC
The Protein content, Egg White Index and Haugh Unit Value of Duck Egg after soaking in
Bay Leaf Ekstract with several preservatif time at 4C Temperature
ABSTRAK
Telur merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki nilai gizi tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh perendaman ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) terhadap kadar protein,
Indeks Putih Telur (IPT), dan nilai Haugh Unit (HU) pada telur itik. Penelitian ini menggunakan rancangan
acak lengkap (RAL) dengan 9 perlakuan dan 5 kali ulangan. Telur yang digunakan sebanyak 45 butir dengan
perlakuan pencucian air dan perendaman ekstrak daun salam serta penyimpanan setelah 14 hari dan 28 hari
pada suhu 4oC. Perlakuan terdiri atas P0: kontrol (telur umur satu hari dan tanpa penyimpanan), P114 dan P228:
pencucian air, perendaman ekstrak daun salam, P314 dan P428: pencucian air, tanpa perendaman ekstrak daun
salam, P514 dan P628: tanpa pencucian air, dengan perendaman ekstrak daun salam, P714 dan P828: tanpa
pencucian air, tanpa perendaman ekstrak air daun salam. Variabel yang diamati yaitu kadar protein telur, IPT,
serta nilai HU. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji ANOVA pada taraf signifikansi 5% dan dilanjutkan
uji Duncan dengan α=0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar protein tertinggi pada P314 (12,792%)
serta terendah pada P428 (9,85%), kadar protein pada P714 lebih rendah dibandingkan perlakuan yang lain
setelah penyimpanan 14 hari. Nilai IPT tertinggi pada P514 (0,079) dan terendah pada P828 (0,069). Nilai HU
tertinggi pada P514 (75,116) dan terendah pada P828 (65,924). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak air
daun salam tidak efektif digunakan untuk mengawetkan telur pada suhu penyimpanan 4oC.
Kata kunci : Telur itik, Haugh unit (HU), Indeks Putih Telur (IPT), protein, daun salam
ABSTRACT
The Eggs are one of the foods that have high nutritional value. This study aimed to analyze the effect of bay
leaf extract (Syzygium polyanthum) to the egg protein content, Egg White Index, and Haugh units (HU) in
duck eggs. This study used a completely randomized design (CRD) with 9 treatments and 5 replications. Eggs
were used as many as 45 items with the treatment of water washing and soaking in the bay leaf extract also
deposit after 14 days and 28 days at 4°C. P0: control (eggs age of one day without storage), P114 and P228:
washing water, soaking bay leaf extract, P314 and P428: washing water, without soaking bay leaf extract, P514
and P628: without washing water, with soaking bay leaf extract, P714 and P828: without washing water, without
soaking bay leaf extract. Variables observed that the levels of protein, egg white index, and HU. Data were
analyzed by ANOVA at a significance level of 5% and a continued test of Duncan with α = 0.05. The results
of this study showed that the highest protein content on P314 (12.792%) and the lowest was in P428 (9.85%),
but the levels of protein in P714 was lower than other treatments after 14 days of storage. The egg white index
the highest value was in P514 (0.079) and the lowest was in P828 (0.069). The HU highest value shown in P514
(75.116) and the lowest at P828 (65.924). The conclusion of this study was the water extract of the bay leaf was
not able to maintain the quality of duck eggs were seen in the levels of protein, IPT, and HU.
Keywords : Local duck eggs, Haugh unit, egg white index, protein, bay leaf
39
Lestari et al / Buletin Anatomi dan Fisiologi 3 (1) 2018
41
Lestari et al / Buletin Anatomi dan Fisiologi 3 (1) 2018
Gambar 1. Histogram kadar protein telur itik setelah perendaman ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum)
dengan waktu penyimpanan yang berbeda pada suhu 4oC.
Keterangan: angka yang diikuti superskrip yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05).
Kadar protein telur setelah penyimpanan 14 telur. Perlakuan P114, P314, dan P514 tidak berbeda
hari, pada perlakuan P714 berbeda nyata dengan nyata, hal ini menunjukkan bahwa adanya
P114, P314, dan P514, diduga karena tidak adanya perlakuan perendaman ekstrak daun salam pada
perlakuan pada telur (tanpa perendaman ekstrak telur tidak berpengaruh terhadap kadar protein.
daun salam), sehingga P714 memiliki kadar protein Hasil uji menunjukkan bahwa kadar tanin pada
paling rendah di antara semua perlakuan pada daun salam hanya 3,74%, diduga kadar tanin yang
penyimpanan telur setelah 14 hari. Sudaryani terdapat dalam ekstrak daun salam kurang sehingga
(2003), menyatakan telur akan mengalami tidak dapat mempertahankan kadar protein telur
penurunan kualitas seiring dengan lama atau mengawetkan telur.
penyimpanan. Yuwanta (2010), menambahkan Protein telur mengalami penurunan seiring
perubahan CO2 pada telur mengakibatkan dengan lamanya waktu penyimpanan. Kadar
perubahan pH telur yang semula 7,4 (saat protein telur setelah penyimpanan 28 hari, yaitu
ditelurkan) menjadi 9,2-9,5 selama 3-6 hari 9,85%-10,4%. Yuwanta (2010), menambahkan
penyimpanan sehingga menyebabkan air pada putih perubahan putih telur sebagai akibat dari pertukaran
telur meningkat. Perubahan pH putih telur gas antara udara luar dengan isi telur melalui pori
digunakan sebagai salah satu kriteria kualitas putih kerabang sehingga menyebabkan telur kehilangan
42
Kadar Protein, Indeks Putih Telur, dan Nilai Haugh Unit Telur Itik Setelah Perendaman Ekstrak Daun Salam (Syzygium
polyanthum) dengan Waktu Penyimpanan yang Berbeda pada Suhu 4ºC
air karena evaporasi. Evaporasi terjadi secara linear penyimpanan pada telur sehingga nilai IPT
dengan waktu penyimpanan dan mengakibatkan mengalami penurunan setelah penyimpanan 14 hari
terjadinya perluasan pada rongga udara. Perlakuan dan 28 hari dibandingkan dengan nilai IPT pada P0.
P428 berbeda nyata dengan P828, diduga adanya Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
pencucian pada telur menyebabkan lapisan kutikula Park et al. (2003), mengenai pengaruh berbagai
hilang sehingga menyebabkan mikroorganisme luar macam perlakuan pada kerabang telur terhadap
masuk ke dalam telur, ini didukung oleh Park et kualitas telur selama waktu penyimpanan,
al. (2003), menyatakan adanya perlakuan pencucian mengungkapkan bahwa IPT telur pada suhu 4oC
dengan tangan menyebabkan kutikula pada telur dan 30oC mengalami penurunan selama
hilang sehingga permukaan kerabang telur halus penyimpanan. Penurunan IPT pada suhu 30oC lebih
dan mengalami keretakan. besar dibandingkan pada suhu 4oC. Suhu 30oC IPT
mengalami penurunan pada penyimpanan 17 hari,
Indeks Putih Telur (IPT) sedangkan pada suhu 4oC IPT mampu bertahan
selama 30 hari. Samli et al. (2005) menjelaskan
IPT telur itik setelah perlakuan pencucian
bahwa adanya penurunan IPT disebabkan karena
dan perendaman ekstrak daun salam serta
hilangnya CO2 dan terjadinya pemecahan asam
penyimpanan setelah pada Gambar 2. Hasil
karbonat menjadi CO2, sehingga menyebabkan
analisis menunjukkan bahwa P0 berbeda nyata
serat musin kehilangan struktur yang memberikan
dengan semua perlakuan (P114, P228, P314, P428,
tekstur kental pada albumen telur, sehingga
P514, P628, P714, dan P828), dimungkinkan adanya
albumen menjadi encer.
Gambar 2. Hitogram indeks putih telur (IPT) setelah perendaman ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum)
dengan waktu penyimpanan yang berbeda pada suhu 4oC.
Keterangan: angka yang diikuti superskrip yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05).
IPT telur setelah penyimpanan 14 hari dan 28 memiliki nilai yang sama pada semua perlakuan.
pada suhu 4oC masih relatif tinggi. Hal ini Hal ini dapat dilihat dari perlakuan P114, P314, P514,
didukung oleh BSN (2008), bahwa indeks putih P714, P228, P428, P628 dan P828 yang tidak berbeda
telur segar berkisar antara 0,050 – 0,174. Nilai IPT nyata, diduga perlakuan perendaman ekstrak daun
telur pada penyimpanan setelah 14 hari dan 28 hari salam pada telur itik tidak berpengaruh nyata
43
Lestari et al / Buletin Anatomi dan Fisiologi 3 (1) 2018
terhadap IPT, dimungkinkan kadar tanin yang P714), tetapi semakin lama waktu penyimpanan
terdapat dalam ekstrak daun salam kurang sehingga maka nilai HU mengalami penurunan karena
tidak dapat meningkatkan nilai IPT pada telur. adanya penguapan air dan hilangnya CO2 melalui
pori kerabang telur, sehingga hal tersebut
Nilai Haugh Unit (HU) menyebabkan HU P0 berbeda nyata dengan HU
telur setelah penyimpanan 28 hari (P228. P428, P628,
Nilai HU telur itik setelah perlakuan
P828), sesuai dengan Almeida et al. (2014), bahwa
pencucian dan perendaman ekstrak daun salam,
telur yang disimpan pada pendingin akan
penyimpanan 14 hari dan 28 hari pada suhu 4oC
menurunkan kualitas telur, tetapi penurunan
disajikan pada Gambar 3. Data menunjukkan
kualitas telur lebih besar jika disimpan pada suhu
bahwa HU P0 tidak berbeda nyata dengan HU telur
ruangan.
setelah penyimpanan 14 hari (P114, P314, P514,
Gambar 3. Histogram haugh unit (HU) setelah perendaman ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum)
dengan waktu penyimpanan yang berbeda pada suhu 4oC.
Keterangan: angka yang diikuti superskrip yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05).
Nilai HU telur itik setelah penyimpanan 14 dengan penyimpanan suhu dibawah 8oC
hari dan 28 hari pada suhu 4oC memiliki nilai yang diklasifikasikan AA atau sangat baik.
tidak berbeda nyata pada semua perlakuan. Hal ini
menunjukkan jika adanya perlakuan perendaman KESIMPULAN
esktrak daun salam tidak berpengaruh terhadap HU
telur, diduga kurangnya kadar tanin dalam ekstrak Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak
daun salam sehingga tidak dapat meningkatkan air daun salam tidak efektif digunakan untuk
nilai HU telur. Kualias HU telur itik sampai mengawetkan telur pada suhu penyimpanan 4oC.
penyimpanan 28 hari pada suhu 4oC masih
memiliki kualitas yang baik dengan grade antara A- DAFTAR PUSTAKA
AA (65,924-75,116). USDA (2000), menambahkan
Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella
jika HU telur dengan kualitas AA (100 sampai 72), typhymurium terhadap Ekstrak Daun Jambu
B (71 sampai 60), C (dibawah 29). Semua telur Biji (Psidium guajava L.). Bioscientiae.
44
Kadar Protein, Indeks Putih Telur, dan Nilai Haugh Unit Telur Itik Setelah Perendaman Ekstrak Daun Salam (Syzygium
polyanthum) dengan Waktu Penyimpanan yang Berbeda pada Suhu 4ºC
Volume I, No. 1. Program Studi Biologi Rohman, A., dan Sumantri. 2007. Analisis
FMIPA Universitas Lambung, Mangkurat. Makanan. Gadjah Mada University-Press,
Yogyakarta.
Almeida de D.Y., A.F. Schneider, F.M. Yuri, B.D.
Machado, and C.E Gewehr. 2014. Egg Shell Samli, H.E., A. Agna, and N. Senkoylu. 2005.
Treatment Methods Effect on Commercial Effects of Storage Time and Temperature on
Eggs Quality. Universidade do Estado de Egg Quality in Old Laying Hens. J. Appl.
Santa Catarina (UDESC), Brasil. Poult. Res.
Asjayani, R. 2014. Aplikasi Ekstrak Daun Eceng Saraswati, T.R. 2015. Optimalisasi Fungsi
Gondok (Eichornia crassipes) pada Level Reproduksi Puyuh dan Biosintesis Kimiawi
dan Lama Simpan Terhadap Kualitas Telur Bahan Pembentuk Telur. LESKONFI,
Ayam Ras. Skripsi. Universitas Hasanudin, Jakarta.
Makassar.
Silversides, F.G., and Villeneuve. 1994. Is The
BSN (Badan Standarisasi Nasional). 2008. Telur Haugh Unit Correction for Egg Weight Valid
Ayam Konsumsi. SNI 01-3926- 2008. BSN, For Eggs Stored at RoomTemperature.
Jakarta. Poultry Science. 73: 50-55.
Cornelia, M., C.C. Nurwitri, Manissjah. 2005. Sudaryani, T. 2003. Kualitas Telur. Penebar
Peranan Ekstrak Kasar Daun Salam Swadaya, Jakarta.
(Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) dalam
Pertumbuhan Total Mikroba dan Sudirman, A.T. 2014. Uji Efektivitas Ekstrak Daun
Escherichia coli pada Daging Ayam Segar. Salam (Eugenia polyantha) terhadap
Jurnal. Ilmu dan Teknologi Pangan. Pertumbuhan Staphylococcus aureus secara
In Vitro. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi.
Fibrianti, S.M., I Ketut Suada, Mas Djoko Universitas Hasanuddin, Makassar.
Rudyanto. 2012. Kualitas Telur Ayam
Konsumsi yang Dibersihkan dan Tanpa Suprapti, M.L. 2002. Pengawetan Telur. Kanisius,
Dibersihkan Selama Penyimpanan Suhu Yogyakarta.
Kamar. Indonesia Medicus Veterinus,
Indonesia. Syarief dan H. Halid. 1990. Buku Monograf
Teknologi Penyimpanan Pangan.
Gaman, P.M dan K.B. Sherrington. 1994. Ilmu Laboratorium Rekayasa Pangan dan Gizi.
Pangan : Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mikrobiologi Edisi ke 2. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta. Unites States Departement of Agriculture - USDA.
2000. Egg-grading Manual. Departament of
Karmila. M., Maryati, dan Jusmawati. 2008. Agriculture, Washington.
Pemanfaatan Daun Jambu Biji (Psidium
guajava L.) sebagai Alternatif Pengawetan Winarno, F.G., dan S. Koswara. 2002. Telur:
Telur Ayam Ras. UNM, Makassar. Komposisi, Penanganan dan Pengolahannya.
M-Brio Press, Bogor.
Park, Y.S., I.J. Yoo, K.H. Jeon, H.K. Kim, E.J.
Chang and H.I. Oh. 2003. Effects of Various Yuwanta, T. 2010. Telur dan Kualitas Telur.
Eggshell Treatments on The Egg Quality Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
during Storage. J. Anim. Sci, Korea.
45