Anda di halaman 1dari 34

Laporan Kasus dan Telaah Kritisi Jurnal Diagnostik

HERPES ZOOSTER

Oleh:
Debby Sofiana
Khaziatun Nur

Pembimbing:
Wahyu Lestari

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.Shalawat
dan salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
kita umatnya dari zaman jahiliyah ke zaman islamiyah, serta kepada para sahabat
dan keluarga beliau.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Wahyu Lestari, Sp.KK,
FINSDVyang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis
dalam penyusunan laporan kasus yang berjudul “Herpes Zooster”, serta para
dokter di Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin yang telah memberikan
arahan serta bimbingan hingga terselesaikannya laporan kasus ini.
Tidak ada kata sempurna dalam pembuatan sebuah laporan kasus.
Keterbatasan dalam penulisan maupun kajian yang dibahas merupakan beberapa
penyebabnya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan terhadap
laporan kasus ini demi perbaikan di masa yang akan datang.

Banda Aceh, 8 Agustus 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
LAPORAN KASUS ........................................................................................... 3
Identitas Pasien ............................................................................................... 3
Anamnesis ...................................................................................................... 3
Pemeriksaan Fisik Kulit ................................................................................. 4
Pemeriksaan Penunjang .................................................................................. 6
Resume ........................................................................................................... 6
Diagnosis Banding ......................................................................................... 6
Diagnosis Klinis ............................................................................................. 6
Tatalaksana ..................................................................................................... 7
Edukasi .......................................................................................................... 7
Prognosis ........................................................................................................ 7
ANALISA KASUS ............................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14
RESUME JURNAL .......................................................................................... 16
TELAAH KRITISI JURNAL .......................................................................... 27

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Lesi pada regio abdomen dan thorax anterior .................................... 5


Gambar 2 Lesi pada regio thorax posterior ......................................................... 5

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Diagnosis Banding .................................................................................... 10

v
PENDAHULUAN

Herpes zoster (HZ) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Varisela-
zoster yang bersifat terlokalisir dengan ciri berupa nyeri radikuler, unilateral, dan
gerombolan vesikel yang tersebar sesuai dermatom yang diinervasi oleh satu
ganglion saraf sensoris.(1,2)
Sekitar lebih dari 20% orang yang pernah mengalami sakit cacar air
sebelumnya juga akan mengalami herpes zoster dikemudian hari. Keaktifan
kembali virus ini lebih mudah terjadi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh
lemah, seperti orang penyakit HIV, leukumia, linfoma, pasien yang menjalani
tranpalansi organ, radio terapi, kemoterapi, DM, dan pasien yang menggunakan
kortikosteroid jangka panjang.(1,3)
Gejala dari penyakit herpes zoster ini dapat diawali dengan rasa kesemutan,
mati rasa, gatal, atau rasa nyeri yang parah pada daerah tertentu. Ruam pada
herpes zoster biasanya akan hilang pada beberapa minggu, tetapi terkadang rasa
nyeri dapat bertahap hingga berbulan-bulan bahkan tahunan.(4)
Insidensi herpes zoster dalam populasi berkisar 2 hingga 5 kasus per 1000
orang per tahun. Faktor risiko utama untuk herpes zoster adalah usia. Insiden
herpes zoster meningkat dengan bertambahnya usia. Pada orang dewasa tua
insidennya berkisar dari 8 hingga 12 kasus per 1000 orang per tahun menurut
studi berbasis populasi perawatan kesehatan di 4 benua. Di Amerika Serikat
diperkirakan setidaknya ada 1,5 juta kasus baru herpes zoster setiap tahunnya, dan
lebih dari setengahnya terjadi pada orang yang berusia > 60 tahun. Jumlah ini
meningkat seiring bertambahnya populasi. (1)
Menurut Data Depkes pada tahun 2011-2013 Didapatkan prevalensi herpes
zoster dari 13 rumah sakit pendidikan di Indonesia sepanjang 2011 hingga 2013
mencapai 2.232 kasus. Puncak kasus terjadi pada penderita berusia 45-64 tahun
dengan jumlah 851 kasus atau 37,95 persen dari total kasus herpes zoster. (5)
Patogenesis herpes zoster belum sepenuhnya diketahui secara jelas, namun
kebiasanya diawali oleh penyakit varisella sebelumnya. Selama terjadinya
varisella, varisella zoster virus berpindah dari lesi yang ada dikulit dan mukosa ke
ujung saraf sensorik dan ditransportasikan ke ganglion sensorik. Setelah virus

1
berada diganglion dorsal maka terjadi infeksi laten, dimana virus tidak akan
menular dan tidak bermutiplikasi namun tetap memiliki kemampuan untuk
berubah menjadi infeksius pada kondisi tertentu. Kondisi yang dapat
menyebabkan aktifasi dari virus ini adalah keadaan imunosuspresi, dimana imun
tubuh menjadi lemah.(3)
Faktor resiko dari penyakit herpes zoster diantaranya adalah pasien-pasien
dengan immunocompromised. Pasien dengan imunosupresi ini memiliki resiko
20-100 kali lebih dapat mengalami herpes zoster dari pada yang tidak. Komplikasi
tersebut terjadi pada 10-50% pasien dengan herpes zoster dan prevalensinya
meningkat sebanding dengan peningkatan usia pasien (terutama pada usia lebih
dari 50 tahun).Selain risiko untuk terkena herpes zoster, komplikasinya juga lebih
besar pada orang imunokompromais. Seperti misalnya dalam kelompok laki-laki
yang berhubungan seksual dengan laki-laki, risiko relatif untuk mengembangkan
herpes zoster adalah 16,9 pada mereka dengan HIV dan tingkat kekambuhannya
sebesar 22%. Selain itu, jenis kelamin juga dikatakan sebagai faktor risiko herpes
zoster. Sekitar 60% kasus herpes zoster terjadi pada wanita. Tingkat kekambuhan
sebesar 4% untuk pria dan 7% untuk wanita setelah 8 tahun.(6,7)
Laporan kasus ini membahas tentang herpes zoster yang merupakan kasus
yang umum terjadi di Indonesia. Kecepatan dan ketepatan penegakkan dignosis,
tatalaksana, serta edukasi sangat berpengaruh terhadap prognosis penyakit ini.

2
LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : Ny. SH
Umur : 76 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Aceh
Agama : Islam
Alamat : Pidie
Tanggal Pemeriksaan : 29 Juli 2019
Nomor CM : 1-21-41-61

II. Anamnesis

Keluhan Utama
Gelembung-gelembung berisi cairan didaerah purut kiri.

Keluhan Tambahan
Nyeri, panas, sakit kepala

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dikonsulkan dari poli klinik mata ke Poliklinik Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh dengan keluhan adanya gelembung-gelembung bergerombol berisi
cairan keruh didaerah perut yang menjalar hingga punggung sebelah kiri senjak ±
2 minggu yang lalu. Gelembung dirasakan semakin banyak dan membesar diatas
kulit yang berwarna kemerahan. Pasien mengeluhkan rasa panas dan nyeri daerah
tersebut.
Beberapa hari kemudian gelembung- gelembung tersebut pecah
menghasilkan keropeng dan terdapat beberapa gelembung kecil yang baru.
Keluhan hanya dialami pasien di bagian perut dan punggung bawah.

3
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat cacar sebelumnya namun pasien tidak ingat pada
usia berapa.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan seperti pasien.

Riwayat Pemakaian Obat


Obat dari poli kulit :
- Alpentin 100 mg( 3 x 1 tablet )
- Valacyclovir 500 mg ( 3 x 2 tablet )
- Pirotop 10 gram ointment ( ue, pagi malam)
- Kassa lipat 7,5 x 7,5 DRC ( pro kompres )
- Nacl 500 ml ( pro kompres)
Pasien sudah mengkonsumsi obat selama 5 hari. Pasien juga mengeluhkan
tidak adanya perbaikan dikarenakan timbulnya gelembung-gelembung baru dan
lesi tampak meluas.

Riwayat Kebiasaan Sosial


Pasien mengaku tidak pernah mandi selama menderita penyakit ini
dikarenakan takut gelembung akan pecah dan basah.

III. Pemeriksaan Fisik Kulit

Vital Sign

Kesadaran : Compos mentis


TD : 120/80 mmHg
HR : 80 kali/menit
RR : 20 kali/menit
T : 36,8°C

4
Status Dermatologis
Pemeriksaan Status Dermatologis 29 Juli 2019
Lokasi : Abdominal sinistra dan thorax Anterior dan posterior
(T4-T12)
Deskripsi Lesi : Tampak vesikel dan bula berkelompok dengan dasar
kulit yang eritematus. Lesi disertai krusta diatasnya
dengan bentuk bervariasi, jumlah multipel, ukuran
lentikuler sampai gutata-plakat, berbatas tegas, tepi
irreguler, susunan lesi zoosteriform, dan distribusi
regional.

Gambar 1: Lesi pada regio abdomen dan thorax anterior

Gambar 2 : Lesi pada regio thorax posterior

5
IV. Pemeriksaan Penunjang

Tzank test (tidak dilakukan) pasien menolak untuk dilakukan pemeriksaan


penunjang karena mengeluh perih.

V. Resume

Telah diperiksa seorang pasien perempuan berusia 76 tahun dengan keluhan


muncul gelembung berisi cairan. Pada regio abdominal sinistra dan thorax
Anterior dan posterior tampak vesikel dan bula berkelompok dengan dasar kulit
yang eritematus, bentuk bervariasi,jumlah multipel, ukuran lentikuler sampai
gutata-plakat, berbatas tegas, tepi irreguler, susunan lesi zoosteriform, dan
distribusi regional.

VI. Diagnosis Banding


1. Herpes zoster
2. Herpes simplex
3. Varisella
4. Dermatitis Herpetiformi
5. Impertigo Bulosa

VII. Diagnosis Klinis


Herpes zoster

VIII. Tatalaksana
Farmakologi
- Sistemik : Valacyclovir 500 mg tab ( 3 x 2 tablet)
Gabapentin tab 300 mg ( 2 x 1 tablet )
- Topikal : Pirotop 10 gram ointment ( ue, pagi malam )

Non Farmakologi

- Kassa lipat 7,5 x 7,5 DRC ( pro kompres 2x1 )


- Nacl 500 ml ( pro kompres 2x1 )

6
IX. Edukasi
- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini disebabkan oleh virus,
sehingga untuk mecegah penyebarannya, minimalisir penggunaan benda
dirumah (handuk, baju, topi) secara bersama.
- Menjelaskan kepada anggota keluarga bahwa penyakit ini dapat menular
penularannya dapat melalui kontak langsung (skin to skin) pada luka
penderita dengan non-penderita. Namun manifestasi yang timbul berupa
varisella(cacar).
- Menjelaskan mengenai kebersihan tubuh.
- Mengkonsumsi obat dan mengoleskan krim yg diresepkan oleh dokter
secara merata dan teratur serta tidak menggunakan obat selain dari resep
dokter.
- Menjelaskan bahwa penyakit ini memiliki komplikasi. Komplikasi yang
tersering dan umum terjadi adalah Neuralgia Pascaherpatik yang dapat
terjadi walaupun lesi sudah sembuh.

X. Prognosis
- Quo ad vitam : Dubia ad bonam
- Quo ad fungtionam : Dubia ad bonam
- Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam

7
ANALISA KASUS

Telah dilakukan pemeriksaan pada NY.SH usia 76 tahun. Pasien datang


dengan keluhan adanya gelembung-gelembung bergrombol berisi cairan didaerah
perut yang menjalar hingga punggung sebelah kiri senjak ± 2 minggu yang lalu.
Gelembung dirasakan semakin banyak dan membesar diatas kulit yang berwarna
kemerahan. Pasien mengeluhkan rasa panas dan nyeri daerah tersebut.Beberapa
hari sebelum kontrol ulang gelembung-gelembung yang awalnya muncul sudah
mulai pecah dan disertai dengan adanya keropeng serta diikuti dengan timbulnya
beberapa gelembung kecil yang baru. Herpes zoster atau shingles merupakan
penyakitakibat reaktivasi virus varisela zoster (VZV). Selama terjadi
infeksivarisela, VZV meninggalkan lesi di kulit dan permukaan mukosa menuju
ujung saraf sensorik yang kudian menuju ganglion dorsalis. Dalam ganglion, virus
memasuki masa laten dan tidak mengadakan multiplikasi lagi. Reaktivasi terjadi
jika sistem imun tubuh menurun. Karakteristik penyakit ini ditandai dengan
adanya ruam vesikular unilateral yang berkelompok dengan nyeri yang radikular
sekitar dermatom.(1)
Status dermatologi pasien yaitu pada regio abdominal sinistra dan thorax
posterior tampak vesikel dan bula berkelompok dengan dasar kulit yang
eritematus. Lesi dengan bentuk bervariasi, ukuran lentikuler sampai gutata,
berbatas tegas, tepi irreguler. Di atas lesi primer juga terdapat krusta dan squama
halus. Lesi multipel, susunan lesi zoosteriform, dan distribusi regional.Herpes
zoster adalah akibat dari infeksi VZV yang mengalami reaktivasi setelah masa
dorman di ganglion dorsalis. Gejala mulanya diawali dengan demam atau panas,
sakit kepala, lemas dan fotofobia akut disertai nyeri yang terbatas pada satu sisi
tubuh saja. Pada fase akut kemudian muncul makula eritematus di bagian tubuh
yang nyeri, dalam 1-2 hari lesi akan berubah menjadi papul dan kemudian
berkembang menjadi vesikel, semakin hari menyebar dan membesar, dapat
disertai dengan rasa gatal dan nyeri yang tak tertahankan.(8)

Herpes zoster biasanya diawali dengan gejala-gejala prodromal selama 2-4


hari, yaitu sistemik (demam, pusing, malaise), dan lokal (nyeri otot-tulang, gatal,
pegal). Setelah itu akan timbul eritema yang berubah menjadi vesikel

8
berkelompok dengan dasar kulit yang edema dan eritematosa. Vesikel tersebut
berisi cairan jernih, kemudian menjadi keruh, dapat menjadi pustul dan krusta.Jika
mengandung darah disebut sebagai herpes zoster hemoragik. Jika disertai dengan
ulkus dengan sikatriks, menandakan infeksi sekunder.(9)

Masa tunas dari virus ini sekitar 7-12 hari, masa aktif berupa lesi baru yang
tetap timbul, berlangsung seminggu, dan masa resolusi berlangsung 1-2 minggu.
Selain gejala kulit, kelenjar getah bening regional juga dapat membesar. Penyakit
ini lokalisasinya unilateral dan dermatomal sesuai persarafan.Saraf yang paling
sering terkena adalah nervus trigeminal, fasialis, otikus, C3, T3, T5, L1, dan
L2.Jika terkena saraf tepi jarang timbul kelainan motorik, sedangkan pada saraf
pusat sering dapat timbul gangguan motorik akibat struktur anatomisnya. Gejala
khas lainnya adalah hipestesi pada daerah yang terkena.(8,9)

Perjalanan munculnya lesi pada penyakit herpes zoster ini diawali dengan
timbulnya vesikel dalam waktu 12- 24 jam dan berkembang menjadi pustule pada
hari ketiga. Kemudian dalam waktu 7 sampai 10 hari lesi akan pecah dan menjadi
krusta, krusta akan bertahan 2 hingga 3 minggu. Pada orang normal lesi baru akan
berlanjut muncul selama 1 hingga 4 hari ( sesekali selama 7 hari). Lesi biasanya
akan semakin parah dan bertahan lebih lama pada pasien dengan usia tua.(1)

Diagnosis banding untuk penyakit Herpes zoster diantaranya adalah


dermatitis herpetiformis yaitu penyakit autoimun yang berdampak pada kulit.
Dermatitis herpetiformis adalah kondisi ruam gatal yang berkaitan dengan gluten-
sensitive enteropathy (GSE). Ini terjadi ketika sistem kekebalan imun tubuh
bereaksi dengan gluten yang dicerna oleh tubuh. Namun hal ini juga bisa
disebabkan oleh beberapa masalah sistem imun lainnya.(1)

Diagnosis banding lainnya juga diantanya adalah impetigo bulosa, herpes


simplex dan varicella. Pada impetigo bulosa didapatkan adanya vesikel ataupun
bula yang disebabkan oleh bakteri, namun lesi tidak menyebar sesuai dermatom.
Karena disebabkan oleh Staphylococcus, biasanya pasien memiliki riwayat infeksi
sebelumnya, misalnya ISPA atau infeksi kulit primer. Pada herpes simplex,
infeksi disebabkan oleh herpes simpleks virus (HSV) tipe I atau tipe II yang

9
ditularkan melalui hubungan sexual yang ditandai dengan adanya vesikel yang
berkelompok diatas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat
munokutan. Pada varisella juga didapatkan manifestasi yang hampir sama yaitu
adanya vesikel atau pustul, namun persebaran lesinya menyebar secara diskret dan
tidak sesuai dengan dermatom.(2,10)

Tabel 1. Diagnosis Banding

No Diagnosis Alasan Diagnosis Definisi Deskripsi Lesi Gambar


1. Herpes Zoster Pada anamnesis penyakit ruam Tampak
pasien saraf yang vesikel dan
mengeluhkan ditandai dengan bula
adanya bercak yang ruam kulit berkelompok
dirasakan nyeri dan melupuh serta dengan dasar
terasa panas . nyeri didaerah kulit yang
Bercak pada yang terbatas eritematus.
awalnya tampak pada Lesi dengan
kemerahan lalu satu sisi tubuh, bentuk
berah menjadi sering kali dalam bervariasi,
gelembung berisi satu garis ukuran
cairan. Dan pada dermatom. lentikuler
pemeriksaan fisik penyakit ini sampai gutata,
didapatkan vesikel disebabkan oleh berbatas tegas,
yang dan bula yang virus herpes yang tepi irreguler.
bergrombol yang juga Di atas lesi
bergerombol mengakibatkan primer juga
dengan distribusi cacar air (virus terdapat krusta
unilateral sesuai varisela zoster).2,3 dan squama
dermatom halus. Lesi
multipel,
susunan lesi
zoosteriform,
konfigurasi
polisiklik, dan
distribusi
regional.

10
2. Herpes Pada anamnesis Infeksi akut yang Vesikel diatas
Simplex pasien disebabkan oleh kuti yang
mengeluhkan herpes simpleks eritem disertai
adanya bintik virus (HSV) tipe I dengan krusta
bintik bergrombol atau tipe II yang berjumlah
ditandai dengan
berisi cairan di multipel
adanya vesikel
bokong makin hari yang berkelompok susunan
makin memberat diatas kulit yang diskrat
dan pasien juga sembab dan distribusi
mengeluhkan eritematosa pada brachii
demam. daerah dekat
munokutan.
3. Varisella Pada anamnesis Infeksi akut primer Vesikel diatas
pasien oleh virus varisela- kulit eritem
mengeluhkan zoster yang berjumlah
adanya ruam yang menyerang kulit multipelberdist
gatal dan melepuh dan mukosa, ribusi regional
manifestasi linis
pada kulit.
didahului gejala
konstitusi, kelainan
kulit polimorf,
terutama dibagian
sentral tubuh.

4. Dermatitis Lesi yang mirip Dermatitis Tampak papul


herpetiform berupa herpetiform dan vesikel
papulovesikel yang adalah penyakit diatas
bila pecah menjadi vesikobulosa permukaan
erosi yang ditandai kulit yang
dengan eritem
papulovesikel berjumlah
yang tersusun multilple dan
secara berdistribusi
berkelompok simetris
sangat gatal dan
berdistribusi
simetris pada
permukaan
ekstensor.

11
5. Impertigo Lesi mirip merupa Penyakit Tampak H
bulosa papul vesikel infeksi piogenik vesikel dengan
dengan dasar pada kulit yang dasar
jernih disebabkan oleh eritematus
staphycoccus dan/ berisi cairan
atau berjumlah
streptococcus multipel
superfisial pada ukuran gutata
epidermis. berdistribusi
regional

Prinsip penatalaksanaan herpes zoster ada dua yaitu penatalaksanaan


farmakologis dan dengan nonfarmakologis. Penatalaksanaan nonfarmakologis
adalah dengan melakukan beberapa hal diantaranya menjaga agar lesi tetap bersih
untuk menghindari infeksi sekunder, kompres lesi dengan menggunakan kassadan
NaCl, lindungi lesi dengan memakai pakaian bersih dan tidak ketat.(3)
Penatalaksanaan farmakologis bersifat simtomatik, untuk mengobati nyeri
diberikan analgetik sedangkan untuk infeksi sekunder diberikan antibiotik. Terapi
dengan antiviral bertujuan untuk mempersingkat waktu penyakit serta
menurunkan keparahan dari penyakit.Obat antiviral yang biasa digunakan adalah
acyclovir, famciclovir, dan valacyclovir. Tatalaksana lainnya yang dapat diberikan
adalah pemberian kortikosteroid yang diindikasikan untuk mencegah terjadinya
paralisis ataupun fibrosis ganglion. Pemberian kortikosteroid harus diturunkan
secara bertahap. Penatalaksanaan dengan obat topikal bergantung pada stadium.
Jika masih stadium vesikel, vesikel dapat diberikan bedak dengan tujuan protektif
untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder. Jika
terdapat ulserasi dapat diberikan salep antibiotik.(3,11)
Herpes zoster (HZ) umumnya diperkirakan terjadi sekali dalam seumur
hidup dan kekambuhan dianggap terbatas pada individu immunocompromised.
Namun berdasarkan salah satu penelitian yang dilakukan di lakukan di Korea ini
didapatkan bahwa herpes zozter dapat kambuh, yang dipengaruhi oleh beberapa
hal diantaranya usia tua, tingkat kekambuhan terbanyak adalah pada usia >50
tahun yaitu 72,3 %, jenis kelamin perempuan 69%, pasien dengan
immunocompromised 17,8 %, hipertensi 38 %, dislipidemia 30,4 %, dan diabetes
mellitus 20,9%. Pada kasus ini pasien merupakan kategori kelompok berisiko

12
mengalami kekambuhan dikarenakan pasien sudah berusia 76 tahun yang
merupakan usia tua.(7)
Komplikasi yang dapat dialami pasien herpes zozter antara lain adalah:12
- Infeksi sekunder : dapat menghambat penyembuhan dan pembentukan
jaringan parut (selulitis ,impetigo dll)
- Neuralgia paska herpes (NPH) : nyeri yang menetap di dermatom
yang terkena 3 bulan setelah erupsi HZ menghilang. NPH merupakan
aspek HZ yang paling mengganggu pasien secara fungsional. dan psiko-
sosial insidennya berkisar sekitar 10 – 40 % dari kasus
HZ. Pasien dengan NPH akan mengalami nyeri konstan (terbakar, nyeri,
berdenyut), nyeri intermiten (Tertusuk), dan nyeri yang dipicu
stimulus seperti allodinia (nyeri yang dipicu stimulus normal seperti
sentuhan dll).
- Komplikasi Mata:
Kerterlibatan saraf trigeminal cabang pertama menyebabkan HZ
Oftalmikus, terjadi pada 10-25% dari kasus HZ yang dapat menyebabkan
hilangnya penglihatan, nyeri menetap lama, dan / atau paru.(12)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Italia yang menilai komplikasi


penyakit herpes zoster di praktik klinik, didapatkan komplikasi tersering dari
herpes zoster adalah post-herpetic neuralgia yaitu sekitar 19,6 %, komplikasi
ocular 5,7 %, facial palsy 0,6 %, dan komplikasi lainnya 2,1 %. (13)

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS LD.


Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 9th Editio. United states:
Me Graw Hill; 2019. 3035–3042 p.

2. Buxton PK. ABC of dermatology. 4th editio. BMJ Publishing Group; 2003.
92–93 p.

3. Schmader K. Herpes Zoster. Clin Geriatr Med. 2016;32(3):539–53.

4. Sampathkumar P, Drage LA, Martin DP. Herpes zoster (Shingles) and


postherpetic neuralgia. Mayo Clin Proc. 2009;84(3):274–80.

5. Kemenkes RI. PROFIL KESEHATAN INDONESIA TAHUN 2013.


Jakarta; 2014.

6. Tseng HF, Chi M, Hung P, Harpaz R, Schmid DS, LaRussa P, et al. Family
history of zoster and risk of developing herpes zoster. Int J Infect Dis
[Internet]. 2018;66:99–106. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.ijid.2017.11.016

7. Kim YJ, Lee CN, Lee MS, Lee JH, Lee JY, Han K, et al. Recurrence rate of
herpes zoster and its risk factors: A population-based cohort study. J
Korean Med Sci. 2019;34(2):1–10.

8. Wehrhahn MC, Dwyer DE. Herpes zoster: Epidemiology, clinical features,


treatment and prevention. Aust Prescr. 2012;35(5):143–7.

9. Babamahmoodi F, Alikhani A, Ahangarkani F, Delavarian L, Barani H,


Babamahmoodi A. Clinical manifestations of herpes zoster, its
comorbidities, and its complications in North of Iran from 2007 to 2013.
Neurol Res Int. 2015;2015:10–3.

10. Shimizu H. Shimizu’s of Dermatology. 2nd editio. Japan: Hokkaido


University; 2016. 425–432 p.

11. McDonald EM, De Kock J, Ram FSF. Antivirals for management of herpes
zoster including ophthalmicus: A systematic review of high-quality
randomized controlled trials. Antivir Ther. 2012;17(2):255–64.

12. Pusponegoro E, Nilasari H, Lumintang H, Niode N, Daili S, Djauzi S. Buku


Panduan Herpes Zoster. 2014;20.

14
13. Volpi A. Severe complications of herpes zoster. Herpes [Internet]. 2007;14
Suppl 2(October 2007):35–9. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17939894

15
RESUME JURNAL

Tingkat Kekambuhan Herpes Zoster dan Faktor


Risikonya: Penelitian Cohort berbasis Penduduk
You Jeong Kim ,Chang Nam Lee , Mi So Lee , Ji Hyun Lee , Jun Young Lee, Kyungdo
Han, dan Young Min Park

ABSTRAK

Latar Belakang: Herpes zoster (HZ) umumnya diperkirakan terjadi sekali


dalam seumur hidup dan kekambuhan dianggap terbatas pada individu
immunocompromised. Meskipun tingkat kekambuhan HZ tampaknya akan
meningkat, telah ada beberapa studi mengeksplorasi angka ini pada populasi
umum. Kami meneliti tingkat kekambuhan dan faktor risiko yang terkait pada
populasi umum.

Metode: Kami menggunakan sampel berdasarkan populasi dari database


Nasional Jasa Asuransi Kesehatan untuk mengidentifikasi kasus episode HZ
awal dari 1 Januari 2002 sampai 31 Desember 2013. Kami juga menindaklanjuti
kasus ini sampai 31 Desember, 2013 mengidentifikasi kekambuhan.

Hasil: Secara keseluruhan, tingkat kejadian HZ adalah 5.1 per 1000 orang-tahun
dan tingkat kekambuhan 12,0 per 1.000 orang per tahun. Ada 2.100 kasus
berulang dari 39.441 episode awal dengan 4,4 tahun rata-rata periode tindak
lanjut. Kami mengidentifikasi faktor risiko yang signifikan untuk kekambuhan
seperti usia tua (51-70 tahun) (hazard ratio [HR], 1,447; 95% confidence
interval [CI], 1,311-1,598), wanita (1,476; 1,345-1,619), zoster- related pain
(ZRP) lebih dari 30 hari (kasus ZRP berlangsung 31-90 hari [1,200; 1,042-
1,383], dan ZRP yang berlangsung lebih dari 90 hari [2,293; 1,990-2,643]).
Keganasan hematologi (2,864; 1,929-4,251), penyakit autoimun (1,466; 1,252-

16
1,715), dislipidemia (1.390; 1,263-1,530), dan hipertensi (1,222; 1,107-1,350)
juga faktor risiko yang signifikan.

Kesimpulan: Hasil menunjukkan bahwa kambuhnya HZ jauh lebih sering


daripada umumnya diharapkan, dan bahwa faktor risiko yang terkait dapat
memainkan peran penting dalam memprediksi kekambuhan.

Kata kunci: Herpes Zoster; Kambuh; Faktor risiko; Epidemiologi; Penduduk


berbasis; kekambuhan Tingkat

PENGANTAR

Herpes zoster (shingles, HZ) disebabkan oleh reaktivasi virus varicella-


zoster (VZV), yang biasanya tetap laten setelah infeksi primer varicella (cacar
air) selama masa kanak-kanak. HZ sebagian besar dianggap menjadi
pengalaman sekali dalam seumur hidup dan kekambuhan diduga terbatas pada
individu immunocompromised dan orang berusia 50 tahun atau lebih.
Kemanjuran vaksin pada orang berusia lebih dari 60 tahun dan berusia 50-59
tahun adalah 51% dan 70%, masing-masing. Namun, indikasi vaksinasi HZ pada
orang yang telah memiliki episode HZ, dan periode penarikan sesuai untuk
vaksinasi setelah HZ belum dijelaskan.

Meskipun telah ada beberapa penelitian tentang kekambuhan HZ, ini


biasanya tergantung pada data berbasis rumah sakit dengan sejumlah kecil kasus
atau masa tindak lanjut pendek. Populasi umum data epidemiologi berdasarkan
kambuhnya HZ diperlukan untuk mengobati dan mencegah kasus berulang. Data
ini juga akan memainkan peran penting dalam membangun pedoman vaksinasi.
Oleh karena itu, kami bertujuan untuk menilai tingkat kekambuhan HZ dan
untuk mengidentifikasi faktor risiko yang terkait dengan kekambuhan
menggunakan Database berbasis populasi Korea.

17
METODE

Sumber data

Di Korea, hampir semua orang telah terdaftar secara wajib di Jasa


Asuransi Kesehatan Nasional (NHIS) sejak tahun 1989. Data Semua demografi,
termasuk usia pasien, jenis kelamin dan status sosial ekonomi dikumpulkan
bersama dengan diagnosis, pemeriksaan fisik dan laboratorium, pengobatan,
resep, keperawatan tindakan, dan rawat inap.

Penelitian ini menggunakan sampel acak perwakilan nasional dari NHIS


basis data, NHIS - National Sample Cohort (NHIS-NSC) 2002-2013. Sampel
dikumpulkan dari catatan untuk 1.025.340 orang, sekitar 2,2% dari seluruh
populasi di awal tahun 2002, dan termasuk semua yang berhubungan data medis
dari pasien yang terdaftar dari 1 Januari 2002 sampai dengan 31 Desember 2013.

populasi penelitian

Di antara pasien termasuk dalam NHIS-NSC 2002-2013, kami memilih


746.816 pasien dengan usia lebih dari 20 tahun.

Definisi kasus

Kasus HZ diidentifikasi melalui pencarian database untuk setiap subjek


dengan Klasifikasi terkait HZ International Classification of Disease 10 (ICD-10
kode, B02) kecuali neuralgia postherpetic (PHN) dengan terapi antiviral oral
untuk lebih dari 5 hari atau terapi antivirus intravena. Penelitian ini
mengekslusikan kasus non-HZ seperti herpes simplex dan kasus- kasus serupa
lainnya. Zoster related pain (ZRP) adalah komplikasi yang paling umum dari
HZ dan berhubungan dengan kekambuhan HZ. Kami mendefinisikan durasi
ZRP seperti yang pengobatan rasa sakit yang terkait dengan episode HZ awal.

18
Kami mengidentifikasi durasi melalui pencarian database untuk kasus HZ
didefinisikan dengan obat penghilang rasa sakit yang diresepkan, atau PHN
terkait ICD-10 kode dengan pembunuh rasa sakit. Kami mengkategorikan
pasien dengan ZRP oleh durasi pengobatan kurang dari 31 hari, 31-90 hari, dan
lebih dari 90 hari. Kami mengidentifikasi kasus HZ episode awal, serta kasus
kekambuhan pertama dan kedua. Untuk memenuhi definisi kekambuhan,
minimal 6 bulan harus telah sembuh dari HZ sebelumnya.

Risiko yang mempengaruhi kekambuhan

Penelitian ini juga mengumpulkan beberapa faktor epidemiologi dari


episode HZ awal dan dievaluasi hubungan mereka dengan tingkat kekambuhan.
Faktor- factor yang dinilai diantaranya: 1) usia / jenis kelamin, 2) status sosial
ekonomi, 3) daerah tempat tinggal, 4) durasi ZRP, 5) rawat inap, dan 6) status
kekebalan dan penyakit penyerta.

Status kekebalan ditentukan berdasarkan adanya penyakit tertentu,


termasuk keganasan, penyakit autoimun, infeksi (HIV / AIDS), penyakit ginjal
kronis, dan penyakit hati kronis dalam waktu 6 bulan sebelum atau sesudah
diagnosis HZ. Pasien dengan satu atau lebih penyakit ini dianggap
immunocompromised. Ada atau tidak adanya penyakit penyerta, seperti diabetes
mellitus, hipertensi dan hiperlipidemia juga dievaluasi. kasus
immunocompromised dan kasus dengan penyakit penyerta diidentifikasi melalui
pencarian database untuk setiap subjek dengan terkait ICD-10 kode seperti yang
dijelaskan dalam.

Analisis statistik

Tingkat kekambuhan dihitung sebagai jumlah kasus berulang HZ per 1.000


orang follow-up per tahun setelah episode awal. Hazard ratio (HR) dari berbagai

19
faktor epidemiologi dari episode awal untuk kekambuhan yang disimpulkan
dengan menggunakan univariat Cox proportional hazards regresi. Multivariat Cox
proportional hazards regresi juga digunakan untuk menentukan hubungan antara
faktor-faktor risiko kekambuhan HZ seperti durasi ZRP, status kekebalan, dan
penyakit penyerta untuk menyesuaikan jenis kelamin, usia, dan status sosial
ekonomi. kurva tingkat kekambuhan kumulatif dihitung dengan menggunakan
statistik Kaplan-Meier. SAS perusahaan panduan 4.2 (SAS Institute Inc., Cary,
NC, USA) digunakan untuk analisis statistik.

Pernyataan etika

Penelitian mematuhi prinsip-prinsip Deklarasi Helsinki dan telah disetujui


oleh Institutional Review Board (IRB) dari Rumah Sakit Seoul St. Mary (IRB
No. KC14EIS0694). Kebutuhan informed consent dibebaskan oleh IRB.

HASIL
Selama masa penelitian, 39.441 kasus episode awal HZ diidentifikasi
dengan kejadian 5,1 per 1.000 orang-tahun. Pada episode awal, 15.638 (39,7%)
pasien adalah laki-laki dan 23.803 (60,3%) pasien adalah perempuan. Insiden
HZ meningkat dengan usia dan 66,8% kasus berada di pasien berusia lebih dari

20
50 tahun. Untuk status sosial ekonomi dengan status ekonomi rendah terdapat
15,0% kasus. Ada 5408 (13,7%) pasien immunocompromised dan proporsi
kanker, penyakit autoimun, penyakit ginjal kronis, penyakit hati kronis, kanker
hematologi, dan HIV / AIDS adalah 6,1%, 5,3%, 2,7%, 0,9%, 0,5%, dan 0,1%,
masing-masing. Secara total, 18.384 (46,6%) pasien dengan episode HZ awal
memiliki salah satu dari diabetes mellitus, hipertensi, atau dislipidemia. Faktor-
faktor yang lebih detail dirangkum dalam Tabel 2.

Tabel 2. fitur epidemiologi faktor risiko HZ episode awal

episode awal dari HZ, No. (%)

Usia, th

21-50 13.094 (33,2)

51-70 19.233 (48,8)

7114 (18,0)
> 70
Jenis kelamin

pria 15.638 (39,7)

23.803 (60,4)
Perempuan

status sosial ekonomi

5906 (15,0)
Rendah

33.535 (85.0)
Menengah ke atas

daerah tempat tinggal

18.772 (47,6)
perkotaan

20.669 (52,4)
Pedesaan

Durasi ZRP, hari

<30 33.222 (84,2)

31-90 3.950 (10,0)

2269 (5.8)
> 90

rawat inap
3022 (7.7)

21
iya

36.419 (92,3)
Tidak
\
kondisi immunocompromised 5408 (13,7)

kanker padat 2415 (6.1)

kanker hematologi 185 (0,5)

Penyakit autoimun 2104 (5.3)

HIV / AIDS 32 (0,1)

Penyakit ginjal kronis 1.080 (2,7)

penyakit hati kronis 356 (0,9)

penyakit penyerta 18.384 (46,6)

dislipidemia 10.359 (26,3)

Diabetes mellitus 7530 (19,1)

Hipertensi 13.213 (33,5)

Total 39.441 (100,0)

Untuk studi kekambuhan penyakit HZ ini, tingkat kekambuhan secara


keseluruhan adalah 12,0 per 1.000 orang-tahun, atau 5,3%. Waktu antara episode
HZ awal dan kekambuhan pertama bervariasi dari 181 ke 3815 hari, dengan rata-
rata 1,062.9 hari.

Usia dan jenis kelamin secara signifikan terkait dengan kekambuhan HZ (


P < 0,001). Tingkat kekambuhan pada pasien di atas 50 tahun adalah 5,8% (1517 /
26.347), sedangkan pada kelompok yang lebih muda adalah 4,5% (585 / 13.094).
Perempuan didapatkan lebih sering kambuh daripada laki-laki, dengan HR dari
1,476 (95% CI, 1,345-1,619). Sebaliknya, status sosial ekonomi dan daerah
tempat tinggal yang tidak berhubungan secara signifikan.

ZRP berlangsung lebih lama dari 30 hari secara bermakna dikaitkan


dengan kekambuhan HZ ( P < 0,001). Tingkat kekambuhan kelompok ZRP
adalah sebagai berikut: 4,9% (1.643 / 33.222) untuk ZRP berlangsung kurang 31
hari; 5,7% (225 / 3.950) untuk ZRP berlangsung 31-90 hari; dan 10,2% (232 /

22
2.269) untuk ZRP berlangsung lebih lama dari 90 hari. Di sisi lain, rawat inap
tidak menunjukkan signifikansi statistik.

Dari 2.100 pasien dengan kekambuhan, 373 (17,8%) yang


immunocompromised dan 1.727 (82,2%) berada imunokompeten pada saat
episode HZ pertama. Beberapa kondisi immunocompromising, seperti keganasan
hematologi dan penyakit autoimun, secara signifikan terkait dengan kekambuhan
( P < 0,001). Namun, kanker padat, HIV / AIDS, penyakit ginjal kronis, dan
penyakit hati kronis tidak menunjukkan signifikansi statistik. Di antara penyakit
penyerta, dislipidemia dan hipertensi secara signifikan terkait dengan kambuhnya
HZ ( P < 0,001), tetapi diabetes mellitus tidak ( Tabel 3).

Risk factors Recurrence, No. (%) HR (95% CI) P value


No (n = 37,341) Yes (n = 2,100)
Age, yr < 0.001
21–50 12,511 (33.5) 583 (27.8) 1
51–70 18,026 (48.3) 1,207 (57.5) 1.447 (1.311–1.598)
> 70 6,804 (18.2) 310 (14.8) 1.009 (0.879–1.159)
Gender < 0.001
Men 14,986 (40.1) 652 (31.1) 1
Women 22,355 (59.9) 1,448 (69.0) 1.476 (1.345–1.619)
Socioeconomic status 0.123
QL 5,567 (14.9) 339 (16.1) 1.096 (0.975–1.231)
QO 31,774 (85.1) 1,761 (83.9) 1
Residence area 0.144
Urban 17,741 (47.5) 1,301 (49.1) 1
Rural 19,600 (52.5) 1,069 (50.9) 0.938 (0.861–1.022)
Duration of ZRP, daya < 0.001
< 30 31,579 (84.6) 1,643 (78.2) 1
31–90 3,725 (10.0) 225 (10.7) 1.200 (1.042–1.383)
> 90 2,037 (5.5) 232 (11.1) 2.293 (1.990–2.643)
Hospitalizationa 0.737
Yes 2,854 (7.6) 168 (8.0) 0.973 (0.830–1.141)
No 34,487 (92.4) 1,932 (92.0) 1
Immunocompromised condition a 5,035 (13.5) 373 (17.8) 1.361 (1.216–1.525) < 0.001
Solid cancer 2,265 (6.1) 150 (7.1) 1.246 (1.055–1.473) 0.010
Hematologic malignancy 160 (0.4) 25 (1.2) 2.864 (1.929–4.251) < 0.001
Autoimmune disease 1,932 (5.2) 172 (8.2) 1.466 (1.252–1.715) < 0.001
HIV/AIDS 29 (0.1) 3 (0.1) 1.917 (0.618–5.952) 0.260
Chronic renal disease 1,005 (2.7) 75 (3.6) 1.344 (1.066–1.695) 0.012
Chronic hepatic disease 335 (0.9) 21 (1.0) 1.192 (0.775–1.833) 0.424
Comorbid diseasesa 17,290 (46.3) 1,094 (52.1) 1.312 (1.192–1.445) < 0.001
Dyslipidemia 9,720 (26.0) 639 (30.4) 1.390 (1.263–1.530) < 0.001
Diabetes mellitus 7,091 (19.0) 439 (20.9) 1.124 (1.008–1.254) 0.036
Hypertension 12,416 (33.3) 797 (38.0) 1.222 (1.107–1.350) < 0.001

23
DISKUSI

Dalam studi ini, tingkat kekambuhan berdasarkan populasi dari HZ adalah


12.0 per 1.000 orang per tahun (5,3%) selama rata periode tindak lanjut adalah 4,4
tahun. Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, tingkat kekambuhan pada
penelitian ini didapatkan hasil yang lebih tinggi, dengan sejumlah studi
melaporkan terulangnya HZ 0,2% -12,5%. Dalam penelitian lainnya dengan masa
tindak lanjut yang relatif singkat 3-5 tahun, tingkat kekambuhan 0,2% -0,9% dari
total 457-1,075 kasus HZ. Pada penelitian yang dilakukan oleh Harapan-Simpson
diidentifikasi 8 kasus kekambuhan dari 192 (4,2%) selama 16 tahun. Demikian
pula, dalam populasi penelitian lain yang lebih besar, 31 (5,3%) kasus kekambuhan
diidentifikasi dari 590 episode HZ tahun 1945-1959. Baru-baru ini, Yawn et al.
melaporkan tingkat kekambuhan yang relatif tinggi 6,2%, dengan 105 kasus
kekambuhan dari 1.669 episode pertama, selama periode tindak lanjut rata-rata 7,3
tahun. Perbedaan dalam hasil ini kemungkinan berasal dari komposisi yang
berbeda populasi, metode penelitian, dan durasi tindak lanjut. Selain itu,
kebanyakan studi dirancang untuk fokus pada karakteristik episode HZ awal
daripada HZ kekambuhan. Dalam studi ini, kami menggunakan sampel acak
perwakilan nasional dari 39, 441 episode HZ awal dengan masa tindak lanjut
jangka panjang relatif dari 4,4 tahun dan masa studi seluruh 11 tahun. Oleh karena
itu, kami berharap data kami untuk mencerminkan tingkat kekambuhan HZ yang
sebenarnya.

Di Korea, vaksinasi varicella telah ditetapkan sebagai program imunisasi


nasional sejak tahun 2006. Sayangnya, tingkat vaksinasi dari waktu ke waktu
belum diungkapkan. Namun, dari laporan oleh Pusat Korea untuk Kontrol dan
Pencegahan Penyakit, 97,3% dari bayi yang lahir pada tahun 2012 telah
diselesaikan inokulasi vaksinasi varicella pada tahun 2015. Berdasarkan teori
mengenai vaksinasi varicella ini, kami berhipotesis bahwa setelah episode HZ
awal , VZV dapat dengan cepat menurun sehingga cukup untuk menekan
reaktivasi HZ laten.

24
Di sisi lain, ada beberapa keterbatasan untuk membandingkan tingkat
kejadian dan tingkat kekambuhan. Harus ada beberapa perbedaan dalam
distribusi epidemiologi antara penduduk untuk studi kejadian dan studi
kekambuhan. Periode follow up adalah faktor lain untuk dipertimbangkan. Oleh
karena itu, untuk evaluasi yang tepat dari peran protektif dari episode awal,
penelitian lebih lanjut dengan populasi yang lebih besar dan periode follow-up
lagi diperlukan.

Dari penelitian sebelumnya, frekuensi tertinggi dari sel memori CD4


VZV spesifik diamati pada 34 tahun setelah infeksi VZV. Dalam kelompok usia
lanjut lebih dari 60 tahun, respon VZV-specific T-cell mediated immunity (VZV-
CMI) semakin menurun seiring bertambahnya usi. Selain itu, tanggapan VZV-
CMI setelah vaksinasi zoster atau HZ lebih rendah pada orang yang lebih tua.
Meskipun belum ada laporan langsung dari respon VZV-CMI setelah HZ
menurut umur, bisa diasumsikan bahwa respon imun untuk HZ awal akan lebih
rendah dan menurun lebih cepat pada pasien usia lanjut. Oleh karena itu,
kekambuhan HZ bisa lebih umum pada orang tua, bertepatan dengan hasil
kami. VZV-CMI juga dipengaruhi oleh berbagai penyakit dan obat yang dapat
menginduksi penekanan kekebalan. Sebagai contoh, kanker yang solid,
keganasan hematologi, lupus eritematosus sistemik, gagal ginjal, obat
antineoplastik, dan penekan kekebalan lainnya dilaporkan terkait dengan
kejadian dan kekambuhan HZ.

Meskipun status kekebalan host merupakan faktor risiko yang paling


penting untuk HZ, penyakit kronis bersamaan seperti diabetes, hipertensi,
dislipidemia, penyakit paru obstruktif kronis, depresi, dan hipotiroidisme baru-
baru ini dilaporkan terkait dengan insiden HZ dan kekambuhannya. Dalam kasus
diabetes, insiden yang lebih tinggi dari HZ dan PNH diduga terkait dengan
disregulasi T-sel. Dalam kasus dislipidemia, kadar kolesterol tinggi atau
penggunaan statin dapat mengakibatkan reaktivasi VZV. Dalam penelitian kami,

25
baik dislipidemia dan hipertensi merupakan faktor risiko yang signifikan dari
kekambuhan HZ.

Dalam studi ini, ZRP yang berlangsung lebih dari 30 hari secara bermakna
dikaitkan dengan tingkat kekambuhan lebih tinggi. ZRP yang lama dianggap
terkait dengan keparahan yang lebih besar dari ruam dan intensitas nyeri selama
episode HZ awal. Meski alasannya masih belum jelas, pasien dengan persisten
ZRP mungkin lebih immunocompromised atau memiliki penyakit penyerta lebih.

Penelitian kami memiliki beberapa keterbatasan. Kita tidak bisa


sepenuhnya mengecualikan kasus salah didiagnosis, karena kami
mengidentifikasi kasus HZ menggunakan catatan medis elektronik komputerisasi
tanpa deskripsi rinci. Juga, kasus HZ tidak dikonfirmasi oleh tes laboratorium,
melainkan dengan kode penyakit dan resep obat antivirus. Namun, untuk
pengetahuan kita, ini adalah studi terbesar untuk kekambuhan HZ dan berbagai
faktor risiko yang terkait. Kebanyakan dari semua, karena NHIS-NSC 2002-
2013 adalah database sampel bangsa-representatif, membandingkan dengan
database klaim asuransi swasta lainnya dengan bias seleksi, kami menganggap
bahwa hasil dalam penelitian ini sesuai dengan yang sebenarnya.

Kesimpulannya, hasil ini menunjukkan bahwa terulangnya HZ adalah jauh


lebih sering dari yang diharapkan, dan bahwa faktor risiko yang terkait dapat
memainkan peran penting dalam memprediksi kekambuhan dan menetapkan
pedoman vaksinasi untuk pasien dengan episode HZ awal.

26
LEMBAR KERJA

TELAAH KRITIS JURNAL PROGNOSTIK

Tingkat Kekambuhan Herpes Zoster dan Faktor


Risikonya: Penelitian Cohort berbasis Penduduk

You Jeong Kim ,Chang Nam Lee , Mi So Lee , Ji Hyun Lee , Jun Young Lee,

Kyungdo Han, dan Young Min Park

1. Apakah benar dibuat Penelitian ini menggunakan metode


dalam bentuk penelitian Cohort Retrospective dimana
“inception cohort” ? dilakukan penilaian faktor risiko dan efek
yang sudah terjadi di masa lampau yang
- Ya
dinilai dari database. Penelitian ini
mengidentifikasi kasus episode HZ awal
dari 1 Januari 2002 sampai 31 Desember
2013.

2. Apakah sistem rujukan Data pada penelitian ini diambil dari


digambarkan secara National Health Insurance Service
baik ? database

- Ya
3. Apakah tujuan dapat Studi ini mencakup total pasien 39.441
diikuti secara lengkap? yang didiagnosis dengan Herpes Zoster
antara 1 Januari 2002 sampai 31 Desember
- Tidak
2013. Namun data yang diambil adalah
catatan medis elektronik komputerisasi

27
tanpa deskripsi rinci, sehingga diagnosis
HZ tidak dikonfirmasi oleh tes
laboratorium, melainkan dengan kode
penyakit dan resep obat antivirus.

4. Apakah hasil yang Penelitian ini dapat dikembangkan dengan


diukur dapat menilai dari episode HZ awal dan
dikembangkan dan dievaluasi hubungan mereka dengan tingkat
digunakan ? kekambuhan.

- Ya
5. Apakah penilaiannya Penelitian ini menggunakan sampel acak
dapat dilakukan secara perwakilan nasional dari database NHIS -
buta (blind) ? National Sample Cohort (NHIS-NSC)
2002-2013. Sampel dikumpulkan dari
- Ya
catatan untuk 1.025.340 orang, sekitar 2,2%
dari seluruh populasi di awal tahun 2002,
dan termasuk semua data yang berhubungan
dengan data medis dari pasien yang terdaftar
dari 1 Januari 2002 sampai dengan 31
Desember 2013.

6. Apakah faktor-faktor Penelitian terdapat kriteria inklusi dan


luar yang menyertai eksklusi
dapat dilakukan
justifikasi?

- Ya

28
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kritisi jurnal, didapatkan 5 jawaban “Ya”, 1 jawaban “Tidak”


dari total 6 pertanyaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa jurnal dengan judul
“Tingkat Kekambuhan Herpes Zoster dan Faktor Risikonya: Penelitian
Cohort berbasis Penduduk”, sehingga ini layak untuk dibaca tetapi tidak
layak diterapkan di RSUDZA.

29

Anda mungkin juga menyukai