Anda di halaman 1dari 6

RSUD PIRU PNEUMONIA

No. Revisi : Halaman :


Nomor Dokumen 1

Disusun Oleh : Diperiksa :

Tim Dokter RSIU

Ditetapkan
Panduan Tanggal terbit : Direktur RSUD Piru
Praktik
Oktober 2018
Klinis

dr. Michel Siwabessy

PENGERTIAN Pneumonia adalah penyakit peradangan parenkim paru yang


disebabkan oleh berbagai macam etiologi. Terbanyak adalah virus
atau bakteri. Etiologi lain parasit dan aspirasi zat tertentu

ANAMNESIS Gejala yang timbul biasanya mendadak. Dapat didahului


denganinfeksi saluran nafas akut bagian atas. Gejala umum: batuk,
demam tinggi, nafas cepat dan sesak nafas. Pada keadaan yang
berat bisa didapatkan cyanosis Pada anak yang besar bisa
didapatkan nyeri dada. Pada bayi muda sering menunjukkan gejala
yang tidak khas seperti hipotermi, penurunan kesadaran, kejang,
sulit minum, dan perut kembung

PEMERIKSAAN Takipnea dengan laju respirasi untuk anak <2 bulan ≥60x/menit, 2-
FISIK 12 bulan≥50x/menit, 1-5 tahun≥40x/menit. Inspiratory effort
ditandai dengan retraksi dinding dada, nafas cuping hidung
Gerakan dinding toraks dapat tertinggal pada daerah yang terkena
infeksi, perkusi normal atau redup, auskultasi paru dapat terdengar
terdengar suara nafas tambahan berupa ronki basah halus di
lapangan paru yang terkena. Tanda lainnya adalah demam tinggi,
sianosis, dan dapat ditemukan tanda dehidrasi. Pada infeksi oleh
kuman atipik (mycoplasma, chlamydia) gejalanya tidak jelas
maupun memberikan onset akut seperti diatas. Panas seringkali
tidak tinggi, batuk tidak produktif, tidak sesak, dan seringkali
disertai sakit kepala dan malaise.

KRITERIA 1. Gejala Fisik sesuai dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik


DIAGNOSIS diatas
2. Pada foto polos dada terlihat infiltrat alveolarmaupun interstitial
yang dapat ditemukan di seluruh lapangan paru. Kelainan
gambaran radiologis biasa sebanding dengan derajat klinis
penyakit, kecuali pada infeksi oleh kuman atipikal yang gambaran
radiologis lebih berat daripada keadaan klinis. Gambaran lain yang
dapat dijumpai berupa konsolidasi pada satu atau beberapa
segmen atau lobus paru, penebalan pleura pada pleuritis, atau
adanya komplikasi pneumonia berupa atelektasis, efusi pleura,
abses paru, pneumothorak, pneumomediastinum dan pneumatokel
3. Analisa Gas Darah menunjukkan keadaan asidosis respiratorik,
hipoksemia, sedang PaCO2 dapat rendah, normal atau meningkat
tergantung kompensasi yang terjadi. Dalam keadaan lanjut bisa
terjadi asidosis metabolik, dan gagal nafas.
4. Peningkatan hitung leukosit dengan hitung jenis bergeser ke kiri
pada infeksi bakterial
5. LED, CRP, dan procalcitonin meningkat pada infeksi bakterial
6. Pemeriksaan kultur darah dapat menunjang menentukan etiologi
terutama pada kasus nasokomial. Sedang kultur sputum dan swab
oropharyngeal sering terkontaminasi flora normal

DIAGNOSIS Pneumonia
KERJA

DIAGNOSIS 1. Infeksi saluran pernafasan bawah lainnya (Bronkiolitis,


BANDING laringotrakeobronkitis)
2. Kelainan bawaan pada paru (cystic lung disease, bullae,
hypoplasia, dan lain sebagainya)
3. Payah jantung
4. Sepsis
5. Pada bayi karena gejalanya yang tidak khas dapat menyerupai
sepsis, meningitis dan ileus

PEMERIKSAAN 1. Foto polos dada


PENUNJANG
2. Analisa Gas Darah
3. Hitung Leukosit dan differerential count
4. Laju Endap Darah (LED)
5. C-Reactive Protein (CRP)
6. Procalcitonin
7. Kultur darah, sputum, swab oropharyngeal

TATA LAKSANA 1. Untuk pneumonia ringan dapat diterapi secara rawat jalan dapat
diberikan antibiotik peroral dengan amoksisilin 50-80 mg/kg/hari
dibagi dalam 3 dosis atau amoksisilin-asam klavulanat 50
mg/kg/hari dibagi dalam 3 dosis, serta diberikan edukasi kepada
orang tua
2. Untuk pneumonia berat dan sangat berat dianjurkan rawat inap
dan diberikan terapi:
• Ampisilin 100 mg/kg/hari iv dibagi dalam 4 dosis atau ampisilin-
sulbaktam 100 mg/kg/hari iv dalam 4 dosis untuk Community
acquired pneumonia
• Ceftriaxone 100 mg/kg/hari iv dibagi dalam 2 dosis atau antibiotik
sesuai kultur untuk Hospital acquired pneumonia
• Lama pemberian antibiotik tergantung : kemajuan klinis
penderita, hasil pemeriksaan laboratoris, foto thorak dan jenis
kuman penyebab. Sebagian besar membutuhkan waktu 10-14 hari
• Oksigenasi, dapat diberikan secara nasal atau masker sesuai
keadaan klinis. Bila ada tanda gagal nafas diberikan bantuan
ventilasi mekanik.
• Pemberian cairan dan kalori yang cukup
• Koreksi kelainan asam basa atau elektrolit yang terjadi.
3. Untuk dugaan pneumonia atipik dapat diberikan eritromisin 50
mg/kg/hari dibagi 3-4 dosis, atau spiramisin 50 mg/kg/hari dibagi
3-4 dosis, atau klaritromisin 15 mg/kg/hari dibagi 2 dosis selama
10-14 hari.
4. Untuk dugaan Pneumonia Pneumocystic carinii dapat diberikan
kotrimoksasol 20 mg/kg/hari dibagi 4 dosis.
5. Untuk keadaan khusus lainnya dapat diberikan Anti viral
(Acyclovir,Gancyclovir) pada pneumonia karena Cyto Megalous
Virus (CMV), Anti jamur (Amphotericin B, Ketoconazole,
Fluconazole) pada pneumonia karena jamur, Imunoglobulin pada
keadaan imunodefisiensi terutama imunitas humoral

EDUKASI 1. Pemberian imunisasi untuk mencegah pneumonia


2. Pengobatan secara dini bila didapatkan gejala infeksi saluran
pernafasan
3. Pemberian ASI pada saat bayi dan pemberian nutrisi yang cukup
saat anak-anak
4. Lingkungan rumah yang cukup ventilasi dan sinar matahari
5. Untuk pneumonia ringan yang dirawat jalan harus dipastikan
antibiotik dikonsumsi secara lengkap dan kontrol secara teratur
6. Untuk pneumonia berat sebaiknya di rawat inap dan memerlukan
jangka waktu tertentu sampai pneumonianya dapat membaik

PROGNOSIS Pneumonia ringan


Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Pneumonia berat dan sangat berat
Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam

TINGKAT IV
EVIDENS

TINGKAT Level C
REKOMENDASI

PENELAAH
KRITIS

INDIKATOR 1. Perbaikan gejala klinis


2. Perbaikan radiologis
3. Perbaikan parameter laboratorium

KEPUSTAKAAN 1. Lichenstein R, Suggs AH, Campbell J. Pediatric pneumonia.


Emerg Med Clin N Am 2003; 21 : 437-51.
2. Sectish TC, Prober CG. Pnemonia. Dalam : Behrman RE,
Kleigman RM, Jenson HB, penyunting. NelsonTextbook of
Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia : WB Saunders,
2003:1432-5.
3. Gaston B. Pneumonia. Pediatr Rev 2002 : 23 : 132-40
4. Lichenstein R, Suggs AH, Campbell J. Pediatric pneumonia.
Emerg Med Clin N Am 2003; 21: 437-51
5. Sandora TJ, Harper MB. Pneumonia in hospitalized children.
Pediatr Clin N Am 2005; 52: 1059-81
6. Mc Intosh K. Community-acquired pneumonia in children. N
Eng J Med 2002; 346: 429-36
7. Stein RT, Marostica PJC. Community-acquired bacterial
pneumonia. Dalam: Chernick V, Boat TF, Wilmott RW, Bush
A, penyunting. Kendig’s disorders of the respiratory tract in
children, Edisi ke-7. Philadelphia: Saunders Elsevier, 2006;
441-52.
8. Apisamthanarak A, Mundy LM. Etiology of community-
acquired pneumonia. Clin Chest Med 2005; 26: 47-55
9. Crawford SE, Dawn RS. Bacterial pneumonia, lung abscess
and empyema. Dalam: Taussig LM, Landau LI, penyunting.
Pediatric respiratory medicine, Edisi ke-2. Philadelphia:
Mosby Elsevier, 2008; 501-54.

Anda mungkin juga menyukai