Anda di halaman 1dari 26

MATERI AJAR

TELAAH FISIKA MENENGAH II


(AKPC 4405)
“TERMODINAMIKA”

DOSEN PEMBIMBING
MISBAH, M.Pd.

OLEH
EDO MEIDYANTORO
(1710121210004)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2019
Daftar isi

Daftar isi ......................................................................................................................... 2


Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Indikator ............................................................ 3
Kompetensi Dasar dan Indikator .................................................................................. 3
TERMODINAMIKA ........................................................................................................... 5
A. Hukum I Termodinamika ......................................................................................... 5
1. Pengertian Usaha, Kalor, dan Energi ................................................................. 5
2. Formulasi Usaha, Kalor, dan Energi Dalam ........................................................ 7
3. Proses-proses Termodinamika Gas .................................................................... 9
B. Hukum II Termodinamika....................................................................................... 11
1. Mesin Kalor .................................................................................................... 12
2. Hukum II Termodinamika ............................................................................... 13
3. Siklus Carnot .................................................................................................. 15
4. Siklus Otto ..................................................................................................... 16
5. Mesin Pendingin............................................................................................. 17
6. Entropi dan Hukum II Termodinamika ............................................................. 18
CONTOH SOAL .............................................................................................................. 20
LATIHAN SOAL .............................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 26

2
Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi Inti

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.


2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran dan damai), bertanggung jawab, responsif dan
proaktif dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, kelaurga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan alam sekitar,
3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanu-siaan, kebangsaan, kenega-raan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkrit dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi Dasar Indikator


1.1 Bertambahnya keimanan dengan 1.1 Menunjukkan sikap mensyukuri atas
menyadari hubungan keteraturan dan kebesaran Tuhan melalui Hukum
kompleksitas alam dan jagad Termodinamika
rayaterhadap kebesaran Tuhan yang
menciptakannya

2.1 Menunjukkan sikap dan perilaku 2.1.1 Menunjukkan sikap dan perilaku
ilmiah: cermat, objekti, jujur, santun, terbuka, tekun, dan kerjasamadalam
tekun, terbuka, kritis, dan kreatif dalam aktivitas sehari-hari dan dalam pelaporan
aktivitas sehari-hari sebagai wujud serta diskusi.

3
implementasi sikap dalam melakukan
percobaan, pelaporan, dan diskusi.
3.1 Menganalisis perubahan keadaan gas 3.1.1 Menganalisis keadaan gas terhadap
Ideal dalam menerapkan hukum perubahan suhu, tekanan dan volume;
termodinamika
3.1.2 Memecahkan masalah yang
berkaitan dengan termodinamika dalam
kehidupan sehari-hari;

3.1.3 Menganalisis Hukum II


Termodinamika dalam kehidupan sehari-
hari.

4.1 Membuat karya atau model 4.1.1 Membuat karya atau model
penerapan Hukum I dan II penerapan Hukum I Termodinamika;
Termodinamika beserta presentasi
makna fisisnya. 4.1.2 Mempresentasikan hasil karya
yang telah dibuat sertamakna fisisnya.

4
TERMODINAMIKA

A. Hukum I Termodinamika
Hukum I termodinamika adalah bentuk lain dari hukum kekekalan energi yang
diaplikasikan pada perubahan energi dalam yang dialami oleh suatu sistem. Sistem
didefinisikan sebagai sejumlah zat dalam suatu wadah, yang menjadi pusat perhatian
kita untuk di analisis. Segala sesuatu di luar sistem disebut lingkungan. Sistem
dipisahkan dari lingkungan oleh suatu batas sistem (Gambar 1). Batas ini bisa tetap
atau bergerak, misalnya penghisap.

(Kanginan, 2017)
1. Pengertian Usaha, Kalor, dan Energi

a. Pengetian Usaha dan Kalor


Kalor = usaha, yaitu hanya muncul jika terjadi perpindahan energi antara sistem
dan lingkungan. Kalor muncul ketika energi dipindahkan akibat adanya perbedaan
suhu atau perubahan wujud zat.
Energi terbagi atas dua yaitu energi dalam dan energi luar. Dibawah ini beberapa
asumsi mengenai energi tersebut:
 Energi
 kinetik dan energi potensial = energi luar (external energy).
 Energi
 yang tidak nampak dari luar adalah energi dalam.

 Jumlah energi kinetik dan energi potensial yang berhubungan dengan atom-
atom atau molekul-molekul zat disebut energi dalam.
(Hamdi, 2016)
Energi yang berpindah karena perbedaan temperatur disebut kalor. Kalau dalam
waktu dt kalor yang diterima sistem itu dQ dan energi-dalamnya bertambah dengan
dU, maka
dQ = dU
perlu ditekankan disini bahwa hanya dalam perpindahan saja energi itu disebut kalor.
Sebelum berpindah energi itu merupakan sebagian daripada energi-dalam reservoir,
dan sesudah berpindah , menjadi sebagian daripada energi-dalam sistem.

5
(Sutrisno, 1979)
Apabila E adalah energi sistem, maka perubahan energi di antara dua keadaan
didefinisikan sebagai
E2 – E1 = Wad
Dengan Wad adalah kerja neto untuk suatu proses adiabatik di antara dua keadaan.
Mengingat suatu nilai E1 dapat menandai energi sistem pada keadaan 1, maka menjadi
tidak penting untuk memberikan suatu nilai energi pada keadaan 1 atau keadaan
lainnya. Hanya perubahan energi sistem saja yang mempunyai arti signifikan.
Persamaan diatas menunjukkan perubahan energi akibat kerja yang dilakukan oleh atau
pada sistem, selama proses adiabatik yang memenuhi prinsip kekekalan energi.

(Moran & Shapiro, 2014)

b. Pengertian Energi Dalam


Jika meninjau suatu sistem yang dipisahkan dari lingkungannya oleh dinding nyata. Dari
luar tiada nampak adanya gerak, tetapi sebenarnya setiap partikel dalam sistem itu bergerak.
Momentum sistem itu nol, karena partikel bergerak secara acak. Sebagai contoh dapatlah
dihitung momentum untuk gas ideal beratom tunggal. Didapatlah
+~
𝑚𝑣𝑥 = 𝑚 ∫ 𝑣𝑥 𝑃(𝑉𝑥 )𝑑𝑉𝑥 = 0
−~

partikel sistem itu 𝐸̅ dan dalam sistem itu terdapat buah partikel, didapatlah energi
sistem
𝑈 = 𝑁 ∙ 𝐸̅
Sekedar membedakan energi sistem yang disebabkan oleh partikel-partikel di
dalamnya ini dari energi sistem seandainya seluruh sistem bergerak, U disebut energi
dalam. Untuk gas ideal beratom tunggal
1 1
𝑈 = 𝑁 ( 𝑚𝑣 2 ) = 𝑁𝑘𝑇
2 2
Untuk yang beratom dua, seharusnya menurut prinsip ekipartisi klasik
7
𝑈= 𝑁𝑘𝑇
2
(Sutrisno, 1979)
Oleh karena itu, pengertian dari energi dalam adalah suatu sifat mikroskopik zat,
sehingga tidak dapat diukur secara langsung, yang dapat diukur secara tidak langsung

6
adalah perubahan energi dalam (notasi). Perubahan energi dalam terjadi ketika suatu
sistem berubah dari keadaan awal ke keadaan akhir.
Secara Sistematis Perubahan Energi Dalam ditulis:
∆U = U2 – U1
(Hamdi, 2016)

2. Formulasi Usaha, Kalor, dan Energi Dalam

a. Formulasi Usaha
Anggap suatu silinder dengan piston dapat bergerak bebas. Silinder ini diisi gas
yang menempati volume V. Gas menekan ke semua
bagian silinder termasuk piston dengan tekanan P.
Gaya yang bekerja pada piston akibat tekanan gas
adalah F = PA dengan A menyatakan luas
penampang piston.
Biarkan gas mengembang secara perlahan sehingga
piston bergerak ke atas. Usaha yang dilakukan gas
untuk memindahkan piston sejauh ∆y adalah:
Gambar 1. Silinder dengan Piston
∆W = F · ∆y = PA ∆y
Sumber : (Surya, 2009)
Karena A ∆y sama dengan perubahan volume gas
∆V, maka usaha yang dilakukan oleh gas adalah
∆W = −P ∆V (usaha sistem)
Ketika gas mengembang (gambar 2.a) maka volume bertambah (∆V positif) sehingga
usaha yang dilakukan oleh gas bernilai positif. Tetapi jika gas ditekan (Gambar 2.b),
∆V negatif dan usaha yang dilakukan gas menjadi negatif. (artinya gas menerima usaha
atau kerja dari lingkunan). Usaha yang dilakukan oleh lingkungan pada gas adalah
minus dibanding usaha yang dilakukan oleh gas.
∆W = −P ∆V (usaha Lingkungan)
Saat ∆V = 0 maka ∆W = 0. Dalam hal ini gas tidak menerima atau melakukan usaha.
Usaha total yang dilakukan pada gas untuk mengubah volumenya dari V1 menjadi V2
adalah:
𝑣
𝑊 = − ∫𝑣 2 𝑃𝑑𝑉 (usaha lingkungan)
1
(Surya, 2009)

7
Bagaimanakah kita menghitung usaha yang
dilakukan oleh (pada) sistem gas yang menempuh
proses siklus, yaitu berawal dari satu posisi (titik)
tersebut (Gambar 3)? Kita dapat menghitungnya
sebagai berikut.

Usaha dalam proses siklus

Usaha yang dilakukan oleh (atau pada) sistem gas


yang menjalani suatu proses siklus (grafik P-Vnya
diberikan) sama dengan luas daerah yang dimuat
Gambar 2 Dalam suatu siklus,
oleh siklus tersebut (luas daerah yang diraster pada usaha yang dilakukan oleh gas
gambar 3). sama dengan luas daerah
yang dimuat oleh siklus
tersebut (luas yang di raster).

Sumber: (Kanginan,2017)

b. Formula Kalor
Kalor yang diserap suatu benda akan menaikkan suhu. Kalor yang dilepaskan suatu
benda akan menurunkan suhu benda tersebut.
Q = m · c · ∆T = C · ∆T
Q = kalor yang diterima atau dilepas
c = kalor jenis benda
C = kapasitas panas benda
m = massa benda.
Kalor yang diserap atau dilepaskan oleh suatu benda bisa mengubah wujud zat tersebut.
Q=m·L
L= kalor laten
(Redaksi Kawan Pustaka, 2005)

a Formulasi Energi Dalam


Untuk gas ideal, energi dalam gas sama dengan total energi kinetik dari seluruh
molekul-molekul gas.
Gas monoatomik
3 3
𝑈= 𝑁𝑘𝑇 = 𝑛𝑅𝑇
2 2

8
Gas diatomik
5 5
𝑈= 𝑁𝑘𝑇 = 𝑛𝑅𝑇
2 2
Dengan
N = jumlah molekul,
n = besar mol,
k = tetapan Boltzmann (k=1,38 x 10-23J/K)
R = tetapan umu gas (R= 8,31 J/mol = 8.310 J/kmol)
Perubahan energi dalam ∆U untuk sistem yang berubah dari suhu awal T1 ke suhu
akhir T2 dapat dinyatakan sebagai berikut
Gas monoatomik
3 3
𝑈= 𝑛𝑅∆𝑇 = 𝑛𝑅(𝑇2 − 𝑇1 )
2 2

Gas diatomik
5 5
𝑈= 𝑛𝑅∆𝑇 = 𝑛𝑅(𝑇2 − 𝑇1 )
2 2
dengan ∆U = U2 − U1 persamaan tersebut menunjukkan bahwa perubahan energi
dalam sistem hanya bergantung pada suhu awal dan suhu lain.
(Kanginan, 2017)
3. Proses-proses Termodinamika Gas

a. Proses Isokhorik
Jika sistem menerima kalor sebanyak dQ, berubahlah energi-dalamnya dengan dU, dan
karena dV = 0 maka
dW = p dV = 0
dQ = dU + dW = dU + 0 = dU
sekedar memperjelas bahwa proses itu isokhorik, dibubuhkan index v.
Jadi (dQ)v = (dU)v
Misalkan temperaturnya berubah dengan dT, maka dituliskanlah
(𝑑𝑄)𝑣 𝑇2
= 𝐶𝑣 → 𝑑𝑄𝑣 = 𝐶𝑣 𝑑𝑇 → 𝑄𝑣 = ∫ 𝐶𝑣 𝑑𝑇
𝑑𝑇 𝑇1

Besaran Cv disebut kapasitas-kalor (atau kapasitas termal) pada volume tetap.


Kemudian diperoleh persamaan

9
𝜕𝑈
𝐶𝑣 = ( )
𝜕𝑇 𝑣

b Proses isobaric
Jika gas mengalami proses isobarik, artinya tekanannya tetap, volumnya berubah
dari V1 menjadi V2 , maka
𝑉2
𝑊 = ∫ 𝑝𝑑𝑉 = 𝑝(𝑉2 − 𝑉1 )
𝑉1
𝑑𝑄 = 𝑑𝑈 + 𝑑𝑊 = 𝑑𝑈 = 𝑝𝑑𝑉
𝑄 = 𝑈2 − 𝑈1 + 𝑝(𝑉2 − 𝑉1 )
Dalam hal ini dikenal besaran Cp, yang disebut kapasitas-kalor (atau kapasitas termal)
pada tekanan tetap
(𝜕𝑄)𝑝
𝐶𝑝 =
𝑑𝑇
Karena V merupakan fungsi T dan p, demikian pula U pada umumnya, maka kita
peroleh
𝜕𝑈 𝜕𝑉
𝐶𝑝 = ( ) + 𝑝 ( )
𝜕𝑇 𝑝 𝜕𝑇 𝑝
𝑑𝑈
Sebab sudah diketahui 𝐶𝑣 = 𝑑𝑇
𝐶𝑝
Dalam pembicaraan tentang cepat-rambat bunyi dijumpai besaran 𝛾 = . Dalam
𝐶𝑣
experimen, cepat rambat bunyi mudah diukur dan harga dididapat. Demikian pula Cp
lebih mudah diukur daripada Cv . Karena itu Cv sering diperoleh dari harga dan Cp.
Untuk gas monoatomik pada tekanan tidak tinggi, Cv dan Cp mempunyai tekanan yang
hampir konstan.
a. Proses isotermik
Karena untuk gas ideal U hanya bergantung pada temperatur, maka dalam proses
isoterm ini harga U pun tetap, dU = 0.
Didapatkanlah dQ = dW = p dV untuk proses ini. Misalkan gas ideal mula-mula
bervolume V1 dan akhirnya V2, maka
𝑉2 𝑉2
𝑛𝑅𝑇 𝑉2
𝑊 = ∫ 𝑝𝑑𝑉 = ∫ 𝑑𝑉 = 𝑛𝑅𝑇 ln
𝑉1 𝑉1 𝑉 𝑉1
𝑉
Demikian pula 𝑄 = 𝑊 = 𝑛𝑅𝑇 ln 𝑉2 .
1
Karena(𝑑𝑄)𝑇 ≠ 0, tetapi dT = 0, maka CT = ~

10
d. Proses Adiabatik
Proses adiabatik adalah proses perubahan keadaan gas saat tidak ada aliran
kalor yang masuk ke dalam sistem atau keluar dari sistem.
Persamaan keadaan adiabatic
𝛾 𝛾
𝑃𝑉 𝛾 = 𝐶 ↔ 𝑃1 𝑉1 = 𝑃2 𝑉2

Dengan γ > 1 merupakan hasil perbandingan kalor jenis gas pada tekanan tetap Cp dan
kalor jenis gas pada volume tetap Cv (disebut juga tetapan Laplace).
Tetapan Laplace
𝐶𝑝
𝛾=
𝐶𝑣
𝑛𝑅𝑇
untuk gas ideal, 𝑝 = dapat ditulis sebagai berikut
𝑉
𝛾 𝛾
𝑃1 𝑉1 = 𝑃2 𝑉2
𝑛𝑅𝑇1 𝛾 𝑛𝑅𝑇2 𝛾
( ) 𝑉1 = ( ) 𝑉2
𝑉1 𝑉2
persamaan keadaan adiabatik
𝛾−1 𝛾−1
𝑇1 𝑉1 = 𝑇2 𝑉2

B. Hukum II Termodinamika

∆S ≥ 0
Hukum kedua tersebut menyatakan bahwa entropi (keadaan yang kacau [disorder])
selalu cenderung meningkat. Ingat entropi dari suatu gas > zat cair > zat padat, atau
keadaan yang kacau dalam kehidupan sehari-hari yang tidak pernah tampak menurun.
Entropi disingkat dengan huruf S; perubahan entropi (perubahan dalam jumlah
keadaan yang tidak teratur) disingkat dengan huruf ∆S.

Hukum kedua memungkinkan terjadinya proses sebagai berikut:

a. ∆S > 0, yang melukiskan proses-proses spontan dan tidak dapat kembali (irreversible)
yang terjadi di alam (misalnya, bola yang mula-mula diam, bergulir menuruni lereng
bukti yang curam ke arah pusat gravitasi; sekelompok semut menyebar di seluruh
tempat; kalor mengalir dari sesuatu yang lebih panas ke sesuatu yang lebih dingin).
Dalam kasus-kasus ini, ∆S adalah positif (+).

11
b. ∆S = 0, yang menyatakan bahwa keadaaan yang kacau (disorder) tidak berubah
sekarang, tetapi akan berubah dengan segera. Proses-proses seperti ini dapat kembali
(reversible), sebab setiap waktu dapat menjadi spontan dan irreversible: (misalnya,
sebuah bola yang diam padapuncak gunung yang seterusnya tinggal diam hingga
“suatu fenomena alam” seperti angin ribut atau gempa bumi menyebabkan bola
bergulir).

Hubungan yang terdapat di antara kandungan kaloar (Q), entropi (S), dan energi bebas
pada suatu sistem (G): ∆G = ∆Q − T∆S . Jika suatu proses spontan (∆S +) terjadi
dalam suatu sistem tertutup (∆Q = 0), maka energi bebas dari sistem tersebut (∆G)
pasti negatif (-). Oleh sebab itu, ∆G adalah negatif dan ∆S adalah positif, jika suatu
proses berlangsung secara spontan.

(Bresnick, 1996)
Hukum I Termodinamika secara esensial adalah hukum kekekalan energi yang
memasukan kalor sebagai model perpindahan energi. Hukum I Termodinamika tidak
membatasi arah perpindahan klaor yang dapat terjadi. Hukum II Termodinamika
menyatakan bahwa aliran kalor memiliki arah,atau tidak semua proses dialam adalah
reversibel (arahnya dapat dibalik).

1. Mesin Kalor

Mesin kalor adalah suatu alat yang mengubah energi panas menjadi energi
mekanik. Dalam mesin mobil misalnya energi panas hasil pembakaran bahan bakar
diubah menjadi energi geak mobil. Namun dalam semua mesin kalor kita ketahui
bahwa pengubahan energi buang, yang membawa sejumlah energi panas.sehingga
hanya sebagian enrgi panas hasil pembakaran bahan bakar yang diubah ke energi
mekanik.
Sebuah mesin kalor membawa sejumlah fluida kerja melalui suatu prosees
siklus dengan (1) kalor diserap dari sebuha mesin sumber suhu tinggi. Meningkatkan
energi dalam mesin; (2) mengubah sebagian energi dalam ini ke usaha mekanik; dan
(3) membuang energi sisa sebagai kalor ke sebuah sumber suhu rendah.contoh jika
suatu mesin menyerap sejumlah kalor Q1 dari sumber panas, melakukan usaha
mekanik W, kemudia membuang kalor Q2 ke sumber dingin. Oelh karena fluida kerja
melalui suatu proses siklus (berawal dari satu keadaan dan kembali ke keadaan
tersebut). Maka jelas ΔU = 0. Dengan demikian, Hukum I Termodinamika memberikan

12
bahwa usaha W yang dilakukan oleh mesin kalor sam dengan kalor yang digunakan
mesin adalah sebagai berikut.
𝑄 = 𝑄1 − 𝑄2 ; Sehingga
W = Q1 – Q2
Dengan Q1 dan Q2 adalah besaran-besaran yang bertanda positif.
Jika fluida kerjanya adalah gas, seperti telah dibahas sebelunya, usaah yang dilakukan
fluida kerja untuk sebuah proses siklus sama dengan luas yang dimuat siklus pada
diagram P-V. Efisiensi termal sebuah mesin kalor adalah nilai perbandingan antara
usaah yang dilakukan dan kalor yang diserap dari sumber suhu tinggi selama satu
siklus.
𝑊 𝑄1 − 𝑄2 𝑄2
ɳ= + =1−
𝑄1 𝑄1 𝑄1
2. Hukum II Termodinamika

Hukum II termodinamika yang berguna untuk memahami konversi energi panas


ke energi mekanik, yaitu formulasiuyang dikemukaan oleh Kelvin-Planck dan Rudolf
Clausis.
Proses pengubahan kalor menjadi kerja melalui dua
tandon panas yang bertemperatur tinggi, diubah menjadi
kerja oleh mesin kalor, dan sisa panas dibuang ke tandon
yang bertemperatur lebih rendah. Hasil pembahasan kita
menunjukkan bahwa pada pengubahan kalor menjadi
kerja, selalu dihasilkan kalor yang dibuang. Jadi, tak
pernah ada mesin yang dapat mengubah seluruh kalor
yang diserap menjadi kerja. efisiensi menyatakan
perbandingan dari usaha mekanik yang diperoleh dengan
energi panas yang diserap dari sumber suhu tinggi. Paada
persamaan sebelumnya menunjukkan bahwa sebuah esin
kalor memiliki eisiensi 100% ( ɳ = 1) hanya jika Q2= 0, Gambar 3. Lord Kelvin
yaitu ketika tidak ada kalor yang dibuang kesumber https://en.wikipedia.org/
dingin. Dengan kata lain semua mesin kalor dengan wiki/William_Thomson,_
efisiensi sempurna harus mengubah semua kalor yang 1st_Baron_Kelvin#/media
diserap menjadi usaha mekanik.pernyataantersebut /File:Lord_Kelvin_photog
mungkin untuk Hukum I Termodinamika, tetapi tidak raph.jpg
mungkin untuk Hukum II Termodinamika. Dengan

13
demikian, Hukum II Termodinamika sapat dinyatakan sebagai berikut:
Formulasi Kelvin-Planck : Tidak mungkin untuk membuat sebuah mesin kalor
yang berkerja dalam suatu siklus yang semata-mata mengubah energi panas yang
diperoleh dari suatu sumber pada suhu tertentu seluruhnya menjadi usaha mekanik.
Pernyataan tersebut menyatakan bahwa tidak ada cara untuk tidak mengambil
energi panas dari lautan dan menggunakan energi ini untuk menjalankan generator
listrik tanpa efek lebih lanjut, misalnya pemanasan atmosfer.
Hukum II Termodinamika menyatakan bahwa
kalor mengalir bahwa kalor mengalir secara
spontan dari benda bersuhu tinggi kebenda
bersuhu rendah dan tidak pernah mengalir secara
spontan dalam arah kebalikannya. Kemudian
muncul petanyaan dapatkah kita mengambil energi
dari sumber dingin (suhu rendah) dan meindahkan
seluruhnya kesumber panas (suhu tinggi) tanpa
memberikan energi pada usaha ? ternyata tidak
bisa, peristiwa inilah yang dinyatakan oleh Rudolf
Clausius (1822-1888), ahli matematika dan fisika
Jerman, dalam Hukum II Termodinamika.
Folumulasi Clausius. Tidak mungkin untuk
Gambar 4. Rudolf Clausius
membuat sebuah mesin kalor yang berkerja dlam
https://en.wikipedia.org/wiki/Ru suatu siklus yang semata-mata memindahkan
dolf_Clausius#/media/File:Clausi energi panas sari suatu benda dingin kebenda
us.jpg panas.
Formulasi tersebut menyatakan bahwa tidak ada mesin kalor yang bekerja dalam
suatu siklus yang dapat membekukan air dan menggunakan energi yang dibebaskan
dari proses pembekuan ini untuk mendidihkan lebih banyak air tanpa efek lebih lanjut.
(Kanginan, 2017)

14
3. Siklus Carnot

Walaupun mesin uap telah Gambar 5.


dikembangkan oleh James Watt dan Nicolas
Léonard Sadi
lainnya, dasar untuk mengerti prinsip- Carnot
prinsip untuk mesin kalor baru muncul
https://en.wiki
tahun 1824 saat Insinyur Prancis Nicolas
pedia.org/wiki
Leonard Carnot (1796-1832)
/Nicolas_L%C3
mempublikasikan sebuah lapaoran tentang %A9onard_Sad
objek ini. Carnot merumuskan ide-ide i_Carnot#/med
dasar dari termodinamika. Ia mengatakan ia/File:Sadi_Ca
bahwa semua perpindahan (pergerakan) rnot.jpeg
berhubungan dengan kalor. Tidak ada
perbedaan apakah pergerakan ini terjadi karena kejadian alam ataukah terjadi di dala
peralatan-perlatan mekanik seperti mesin kalor. Dalam pandangan ilmu pengetahuan
modern, visi alamiah carnot sangatlah sederhana, tetapi perngertiannya tentang kalor
sebagai penyebab pembangkitan daya secara esensial adalah rapat.
Operasi mesin carnot adalah menggerakan suatu
silinder degan cara yang sudah ditentukan dari satu dasar
isolator lalin dan kemudian mengulangi siklus. Siklus
carnot:
a. Pada proses A –B terjadi pemuaian atau
pengembangan atau ekpansi isotermik
b. Pada proses B-C terjadi pemuaian/ekspansi adiabatik
c. Pada proses C-D terjadi pemanpatan/kompresi
isotermik
d. Pada proses D-A terjadi pemanpatan /kompresi Gambar 6. Siklus mesin
Carnot
adiabatic
https://www.dummies.
Siklus carnot bekerja dengan mengubah kalor panas com/education/science/
(heat) dan membuangnya dalam bentuk kalor dingin physics/rev-your-
(cold). Contoh mesin yang menggunkan mesin carnot engines-with-the-
aadalah mesin pemanas ruang dalam rumah di negara- carnot-cycle/
negara sub tropis pada musin dingin. Usaha mesin
pemanas carnot ditulis sebagai berikut:
𝑊 = 𝑄1 − 𝑄2

15
𝑊
𝜂=𝑄
1

𝑄1 −𝑄2
𝜂=( )
𝑄1

𝑄
𝜂 = 1 − 𝑄2
1

𝑄2 𝑇
= 𝑇2
𝑄1 1

Efesiensi mesin Carnot


𝑇
𝜂 = 1 − 𝑇2
1

4. Siklus Otto

Jika siklus otto dimulai dari titik A proses-proses yang terjadi pada siklus otto
adalah :
Proses A-B : pemanpatan Adiabatik
𝛾−1 𝛾−1
𝑇𝐴 𝑉1 = 𝑇𝐵 𝑉2
Prose B-C proses iskhorik, gas menyerap
kalor sebesar
𝑄1 = 𝑚𝐶𝑣 (𝑇𝐶 − 𝑇𝐵 )
Proses C-D pemuaian adiabatik
Gambar 7. Siklus Mesin Otto
𝛾−1 𝛾−1
𝑇𝐶 𝑉1 = 𝑇𝐷 𝑉2
https://ary72uchiha.files.wordpress.co
Proses D-A proses isokhorik gas m/2010/04/siklus-ideal.jpg
mengeluarkan kalor
𝑄1 = 𝑚𝐶𝑣 (𝑇𝐷 − 𝑇𝐴 )
Usaha yang dilakukan sitem pada siklus otto adalah:
W = Q1 – Q2
Efisiensi siklus otto adalah :
𝑄1 −𝑄2
𝜂=( )
𝑄1

16
𝑄
𝜂 = 1 − 𝑄2
1

Atau
𝑇 −𝑇
𝜂 = 1 − 𝑇𝐷−𝑇 𝐴
𝐶 𝐵

(Siswanto & Sukaryadi, 2009)


5. Mesin Pendingin

Fungsi mesin pendingin berlawanan dengan mesin kalor. Mesin pendingin bekerja
untuk mengambil kalor sebanyak-banyaknya dari suatu tandon panas dan
membuangnya kesuatu tandon yang lebih panas. Jadi, hasil neto mesin ini adalah
penyerapan kalor dari suatu tandon yang temperaturnya lebih rendah. Mesin pendingin
dengan demikian bekerja dengan daur yang sama dengan mesin kalor namun arah
perputaran daur berlawanan. Salah satu jenis mesin pendingin adalah mesin pendingin
yang memakai daur Stirling. Proses 1-2 terjadi pemampatan gas panas secara adibat.
Pada proses ini sejumlah kalor Qh dilepaskan ke tandon panas. Pada proses 2-3 piston
pada silinder panas menekan gas sehingga piston pada silinder dingin bergerak
berlawanan. Volume silinder panas dan silinder dingin totalnya tetap. Gas panas
melewati regenerator memberikan kalor sejumlag Qr padanya. Pada proses 3-4, piston
pada silinder panas pada posisi tetap, sedangkan piston pada silinder dingin memuai
secara isoterm pada temperatur θc. Pada proses ini, mesin menyerap kalor sebesar Qc
dari tandon dingin, atau yang suhunya lebih rendah. Akhirnya pada proses 4-1, kedua
piston bergerak dengan arah berlawanan dengan volum total dua silider tetap. Piston
pada silinder dingin menekan gas dingin sehingga gas tersebut melewati regenerator
mengambil panas sejumlah Qr darinya. Hasil total dari daur adalah penyerapan kalor
sejumlah Qc yang dibuang ke tandon panas. Mesin stirling semacam itu masih dipakai
untuk pendinginan pada temperatur rendah. Untuk pendinginan pada temperatur kamar
orang tidak lagi memakai mesin Stirling, tetapi orang memakai mesin pendingin
dengan daur mesin uap. Kalor yang akan diangkut dari suatu tandon dipakai untuk
menguapkan suatu cairan pendingin, misalnya freon atau alkohol, kemudian
pembuangan kalor ke tandon panas dilakukan dengan pengembunan cairan tersebut.
Jadi, mula-mula cairan yang mudah menguap diturunkan tekanan dan temperaturnya.
Selanjutnya cairan tadi dilewatkan tandon yang akan diambil kalornya. Cairan tersebut
menguap, menyedot panas dari tandon sebesar Qc. Uap tersebut ditekan secara adiabat
ke temperatur yang lebih tinggi. Uap tersebut mengembun dengan dan kalor sebesar
Qc dilepaskan ke tandon yang temperaturnya lebih tinggi secara isobar. Bila dalam
suatu daur pendingin kalor diserap sebesar Qc dari tandon dingin dan kerja yang

17
diperlukan untuk menjalankan mesin pendingin sebesar W, maka koefisien
pendinginnya didefinisikan sebagai
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑑𝑜𝑛 𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛
𝜔=
𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑚𝑖𝑛𝑑𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟
Atau
𝑄𝑐 𝑄𝑐
𝜔= =
𝑊 𝑄ℎ − 𝑄𝑐
Nilai adalah jelas dapat lebih besar dari satu. Semakin besar nilai ω berarti semakin
baiklah pndinginan. Bilai nilai 10 berarti kalor yang dibuang besarnya sepuluh kali
kerja yang dilakukan oleh pendingin. Bila kerja semacam itu dilakukan oleh suatu
motor dengan tenaga 5 kJ, maka panas yang dipindahkan oleh mesin pendingin adalah
50 kJ
Ukuran kinerja (perfoma) sebuah kulkas dan pendingin ruangan bisa diperoleh
dengan menetapkan hasil bagi kalor Q2 yang dipindahkan dari usaha dingin keusaha
W yang dibutuhkan untuk memindahkan kalor ini. Hasil bagi ini disebut dengan
kooefisien performansi ( diberi lambang ,Cp).
Definisi koefisien performasi
𝑄2
𝐶𝑝 = 𝑊
𝑄2 1 1
𝐶𝑝 = 𝑄 = 𝑄 = 𝑄1
1 −𝑄2 𝑄1 − 2 −1
𝑄1 𝑄2

Kofisien performansi mesin pendingin Carnot


1 1 2𝑇
𝑇1 = 𝑇 = 𝑇 −𝑇
−1 𝑇1 − 2 1 2
𝑇2 𝑇1

6. Entropi dan Hukum II Termodinamika

Mesin Carnot memiliki efisiensi maksimum untuk kondisi operasionalnya karena


proses yang terjadi adlah reversibel . proses irreversibel, seperti gesekan, menyebabkan
mesi bekerja pada kondisi yang lebih kecil dari efisiensi maksimumnya. Mesin Carnot
yang menggunkan dua benda sebagi reservoir kalor tidak dapt meperlakukan usaha
𝑇
sebab efesiensi mesin adalah nol ((efesiensi = 1 − 𝑇2) = 1 – 1 = 0). Secara irreversibel
1
menyebabkan kehilangan sejumlah kaor, tetapi tidak seluruhnya sehingga mesin masih
mampumelakukan usaha. Bagian kalor yang hilang dapat dinyatakan dengan suatu

18
variabel keadaan termodinamika baru yang disebut entropi. Entropi adalah suatu
ukuran banyaknya energi atau kalor yangtidak dapat diubah menjadi usaha. Variabel
baru ini diperkenalkan oleh Rudolf Clausius tahun 1850.
Jika suatu sistem pada suhu mutlak T mengalami proses reversibel dengan meyerap
sejumlah kalor Q kenaikan entropi ΔS dirumuskan :
𝑄
∆𝑆 = ( )
𝑇 𝑟𝑒𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖𝑏𝑒𝑙
Entropi, seperti halnya energi dalam merupakan suatu fungis keadaan dari sistem
sehingga perubahannya hanya bergantung pada perubahan keadaan awal dan akhir
sistem. Entropi tidak bergantung pada lintasan yang ditempuh sistem untuk mecapai
keadaan akhir. Total perubahan entropi adalah sebagi berikut:
𝑄2 𝑇2
∆𝑆2 + ∆𝑆1 = ∙ =0
𝑄1 𝑇1
Karena
𝑄2 𝑄1

𝑇2 𝑇1
Fakta bahwa peubahan total entropi adalah nol untuk mesin carnot merupakan
suatu contoh khusus dari hasil yang berlaku umum. Dapat dibuktikan bahwa ketika
sembarang proses reversibel terjadi, perubahan entropi jagad raya adalah nol -ΔSjagad
raya = 0 untuk suatu proses reversibel.kata jagad raya berarti bahwa ΔS jagad raya
memperhitungkan perubahan entropi semua bagian dari sistem dan semua bagian dari
lingkungan. Oleh karena itu proses reversibel tidak mengubah total entropi dari
jagad raya.
Hukum II Termodinamika dinyatakan dalam entropi

Total entropi jagad araya tidak berubah ketika proses reversibel terjadi (ΔSjagad raya = 0)
dan bertambah ketika proses irreversibel terjadi (ΔSjagad raya > 0).
(Kanginan, 2017)

19
CONTOH SOAL

1. Dua mol gas argon memuai secara isotermal pada suhu 27°C, dari volume awal
0,025 m3 ke volume akhir 0,050 m3. Tentukan usaha yang dilakukan gas argon, jika
R = 8,31 J/mol.
Jawab ;
Jumlah zat n = 2 mol, suhu mutlak T = (27 + 273) K = 300 K, volume awal V1 =
0,025 m3, volume akhir V2 = 0,050 m3.
Usaha yang dilakukan pada proses isothermal dapat dihitung seperti berikut.
𝑉
W = nRT ln (𝑉2 )
1
0,050 𝑚3
= (2 mol) (8,31 J/mol) (300 K) ln (0,025 𝑚3 )
= (4986)(ln 2) J = 3456 Joule

2. Sebuah sistem 1 mol gas ideal monoatomic (Cp = 5/2 R) mengalami ekspansi
isobaric pada tekanan 105 Pa sehingga volumenya menjadi 2 kali volume awal. Bila
volume awal 25 liter maka kalor yang diserap gas pada proses ini adalah . . . .
Jawab ;
Diketahui :
V1 = 25 liter = 2,5 x 10-2 m3
V2 = 2V1 = 2(2,5 x 10-2) = 5,0 x 10-2 m3
p = 105 Pa
Q = ∆U + W
3
Q = 2nR∆T + p∆V
3
Q = 2 p∆V + p∆V
5
Q = 2 p∆V
5
Q = 2 (105) (5,0 x 10-2− 2,5 x 10-2)
Q = 6.250 Joule

3. Sebuah Mesin Carnot menggunakan reservoir suhu tinggi 327°C mempunyai


efesiensi 60%. Agar efisiensi mesin Carnot naik menjadi 80% dengan suhu
rendahnya tetap maka suhu tinggi mesin Carnot harus diubah menjadi . . . .
Jawab :
Diketahui :
T1 = 327°C = 600 K
η1 = 60%
η2 = 80%

20
Kondisi mula-mula
𝑇
η1 = (1 − 𝑇2 ) x 100%
2
2 𝑇
60% = (1 − 600 ) x 100%
2 𝑇
0,6 = (1 − 600 )
𝑇2
= 0,4
600

T2 = 240 K
Kondisi Akhir
𝑇
η2 = (1 − 𝑇2 ) x 100%
1

240
80% = (1 − ) x 100%
𝑇1

240
0,8 = (1 − )
𝑇1

240
= 0,2
𝑇1

T1 = 1.200 K

4. Sebuah mesin kalor memerlukan kerja 400 Joule dalam siklusnya memiliki
efesiensi 25%. Energi yang diambil oleh reservoir panas adalah . . . .
Jawab :
W = 400 Joule
η = 25%
Menentukan besar kalor yang diserap
𝑊
𝜂 = 𝑄 × 100%
1
400
25% = x 100%
𝑄1
1 400
=
4 𝑄1
Q1 = 1.600 Joule

21
5. Grafik p – V dari sebuah siklus Carnot terlihar seperti gambar berikut.

Jika kalor yang dilepaskan ke lingkungan 3.000 Joule, maka kalor yang diserap
sistem adalah . . . . .
Jawab ;
Diketahu :
Q2 = 3.000 J
T1 = 800 K
T2 = 500 K
Menentukan kalor yang diserap sistem (Q1)
𝑄 𝑇
1 − 𝑄2 = 1 − 𝑇2
1 1
3.000 500
1− = 1 − 800
𝑄1
3.000 3
1− =8
𝑄1
3.000 5
=8
𝑄1
Q1 = 4.800 Joule

22
LATIHAN SOAL
1. Sutu mol gas ideal mengalami proses isothermal pada suhu T sehingga volumenya
menjadi dua kali, jika R adalah konstanta gas molar, usaha yang dikerjakan oleh
gas selama proses tersebut adalah . . . .
A. RTV
B. RT ln V
C. 2RT
D. RT ln 2
E. Rt ln (2V)

2. Sebuah mesin carnot yang menggunakan reservoir suhu tinggi 800 K mempunyai
efisiensi sebsar 40%. Agar efisiensi naik menjadi sebesar 50%, suhu resevoir suhu
tinggi dinaikan menjadi ...
A. 900 K D. 1180 K
B. 960 K E. 1600 K
C. 1000 K

3. Sebuah mesin Carnot menyerap panas dari tandon panas bertemperatur 127°C dan
membuang sebagian panasnya ke tandon dinginbertemperatur 27°C efisiensi
terbesar yang dapat dicapai oleh mesin Carnot terebut adalah . . . . .
A. 20,5% D. 90,7%
B. 25% E. 100 %
C. 70,25%

4. Sebuah mesin yang memiliki efisiensi sebesar 25% dalam operasinya membuang
sebagian kalor ke tandon dingin yang bertempratur 0°C maka tandon panasnya
bertemperatur? . . . .
A. 76°C D. 100°C
B. 91°C E. 364°C
C. 170°C

5. Gambar dibawah ini menunjukkan grafik p – V pada mesin Carnot.

23
Jika Q2 = 2/3 W, maka efisiensi mesin Carnot tersebut adalah . . . . .
A. 40% D. 67%
B. 50% E. 75%
C. 60%
6. 2 m3 gas helium bersuhu 27°C dipanaskan secara isobaric sampai 77°C jika
tekanannya 3 x 105 N/m2 maka usaha yang dilakukan gas adalah . . . .
A. 100 kJ D. 260 kJ
B. 140 kJ E. 320 kJ
C. 200 kJ

7. Pada grafik p – V mesin Carnot berikut diketahui suhu tingg 600 K dan suhu rendah
400 K.

Jika usaha yang dilakukan mesin adalah W maka kalor yang dikeluarkan pada suhu
rendah adalah . . . .
A. W D. 4W
B. 2W E. 6W
C. 3W

8. Mesin Carnot dioperasikan antara 2 reservoir kalor, masing-masing suhumya T1


dan T2 dengan T2 > T1. Eisiensi mesin tersebut 40% dan besarnya T1 = 27°C.
Supaya efisiensinya naik menjadi 60%, maka besar perubahan suhu T1 adalah . . . .
A. 250 K
B. 300 K
C. 350 K
D. 400 K
E. 500 K

9. Sebuah mesin Carnot bekerja antara dua reservoir bersuhu 527°C dan 127°C
apabila reservoir suhu tinggi diturunkan menjadi 227°C maka efisiensi mula-mula
dan terakhir masing-masing adalah . . . .
A. 30% dan 20%
B. 40% dan 20%
C. 50% dan 20%
D. 50% dan 30%

24
E. 60% dan 40%

10. Perhatikan Gambar!

Gas ideal melakukan proses perubahan tekanan (p) terhadap Volume (V). Usaha
yang dilakukan oleh gas pada proses tersebut adalah , . . . . .
A. 20 Joule D. 5 Joule
B. 15 Joule E. 4 Joule
C. 10 Joule

25
DAFTAR PUSTAKA
Bresnick, S. (1996). Intisari Fisika. Jakarta : Hipokrates.

Dittman, RH dan MW Zemansky. (1986). Kalor dan Termodinamika, Terbitan Ke 6.


Bandung : Penerbit ITB.

Hadi, Dimsiki. 1993. Termodinamika. Jakarta : Dirjen DIKTI, Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan

Hamdi. (2006). Energi Terbarukan Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit Kencana.

Kanginan, M. (2017). FISIKA 2 untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Redaksi Kawan Pustaka. (2005). Rangkuman Rumus Matematika, Fisika & Kimia
SMA. Jakarta : Kawan Pustaka.

Siswanto, & Sukaryadi. (2009). Kompetensi FisikaKelas XI untuk SMA/MA. Jakarta :


Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Surya, Y. (2009). Suhu dan Termodinamika. Tangerang : PT Kandel.

Sutrisno. (1979). Fisika Dasar : Listrik, Magnet dan Termofisika. Bandung :ITB

26

Anda mungkin juga menyukai