Anda di halaman 1dari 41

OLEH

ANDI MARIA ULFA


105440013915
BIOLOGI D

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIAH MAKASSAR
APRIL 2019
A. AQIDAH
1. Definisi ‘Aqidah

Akidah merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap Muslim.


Oleh karena itu, kami disini akan membahas mengenai pengertian akidah
Ahlus Sunnah wal Jama'ah beserta penjelasannya. ‘Aqidah (‫ )ا َ ْل َع ِق ْيدَة‬menurut
ْ yang berarti ikatan, at-
bahasa Arab (etimologi) berasal dari kata al-‘aqdu (‫)العَ ْقد‬
tautsiiqu(‫ )التَّ ْوثِيْق‬yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-
ihkaamu (‫ )اْ ِإلحْ كَام‬yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu
biquw-wah (‫الربْط‬
َّ ‫ ) ِبق َّوة‬yang berarti mengikat dengan kuat.
Sedangkan menurut istilah (terminologi): ‘aqidah adalah iman yang
teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang
meyakininya. Jadi, ‘Aqidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan
bersifat pasti kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan segala pelaksanaan
kewajiban, bertauhid dan taat kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-malaikat-
Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan
mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang Prinsip-prinsip Agama
(Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi
ijma’ (konsensus) dari Salafush Shalih, serta seluruh berita-berita qath’i (pasti),
baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut
Al-Qur-an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma’ Salafush Shalih.

2. 5 Hal Yang dapat Merusak Aqidah


a. Musyrikun Menyekutukan Allah

Allah Ta’ala berfirman:

‫ص َمد ۞ لَ ْم يَ ِلدْ َولَ ْم يولَدْ ۞ َولَ ْم يَكن لَّهۥ كف ًوا أَ َح ٌۢدٌ ۞ه‬ َّ ۞ ٌ ‫َّللا أ َ َحد‬
َّ ‫َّللا ال‬ َّ ‫ق ْل ه َو‬

“Katakanlah: “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”.”
(QS. Al-Ikhlash [112]:1-4)
‫ِإيَّاكَ نَ ْعبد َو ِإيَّاكَ نَ ْست َ ِعين ۞ه‬

“Hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami meminta


pertolongan.” (QS. Al-Fatihah [1]:5)

َ َ ‫َّللاِ ۖ َوالَّذِينَ َءا َمن ٓو ۟ا أ‬


‫شدُّ حبًّا ِِّ َّلِّلِ ۗ َولَ ْو يَ َرى‬ َّ ‫ب‬ ِ ِّ ‫َّللاِ أَندَادًا ي ِحبُّونَه ْم كَح‬
َّ ‫ون‬ ِ ‫اس َمن يَت َّ ِخذ ِمن د‬ ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
‫ب ۞ه‬ ْ
ِ ‫شدِيد العَذَا‬ َ ّٰ ْ َ
َّ ‫اب أ َّن الق َّوة َ ِللـ ِه َج ِميعًا َوأ َّن‬
َ َ‫َّللا‬ ْ ْ ۟ َ َ‫الَّذِين‬
َ َ‫ظلَم ٓوا ِإذ يَ َر ْونَ العَذ‬

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan


selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.
Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan
jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka
melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah
semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka
menyesal).” (QS. Al-Baqarah [2]:165)

‫صل بَ ْينَه ْم َي ْو َم‬ َّ ‫وس َوالَّذِينَ أ َ ْش َرك ٓو ۟ا إِ َّن‬


ِ ‫َّللاَ يَ ْف‬ َ ‫صبِـِينَ َوالنَّصٰ َر ٰى َو ْال َمج‬ ّٰ ‫وا َوال‬ ۟ ‫وا َوالَّذِينَ هَاد‬ ۟ ‫إِ َّن الَّذِينَ َءا َمن‬
‫ض‬ ِ ‫ت َو َمن فِى ْاْل َ ْر‬ ِ ‫َّللاَ يَسْجد لَهۥ َمن فِى السَّمٰ ٰو‬ َّ ‫ش ِهيد ٌ ۞ أَلَ ْم ت ََر أ َ َّن‬ َ ‫ش ْىء‬ َّ ‫ْال ِق ٰي َم ِة ۚ إِ َّن‬
َ ‫َّللاَ َعلَ ٰى ك ِِّل‬
‫ير َح َّق َعلَ ْي ِه ْالعَذَاب ۗ َو َمن‬ ٌ ‫اس ۖ َو َك ِث‬ ٌ ِ‫ش َجر َوالد ََّوآبُّ َو َكث‬
ِ َّ‫ير ِِّمنَ الن‬ َّ ‫ش ْمس َو ْالقَ َمر َوالنُّجوم َو ْال ِجبَال َوال‬ َّ ‫َوال‬
‫شآء ۞ه‬ َ َ‫َّللاَ َي ْفعَل َما ي‬
َّ ‫َّللا فَ َما لَهۥ ِمن ُّم ْك ِرم ۚ إِ َّن‬
َّ ‫ي ِه ِن‬

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang


Shaabi-iin orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik,
Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat.
Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu. Apakah kamu tiada
mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi,
matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang
melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia
yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan Allah
maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa
yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Hajj [22]:17-18)

‫ض ٰل ٌۢ ًًل َب ِعيدًا ۞ه‬ َ ْ‫الِّلِ فَقَد‬


َ ‫ض َّل‬ َ ‫َّللاَ ََل َي ْغ ِفر أَن ي ْش َركَ ِبِۦه َو َي ْغ ِفر َما دونَ ٰذلِكَ ِل َمن َي‬
َّ ‫شآء ۚ َو َمن ي ْش ِر ْك ِب‬ َّ ‫ِإ َّن‬

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu)


dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah,
maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa [4]:116)

‫ش ْركَ لَظ ْل ٌم َع ِظي ٌم ۞ه‬ َّ ‫َو ِإذْ قَا َل ل ْقمٰ ن َِل ْبنِِۦه َوه َو يَ ِعظهۥ ٰيب َن‬
َّ ‫ى ََل ت ْش ِر ْك ِب‬
ِّ ِ ‫الِّلِ ۖ ِإ َّن ال‬
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar”.” (QS. Luqman [31]:13)

MUSYRIKUN atau orang-orang musyrik mempunyai makna orang-


orang yang memalingkan, menyamakan, menandingkan atau menyekutukan
yang menjadi kekhususan Allah (Rububiyyah, Uluhiyyah dan Al-Asma` wash
Shifat) kepada selain Allah.

Macam Musyrikun :

 Syirik Rububiyyah, yaitu orang musyrik yang menuhankan,


menyembah dan menaati selain Allah, karena meyakininya mempunyai
kuasa menciptakan dan mengatur alam semesta, menghidupkan dan
mematikan, melapangkan dan menyempitkan rezeki, serta sifat-sifat
rububiyyah lainnya. (QS. Saba’ [34]:22)
 Syirik Uluhiyyah, yaitu orang musyrik yang beribadah dan berdoa
kepada selain Allah, karena meyakininya mempunyai kuasa untuk
memberikan mudharat atau manfaat, memberikan syafaat tanpa izin
Allah, serta sifat-sifat uluhiyyah lainnya. (QS. Al-Maidah [5]:76)
 Syirik Al-Asma` wash Shifat, yaitu orang musyrik yang sangat
memuliakan (menyandangkan nama dan sifat ke-maha-an) selain Allah
, karena meyakininya mempunyai kuasa mengetahui semua yang ghaib,
maha haq, maha suci serta sifat-sifat kemuliaan Allah lainnya. (QS. Az-
Zumar [39]:45)
b. Mengamalkan Sihir
Secara bahasa Arab, sihir artinya: sesuatu yang samar atau tersembunyi
sebabnya. Sedangkan secara istilah syara’, maka para ulama memberikan
definisi yang berbeda-beda, namun hakikatnya sama.
Mempelajari sihir dan mengamalkannya merupakan dosa besar, bahkan
merupakan kekafiran. Dan pada hakikatnya sihir tidak akan terjadi kecuali
dengan peribadahan kepada setan. Allâh Ta’ala berfirman:

‫اطين تَتْلو َما َواتَّبَعوا‬ ِ َ‫شي‬َّ ‫اطينَ َو ٰلَ ِك َّن سلَ ْي َمان َكفَ َر َو َما ۖ س َل ْي َمانَ م ْل ِك َع َل ٰى ال‬ َّ ‫اس ي َع ِلِّمونَ َكفَروا ال‬
ِ َ‫شي‬ َ َّ‫الن‬
‫سِحْ َر‬ ْ
ِّ ‫ان َو َما ۚ َو َماروتَ هَاروتَ ِببَا ِب َل ال َملَ َكي ِْن َعلَى أ ْن ِز َل َو َما ال‬ ِّ َ َ ‫فِتْنَةٌ نَحْ ن ِإنَّ َما يَق‬
ِ ‫وَل َحتَّ ٰى أ َحد ِم ْن ي َع ِل َم‬
‫ت َ ْكف ْر فَ ًَل‬
Artinya : “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa
kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan
sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (mengerjakan sihir), hanya setan-setan
itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada
manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di Negeri Babil,
yaiu Harut dan Marut, sedangkan keduanya tidak mengajarkan (sesuatu)
kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan
(bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. [al-Baqarah/2:102].

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang umatnya


dari perbuatan sihir dan memberitakan bahwa sihir termasuk tujuh perbuatan
yang menghancurkan. Sebagaimana disebutkan di dalam hadits:

‫ي ه َري َْرة َ أ َ ِبي َع ْن‬ َ ‫ض‬ َّ ‫ي ِ َع ْن َع ْنه‬


ِ ‫َّللا َر‬ ِّ ‫ص َّلى ال َّن ِب‬ َّ ‫سلَّ َم َع َل ْي ِه‬
َ ‫َّللا‬ َ ‫س ْب َع اجْ تَنِبوا قَا َل َو‬ َّ ‫ت ال‬ ِ ‫يَا قَالوا ْالمو ِبقَا‬
‫َّللاِ َرسو َل‬ َّ ‫ش ِْرك قَا َل ه َّن َو َما‬ ِّ ‫الِّلِ ال‬
َّ ‫سِحْ ر ِب‬ِّ ‫َّللا َح َّر َم الَّتِي النَّ ْف ِس َوقَتْل َوال‬ ِ ِّ ‫الربَا َوأ َ ْكل ِب ْال َح‬
َّ ‫ق ِإ ََّل‬ ِّ ِ ‫َما ِل َوأ َ ْكل‬
‫ف يَ ْو َم َوالتَّ َو ِلِّي ْاليَتِ ِيم‬ َّ ‫ت َوقَذْف‬
ِ ْ‫الزح‬ َ ْ‫ت ْالمح‬
ِ ‫صنَا‬ ِ ‫ت ْالمؤْ ِمنَا‬
ِ ‫ْالغَافِ ًَل‬

Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda:
“Jauhilah tujuh (dosa) yang membinasakan!” Mereka (para sahabat) bertanya:
“Wahai, Rasûlullâh, apakah itu?” Beliau menjawab: “Syirik kepada Allâh,
sihir, membunuh jiwa yang Allâh haramkan kecuali dengan haq, memakan
riba, memakan harta anak yatim, berpaling dari perang yang berkecamuk,
menuduh zina terhadap wanita-wanita merdeka yang menjaga kehormatan,
yang beriman, dan yang bersih dari zina”. [Hadits shahîh riwayat Bukhari, no.
3456; Muslim, no. 2669].
Pelaku sihir berhak dijatuhi hukuman mati oleh penguasa, jika memang
terbukti kesalahannya. Diriwayatkan dari ‘Amr bin Dinar, bahwa ia mendengar
dari Bajalah berkata ‘Amr bin Aus dan Abusy Sya’tsa:

ِ ‫احر ك َّل ا ْقتلوا بِ َسنَة َم ْوتِ ِه قَ ْب َل ع َم َر ِكتَاب َجا َءنَا إِذْ قَيْس ب ِْن ْاْلَحْ ن‬
‫َف َع ِ ِّم معَا ِويَةَ ب ِْن ِل َج ْز ِء كَاتِبًا ك ْنت‬ ِ ‫س‬َ
“Aku adalah penulis (sekertaris) Jaz bin Mu’awiyah, paman al-Ahnaf bin Qais,
ketika datang kepada kami surat Umar (bin Khaththab) setahun sebelum
wafatnya, (yang isinya), ‘Bunuhlah tukang sihir laki-laki maupun
perempuan’.” [HR Abu Dawud, 3043; Ahmad, I/190-191; dan Baihaqi,
VIII/136].
Ibnu Abidin rahimahullah mendefinisikan sihir dengan pernyataannya:
“Ilmu yang dapat menghasilkan kemampuan jiwa untuk melakukan perkara-
perkara yang aneh karena sebab-sebab yang tersembunyi”.
Ibnu Qudamah rahimahullah berkata: “Sihir adalah ikatan-ikatan tali
dan mantra-mantra yang diucapkan atau ditulis oleh pelaku (tukang) sihir, atau
pelaku (tukang) sihir melakukan sesuatu yang ia gunakan sebagai sarana
permintaan tolong kepada setan untuk menyakiti orang yang disihir,
mempengaruhi badannya, atau hatinya, atau akalnya, dengan tanpa
berhubungan langsung dengannya”.
At-Tahânawi rahimahullah berkata: “Sihir adalah mendatangkan
sesuatu yang luar biasa pada waktu melakukan perkataan atau perbuatan yang
diharamkan di dalam syari’at, Allâh Ta’ala menjalankan hukumnya dengan
terjadinya sesuatu yang luar biasa itu pada waktu melakukan hal tersebut pada
awalnya”.
Adapun menurut al-Alûsi rahimahullah : Yang dimaksudkan dengan
sihir adalah perkara aneh yang menyerupai perkara luar biasa, padahal bukan
perkara luar biasa karena dapat dipelajari. Untuk mendapatkannya ialah dengan
mendekatkan diri kepada setan dengan cara melakukan perkara-perkara keji
(buruk), yang berupa perkataan seperti mantra-mantra yang di dalamnya
terdapat kata-kata syirik, pujian kepada setan dan kekuasaan setan, dan berupa
perbuatan, seperti beribadah kepada bintang-bintang, menekuni kejahatan, dan
seluruh kefasikan, dan berupa keyakinan, seperti anggapan baik terhadap
perkara yang mendekatkan diri kepada setan dan kecintaannya kepada setan.
Sihir itu tidaklah berjalan dengan baik kecuali dengan apa yang
bersesuaian dengan setan dalam hal keburukan dan kekejian jiwa, karena saling
sesuai merupakan syarat saling mendekat dan membantu. Sebagaimana para
malaikat tidak akan membantu kecuali kepada orang-orang yang baik, yang
menyerupai para malaikat dalam menekuni ibadah dan mendekatkan diri
kepada Allâh Ta’ala dengan perkataan dan perbuatan; demikian pula setan
tidak akan membantu kecuali kepada orang-orang yang jahat, yang menyerupai
mereka dalam kekejian dan keburukan, yang berupa perkataan, perbuatan, dan
keyakinan. Dengan ini tukang sihir berbeda dengan nabi dan wali.
Untuk melengkapi masalah sihir ini, kita juga perlu mengetahui
macam-macam sihir yang ada.
Sihir Hakiki : Yaitu sihir yang ada kenyataannya, seperti sihir yang
mempengaruhi badan, sehingga menjadikan sakit, atau membunuh
(inilah yang disebut dengan tenung, santet, teluh, dan semacamnya,
Pen.) atau memisahkan dua orang yang saling mencintai (ini disebut
shar, Pen.), atau mengumpulkan dua orang yang saling membenci (ini
disebut dengan ‘ath-f, aji pengasihan, pelet, dan semacamnya). Sihir
hakiki ini ada dua macam, yaitu: (1) sihir yang terjadi dengan niat
tukang sihir, dan (2) sihir yang terjadi dengan alat (semacam benda-
benda yang telah diberi mantra atau rajah).
Sihir Takh-yili : Yaitu tukang sihir menggunakan kekuatan daya
khayalnya, lalu ia menggambarkan khayalan-khayalan, atau tiruan-
tiruan, atau bentuk-bentuk, lalu ia tampilkan kepada indra orang-orang
yang melihat, sehingga orang-orang yang melihat seolah-olah
melihatnya ada pada kenyataan, padahal itu tidak ada.
Demikian ini yang disebut dengan hipnotis, atau semacamnya. Seperti
tukang sihir yang memperlihatkan taman-taman, sungai-sungai, istana-
istana, padahal itu semua tidak ada; itu hanyalah khayalan pada
pandangan mata. Atau seperti tukang sihir yang menikam dirinya
dengan pedang, atau memakan api, atau berjalan di atas api, namun hal
itu tidak berbekas padanya. Ini semua hanyalah khayalan. Atau
seseorang datang dengan membawa kertas biasa, lalu ia menyihir orang
lain, sehingga orang lain tersebut melihat kertas itu sebagai uang kertas.
Atau ia membawa besi, tetapi orang yang disihir melihatnya sebagai
emas. Atau ia membawa belalang, tetapi orang yang disihir melihatnya
sebagai kambing. Dan setelah orang itu pergi, barang-barang itu
kembali seperti semula. Ini semua merupakan sihir takh-yili.
Sihir Majazi :Yaitu kejadian yang samar sebabnya karena dilakukan
dengan kecepatan gerakan tangan, atau muslihat ilmiah, atau kedustaan,
atau penemuan-penemuan yang diketahui oleh tukang sihir itu sebelum
orang-orang lain. Inilah yang disebut dengan sulap, atau semacamnya.
Demikian juga namimah, bayan (penjelasan), dan semacamnya
termasuk sihir majazi. Yakni disebut sihir karena pengaruhnya seperti
sihir, tetapi hukumnya bukan sihir di dalam syari’at.

c. Menolak Alquran
Beberapa tantangan Allah untuk orang-orang yang menantang Al-
Qur’an yaitu :
Tantangan Pertama: Allah Menantang Untuk Menyusun Al-Qur’an
Secara Keseluruhan yang tercantum dalam al;qur’an surah Ath-Thuur
Artinya: Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al-
Qur’an itu jika mereka orang-orang yang benar. (QS. Ath Thuur: 34).
Dalam ayat ini, Allah SWT menjawab semua yang dituduhkan oleh
mereka itu dan membiarkan mereka untuk berbicara sesama mereka karena
kalau Muhammad SAW itu dituduh penyair, maka di tengah-tengah mereka itu
banyak penyair yang fasih. Atau kalau dia dituduh tukang tenung, bukankah di
tengah-tengah mereka juga banyak tukang-tukang tenung yang ahli? Atau
kalau ia dituduh mengada-adakan, bukankah di tengah-tengah mereka itu juga
banyak ahli pidato, lancar berbicara dengan keindahan tutur katanya, dan
sebagainya? Maka mengapakah mereka tidak sanggup membuat suatu
karangan mengenai al-Qur’an bila mereka memang orang-orang yang benar
dalam tuduhan mereka? Bahkan mereka mempunyai tokoh-tokoh ahli yang
punya kemampuan besar dalam berpidato, bersyair, dan telah banyak
pengalaman bekerja dengan menggunakan gaya bahasa puitis atau prosa. Dan
mereka mengetahui benar sejarah bangsa Arab lebih dari pengetahuan
Muhammad SAW? Walaupun demikian, nyatanya mereka masih tidak mampu
membuat suatu surah pun seperti Al-Qur’an meskipun mereka semua bersatu
bergotong royong.
Tantangan Kedua: Allah Menantang Mereka Menyusun Sepuluh Surah
Semacam Al-Qur’an
Artinya: Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad Telah membuat-buat Al-
Qur’an itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka datangkanlah sepuluh surat-
surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang
kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang
yang benar". (QS. Huud :13).

d. Mempercayai Peramal/Dukun
Hukum Sihir dan Perdukunan
Setiap muslim boleh pergi ke dokter penyakit dalam, bedah, syaraf atau
sejenisnya, untuk memeriksakan penyakitnya dan mengobatinya dengan obat-
obatan yang dibolehkan yang sesuai dengan syariat, sepanjang yang
diketahuinya dalam ilmu kedokteran. Karena hal itu merupkan usaha yang
wajar dan tidak menafikan tawakal kepada Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala
menurunkan penyakit dan menurunkan obat bersamanya, yang diketahui oleh
orang yang mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak
mengetahuiya. Tetapi Allah tidak menjadikan kesembuhan para hamba-Nya
pada sesuatu yang diharamkan atas mereka.
Orang yang sakit tidak boleh pergi kepada dukun, yang mengklaim
mengetahui perkara-perkara gaib, untuk mengetahui penyakitnya. Demikian
pula tidak boleh mempercayai apa yang mereka beritakan. Sebab, mereka
berbicara tentang perkara gaib dengan menerka-nerka atau mendatangkan jin
untuk meminta bantuan kepadanya terhadap apa yang mereka inginkan.
Mereka ini dihukumi sebagai kafir dan sesat, ketika mereka mengklaim
mengetahui perkara gaib. Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa mendatangi peramal lalu menanyakan kepadanya tentang
sesuatu, maka tidak diterima shalatnya selama 40 hari.”
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
beliau bersabda,
“Barangsiapa mendatangi dukun lalu mempercayai apa yang diucapkannya,
maka ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.”
(HR. Abu Daud)
Hadis ini diriwayatkan juga oleh Ahlus Sunan yang empat dan dishahihkan al-
hakim dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan redaksi:
“Barangsiapa mendatangi peramal atau dukun lalu mempercayai apa yang
dikatakannya, maka ia telah kafir kepada apa yang diturunkan kepada
Muhammad.”
Dari Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Bukan termasuk golongan kami orang yang mengaitkan kesialannya pada
burung (atau benda lainnya), melakukan perdukunan atau meminta didukuni,
menyihir atau minta disihirkan untuknya. Dan barangsiapa datang kepada
dukun lalu mempercayai apa yang dikatakannya, maka ia telah kafir kepada
apa yang diturunkan kepada Muhammad.” (HR. al-Bazzar dengan sanad yang
baik).
Dalam hadis-hadis tersebut berisi larangan mendatangi para peramal,
dukun, penyihir, dan sejenisnya, bertanya dan mempercayai mereka, serta
ancaman terhadap hal itu. Kewajiban atas para penguasa, penegak hukum, dan
selainnya dari kalangan yang memiliki kemampuan dan kekuasaan, melarang
orang-orang mendatangi dukun, peramal dan sejenisnya, melarang menjajakan
sesuatu pernik-pernik perdukunan di pasar-pasar/media dan selainnya,
melarang mereka dengan tegas, melarang siapa saja yang datang kepada
mereka.
Tidak boleh tertipu dengan kejujuran mereka di suatu perkara dan tidak
pula peduli dengan banyaknya orang yang datang kepada mereka, sebab orang-
orang datang tersebut juga tidak mengetahui hakikat perdukunan ini. Karena
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang mendatangi dukun,
bertanya kepada mereka dan mempercayai mereka, karena dalam permasalahan
ini berisikan kemungkaran yang besar, bahaya yang besar, akibat yang buruk,
dan karena mereka adalah pendusta lagi pembuat dosa.
Demikian pula dalam hadis ini berisi dalil atas kekafiran dukun dan
penyihir, karena keduanya mengklaim mengetahui perkara gaib, dan itu adalah
kekafiran; serta karena keduanya mengklaim mengetahui perkara gaib, dan itu
adalah kekafiran; serta karena keduanya tidak sampai kepada tujuan keduanya
melainkan dengan bantuan jin dan mengabdi kepadanya, dan itu adalah
kekafiran dan kesyirikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Demikian pula
orang yang mempercayai dakwaan mereka, sama dengan mereka.
Setiap orang yang memperoleh perkara-perkara ini dari orang yang
memberikannya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berlepas diri
darinya. Tidak boleh seorang muslim tunduk kepada apa yang mereka duga
sebagai penyembuhan, seperti huruf-huruf tak bermakna atau menimpakan
timah dan sejenisnya dari khurafat-khurafat yang mereka lakukan. Sebab, ini
termasuk perdukunan dan pengelabuan terhadap manusia. Siapa yang ridha
dengan hal itu, maka ia telah membantu mereka atas kebatilan dan kekafiran
mereka.
Dengan demikian pula tidak boleh bagi seorang muslim pergi kepada
mereka untuk bertanya kepada mereka tentang siapa yang akan dinikahi
putranya atau kerabatnya, atau apa yang bakal terjadi di antara suami-istri
berikut keluarganya berupa cinta, kesetiaan, permusuhan, perceraian dan
sejenisnya. Karena ini merupakan perkara gaib yang hanya diketahui oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sihir termasuk perkara yang diharamkan yang
membawa kepada kekafiran, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
tentang dua malaikat dalam surat al-Baqarah,
“Sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum
mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu
jangnalah kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa
yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami)
dengan isterinya . Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan
sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka
mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak
memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa
barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya
keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya
dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 102)
Ayat suci ini menunjukkan bahwa sihir itu perbuatan kafir dan bahwa para
penyihir itu memisahkan antara seseorang dengan isterinya. Demikian pula
ayat ini menunjukkan bahwa sihir itu tidak memberikan manfaat dan mudharat
dengan sendirinya, melainkan sihir itu hanyalah berpengaruh dengan seizin
Allah yang bersifat kauni dan qadari (berdasarkan takdir Allah). Kaerna Allah
Subhanahu wa Ta’ala-lah yang menciptakan kebaikan dan keburukan.
Mudharatnya sangat besar atas orang-orang yang melakukan kedustaan, yang
mewarisi ilmu-ilmu ini dari orang-orang musyrik dan memakainya di hadapan
orang-orang yang lemah akalnya. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Dan
cukuplah Allah bagi kita dan sebaik-baik Penolong.
Demikian pula ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang yang mempelajari
sihir hanyalah mempelajari apa yang membahayakan diri mereka dan tidak
memberikan manfaat kepada mereka, serta mereka juga tidak mendapatkan
keberuntungan di sisi Allah. Ini ancaman besar yang menunjukkan betapa
mereka sangat merugi di dunia dan akhirat. Mereka telah menjual diri mereka
dengan harga yang paling murah. Karenanya, Allah Subhanahu wa Ta’ala
mencela mereka atas hal itu, dengan firman-Nya, “Dan amat jahatlah perbuatan
mereka menjual dirinya sendiri dengan sihir, kalau mereka mengetahui.”
Kita memohon kepada Allah afiat dan keselamatan dari kejahatan para
penyihir, para dukund an semua pesulap lainnya. Demikian pula kita memohon
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar melindungi umat Islam dari
keburukan mereka, memberi taufik kepada para pemimpin umat Islam untuk
mengingatkan bahaya mereka serta melaksanakan hukum Allah terhadap
mereka. Sehingga para hamba terbebas dari kemudharatan mereka dan
perbuatan mereka yang busuk. Sesungguhnya Dia Maha Memberi lagi Maha
Pemurah.
Allah telah menyariatkan kepada para hamba-Nya apa yang dapat mereka
jadikan tameng dari keburukan sihir sebelum terlaksana, dan Dia menjelaskan
kepada mereka apa yang bisa menyembuhkannya setelah sihir tersebut
terlaksana, sebagai rahmat dari-Nya untuk mereka, karunia dari-Nya untuk
mereka, dan menyempurnakan nikmat-Nya atas mereka. Berikut ini adalah
penjelasan tentang hal-hal yang dapat dijadikan sebagai tameng dari keburukan
sihir sebelum terlaksana dalam hal-hal yang dapat menyembuhkannya setelah
sihir itu terlaksana, yaitu hal-hal yang diperbolehkan secara syar’i.
Adapun yang dapat membentengi dari bahaya sihir sebelum terlaksana, maka
yang terpenting dan paling bermanfaat ialah membentengi diri dengan dzikir-
dzikir syar’i, doa-doa, dan ta’awwudzat ma’tsurah. Di antaranya, membaca
ayat-Kursi seusai shalat wajib, setelah dzikir-dzikir disyariatkan setelah salam,
dan membacanya ketika tidur. Ayat kursi adalah ayat teragung dalam Alquran,
yaitu firman-Nya,
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup
kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). tidak mengantuk dan tidak
tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat
memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang
di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui
apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah
meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya,
dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al-Baqarah: 255)
Membawa Qul huwallahu ahad, Qul a’udzu birabbil falaq, dan Qul a’udzu
birabbin nas seusai tiap-tiap shalat wajib, dan membaca ketiga surah tersebut
masing-masing tiga kali di awal siang sesudah shalat Shubuh dan pada awal
malam setelah shalat Maghrib.
Membaca dua ayat akhir surah Al-Baqarah pada awal malam, yaitu firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala,
“Rasul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.
(Mereka mengatakan), ‘Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun
(dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya’, dan mereka mengatakan, ‘Kami
dengar dan kami ta’at.’ (Mereka berdo’a), ‘Ampunilah kami ya Tuhan kami
dan kepada Engkaulah tempat kembali’.”
Shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda,
“Barangsiapa membaca ayat Kursi pada suatu malam, maka ia senantiasa ada
yang menjaganya yang berasal dari Allah, dan ia tidak didekati oleh setan
hingga pagi hari.”
Shahih pula dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda,
“Barangsiapa membaca dua ayat dari akhir surah al-Baqarah dalam suatu
malam, maka itu mencukupinya.”
Maknanya, wallahu a’lam, yakni menjaganya dari segala yang jahat.
Memperbanyak ta’awwudz dengan kalimat-kalimat sempurna dari keburukan
makhluk ciptaan-Nya pada malam dan siang hari, dan ketika singgah di suatu
tempat, dalam bangunan, padang pasir, udara atau laut. Berdasarkan sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Barangsiapa singgah di suatu tempat kemudian mengucapkan, “Aku
berlindung kepada Allah dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari
keburukan makhluk ciptaannya, maka tidak ada sesuatu pun yang
membahayakannya hingga ia pergi dari persinggahannya itu.”
Setiap muslim mengucapkan di awal siang dan di awal malam sebanyak tiga
kali:
“Dengan menyebut nama Allah yang dengan nama-Nya tidak ada sesuatu pun,
baik di bumi maupun di langit, yang membahayakan. Dan Dia Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Karena shahihnya motivasi mengenai hal itu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan bahwa hal itu adalah sebab keselamatan dan segala keburukan.
Dzikir-dzikir dan ta’awwudz ini merupkan faktor terbesar untuk membentengi
sihir dan keburukan-keburukan lainnya, bagi siapa yang memeliharanya
dengan kejujuran, keimanan, keyakinan kepada Allah, bersandar kepadanya,
dan lapang dada terhadap esensi yang ditunjukkannya. Ia juga merupakan
senjata terbesar untuk menghilangkan sihri setelah terlaksana, disertai dengan
memperbanyak merendah kepada Allah dan memohon kepada-Nya agar
menghilangkan kemudharatan serta menghilangkan penderitaan.
Di antara doa-doa yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk
mengobati berbagai penyakit akibat sihir dan selainnya, dan beliau meruqyah
para sahabatnya dengannya,
“Ya Allah, Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit, dan sembuhkanlah Engkau
adalah Dzat Yang Menyembuhkan. Tiada kesembuhan kecuali kesembuhan
dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penderitaan.”
Beliau membacanya tiga kali. Dan di antara ruqyah yang dengannya Jibril
meruqyah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah ucapannya,
“Dengan menyebut nama Allah aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang
mengganggumu dari keburukan setiap jiwa atau mata orang yang dengki.
Mudah-mudahan Allah menyembuhkanmu, dengan nama Allah aku
meruqyahmu.”
Ulangi hal itu tiga kali.
Di antara penyembuhan sihir setelah sihir itu terlaksana, yaitu penyembuhan
yang bermanfaat bagi seseorang ketika ia tidak mampu menyetubuhi isterinya,
ialah mengambil tujuh daun bidara yang masih hijau lalu menumbuknya
dengan batu atau sejenisnya dan meletakkannya di bejana serta menuangkan di
atasnya air yang cukup untuk mandi dan dibacakan di dalamnya ayat Kursi, Al-
Kafirun, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas, ayat-ayat sihir yang terdapat dalam
surah Al-A’raf yaitu firman Allah,
“Dan Kami wahyukan kepada Musa: ‘Lemparkanlah tongkatmu!’. Maka
sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan. Karena
itu nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan. Maka
mereka kalah di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina.” (QS.
Al-A’raf: 117-119)
Ayat-ayat dalam surah Yunus yaitu firman-Nya,
“Fir’aun berkata (kepada pemuka kaumnya): ‘Datangkanlah kepadaku semua
ahli-ahli sihir yang pandai!’ Maka tatkala ahli-ahli sihir itu datang, Musa
berkata kepada mereka: ‘Lemparkanlah apa yang hendak kamu lemparkan.’
Maka setelah mereka lemparkan, Musa berkata: ‘Apa yang kamu lakukan itu,
itulah yang sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan ketidak
benarannya.’ Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus
berlangsungnya pekerjaan orang-yang membuat kerusakan. Dan Allah akan
mengokohkan yang benar dengan ketetapan-Nya, walaupun orang-orang yang
berbuat dosa tidak menyukai(nya).” (QS. Yunus: 79-82)
Ayat-ayat yang terdapat dalam surat Thaahaa,
“(Setelah mereka berkumpul) mereka berkata: ‘Hai Musa (pilihlah), apakah
kamu yang melemparkan (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula
melemparkan?’ Berkata Musa: ‘Silahkan kamu sekalian melemparkan’. Maka
tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-
akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam
hatinya. Kami berkata: ‘Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang
paling unggul (menang)’. Dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu,
niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. ‘Sesungguhnya apa yang
mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan
menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang’.” (QS. Thaahaa: 65-69)
Setelah membaca apa yang telah disebutkan tadi dalam air, ia minum darinya
sebanyak tiga kali dan mandi dengan sisanya. Dengan hal itu, maka penyakit
tersebut akan lenyap insya Allah. Jika merasa perlu untuk mempergunakannya
dua kali atau lebih, maka tidak mengapa hingga penyakit tersebut lenyap. Di
antara penyembuhan sihir juga, dan itu penyembuhan yang paling bermanfaat,
ialah mengerahkan upaya untuk mengetahui tempat sihir itu; di tanah, gunung
atau selainnya. Jika telah diketahui, dikeluarkan dan dihancurkan, maka sihir
itu menjadi batal. Inilah yang bisa dijelaskan dari hal-hal yang bisa
membentengi sihir dan menyembuhkannya. Dan Allah-lah Yang Memberikan
taufik.
Adapun menyembuhkan sihir dengan amalan penyihir, yaitu mendekatkan diri
kepada jin dengan penyembelihan atau pengabdian-pengabdian selainnya,
maka ini tidak boleh. Karena ini merupakan perbuatan sihir, bahkan merupakan
syirik besar. Yang wajib ialah waspada terhadap hal itu. Demikian pula tidak
boleh mengobatinya dengan bertanya kepada para dukun, peramal dan pesulap
serta mempercayain apa yang mereka ucapkan. Karena mereka tidak beriman
dan karena mereka pendusta lagi suka melakukan dosa, yang mengklaim
mengetahui perkara gaib dan mengelabui manusia. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam telah memperingatkan supaya tidak mendatangi, bertanya
dan memperdayai mereka, sebagaimana telahd ijelaskan di awal risalah ini.
Shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau ditanya
tentang nusyrah, maka beliau bersabda, “Itu termasuk perbuatan setan.” (HR.
Imam Ahmad dan Abu Daud dengan sanad yang baik). Nusyrah adalah
mengatasi sihir dari orang yang disihir. Yang dimaksudkan beliau dengan
sabdanya ini ialah nusyrah yang dilakukan masyarakat Jahiliyah, yaitu bertanya
kepada penyihir untuk mengatasi sihir atau mengatasinya dengan sihir yang
sama dari penyihir yang lain.\adapun mengatasi sihir dengan ruqyah,
muta’awwidzat yang disyariatkan dan doa-doa yang diperbolehkan, maka tidak
mengapa dengan hal itu, sebagaimana telah disinggung. Allamah Ibnul Qayyim
telah menashkan hal itu, dan Abdurrahman bin Hasan dalam Fath al-Masjid.
Dan ahli ilmu selainnya juga telah menashkan hal yang sama.
Allah-lah yang dimohon agar memberi taufik kepada umat Islam agar selamat
dari segala keburukan, memelihara agama mereka, memberikan kepada mereka
pemahaman dalam agama dan selamat dari segala yang menyelisihi syariatnya.
Semoga shalawat dan salam senantiasa Allah limpahkan atas hamba dan Rasul-
Nya, Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya.
Read more https://konsultasisyariah.com/15614-hukum-sihir-dan-
perdukunan.html

Hukum Percaya Ramalan Menurut Islam – Boleh atau Tidak?


Sering kali manusia menginginkan hidupnya sukses dan terencana dengan baik
menurut kesuksesan Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses
Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam. . Akan
tetapi, sering kali usaha untuk sukses dan merencanakan hidup tersebut
dilakukan bukan atas dasar aqidah dan syariat yang benar dalam islam. Segala
cara bahkan hal-hal yang mengandung kesyirikan dilakukan agar bisa
mencapai tujuannya.
ads

Salah satu yang sering dilakukan masyarakat dan tanpa sadar mengikutinya
adalah persoalan ramalan. Dalam hal ini umat islam perlu mengetahui apa yang
dimaksud dengan ramalan dan juga ramalan seperti apa yang dilaran oleh
islam, sehingga bisa mendekatkan kepada kesyirikan.

Padahal Allah telah berfirman dalam Al-Quran “Katakanlah (hai Muhammad)


tidak ada seorang pun yang ada di langit dan di bumi mengetahui perkara gaib
kecuali Allah saja” (QS : An-Naml: 65)

Sebelum menentukan boleh atau tidaknya ramalan, tentu kita harus mengetahui
terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan ramalan, jenisnya, dan pandangan
islam terhadap ramalan itu sendiri. Dengan mengetahui seluk beluknya secara
detail, maka umat islam tidak akan terjebak dalam ramalan yang menyesatkan
dan menjerumuskan manusia pada kesyirikan.

Baca juga:

Syirik Dalam Islam


Dosa Besar dalam Islam
Bersumpah dalam Islam
Shalat Taubat

Pengertian Ramalan

Secara umum, ramalah berarti memperkirakan atau memprediksi apa yang


akan terjadi di masa mendatang dengan pendapat atau perkiraan manusia.
Ramalan sendiri bersifat prediktif karena tidak ada yang bisa memastikan atau
menentukan secara pasti tentang kondisi mendatang kecuali hanya kekuasaan
Allah SWT.
Hal ini dikarenakan ramalan berasal dari makhluk Allah yang sangat realtif
bukan mutlak. Dalam memperkirakan atau memprediksi terkadang manusia
sering keliru atau salah karena banyak variabel atau aspek-aspek yang terlewat
dan tidak masuk dalam perhitungan. Untuk itu, ramalan manusia sering kali
meleset atau keliru.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering kali melakukan ramalan-ramalan.


Tentunya ramalan sendiri bukan hal yang harus 100% dipercaya secara mutlak
dan dijadikan sebagai pegangan utama dalam kehidupan. Ramalan bisa bersifat
reference atau malah bahkan diharamkan ketika masuk ke dalam ranah syirik
atau menduakan kebesaran Allah SWT.

Baca juga:

Bid’ah dalam Islam


Fungsi As-sunnah Terhadap Al-Quran
Hak dan Kewajiban dalam islam
Cara Agar Tetap Istiqomah

Jenis-Jenis Ramalan dan Contohnya

Dalam pengertiannya ramalan bersifat prediksi atau perkiraan yang akan


datang. Secara umum, ramalah terdiri dari 3 jenis. Berikut adalah penjelasan
mengenai jenis-jenis ramalan.

Ramalan Ilmiah

Ramalan ilmiah adalah ramalan yang berasal dari perkiraan yang berbasiskan
ilmu pengetahuan atau keilmiahan. Ramalan seperti ini, masih diperbolehkan
dan tidak diharamkan selagi memiliki manfaat dan kemasalahatan yang bagi
ummat.

Allah sendiri memberikan perintah untuk mengikuti pengetahuan bukan hawa


nafsu, “Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu
pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan
Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun” (QS Ar-Rum :29)

Contoh Ramalan yang berbasis kepada fakta ilmiah, data, dan penelitian ini
misalnya adalah:
Prediksi turunnya hujan
Prediksi turunnya bencana.
Prediksi kelahiran bayi.
Prediksi akibat sebuah penyakit.
Prediksi kondisi kesehatan.
Prediksi keuangan.
Prediksi karakteristik suatu benda atau alam.

Prediksi-prediksi ini bersifat ilmiah dan menggunakan ilmu pengetahuan alam


yang benar. Jika digunakan sesuai sunnatullah yang Allah berikan tentu akan
memberikan manfaat yang banyak bagi ummat manusia.

Akan tetapi, walaupun bersifat ilmiah dan memiliki dasar pengetahuan ramalan
ini pun juga bisa saja salah. Hal ini dikarenakan adanya kelemahan manusia,
ketidaktelitian, kurangnya variabel yang diperkirakan, dan lain sebagainya.
Untuk itu, penempatan ramalan ini hanya bersifat perkiraa, reference, dan
bukan sebagai kepercayaan mutlak sebagai satu-satunya yang benar.

Contohnya adalah perkiraan dokter terhadap kelahiran bayi, bisa bersifat benar
dan bisa bersifat salah karena berubah-rubahnya kondisi dan variabel. Dan
itulah titik kelemahannya manusia.

Baca juga:

Dosa Besar dalam Islam


Sumpah Laknat Dalam Islam
Hukum Saham dalam Islam

Ramalan Berasal Dari Jin atau Tanpa Dasar

Ramalan yang berasal dari ilmu hitam, jin, atau orang pintar (six sense), adalah
hal yang dilarang oleh islam.

Hal ini disampaikan dalam Al-Quran dalam QS Jin : 8-10, “Dan sesungguhnya
kami telah mencoba mengetahui rahasia langit, maka kami mendapatinya
penuh dengan penjagaan yang kuat dan lontaran api. Dan sesungguhnya kami
dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-
dengarkan berita-beritanya. Tetapi sekarang barangsiapa yang mencoba
mendengar-dengarkan seperti itu tentu akan menjumpai lontaran api yang
mengintai untuk membakarnya. Dan sungguh dengan adanya penjagaan
tersebut kami tidak mengetahui apakah keburukan yang dikehendaki bagi
orang yang di bumi ataukah Rabb mereka menghendaki kebaikan bagi
mereka.”

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa Jin bisa mencuri informasi masa depan.
Untuk itu, banyak sekali peramal atau orang-orang yang merasa bisa membaca
masa depan tanpa dasar apapun karena bisikan setan atau berkawan dengan jin.
Hal inilah yang mendekatkan kepada kesyirikan, karena telah menggantungkan
informasi ghaib kepada jin atau setan.

Dalam hal lain, ada juga yang merasa memiliki kemampuan untuk membaca
masa depan, padahal dirinya hanyalah manusia dan juga memiliki keterbatasan.
Hal ini juga disampaikan dalam sebuah hadist.

“Barangsiapa yang mendatangi seorang peramal lalu menanyakan kepada


tentang satu ramalan, maka tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh
malam” (HR. Muslim)

Contoh meminta ramalan dari seorang yang menggunakan orang pintar, jin,
atau dukun yang diharamkan adalah:

Meminta ramalan jodoh.


Meminta ramalan rezeki.
Meminta ramalan kematian.
Meminta ramalan nasib beberapa tahun kedepan atau waktu kedepan.
Meminta ramalan pekerjaan yang akan didapatkan.
Ramalan Bintang atau Zodiak.
Dan lain sebagainya.

Hal ini tentu dilarang, karena semuanya bergantung kepada doa dan ikhtiar
manusia bukan pada apa yang diramalkan. Nasib manusia bisa berubah ketika
manusia bisa berusaha dengan ikhtiar yang kuat dan ketawaqalan kepada Allah
SWT. Jangan sampai kita mengikuti ramalan jin, paranormal, atau dukun
hingga bertentangan dengan rukun iman, rukun islam, Iman dalam Islam,
Hubungan Akhlak Dengan Iman Islam dan Ihsan, dan Hubungan Akhlak
dengan Iman.
Hikmah Menjauhi Ramalan Jin, Dukun, atau Paranormal

Ada banyak sekali hikmah jika kita menjauhi bahkan tidak mempercayai
ramalan-ramalan yang berasal dari jin, dukun, atau paranormal. Mereka semua
tentu bukan informasi yang valid, bisa sangat salah, bahkan tidak ada
pendasaran yang kuat dari apa yang telah diramalkannya.

Menjaga Keimanan Kepada Allah SWT

Kita dapat terhindar dari kesyirikan jika mengindari ramalan tersebut. Tentu
saja setan selalu menggoda manusia dari berbagai pintu dan usaha. Untuk itu,
jika tidak mempercayai dan menggunakan ramalan kita telah menutup satu
pintu godaan setan dan menjaga keimanan kita, agar tetap yakin dan terjaga.

Keimanan kepada Allah adalah hal utama karena merupakan pondasi dari
Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan
Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam
sesuai dengan fungsi agama.

Ikhtiar dan Tawakal Lebih Kuat

Dengan selalu menjauhi ramalan, tentunya ikhtiar kita lebih kuat dan lebih
besar. Hal ini dikarenakan kita fokus pada usaha bukan pada apa yang
diramalkan oleh orang lain. Tentu saja keberhasilan orang lain tentu
berdasarkan kepada ikhtiar yang kuat dan ketawakalan kepada Allah SWT.
Semoga kita terhindari dari usaha-usaha jin, setan, dan kejahatan manusia
terhadap keimanan dan kesyirikan terhadap Allah SWT.

Bertawakal dan bergantung pada Selain Allah

Berdasarkan firman Allah :

“ … dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal jika kamu benar
benar orang yang beriman.” (Al Maidah :23)

“Sesungguhnya Allah telah menolong kamu dibeberapa banyak tempat dan


pada peperangan Hunain, tatkala kamu sombong dengan banyaknya jumlah
kamu, tetapi tidak berfaedah bagi kamu sedikitpun, dan jadi sempit bagi kamu
bumi yang luas itu, kemudian kamu berpaling sambil mundur.” (AtTaubah :25)

Dalil ini berpedoman pada pengertian Laa ilaha illa Allah yang maknanya
antara lain tidak akan melakukan permohonan untuk ketenangan dan kekuatan
selain kepada Allah SWT.

Tawakal bukan berarti meninggalkan kerja. Bahkan Allah SWT menyuruh kita
bekerja, tetapi kita dilarang menggantungkan hidup kita pada pekerjaan itu.

Allah telah menyuruh mempersiapkan perlengkapan perang, tetapi Allah juga


menyuruh kita untuk menggantungkan segala kehidupan kita hanya kepada
Nya. Allah menyuruh kita bekerja dan berusaha, tetapi Ia menyuruh kita
beriman bahwa Dia lah yang memberi rezeki. Dia menyuruh berobat, tetapi
dengan syarat kita berkeyakinan bahwa yang menyembuhkannya hanyalah
Allah SWT.

Ringkasnya, barangsiapa yang bekerja, berusaha dan berihtiar dengan tidak


bertawakal dan bergantung kepada Allah, ia telah merusak syarat tadi.
Sebaliknya orang yang bertawakal dan bergantung kepada Allah, tetapi tanpa
daya usaha, juga ia telah merusak salah satu syarat tadi.

Disini dapat diandaikan suatu perbedaan antara orang kafir dan orang mukmin.
Orang kafir, ia membanting tulang dan mengerahkan segala tenaga dan
berusaha, orang mukmin juga membanting tulang dan mengerahkan segala
tenaga serta berusaha, tetapi orang orang kafir, ia tidak menggantungkan
harapannya kepada Allah SWT, bahkan ia menggantungkan kepada usahanya.
Sebaliknya seorang muslim disamping usahanya tersebut ia menggantungkan
segala harapannya kepada Allah SWT.

Bergantung dengan sebab dan melupakan bahwa yang mengizinkan sebab itu
berproses adalah Allah termasuk maksiat. Bergantung kepada sebab dan
disertai keyakinan bahwa sebab sebab itu tidak ada hubungannya dengan Allah
adalah syirik yang dapat menghancurkan syahadatain. Dalam Al Quran banyak
disebutkan tentang masalah ini yang antara lain seperti dalam firmannya :

“Maka bukan kamu yang membunuh mereka, tetapi Allah yang membunuh
mereka; bukan engkau yang melempar, tetapi Allah lah yang melempar…(Al
Anfal 17)
“…dan kemenangan itu tidak ada melainkan dari Allah Yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana (Al-Imran 126)

“ Sesungguhnya Allah lah Pemberi rezeki, Yang mempunyai kekuasaan, Yang


Sangat Teguh (Adz Dzariat 58)

“ Dan apabila aku sakit, maka Ia sembuhkan aku” (Asy Syuara 80)

“Tidakkah engkau lihat bahwa Allah telah menurunkan air dari langit, lalu
jadilah bumi ini hijau segar? Sesungguhnya Allah maha Halus lagi maha
Mengetahui (Al Hajj 63)

Kita harus menyakini bahwa Allah menjadikan sebab musabab di dunia ada
fungsinya (peranan atau tugasnya) dan harus percaya bahwa Allah lah yang
menjadikan semua itu. Allah berfirman,

“ Allah Yang Menciptakan segala sesuatu, dan Ia Pemelihara atas segala


sesuatu (Az Zumar 62)
Barangsiapa yang mengingkari sebab sebab dan menganggap tidak ada
gunanya adalah Kafir. , sebaliknya yang meyakini bahwa sebab sebab itu
memiliki pengaruh sendiri adalah Syirik. (dz)

IBADAH
A.Ibadah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Pusat Bahasa ,h.566; 2008 ) adalah
perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan
mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan –Nya.

Pengertian ibadah sesuai dengan Putusan Majlis Tarjih (PP Muhammadiyah


,Himpunan Putusan Majlis Tarjih Muhammadiyah,cet .III .h.276) diartikan
bertaqarub ( mendekatkan diri) kepada Allah, dengan jalan menta’ati segala
perintah – perintah – Nya dan me’amalkan segala yang diidzinkan Allah.[Sic!]

B.Pembagian Ibadah
Ibadah itu ada yang umum dan ada yang khusus :
1.Yang umum ialah segala ‘amalan yang diidzinkan Allah.
2. Yang khusus ialah apa yang telah ditetapkan Allah akan perincian –
perinciannya ,tingkah dan cara – caranya yang tertentu. (PP Muhammadiyah
,Himpunan Putusan Majlis Tarjih Muhammadiyah,cet .III .h.276,277)
Ibadah ada dua macam,yaitu:
a.Ibadah khusus (mahdlah)
b.Ibadah yang bersifat umum(ghairu mahdlah)
Ibadah mahdlah ialah segala macam ibadah yang telah dinyatakan secara
khusus, mengenai tatacaranya atau kaifiyatnya,waktunya, dan
ukurannya,termasuk rinciannya.
Ibadah yang ghairu mahdlah yakniibadah yang bersifat umumyang diijinkan
oleh Allah, yang tidak ada aturan tertentu, waktu yang mengikat, dan ukuran
atau rincian lebih lanjut.(M .Dailamy SP.Ibadah Dalam Islam.2010.h.5-6)
C.Pandangan Muhammadiyah dalam hal Ibadah
Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan:
a. Al-Quran :Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW
B. Sunnah Rasul : Penjelasan dan pelaksanaan ajaran – ajaranAl-Quran yang
diberikan oleh Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan akal fikiran
sesuai dengan jiwa ajaran Islam.
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh
Rasulullah SAW,tanpa tambahan dan perubahan dari
manusia.(www.muhammadiyah.or.id./content-175-et-matan -keyakinan-dan -
citacita-hidup.html.26 Oktober 2012 pukul18.30 )
A. Pengertian Ibadah
Ibadah secara bahasa berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedang menurut
istilah terdapat banyak definisi yang dikemukakan oleh para ulama tentang
ibadah. Dan diantara definisi tersebut adalah apa yang dikemukakan oleh Imam
Ibnul Qoyyim :

‫َواْلبَاطِ نَ ِة‬ َّ
ِ‫الظاه َِرة‬ ‫َواألَعْما َ ِل‬ ‫األ َ ْق َـوا ِل‬ َ ‫يُحِ ـبُّهُ هللا ُ َويَ ْر‬
َ‫ضاهُ مِ ن‬ ‫َما‬ ‫ِلكُ ِِّل‬ ‫َجامِ ٌع‬ ‫ْالعِبـَادَة ُ اِ ْس ٌم‬
.
Ibadah ialah sebuah nama yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan
diridhoi Allah baik berupa ucapan atau perbuatan, yang dzohir maupun batin.

B.Macam-macam Ibadah

Dari definisi diatas bisa disimpulkan bahwa :


Pertama: Suatu ibadah itu harus melahirkan kecintaan dan keridhoan Allah
SWT.
Kedua: Ibadah itu terbagi menjadi dua macam yaitu; ibadah qolbiyyah dan
ibadah jasadiyyah atau fisik. Dan pembagian ini adalah dengan melihat sumber
munculnya suatu aktifitas ibadah. Walaupun tentu ada lagi pembagian lain dari
macam ibadah, tapi inilah yang menjadi perhatian dalam pembahasan kita.

Pertama: Ibadah Qolbiyyah atau Bathiniyyah.


Yaitu segala bentuk ibadah yang merupakan pekerjaan hati; seperti: Iman,
Cinta, Takut, Berharap, Sadar kembali kepada Allah dan Tawakal.

a. Iman
Yaitu dalam pengertian pembenaran hati akan adanya Allah SWT, Rububiyyah
dan Uluhiyyah-Nya termasuk membenarkan apa yang dituntut oleh Allah SWT
untuk diimani seperti: beriman kepada Malaikat, kitab suci, para Nabi, Hari
Akhir dan masalah Qodho dan Qodar seperti yang dijelaskan oleh Allah SWT
dalam Surat An Nissa Ayat 136. Dan barang siapa memberikan keimanan
selain kepada selain Allah atau diluar apa yang telah diperintahkan oleh-Nya.
Maka Ia telah kufur dan berbuat syirik

b. Cinta
Yaitu mencintai Allah SWT dan mencintai siapa dan apa yang dicintai oleh
Allah SWT dari hamba-Nya baik berupa keyakinan, ucapan dan perbuatan.
Allah SWT berfirman:
Artinya: “Dan diantara manusia ada orang yang menyembah sekutu selain
Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah” (QS: Al Baqoroh: 165)

c. Rasa Takut.
Allah Berfirman:
Artinya: “Janganlah Kalian takut kepada manusia tapi takutlah kepada Ku”.
(QS: Al Maidah :44)

Allah Berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka yang
Ghaib bagi mereka ampunan dan pahala yang besar”. (QS: Al Mulk : 12).

d. Berharap dan Berkeinginan


Berharap (Roja’) adalah sikap berharap dan bercita-cita untuk meraih kebaikan
yang mungkin terjadi dari Dzat yang memiliki dan berkuasa untuk
mewujudkan cita-cita dan harapannya. Sedangkan Berkeinginan (Roghbah)
adalah sikap menyukai dan menyenangi kebaikan disertai kemauan yang kuat
untuk mendapatkannya dari Dzat yang memiliki dan mampu memberikannya.
Firman Allah SWT:

Artinya: “Barang siapa mengharap berjumpa dengan Tuhannya maka


hendaklah ia beramal sholeh dan jangan mempersekutukan seorang pun dalam
beribadah kepada Tuhannya”. (QS: Al Kahfi: 110).

Allah Berfirman :
Artinya: “Maka Apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah
dengan sungguh sungguh (Urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah
hendaknya kamu berharap”. (QS: Asy Syarh:7-8).

e. Sadar Kembali kepada Allah SWT.


Allah berfirman:
Artinya: “Dan kembalilah kalian kepada Tuhan kalian dan berserah dirilah
kepada-Nya”. (QS: Az Zumar: 54).

f. Tawakal
Allah Berfirman:
Artinya: “Dan Hanya kepada Allah lah kalian bertawakal jika kalian
beriman”.
(QS: Al Maidah : 23).

Allah Berfirman:
Artinya: “ Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, Cukuplah Allah
baginya”. (QS: At Tholaq: 3)

Kedua: Ibadah Jasadiyah ( Fisik ).


Yaitu ibadah yang dilakukan oleh anggota badan, Seperti: berdo’a, Istihotsah,
Isti’anah, Nadzar, Menyembelih Qurban, Ruku’ dan Sujud, Thowaf di
Baitullah, Mencium hajar Ashwad, Tidak taat kepada Allah karena takut dan
berharap kepada selain Allah dan bersumpah.

a. Berdo’a
Allah Berfirman:
Artinya: “Dan masjid-masjid itu milik Allah maka janganlah kalian berdo’a
kepada sekutu selain Allah”. (QS: Al Jin: 18)
b. Istighotsah
Yaitu memohon bantuan dan pertolongan pada saat darurat untuk
membebaskan jiwa dari bahaya.

c. Isti’anah
Allah berfirman:
Artinya: “Hanya kepada Allah lah kami menyembah dan hanya kepada Allah
lah kami memohon pertolongan”. (QS: Al Fatihah: 5)
Rasulullah SAW berwasiat kepada Ibnu Abbas ra.: “ Bila kamu meminta,
mintalah kepada Allah, dan bila kamu meminta pertolongan, mintalah
pertolongan kepada Allah” (HR: At Tirmidzi).

Berdo’a, Istighotsah dan Isti’anah adalah merupakan permohonan yang hanya


dipanjatkan seorang hamba kepada Kholiqnya. Dan apabila ditujukan kepada
selain Allah maka itu termasuk perbuatan syirik.
d. Nadzar
Allah Berfirman:
Artinya : “Dan apa saja yang kalian nafkahkan atau kalian nadzarkan maka
sesungguhnya Allah mengetahuinya” (QS: Al Baqoroh: 270).

e. Menyembelih Qurban
Allah berfirman:
Artinya: “Diharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan hewan yang
disembelih atas nama selain nama Allah…” (QS: Al Maidah: 3)

f. Ruku’ dan Sujud


Allah Berfirman:
Artinya: “Hai orang yang beriman Ruku’ lah sujudlah dan sembahlah Tuhan
kalian dan berbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan”. (QS:
Al Hajj: 77)
f. Thowaf di Baitullah, mencium hajar ashwad dan semua bentuk ibadah
yang hanya ditujukan untuk Allah SWT.
Allah Berfirman:
Artinya: “Tidaklah mereka diperintah kecuali untuk menyembah Allah dengan
ikhlas melaksanakan agamanya”. (QS: Al Baiyyinah: 5).
g. Tidak Taat Kepada Allah karena rasa takut atau mengharap sesuatu
kepada selain Allah
Allah berfirman:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman taatlah kalian kepada Allah, taatlah
kalian kepada Rasul dan jangan membatalkan amal-amal kalian”. (QS:
Muhammad: 33).
h. Bersumpah
Rasulullah SAW bersabda:
َ ‫ف ِبغَي ِْر هللاِ فَقَ ْد أ َ ْش‬
‫ فَقَ ْد َكف ََر‬: ٍ‫ـركَ َوفِ ْي َل ْفظ‬ َ َ‫َم ْن َحل‬
Artinya: “Barang siapa yang bersumpah dengan nama selain Allah maka
sungguh ia telah berbuat syirik” dalam lapadz lain: “Sungguh telah
kufur” (HR: At Tirmidzi)

KUMPULAN KHITTAH PERJUANGAN MUHAMMADIYAH

1. LANGKAH 12 (KH. Mas Mansyur)


a. Memperdalam masuknya iman
b. Memperbuahkan paham agama
c. Memperbuahkan budi pekerti
d. Menuntun amal intiqod
e. Menguatkan persatuan
f. Menegakkan keadilan
g. Melakukan kebijaksanaan
h. Menguatkan majelis tanwir
i. Mengadakan konferensi bagian
j. Mempermusyawarahkan putusan
k. Mengawasi gerakan jalan
l. Mempersambung gerakan luar

2. KHITTAH PALEMBANG (KH. AR Sutan Mansyur)


a. Menjiwai pribadi anggota dengan iman, ibadah, akhlak dan ilmu
pengetahuan
b. Melaksanakan khuswatun khasanah atau contoh teladan yang baik
c. Mengutuhkan organisasi dan merapikan administrasi
d. Memperbanyak dan mempertinggi mutu amal
e. Mempertinggi mutu anggota dan membentuk kader
f. Mempererat ukhuwah antara sesame kaum muslim
g. Menuntun kehidupan anggota

3. KHITTAH UJUNG PANDANG (1971) (KH.AR Fakhrudin)


a. Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam yang beramal dalam bidang
kehidupan masyarakat dan tidak mempunyai afiliasi dengan partai politik
manapun
b. Setiap warga Muhammadiyah, sesuai dengan asasinya dapat / tidak
memasuki organisasi lain sepanjang tidak menyimpang dari AD/ART
c. Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah islam setelah pemilu 1971,
Muhammadiyah melakukan gerakan amar ma’ruf nahi munkar secara
konstruktif dan positif terhadap partai masyumi indonesia
d. Mengamanatkan PP Muhammadiyah untuk menggariskan dan mengambil
langkah-langkah dalam pembangunan ekonomi, sosial, dan mental spiritual

4. KHITTAH PONOROGO (KH.AR Fakhrudin)


a. Hakikat Muhammadiyah
Muhamadiyah mempunyai kepentingan untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi
munkar, serta menyelenggarakan gerakan dan amal usaha yang sesuai bidang
yang dipilih yaitu masyarakat.
b. Muhammadiyah dan Masyarakat
membentuk keluarga dan masyarakat sejahtera sesuai dengan dakwah jama’ah.
Muhammadiyah juga menyelenggarakan amal usaha dan berusaha
meningkatkan mutu amal usaha.
c. Muhammadiyah adalah gerakan dakwah islam yang beramal dalam segala
bidang kehidupan masyarakat. Tidak mempunyai afiliasi dengan partai politik
manapun dan memberikan hak seluas-luasnya kepada anggotanya untuk masuk
ke partai politik manapun.
d. Muhammadiyah dan ukhuwah Islamiyah
Muhammadiyah akan bekerja sama dengan golongan islam manapun dalam
menyiarkan dan mengamalkan agama islam serta membela kepentingannya

5. Khitah Perjuangan dalam Kehidupan Bernegara dan Bernegara


(Khittah Denpasar) (Prof.Dr. A.Syafi’I Ma’arif)

Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan da’wah amar


ma’ruf nahi munkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung
tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya. Muhammadiyah berpandangan bahwa Agama Islam menyangkut
seluruh aspek kehidupan meliputi aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu’amalat
dunyawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan
dalam kehidupan perseorangan maupun kolektif. Dengan mengemban misi
gerakan tersebut Muhammadiyah dapat mewujudkan atau mengaktualisasikan
Agama Islam menjadi rahmatan lil-‘alamin dalam kehidupan di muka bumi ini.

Muhammadiyah berpandangan bahwa berkiprah dalam kehidupan bangsa dan


negara merupakan salah satu perwujudan dari misi dan fungsi melaksanakan
da’wah amar ma’ruf nahi munkar sebagaimana telah menjadi panggilan
sejarahnya sejak zaman pergerakan hingga masa awal dan setelah kemerdekaan
Indonesia. Peran dalam kehidupan bangsa dan negara tersebut diwujudkan
dalam langkah-langkah strategis dan taktis sesuai kepribadian, keyakinan dan
cita-cita hidup, serta khittah perjuangannya sebagai acuan gerakan sebagai
wujud komitmen dan tanggungjawab dalam mewujudkan “Baldatun
Thoyyibatun Wa Rabbun Ghafur”.

Bahwa peran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat dilakukan


melalui dua strategi dan lapangan perjuangan. Pertama, melalui kegiatan-
kegiatan politik yang berorientasi pada perjuangan kekuasaan/kenegaraan (real
politics, politik praktis) sebagaimana dilakukan oleh partai-partai politik atau
kekuatan-kekuatan politik formal di tingkat kelembagaan negara. Kedua,
melalui kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang bersifat pembinaan atau
pemberdayaan masyarakat maupun kegiatan-kegiatan politik tidak langsung
(high politics) yang bersifat mempengaruhi kebijakan negara dengan
perjuangan moral (moral force) untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik
di tingkat masyarakat dan negara sebagaimana dilakukan oleh kelompok-
kelompok kepentingan (interest groups).

Muhammadiyah secara khusus mengambil peran dalam lapangan


kemasyarakatan dengan pandangan bahwa aspek kemasyarakatan yang
mengarah kepada pemberdayaan masyarakat tidak kalah penting dan strategis
daripada aspek perjuangan politik kekuasaan. Perjuangan di lapangan
kemasyarakatan diarahkan untuk terbentuknya masyarakat utama atau
masyarakat madani (civil society) sebagai pilar utama terbentuknya negara
yang berkedaulatan rakyat. Peran kemasyarakatan tersebut dilakukan oleh
organisasi-organisasi kemasyarakatan seperti halnya Muhammadiyah.
Sedangkan perjuangan untuk meraih kekuasaaan (power struggle) ditujukan
untuk membentuk pemerintahan dalam mewujudkan tujuan negara, yang
peranannya secara formal dan langsung dilakukan oleh partai politik dan
institusi-institusi politik negara melalui sistem politik yang berlaku. Kedua
peranan tersebut dapat dijalankan secara objektif dan saling terkait melalui
bekerjanya sistem politik yang sehat oleh seluruh kekuatan nasional menuju
terwujudnya tujuan negara.

Muhammadiyah sebagai organisasi sosial-keagamaan (organisasi


kemasyarakatan) yang mengemban misi da’wah amar ma’ruf nahi munkar
senantiasa bersikap aktif dan konstruktif dalam usaha-usaha pembangunan dan
reformasi nasional sesuai dengan khittah (garis) perjuangannya serta tidak akan
tinggal diam dalam menghadapi kondisi-kondisi kritis yang dialami oleh
bangsa dan negara. Karena itu, Muhammadiyah senantiasa terpanggil untuk
berkiprah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan berdasarkan pada
khittah perjuangan sebagai berikut:

1. Muhammadiyah meyakini bahwa politik dalam kehidupan bangsa dan


negara merupakan salah satu aspek dari ajaran Islam dalam urusan
keduniawian (al-umur ad-dunyawiyat) yang harus selalu dimotivasi, dijiwai,
dan dibingkai oleh nilai-nilai luhur agama dan moral yang utama. Karena itu
diperlukan sikap dan moral yang positif dari seluruh warga Muhammadiyah
dalam menjalani kehidupan politik untuk tegaknya kehidupan berbangsa dan
bernegara.
2. Muhammadiyah meyakini bahwa negara dan usaha-usaha membangun
kehidupan berbangsa dan bernegara, baik melalui perjuangan politik maupun
melalui pengembangan masyarakat, pada dasarnya merupakan wahana yang
mutlak diperlukan untuk membangun kehidupan di mana nilai-nilai Ilahiah
melandasi dan tumbuh subur bersamaan dengan tegaknya nilai-nilai
kemanusiaan, keadilan, perdamaian, ketertiban, kebersamaan, dan keadaban
untuk terwujudnya “Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur”.
3. Muhammadiyah memilih perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara melalui usaha-usaha pembinaan atau pemberdayaan masyarakat
guna terwujudnya masyarakat madani (civil society) yang kuat sebagaimana
tujuan Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya. Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan
kenegaraan sebagai proses dan hasil dari fungsi politik pemerintahan akan
ditempuh melalui pendekatan-pendekatan secara tepat dan bijaksana sesuai
prinsip-prinsip perjuangan kelompok kepentingan yang efektif dalam
kehidupan negara yang demokratis.
4. Muhammadiyah mendorong secara kritis atas perjuangan politik yang
bersifat praktis atau berorientasi pada kekuasaan (real politics) untuk
dijalankan oleh partai-partai politik dan lembaga-lembaga formal kenegaraan
dengan sebaik-baiknya menuju terciptanya sistem politik yang demokratis dan
berkeadaban sesuai dengan cita-cita luhur bangsa dan negara. Dalam hal ini
perjuangan politik yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan politik hendaknya
benar-benar mengedepankan kepentingan rakyat dan tegaknya nilai-nilai utama
sebagaimana yang menjadi semangat dasar dan tujuan didirikannya negara
Republik Indonesia yang diproklamasikan tahun 1945.
5. Muhammadiyah senantiasa memainkan peranan politiknya sebagai wujud
dari dakwah amar ma’ruf nahi munkar dengan jalan mempengaruhi proses dan
kebijakan negara agar tetap berjalan sesuai dengan konstitusi dan cita-cita
luhur bangsa. Muhammadiyah secara aktif menjadi kekuatan perekat bangsa
dan berfungsi sebagai wahana pendidikan politik yang sehat menuju kehidupan
nasional yang damai dan berkeadaban.
6. Muhammadiyah tidak berafiliasi dan tidak mempunyai hubungan
organisatoris dengan kekuatan-kekuatan politik atau organisasi manapun.
Muhammadiyah senantiasa mengembangkan sikap positif dalam memandang
perjuangan politik dan menjalankan fungsi kritik sesuai dengan prinsip amar
ma’ruf nahi munkar demi tegaknya sistem politik kenegaraan yang demokratis
dan berkeadaban.
7. Muhammadiyah memberikan kebebasan kepada setiap anggota
Persyarikatan untuk menggunakan hak pilihnya dalam kehidupan politik sesuai
hati nurani masing-masing. Penggunaan hak pilih tersebut harus merupakan
tanggungjawab sebagai warga negara yang dilaksanakan secara rasional dan
kritis, sejalan dengan misi dan kepentingan Muhammadiyah, demi
kemaslahatan bangsa dan negara.
8. Muhammadiyah meminta kepada segenap anggotanya yang aktif dalam
politik untuk benar-benar melaksanakan tugas dan kegiatan politik secara
sungguh-sungguh dengan mengedepankan tanggung jawab (amanah), akhlak
mulia (akhlaq al-karimah), keteladanan (uswah hasanah), dan perdamaian
(ishlah). Aktifitas politik tersebut harus sejalan dengan upaya memperjuangkan
misi Persyarikatan dalam melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi munkar.
9. Muhammadiyah senantiasa bekerjasama dengan pihak atau golongan mana
pun berdasarkan prinsip kebajikan dan kemaslahatan, menjauhi kemudharatan,
dan bertujuan untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara ke arah
yang lebih baik, maju, demokratis dan berkeadaban.

Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah


1. Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah Amar Ma'ruf Nahi
Munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Qur'an dan Sunnah, bercita-
cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang
diridhai Allah SWT, untuk malaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai
hamba dan khalifah Allah di muka bumi.

2. Muhammdiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang


diwahyukan kepada Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa
dan seterusnya sampai kepada Nabi penutup Muhammad SAW, sebagai
hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa, dan
menjamin kesejahteraan hidup materil dan spritual, duniawi dan ukhrawi.
3. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan:
a. Al-Qur'an: Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW;
b. Sunnah Rasul: Penjelasan dan palaksanaan ajaran-ajaran Al-Qur'an yang
diberikan oleh Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan akal fikiran
sesuai dengan jiwa ajaran Islam.
4. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang
meliputi bidang-bidang:
a. 'Aqidah
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang murni, bersih dari
gejala-gejala kemusyrikan, bid'ah dan khufarat, tanpa mengabaikan prinsip
toleransi menurut ajaran Islam.
b. Akhlak
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan
berpedoman kepada ajaran-ajaran Al-Qur'an dan Sunnah rasul, tidak bersendi
kepada nilai-nilai ciptaan manusia
c. Ibadah
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh
Rasulullah SAW, tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.
d. Muamalah Duniawiyah
Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya mu'amalat duniawiyah
(pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran
Agama serta menjadi semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepada
Allah SWT.
5. Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah
mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber
kekayaan, kemerdekaan bangsa dan Negara Republik Indonesia yang berdasar
pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, untuk berusaha bersama-
sama menjadikan suatu negara yang adil dan makmur dan diridhoi Allah SWT:
"BALDATUN THAYYIBATUB WA ROBBUN GHOFUR"
(Keputusan Tanwir Tahun 1969 di Ponorogo)
Catatan:
Rumusan Matan tersebut telah mendapat perubahan dan perbaikan oleh
Pimpinan Pusat Muhammadiyah:
1. Atas kuasa Tanwir tahun 1970 di Yogyakarta;
2. Disesuaikan dengan Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke 41 di
Surakarta.

KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH*
(Pengertian, latar belakang, fungsi, hakikat dan matan/isi)
Oleh: Zaenal Arifin, S.Pd.I**
PENGERTIAN
Kepribadian Muhammadiyaha ialah sebuah rumusan yang menguraikan
tentang jati diri apa dan siapa Muhammadiyah.
LATAR BELAKANG
Dirumuskannya Kepribadian Muhammadiyah dilatar belakangi oleh kebutuhan
persyarikatan akan adanya rumusan yang dapat dijadikan pedoman bagi
persyarikatan Muhammadiyah. Pada saat itu KH. Faqih Usman memberikan
rangsangan gagasan kepada Muhammadiyah akan pentingnya jatidiri
Muhammadiyah melalui ceramah, disampaikan pada saat pelatihan/ kursus
yang diselenggarakan PP Muhammadiyah pada tahun 1381 H bertepatan
dengan 1961 M yang diikuti oleh wakil dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah
se-Indonesia. Adapun ceremah tersebut berjudul tentang “apakah
Muhammadiyah itu?”.
Menilik judul ceramah yang disampaikan oleh KH. Faqih Usman tersebut
tentang apakah Muhammadiyah itu?, bermaksud untuk memberikan
pemahaman mendalam tentang Muhammadiyah kepada kader Muhammadiyah.
Mengetahui dan memahami Muhammadiyah bukan hanya sebatas kulitnya
saja, tetapi Mengetahui dan memahami Muhammadiyah harus sampai ke akar-
akarnya. Dalam susunan kalimat tanya kata “apakah” merupakan pertanyaan
dasar/awal dalam menggali sebuah informasi.
Gagasan KH. Faqih Usman tersebut direspon oleh PP Muhammadiyah yang
pada saat itu dipimpin oleh KH. M. Yunus Anies, dengan membentuk tim
perumus dan penyempurna. Adapun personil tim perumus dan penyempurna
Kepribadian Muhammadiyah sebagai berikut:
Faqih Usman
Farid Ma’ruf
Djarnawi Hadikusumo
Djindar Tamimy
Dr. KH. Hamka
Mohammad Wardan Diponingrat
KH. M. Saleh Ibrahim
Setelah menyelesaikan rumusannya, tim tersebut menyerahkan hasilnya kepada
PP Muhammadiyah dan dibahas pada sidang tanwir muhammadiyah pada
tanggal 25-28 Agustus 1962, para peserta sidang tanwir menerima rumusan
tersebut untuk disahkan pada Muktamar. Akhirnya pada Muktamar ke 35 di
jakarta rumusan kepribadian Muhammadiyah resmi di sahkan pada tanggal 29
April 1963 dan dapat dijadikan sebagai pedoman dan pegangan bagi seluruh
warga persyarikatan. Pada Muktamar ke 35 juga terpilih ketua PP
Muhammadiyah bart menggantikan HM Yunus Anies yaitu KH. Ahmad
Badawi periode 1963 – 1968.
FUNGSI
Fungsi kepribadian Muhammadiyah berfungsi sebagai landasan, pedoman dan
pegangan setiap gerak Muhammadiyah menuju cita-cita terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
HAKIKAT
Hakikat kepribadian Muhammadiyah ialah wajah dan wijhah-nya persyarikatan
Muhammadiyah. Wajah tersebut mencerminkan tiga predikat yang kuat
sebagai jatidirinya secara utuh. Tiga predikat yang dimaksud adalah:
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam
Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah
Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid
MATAN / ISI KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH
Apakah Muhammadiyah itu?
Muhammadiyah adalah persyarikatan yang merupakan Gerakan Islam. Maksud
gerakanya ialah Dakwah Islam dan Amar Ma’ruf nahi Munkar yang ditujukan
kepada dua bidang: perseorangan dan masyarakat . Dakwah dan Amar Ma’ruf
nahi Munkar pada bidang pertama terbagi kepada dua golongan: Kepada yang
telah Islam bersifat pembaharuan (tajdid), yaitu mengembalikan kepada ajaran
Islam yang asli dan murni; dan yang kedua kepada yang belum Islam, bersifat
seruan dan ajakan untuk memeluk agama Islam.
Adapun da’wah Islam dan Amar Ma’ruf nahi Munkar bidang kedua, ialah
kepada masyarakat, bersifat kebaikan dan bimbingan serta peringatan.
Kesemuanya itu dilaksanakan dengan dasar taqwa dan mengharap keridlaan
Allah semata-mata.
Dengan melaksanakan dakwah Islam dan amar ma’ruf nahi munkar dengan
caranya masing-masing yang sesuai, Muhammadiyah menggerakkan
masyarakat menuju tujuannya, ialah “Terwujudnya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya”.
Dasar dan amal usaha muhammadiyah
Dalam perjuangan melaksanakan usahanya menuju tujuan terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, dimana kesejahteraan, kebaikan dan
kebahagiaan luas-merata, Muhammadiyah mendasarkan segala gerak dan amal
usahanya atas prinsip-prinsip yang tersimpul dalam Muqaddimah Anggaran
Dasar, yaitu:
Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah, dan taat kepada Allah.
Hidup manusia bermasyarakat.
Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam dengan berkeyakinan bahwa ajaran
Islam itu satu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk
kebahagiaan dunia akhirat.
Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat adalah
kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan ikhsan kepada kemanusiaan.
Ittiba’ kepada langkah dan perjuangan Nabi Muhammad SAW.
Melancarkan amal usaha dan perjuangannya dengan ketertiban organisasi.
Pedoman amal usaha dan perjuangan muhammadiyah
Menilik dasar prinsip tersebut di atas, maka apapun yang diusahakan dan
bagaimanapun cara perjuangan Muhammadiyah untuk mencapai tujuan
tunggalnya, harus berpedoman: “Berpegang teguh akan ajaran Allah dan
Rasul-Nya, bergerak membangun di segenap bidang dan lapangan dengan
menggunakan cara serta menempuh jalan yang diridlai Allah”.
sifat Muhammadiyah
Menilik: (a) Apakah Muhammadiyah itu, (b) Dasar amal usaha
Muhammadiyah dan (c) Pedoman amal usaha dan perjuangan Muhammadiyah,
maka Muhammadiyah memiliki dan wajib memelihara sifat-sifatnya, terutama
yang terjalin di bawah ini:
Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan.
Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah.
Lapang dada, luas pandangan, dengan memegang teguh ajaran Islam.
Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan.
Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan, serta dasar dan
falsafah negara yang sah.
Amar ma’ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh
teladan yang baik.
Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan
pembangunan, sesuai dengan ajaran Islam.
Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan
dan mengamalkan agama Islam serta membela kepentingannya.
Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam
memelihara dan membangun Negara untuk mencapai masyarakat adil dan
makmur yang diridlai Allah SWT.
Bersifat adil serta kolektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana.
Ringkasan Kepribadian Muhammadiyah
Muhammadiyah itu gerakan islam, gerakan Islam yang dimaksud
Muhammadiyah ialah dakwah islam, amar ma’ruf nahi munkar. Dakwah Islam
Muhammadiyah ditujukan kepada dua bidang:
Bidang pertama perorangan,
Bidang kedua
Bidang pertama dibagi menjadi dua golongan:
orang yang sudah Islam dakwahnya bersifat pembaharuan (tajdid)
orang yang belum Islam dakwahnya bersifat seruan dan ajakan untuk
memeluk islam
Bidang kedua, kelompok/masyarakat, bersifat kebaikan dan bimbingan serta
peringatan.

Anda mungkin juga menyukai