CM
MY
CY
CMY
Suharnoko
Kartini Muljadi
PENJELASAN HUKUM
TENTANG EKSEKUSI
GADAI SAHAM
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun (seperti cetak, fotokopi,
mikrofilm, VCD, CD-ROM, dan rekaman suara) tanpa izin tertulis dari Penerbit.
iv Perspektif
Daftar Isi Internasional
Hormat kami,
Sebastiaan Pompe
Program Manager
vi Perspektif
Kata Pengantar
Internasional
2 Perspektif Internasional
Ringkasan Eksekutif
EKSEKUSI
GADAI SAHAM
4 Perspektif Penjelas
Dokumen Internasional
3. Gadai
Pada Pasal 1150 KUH Perdata ditentukan apa yang dimaksud dengan gadai,
yaitu sebagai berikut.
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu
barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang yang berutang
atau oleh seorang lain yang bertindak atas nama orang yang berutang, dan
yang memberikan kewenangan kepada yang berpiutang untuk mengambil
pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada pihak yang
berpiutang lainnya; kecuali, biaya untuk melelang barang tersebut dan
biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang tersebut
setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan.
a. Ciri-Ciri Gadai
Ciri-ciri gadai adalah sebagai berikut.
1) Berdasarkan Pasal 1150 KUH Perdata, gadai adalah accessoir pada
perjanjian utang-piutang yang dijaminnya; berakhirnya perjanjian
b. Gadai Saham
Pasal 1153 KUH Perdata menentukan bahwa “Hak gadai atas benda-benda
bergerak yang tak bertubuh, kecuali surat-surat tunjuk atau surat-surat
bawa, diletakkan dengan pemberitahuan perihal penggadaiannya kepada
6 Perspektif Penjelas
Dokumen Internasional
8 Perspektif Penjelas
Dokumen Internasional
1. “Parate Executie”
Ketentuan yang berkaitan dengan “parate executie” adalah kalimat pertama
Pasal 1155 KUH Perdata yang berbunyi sebagai berikut.
“Jika oleh para pihak tidak diperjanjikan lain, maka pihak yang berpiutang
berhak, jika pihak yang berutang atau pemberi gadai cidera janji, setelah
tenggang waktu yang ditentukan lampau, atau jika tidak ditentukan suatu
tenggang waktu, setelah diberikan peringatan untuk membayar, menyuruh
menjual barang yang digadaikan di muka umum menurut kebiasaan
setempat serta dengan syarat-syarat yang lazim berlaku, dengan maksud
untuk mengambil pelunasan jumlah piutangnya, beserta bunga dan biaya
dari hasil penjualan tersebut.”
Kalimat pertama Pasal 1155 KUH Perdata mengandung kata-kata “jika
oleh para pihak tidak diperjanjikan lain”. Kata-kata ini sering disalahtafsirkan,
yaitu ditafsirkan bahwa jika debitor/pemberi gadai cidera janji, para
pihak dalam perjanjian gadai dapat menentukan bahwa kreditor berhak
menyuruh agar benda dijual di bawah tangan (“private sale”).
Tafsiran ini tidak benar karena menurut hemat penulis, maksud
kalimat pertama Pasal 1155 KUH Perdata adalah sebagai berikut.
10 Perspektif Penjelas
Dokumen Internasional
12 Perspektif Penjelas
Dokumen Internasional
14 Perspektif Penjelas
Dokumen Internasional
Dalam Pasal 1153 KUH Perdata, yang dimaksud dengan “orang terhadap siapa
hak yang digadaikan itu harus dilaksanakan” adalah Perseroan yang mengeluarkan
saham yang digadaikan.
Jadi berdasarkan Pasal 1153 KUH Perdata, jika debitor belum melunasi utangnya
kepada kreditor, tetapi gadai saham yang diberikan oleh pemberi gadai sudah
berakhir, maka jika debitor/pemberi gadai beritikad baik, debitor tersebut harus
memperpanjang berlakunya perjanjian gadai, dan perpanjangan berlakunya gadai
tersebut juga harus diberitahukan secara tertulis oleh debitor/pemberi gadai dan/
atau kreditor/pemegang gadai kepada Perseroan yang mengeluarkan saham yang
digadaikan tersebut.
Dalam hal ini, dapat saja terjadi bahwa Perseroan minta bukti tertulis tentang
perpanjangan perjanjian gadai ini, dan jika debitor mau bekerja sama dengan
cara menegaskan secara tertulis bahwa benar utangnya belum lunas, maka gadai
diperpanjang. Jika pemberi gadai tidak beritikad baik dan tidak setuju memberi
konfirmasi bahwa gadai saham itu diperpanjang berlakunya, maka pihak kreditor
menghadapi persoalan yang pelik.
Kalau Perseroan menerima pemberitahuan perpanjangan gadai saham
dari kreditor/pemegang gadai, dan kemudian debitor membantah/menolak
perpanjangan gadai saham itu, menurut hemat penulis, Perseroan kemungkinan
besar tidak dapat/tidak mau mencatatkan perpanjangan gadai saham. Dalam hal
ini, kreditor dapat kehilangan jaminan berupa gadai saham.
Jadi pada pokoknya, dalam pembuatan perjanjian gadai saham harus dihindari
kemungkinan berakhirnya gadai saham sebelum utang debitor dibayar lunas.
Perpanjangan perjanjian gadai saham tidak boleh bertentangan dengan
ketentuan Anggaran Dasar Perseroan yang mengeluarkan saham yang digadaikan
itu, dan selanjutnya harus dicatat dalam DPS Perseroan dan/atau Daftar Khusus
Perseroan yang bersangkutan (Pasal 60 UPT 2007).
Seandainya terdapat persyaratan seperti dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1), dalam
Anggaran Dasar Perseroan yang sahamnya digadaikan, dan kreditor serta pemberi
gadai ingin membuat perjanjian gadai, maka dalam perjanjian gadai saham, kreditor
harus mensyaratkan supaya para pemegang saham lainnya secara tertulis dengan
tegas melepaskan hak untuk membeli saham yang akan digadaikan itu dan mereka
setuju jika debitor/pemberi gadai cidera janji, pemegang gadai dapat melakukan
penjualan saham yang digadaikan tanpa perlu menawarkan terlebih dahulu kepada
pemegang saham lainnya.
Pada praktiknya, dalam perjanjian gadai, kreditor juga mensyaratkan adanya
persetujuan tertulis semua anggota organ Perseroan yang persetujuannya
disyaratkan oleh Anggaran Dasar Perseroan, untuk memberi persetujuan kepada
pemegang gadai untuk menjual saham yang digadaikan dan selama utang debitor
belum terbayar lunas, keanggotaan organ yang bersangkutan tidak dapat diubah
tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu kreditor/pemegang gadai.
16 Perspektif Penjelas
Dokumen Internasional
4. Isu hukum: “Ketika utang belum lunas dan jangka waktu gadai sahamnya
terbatas, apakah kreditor dalam memperpanjang gadai saham harus mendapat
persetujuan pemberi gadai atau cukup dengan pemberitahuan saja?”
- Putusan PK No. 115PK/PDT/2007 jo. No. 517/PDT.G/2003 /PN.JKT.PST.
Di halaman 3 Bagan Putusan dan Penetapan Pengadilan ditulis: “Cukup
dengan pemberitahuan, merujuk pada Pasal 49 ayat (1) Undang-undang No.
1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Ayat (1), bahwa pemindahan hak
atas saham atas nama dilakukan dengan akta pemindahan hak. Ayat (2), akta
pemindahan hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau salinannya
disampaikan secara tertulis kepada perseroan sehingga perpanjangan gadai
saham cukup dengan pemberitahuan saja tidak memerlukan persetujuan.”
A. General Remarks
Pledge (“pand”) is a “dismembered”—also translated as “limited”—security right
provided for in Title 3.9 of the Burgerlijk Wetboek (BW; Dutch Civil Code). The concept
of dismembered or limited right (“beperkt recht”) is described in art. 3:8 BW as one
which is derived from a more comprehensive right encumbered with the dismem-
bered right. The principal right is also called the parental right and the person enti-
tled to the parental right is called the principal entitled person (“rechthebbende”). A
parental right may be both a full right and a dismembered right. Thus, dismembered
rights may exist in “the second degree”. An example is a pledge on a right of usufruct
(“vruchtgebruik”) which in turn is vested on the ownership of a motor car.
Only independent and transferable rights may be parental rights (art. 3:81
para. 1 BW). If the dismembered right is extinguished, the principal right ipso
iure regains its former status.
The qualification of this right as “dismembered” or “limited” (“beperkt”) is quite
misleading, for dismembered rights have a high legal status by their nature. As dis-
membered rights are proprietary rights by definition, they are also absolute rights.
They are effective vis-à-vis everybody. This implies exclusivity first of all: every third
party must refrain from behaviour that disturbs the title-holder to a property in his
use, management or disposal. This exclusivity is done the most justice in the full
rights—ownership (“eigendom”) and other belonging (“toebehoren”). Indeed, seve
ral dismembered rights may apply to property. If two dismembered rights are cre-
ated on property, the exclusivity of the oldest right prevails, pursuant to the priority
20 Perspektif Internasional
22 Perspektif Internasional
2 HR 1 April 1927, NJ 1927, 601 and Asser/Van Mierlo, Goederenrecht III, Kluwer: Deventer 2003, No.
50.
24 Perspektif Internasional
The pledgee must also comply with the restrictions set in the articles of the
company for the disposal and transfer of shares. Admittedly, the right to pledge a
bearer share in a public limited company may not be restricted or excluded by the
articles of association (art. 2:89 para. 1, first sentence BW). Registered shares in a
public limited company may be pledged, unless otherwise provided by the articles
of association (art. 2:89 para. 1, second sentence BW). The provisions of the articles of
association in respect of the disposal and transfer of shares apply to the disposal and
transfer of shares by the pledgee or the transmission of shares to the pledgee, pro-
vided that the pledgee shall exercise all the rights conferred upon the shareholder
in respect of disposal and transfer and shall perform the obligations of the latter in
respect thereof (art. 2:89 para. 5 BW). For the limited liability company, art. 2:195
BW provides a share transfer restriction that extends much further. According to this
article, insofar as the articles of association do not restrict or exclude such right, a
shareholder may transfer one or more of his shares to some of his near relatives, a
Then, a brief reference must be made to art. 3:259 BW, which provides for a spe-
cial (statutory) right of pledge for holders of depositary receipts for shares to the
shares for which the depositary receipts have been issued. The third paragraph of
this provision states special rules for the enforcement of such a right of pledge.
Finally it may be noted that in conformity with the Collateral directive art. 7:54
BW provides a special ruling for the enforcement of pledged shares and similar prop-
erty subject to this directive besides the appropriation as discussed under 1. They
may be sold in a market through a professional intermediary or on the stock ex-
3 According to the judge for special provisions of the District Court of Amsterdam, 2 February 2006,
JOR (Jurisprudentie Ondernemingsrecht) 2006, 93. See also Ondernemingskamer Hof Amsterdam 10
March 2003, JOR 2003, 108, HJE Veerbeek, and, for example, Tijdschrift O&F (Onderneming & Fi-
nanciering) 2003 p. 24, W. ten Hove V&O (Vennootschap & Onderneming) 2007, pp. 222-223.
4 See further f.i. Georg van Daal, Executoriaal en conservatoir verhaalsbeslag op aandelen in kapitaal-
vennootschappen en op certificaten daarvan, thesis Rotterdam, Kluwer: Deventer 2008, nos. 105-122
and 226.
26 Perspektif Internasional
H. H. Snijders
Khusus untuk melakukan penjualan secara privat/tertutup, surat kuasa mut-
lak ini tidaklah cukup untuk dapat melakukan penjualan secara tertutup. Se-
bagaimana yang diatur dalam Pasal 1156, untuk dapat melakukan penjualan
secara tertutup, pemegang gadai harus mengajukan permohonan kepada
hakim, meminta hakim untuk mengizinkannya menjual barang gadai secara
tertutup/privat. Surat kuasa mutlak atau irrevocable power of attorney yang isi
nya debitur memberi kuasa yang tidak dapat ditarik kembali, kepada kreditur
untuk menjual saham-saham yang digadaikan dengan cara dan harga yang
ditentukan oleh kreditur, pada dasarnya tidak dengan sendirinya merupakan
tindakan kepemilikan oleh kreditur Pemegang Gadai sebagaimana yang di
larang oleh Pasal 1154 KUH Perdata. Akan tetapi, sebaiknya surat kuasa demi-
kian seharusnya tidak dibuat sebelum debitur wanprestasi seperti yang selama
28
Ignatius Andy10
KUH Perdata tidak mengatur eksekusi gadai secara terperinci. Namun, ber-
dasarkan KUH Perdata, bila dianalogikan dengan Hak Tanggungan, gadai
saham merupakan hak dari kreditur preference sehingga untuk eksekusi
gadai saham, dapat dilakukan melalui upaya hukum yang istimewa juga
dan tidak harus melalui mekanisme gugatan. Penjualan saham secara pri-
vat adalah hal yang wajar, apalagi dalam kontrak gadai saham yang leng
kap, selalu dicantumkan klausula itu. Lelang hanya ditujukan sebagai
perlindungan terhadap debitur untuk mencapai harga tertinggi dari penju-
alan sahamnya. Jadi, sepanjang sudah mendapatkan harga yang tinggi dan
wajar, penjualan saham secara privat tidak akan menjadi persoalan, apalagi
kalau secara kontraktual sudah disepakati. Hampir selalu dikatakan private
sale itu diperbolehkan. Namun, untuk mencoba mendapatkan rasa aman,
kreditur selaku pemegang hak gadai meminta legalisasi, dari penjualan sa-
hamnya dengan cara meminta penetapan.
Harifin A. Tumpa11
Seandainya ada perselisihan antara kreditur dan debitur, eksekusi saham
yang dijaminkan harus menunggu putusan pengadilan yang menyatakan
debitur wanprestasi terlebih dahulu. Oleh karena itu, seandainya ada seng-
keta, kreditur tidak bisa melakukan eksekusi saham dengan berpegang
pada penetapan pengadilan. Setelah dinyatakan wanprestasi, pengadilan
akan menghukum debitur. Pembayarannya itu tidak harus dengan saham
karena dapat juga dilakukan dengan yang lain. Namun demikian, dalam hal
debitur hanya memiliki saham, saham-saham itulah yang harus dijual. Jika
30 Perspektif
Laporan Penelitian
Internasional
J. Satrio12
Kelebihan lain yang diberikan UU kepada kreditur pemegang gadai adalah
diberikannya hak parate eksekusi (Pasal 1155 KUH Perdata). Hak ini diberi-
kan demi UU, tetapi bersyarat: (1) hak itu tidak telah disingkirkan oleh para
pihak; (2) hak tersebut baru ada pada kreditur kalau debitur wanprestasi
yang disyaratkan dalam Pasal 1155 KUH Perdata. Syarat pertama menunjuk-
kan bahwa ketentuan tersebut bersifat menambah (aanvullend), dan kare-
nanya dapat disepakati oleh para pihak untuk disingkirkan. Jadi, hak parate
eksekusi ini ada kalau tidak telah disingkirkan. Hak parate eksekusi ini dapat
dilaksanakan tanpa campur tangan pengadilan, artinya eksekusi selalu pa-
raat di tangan kreditur.
Sri Moelyati14
Kewenangan pemegang gadai saham selaku kreditur preferen untuk
mengeksekusi hak-hak dan kekuasaannya apabila pemberi gadai pailit:
14 Dalam tesisnya yang berjudul ”Aspek Hukum Gadai Saham Terkait dengan Kepailitan Pihak Pemberi
Gadai”.
32 Perspektif
Laporan Penelitian
Internasional
Melisa Juan15
Untuk melaksanakan hak parate eksekusi melakukan penjualan jaminan
gadai secara tertutup, pemegang gadai tidak perlu mengajukan peneta-
pan kepada PN. Bagi kreditur pemegang jaminan gadai apabila debitur
melakukan wanprestasi, sedangkan dalam perjanjian telah diatur bah
wa eksekusi jaminan gadai boleh dilakukan tanpa melalui pelelangan
umum, pemegang jaminan tidak perlu mengajukan permohonan pe-
netapan kepada PN, cukup dengan parate eksekusi. Apabila debitur
tetap tidak kooperatif, sebagai pemegang gadai oleh Pasal 1156 KUH
Perdata diberi hak untuk mengajukan gugatan perdata di pengadilan
agar barang gadai dapat dijual menurut cara yang ditentukan oleh ha-
kim atau mengajukan gugatan agar barang gadai tetap pada kreditur.
15 Dalam tesisnya yang berjudul ”Penjualan Jaminan Gadai Saham Berdasarkan Penetapan Pengadilan
Negeri: Analisis Kasus Gadai Saham PT Abu di DBA”.
16 Dalam tesisnya yang berjudul ”Pelaksanaan Eksekusi Gadai Saham yang Dilakukan Secara Privat
(Private Selling) Menurut Hukum Jaminan (Analisis Yusidis Eksekusi Gadai Saham PT Swabara
Mining Energy dan PT Asminco Bara Utama oleh Deutsche Bank).
17 Dalam makalahnya yang berjudul “Eksekusi Barang Jaminan Sebagai Salah Satu Cara Pengembalian
Hutang Debitur”.
18 Dalam tesisnya yang berjudul ”Tinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan Eksekusi Gadai Saham Melalui
Penjualan Secara Tertutup (Studi Kasus Eksekusi Gadai Saham PT Ongko Multicorpora).
34 Perspektif
Laporan Penelitian
Internasional
Mariana Sutadi19
Menurut Pasal 1155 dan 1156 KUH Perdata, barang gadai harus di-
jual melalui lelang. Selanjutnya berdasarkan Pasal 1156, pemegang
gadai harus mengajukan gugatan dan menggugat debitur untuk
memperoleh putusan sebelum mengeksekusi gadai saham terse-
but.
19 Makalah Beberapa Penyelesaian Permasalahan oleh Pengadilan Menurut UU No. 40 Th. 2007.
20 Dalam kasus Beckket PTE LTD.
Dedy Adisaputra21
Adalah sah untuk menjual gadai saham secara privat, namun harus
dilakukan dengan melibatkan debitur setelah terjadi wanprestasi.
Pendapat LKHP
Wirjono Prodjodikoro22
Menurut Pasal 1156 B.W. pemegang gadai dapat menempuh jalan lain,
yaitu meminta kepada Hakim, supaya Hakim menetapkan cara bagai-
mana penjualan itu harus dilakukan, atau supaya barangnya ditetapkan
oleh Hakim menjadi milik si pemegang gadai selaku pembayaran hu-
tang, seluruh atau sebagiannya.
36 Perspektif
Laporan Penelitian
Internasional
J. Satrio24
Sebagai tambahan dari hak untuk menjual, pemegang gadai dalam hal
debitur wanprestasi, dapat meminta penetapan hakim untuk menetap-
kan cara penjualan benda gadai.
J. Satrio25
Pasal 1156 ayat (1) BW memberikan sarana agar kreditur bisa:
Mariana Sutadi28
Berdasarkan Pasal 1156, pemegang gadai harus mengajukan gugatan
dan menggugat debitur untuk memperoleh putusan sebelum mengek-
sekusi gadai saham tersebut.
M. Yahya Harahap29
Eksekusi dari suatu kebendaan harus dilakukan di bawah pengawasan
Ketua Pengadilan Negeri. Oleh karena itu, dalam melaksanakan tugas
tersebut, Ketua Pengadilan Negeri mempunyai kewenangan diskresi
berdasarkan Penetapan atau Putusan.
Melissa Juan30
Apabila debitur tetap tidak kooperatif maka sebagai pemegang gadai
oleh Pasal 1156 KUH Perdata diberi hak untuk mengajukan gugatan per-
data di pengadilan agar barang gadai dapat dijual menurut cara yang di-
tentukan oleh hakim atau mengajukan gugatan agar barang gadai tetap
pada kreditur. Oleh karena itu, ia menyimpulkan bahwa Penetapan PN
Jak Sel dalam kasus Gadai Saham PT Abu di DBA bertentangan dengan
Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan yang
melarang bila dalam penetapan tersebut menetapkan beberapa orang
sebagai pemilik atau mempunyai hak atas suatu barang.
H. H. Snijders31
Persyaratan untuk dapat mengeksekusi gadai saham berdasarkan Bur-
gerlijk Wetboek Belanda yang baru adalah sebagai berikut.
28 Makalah “Beberapa Penyelesaian Permasalahan oleh Pengadilan Menurut UU No. 40 Th. 2007”, hlm.
13.
29 Buku Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, hlm. 233.
30 Tesis: ”Penjualan Jaminan Gadai Saham Berdasarkan Penetapan Pengadilan Negeri: Analisis Kasus
Gadai Saham PT Abu di DBA”, hlm. 70-71.
31 Makalah ”Pledge in General and Pledge of Shares in Particular including the Enforcement under
Netherlands Law“ pada Seminar Eksekusi Saham, Jakarta, 31 Maret 2010, .hlm. 5.
38 Perspektif
Laporan Penelitian
Internasional
Pendapat LKHP
LKHP mempunyai pendapat yang sama dengan pendapat dari Fred B.G.
Tumbuan, Wirjono Prodjodikoro, R. Subekti, J. Satrio dan Kartini Mulyadi
bahwa untuk dapat melakukan eksekusi gadai saham dengan melaku-
kan penjualan secara tertutup/privat maka prosedur yang harus ditem-
puh oleh kreditur penerima gadai saham adalah dengan mengajukan
Permohonan untuk mendapatkan Penetapan Pengadilan.
32 Makalah ”Pledge in General and Pledge of Shares in Particular including the Enforcement under
Netherlands Law“ pada Seminar Eksekusi Saham, Jakarta, 31 Maret 2010, hlm. 5-7.
40 Perspektif
Laporan Penelitian
Internasional
Pasal 249
1. Dalam hal debitur wanprestasi dalam membayar hutang yang
mana gadai menjadi jaminan pembayarannya, Pemegang Gadai
mempunyai hak untuk menjual benda gadai dan untuk melakukan
tindakan untuk mendapatkan pengembalian atas apa yang dimi-
likinya.
2. Para Pihak dapat menentukan bahwa tiada penjualan akan dilaku-
kan sampai dengan hakim, atas permohonan Pemegang Gadai,
menyatakan bahwa debitur wanprestasi.
J. Satrio33
Pasal 1154 KUH Perdata, tidak dapat diterapkan pada piutang atas nama
termasuk saham atas nama karena nilainya sudah ditetapkan. Sebalik
nya apabila nilai dari barang gadai ditentukan dari hasil penjualan, ada
kemungkinan kreditur menyalahgunakan kewenangannya dalam me-
nentukan harga.
Jebul Jatmiko35
Bank lebih menyukai cash collateral atau jaminan tunai yang diikat
secara Gadai sebagai jaminan pemberian kredit. Untuk keperluan ek-
sekusi, debitur memberikan Bank surat kuasa yang tidak dapat ditarik
kembali untuk mencairkan cash collateral atau jaminan tunai tersebut.
Nurin Asriyatun36
Berdasarkan Surat Kuasa yang tidak dapat ditarik kembali, Bank mem-
punyai kewenangan untuk mencairkan rekening deposito yang di-
gadaikan apabila debitur wanprestasi.
Dedy Adisaputra37
Adalah sah untuk menjual gadai saham secara privat, namun demikian
harus dilakukan dengan melibatkan debitur setelah terjadi wanprestasi.
34 Dalam Pendapat sebagai Saksi Ahli dalam kasus antara Beckkett PTE LTD vs Deutsche Bank AG dan
PT Dianlia Setyamukti di High Cout Rep of Singapore.
35 Tesis: “Penggunaan Cash Colateral (Jaminan Tunai) sebagai Upaya Pengamanan Pemberian Kredit di
Perbankan”.
36 Tesis: “Pelaksanaan Gadai Deposito Berjangka pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) TBK Kantor
Wilayah 05 Semarang”.
37 Tesis “Eksekusi Gadai Saham yang Dilakukan Secara Privat”.
42 Perspektif
Laporan Penelitian
Internasional
Pendapat LKHP
LKHP berpendapat bahwa surat kuasa mutlak atau irrevocable power
of attorney yang isinya debitur memberi kuasa yang tidak dapat di-
tarik kembali, kepada kreditur untuk menjual saham-saham yang di-
gadaikan dengan cara dan harga yang ditentukan oleh kreditur, pada
dasarnya tidak dengan sendirinya merupakan tindakan kepemilikan
oleh kreditur penerima gadai sebagaimana yang dilarang oleh Pasal
1154 KUH Perdata. Akan tetapi, sebaiknya surat kuasa demikian seha-
rusnya tidak dibuat sebelum debitur wanprestasi seperti yang selama
ini terjadi dalam praktik. Surat Kuasa demikian sebaiknya dibuat setelah
debitur wanprestasi supaya lebih adil bagi para pihak. LKHP sependa-
pat dengan H. H. Snijders bahwa khusus untuk melakukan penjualan se-
cara privat/tertutup, surat kuasa mutlak untuk mutlak ini tidaklah cukup
untuk dapat melakukan penjualan secara tertutup. Sebagaimana diatur
dalam Pasal 1156, maka untuk dapat melakukan penjualan secara tertu-
tup, pemegang gadai harus mengajukan permohonan kepada hakim,
meminta hakim untuk mengizinkannya menjual barang gadai secara
tertutup/privat.
38 Makalah ”Pledge in General and Pledge of Shares in Particular including the Enforcement under
Netherlands Law” pada Seminar Eksekusi Saham, Jakarta, 31 Maret 2010, .hlm 5.
39 Lihat Pasal 61 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, dikatakan bahwa efek dalam
penitipan kolektif, kecuali efek atas rekening reksadana, dapat dipinjamkan atau dijaminkan.
40 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Uta-
ma, 2001, hlm. 292.
44 Perspektif
Laporan Penelitian
Internasional
Pertama, sampai saat ini ketentuan gadai masih mengacu pada ketentuan yang
diatur dalam KUH Perdata (Burgelijk Wetboek), warisan pemerintah kolonial Be-
landa yang kurang sesuai lagi dengan perubahan dan dinamika bangsa Indo-
nesia. Kedua, terdapatnya multitafsir terhadap ketentuan KUH Perdata, terkait
dengan eksekusi gadai saham menimbulkan ketidakpastian hukum. Pasal 1155
KUH Perdata menyebutkan bahwa
Putusan : 34
Yurisprudensi Periode 1964–2009
Penetapan : 20
Putusan : 89
TOTAL
Penetapan : 20
Khusus untuk data putusan periode tahun 1900–1942, data tersebut masih
dalam bentuk Bahasa Belanda. Data diambil dari kumpulan yurisprudensi Belanda
yang tersedia di Pusat Dokumentasi Hukum UI (PDH-UI).
Data yang berhasil dikumpulkan kemudian diolah dan dimasukkan dalam tabel
yang disusun untuk mempermudah penganalisisan data penelitian. Format tabel
penginputan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
46 Perspektif
Laporan Penelitian
Internasional
No. No. Putus Tahun Jenis Para Pihak Kasus Putusan/ Keterangan
Penetapan Penetapan
Penggugat/ Tergugat/ Pengadilan
Pemohon Pemohon
Putusan Pengadilan
4 yurisprudensi
Namun, dari data yang dikumpulkan LKHP-FHUI sebagaimana telah diuraikan dalam
latar belakang memfokuskan pembahasan mengenai eksekusi gadai saham saja.
Berdasarkan isu-isu hukum yang diajukan dalam proposal penelitian serta didukung
dengan data yurisprudensi yang dikumpulkan, LKHP-FHUI setidaknya ada empat
belas kasus penting mengenai gadai saham yang akan dianalisis.
Berikut adalah isu-isu hukum yang merupakan sudut telaah dalam restatement ini.
48
48 Perspektif
Laporan Penelitian
Internasional
2. Maksud dari 2002 Penetapan No. PTJ. Berdasarkan Pasal 1156 KUH
unsur “tuntu- KPT.01.2005 s/d Penetap Perdata untuk melakukan
tan (vorderen)” an No. PTJ.KPT.04.2005 eksekusi maka lembaga
dalam Pasal jo. Penetapan No. 33/ jaminan gadai memerlukan
1156 KUH Pdt.P/2002/PN. Jaksel Pengadilan.
Perdata. s/d Penetapan No. 36/
Pdt.P/2002/PN. Jaksel
50
50 Perspektif
Laporan Penelitian
Internasional
1. Apakah eksekusi gadai saham bisa dilakukan secara private tanpa melalui
kantor lelang?
Permasalahan hukum apakah eksekusi gadai saham bisa dilakukan secara pri-
vate tanpa melalui kantor lelang ini muncul karena frasa “kecuali ditentukan
lain” dalam Pasal 1155 ayat (1) KUH Perdata.
52 Perspektif
Laporan Penelitian
Internasional
2. Apakah penentuan eksekusi gadai saham secara private atau melalui kan-
tor lelang harus berdasarkan penetapan/putusan pengadilan?
Dalam Penetapan No. PTJ.KPT.01.2005 s/d Penetapan No. PTJ.KPT.04.2005 jo.
Penetapan No. 33/Pdt.P/2002/PN. Jaksel s/d Penetapan No. 36/Pdt.P/2002/PN.
Jaksel, PN Jakarta Selatan menentukan walaupun kreditur telah menjual secara
privat gadai saham yang dipegang dengan dasar telah diperjanjikan (memiliki
hak parate eksekusi), setelah itu tetap meminta penetapan dari pengadilan agar
penjualan tersebut adalah sah.
Sikap yang sama juga diambil dalam Penetapan No. PTJ.KPT.01.2005 s/d Pene
tapan No. PTJ.KPT.04.2005 jo. Penetapan No. 33/Pdt.P/2002/PN. Jaksel s/d
Penetapan No. 36/Pdt.P/2002/PN. Jaksel yang menyatakan bahwa “Berdasar-
3. Jika eksekusi gadai saham secara private, yaitu tanpa melalui kantor lelang
dibenarkan, apakah melalui prosedur permohonan ataukah harus melalui
prosedur gugatan?
Pertanyaan selanjutnya, jika eksekusi gadai saham secara private dibenarkan,
apakah harus dilakukan melalui prosedur permohonan atau gugatan?
54 Perspektif
Laporan Penelitian
Internasional
Isu yang lebih menarik adalah apakah suatu perjanjian gadai saham bisa ber
akhir sebelum perjanjian pokoknya berakhir. Dalam putusan MA RI No. 240PK/
PDT/2006 jo 123/PDT.G/2003/PN.JKT.PST, MA RI menyatakan bahwa hak
mengeksekusi saham yang digadaikan ada pada penerima gadai selama per-
janjian itu masih berlaku. Berakhirnya suatu gadai bukan harus karena hutang
yang dijamin telah lunas. Saham-saham terikat sebagai jaminan hanya selama
jangka waktu yang telah disepakati para pihak dan bukan sampai seluruh hu-
tang lunas. Dimungkinkan apabila suatu perjanjian gadai saham berakhir tanpa
adanya pembebasan/pelunasan hutang yang dijamin.
56
56Laporan
Perspektif
Penelitian
Internasional
Putusan yang menarik untuk dikaji adalah Putusan Arbitrase Pemerintah In-
donesia Melawan PT Newmont Nusa Tenggara yang menyatakan berdasarkan
Pasal 1492 KUH Perdata, Pemerintah Indonesia dapat menuntut PT NTT sebagai
penjual menjalankan kewajibannya dalam hal penanggungan dan pemerintah
berhak untuk menerima gadai saham tersebut. Artinya, sebagai pembeli yang
beritikad baik, saham tersebut (walaupun tidak dijual secara sah) tetap merupa-
kan milik pembeli yang beritikad baik. Penjual (kreditur) saham harus bertang-
gung jawab atas perbuatannya menjual saham secara tidak sah kepada pihak
pemberi gadai.
Kesimpulan, pembeli (pihak ketiga) gadai tetap berhak atas saham walau-
pun pemegang gadai (kreditur) menjualnya secara tidak sah.
A. Penetapan
1) Penetapan No. 332/Pdt.P/2001/PN. Jaksel
2) Penetapan No. 333/Pdt.P/2001/PN. Jaksel
3) Penetapan No. 334/Pdt.P/2001/PN. Jaksel
4) Penetapan No. 335/Pdt.P/2001/PN. Jaksel
5) Penetapan No. 336/Pdt.P/2001/PN. Jaksel
6) Penetapan No. 337/Pdt.P/2001/PN. Jaksel
7) Penetapan No. 338/Pdt.P/2001/PN. Jaksel
8) Penetapan No. 339/Pdt.P/2001/PN. Jaksel
9) Penetapan No. 340/Pdt.P/2001/PN. Jaksel
10) Penetapan No. 341/Pdt.P/2001/PN. Jaksel
11) Penetapan No. 342/Pdt.P/2001/PN. Jaksel
12) Penetapan No. 343/Pdt.P/2001/PN. Jaksel
13) Penetapan No. 33/Pdt.P/2002/PN. Jaksel
14) Penetapan No. 34/Pdt.P/2002/PN. Jaksel
15) Penetapan No. 35/Pdt.P/2002/PN. Jaksel
16) Penetapan No. 36/Pdt.P/2002/PN. Jaksel
17) Penetapan No. 36/Pdt.P/2002/PN. Jaksel
18) PTJ.KPT.01.2005
19) PTJ.KPT.02.2005
20) PTJ.KPT.03.2005
B. Putusan
1) MA RI No. 240PK/PDT/2006 jo 123/PDT.G/2003/PN.JKT.PST
2) MA RI No. 115 PK/PDT/2007 jo. No. 517/PDT.G/2003/PN.JKT.PST
3) MA RI No. 1433 K/PDT/2002
4) MA RI No. 147 K/Sip/1953
5) MA RI No. 26 K/Sip/1955
6) No. 187 K/Sip/1956
60 Dafar
Perspektif
Putusan
Internasional
Daftar Literatur
1. Tesis: Siti Chadijah Erna Montez, Analisis Hukum terhadap Gadai Saham
Perseroan Terbatas yang Belum Dicetak sebagai Barang Jaminan Kredit dalam
Akta Notaris, USU, Tahun 2003.
3. Tesis: Dyah Madya Ruth S.N., Pelaksanaan Gadai Saham Perusahaan Publik pada
Sistem Scripless Trading di Pasar Modal Indonesia, UI, Tahun 2002.
4. Tesis: Sri Moelyati, Aspek Hukum Gadai Saham Terkait dengan Kepailitan Pihak
Pemberi Gadai, UI, Tahun 2004.
8. Tesis: Iim Zovito Simanungkalit, Gadai Saham dalam Sistem Perdagangan Tanpa
Warkat (Tinjauan dari Hukum Perdata), UI, Tahun 2007.
10. Tesis: Aulia Abdi, Pelaksanaan Gadai Saham dalam Perdagangan Tanpa Warkat,
UNDIP, Tahun 2008.
11. Tesis: Aris Harianto, Tinjauan Yuridis Mengenai Pelaksanaan Penjaminan Gadai
atas Saham Schripless dalam Perjanjian Kredit pada Bank Umum di Jakarta
(Studi Kasus Bank Central Asia (BCA) Jakarta), UGM, Tahun 2005.
12. Tesis: Dedy Adi Saputra, Pelaksanaan Eksekusi Gadai Saham yang Dilakukan
Secara Privat (Private Selling) Menurut Hukum Jaminan (Analisis Yusidis Eksekusi
Gadai Saham PT Swabara Mining Energy dan PT Asminco Bara Utama oleh
Deutsche Bank), UGM, Tahun 2006.
13. Tesis: Kurniawan Catur Andrianto, Lelang Eksekusi Atas Gadai Saham PT Terbuka,
Unair, Tahun 2008.
14. Tesis: Margie Harijono Santoso, Lembaga Jaminan Gadai dalam Perjanjian
Pembiayaan Margin Transaksi Efek, UNAIR, Tahun 2009.
15. Tesis: Suhardi, Pengaruh Peraturan Gadai Tanah Pertanian (Pasal 7 UU NO. 56/
PRP/1960) terhadap Pelaksanaan Gadai Tanah dalam Hukum Adat Minangkabau
di Nagari Lurah Ampalu, USU, Tahun 2004.
16. Tesis: Esther Million, Tugas dan Fungsi Lembaga Pembiayaan Pegadaian dalam
Pemberian Kredit dengan Sistem Gadai (Penelitian pada Perum Pegadaian
Cabang Medan Pringgan), USU, Tahun 2003.
17. Tesis: Rina Dalina, Kedudukan Lembaga Gadai Syariah (Ar-Rahn) dalam Sistem
Perekonomian Islam, USU, Tahun 2005.
18. Tesis: Nurkhalis, BS, Kedudukan Gadai Adat Tanah Sawah di Kabupaten Aceh
Besar, USU, Tahun 2004.
19. Tesis: Tutty Sumiaty, Tinjauan atas Pelaksanaan Lelang Eksekusi Barang Jaminan
Gadai dalam Kaitannya dengan Persyaratan dalam Memperoleh Uang Pinjaman
dari Perum Pegadaian, UNPAD, Tahun 2005.
20. Tesis: Estiana Rahayu, Suatu Tinjauan terhadap Prosedur Perolehan dan Eksekusi
Kredit Angsuran Sistem Gadai (Krasida) Dibandingkan dengan Gadai Biasa pada
Perum Pegadaian Dihubungkan dengan Vendu Reglement Stb.1908 Nomor 189
dan Vendu Instructie Stb. 1908 Nomor 190 jo Peraturan Pemerintah Nomor 103
Tahun 2000 tentang Perum Pegadaian, UNPAD, Tahun 2007.
62 Dafar
Perspektif
Pustaka
Internasional
22. Tesis: Narry Berlian Pahalmas, Tinjauan Hukum atas Jaminan Rahn (Gadai) dalam
Pembiayaan dengan Prinsip Syariah Dihubungkan dengan Undang-Undang
Perbankan, UNPAD, Tahun 2008.
23. Tesis: Dyah Illiyen A, Tanggung Jawab Pemegang Gadai terhadap Barang Gadai
di Perum Pegadaian Cabang Banyumanik Semarang, UNDIP, Tahun 2007.
25. Tesis: Bana Bayu Wibowo, Perlindungan Hukum bagi Debitur Pemberi Gadai
terhadap Barang Jaminan yang Digadaikan di Perum Pegadaian Kota Semarang,
UNDIP, Tahun 2006.
26. Tesis: Nurin Asriyatun, Pelaksanaan Jaminan Gadai Deposito Berjangka pada
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Kantor Wilayah 05 Semarang, UNDIP,
Tahun 2008.
27. Tesis: Susilowati Anggraeni, Pelaksanaan Penahanan Benda Gadai atau Hak
Retensi terhadap Benda Milik Debitur Oleh Perum Pegadaian Apabila Debitur
Wanprestasi, UNDIP, Tahun 2008.
28. Tesis: Fahri Yamani, Pelaksanaan Perjanjian Kredit yang Dilakukan Oleh Perum
Pegadaian dengan Nasabah di Kota Jogjakarta, UNDIP, Tahun 2002.
29. Tesis: Hanifa, Pelaksanaan Sistem Gadai terhadap Tanah Ulayat Minangkabau
(Di Kabupaten Padang Pariaman), UNDIP, Tahun 2008.
30. Tesis: Aliasman, Pelaksanaan Gadai Tanah dalam Masyarakat Hukum Adat
Minangkabau di Nagari Campago Kabupaten Padang Pariaman Setelah
Berlakunya Pasal 7 UU NO. 56/PRP/1960, UNDIP, Tahun 2005.
31. Tesis: Andi Yuliana, Konflik dan Penyelesaian dalam Perjanjian Gadai Tanah pada
Masyarakat Adat Bugis di Kecamatan Liliriaja Kabupaten Soppeng, UGM, Tahun
2005.
32. Tesis: Janner Damanik, Perlindungan Hukum terhadap Perum Pegadaian atas
Benda Gadai yang Berasal dari Hasil Tindak Kejahatan di Kota Jogjakarta, UGM,
Tahun 2007.
34. Tesis: Rahmat Yunianto Abdullah, Tanggung Jawab Perum Pegadaian Syariah
Kantor Cabang Solo Baru terhadap Objek Gadai, UGM, Tahun 2008.
35. Disertasi: H. Syamsul Bakhri, Eksistensi, Fungsi, dan Realita Serta Masa Depan
Hak Gadai Tanah Pertanian Setelah Berlakunya Undang-Undang No. 5 Tahun
1960, UNAIR, Tahun 2001.
Buku: Frieda Husni Hasbullah, Hukum Kebendaan Perdata: Hak-Hak yang Memberi
Jaminan Jilid II. Jakarta: Ind-Hill-Co, 2005.
36. Buku: Ifan Noor Adham, Perbandingan Hukum Gadai di Indonesia, Jakarta: PT
Tatanusa, 2009.
37. Buku: J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Kebendaan, Bandung: Citra
Aditya Bakti, 1996.
38. Buku: Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Hak Istimewa, Gadai, dan Hipotek.
Jakarta, Prenada Media, 2005.
39. Buku: M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi di Bidang Perdata.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993.
40. Buku: MA RIam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional.
Bandung: PT Alumni, 1997.
41. Buku: MA RIam Darus Badrulzaman, Bab-Bab tentang Credietverband, Gadai, dan
Fidusia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1997.
42. Buku: Salim H.S., Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004.
43. Buku: Sri Soedewi Masjchun Sofwan, Beberapa Masalah Pelaksanaan Lembaga
Jaminan Khususnya Fiducia di Dalam Praktek dan Pelaksanaannya di Indonesia.
Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 1977.
44. Buku: Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata: Hukum Benda. Yogyakarta:
Liberty, 2000.
45. Buku: Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok
Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan. Yogyakarta: Liberty, 2001.
64 Perspektif
Dafar Pustaka
Internasional
49. Buku: Sudargo Gautama, Indonesian Business Law. Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 1995.
50. Buku: Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata tentang Hak atas Benda. Jakarta, PT
Intermasa, 1986.
51. Buku: Zainuddin Ali, Hukum Gadai Syariah. Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
52. Tulisan dalam Jurnal Hukum: Wahyono Darmabrata dan Ari Wahyudi Hertanto,
“Jual Beli dan Aspek Peralihan Hak Milik Suatu Benda” (Dalam Konstruksi Gadai
Saham, Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-35 No. 1, Januari-Maret
2005).
53. Tulisan dalam Jurnal Hukum: Teddy Anggoro, “Kata Menuntut atau Vorderen
Dalam Pasal 1156 ayat (1) KUH Perdata adalah Suatu Upaya Hukum Permohonan
(Suatu Pemahaman Dasar dan Mendalam)”, Jurnal Hukum dan Pembangunan
Tahun ke-39 No. 3 Juli-September 2009.
54. Tulisan dalam Jurnal Hukum: Tartib, “Catatan tentang Parate Eksekusi”, Varia
Peradilan No. 124 Januari 1996.
55. Tulisan dalam Jurnal Hukum: Setiawan, “Mekanisme Hukum Penjaminan Kredit:
Gadai Saham serta Eksekusinya”, Varia Peradilan No. 172 Januari 2000.
56. Tulisan dalam Jurnal Hukum: M. Yahya Harahap, “Tinjauan Saham Sebagai
Jaminan Kredit”, Varia Peradilan No. 101 Februari 1994.
57. Tulisan dalam Jurnal Hukum: Dedy Adi Saputra, “Eksekusi Gadai Saham yang
dilakukan Secara Privat (Private Selling) Menurut Hukum Jaminan”, Varia Peradilan
No. 258 Mei 2007.
58. Pendapat Ahli (Dalam Seminar): Marianna Sutadi, S.H., “Beberapa Penyelesaian
Permasalahan oleh Pengadilan Menurut Undang-Undang No. 40 Tahun 2007”,
dalam Seminar Sehari Aspek-Aspek Penting UU No. 40/2001 tentang Perseroan
Terbatas.
59. Pendapat Ahli (Dalam Seminar): J. Satrio, “Peranan Lembaga Jaminan dalam
Pembiayaan Perbankan”, dalam Seminar Sehari Perbankan: Aspek Hukum
60. Pendapat Ahli (Dalam Seminar): MA RIa Elizabeth Elijana, “Eksekusi Barang
Jaminan Sebagai Salah Satu Cara Pengembalian Hutang Debitur”, dalam
Seminar Sehari Perbankan: Aspek Hukum Jaminan dalam Corporate Financing
oleh Perbankan di Indonesia: Aturan dan Penyelesaian Sengketa Hukum dalam
Hubungan Kreditur dan Debitur, Jurnal Hukum dan Pembangunan FHUI, 17
Juli 2006, Seminar Sehari Perbankan: Aspek Hukum Jaminan dalam Corporate
Financing oleh Perbankan di Indonesia: Aturan dan Penyelesaian Sengketa
Hukum dalam Hubungan Kreditur dan Debitur, Jurnal Hukum dan Pembangunan
FHUI, 17 Juli 2006.
61. Pendapat Ahli (Dalam Seminar): H. H. Snijders, “Pledge in General and Pledge
of Shares in Particular including the Enforcement under Netherlands Law” pada
Seminar Eksekusi Saham, Jakarta, 31 Maret 2010.
66 Perspektif
Dafar Pustaka
Internasional
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh data berupa buku, jurnal, tesis dan disertasi,
serta makalah dengan perincian sebagai berikut.
TOTAL 35
1. Gadai Tanah 7
2. Gadai Saham 14
3. Gadai Syariah 3
4. Gadai Lainnya 11
TOTAL 35
Siti Chadijah Erna Montez, Analisis Hukum terhadap Gadai Saham Perseroan Terbatas
yang Belum Dicetak sebagai Barang Jaminan Kredit dalam Akta Notaris, USU, Tahun
2003.
Dyah Madya Ruth S.N., Pelaksanaan Gadai Saham Perusahaan Publik pada Sistem
Scripless Trading di Pasar Modal Indonesia, UI, Tahun 2002.
Sri Moelyati, Aspek Hukum Gadai Saham Terkait dengan Kepailitan Pihak Pemberi
Gadai, UI, Tahun 2004.
Ivan Lazuardi Suwana, Tinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan Eksekusi Gadai Saham
Melalui Penjualan Secara Tertutup (Studi Kasus Eksekusi Gadai Saham PT Ongko
Multicorpora), UI, Tahun 2009.
Iim Zovito Simanungkalit, Gadai Saham dalam Sistem Perdagangan Tanpa Warkat
(Tinjauan dari Hukum Perdata), UI, Tahun 2007.
Titin Etikawati, Eksekusi Gadai Saham atas Saham-Saham PT Go Publik (Studi Kasus
Perdagangan Saham PT Trias Sentosa, Tbk), UI, Tahun 2002.
Aulia Abdi, Pelaksanaan Gadai Saham dalam Perdagangan Tanpa Warkat, UNDIP,
Tahun 2008.
Aris Harianto, Tinjauan Yuridis Mengenai Pelaksanaan Penjaminan Gadai atas Saham
Schripless dalam Perjanjian Kredit pada Bank Umum di Jakarta (Studi Kasus Bank
Central Asia (BCA) Jakarta), UGM, Tahun 2005.
Dedy Adi Saputra, Pelaksanaan Eksekusi Gadai Saham yang Dilakukan Secara Privat
(Private Selling) Menurut Hukum Jaminan (Analisis Yusidis Eksekusi Gadai Saham PT
Swabara Mining Energy dan PT Asminco Bara Utama oleh Deutsche Bank), UGM,
Tahun 2006.
Kurniawan Catur Andrianto, Lelang Eksekusi Atas Gadai Saham PT Terbuka, Unair,
Tahun 2008.
68 Perspektif
Lampiran Internasional
Kartini Muljadi dan Gu- Hak Istimewa, Gadai, dan Hipotek. Jakarta, Prenada
4.
nawan Widjaja Media, 2005.
17. Zainuddin Ali Hukum Gadai Syariah. Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
70 Perspektif
Lampiran Internasional
CY
Terdapat inkonsistensi putusan pengadilan terkait lembaga hukum Eksekusi Gadai Saham. Selain itu, perkembangan
CMY
kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan kegiatan usaha persekutuan perdata melahirkan banyak “kekosongan hukum”
K terkait diskursus hukum perdata tentang eksekusi gadai saham. Misalnya, apakah eksekusi gadai saham bisa dilakukan di
bawah tangan atau harus melalui penetapan pengadilan? Bagaimana bila terdapat parate eksekusi untuk saham
tersebut? Bagaimana pula jika dalam parate eksekusi pihak debitur tidak mau bekerja sama atau kooperatif?
Buku ini merupakan salah satu upaya untuk menjawab isu ketidakpastian hukum tersebut. Tujuan utama dari buku ini
adalah mewujudkan gambaran yang jelas tentang beberapa konsep penting hukum Indonesia modern. Metode yang
digunakan adalah analisis terhadap tiga sumber hukum, yaitu peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan, dan
literatur yang otoritatif.
34608100145