Anda di halaman 1dari 3

Pajak Dana Bantuan Operasional

Sekolah (BOS)

Salah satu manfaat pajak yang juga hak setiap warga negara dinikmati semua
masyarakat adalah mendapatkan pendidikan. Pemerintah mewajibkan setiap warga
negara untuk mengikuti pendidikan dasar dan wajib membiayainya serta pemerintah
minimal mengalokasikan dana pendidikan sebesar 20 persen dari APBN dan APBD.
Bentuk bantuan pendidikan juga bermacam-macam bisa dalam beasiswa, gaji/honor
tenaga pendidik dan bantuan proyek. Yang sudah berjalan salah satunya adalah dana
bantuan operasional sekolah atau yang biasa disebut dengan dana BOS.

Beberapa tujuan penyaluran dana BOS antara lain untuk membantu pengadaan media
penunjang pembelajaran seperti buku tulis/ATK dan honorarium bagi penyelenggara
kegiatan terkait dunia pendidikan, seperti kegiatan penerimaan siswa baru pengawas
ujian dan lain-lain.

Dana BOS diberikan kepada sekolah negeri dan juga sekolah swasta, termasuk
didalamnya pondok pesantren dan sekolah agama non-Islam yang menyelenggarakan
program Wajib Belajar pendidikan 9 tahun. Artinya semua elemen pendidikan akan
tersentuh dana ini tidak peduli status sekolahnya. Pada sisi pajak tentu ada penerapan
pajak yang agak berbeda dari sisi penerima dana bos.

Pajak BOS Terkait Pengadaan Barang

Simak uraian singkat untuk pengadaan barang di bawah ini jika untuk
bendahara/pengelola dana BOS dari:

a. Pada sekolah negeri, maka:


a. Tidak perlu memungut PPh Pasal 22 sebesar 1,5% (karena dikecualikan oleh aturan
walupun statusnya sebagai pemungut PPh)

b. Memungut dan menyetor PPN sebesar 10% untuk nilai pembelian lebih dari Rp
1.000.000,- (satu juta rupiah) atas penyerahan BKP/JKP oleh PKP rekanan
pemerintah. Tetapi jika nilai pembelian + PPN-nya jumlahnya tidak melebihi Rp
1.000.000,- (satu juta rupiah) dan bukan merupakan pembayaran yang dipecah-
pecah, PPN yang terutang dipungut dan disetor oleh rekanan PKP itu sendiri.

a. Untuk pengadaan buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku


pelajaran agama, dibebaskan PPN

b. Untuk pengadaan buku selain buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan
buku-buku pelajaran agama, memungut PPN

b. Pada sekolah bukan negeri, karena tidak termasuk bendaharawan pemerintah maka
berlawanan dengan poin a, yaitu:

a. Tidak perlu memungut PPh Pasal 22 sebesar 1,5% (karena dikecualikan oleh aturan
dan memang bukan pemungut PPh)

b. Membayar PPN yang dipungut oleh pihak penjual (Pengusaha Kena Pajak).

a. Untuk pengadaan buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku


pelajaran agama, dibebaskan PPN

b. Untuk pengadaan buku selain buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan
buku-buku pelajaran agama,dipungut PPN oleh rekanan PKP.

Pajak BOS Terkait Pengadaan Jasa

Bagaimana dengan pengadaan jasa? Jika pengelola dananya adalah bendahara


sekolah baik sekolah negeri ataupun non negeri/swasta tentu wajib memotong PPh 23
2%. Sedangkan pada sisi PPN-nya sama seperti perlakuan pada PPN pengadaan
barang seperti di atas.

Pajak BOS Terkait Honor-Honor

Untu penggunaan dana BOS terkait pemberian honor pada seperti pada kegiatan
penerimaan peserta didik baru, kesiswaan, pengembangan profesi guru, penyusunan
laporan BOS dan kegiatan pembelajaran pada SMP Terbuka maka baik
bendaharawan/penanggung jawab dana BOS sekolah negeri maupun sekolah bukan
negeri perlakuannya sebagai berikut:

1. Bagi guru/pegawai non PNS sebagai peserta kegiatan, harus dipotong PPh Pasal 21 dengan
menerapkan tarif Pasal 17 UU PPh sebesar 5% dari jumlah bruto honor (Pasal 16 ayat (2)
huruf b PER-16/PJ/2016)

2. Bagi guru/pegawai PNS dipotong PPh 21 final dengan memperhatikan golongan dan diatur
sebagai berikut:
a. Golongan I dan II dengan tarif 0% (nol persen).

b. Golongan III dengan tarif 5% (lima persen) dari penghasilan bruto.

c. Golongan IV dengan tarif 15% (lima belas persen) dari penghasilan bruto.

3. Kewajiban perpajakan yang terkait dengan penggunaan dana BOS dalam rangka membayar
honorarium guru dan tenaga pendidik honorer sekolah yang tidak dibiayai dari Pemerintah
Pusat dan atau Daerah yang dibayarkan bulanan diatur sebagai berikut:

a. Penghasilan rutin setiap bulan untuk guru tidak tetap (GTT), Tenaga Kependidikan
Honorer, Pegawai Tidak Tetap (PTT), untuk jumlah sebulan sampai dengan
Rp4.500.000,- (empat juta lima ratus ribu rupiah) tidak terhutang PPh Pasal 21.

b. Untuk jumlah lebih dari itu, PPh Pasal 21 dihitung dengan menyetahunkan
penghasilan sebulan.

4. Kewajiban perpajakan yang terkait dengan penggunaan dana BOS, baik pada Sekolah Negeri,
Sekolah Swasta, untuk membayar honor kepada tenaga kerja lepas orang pribadi yang
melaksanakan kegiatan perawatan atau pemeliharaan sekolah harus memotong PPh Pasal 21
dengan ketentuan sebagai berikut:

a. tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau rata-
rata penghasilan sehari belum melebihi Rp450.000 (empat ratus lima puluh ribu
rupiah).

b. dilakukan pemotongan PPh Pasal 21, dalam hal penghasilan sehari atau rata-rata
penghasilan sehari melebihi Rp450.000 (empat ratus lima puluh ribu rupiah)., dan
jumlah sebesar Rp450.000 (empat ratus lima puluh ribu rupiah) tersebut merupakan
jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

Anda mungkin juga menyukai