Anda di halaman 1dari 7

Analisis Risiko dan Penentuan Teknik Mitigasi

Peristiwa Pelolosan Amonia (NH3) dengan


Menggunakan Fault Tree Analysis dan Pemodelan
Dispersi Gauss pada Perangkat Lunak ALOHA di
PT. Sarihusada Generasi Mahardhika 2 Klaten, Jawa
Tengah
Nikita1, Haryono Budi Santosa2, Fadli Kasim3
1,3
Departemen Teknik Nukir dan Teknik Fisika FT UGM
Jln. Grafika 2 Yogyakarta 55281 INDONESIA
1nikita@mail.ugm.ac.id
2hbs@ugm.ac.id
3fadli@ugm.ac.id

Intisari— PT. Sarihusada Generasi Mahardhika 2 memiliki 1 unit penyimpanan NH3 cair yang digunakan sebagai bahan pendingin
dalam proses pembuatan susu. NH3 adalah material berbahaya sehingga pengelolaannya perlu memberikan jaminan keselamatan.
Adanya potensi dari penyimpanan NH3 menunjukkan perlunya mitigasi terhadap bahayanya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendapatkan distribusi risiko dari peristiwa pelolosan NH3 dari penyimpanannya dengan pemodelan dispersi Gaussianpada
perangkat lunak ALOHA, menghitung probabilitas kegagalan menggunakan Fault Tree Analysis, menghitung risiko dalam setiap
distribusi risiko dan merencanakan teknik mitigasi pada setiap distribusi serta menghitung penurunan risiko sebelum dan sesudah
penerapan rencana mitigasi. Diperoleh dari penelitian bahwa zona merah berjarak 18 meter dari sumber dengan batas paparan 1100
ppm, zona orang jauh 55 meter dari sumber dengan batas paparan 160 ppm dan zona kuning berjarak 129 meter dari sumber dengan
batas paparan 30 ppm. Hasil analisis probit menunjukkan risiko kematian hanya terdapat di zona merah dengan nilai risiko sebanyak
kematian 2 orang, sehingga teknik mitigasi dipilih untuk zona merah. Standar keselamatan perusahaan mengharuskan risiko kematian
sebesar nol sehingga risiko kematian direduksi sampai nol dengan tindakan rekayasa keteknikan dan regulasi peraturan terkait
keselamatan yang berlaku di perusahaan. Teknik mitigasi berupa rekaya keteknikan berdasarkan karakteristik respon dosis NH 3 di
zona merah berupa chemical barrier dan prosedur kerja.

Kata kunci— amonia, analisis risiko, teknik mitigasi, ALOHA, fault tree analysis, reduksi risiko

Abstract— PT. Sarihusada Generasi Mahardhika 2 has 1 storage unit of liquid NH 3. The NH3 is used as a cooling material in
the process of producing milk. The release of NH3 from storage tanks has the potential hazard to workers and people near the plant.
Liquid NH3 is released easily into the environment because it can turn into a gas at room temperature. To reduce the impact of NH 3
leakage, the industry has conducted a mitigation plan based on risk reduction. However, the mitigation plan is designed without
consideration of its correlation to risk distribution. Therefore, the goals of this project are to obtain risk distribution of the NH3 leakage
event by modelling the consequences with Gaussian dispersion model, to calculate probability of failure using Fault Tree Analysis, to
calculate the risk in each risk distribution and plan the mitigating acts on each distribution as well as calculating the risk before and
after applying the mitigation plans. It is obtained from the research that red zone is 18 meter far from source with exposure limit of
1100 ppm, orang zone is 55 meter far from source with exposure limit of 160 ppm and yellow zone is 129 meter far from source with
exposure limit of 30 ppm. The result of the probit analysis shows that the risk of death is only found in the red zone with the risk value
of 2 deaths so that mitigation techniques are chosen for the red zone. Company safety standards require a zero risk of death so that the
risk of death is reduced to zero with engineering actions and regulations related to safety applicable in the company. The mitigation
technique is engineering design based on the response characteristics of NH3 doses in the red zone in the form of water spray and
working procedures.

Keywords— Ammonia, risk analysis, mitigation techniques, ALOHA, fault tree analysis, risk reduction.
untuk mengurangi jumlah material berbahaya yang lolos [8].
I. PENDAHULUAN Objek paparan yang menjadi pusat perhatian adalah manusia,
PT Sarihusada Generasi Mahardhika adalah perusahaan oleh karena itu kriteria atau ambang paparan menjadi acuan
yang memproduksi berbagai produk nutrisi untuk anak, ibu dari teknik mitigasi yang diterapkan. Teknik mitigasi bahaya
hamil dan menyusui. Pabrik ini berlokasi di desa Muja Muju, yang berfokus objek meliputi penyediaan tempat perlindungan
kecamatan Umbulharjo, kota Yogyakarta dan desa Kemudo, (shelter) dan melakukan evakuasi [8]. DiMaio dan Norman [9]
kecamatan Prambanan, kabupaten Klaten serta sudah meneliti penggunaan busa cair (aqueous foams) untuk vapor
beroperasi sejak tahun 1968. Proses produksi yang berlangsung suppression dalam rangka memitigasi peristiwa pelolosan
memerlukan pendinginan melalui pertukaran panas yang material berbahaya dalam bentuk uap. Penggunaan busa cair
berlangsung di piranti penukar panas. Material pendingin yang yang tepat terhadap jenis-jenis material tertentu dapat menekan
digunakan adalah NH3. pelolosan uap berbahaya sampai 95%. Marsegan, Busini dan
Rota [10] merekomendasikan penggunaan active barriers
NH3 adalah material berbahaya sehingga pengelolaannya dengan air jet berkecepatan 30 m/s untuk untuk memitigasi
perlu memberikan jaminan keselamatan. NH3 bersifat korosif pelolosan LNG. Penggunaan active barrier dapat mereduksi
sehingga konsekuensinya terentang mulai dari kecideraan jarak pelolosan menjadi 0 meter jika dibandingkan dengan
hingga kematian. Kecideraan akibat korosivitas NH3 mewujud menggunakan passive barrier dengan jarak pelolosan 70 meter.
sebagai peradangan mata sampai kebutaan, radang jaringan Landasan pengembangan teknik mitigasi dalam penelitian-
paru-paru, laryngitis, bronkitis dan kejang otot [1]. NH3 penelitian tersebut adalah untuk meminimalisasi objek
membentuk campuran yang terdiri dari uapnya, tetesan terpapar.
cairannya dan udara ketika lolos ke atmosfer. Paparan gas NH3
yang berlebihan pada manusia (1600 ppm dalam 30 menit) bisa Penelitian terkait teknik mitigasi yang telah dikembangkan
menimbulkan kematian apabila terhirup dan memerusak sistem selama ini, sebagian besar bertujuan menurunkan risiko secara
pernapasan, khususnya daerah trachebronchial dan paru-paru langsung tanpa memandang korelasi antara teknik mitigasi
[2]. Gas tersebut bisa memicu penyakit edema paru [2] dan dengan distribusi risiko. Hal ini mengakibatkan kurang
mengakibatkan kematian. Paparan NH3 cair bisa jelasnya teknik mitigasi yang diperlukan pada setiap posisi
mengakibatkan gigitan dingin (frostbite) karena suhunya dalam risiko. Mitigasi berbasis posisi risiko dipertimbangkan dapat
tekanan atmosfer yang sangat rendah yaitu -28⁰F [3]. NH3 menyempurnakan teknik mitigasi yang sudah ada. Penentuan
dalam bentuk uap murni dengan konsentrasi di bawah 16% mitigasi berbasis risiko bisa berlangsung dengan cara
tidak bersifat terbakar, namun dalam konsentrasi 16-25% bisa menentukan distribusi risiko dilanjutkan dengan menetapkan
terbakar dan meledak [3]. Konsentrasi tersebut dapat tercapai teknik-teknik mitigasi pada distribusi risiko sehingga
jika NH3 dalam jumlah besar lolos dari penyimpanannya. didapatkan nilai penurunan risiko.
Pelolosan NH3 ke lingkungan bisa melalui lima mekanisme,
yaitu kelebihan pengisian, kelebihan tekanan dalam tangki, II. METODOLOGI PENELITIAN
kekurangan tekanan dalam tangki, pecahnya jalur pengisian ke 1. Distribusi risiko didapatkan dengan menentukan zona
dalam tangki dan pecahnya jalur pengaliran ke luar tangki [4]. berbahaya yang dihasilkan dari peristiwa pelolosan NH3
Adanya potensi bahaya yang cukup besar dari NH3 ke atmosfir. Zona berbahaya ditentukan dengan
menunjukkan perlunya mitigasi terhadap bahayanya. menghitung konsentrasi paparan di setiap titik
menggunakan pemodelan dispersi Gauss dengan
Mitigasi adalah aksi yang dilakukan untuk mengurangi memperhitungkan kekuatan sumber pelolosan dan
dampak dari sebuah peristiwa yang tidak diinginkan sebelum kondisi geografis dan meteorologi lokasi kejadian. Zona
peristiwa tersebut terjadi, melalui persiapan-persiapan dan berbahaya dibagi menjadi tiga dan masing-masing
upaya pengurangan risiko jangka panjang [5]. Mitigasi memiliki tingkat paparan yang berbeda berdasarkan
dilakukan untuk mengurangi risiko kematian dan kecideraan standar AEGL (Acute Exposure Guideline Levels) untuk
terhadap populasi [5]. Upaya mitigasi dapat dilakukan melalui pelolosan bahan berbahaya. Pemodelan dibantu dengan
pengendalian terhadap sumber bahaya maupun terhadap objek perangkat lunak Areal Locations Hazardous Atmospheres
yang terpapar. Teknik mitigasi berdasarkan sumber bahaya (ALOHA)
harus memperhatikan konsentrasi dan dosis paparan material 2. Probablitas kegagalan pelolosan NH3 dihitung
berbahaya yang lolos [6]. Teknik mitigasi ini bertujuan menggunakan analisis fault tree
megurangi konsentrasi material yang lolos ke lingkungan. 3. Nilai risiko untuk setiap distribusi risiko dihitung dengan
Teknik-teknik yang dapat dilakukan meliputi pengambilan mengalikan probabilitas kegagalan dengan keparahan
material terlolos dengan material pengabsorbsi, penetralan kejadian untuk setiap distribusi risiko
material yang lepas dengan air bersih, pembersihkan 4. Teknik mitigasi untuk setiap distribusi risiko ditentukan
lingkungan yang terdampak dan peralatan yang terpapar oleh dengan menghitung terlebih dahulu reduksi risiko yang
lolosan material [7]. Emergency isolation valve, emergency diinginkan di setiap distribusi risiko
relief valve dan vessel blowdown flare juga dapat digunakan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN HA-107 Gagal terbuka pada 9-15 29.4 × 10−3 [15]
bar
A. Spesifikasi Penyimpanan NH3 HA-108 Gagal terbuka pada 9-15 29.4 × 10−3 [15]
bar
Tangki NH3 yang dijadikan objek penelitian adalah tangki LT-25 Gagal mengidentifikasi 8.76 × 10−3 [16]
single-containment bertekanan dengan kapasitas 3000 L (3 m3), level cairan dengan tepat
PSV-40 Gagal terbuka pada 18.2 × 10−3 [17]
dengan panjang 3.8 meter dan diameter 1 meter. Tekanan di tekanan di atas 15 bar
dalam tangki dijaga sama dengan tekanan discharge dan HUMAN Operator gagal 1 × 10−3 [18]
tekanan suction-nya, yaitu 9-15 bar. Berikut adalah gambar ERROR mengobservasi dengan
plant and instrumentation diagram (P&ID) dari tangki tepat
penyimpanan NH3.

Jumlah kegagalan
Laju kegagalan ( )  (1)
Tahun
 t
Kehandalan ( R)  e (2)
Probabilitas Kegagalan ( P) 1  R (3)

Sehingga,

 t
Probabilitas Kegagalan (P) 1  e (4)

Dengan t adalah periode waktu.


Gambar 1. P&ID Sistem Penyimpanan NH3
Diagram Fault Tree dikembangkan berdasarkan 5 peristiwa
B. Analisis Fault Tree teratas, yaitu pengisian berlebih, tekanan berlebihan, tekanan
Diagram Fault Tree dikembangkan dengan menentukan rendah, pecah/bocornya saluran masuk dan pecah/bocornya
peristiwa atas, yang mengarah pada pelepasan NH3 ke saluran keluar.
lingkungan diikuti dengan menentukan tingkat kegagalan atau
probabilitas peristiwa dasar sehingga peristiwa utama yang Setelah probabilitas kegagalan untuk setiap kejadian atas
tidak diinginkan akan didapatlan. Data laju kegagalan untuk diperoleh, probabilitas kegagalan acara utama (pelepasan
setiap peralatan mengacu pada Data Keandalan Peralatan amonia) dapat diperoleh dengan menggunakan operasi aljabar
Proses yang diterbitkan oleh Chemical Safety Safety Center Boolean di bawah ini.
(CCPS) dari American Institute of Chemical Engineers
𝑃(𝑃𝑒𝑙𝑜𝑙𝑜𝑠𝑎𝑛 𝐴𝑚𝑜𝑛𝑖𝑎) = 𝑃(𝐾𝑒𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑖𝑠𝑖𝑎𝑛) ∪
(AIChE).
𝑃(𝐾𝑒𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛) ∪ 𝑃(𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟𝑝𝑟𝑒𝑠𝑠𝑢𝑟𝑒) ∪
TABEL I
𝑃(𝑏𝑜𝑐𝑜𝑟 𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑙𝑒𝑡) ∪ 𝑃(𝑏𝑜𝑐𝑜𝑟 𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑜𝑢𝑡𝑙𝑒𝑡)
FAILURE RATE SETIAP KOMPONEN DALAM SISTEM PENYIMPANAN
NH3 𝑃(𝑃𝑒𝑙𝑜𝑙𝑜𝑠𝑎𝑛 𝑎𝑚𝑜𝑛𝑖𝑎) = 𝑃(𝐴 ∪ 𝐵 ∪ 𝐶 ∪ 𝐷 ∪ 𝐸)
Tag Deskripsi Laju Referensi
Kegagalan/tahun
HA-101 Gagal terbuka pada 9-15 29.4 × 10−3 [15] 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛
bar 𝑃 (𝑃𝑒𝑙𝑜𝑙𝑜𝑠𝑎𝑛 𝐴𝑚𝑜𝑛𝑖𝑎) = 6,46 × 10−3 + (1,43 ×
𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
HA-102 Gagal terbuka pada 9-15 29.4 × 10−3 [15] 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛
bar 10−3 ) + (1,39 × 10−3 ) + (5,28 ×
𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
HA-103 Gagal terbuka pada 9-15 29.4 × 10−3 [15] 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛
bar 10−5 ) + (1,61 × 10−4 )
𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
HA-104 Gagal terbuka pada 9-15 29.4 × 10−3 [15]
bar 𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛
HA-105 Gagal terbuka pada 9-15 29.4 × 10−3 [15] 𝑃 (𝑃𝑒𝑙𝑜𝑙𝑜𝑠𝑎𝑛 𝐴𝑚𝑜𝑛𝑖𝑎) = (9,49 × 10−3 )
𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
bar
HA-106 Gagal terbuka pada 9-15 29.4 × 10−3 [15]
bar
Gambar 2. Diagram Fault Tree untuk Skenario Pengisian Berlebih

(a) (b)
Gambar 3. (a) Diagram Fault Tree untuk Skenario Kelebihan Tekanan (b) Gambar 3. Diagram Fault Tree untuk Skenario
Underpressure
(a) (b)
Gambar 4. (a) Diagram Fault Tree untuk Skenario Pecah/Bocor Saluran Masukan (b) Gambar 4. Diagram Fault Tree untuk
Skenario Pecah/Bocor Saluran Keluaran

C. Pemodelan Dispersi Gauss


Model tipe Gaussian adalah model dispersi yang paling 𝑄 𝑦2 (𝑧−𝐻)2
𝐶(𝑥, 𝑦, 𝑧) = 𝑒𝑥𝑝 (− ) [𝑒𝑥𝑝 (− )+
umum digunakan dalam pemodelan dispersi atmosfer (1). 2𝜋𝑢𝜎𝑦 𝜎𝑧 2𝜎𝑦 2 2𝜎𝑧 2
Istilah Gaussian, mengacu pada konsep statistik yaitu (𝑧+𝐻)2
𝑒𝑥𝑝 (− )] (7)
sekelompok nilai yang diatur mengikuti distribusi kurva 2𝜎𝑧 2

berbentuk lonceng. Jenis model ini mengasumsikan bahwa Q : Tingkat emisi gas dari sumber (g/s)
polutan menyebar sesuai dengan distribusi statistik normal. U : Rata-rata kecepatan angin (m/s)
Pada titik pelepasan, konsentrasi polutan maksimal dan 𝜎𝑦 : Deviasi standar polutan sejalan dengan
menurun dalam arah lateral dan vertikal mengikuti distribusi sumbu y (m)
normal. Model analitik dan numerik yang digunakan dalam C(x, y, z) : Konsentrasi gas dalam koordinat x, y, z
studi komparatif ini dikembangkan berdasarkan persamaan (g/m3)
Gaussian yang digunakan untuk emisi sumber titik secara
umum.
𝜎𝑧 : Deviasi standar polutan sejalan dengan
sumbu z (m)
H : Tinggi stack efektif (m)
jauh jarak titik dari sumber pelolosan, semakin kecil
Hasil perhitungan pada iterasi di titik 200 meter dianggap sudah konsentrasinya hingga nol. Penyelesaian menggunakan rumus
konvergen, karena konsentrasi lolosan semakin kecil secara mampu mendapatkan jarak-jarak zona berbahaya namun tidak
konsisten dari titik 1 meter searah sumbu x dari titik pusat bisa melakukan plot zona terhadap peta, seperti Google Earth
lolosan sampai di titik 200 meter searah sumbu x dari titik pusat maupun Google Maps sehingga dipilih pemodelan
lolosan. menggunakan perangkat lunak pembantu yang mendukung
Hasil iterasi kemudian dicocokkan dengan standar model dispersi Gauss yaitu ALOHA yang dikembangkan oleh
AEGL dan didapatkan zona merah sejauh 10 meter, zona US EPA.
oranye sejauh 50 meter dan zona kuning sejauh 160 meter. Zona berbahaya yang dihasilkan adalah 18 meter untuk
zona merah, 55 meter untuk zona oranye dan 129 meter untuk
zona kuning.
D. Pemodelan Zona Berbahaya pada ALOHA
Penyelesaian teoritis untuk mendapatkan distribusi
pelolosan NH3 dilakukan dengan menghitung konsentrasi di
tiap titik yang ditentukan menggunakan rumus model dispersi
Gaussian sampai didapatkan nilai yang konvergen, semakin
TABEL III
NILAI RISIKO DAN RISK PRIORITY NUMBER SETIAP ZONA
Risk
Zona Risiko Paparan Priority
Number
Merah 0,01898 1100 20,878
Oranye 0 160 0
Kuning 0 30 0
Hasil perhitungan RPN menunjukkan zona merah adalah
zona yang membutuhkan teknik mitigasi.

G. Teknik Mitigasi dan Reduksi Risiko


Penurunan risiko mengacu pada standar sistem
Gambar 5. Zona Berbahaya keselamatan di Sarihusada yaitu WISE (Work in Safety
E. Analisis Regresi Probit Environment), yang mengharuskan kegiatan di Sarihusada
berisiko kematian sejumlah nol, sehingga risiko kematian harus
Nilai probit dihitung untuk setiap zona berbahaya sehingga diturunkan sampai nol kematian. Penurunan risiko melalui
didapatkan nilai probit yang dikonversi menjadi persentasi teknik mitigasi dapat dilakukan melalui substitusi material
kematian dengan menggunakan tabel konversi nilai probit ke berbahaya, eliminasi material berbahaya, rekayasa keteknikan
persentase atau menggunakan perhitungan di Microsoft Excel dan regulasi peraturan keselamatan bekerja di pabrik. Substitusi
dengan fungsi NORMDIST(). Perhitungan di Microsoft Excel dan eliminasi tidak dapat dilakukan karena NH3 dibutuhkan
menunjukkan persentase kematian dan tingkat kematian seperti oleh pabrik, sehingga teknik mitigasi melalui rekayasa
pada Tabel II. keteknikan dan penetapan standar keselamatan kerja dipilih
TABEL II untuk dilakukan.
HASIL ANALISIS PROBIT Rekayasa keteknikan yang dipilih adalah water spray.
Nilai Persentase Jumlah Tingkat Secara sederhana, jumlah spray yang diperlukan untuk
Zona Probit Kematian Pekerja Kematian menetralkan lolosan NH3 di udara dapat diperkirakan dengan
(Y) (%) (orang) (orang) rumus jangkauan spray secara teoritis yang bergantung pada
Merah -3,355 0% 2 2 besar sudut spray dan jarak antara nozzle dan target [46] [47],
Oranye -0,978 16% 2 0 diekpresikan dalam persamaan (8).
Kuning 1,76 96% 0 0 𝜃
Jangkauan 𝑠𝑝𝑟𝑎𝑦 teoritis (C) = 2 ∙ 𝐷 ∙ 𝑡𝑎𝑛 ( ) (8)
2

F. Nilai Risiko di Setiap Zona


Nilai risiko yang didapatkan berdasarkan analisis setiap
zona dibobotkan karena setiap zona memiliki intensitas
paparan yang berbeda sehingga diperlukan pembobotan untuk
menentukan zona yang paling kritis. Nilai prioritas risiko
dilakukan untuk menentukan hierarki prioritas setiap risiko.
Nilai prioritas risiko untuk setiap zona merah didapatkan
dengan mengalikan risiko kematian di suatu zona dengan
potensi tingkat paparan di zona tersebut sesuai standar AEGL.

Gambar 6. Desain Teoritis Sprayer

TABEL IV
VARIASI SUDUT SEMBURAN DAN JARAK ANTARA MULUT NOZZLE DENGAN TARGET DAN JUMLAH SPRAYER YANG DIBUTUHKAN

Sudut Jarak (m)


Sudut (Radian)
(θ°) 1 2 3 4 5
10 0,175 102,870 51,435 34,290 25,718 20,574
30 0,524 33,588 16,794 11,196 8,397 6,718
60 1,047 15,588 7,794 5,196 3,897 3,118
90 1,571 9,000 4,500 3,000 2,250 1,800
Semakin besar sudut, jarak antara mulut nozzle dengan target maka semakin luas pula jangkauan teoritis sprayer dan semakin
sedikit jumlah sprayer yang dibutuhkan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terimakasih kepada PT. Sarihusada Generasi Mahardhika 2 yang telah memberikan kesempatan bagi penulis melakukan
penelitian dan kepada Universitas Gadjah Mada yang telah membantu pendanaan penyelesaian tugas akhir.
analysis of an Anhydrous Ammonia leakage accident," Journal of Loss
REFERENSI Prevention in the Process Industries, vol. 25, pp. 33-39, 2012.
[1] AFROX, "MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS)
AMMONIA," in MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS), 2015. [14] T. Nauli, "POLA SEBARAN POLUTAN DARI CEROBONG ASAP,"
in Prosidlng Pertemuan dan Presentasi limiah Penelitian Dasar IImu
[2] N. R. C. (. C. o. A. E. G. Levels, "Ammonia Acute Exposure Guideline Pengetahuan dan Teknologl Nukllr, Yogyakarta, 2002.
Levels," Acute Exposure Guideline Levels for Selected Airborne
Chemicals, vol. 6, 2008. [15] IAEA, Component Reliability Data for Use in Probabilistic Safety
Assessment, Vienna: IAEA, 1988.
[3] EPA, "Hazards of Ammonia Releases at Ammonia Refrigeration
Facilities (Update)," Chemical Safety ALERT, 2001. [16] Electric Power Research Institute, Inc., Advanced Light Water Reactor
Utility Requirements Document, USA, 1995.
[4] H. Nemati, Risk Analysis of Cryogenic Ammonia Storage Tank in Iran
by Fault Tree Method, Emirates Journal for Engineering Research, 2012. [17] Center for Chemical Process Safety of the American Institute of
Chemical Engineers, Guidelines for Process Equipment Reliability Data
[5] A. W. Coburn, Disaster Mitigation, Cambridge: Cambridge with Data Tables, USA, 1989.
Architectural Research Limited, 1994.
[18] H. Kim, J. Sun Koh, K. Youngsoo and G. Theofanus, "Risk Assessment
[6] F. P. Lees, "Hazard Assessment," in Loss Prevention in The Process of Membrane Type LNG Storage Tanks in Korea Based on Fault Tree
Industries- Hazard Identification, Assessment and Control, Butterworth Analysis," Korean Journal of Chemical Engineering, vol. 22, pp. 1-8,
Heinemann, 1996. 2005.

[7] B. R. u. C. Industrie, Storage of Hazardous Substances, 2013. [19] Worl Bank, Technique for assessing industrial hazards Technical Paper
No.55, A manua, Technica, Ltd., 1988.
[8] F. P. Lees, "Toxic Release Response," in Loss Prevention in The Process
Industries- Hazard Identification, Assessment and Control, Butterworth [20] AIChE, Guideline for chemical process quantitative risk, New York,
Heinemann, 1996. 2000.

[9] L. R. DiMaio and E. C. Norman, "Continuing Studies of Hazardous [21] J. M. Tseng, T. S. Su and C. Y. Kuo, "Consequence evaluation of toxic
Material Vapor Mitigation Using Aqueous Foams," Plant/Operations chemical releases by ALOHA," International Symposium on Safety
Progress, vol. 9, pp. 135-137, 1990. Science and Technology, pp. 384-389, 2012.

[10] C. Marsegan, V. Busini and R. Rota, "Influence of Active Mitigation [22] E. S. H. F. F. Desy Indah Permatasari, ANALISIS KONSEKUENSI
Barriers on LNG Dispersion," Journal of Loss Prevention in the Process KEBAKARAN DAN LEDAKAN PADA TANGKI LPG (LIQUEFIED
Industries, vol. 44, pp. 380-389, 2016. PETROLEUM GAS) DI PT SURYA ESA PERKASA TBK, 2016.

[11] H. Nemati, Risk Analysis of Cryogenic Ammonia Storage Tank in Iran [23] A. J. Sukma and R. Cahyono, "Analisis Risiko Potensi Bahaya
by Fault Tree Method. Kebakaran dan Ledakan beserta Dampaknya pada Pekerja dan
Masyarakat di PT. Pertamina - Terminal BBM Rewulu," Journal of
[12] M. Apriyani, Analisis Risiko Kegagalan dan Basic Cause Kebocoran Community Medicine and Public Health, vol. 33, 2017.
pada Tangki Penyimpanan Amonia, 2016.
[24] Sarihusada, "Tentang Kami," PT. Sarihusada Generasi Mahardhika,
[13] M. M. Junior, M. S. e. Santos, M. C. R. Vidal and P. V. R. de Carvalho, [Online]. Available: https://www.sarihusada.co.id/Tentang-Kami.
"Overcoming the blame game to learn from major accidents: A systemic [Accessed 20 02 2019].

Anda mungkin juga menyukai