Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Nifas


2.1.1 Definisi Nifas
Masa perperium atau masa nifas dimulai setelah partus selesai dan berakhir kira- kira
6 minggu.Akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum kehamilan
dalam waktu 3 bulan. (Sarwono Prawirohadjo. 2008:237)
Masa nifas adalah masa pulihnyakembali,mulai dari persalinan selesai sampai alat-
alat kembali seperti waktu sebelum hamil,lamamasa nifas adalah 6-8 minggu. (Moehtar 1998
: II).
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan breakhir ketika
alat- alat kembali seperti keadaan sebelum lahir. (Sarwono Prawirohadjo. 2008:237).

2.1.2 Tahapan Masa Nifas


a. Puerperium dini
Keputihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta mnejalankan
aktifitas layaknya wanita normal lainnya.
b. Puerperium intermediate
Kepulihan menyeluh alat- alat genital yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
c. Puerperium remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu
selama hamil atau persalinan tanpa kompiklasi. (Vivian Nanny. 2010:04)

2.1.3 Perubahan - Perubahan Yang Terjadi pada Masa Nifas


Pada masa nifas dijumpai 2 kejadian yangpenting,yaitu Involusi dan Laktasi. Proses
involusi adalah proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan.
Proses itu dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot- otot polos uterus.
(Vivian Nanny.2010:55).
1. Perubahan Involusi Uterus
Involusi Uterus Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Plasenta lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram
7 hari post partum (1 minggu) Pertengahan pusat an 500 gram
sympisis
14 hari ( 2 minggu) Tak teraba di atas sympisis 350 gram
42 hari ( 6 minggu) Bertambah kecill 50 gram
56 hari ( 8 minggu) Normal 30 gram

2. Proses Involusi Uterus


a) Iskhemia myometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah
pengeluaran plasenta membuat uterus relative anemia dan menyebabkan serat otot
atrofi.
b) Autolisis
Proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus. Hal ini
disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
c) Efek Oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga
akan menekan pembuluh darah yang menyebabkan berkurangnya suplai darah ke
uterus. (Vivian Nanny & Tri Sunarsih. 2011:56).
d) Involusi Tempat Plasenta
Setelah persalinan tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar,
tidak rata dan kira -kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka itu mengecil, pada
akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas bekas plasenta
mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Regenerasi
terjadi selama 6 minggu. (Vivian Nanny & Tri Sunarsih. 2011: 57)
e) Endometrium
Dari pertama tebal endometrium 2,5 mm permukaannya kasar akibat pelepasan
desidua dan selaput janin. Setelah 3 hari tidak ada pembentukan jaringan parut pada
luka bekas implantasi. (Siti Soleha. 2009:56-57)
f) Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan selama masa nifas dan mempunnyai reaksi basal
alkali yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam
yang ada pada vagina normal. (Vivian Nanny & Tri Sunarsih. 2011: 58). Jenis-Jenis
Lochea adalah sebagai berikut :
(1) Lochea Rubra
Berwarna merah karena berisi darah segar, dan sisa selaput ketuban, sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium. Keluar selama 2-3 hari post partum.
(2) Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisidarah dan lendir yang keluarpada hari ke 3-7 pasca
persalinan
(3) Lochea Serosa
Warna merah jambu kemudianmenjadi kuning.Cairan tidakberdarah lagi pada hari
ke 7-14 post partum.
(4) Lochea Alba
Dimulai hari ke-14 kemudianmakin lama sedikit hinggaberhenti 1-2 minggu
berikutnyaseperti cairan putih terdiri darileukosit dan sel desidua.
(5) Lochea Purulenta
Terjadinya karna infeksi keluarcairan seperti nanah berbaubusuk
g) Perubahan pada serviks
(1) Segera setelah post patrum bentukserviks agak menganga seperticorong
(2) Warna merah kehitaman karenapenuh pembuluh dara.
(3) Setelah lahir tangan penolong bias masuk ke kavum seviks.
(4) Setelah 2 jam dapat dimasukkan 203jari.
(5) Setelah 1 minggu masuk 1 jari (Manuaba 1998 : 192).
h) Vagina
Pada minggu ke-3 vagian mengecil dan timbul ruggae kembali (lipatan- lipatan)
i) Perineum
Terjadi robekan perinium hamper pada semua persalinan pertama. Robekan umumnya
terjadi di garis tengah dan bisa meluas, bisa karena kepala janin lahir terlalu
cepat.Sudut arkus pubis lebih kecil dari masanya Kepala janin melemah PBP dengan
ukuran yang lebih besar dari pada sirkum forensia sub oksipito bregmatika (Suherni,
dkk. 2009:79)
j) Perubahan Payudara (Masa Laktasi)
Pada saat plasenta lahir terjadiperubahan mendadak pada estrogendan
progesteron.Progesteron→Kelenjar hipofisanterior→laktasi dimulai dengankerja
prolakfin pada sel→tergantungpada isapan bayi→peningkatan dankelanjutan dari
prolaktin. (Manuaba1998 : 192).
Wanita yang menyusuiberespon terhadap stimulasi bayiyang disusui akan terus
melepaskanhormon dan menstimulasi alveoliyang memproduksi susu.(Hellen Varney,
dkk. 2007:960)
k) Perubahan Sistem kardioveskuler
Tonus otot polos pada dinding vena mulai membaik. Volume darah mulai
berkurang, biskositas darah kembali normal dan arah jantung serta tekanan darah
menurun sampai kadar sebelum hamil. (Monica Ester. 2008:6)
l) Perubahan sistem pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan.Disebabkan makanan
padat dan kurang serat. Selain itu rasa takut BAB karena takut akan rasa nyeri pada
luka jahitan. BAB ibu nifas harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Ibu sering cepat
lapar setelah melahirkan Penurunan tonus dan mobilitas otot traktus digestifus setelah
bayi lahir (Suherni, dkk. 2009:80).
m) Perubahan Sistem perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu Ureter dan pelvis
mengalami dislokasi, kembali dalam waktu 2- 8 minggu post partum Distensi
berlebihan pada vesika urinaria, pembengkakan jaringan di sekitar uretra, dan
hilangnya sensasi terhadap tekanan yang meninggi Laju filtrasi glomerulus tetap
meninggi ± 7 hari post partum Proforesis puerperalis ( pembentukan keringat ibu nifas)
dan cliuresis (peningkatan pembentukan kemih) terjadi dalam 24 jam pertama setelah
melahirkan. (Suherni, dkk. 2009:80-82).
n) Perubahan sistem tindakan
Estrogen dan progesterone menurun setelah plasenta lahir Prolaktin meningkat
karena isapan bayi
o) Perubahan sistem hematologi
Leukosit akan tetap tinggi jumlahnya selama beberapa hari pertama masa post
partum. Jumlahnya > 25000-30000 tanpa adanya kondisi patologis (pada persalinan
lama) Jumlah hemoglobin dan hematocrit serta eritrosit akan sangat bervariasi pada
awal masa nifas sebagai akibat dan volume darah. Volume plasma dan volume sel
darah yang berubah- ubah. (Siti Soleha. 2009:61-62).
p) Perubahan Tanda-Tanda Vital pada Masa Nifas
(1) Suhu Badan
- Sekitar hari ke-4 setelah persalinan suhu ibu mungkin naik sedikit, antara
37,2oC-37,5oC. Kemungkinan disebabkan karena ikutan dari aktivitas payudara.
- Bila kenaikan mencapai 38oC pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya,
harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
(2) Denyut Nadi
- Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/menit, yakni pada waktu
habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini terjadi utamanya
pada minggu pertama post partum.
- Pada ibu yang nervus, nadinya bisa cepat, kira-kira 110 x/menit. Bisa juga
terjadi gejala syok karena infeksi, khususnya bila disertai peningkatan suhu
tubuh.
(3) Tekanan Darah
- Tekanan darah < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa meningkat dari pra
persalinan pada 1-3 hari post partum.
- Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan post
partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi, merupakan petunjuk
kemungkinan adanya pre eklampsia yang bisa timbul pada masa nifas. Namun
hal tersebut jarang terjadi.
(4) Respirasi
- Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Hal tersebut tidak lain
karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.
- Bila ada respirasi cepat post partum (> 30 x/menit), mungkin karena adanya
ikutan tanda-tanda syok.

2.1.4 Psikologis Masa Nifas


Dalam masa nifas ibu akan mengalamibeberapa fase yang berhubungandengan
adaptasi khusus pada keadaanpsikologi ibu. Fase-fase ini dibagi menjadi 3 fase:
1. Fase Taking-In
Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama
sampai hari kedua setelah melahirkan.Pada saat itu, fokus perhatian ibu terutama
pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan berulang kali
diceritakan. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap
lingkungannya.Kemampuan mendengarkan (listening skills) dan menyediakan
waktu yang cukup merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi ibu.Kehadiran
suami dan keluarga sangat diperlukan pada fase ini.Petugas kesehatan dapat
menganjurkan kepada suami dan keluarga untuk memberikan dukungan moril dan
menyediakan waktu untuk mendengarkan semua yang disampaikan oleh ibu agar
dia dapat melewati fase in dengan baik.
2. Fase Taking Hold
Fase taking hold adalah fase/periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat
sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah sehingga kita perlu
berhati-hati dalam komunikasi dengan ibu.
Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan
kesempatan sehingga timbul percaya diri. Tugas sebagai tenaga kesehatan adalah
misalnya dengan mengajarkan cara merawat bayi, cara menyusui yang benar, cara
merawat luka jahitan, mengajarkan senam nifas, memberikan pendidikan
kesehatan yang diperlukan ibu seperti gizi, istirahat, kebersihan diri, dll.
3. Fase Letting Go
Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
yang berlangsung sepuluh hari. Setelah melahirkan, ibu sudah dapat
menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan dirinya sudah
meningkat.Dukungan dari suami dan keluarga masih sangat diperlukan ibu.Suami
dan keluarga dapat membantu merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga
sehingga ibu tidak terlalu terbebani.Ibu memerlukan istirahat yang cukup sehingga
mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk merawat bayinya.

2.1.5 Tanda-Tanda Bahaya Nifas


Tanda-tanda bahaya pada masa nifas, yaitu :
1. Perdarahan lewat jalan lahir
2. Keluar cairan berbau dari jalan lahir
3. Demam lebih dari 2 hari
4. Bengkak di muka, tangan, atau kaki disertai sakit kepala dan atau kejang
5. Nyeri dan panas di daerah tungkai
6. Payudara bengkak, berwarna kemerahan dan sakit
7. Puting susu lecet
8. Ibu mengalami depresi (antara lain menangis tanpa sebab dan tidak peduli pada
bayinya)
2.1.6 Masalah Pada Masa Nifas
1. After pain/kram perut
Yaitu rasa nyeri/mules pada perut akibat kontraksi uterus yang terjadi setelah
plasenta lahir.
2. Nyeri perineum
Yaitu rasa nyeri pada perineum akibat trauma pada persalinan pervaginam atau
karena adanya jahitan robekan perineum.
3. Gangguan BAB
Gangguan BAB dapat terjadi selama kehamilan mengalami haemoroid karena
mengalami konstipasi dan pengeluaran cairan saat persalinan terlalu banyak
sehingga cairan dalam tubuh berkurang yang dapat menyebabkan kekurangan
cairan/serat dalam proses pencernaan sehingga mengganggu proses BAB.
4. Nyeri pada payudara
Nyeri pada payudara disebabkan karena adanya pembesaran payudara akibat
adanya produksi ASI dan disebabkan karena malas menyusui sehingga payudara
terasa penuh dan tegang.
5. Gangguan BAK
Gangguan BAK dapat terjadi karena kepala bayi terlalu lama menekan PBP (pintu
bawah panggul)/kandung kemih dan adanya trauma jalan lahir.(Suherni, dkk,
2009).

2.1.7 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas


a. Nutrisi dan Cairan
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama
kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya
dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi.
Bila pemberian ASI berhasil baik, maka berat badan bayi akan meningkat,
integritas kulit baik, tonus otot, serta kebiasaan makan yang memuaskan.
Nutrisi lain yang diperlukan adalah asupan cairan. Ibu menyusui dianjurkan
minum 2-3 liter per hari dalam bentuk air putih, susu, dan jus buah (anjurkan ibu
untuk minum setiap kali menyusui). Mineral, air, vitamin digunakan untuk
melindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme di
dalam tubuh. Sumber zat pengatur tersebut bisa diperoleh dari semua jenis sayur
dan buah-buahan segar.
Pil zat besi (Fe) harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama
40 hari pasca persalinan. Minum kapsul vitamin A (200.000 IU) sebanyak 2 kali
yaitu pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
b. Ambulasi
Pada masa lampau, perawatan masa nifas sangat konservatif, dimana masa nifas
harus tidur terlentang selama 40 hari.Kini perawatan masa nifas lebih aktif dengan
dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini. Perawatan mobilisasi dini
mempunyai keuntungan, yaitu sebagai berikut :
1) Memperlancar pengeluaran lochea, mengurangi infeksi masa nifas
2) Mempercepat involusi uterus
3) Memperlancar fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin
4) Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI
dan pengeluaran sisa metabolism
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin membimbing
penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya secepat mungkin
untuk berjalan. Pada persalinan normal sebaiknya ambulasi dikerjakan setelah 2
jam (ibu boleh miring kiri atau ke kanan untuk mencegah adanya tromboflebitis).
c. Eliminasi
Buang air kecil (BAK) ibu setelah melahirkan, terutama bagi ibu yang pertama
kali melahirkan akan terasa perih. Keadaan ini kemungkinan disebabkan oleh
iritasi pada uretra sebagai akibat persalinan sehingga penderita takut BAK.Bila
kandung kemih penuh, maka harus diusahakan agar penderita dapat buang air
kecil sehingga tidak memerlukan penyadapan karena penyadapan bagaimanapun
kecilnya dapat membawa bahaya infeksi.Miksi tersebut normal jika dapat BAK
spontan tiap 3-4 jam.Ibu diusahakan mampu buang air kecil sendiri.
Buang air besar (BAB).defekasi (buang air besar) harus ada dalam 3 hari post
partum. Bila ada obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala (feses yang
mengeras) tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila terjadi hal
demikian dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per oral (melalui
mulut).Pengeluaran cairan lebih banyak pada waktu persalinan sehingga dapat
mempengaruhi terjadinya konstipasi.
d. Personal Higiene
Mandi di tempat tidur dapat dilakukan sampai ibu dapat mandi sendiri di kamar
mandi. Bagian yang paling utama dibersihkan adalah puting susu dan mammae.
1) Puting susu
Harus diperhatikan kebersihannya dan luka pecah (rhagade) harus segera
diobati karena kerusakan puting susu merupakan port de entree dan dapat
menimbulkan mastitis. Air susu yang menjadi kering akan menjadi kerak dan
dapat merangsang kulit sehingga timbul enzema.
2) Partum lochea
Lochea adalah cairan yang keluar dari vagina pada masa nifas yang tidak lain
adalah sekret dari rahim terutama luka plasenta.
a) Perineum
Bila sudah buang air besar atau buang air kecil, perineum harus
dibersihkan secara rutin.Caranya dibersihkan dengan sabun yang lembut
minimal sehari sekali. Biasanya ibu akan takut jahitannya lepas, dan
merasa sakit sehingga perineum tidak dibersihkan atau tidak dicuci. Cairan
sabun yang hangat atau sejenisnya sebaiknya dipakai setelah ibu buang air
kecil atau buang air besar.Sesudah atau sebelum mengganti pembalut (pad)
harus cuci tangan dengan larutan desinfektan atau sabun. Ibu perlu
diberitahu cara mengganti pembalut, yaitu bagian dalam jangan sampai
terkontaminasi oleh tangan. Cara memakainya yaitu dari depan ke
belakang. Langkah-langkah penanganan kebersihan diri adalah sebagai
berikut :
(1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
(2) Ajarkan ibu bagaimana cara membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan
daerah sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang, baru
kemudian dibersihkan daerah sekitar anus. Nasihat pada ibu untuk
membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil/besar.
(3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya 2 kali sehari, kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci
dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari atau disetrika.
(4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air, sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
(5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada
ibu untuk menghindari untuk menyentuh luka.(Yetti Anggraini, 2010)
e. Istirahat
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, akan terasa lebih lelah bila
partus berlangsung agak lama. Seorang ibu baru akan cemas apakah ia mampu
merawat anaknya atau tidak setelah melahirkan. Hal ini mengakibatkan susah
tidur, alasan lainnya adalah terjadi gangguan pola tidur karena beban kerja
bertambah, ibu harus bangun malam untuk meneteki, untuk mengganti popok
yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Berikut adalah hal-hal yang dapat
dianjurkan pada ibu :
1) Beristirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
2) Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan yang tidak berat.
3) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal, diantaranya
adalah sebagai berikut :
a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.
c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri.
f. Seksual
Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum hamil dalam waktu 6-8
minggu.Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti, dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam vagina tanpa
rasa nyeri.Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan
ketidaknyamanan, maka aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri
kapan saja ibu siap.
Banyak budaya yang mempunyai tradisi memulai hubungan suami istri sampai
masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 60 minggu setelah
persalinan.Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.Hubungan
seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka episiotomi telah sembuh dan
lochea telah berhenti.Sebaiknya hubungan seksual dapat ditunda sedapat mungkin
sampai 40 hari setelah persalinan karena pada saat itu diharapkan organ-organ
tubuh telah pulih kembali.Ibu mengalami ovulasi dan mungkin mengalami
kehamilan sebelum haid yang pertama timbul setelah persalinan.Oleh karena itu,
bila senggama tidak mungkin menunggu sampai hari ke-40, suami/istri perlu
melakukan usaha untuk mencegah kehamilan.Pada saat inilah waktu yang tepat
untuk memberikan konseling tentang pelayanan KB.
g. Keluarga Berencana
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan dan konsepsi
yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.
Kontrasepsi yang cocok untuk ibu pada masa nifas, antara lain Metode Amenore
Laktasi (MAL), pil progestin (mini pil), suntikan progestin, dan AKDR.
h. Senam Nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah melahirkan setelah
keadaan tubuhnya pulih kembali.Senam nifas bertujuan untuk mempercepat
penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, serta memulihkan dan
menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul, dan otot perut.
Pada saat hamil, otot perut dan sekitar rahim, serta vagina telah teregang dan
melemah.Latihan senam nifas dilakukan untuk membantu mengencangkan otot-
otot tersebut.Hal ini untuk mencegah terjadinya nyeri punggung di kemudian hari
dan terjadinya kelemahan pada otot panggul sehingga dapat mengakibatkan ibu
tidak bisa menahan BAK.Gerakan senam nifas ini dilakukan dari gerakan yang
paling sederhana hingga yang tersulit.Sebaiknya dilakukan secara bertahap dan
terus-menerus (kontinu).Lakukan pengulangan setiap 5 gerakan dan tingkatkan
setiap hari sampai 10 kali.
i. Perawatan Payudara
Perawatan payudara dilakukan secara rutin agar tidak terjadi pembengkakan
akibat bendungan ASI.
1. Ajarkan untuk menjaga kebersihan payudara terutama puting susu.
2. Ajarkan teknik-teknik perawatan apabila terjadi gangguan pada payudara,
seperti puting susu lecet dan pembengkakan payudara.
3. menggunakan BH yang menyokong payudara
4. Ajarkan teknik menyusui yang benar
5. Berikan ASI kepada bayi sesering mungkin (sesuai kebutuhan) tanpa memakai
jadwal.
j. Pemberian ASI/Laktasi
Hal-hal yang perlu diberitahukan kepada ibu :
1. menyusui bayi segera setelah lahir minimal 30 menit bayi telah disusukan.
2. Ajarkan cara menyusui yang benar.
3. Memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain (ASI eksklusif)
4. Menyusui tanpa jadwal, sesuka bayi (on deman)
(suherni, dkk, 2009)

2.1.8 Kunjungan Masa Nifas


Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan
bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah
yang terjadi. Frekuensi kunjungan masa nifas
1. Kunjungan Awal 6-8 jam setelah persalinan
Tujuan :
a) Mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan rujuk jika perdarahan
berlanjut
c) Memberi konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai cara
mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri
d) Pemberian ASI awal
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermia
g) Petugas kesehatan yang menolong persalinanharus mendampingi ibu dan bayi
baru lahir selama 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi
dalam keadaanstabil
2. Kunjungan ke-II 6 hari setelah persalinan
Tujuan :
1. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilikus, tidak ada perdarah abnormal, tidak ada bau.
2. Menilai adanya demam
3. Memastikan agar ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda
penyulit
5. Memberi konseling pada ibu tentang asuhan pada bayi, perawatan tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari
3. Kunjungan ke – III adalah 2 minggu setelah persalinan Sama seperti kunjungan
kedua.
4. Kunjungan terakhir 6 minggu setelah persalinan
Tujuan :
- Mengkaji tentang kemungkinan penyulit pada ibu
- Memberi konseling keluarga berencana (KB) secara dini

2.2 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan


2.2.1 Pengkajian Data
Hari/ tanggal : … Jam : ….
No. register :Untuk mengatahui nomor urut, status pasien dan memudahkan
pencarian kartu atau status pasien saat kunjungan ulang.
Pengkajian :Untuk mengetahui siapa yang melakukan pengkajian kapan waktunya,
dilakukan dimana dan mulai masuk ke sarana kesehatan kapan.
A. Data Subyektif
1. Biodata
- Nama : Nama klien dan suami perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada
kesamaan nama dengan klien lain (Christina I, 1984 : 84)
- Umur : Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman
untuk kahamilan dan persalinan adalah 20– 30 tahun (Sarwono, 1999 : 23)
Semua wanita usia subur20 –30 tahun saat yang tepat untuk persalinan
dengan jarak > 2 tahun merupakan masa reproduksi yang sehat (Depkes
RI, 1993 : 54)
- Pendidikan : Makin rendah pendidikan ibu, kematian bayi makin tinggi
sehingga perlu diberi penyuluhan (Depkes. RI, 1993 : 30)
- Pekerjaan : Pekerjaan suami dan ibu Sendiri untuk mengetahui bagaimana
taraf hidup dan social ekonominya agar nasehat kita sesuai juga
mengetahuI apakah pekerjaan mengganggu atau tidak misalnya bekerja
dipabrik rokok mungkin zat yang dihisap akan berpengaruh pada janin
(Christina I, 1989 : 85)
- Perkawinan :Beberapa kali kawin dan beberapa lamanya untuk membantu
menentukan bagaimana keadaan alat kelamin ibu. Kalau orang hamil
sesudah lama kawin nilai anak tentu besar sekali dan ini harus
diperhitungkan dalam pimpinan persalinan (Sulaiman, 1983 : 155)
- Alamat : Untuk mengetahui ibu tinggal dimana, menjaga kemungkinan
bila ada ibu yang namanya sama. Agar dapat dipastikan ibu yang mana
yang hendak ditolong untuk kunjungan pasien (Christina, 1989 : 84)
2. Keluhan Utama
Merupakan keadaan yangdirasakan ibu saat ini, yangmenyebabkan ibu
datang kefasilitas kesehatan, misalnyamual, muntah, pusing, cepatlelah, dan
lain sebagainya
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Meliputi penyakit yang pernahdialami, penyakit yang sedangdiderita dan
mendapatpengobatan yang sedang ataupernah dilakukan.Hal ini
pentingdiketahui untuk melihatkemungkinan adanya penyakit –penyakit yang
menyertai danyang dapat mempengaruhikehamilannya, sehubungandengan
keadaan ibu yang lemahpada waktu kehamilan dansetelah melahirkan.
Penyakittersebut antara lain : jantung,diabetes melitus, anemia,hipertensi
esensial, gonorhoe,TBC paru, asma, kelainanpembekuan darah,
hepatitisinfeksiosa.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan mengenai latarbelakang keluarga penyakit yang di derita
keluarga, sehubungan dengan keadaan ibu yang lemah pada waktu kehamilan
dan setelah melahirkan. Penyakit tersebut antara lain : jantung, diabetes
melitus, anemia, hipertensi esensial, gonorhoe, TBC paru, asma, kelainan
pembekuan darah, hepatitis infeksiosa.
5. Riwayat Menstruasi
- Menarche pada umur pubertas, 12-16 tahun, selama haid siklus teratur 28-
35 hari, lama 3-5 hari ada yang 1 – 2 hari di ikuti darah sedikit -
sedikitdan ada yang sampai 7 – 8 hari. Pada wanita biasanya haid itu tetap.
dengan pengeluaran darah + 50-70 cc ibu tidak mengalami gangguan haid/
nyeri. (Sarwono, 1999 : 103-104)
- Selama haid tidak ditemukan keluhan pusing- pusing, pingsan ataupun
tanda- tanda anemia yang lain serta jumlah perdarahan yang lebih hingga
ada stolsel, untuk mengidentifikasi adanya resiko perdarahan selama
persalinan. (Persis Mary Hamilton, 1995)
Ditanyakan dengan maksud :
1. Untuk mengetahui fungsi alat kandungan
2. Untuk mengetahui usia kehamilan.
3. Untuk menghitung tanggal persalinan.
4. Kemungkinan lain yang mungkin terjadi pada pola haid.
6. Riwayat Pernikahan
- Ibu menikah berapa kali
- Lamanya menikah
- Umur pertama kalimenikah
7. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
- Riwayat Kehamilan
Ditanyakan hamil dari pernikahan yang keberapa, berapa umur
kehamilannya pernah keguguran atau tidak, ada penyulit kehamilan apa.
- Riwayat Persalinan
Ditanyakan jenis persalinan apa (normal / operasi / alat) siapa yang
menolong jenis kelaminnya apa.
- Riwayat Nifas
Ditanyakan nifasnya berjalan normal atau tidak ada kelainan atau tidak
memberikan ASI atau tidak, berapa lama.
- Komplikasi
a) Pusing kemungkinan ibu menderita anemia yang bisa menyebabkan
perdarahan post partum
b) Kejang kemungkinan gejala eklamsi yang bias menimbulkan gawat
janin dan ibu.
c) Ibu yang tanda komplikasi persalinan akan berlangsung dengan lancer
(Modul 2, 2002 : 8)
8. Pola Kebiasaan Sehari – hari
a. Nutrisi Hal yang perlu ditanyakan bagaimana nafsu makannya, berapa
kali, bagaimana komposisinya berapa banyak, jumlah minumnya, apa
saja, semua ditanyakan sebelum dan saat hamil, adakah masalah dalam
memenuhi kebutuhan nutrisinya.
b. IstirahatWaktu istirahat harus lebihlama ± 10 – 11 jam. Untukwanita
hamil, juga dianjurkanuntuk tidur siang.(Christina,1993:168)Jadwal
istirahat dan tidurharus diperhatikan dennganbaik karena istirahat dantidur
yang teratur dapatmeningkatkan kesehatanjasmani dan rohani
untukkepentingan pertumbuhan danperkembangan janin.(Manuaba,
1998:140)
c. Aktivitaswanita yang sedang hamilboleh bekerja tetapi sifatnyatidak
melelahkan dan tidakmengganggu kehamilan.Misalnya : pekerjaan
rumahtangga yanng ringan, masak,menyapu, tetapi janganmenimba,
mengangkat air,dll.Pekerjaan dinas misalnya. Guru,pegawai kantor
bolehditeruskan. Pekerjaan yangsifatnya dapat mengganggukehamilan
lebih baikdihindarkan misalnyapekerjaan di pabrik rokok,percetakan,
yangmengeluarkan zat yang dapatmengganggu janin
dalamkandungannya.(Christina,1993:163)
d. EliminasiPada hari pertama setelah persalinan ibu sudah bisa melakukan
buang air kecil tanpa bantuan selang (kateter), ibu sudah harus bisa buang
air besar dalam waktu ± 6 jam.
e. Kebersihan diri ditanyakan pada ibu kebersihan diri sehari – hari.
f. Kebiasaanlain seperti Merokok, minum alkohol, dankecanduan
narkotikamerupakan kebiasaan yangsecara langsung dapatmempengaruhi
pertumbuhandan perkembangan janin,menimbulkan cacat bawaanatau
kelainan pertumbuhandan perkembangan mental.(Manuaba,1998:140)
g. Pola seksualnormalnya ibu nifas bisa melakukan hubungan seksual setelah
kembali fungsi alat genetalianya, ± 40 hari, jika ibu sudah merasa nyaman
untuk bisa melakukan hubungan seksual.
9. Riwayat Psikososial Budaya dan Sosial
a) Psikososial
Bagaimana tanggapan ibu dansuami tentang kehamilan danbagaimana
dukungannya, ibumenginginkan persalinan dimana.
b) Sosial
Bagaimana hubungan ibu dankeluarga dengan warga sekitar,petugas
kesehatan
c) Budaya
Kepercayaan terhadap takhayul,upacara adat yang pernahdilakukan, ada
pantang makanatau tidakUntuk mengetahui bagaimanasikap ibu terhadap
agama yangdiyakininya.

B. Data Obyektif
1. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Pemeriksaan TTV :
TD : ….. mmHG
N : … x/menit
R : … x/menit
S : … ºC
2. Pemeriksaan fisik
A. Inspeksi
Rambut : Bersih, warna,mudah rontok/ tidak. Rambut yang mudah
dicabut menandakan kurang gizi /kelainan tertentu.
Muka : Chloasmagravidarum+/-, edema ,pucat.
Mata : Sklera kuning/ tidak, konjungtiva pucat/ tidak, Konjungtiva
normal warna merah muda, bila pucat menandakan anemia.
Sklera berwarna putih, bila kuning menandakan teinfeksi
hepatitis, bila merah kemungkinan ada conjungtivitis.
Telinga : Ada/ tidak secret, pendengaran baik
Bibir : Lembab, tidakpucat, Terdapat stomatitis/ tidak.
Mulut : Tidak stomatitis,t idak adacaries padagigi, gusipucat/ tidak.
Dalam kehamilan sering timbul stomatitis dan gingivitis yang
mengandung pembuluh darah dan mudah berdarah, maka perlu
perawatan mulut agar terlihat bersih.( Sarwono,1999:405).
Adanya caries yang menandakan ibu kekurangan kalsium. Saat
hamil sering terjadi caries yang beraitan dengan emesis,
hiperemsisi gravidarum. Adanya kerusakan gigi dapat menjadi
infeksi. (Manuaba,1998:140).
Leher : Ada pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis, kelenjar limfe
/ tidak. Dalam kehamilan biasa kelenjar tyroid mengalami
hiperfunngsi dan kadang disertai pembesaran ringan.
Metabolisme basal dapat meningkat 15 – 25% walaupun
tampak gejala –gejala yang dapat menyerupai hiperfungsi
glandula tyroid namun wanita hamil itu tidak menderita
hyperthyroid. (Sarwono,1999:256). Bila terdapat pembesaran
kelenjar limfe mungkin disebabkan oleh berbagai penyakit ,
misalnya peradangan akut /kronis dikepala,orofaring, kulit
kepala /daerah leher, selain itu kemungkinan terjadi TBC,
sifilis. (RobertPriharjo,1996:62). Bila terdapat pembendungan
venajugularis, menandaklan adanya kelainan cardiovaskuler,
kemungkinan besar ibu mengidap penyakit jantung.
Dada :Payudara tegang, hiperpigmentasi areola mamae, putting susu
menonjol, nafas teratur, tidak sesak.
Perut : Striae lividae,linea nigra, ada bekas luka operasi/ tidak
Genetalia : Bersih/ tidak, varises +/-, tidak oedem
Ekstremitas : Oedema, varises/ tidak.
B. Palpasi
Leher :Tidak teraba pembesaran kelanjar tiroid, vena
jugularis,tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Payudara : teraba benjolanabnormal/tidak,colostrum +/-
Abdomen :Diastasis abdominals <2cm, kontraksi uterus baik, TFU
2 jari dibawah pusat.
Ekstremitas : oedema, varises/ tidak.
C. Auskultasi
Dada : untuk mengetahui terdengar suara tambahan/ tidak (ronchi/
whezing).
DJJ : +/-, teratur/ tidak, frekuensi 120 – 160 x/menit, jelas terdengar
di sebalah mana.
D. Perkusi
reflek patela +/-normal : tungkai bawah akan bergerak sedikikt ketika
tendon ditekuk. Bila gerakannya berlebihan dan cepat, maka hal ini
mungkin merupakan tanda eklampsia (Depkes RI,2000:20). Bila reflek
patela negatif, kemungkinan pasien mengalami kekurangan Vit B1.
(Pusdiknakes,1993:68)
3. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (darah lengkap,urine lengkap, tes kehamilan), USG, Hb.

2.2.2 Identifikasi Diagnosa/Masalah


Diagnosa : NY ”...”P ...... Ab ..... Post Partum Hari Ke...dengan Nifas.....
DS : Data subyektif yang mendukung diagnose
DO : Data obyektif yang mendukung diagnose
Masalah : Nyeri
DS : Data subyektif yang mendukung diagnose
DO : Data obyektif yang mendukung diagnosa
Diagnose masalah dapat ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian yang di peroleh
baik dari data subjektif maupun data objekstif. Pada langkah ini dilakukan identifikasi
terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.Rumusan diagnosis dan masalah
keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosis tetapi
tetap membutuhkan penanganan.

2.2.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial


Identifikasi masalah atau diagnosa potensial ditegakkan berdasarkan diagnosa atau
masalah yang telah ditentukan. Pada langkah ini bidan mengidantifikasi masalah
potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah
diidentifikasi.Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan.Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis atau
masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi.Langkah ini penting sekali dalam
melakukan asuhan yang aman.

2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Segera


Merupakan tindakan yang harus segera dilakukan untuk mengatasi masalah yang
ada atau yang sedang dialami oleh pasien. Dalam teori dijelaskan segera yaitu
menangani penyebab utama dan memperbaiki keadaan umum
pasien.Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
tenaga konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi klien.

2.2.5 Intervensi
Dx : NY ”...”P ...... Ab ..... Post Partum Hari Ke...dengan Nifas.....
Tujuan : Masa nifas berjalan normal
Krieria hasil :
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TFU : 2 jari dibawah pusat
4. Kontraksi uterus : baik
5. Proses laktasi lancar
6. Ibu dapat menyusui bayinya
7. Nyeri berkurang

Intervensi
1. Jelaskan pada klien suami dan keluarga tentang masa nifas.
R/ dengan bertumbuhnya pengetahuan maka klien suami dan keluarga lebih
kooperatif sehingga memudahkan untuk melakukan perawatan.
2. Anjurkan ibu untuk mobilisasi seperti miring kanan, miring kiri, duduk dan
berjalan-jalan.
R/ untuk mempercepat proses involusi, memeperlancar peredaran darah.
3. Lakukan observasi kontraksi uterus dan pengeluaran lokhea.
R/ mengetahui apakah kontraksi uterus dalam proses involusi baik atau tidak?
4. Melakukan observasi tanda-tanda vital.
R/ untuk deteksi dini adanya kelainan.
5. Anjurkan ibu untuk tidak tarah.
R/ untuk mempercepat penyembuhan luka episotomi.
6. Anjurkan ibu sering mungkin untuk menyusui.
R/ menghindari adanya bendungan ASI.

2.2.6 Implementasi
Pelaksanaan asuhan kebidanan mengacu pada rencana tindakan yang telah disusun
secara menyeluruh dan dilaksanakan secara efisien dan aman.

2.2.7 Evaluasi
Setelah memberikan asuhan kebidanan, kemudian dilakukan evaluasi untuk menilai
keefektifan dari asuhan yang diberikan.Tujuan yang diharapkan tercapai yaitu masa
nifas berjalan normal tanpa adanya komplikasi.Dari hasil evaluasi ini di tentukan
apakah rencana tindakan kebidanan itu relevan diterapkan atau sudah harus di
hentikan atau revisi ulang. Berdasarkan evaluasi selanjutnya asuhan kebidanan di tulis
dalam bentuk catatan perkembangan yang mencakup SOAP :Dalam evaluasi
menggunakan SOAP, yaitu :
S : Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesa.
O : Menggambarkan pendokumentasian hasil dari implementasi apakah asuhan
sudah sesuai dengan tujuan dalam implementasi.
A : Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi.
P : Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi
berdasarkan assesment.

Anda mungkin juga menyukai