Anda di halaman 1dari 23

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

Bab ini membahas tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan

hipotesis. Kajian pustaka menguraikan tentang teori-teori yang terkait dengan

variabel yang diteliti dan uraian singkat mengenai penelitian sebelumnya.

Kerangka pemikiran menguraikan tentang hubungan antar variabel, dan hipotesis

penelitian menjelaskan tentang jawaban secara teoretis atas penelitian ini.

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Minat Muzakki Membayar Zakat

Secara bahasa, minat diartikan sebagai sebuah kecenderungan hati yang

tinggi terhadap sesuatu, gairah, atau keinginan (kbbi.kemdikbud.go.id).

Muhammad, et al (2014) mengemukakan minat sebagai suatu komponen yang

memiliki peran penting untuk menerima ataupun menolak dalam melaksanakan

perilaku tertentu. Minat seseorang dapat dikatakan memiliki sifat yang tidak tentu

karena kondisi seseorang sangat mempengaruhi minat sehingga dapat mengubah

minat seseorang.

Dalam lingkup zakat, minat membayar zakat merupakan kesadaran

masyarakat dalam membayar zakat sesuai dengan ketentuan syariah tentang

pengetahuan zakat seperti nisab, haul dan cara mengeluarkannya dengan benar

melalui amil yang merupakan bentuk dan perwujudan kepatuhan muzakki

terhadap perintah zakat (Aisyah, 2014). Oleh karena itu, pengetahuan masyarakat

muslim mengenai zakat sangat berpengaruh terhadap kesadaran masyarakat

membayar zakat, termasuk pengetahuan zakat mengenai pemerataan dan

8
9

pendistribuasian pendapatan yang memihak kepada rakyat miskin, maka

pendapatan juga berpengaruh terhadap jumlah zakat yang harus dibayarkan oleh

muzakki (Azizi, 2008:76-77).

Setiap pengelolaan zakat yang dilakukan lembaga harus dapat

meningkatkan dan memaksimalkan zakat yang diterima. Disisi lain, suatu

lembaga zakat juga wajib untuk mengupayakan adanya keinginan muzakki dalam

membayar zakat. Selain itu kurangnya keterlibatan muzakki sebagai stakeholder

menjadi suatu faktor penghambat kurangnya minat muzakki dalam membayar

zakat di lembaga zakat. Oleh sebab itu, lembaga amil zakat seharusnya dapat

membuat muzakki percaya atas dana zakat yang dikelola oleh lembaga amil zakat

tersebut.

Ketidakpercayaan muzakki terhadap lembaga amil zakat membuat

sebagian muzakki lebih memilih untuk membayar zakat secara langsung kepada

mustahiq dari pada membayar zakat ke lembaga zakat. Oleh sebab itu,

pengelolaan zakat seharusnya menerapkan prinsip good organization governance

yaitu amanah, transparan dan profesional, sehingga dapat menumbuhkan

semangat muzakki untuk menyalurkan zakatnya melalui lembaga amil zakat

(Sholahuddin, 2006:236-237).

Crow dan Crow dalam Shaleh (2004:264) menyatakan bahwa terdapat 3

(tiga) dimensi yang dapat mempengaruhi minat. Pertama, dorongan dari dalam

individu yaitu muzakki yang selalu melaksanakan perintah Allah Swt dan paham

akan kewajiban untuk menunaikan zakat serta berusaha untuk membayar zakat

setelah mencapai nishab. Kedua, motif sosial yang berarti dorongan dari keluarga
10

atau orang terdekat untuk membayar zakat serta banyak masyarakat di lingkungan

tersebut yang kekurangan harta sehingga timbullah minat muzakki untuk

membayar zakat agar dapat mengurangi beban orang miskin. Ketiga, faktor

emosional yang berarti mempunyai hubungan yang erat dengan emosi, sebagai

contohnya muzakki mengeluarkan zakatnya karena berharap akan mendapat

balasan dari Allah Swt.

2.1.2 Pengetahuan Zakat

Bukhari (2009) menyatakan bahwa pengetahuan zakat merupakan

pengetahuan masyarakat tentang zakat, tujuan dan manfaat membayar zakat,

dampak yang akan diperoleh dari membayar zakat sehingga dapat melahirkan

budaya berzakat dalam masyarakat sebagai suatu kewajiban yang wajib

ditunaikan. Pengetahuan masyarakat dan cara pandang masyarakat tentang zakat

masih sangat kental dengan nuansa fiqh yang harus ditambahkan dengan cara

pandang yang akan memungkinkan zakat dapat diberdayakan. Cara pandang

sosial dan ekonomi sepertinya dapat ditambahkan untuk melihat kewajiban

membayar zakat. Jika selama ini masyarakat memandang zakat sebagai iman yang

tidak ada kaitannya dengan persoalan sosial dan ekonomi, maka saat ini zakat

harus dipandang sebagai sumber kekuatan ekonomi yang dapat dipergunakan

untuk menyelesaikan berbagai persoalan sosial umat muslim terutama dapat

mengurangi kemiskinan.

Faktor pengetahuan zakat mempunyai nilai yang sangat penting dalam

konteks pemberdayaan zakat karena pengetahuan seseorang tentang sesuatu dapat

mempengaruhi perilaku atau tingkah lakunya. Dalam ilmu filsafat fenomenologis


11

menjelaskan bahwa tingkah laku seseorang merupakan konsekuensi dari sejumlah

dokrin (pandangan) yang hidup dikepala seseorang yang bersangkutan, sebagai

contohnya tingkah laku dalam mengambil keputusan untuk membayar zakat

secara langsung kepada mustahiq atau membayar zakat melalui lembaga (kanji, et

al. 2011).

Halimah (2017) menyatakan bahwa beberapa pengetahuan tentang zakat

yang harus dipahami. Pertama, prinsip-prinsip zakat yang terdiri dari enam

prinsip yaitu prinsip keyakinan keagamaan, prinsip pemerataan dan keadilan,

prinsip produktivitas dan kematangan, prinsip etik dan kewajaran, prinsip

kebebasan, dan prinsip penalaran. Prinsip keyakinan keagamaan yaitu orang yang

membayar zakat percaya bahwa pembayaran tersebut merupakan ibadah yang

wajib ditunaikan, prinsip pemerataan dan keadilan mengambarkan tujuan zakat,

prinsip produktivitas dan kematangan menekankan bahwa zakat dibayar setiap

tahun setelah mencapai nishabnya, prinsip etik dan kewajaran yaitu zakat tidak

akan diminta tanpa asal-asalan tanpa melihat akibat yang akan ditimbulkannya,

prinsip kebebasan yaitu seseorang yang bebas sebelum disyaratkan untuk

membayar zakat, dan prinsip penalaran yaitu zakat yang dibayar oleh orang yang

berakal sehat dan bertanggung jawab.

Kedua, tujuan dari berzakat yaitu mengangkat derajat fakir miskin dan

membantu mustahiq keluar dari permasalahan ekonomi, membina tali

persaudaraan dan saling tolong menolong antara sesama muslim, menghilangkan

sifat kikir para pemilik harta, membersihkan penyakit hati dari orang-orang

miskin sehingga tidak terjadinya tindakan kriminal, mengembangkan rasa


12

tanggung jawab pada diri muzakki, mendidik manusia untuk berdisiplin dalam

menunaikan kewajiban membayar zakat sehingga dapat menyerahkan hak orang

lain yang ada pada harta muzakki dan sebagai sarana pemerataan pendapatan

untuk dapat mencapai keadilan sosial sehingga dapat mengurangi kemiskinan dan

penghindaran ketidaksetaraan (Athoillah, 2014).

Ketiga, manfaat zakat yaitu terdapat dimensi kemaslahatan serta sumber

daya ekonomi dalam masyarakat dapat terkelola dengan potensi yang bagus

(Salmawati, 2018). Hal tersebut dapat dibentuk melalui peningkatan kesejahteraan

masyarakat yang dapat dilakukan melalui berbagai pengelolaan dan penyaluran

zakat yang tepat sasaran kepada mustahiq. Oleh karena itu, zakat dikumpulkan

dan membutuhkan suatu lembaga untuk dapat mengelola zakat tersebut. Qardawi

(2007:545) menyatakan bahwa masalah yang berkaitan dengan zakat bukan tugas

yang dapat diselesaikan oleh satu orang, namun hal tersebut merupakan tugas

negara, sehingga membutuhkan pengurus yang dapat mengurus zakat dengan baik

dan profesional.

Keempat, syarat harta yang wajib dizakati yaitu pada pasal 676 Kompilasi

Hukum Ekonomi Syariah disebutkan bahwa zakat wajib bagi setiap orang atau

badan dengan beberapa syarat yaitu muslim, mencapai nishab dengan

kepemilikan penuh (sempurna) walaupun sifat harta itu terkadang berubah disela-

sela haul, memenuhi syarat satu haul untuk harta-harta tertentu, harta tidak

bergantung pada penggunaan seseorang artinya harta tersebut tidak terikat oleh

utang (Athoilah, 2014)


13

Kelima, syarat zakat yaitu muslim (beragama Islam), merdeka, baligh dan

berakal serta mempunyai harta yang sudah mencapai nishab (Djuanda, 2006).

Sabiq (2017:187-189) menyatakan bahwa zakat diwajibkan bagi seluruh umat

muslim yang sudah merdeka, mempunyai harta yang sesuai dengan jenis harta

yang wajib dizakiti dan jumlah harta kekayaannya sudah mencapai haul dan

nishab (batas mengeluarkan zakat). Triyawan (2016) menjelaskan tentang syarat

wajib zakat bagi muzakki yaitu seseorang muslim yang sudah baligh, mempunyai

akal sehat, merdeka, bebas dari permasalahan hutang, mempunyai harta kekayaan

yang penuh yang sudah mencapai nishab dan haul serta barang tersebut

merupakan barang yang berkembang (produktif).

Keenam, orang yang berhak menerima zakat (mustahiq). Para ulama dan

ahli hukum Islam selalu merujuk pada surah At-Taubah ayat 60 ketika membahas

tentang orang-orang yang berhak menerima zakat. Dalam surat At-Taubah ayat 60

sangat jelas menyebutkan kelompok-kelompok yang berhak menerima zakat yaitu

zakat hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus

zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-

orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam

perjalanan (Zuhri, 2000:61). Az-Zibari (2006:153) menyatakan bahwa zakat

hanya dibagi kepada delapan asnaf sesuai dengan firman Allah Swt dalam Surat

At-Taubah ayat 60 dan telah disepakati oleh para ulama. Namun, hanya saja

mereka berbeda pendapat apakah pembagian zakat dibagi rata kedalam delapan

asnaf. Al-Syafii menyatakan bahwa zakat dibagikan merata kepada delapan asnaf,

sedangkan Imam Abu Hanifah, Malik dan Ahmad menyebutkan bahwa boleh
14

hanya kepada satu asnaf saja. Hal tersebut merupakan ijma’ para sahabat bahkan

Imam malik setuju jika hal tersebut dapat diberikan kepada mustahiq yang sangat

membutuhkan.

Tabel 2.1
Kriteria mustahiq dan prosentase zakat berdasarkan keputusan Dewan
Syariah Baitul Mal Aceh yaitu Nomor 01/SE/V/2006, tanggal 1 Mei 2006

N Ashnaf Prosentase Kriteria Mustahiq

o
1 Fakir 15 % 1. Orang yang tidak memiliki harta dan
tidak sanggup berusaha sama sekali
2. Tidak mendapatkan bantuan atau
pertolongan dari pihak lain
2 Miskin 30% Orang yang memiliki harta dan usaha
namun penghasilannya tidak mencukupi
kebutuhan hidupnya baik untuk sendiri
maupun untuk keluarganya.
3 Amil 10 % 1. Biaya untuk pengelolaan zakat yang
tidak diberi gaji oleh Pemerintah
Daerah
2. Mendukung kegiatan pengelolaan
zakat yang tidak biayai ataupun tidak
cukup dibiayai oleh pemerintah
4 Muallaf 2.50% Orang yang baru masuk Islam
5 Riqab 0% Sementara tidak disediakan
6 Gharimin 10 % 1. Orang miskin yang membutuhkan
atau memiliki pengeluaran yang tidak
terduga atau tidak dapat diatasi sendiri
tanpa bantuan dari pihak lain
contohnya biaya perobatan, musibah
dan bencana alam.
2. Bantuan darurat berupa bencana alam
7 Fi 12.50 % Kegiatan untuk menegakkan aqidah umat
Sabilillah yaitu:
1. Bantuan sarana dan operasional
lembaga pendidikan kepada
masyarakat yang belim berdaya
2. Membangun tempat peribadatan yang
15

sesuai dengan kebtuhan darurat


ataupun mendesak.
8 Ibn Sabil 20 % 1. Lebih diarahkan kepada beasiswa
untuk pelajar miskin yang berprestasi
tinggi, pelajar miskin biasa dimulai
dari tingkat SD sampai S3 dan
program pelatihan untuk kegiatan
ataupun keterampilan
2. Bantuan untuk orang yang telah
kehabisan bekal dalam perjalanan
Sumber: Nurdin (2011:136)

Ketujuh, macam-macam zakat yang meliputi zakat fitrah (zakat badan) dan

zakat maal (zakat harta). Zakat fitrah merupakan zakat jiwa (zakah al-Nafs) yaitu

berkewajiban berzakat bagi setiap individu baik untuk yang sudah dewasa ataupun

belum dewasa yang dibarengi dengan ibadah puasa pada bulan ramadhan dan

zakat fitrah wajib dikeluarkan sebelum shalat Idul Fitri (Fitriah, 2017). Ketentuan

nishab pada zakat fitrah sebanyak 2,5 kg atau satu sha’ yang diambil dari hasil

pertanian seperti beras, gandum, kurma dan anggur kering. Permasalahannya yaitu

bagaimana dengan penduduk yang beragama Islam namun tidak mempunyai jenis

hasil pertanian yang sama dengan keempat kategori di atas. Zakat fitrah juga dapat

dibayar dengan uang, begitulah pendapat Abu Hanifa, Imam Hasan Basri, Umar

bin Abdul Azis dan Al-tshausiri yang dikutip oleh Yusuf Qardhawi. Abu Ishak

berkata bahwa “Aku mendapat orang membayar zakat fitrah (zakat badan) pada

bulan suci Ramadhan dengan beberapa dirham seharga makanannya”. Qardhawi

(2011:949) mengemukakan alasan kebolehan masyarakat dalam membayar zakat

fitrah dengan uang yaitu pembayaran zakat dengan uang itu lebih mudah di zaman

sekarang seperti di lingkungan negara industri, dimana masyarakat tidak akan

bermuamalah dan berzakat kecuali dengan uang.


16

Selanjutnya zakat maal atau disebut dengan zakat harta benda yaitu zakat

yang dikeluarkan oleh umat muslim berdasarkan jumlah presentasi kekayaan yang

dimilikinya. Zakat maal dapat dibayarkan dalam satu bulan ataupun satu tahunan

(Hafidhuddhin, 2003:17). Dalam Al-Quran dan Hadits telah mengemukakan

beberapa macam harta yang menjadi objek zakat mal yaitu zakat emas dan perak

(Q.S. At-Taubah:34-35), zakat pertanian (Q.S. Al-An’am:141) dan zakat profesi

(Q.S. al-Baqarah:267). Dalam hadits Nabi Saw juga dijelaskan tujuh jenis harta

kekayaan yang wajib dizakati. Ketujuh jenis harta tersebut yaitu hasil pertanian,

emas, perak, barang dagangan, barang temuan, hasil tambang dan hewan ternak

(Fitriyah, 2017).

Tabel 2.2
Jenis Harta, Nisab dan Zakatnya
No Jenis barang Nisab Zakat
1 Emas 85 gram (200 dirham) 2,5%
Perak Analogi 85 gr emas 2,5%
2 Unta 5 ekor 1 ekor
kambing
Kambing dan sejenisnya 40 ekor 1 ekor
Sapi dan sejenisnya 30 ekor 1 ekor
3 Biji-bijian dan Buah-buahan 5 sha‟ = 200 dirham 5%
(Irigasi)
Biji-bijian dan Buah-buahan 5 sha‟ = 200 dirham 10%
(non irigasi)
4 Perniagaan Analogi 85 gr emas 2,5 %
5 Barang tambang dan hasil laut Analogi 85 gr emas 20%
bernilai besar dan tanpa biaya
operasional
Barang tambang dan hasil laut Analogi 85 gr emas 2,5%
bernilai kecil dan tanpa biaya
operasional
17

Barang tambang dan hasil laut Analogi 85 gr emas 2,5%


bernilai besar dan menggunakan
biaya operasional
Barang tambang dan hasil laut Analogi 85 gr emas 2,5%
bernilai kecil dan menggunakan
biaya operasional
6 Profesi Analogi Emas 85 gr 2,5%

Sumber: Hafidhuddin (2002: 28-131)

2.1.3 Kepercayaan

Kepercayaan dapat dikatakan bahwa tindakan seseorang ataupun suatu

kelompok konsisten dengan keyakinan mereka. Dengan kata lain, kepercayaan

adalah keyakinan kita terhadap suatu produk terdapat atribut tertentu, keyakinan

itulah muncul dari persepsi yang berulang adanya pembelajaran dan pengalaman

(Amir, 2005:62-63). Pada dasarnya kepercayaan merupakan kemauan suatu pihak

untuk mengandalkan pihak lain. Zaenuri, et al (2002:14) menyatakan

kepercayaan merupakan sekumpulan keyakinan yang spesifik terhadap integritas

(kejujuran dari pihak yang dipercaya), competency (kemampuan pihak yang

dipercaya untuk melakukan kebutuhan yang mmepercayainya), benevolence

(perhatian dan motivasi yang dipercaya dapat bertindak sesuai dengan

kepentingan mereka) dan predictability (konsistensi perilaku pihak yang

dipercaya).

Menurut Wibowo (2006:380), untuk membangun sebuah kepercayaan

maka diperlukan tujuh core values. Pertama, transparansi (keterbukaan)

merupakan tindakan yang membuat suatu persoalan menjadi jelas, mudah

dipahami dan tidak ragukan lagi kebenarannya (Larasati ,2017:30). Kedua,

kompeten merupakan salah satu hal yang penting untuk dimiliki, dikarenakan jika
18

seseorang ingin mendapatkan kepercayaan maka harus memiliki kemampuan

untuk melaksanakan tugas tertentu (Satrio, et al. 2016). Ketiga, kejujuran

merupakan elemen yang sangat penting untuk mendapatkan sebuah kepercayaan

agar dapat menghindari kecurangan yang bersifat merugikan orang lain (Rouf,

2011). Keempat, integritas yaitu kesesuaian antara perkataan, pemikiran dan

tindakan serta melaksanakan tugas secara profesional. Kelima, Akuntabilitas yaitu

dorongan seseorang untuk mempertanggung jawabkan sesuatu yang telah ia

kerjakan kepada orang lain. Keenam, sharing mempunyai manfaat nilai psikologis

dalam membangun kepercayaan sehingga dapat membantu membangun hubungan

yang baik antara satu sama lain, baik itu berupa sharing informasi, pengalaman,

dan keahlian. Ketujuh, penghargaan yang bertujuan untuk mendorong sebuah

kepercayaan, maka harus ada respek yang dapat menghargai satu sama lainnya

(Nur, 2018).

2.1.4 Pendapatan

Pada dasarnya pendapatan adalah balas jasa yang diterima oleh pemilik

faktor produksi atas pengorbanannya dalam proses produksi, seperti tenaga kerja

yang memperoleh gaji, tanah memperoleh balas jasa dalam bentuk sewa tanah dan

keahlian yang termasuk enterpreneur yang memperoleh balas jasa dalam bentuk

laba (Sukirno dalam Rouf, 2011:43). Sumarwan (2004:204) menjelaskan

pendapatan adalah imbalan yang diterima oleh seorang konsumen dari pekerjaan

yang ia lakukan dengan tujuan untuk mencari nafkah. Islam mewajibkan zakat

atas kekayaan dan juga mewajibkan zakat atas penghasilan, shingga pendapatan

terbagi atas gaji (upah), penghasilan dan keuntungan (Qardawi, 2004:1033-1034).


19

Gaji adalah balas jasa yang diterima oleh seorang pegawai yang

memberikan sumbangan dalam bentuk uang yang bertujuan untuk mencapai

tujuan organisasi, sedangkan upah yaitu kata lain dari kata gaji yang di tujukan

pada pegawai tertentu, biasanya pegawai bagian operasi (Hariandja, 2002:245).

Sementara itu, penghasilan dan keuntungan yang diwajibkan zakat berupa

pendapatan dari hasil barang tambang, hasil pertanian dan juga pendapatan dari

hasil pekerjaan bebas termasuk upah, gaji, honorium dan hasil lain yang diperoleh

dari berbagai macam pekerjaan dan usaha.

2.1.5 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang faktor-faktor

minat muzakki membayar zakat. Penelitian Rouf (2011), menunjukkan bahwa

faktor yang mempengaruhi minat masyarakat dalam mmebayar zakat yaitu faktor

kepercayaan, religius dan pendapatan melalui BAZNAZ Kabupaten Labusel.

Motode yang digunakan yaitu kuantitatif. Hipotesis yang pertama menyatakan

bahwa variabel kepercayaan berpengaruh signifikan pada minat masyarakat dalam

membayar zakat di Rumah Zakat cabang Semarang dapat diterima. Hal tersebut

dapat diketahui dengan koefisien regresi sebesar 0,104 dengan tingkat signifikansi

0,001 (lebih kecil dari 0,05). Hipotesis yang kedua, menyatakan bahwa

pendapatan berpengaruh signifikan terhadap minat masyarakat dalam membayar

zakat di Rumah Zakat cabang Semarang dapat diterima, hal tersebut menunjukkan

bahwa dengan koefisien regresi sebesar 0,941 dengan tingkat signifikansi 0,000

(lebih kecil dari 0,05).


20

Penelitian Pratikto (2017) menunjukkan bahwa penelitan tersebut

bertujuan untuk dapat mengetahui pengaruh variabel promosi, transparansi

informasi keuangan,kualitas layanan, religius dan pendapatan terhadap minat

muzakki dalam membayar ZIS melalui LAZ. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa koefisien determinasi yang terdapat pada nilai R square

sebesar 0,347. Minat muzakki dalam membayar ZIS dapat dijelaskan oleh kelima

variabel yaitu promosi, transparansi informasi keuangan, kualitas layanan,

religiusitas dan pendapatan yaitu sebesar 34,7% dan sisanya dijelaskan variabel

lain diluar model penelitian ini. Hasil dari uji F sebesar 5,149 dengan tingkat

signifikan sebesar 0,001< 0,05, hal tersebut menunjukkan bahwa secara simultan

atau bersama-sama variabel promosi, transparansi informasi keuangan, kualitas

layanan, religiusitas dan pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

minat muzakki untuk membayar ZIS melalui LAZ. Hasil uji t menunjukkan

bahwa variabel promosi dan pendapatan tidak berpengaruh positif dan signifikan

dengan nilai sig 0,364 dan 0,175. Hasil uji t variabel transparansi informasi

keuangan, kualitas layanan dan religiusitas berpengaruh positif dan signifikan

terhadap minat muzakki membayar ZIS dengan masing-masing nilai sig 0,025,

0,018, dan 0,036.

Nurlaeli (2017) menunjukkan bahwa dorongan dalam diri dan lingkungan,

kepercayaan warga Muhammadiyah, keterbukaan dan transparansi LAZISMU

menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi warga Muhammadiyah

dalam membayar zakat di LAZISMU PDM. Sedangkan besar kecilnya zakat yang
21

akan dikeluarkan bukan merupakan faktor yang mempengaruhi warga

Muhammadiyah dalam membayar zakat di LAZISMU PDM.

Muliadi (2014), menunjukkan bahwa tujuan dari penelitian tersebut yaitu

untuk melihat pengaruh religi, pendapatan dan pelayanan terhadap minat muzakki

dalam membayar zakat pada dompet dhuafa. Hasil dari penelitian tersebut

menyatakan bahwa hasil uji simultan menunjukkan bahwa nilai probabilitas p-

value 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa variabel religi, pendapatan dan pelayanan

secara bersama-sama berpengaruh terhadap minat muzakki dalam menyalurkan

zakatnya pada Dompet Dhuafa Waspada. Dari hasil uji parsial diperoleh hasil

variabel religi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat muzakki

membayar zakat. Hal ini dapat dilihat dengan nilai p-value 0,806 > 0,05 dan T

hitung 0,247 > T tabel 1,657. Selanjutnya variabel pendapatan memiliki pengaruh

yang positif dan signifikan terhadap minat muzakki membayar zakat dengan nilai

p-value 0,000 < 0,05 dan nilai T hitung 10,827 > T tabel 1,657 dan variabel

pelayanan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat muzakki

membayar zakat dengan nilai p-value 0,744 > 0,05 dan nilai T hitung 0,327 > T

tabel 1,657.Selanjutnya hasil uji determinasi dalam penelitian ini menunjukkan

bahwa besarnya R2 yang diperoleh adalah 48,6%. Hal ini berarti bahwa variabel

dependen minat muzakki membayar zakat dapat dijelaskan oleh variabel

independen religi, pendapatan dan pelayanan sebesar 48,6% dan sisanya sebesar

51,4% dipengaruhi faktor lain di luar variabel yang digunakan dalam penelitian

ini. Dari hasil uji elastisitas disimpulkan bahwa variabel pendapatan merupakan

variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap minat Muzakki yaitu sebesar 10.
22

Larasati (2017), menunjukkan bahwa variabel kepercayaan (X1)

berpengaruh terhadap minat zakat masyarakat dengan tingkat signifikan dari

variabel kepercayaan sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 dengan nilai t hitung >

t tabel 9,069 > 1,661. Variabel religiusitas (X2) juga berpengaruh terhadap minat

zakat masyarakat dengan tingkat signifikan dari variabel religiusitas sebesar

sebesar 0,039 lebih kecil dari 0,05 dengan nilai t hitung > t tabel 2,097 > 1,661

dan variabel pendapatan juga berpengaruh terhadap minat zakat masyarakat

dengan tingkat signifikan dari religiusitas sebesar sebesar 0,011 lebih kecil dari

0,05 dengan nilai t hitung > t tabel 2,601 > 1,661. Kemudian dari uji simultan (F)

diperoleh nilai Ftabel sebesar 2,70 dan diketahui bahwa nilai Fhitung sebesar

47,869. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Fhitung > Ftabel (47,869 > 2,70),

artinya bahwa variabel kepercayaan, religiusitas dan pendapatan secara bersama

atau simultan berpengaruh signifikan terhadap Minat Zakat masyarakat pada

Baznas Kabupaten Labusel.

Setiawan (2017), menyebutkan bahwa religiusitas, kepercayaan dan

reputasi berpengaruh secara statistik signifikan terhadap minat muzakki dalam

menyalurkan zakat profesi melalui lembaga amil zakat di kabupaten Ponorogo.

Selanjutnya Yazid (2017) menunjukkan bahwa pengaruh Kualitas

Layanan pada kepentingan muzakki adalah signifikan positif, dengan Coefficient

of Standardize Lines berpengaruh langsung 0,517. Pengaruh Religiusitas pada

minat muzakki secara signifikan signifikan, dengan Standardized Line Coefficient

memiliki pengaruh langsung dari 0,148. Pengaruh Citra Kelembagaan pada


23

kepentingan muzakki adalah signifikan positif, dengan Standardized Line

Coefficient berpengaruh langsung 0,194.

Kanji, dkk (2011) menunjukkan bahwa faktor ibadah, pengetahuan zakat,

harta kekayaan atau pendapatan, peran ulama, kredibilitas lembaga amil zakat

secara parsial mempunyai pengaruh signifikan terhadap motivasi membayar zakat

sedangkan faktor peran pemerintah tidak berpengaruh positif dan signifikan

terhadap motivasi dalam membayar zakat. Secara simultan pengetahuan zakat,

faktor ibadah, harta kekayaan atau pendapatan, peran pemerintah, peran ulama

dan kredibilitas lembaga amil zakat yaitu berpengaruh positif dan signifikan

terhadap motivasi dalam membayar zakat. Motivasi iman merupakan tingkat

keyakinan yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan sesuatu dengan

mengharap ridha Allah Swt, dan pengetahuan tentang zakat harta yang mereka

punya merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia dan harus ditunaikan

dengan segera.

Penelitian yang dilakukan oleh Satrio, et al. (2016) menunjukkan bahwa

variabel pendapatan, kepercayaan, dan religiusitas berpengaruh secara signifikan

terhadap minat muzakki berzakat melalui Lembaga Amil Zakat.

Rosyidah, et al (2012) mengatakan bahwa Implikasi UU No. 23/2011

tentang pengelolaan zakat yang belum disosialisasikan pada masyarakat karena

masyarakat masih banyak yang belum mengetahui tentang sentralisasi

pengelolaan zakat yang telah dicantumkan dalam UU No.23/2011, dengan begitu

pengetahuan masyarakat tentang zakat masih minim sehingga zakat belum dapat

diterima oleh masyarakat. Pihak pengelolaan zakat adalah Lazis Sabilillah dan
24

LPP Harapan Umat mempunyai sudut pandang yang tidak sama terhadap

implikasi UU No.23/2011 tentang pengelolaan zakat terhadap legalitas LAZ.

Kesimpulannya mereka tidak menyetujui kalau UU No. 23/2011 tentang

pengelolaan zakat tersebut diimplikasikan.

Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
Nama
No Tujuan Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti
1 Rouf Menguji secara  Tingkat Faktor kepercayaan,
(2011) parsial dan simultan Kepercayaan religiusitas dan pendapatan
bagaimana  Religiusitas berpengaruh positif dan
kepercayaan,  Tingkat signifikan terhadap minat
religiusitas dan Pendapatan masyarakat dalam
pendapatan  Minat membayar zakat pada
berpengaruh terhadap Masyarakat Rumah Zakat cabang
minat masyarakat membayar Zakat Semarang.
membayar zakat di
Rumah Zakat cabang
Semarang.
2 Pratikto Menguji pengaruh  Promosi Hasil penelitian tersebut
(2017) promosi, transparansi  Transparansi menunjukkan bahwa secara
informasi keuangan, Informasi simultan atau bersama-sama
kualitas layanan, Keuangan variabel promosi,
religiusitas, dan  Kualitas Layanan transparansi informasi
pendapatan terhadap  Religiusitas keuangan, kualitas layanan,
minat muzakki untuk  Tingkat religiusitas dan pendapatan
Pendapatan berpengaruh positif dan
membayar zakat,
 Minat Muzakki signifikan terhadap minat
infaq, dan sedekah
membayar Zakat muzakki membayar ZIS
(ZIS) melalui
25

Nama
No Tujuan Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti
Lembaga Amil Zakat melalui LAZ.
(LAZ).
3 Nurlaeli Menganalisis Hasil penelitian
(2017) pengaruh minat, menunjukkan bahwa
tingkat pendapatan dorongan dalam diri dan
dan tingkat lingkungan, kepercayaan
kepercayaan warga warga Muhammadiyah,
Muhammadiyah keterbukaan dan
dalam membayar transparansi LAZISMU
zakat di LAZISMU menjadi salah satu faktor
PDM. yang dapat mempengaruhi
warga Muhammadiyah
dalam membayar zakat di
LAZISMU PDM.
Sedangkan besar kecilnya
zakat yang akan dikeluarkan
bukan merupakan faktor
yang memengaruhi warga
Muhammadiyah dalam
membayar zakat
4 Muliadi Penelitian ini  Religi Hasil penelitian tersebut
(2014) bertujuan untuk  Tingkat menyatakan bahwa hanya
melihat pengaruh pendapatan variabel pendapatan
variabel religi,  Pelayanan memiliki pengaruh yang
pendapatan dan  Minat Membayar positif terhadap minat
pelayanan terhadap Zakat muzakki dalam
minat muzakki dalam membayarkan zakatnya ke
menyalurkan zakat Dompet Dhuafa Waspada di
pada Dompet Dhuafa Kecamatan Medan Sunggal.
Tabel 2.3 – Lanjutan
Nama
No Tujuan Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti
5 Larasati Menguji pengaruh  Tingkat Berdasarkan hasil penelitian
(2017) variabel kepercayaan, Kepercayaan yang dilakukan diketahui
variabel religiusitas  Religiusitas bahwa Kepercayaan,
dan variabel  Tingkat Religiusitas dan Pendapatan
pendapatan terhadap Pendapatan secara bersama-sama atau
rendahnya minat  Rendahnya Minat simultan berpengaruh
zakat masyarakat Masyarakat signifikan terhadap Minat
berzakat melalui Membayar Zakat Zakat.
Baznas Kabupaten
Labusel.
6 Setiawan Menguji pengaruh  Religiusitas Hasil penelitian ini
(2017) Religiusitas,  Kepercayaan menunjukkan bahwa
Kepercayaan dan  Reputasi religiusitas, kepercayaan
Reputasi terhadap  Minat membayar dan reputasi berpengaruh
Minat membayar zakat profesi secara statistik signifikan
zakat profesi. terhadap minat muzakki
dalam menyalurkan zakat
profesi melalui lembaga
amil zakat di kabupaten
Ponorogo.
26

Nama
No Tujuan Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti
7 Yazid Menguji pengaruh  Kulaitas Hasil analisis menunjukkan
(2017) Kualitas pelayanan, Pelayanan bahwa pengaruh Kualitas
Tingkat kepercayaan  Tingkat Layanan, Pengaruh
dan Citra kepercayaan kepercayaan dan pengaruh
Kelembagaan  Citra Lembaga Kelembagaan Citra pada
terhadap minat kepentingan muzakki
muzakki menunaikan signifikan positif terhadap
zakat di Nurul minat muzakki menunaikan
Hidayat Cabang zakat.
Jember.
7 Kanji Menguji pengaruh  Faktor Iman Hasil penelitian
(2011) faktor iman,  Pengetahuan menunjukkan bahwa : 1)
pengetahuan zakat, Zakat faktor ibadah, pengetahuan
harta kekayaan atau  Harta kekayaan zakat, harta kekayaan atau
pendapatan, peran atau Pendapatan pendapatan, peran ulama
pemerintah, peran  Peran Pemerintah dan kredibilitas lembaga
ulama dan  Peran Ulama amil zakat secara parsial
kredibilitas Lembaga  Kredibilitas LAZ berpengaruh positif dan
Amil Zakat terhadap  Motivasi signifikan terhadap motivasi
motivasi membayar membayar zakat membayar zakat.
zakat.
8 Satrio, et alMelihat pengaruh  Faktor Hasil penelitian empiris
(2016) faktor pendapatan Pendapatan menunjukkan bahwa
yang diperoleh  Tingkat variabel pendapatan,
individu, tingkat kepercayaan kepercayaan, dan
religius kepercayaan  Tingkat Religius religiusitas berpengaruh
muzakki kepada  Minat membayar secara signifikan terhadap
Lembaga Amil Zakat zakat minat muzakki berzakat
terhadap minat melalui Lembaga Amil
membayar zakat Zakat.

Tabel 2.3 – Lanjutan


Nama Tujuan
No Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
10 Rosyidah, Peninjauan Dari hasil penelitian ini,
et al ulang dan diketahui bahwa dalam
(2012) sosialisasi implementasi undang-undang
mengenai nomor 23 tahun 2011 terhadap
undang-undang legalitas pengelolaan zakat
no.23 tahun oleh lembaga amil zakat
2011 tentang (studi pada beberapa LAZ di
zakat Kota Malang) belum
tersosialisasi kepada
masyarakat sehingga pihak
pengelola zakat dan
masyarakat ragu bahwa
undang-undang nomor 23
tahun 2011tentang
pengelolaan zakat benar-
benar diterapkan , hal ini
dikarenakan masih banyaknya
pasal yang tidak sesuai
27

Nama Tujuan
No Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
dengan kondisi masyarakat

2.2 Kerangka Pemikiran


2.2.1 Hubungan Pengetahuan dengan Minat Muzakki Membayar Zakat

Pengetahuan zakat merupakan pemahaman seorang muslim terhadap tata

keyakinan dan tata aturan zakat yang sesuai dengan ketentuan syariah, termasuk

pengetahuan zakat mengenai pemerataan dan pendistribusian pendapatan (Raviah,

2017). Pengetahuan tentang zakat sangat penting karena dapat mendorong minat

muzakki untuk membayar zakat. Dengan adanya pengetahuan zakat, maka akan

meningkatkan kesadaran muzakki untuk membayar zakat sesuai dengan ketentuan

syariah, seperti nisab, haul dan cara mengeluarkannya dengan benar melalui amil

yang merupakan bentuk kepatuhan muzakki terhadap perintah zakat (Aisyah,

2014). Kesadaran dan pengetahuan juga dibuktikan oleh penelitian Ali, et al

(2004) yang menyatakan bahwa golongan yang memiliki ilmu pengetahuan zakat

mempunyai kesadaran yang tinggi untuk membayar zakat. Oleh karena itu,

pengetahuan zakat akan mendorong minat muzakki membayar zakat dan

berpengaruh terhadap peningkatan besarnya nilai zakat.

2.2.2 Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Minat Muzakki Membayar


Zakat
Tingkat pendapatan seseorang sangat berpengaruh terhadap minat muzakki

untuk membayar zakat. Begitu pula jika ada kenaikan harta atau pendapatan dapat

mempengaruhi peningkatan jumlah zakat yang akan dikeluarkan (Kanji, 2011).

Hal tersebut sejalan dengan teori konsumsi (Medias, 2018:26) yang menjelaskan

bahwa kenaikan jumlah pendapatan dapat mempengaruhi pengeluaran seseorang,


28

baik dalam bentuk konsumsi ataupun tabungan, termasuk dalam bentuk zakat.

Selain itu, Kanji (2011) juga menyatakan bahwa pendapatan seseorang dapat

memberikan pengaruh positif terhadap tingkat pengeluarannya sampai pada

batasan tertentu (nishab). Dengan demikian, pendapatan seseorang dapat

mendorong minat muzakki untuk mengeluarkan zakat, karena pendapatan

mempunyai hubungan mengenai nishab, disamping itu pendapatan juga

berpengaruh terhadap besar jumlah zakat yang akan dikeluarkan oleh muzakki.

2.2.3 Hubungan Kepercayaan terhadap Minat Muzakki membayar Zakat

Kepercayaan terhadap lembaga zakat dapat diartikan sebagai minat atau

kemauan muzakki menggunakan lembaga zakat untuk membayar zakatnya pada

mustahiq, karena muzakki percaya dan yakin bahwa lembaga amil zakat

menerapkan prinsip good organization governance yaitu transparan, profesional

dan amanah. Selain menumbuhkan rasa kepercayaan muzakki, dana zakat yang

terkumpul akan semakin meningkat dan optimal dalam pemanfaatannya. Dengan

demikian, masyarakat akan berminat untuk membayar zakat pada lembaga amil

zakat apabila mereka percaya pada lembaga zakat (Larasati, 2017).

Beik (2012) menyatakan bahwa ketidakpercayaan muzakki terhadap

lembaga amil zakat membuat sebagian muzakki lebih memilih untuk membayar

zakat secara langsung kepada mustahiq yang berada disekitar rumah atau melalui

mesjid daripada membayar zakat melalui lembaga zakat. Hal tersebut terjadi

karena alasan kemudahan, akses yang cepat dan belum adanya kepercayaan dari

para muzakki terhadap organisasi pengelola zakat. Oleh sebab itu, kepercayaan

menjadi faktor penting yang harus diperhatikan dan dipertahankan oleh lembaga
29

zakat. Semakin tinggi masyarakat percaya kepada lembaga zakat, maka

masyarakat akan semakin menunjukkan minat untuk membayar zakat di lembaga

amil zakat (Rouf, 2011).

Secara skematis, hubungan antar variabel yang dikemukakan di atas juga

dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran

2.3 Hipotesis Penelitian


Menurut Sekaran (2011:135), hipotesis adalah hubungan yang

diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan

dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Berdasarkan kerangka pemikiran,

maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

H1 Pengetahuan zakat, tingkat pendapatan, dan kepercayaan secara

simultan berpengaruh terhadap minat membayar zakat pada

lembaga amil zakat.

H2 Pengetahuan zakat berpengaruh terhadap minat membayar zakat

pada lembaga amil zakat.


30

H3 Tingkat pendapatan berpengaruh terhadap minat membayar zakat

pada lembaga amil zakat.

H4 Kepercayaan berpengaruh terhadap minat membayar zakat pada

lembaga amil zakat.

Anda mungkin juga menyukai