2. Cara pengendalian apa saja yang termasuk dalam pengendalian dengan pendekatan kultur teknis? 3. Sebut dan jelaskan hubungan cara pengendalian (pada point no. 2) dengan pendekatan pengendalian berbasis epidemiologi (menekan X, menekan r, dan atau memanipulasi waktu t).
Jawaban:
1. Kultur teknis adalah kegiatan yang dapat mengubah lingkungan menjadi
kurang sesuai bagi perkembangan hama penyakit, atau mengalihkan perhatian hama-penyakit sehingga tanaman utama terbebas dari gangguan hama- penyakit. pada prinsipnya merupakan cara pengendalian dengan memanfaatkan lingkungan untuk menekan perkembangan populasi hama. Pengendalian ini merupakan pengendalian yang bersifat preventif, dilakukan sebelum serangan hama terjadi dengan tujuan agar populasi OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) tidak meningkat sampai melebihi ambang kendalinya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian kultur teknis yaitu : pengurangan kesesuaian ekosistem sanitasi, penghancuran atau modifikasi inang dan habitat pengganti, pengerjaan tanah, pengolahan air, ganguan komunitas penyedian berkembangnya penyakit, pergiliran tanaman, perkiraan lahan, penanaman serempak, penetapan jarak tanam, lokasi tanaman, dan memutuskan sinkronisasi antar tanaman dan penyakit. 2. Pengendalian secara kultur teknis (Cultural control), pada prinsipnya merupakan cara pengendalian dengan memanfaatkan lingkungan untuk menekan perkembangan populasi hama. Pengendalian ini merupakan pengendalian yang bersifat preventif, dilakukan sebelum serangan hama terjadi dengan tujuan agar populasi OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) tidak meningkat sampai melebihi ambang kendalinya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian kultur teknis yaitu : pengurangan kesesuaian ekosistem sanitasi, penghancuran atau modofikasi inang dan habitat pengganti, pengerjaan tanah, pengolahan air, ganguan komunitas penyedian berkembangnya penyakit, pergiliran tanaman, perkiraan lahan, penanaman serempak, penetapan jarak tanam, lokasi tanaman, dan memutuskan sinkronisasi antar tanaman dan penyakit. Pemeliharaan tanaman atau kontrol hama yang baik dapat meningkatkan kesehatan tanaman. Penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta penggantian media tumbuh dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Secara tidak langsung, kultur teknis yang baik dapat memantau keberadaan hama dan penyakit secara dini. (1) Pengelolaan Tanah, pengolahan tanah setelah panen larva-larva hama yang hidup di dalam tanah akan mati terkena alat-alat pengolahan seperti cangkul. Di samping itu akibat lain dari pengolahan tanah ini akan menaikkan larva dan telur dari dalam tanah ke permukaan tanah. Dengan demikian larva-larva dan telur larva akan dimakan burung atau mati terkena cahaya matahari langsung. (2) Sanitasi, dengan membersihkan tempat-tempat yang kemungkinan digunakan oleh serangga untuk berkembang biak, berlindung, berdiapause, maka perkembangan serangga yang menjadi hama tanaman dapat dicegah. (3) Pemupukan, penggunaan pupuk menjadikan tanaman sehat dan lebih mudah mentoleransi serangga hama tanaman. (4) Irigasi, pengolahan air dapat menghalangi perkembangan hama-hama tertentu. Akan tetapi bila cara pengolahan air kurang tepat dapat mengakibatkan peningkatan perkembangan populasi hama tanaman. (5) Strip farming, serangan hama tertentu dapat di atasi dengan cara “catch crop” yaitu bercocok tanam secara berselang seling, antara tanaman yang berumur panjang dan tanaman berumur pendek. (6) Rotasi tanaman dan pengaturan waktu tanam, menanam tanaman yang berbeda-beda jenisnya dalam satu tahun dapat memutus atau memotong daur hidup hama terutama hama yang sifatnya monofagus (satu jenis makanan)
Beberapa cara berikut yang termasuk dalam pengendalian kultur teknis pada tanaman kedelai adalah:
1. Mengatur rentang waktu tanam dan panen, pengaturan waktu panen
yaitu pada pada dapat dilakukan dengan cara menanam varietas lebih awal dari waktu biasanya atau menunda waktu penanaman. Strategi atau cara ini dimaksudkan untuk menghindari periode migrasi dan serangan yang lebih besar, tumpang tindihnya waktu tanam, serta mengatur periode tidak adanya tanaman inang hama yaitu hama kutu kebul pada kedelai. 2. Penanaman varietas yang tahan, tanaman yang tahan terhadap hama kutu kebul atau yang dapat menghambat perkembangan dan pertumbuhan nimfa kerena mengandung zat tertentu serta dapat membatasi pertumbuhan populasi kutu kebul, mengurangi kerusakan akibat serangan kutu kebul dan mengurangi migrasi masal kutu kebul ke tanaman lain. Kutu kebul juga merupakan vektor virus bagi penyakit yang bersifat tidak dapat disembuhkan, sehingga pencegahan tersebarnya virus dengan varietas tahan kutu kebul menjadi komponen pengendalian yang penting. Ketahanan varietas unggul kedelai yang telah dilepas di Indonesia terhadap serangan kutu kebul bervariasi, namun varietas kedelai yang tahan terhadap kutu kebul adalalah dari varietas Tengger, Gema, Detam I, Gepak Ijo, dan Kaba. Apabila dilakukan penanaman varietas tahan, kehilangan hasil dapat ditekan sampai 80%. Upaya ini penting dilakukan karena varietas tahan merupakan salah satu strategi penting dalam upaya mencegah dan menanggulangi serangan hama karena dapat dikombinasikan dengan teknik pengendalian lain 3. Pemberian Tanaman Penghalang, pemberian tanaman penghalang merupakan salah satu upaya untuk pengendalian kultur teknis, tanaman ini memiliki fungsi untuk menghalagi penyebaran, migrasi, dan membatasi mobilisasi hama ke tanaman. Pemberian tanaman penghalang juga bisa berperan sebagai perlindung alami dari vector virus yang non persisten seperti aphis dan yang telah terbukti cukup efektif melindungi tanaman dari infeksi virus yang menyerang. Biasanya tanaman penghalang menggunakan tanaman bukan inang dari hama target. Selain itu juga perlu pemahaman tentang perilaku hama seperti kebiasaan terbangnya dan kebiasaan perilaku memakan dan bagaimana tanaman penghalang mempengaruhi perilaku hama dan musuh alaminya. Pemahaman yang baik tentang hal tersebut akan membantu dalam merancang strategi pengendalian dengan manipulasi habitat hama yang ramah lingkungan 4. Sistem pengairan yang teratur dan stabil, dengan adanya ketersediaan air maka akan beprengaruh terhadapa siklus hidup dari hama kutu kebul, yaitu perkembangbiakannya dan kemampuannya untuk dia bertahan hidup. Dengan adanya air yang melimpah dan aplikasi pemberian pupuk nitrogen maka akan memperparah serangan dari hama kutu kebul yang ada pada tanaman kapas. Metode pengairan yang berbeda seperti irigasi tetes, sprinkler serta penyiraman melalui saluran/got berpengaruh terhadap jumlah populasi dari kutu kebul dan tersebarnya penyakit akibat virus yang ditularkan oleh hama kutu kebul pada jenis tanaman sayur. Pengaruh ketersediaan air di sekitar tanaman terhadap populasi kutu kebul adalah cekaman air di sekitar pertanaman menyebabkan meningkatnya populasi kutu kebul, air hujan berlebih yang disertai angin dapat mengurangi populasi kutu kebul, pengairan yang konsisten dengan interval pengairan irigasi singkat sesuai kebutuhan tanaman dapat membatasi perkembangan kutu kebul, pengairan tambahan dengan sprinkler dapat mengurangi populasi dan serangan kutu kebul pada tanaman kapas dan tomat. 5. Pergiliran tanam serta pengaturan pola tanam, Pergiliran tanaman dan pengaturan pola tanam dengan menanam tanaman bukan inang dapat memutus kesinambungan penyediaan makanan bagi kutu kebul di suatu tempat, dan mengurangi migrasi hama antarjenis tanaman yang dapat mengurangi populasi awal hama di suatu tempat. Rotasi tanaman paling efektif untuk mengendalikan hama yang memiliki kisaran makanan sempit dan kemampuan migrasi terbatas terutama pada fase yang aktif maka.
3. Cara pengendalian hama dengan pengendalian epidemologi adalah dengan
cara mengatur waktu tanam yaitu dengan cara melakukan masa tanam lebih awal dari peroide waktu yang biasanya. Yaitu dengan menekan r (laju infeksi) serta memanipulasi t (waktu tanam). Dengan mempercepat atau memanipulasi waktu tanam misalnya menanam lebih awal, yaitu pada waktu biasanya masa tanam dilakukan pada bulan Maret tetapi dapat dipercepat dengan menanam tanaman budidaya pada bulan Februari misalnya. Tujuan dari penanaman lebih awal ini dimaksudkan untuk menghindari serangan dari hama dan penyakit yang bisa menimbulkan kerusakan pada tanaman sehingga menyebabkan kerugian. Petani perlu melakukan cara ini untuk mendapatkan hasil panen yang berkualias dan mengurangi atau meminimalisir peluang gagal panen. Dengan cara menekan laju infeksi, maka perkembangan hama juga menurun. Melakukan masa tanam awal, maka masa panen juga bisa lebih awal, sehingga bisa menurunkan aktivitas dari hama yang menyerang tanaman budidaya serta aktivitas hama tersebut juga menurun, dengan memanipulasi waktu tanam maka bisa menekan laju infeksi dari hama dan penyakit yang menyerang tanaman budidaya.