Anda di halaman 1dari 6

Nama: Titis Ulftaningsih

NIM: 160210103094

Kelas : A

1. Apa itu pengendalian secara kultur teknis?


2. Cara pengendalian apa saja yang termasuk dalam pengendalian dengan
pendekatan kultur teknis?
3. Sebut dan jelaskan hubungan cara pengendalian (pada point no. 2) dengan
pendekatan pengendalian berbasis epidemiologi (menekan X, menekan r, dan
atau memanipulasi waktu t).

Jawaban:

1. Kultur teknis adalah kegiatan yang dapat mengubah lingkungan menjadi


kurang sesuai bagi perkembangan hama penyakit, atau mengalihkan perhatian
hama-penyakit sehingga tanaman utama terbebas dari gangguan hama-
penyakit. pada prinsipnya merupakan cara pengendalian dengan
memanfaatkan lingkungan untuk menekan perkembangan populasi hama.
Pengendalian ini merupakan pengendalian yang bersifat preventif, dilakukan
sebelum serangan hama terjadi dengan tujuan agar populasi OPT (Organisme
Pengganggu Tanaman) tidak meningkat sampai melebihi ambang kendalinya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian kultur teknis yaitu :
pengurangan kesesuaian ekosistem sanitasi, penghancuran atau modifikasi
inang dan habitat pengganti, pengerjaan tanah, pengolahan air, ganguan
komunitas penyedian berkembangnya penyakit, pergiliran tanaman, perkiraan
lahan, penanaman serempak, penetapan jarak tanam, lokasi tanaman, dan
memutuskan sinkronisasi antar tanaman dan penyakit.
2. Pengendalian secara kultur teknis (Cultural control), pada prinsipnya
merupakan cara pengendalian dengan memanfaatkan lingkungan untuk
menekan perkembangan populasi hama. Pengendalian ini merupakan
pengendalian yang bersifat preventif, dilakukan sebelum serangan hama
terjadi dengan tujuan agar populasi OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)
tidak meningkat sampai melebihi ambang kendalinya. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam pengendalian kultur teknis yaitu : pengurangan
kesesuaian ekosistem sanitasi, penghancuran atau modofikasi inang dan
habitat pengganti, pengerjaan tanah, pengolahan air, ganguan komunitas
penyedian berkembangnya penyakit, pergiliran tanaman, perkiraan lahan,
penanaman serempak, penetapan jarak tanam, lokasi tanaman, dan
memutuskan sinkronisasi antar tanaman dan penyakit. Pemeliharaan tanaman
atau kontrol hama yang baik dapat meningkatkan kesehatan tanaman.
Penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta penggantian
media tumbuh dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Secara tidak
langsung, kultur teknis yang baik dapat memantau keberadaan hama dan
penyakit secara dini. (1) Pengelolaan Tanah, pengolahan tanah setelah panen
larva-larva hama yang hidup di dalam tanah akan mati terkena alat-alat
pengolahan seperti cangkul. Di samping itu akibat lain dari pengolahan tanah
ini akan menaikkan larva dan telur dari dalam tanah ke permukaan tanah.
Dengan demikian larva-larva dan telur larva akan dimakan burung atau mati
terkena cahaya matahari langsung. (2) Sanitasi, dengan membersihkan
tempat-tempat yang kemungkinan digunakan oleh serangga untuk
berkembang biak, berlindung, berdiapause, maka perkembangan serangga
yang menjadi hama tanaman dapat dicegah. (3) Pemupukan, penggunaan
pupuk menjadikan tanaman sehat dan lebih mudah mentoleransi serangga
hama tanaman. (4) Irigasi, pengolahan air dapat menghalangi perkembangan
hama-hama tertentu. Akan tetapi bila cara pengolahan air kurang tepat dapat
mengakibatkan peningkatan perkembangan populasi hama tanaman. (5) Strip
farming, serangan hama tertentu dapat di atasi dengan cara “catch crop” yaitu
bercocok tanam secara berselang seling, antara tanaman yang berumur
panjang dan tanaman berumur pendek. (6) Rotasi tanaman dan pengaturan
waktu tanam, menanam tanaman yang berbeda-beda jenisnya dalam satu
tahun dapat memutus atau memotong daur hidup hama terutama hama yang
sifatnya monofagus (satu jenis makanan)

Beberapa cara berikut yang termasuk dalam pengendalian kultur teknis pada
tanaman kedelai adalah:

1. Mengatur rentang waktu tanam dan panen, pengaturan waktu panen


yaitu pada pada dapat dilakukan dengan cara menanam varietas lebih awal
dari waktu biasanya atau menunda waktu penanaman. Strategi atau cara
ini dimaksudkan untuk menghindari periode migrasi dan serangan yang
lebih besar, tumpang tindihnya waktu tanam, serta mengatur periode tidak
adanya tanaman inang hama yaitu hama kutu kebul pada kedelai.
2. Penanaman varietas yang tahan, tanaman yang tahan terhadap hama
kutu kebul atau yang dapat menghambat perkembangan dan pertumbuhan
nimfa kerena mengandung zat tertentu serta dapat membatasi
pertumbuhan populasi kutu kebul, mengurangi kerusakan akibat serangan
kutu kebul dan mengurangi migrasi masal kutu kebul ke tanaman lain.
Kutu kebul juga merupakan vektor virus bagi penyakit yang bersifat tidak
dapat disembuhkan, sehingga pencegahan tersebarnya virus dengan
varietas tahan kutu kebul menjadi komponen pengendalian yang penting.
Ketahanan varietas unggul kedelai yang telah dilepas di Indonesia
terhadap serangan kutu kebul bervariasi, namun varietas kedelai yang
tahan terhadap kutu kebul adalalah dari varietas Tengger, Gema, Detam I,
Gepak Ijo, dan Kaba. Apabila dilakukan penanaman varietas tahan,
kehilangan hasil dapat ditekan sampai 80%. Upaya ini penting dilakukan
karena varietas tahan merupakan salah satu strategi penting dalam upaya
mencegah dan menanggulangi serangan hama karena dapat
dikombinasikan dengan teknik pengendalian lain
3. Pemberian Tanaman Penghalang, pemberian tanaman penghalang
merupakan salah satu upaya untuk pengendalian kultur teknis, tanaman ini
memiliki fungsi untuk menghalagi penyebaran, migrasi, dan membatasi
mobilisasi hama ke tanaman. Pemberian tanaman penghalang juga bisa
berperan sebagai perlindung alami dari vector virus yang non persisten
seperti aphis dan yang telah terbukti cukup efektif melindungi tanaman
dari infeksi virus yang menyerang. Biasanya tanaman penghalang
menggunakan tanaman bukan inang dari hama target. Selain itu juga perlu
pemahaman tentang perilaku hama seperti kebiasaan terbangnya dan
kebiasaan perilaku memakan dan bagaimana tanaman penghalang
mempengaruhi perilaku hama dan musuh alaminya. Pemahaman yang
baik tentang hal tersebut akan membantu dalam merancang strategi
pengendalian dengan manipulasi habitat hama yang ramah lingkungan
4. Sistem pengairan yang teratur dan stabil, dengan adanya ketersediaan
air maka akan beprengaruh terhadapa siklus hidup dari hama kutu kebul,
yaitu perkembangbiakannya dan kemampuannya untuk dia bertahan
hidup. Dengan adanya air yang melimpah dan aplikasi pemberian pupuk
nitrogen maka akan memperparah serangan dari hama kutu kebul yang
ada pada tanaman kapas. Metode pengairan yang berbeda seperti irigasi
tetes, sprinkler serta penyiraman melalui saluran/got berpengaruh terhadap
jumlah populasi dari kutu kebul dan tersebarnya penyakit akibat virus
yang ditularkan oleh hama kutu kebul pada jenis tanaman sayur. Pengaruh
ketersediaan air di sekitar tanaman terhadap populasi kutu kebul adalah
cekaman air di sekitar pertanaman menyebabkan meningkatnya populasi
kutu kebul, air hujan berlebih yang disertai angin dapat mengurangi
populasi kutu kebul, pengairan yang konsisten dengan interval pengairan
irigasi singkat sesuai kebutuhan tanaman dapat membatasi perkembangan
kutu kebul, pengairan tambahan dengan sprinkler dapat mengurangi
populasi dan serangan kutu kebul pada tanaman kapas dan tomat.
5. Pergiliran tanam serta pengaturan pola tanam, Pergiliran tanaman dan
pengaturan pola tanam dengan menanam tanaman bukan inang dapat
memutus kesinambungan penyediaan makanan bagi kutu kebul di suatu
tempat, dan mengurangi migrasi hama antarjenis tanaman yang dapat
mengurangi populasi awal hama di suatu tempat. Rotasi tanaman paling
efektif untuk mengendalikan hama yang memiliki kisaran makanan sempit
dan kemampuan migrasi terbatas terutama pada fase yang aktif maka.

3. Cara pengendalian hama dengan pengendalian epidemologi adalah dengan


cara mengatur waktu tanam yaitu dengan cara melakukan masa tanam lebih
awal dari peroide waktu yang biasanya. Yaitu dengan menekan r (laju infeksi)
serta memanipulasi t (waktu tanam). Dengan mempercepat atau memanipulasi
waktu tanam misalnya menanam lebih awal, yaitu pada waktu biasanya masa
tanam dilakukan pada bulan Maret tetapi dapat dipercepat dengan menanam
tanaman budidaya pada bulan Februari misalnya. Tujuan dari penanaman
lebih awal ini dimaksudkan untuk menghindari serangan dari hama dan
penyakit yang bisa menimbulkan kerusakan pada tanaman sehingga
menyebabkan kerugian. Petani perlu melakukan cara ini untuk mendapatkan
hasil panen yang berkualias dan mengurangi atau meminimalisir peluang
gagal panen. Dengan cara menekan laju infeksi, maka perkembangan hama
juga menurun. Melakukan masa tanam awal, maka masa panen juga bisa lebih
awal, sehingga bisa menurunkan aktivitas dari hama yang menyerang tanaman
budidaya serta aktivitas hama tersebut juga menurun, dengan memanipulasi
waktu tanam maka bisa menekan laju infeksi dari hama dan penyakit yang
menyerang tanaman budidaya.

Anda mungkin juga menyukai