Anda di halaman 1dari 24

BAB II II.

2 Analisa Kawasan

DATA DAN ANALISA II.2.1 Letak Geografis Kawasan

II.1 Deskripsi Kawasan Secara umum kawasan ini merupakan kawasan pusat pemerintahan yang sesuai dengan rencana

Kelurahan Karan Aur ini terletak di Kecamatan Pariaman Tengah Kota Pariaman. Dengan luas pengembangan kawasan perkantoran pemerintahan dan swasta di Kota Pariaman. Tapi tidak

wilayah kurang lebih 2 km2 (85 ha).5Daerah ini merupakan daerah penghasilikan di Pariaman hanya itu, kawasan ini juga termasuk kedalam kawasan pariwisata Kota Pariaman. Hal ini karena

Tengah. Meskipun adaKelurahan dan Desa yang lainnya diPariaman Tengah yang berada dipinggir adanya aktifitas dan sarana yang mendukung pada kawasan. Sarana tersebut yang akan

pantai yaitu Kelurahan Lohong,Kelurahan Pasir dan Desa Pauh Barat. Pada kelurahan ini lah mendongkrak perekonomian masyarakat sekitar selain profesi utama mereka yaitu sebagai

tempat berdirinya Rumah Tabuik Pasa tepatnya berada di Jln. Syekh Burhanuddin No. 32, Karan nelayan.

Aur Pariaman. Kawasan ini adalah kawasan perdagangan ikan masyarakat setempat. Daerah ini
Tabel II.1 Tabel letak Geografis kawasan
juga memiliki beberapa potensi dan fasilitas diantaranya:
Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pariaman
a. Dekat dengan GOR Pariaman
b. Rumah Tabuik Pariaman
No Kecamatan Lintang Selatan Bujur Timur
c. Merupakan kawasan Pusat pemerintahan
d. Dekat dengan Pengadilan Negeri Pariaman (1) (2) (3) (4)
e. Dilalui oleh kereta api (dekat dengan stasiun kereta api)
f. Dekat dengan Pusat Pasar Pariaman 1. Pariaman Selatan 0’38’18.278” 100’9’31.493”
g. Merupakan kawasan Pariwisata Kota Pariaman 2. Pariaman Tengah 0’37’29,464” 100’7’49.109”
h. Karan Aur juga merupakan salah satu kawasan yang dilalui kendaraan yang ingin ke 3. Pariaman Timur 0’34’32.877” 100’8’44.630”
Padang dan Bandara (jalur strategis). 4. Pariaman Utara 0’34’32.877 100’6’56.707”

Kota Pariaman 0’33’00” s/d 0’40’43” 100’04’46” s/d 100’10’55”

Gambar 2.1: Peta Lokasi Perencangan

2
II.2.2 Lokasi dan Objek

Pariaman
Tengah

Gambar II.3 Pencapaian Site

Sumber : www.Googgle map.com/Analisa Penulis

Pariaman memiliki 2 rumah tabuik, yaitu Rumah tabuik pasa (pasar) yang berlokasi di Jln. Syekh
Burhanuddin No. 32 dan Rumah Tabuik Subarang (seberang) yang berlokasi di Jln. Imam Bonjol
No.45. Jarak antara Rumah Tabuik Pasa dan Rumah Tabuik Subarang cukup jauh yaitu sekitar 3
km dan memakan waktu 10 menit. Rumah Tabuik berfungsi sebagai Museum dan tempat
pembuatan tabuik serta sebagai ruang kreatifitas anak nagari.
Gambar II.2 Peta udara Pariaman Tengah
Sumber : RTRW Kota Pariaman, www.Googgle map.com II.3 Batasan dan Tautan Lingkungan
II.3.1 Batasan Site

Lokasi : Jalan Syekh Burhannudin, Kelurahan Karan Aur, Kecamatan Pariaman Tengah,
Kabupaten Padang Pariaman.

Luas : 2 Ha / 20.000 M²
Rumah warga Lahan Kosong
Lebar Jalan : 8 meter.

Kondisi site berada di kawasan pariwisata Kota Pariaman yaitu Pantai Gandoriah Pariaman. Site
juga berada dekat dengan Pusat Kota Pariaman yang otomatis akan menjadikan site sebagai
kawasan penunjang ekonomi masyarakat. Gambar II.4 Batasan site
Pantai Cermin Rumah Warga
Sumber : Analisa Penulis

3
Berbatasan dengan: Batas barat site adalah pantai Cermin dan pantai Gandoriah yang merupakan objek wisata bahari
• Timur : Berbatasan dengan tanah yang masih kosong bagi masyarakat Pariaman. Tidak hanya itu, Pariaman memiliki beberapa pulau, diantaranya Pulau
• Selatan : Berbatasan dengan rumah warga/GOR Pariaman Angso Duo, Pulau Tangah dan Pulau Ujuang yang direncanakan akan menjadi saran sebagai
• Barat : berbatasan dengan pantai cermin Pariaman Pariwisata Kota Pariaman.

• Utara : berbatasan dengan rumah warga


3. Batasan Utara Site

1. Batasan Selatan Site

Gambar II.5 Batasan Selatan Site


Sumber: Dokumen Penulis

Gambar II.7 Batasan Utara Site


Sumber: Dokumen Penulis

Batasan site ini merupakan lahan rumah warga dan juga jalan menuju Bandara (BIM) Bandara
Internasional Minangkabau. Pada setiap akhir pekan dan hari minggu banyak pengendara yang
melewati rute ini karena merupakan jalan alternatif ke Padang. Jalan ini juga menghubungkan Batasan Utara site merupakan area rumah warga dan juga jalan menuju Pusat Kota Pariaman.
jalan ke Pusat wisata religi Syekh Burhanuddin Ulakan, Wisata kuliner Tiram dan Sekolah Dapat dilihat pada gambar bahwa jalan ini dapat menghubungkan jalan ke Panta Cermin, Kantor
Maritim Ketaping. Bupati Pariaman dan RSUD Pariaman. Selain itu, tidak jauh dari kawasan site ada beberapa sarana
2. Batasan Barat Site transportasi yang berada di Kota Pariaman, diantaranya: Stasiun Kereta Api, Terminal Angkutan
Kota dan dermaga ke Pulau. Namun sayangnya transportasi tersebut tidak melewati site.

Gambar II.6 Batasan Barat Site


Sumber: Dokumen Penulis

4
4. Batasan Timur Site II.4 Analisa S.W.O.T
Analisis SWOT ini digunakan untuk menentukan kelayakan lokasi perancangan, apakah lokasi
tersebut sesuai digunakan sebagai lokasi perancangan.

Tabel II.2 Analisis SWOT

Sumber : Analisa Penulis

STRENGTH (Kekuatan) WEAKNESS (Kelemahan)

1. Ukuran lahan yang cukup 1. Kondisi jalan utama yang


Gambar II.8 Batasan Utara Site
luas. hanya memiliki 1 jalur,
Sumber: Dokumen Penulis
2. Kondisi tanah yang relatif sementara jalan ini
datar, tidak berkontur dan merupakan jalan alternatif
Pada batasan timur site merupakan tanah kosong yang dipisahkan oleh jalan aspal. Kondisi tanah
cocok untuk bangunan tercepat ke bandara (BIM)
kosong ini ditumbuhi oleh pepohonan besar dan tanaman liar yang tinggi. Tidak hanya itu,
bentang lebar. 2. Lokasi tidak dilalui oleh
tanah/lahan kosong ini juga difungsikan oleh masyarakat setempat sebagai kebun yang ditanami
3. Peruntukan lahan yang kendaraan umum dan jauh
pohon kelapa, manggis dan sebagainya. Dan juga difungsikan warga sebagai lahan untuk mencari
sesuai dengan RTRW dari kebisingan
makan ternak mereka.
Kota Pariaman sehingga 3. Jalan utama yang sempit,
tidak memungkinkan sehingga akan memakan
II.3.2 Tautan Lingkungan
terjadinya pembongkaran biaya yang cukup besar
Tautan lingkungan ini sendiri merupakan area sekitar site yang mendukung untuk fungsi site.
atau penggusuran di masa untuk mengsiasatinya.
Pengaruh jalan terhadap site perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi orientasi bangunan.
depan.
Dikarenakan jalur utama pada site adalah 1 jalur, maka faktor keamanan pada pejalan kaki sangat
4. Adanya sarana instralasi
kurang.
listrik dan air bersih
Jalur utama pada site adalah 1 jalur. OPPURTUNITY (Peluang) 1. Kondisi alam yang baik 1. Site berpotensi untuk
Perlu diperhatikan factor keselamatan
bagi pejalan kaki dapat dijadikan sebagai dijadikan nuansa resort atau
1. Kondisi lingkungan yang
media terapi warga binaan pedesaan di dalam kota.
Site berada di tepi pantai, perlu tidak terlalu padat.
diperhatikan kuat tidak nya angin yang 2. Jl. Air dingin dapat 2. Akses pencapaian yang
akan mengganggu aktifitas di dalam 2. Merupakan kawasan
dijadikan sebagai sarana memakan butuh waktu
bangunan pariwisata.
pendidikan dan tempat lama.
Begitu juga pada kebisingan dari segala
3. Lokasi lahan yang mudah
tinggal sementara untuk 3. Menjauhkan masyarakat
arah membuat aktifitas di dalam site dilewati oleh kendaraan
dapat terganggu. Terutama kebisingan warga binaan binaan dari pusat kota agar
kendaraan dan ombak laut. baik kendaraan roda 2
3. Pengawasan yang rutin terkonsentrasi dalam proses
maupun roda 4.
dan sejalan kepada pembinaan.
Gambar II.9 Tautan lingkungan 4. Kawasan berada di tepi
masyarakat binaan
Sumber : Analisa Penulis

5
pantai memungkinkan b. Penetapan batas sempadan pantai mengikuti ketentuan:
pengunjung nyaman saat 1) Perlindungan terhadap gempa dan/atau tsunami;
berada di dalamnya karena 2) Perlindungan pantai dari erosi dan abrasi;
viewnya yang bagus. 3) Perlindungan sumberdaya buatan di pesisir dari badai, banjir, dan bencana alam lainnya;
5. Upaya pemerintah dalam 4) Perlindungan terhadap ekosistem pesiisir, seperti lahan basah, mangrove, terumbu
membuat Kota Pariaman karang, padang lamun, gumuk pasir, estuaria, dan delta;
sebagai Kota yang cinta 5) Pengaturan akses publik; serta
akan tradisi Tabuik. 6) Pengaturan untuk saluran air dan limbah.
TREAT (Ancaman) 1. Luas site yang sekarang 1. Minimnya pemantauan dari
tidak memungkinkan untuk Pemerintah 3. Koefisien Dasar Bangunan
1. Pariaman memiliki 2
merencanakan 2. Kurangnya pembenahan Menurut Peraturan Walikota Pariaman Nomor 7 tahun 2013 tentang Intensitas Bangunan Gedung
rumah tabuik yang
pembangunan yang baru. infrastruktur khusunya di daerah kepadatan rendah di jalan lingkungan 6 s/d 12 meter Koefisen Dasar Bangunan
berjauhan. Hal ini
2. Kerusakan infrastuktur untuk jalan utama maksimal kategori non Perumahan selain RTH yaitu seluas 60 % dari luas tapak.
mengakibatkan
3. Kebutuhan akan perhatian 3. Site yang direncanakan Luas Tapak : 21.000 m²
kesenjangan pada
Pemerintah Kota Pariaman. menjadi sesuatu yang KDB : 65% x Luas Tapak
perencanaan.
ambigu bagi masyarakat : 60% x 21.000
2. Tidak ada transportasi
: 12.600m²
umum yang melewati site
4. Koefisien Luas Bangunan
Luas Tapak : 21.000 m²
KDB : 40% x Luas Tapak
II.5 Analisa Tapak : 40% x 21.000
II.5.1 Analisa Ukuran dan Peraturan : 8.500 m²
1. Garis Sempadan Bangunan
Lebar Jalan : 8 meter
GSB : (½ x lebar jalan) + 1
: (½ x 8) + 1
: 5 meter (jarak minimal)
2. Garis Sempadan Pantai

Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil, pasal (31) menyatakan:
a. Pemerintah Daerah menetapkan batas sempadan pantai yang disesuaikan dengan
karakteristik topografi, biofisik, hidrooseonografi pesisir, kebutuhan ekonomi dan budaya,
serta ketentuan lain.

6
II.5.2 Analisa Aksesbilitas dan Sirkulasi
A. Analisa Sirkulasi Kendaraan b. Dimensi Sirkulasi
a) Sirkulasi kendaraan
Ke Pusat Kota Pariaman
Sirkulasi ini memiliki lebar jalan 5 m

Ke Pusat Pariwisata b) Jenis Kendaraan


Adapun jenis kendaraan yang melalui kawasan ini yaitu:
• Kendaraan pribadi Roda 2, roda 4 atau lebih
• Kendaraan angkutMobil truk, pick up, dll

Ke Bandara/Padang

Membuat 2 jalur untuk kendaraan


masuk yaitu dari jalur primer yaitu
jalan Syekh Burhanuddin dan dari
jalur pantai. Agar kendaraan keluar
menjadi terpusat.

Gambar II.11 Aksesbilitas Kendaraan Gambar II.12 Analisa Sirkulasi Kendaraan

Sumber : Analisa Penulis Sumber : Analisa Penulis

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa site berada diantara jalur penghubung Pariaman-Bandara
Internasional Minangkabau (BIM). Dapat diasumsikan bahwa banyak pengendara yang ingin ke B. Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki
Padang maupun ke Pariaman yang melalui jalur ini karena jalur ini merupakan jalur alternative
tercepat menuju Bandara Padang. Dan juga site dekat dengan jalur menuju pusat Pariwisata pantai.

Site memiliki 2 jalur sirkulasi yaitu jalan Syekh Burhanuddin dan juga jalan di tepian pantai. Jalan
Syekh Burhanuddin merupakan jalur utama sedangkan jalur pantai merupakan jalur bagi pengguna
pariwisata pantai.
a. Jenis Sirkulasi
1) Sirkulasi kendaraan pada kawasan ini berupa jalur 1 arah.
2) Sirkulasi manusia/pejalan kaki, pada kawasan ini memiliki pedestrian akan tetapi
pedestrian tersebut terpakai sebagaian untuk bangunan, dan sebagaiannya lagi
Gambar II.13 Sirkulasi Pejalan Kaki
pejalan kaki menggunkan sebagian badan jalan, hal ini sangat membahayakan
Sumber : Analisa Penulis
keselamatan pejalan kaki.

7
Akses Pejalan kaki dari lingkungan ke tapak dari arah timur dan arah barat sesuai dengan kondisi II.5.3 Analisa Utilitas
eksisting jalan aspal. Tanggapan perencanaan analisa sirkulasi pejalan kaki sesuai dengan kriteria
desain yaitu memisahkan entrance ke tapak antara pengunjung dan pengelola. Tiang lisrik
Saluran
PDAM
Tiang lisrik

Tiang lisrik

Tiang lisrik

Riol Kota

Gambar II.14 Sirkulasi Pejalan Kaki ke Jalan

Sumber : Analisa Penulis


Gambar II.16 Analisa Utilitas
Pejalan kaki dapat memanfatkan pedestrian sebagai sirkulasi ke dalam tapak bangunan. Disamping
Sumber : Analisa Penulis
itu, demi kenyamanan pejalan kaki dalam penyeberangan disediakan zebra cross dan penanda
jalan/rambu jalan.
Saluran PDAM dan listrik terdapat disepanjang jalan utama, yaitu jalan Syekh Burhanuddin. Jadi,
untuk keperluan utilitas air bersih dan listrik bangunan pada tapak dapat mengambilnya timur
tapak. Sedangkan untuk saluran sanitasi atau saluran pembuangan, saluran riol kota terdapat di
kedua sisi tapak yaitu jalan utama dan jalan sekunder. Saluran ini merupakan saluran pembuangan
utama pada area pemukiman penduduk.

Jalan setapak sebagai penghubung akses


pejalan kakai pada bangunan

Gambar II.15 Sirkulasi Pejalan Kaki ke dalam Tapak

Sumber : Analisa Penulis

Gambar II.17 Tanggapan Perancangan Sistem Utilitas

Sumber : Analisa Penulis

8
Instalasi listrik dan air menggunakan sistem bawah tanah untuk menghidari gangguan pandangan terhadap SOLUSI
View Bagian utara ini kurang bagus karena
lingkungan sekitarnya. berhadapan dengan rumah warga. Dengan adanya taman berupa tanaman-
tanaman bunga kecil agar pengunjung juga
dapat menikmati suasana tdak hanyak di dalam
II.5.4 Analisa View site, pengunjung juga dapat menikmati suasana
ke luar site. Dan juga memberikan bukaan yang
luas serta memberikan kaca agar pengunjung
SOLUSI dari dalam bangunan juga dapat menikmati
suasana di luar bangunan.
Penempatan
beberapa publik
space atau taman
View Bagian timur ini cukup bagus
sebagai spot-spot
karena berhadapan langsung dengan
menarik di dalam
Rumah Warga lahan kosong / rerumputan. Lahan
site dengan
kosong ini saat sekarang hanya
memanfaatkan
difungsikan warga untuk makan
background view
peternak mereka .
pantai.

View Bagian Barat ini View Bagian selatan ini kurang bagus
cukup bagus karena karena berhadapan dengan rumah
berhadapan dengan warga.
pantai/laut
SOLUSI
Penempatan area parkir pada sisi selatan
dapat meminimalisir sirkulasi site.karena
Lahan Kosong pada sisi selatan site hanya berhadapan
dengan rumah warga.

Gambar II.19 Solusi Analisa View

Sumber : Analisa Penulis

Rumah Warga

Gambar II.18 Analisa View

Sumber : Analisa Penulis

9
II.5.5 Analisa Kebisingan II.5.6 Analisa Angin

Bising Sedang
Angin adalah potensi yang baik untuk memberikan kenyamanan di dalam tapak. Dengan adanya
Sangat Bising
angin ada banyaknya keuntungan, seperti kenyamanan thermal manusia bias dicapai dan
pengudaraan alami yang dapat menghemat biaya listrik untuk pendingin ruangan. Pada siang hari
angin berhembus dari barat ke timur pada site merupakan angin yang berasal dari laut, pada
malam hari angin berhembus dari timur ke barat yang berasal dari angin darat menuju ke laut.
Sangat Bising
Kendala yang didapat jika angin berhembus adalah adanya tiupan debu yang akan berhembus ke

Bising Sedang tapak. Mengingat site berada dekat dengan laut pantai, angin yang berhembus lumayan kuat. Maka
dari itu, perlu adanya penanaman pohon untuk penyaringan udara yang berdebu.

Gambar II.20 Analisa Kebisingan

Sumber : Analisa Penulis

Jauhkan jarak bangunan dari jalan dan


tanam pohon untuk meredam kebisingan

Gambar II.22 Analisa Angin

Gambar II.21 Tanggapan Perancangan Analisa Kebisingan Sumber : Analisa Penulis

Sumber : Analisa Penulis Site berada pada daerah yang dekat dengan pantai / laut. Intersitas angin cukup tinggi titambah lagi
dengan debu dari jalan yang sangat mengganggu. Hawa dari laut yang memberikan efek panas

10
terhadap site juga sangat mempengaruhi aktifitas di dalam bangunan. Maka dari itu, perlu adanya II.5.7 Analisa Matahari
beberapa pendekatan konsep yang dapat menyelesaikan permasalahan tersebut.

Terbit

Dengan pola antar masa bangunan


Pola antar masa bangunan dibuat segi
dibuat segitiga, maka intensitas angina
tiga agar angin dapat melalui bangunan
yang dating dari timur dapat mengalir
dengan baik
ke segala bangunan
Tenggelam

Gambar II.24 Analisa Matahari

Sumber : Analisa Penulis

Dilihat dari lintasannya, Matahari baergerak melintang dari sisi timur ke sisi barat site. Pada sisi
sebelah utara berbatasan dengan perumahan warga, site berpengaruh mendapatkan matahari total
tetap pada titik puncaknya. Secara klimatologi sinar matahari yang melewati site dapat di reduksi
Pada sisi timur site diberi bukaan dengan material kaca untuk cahaya alami ke
dalam bangunan, intensitas cahaya yang tidak terlalu tinggi pada arah timur site karena ada pohon yang terdapat di belakang site .
adalah faktor penempatan bukaan tersebut. Memberikan beberapa pepohonan dan
tuga tumbuh - tumbuhan dapat juga mengurangi intensitas angina dan juga debu
jalan.

Gambar II.23 Solusi Analisa Angin

Sumber : Analisa Penulis

11
Solusi

Matahari
Matahari Pagi Untuk mengurangi intensitas cahaya matahari sore pada barat site maka bukaan
Sore bangunan disisi ini tidak banyak karena bangunan / sisi bangunan tidak
memerlukan cahaya yang massive. bisa juga digunakan shine shading untuk
melindungi bangunan dari sinar matahari. Hal ini juga akan menambah kesan yang
nyaman bagi pengguna bangunan.

Berdasarkan letak dari lokasi yaitu dekat Area ruang terbuka hijau / taman yang
dengan pantai, maka intensitas matahari diorientasikan dan dekat dengan rumah
lebih tinggi pada pukul 12.00 sampai tabuik dan mini amphitheater agar
dengan 16.00. hal ini menyebabkan site pengunjung dapat berinteraksi dengan
bagian barat mendapatkan cahaya pengunjung lainnya.
matahari lebih tinggi dari site bagian
timur. Pada sisi timur site diberi bukaan dengan material kaca untuk cahaya alami ke
dalam bangunan, intensitas cahaya yang tidak terlalu tinggi pada arah timur site
adalah faktor penempatan bukaan tersebut. Memberikan beberapa pepohonan dan
tuga tumbuh - tumbuhan dapat juga mengurangi intensitas cahaya pada siang hari.

Gambar II.25 Solusi Analisa Matahari 2

Sumber : Analisa Penulis


Penanaman pohon merupakan salah
satu alternative umum untuk menangani
masalah dari intensitas cahaya
matahari. Makadari itu,site juga akan Pola antar masa bangunan dibuat segitiga agar ketiga bangunan dapat
memberikan sentuhan hijau dari menerima cahaya alami dari matahari pagi.
penanaman pohon untuk mengantisipasi
intensitas cahaya matahari

Memberikan bukaan yang lebar juga


merupakan salah satu solusi untuk
permasalahan ini.

Gambar II.25 Solusi Analisa Matahari 1

Sumber : Analisa Penulis

12
II.5.8 Superimpose
Superimpose adalah kesimpulan dari analisa site.

Gambar II.26 Superimpose

Sumber : Analisa Penulis

13
BAB III
KONSEP DESAIN
III.1 Konsep Mikro
III.1.1 Program Ruang

III.1.1.1 Kebutuhan Ruang

14
B. Gedung Pemeliharaan

3.1.1.2 Hubungan Ruang

A. Museum & Kantor Pengelola

C. Rumah Tabuik

15
3.1.1.3 Bubble Diagram 2. Gedung Pemeliharaan

1. Museum & Kantor Pengelola

- Lantai 1

3. Rumah Tabuik

- Lantai 2

4. Amphiteater

16
3.1.1.4 Besaran Ruang

A. Museum & Kantor Pengelola

- Lantai 1

B. Gedung Pemeliharaan

- Lantai 2 C. Rumah Tabuik

17
D. Amphiteater

3.1.1.5 Zoning Ruang

Gambar II1.2 Axonometri Zoning Ruang Rumah Tabuik

Sumber : Analisa Penulis

Gambar II1.1 Axonometri Zoning Ruang Museum& Kantor Pengelola

Sumber : Analisa Penulis

Gambar II1.3 Axonometri Zoning Ruang Gedung Pemeliharaan

Sumber : Analisa Penulis

18
III.2 Konsep Makro III.2.2 Konsep Zoning Kawasan
III.2.1 Konsep Kawasan KDB pada tapak 40 - 60%, dengan rincian 40% daerah yang akan dibangun dan 60% Ruang terbuka
hijau. kawasan ruang terbuka hijau yang berkonsepkan wisata edukasi, wisata edukasi adalah suatu
Konsep kawasan pada perancangan ini menjelaskan tentang pembagian kawasan menjadi beberapa kegiatan atau perjalanan yang dilakukan untuk tujuan rekreatif dengan lebih menonjolkan unsur
segmen, sebagai berikut : Kebudayaan. Agar perencaan ini dapat terlaksana dengan baik, maka yang harus diperhatikan dalam
konsep tapak sebagai berikut :
1. Kawasan Edukasi dan Rekreasi
Kawasan ini merupakan tempat belajar sambil tempat rekreasi untuk menikmati wisata yang 1. Zoning Makro Pada Tapak
bernuansa religi sebagai tempat rekreasi yang bersifat edukatif, karena pada kawasan ini terdapat Zoning pada tapak yang dibagi menjadi empat zonasi ; publik, semi publik, privat, dan servis.
fasilitas Museum Syekh Burhanuddin, ruang pameran/atrium, perpustakaan , dan dilengkapi
dengan fasilitas lainnya seperti pusat informasi, food court, gedung pengelola, penginapan, dan
souvenir shop.
2. Ruang Terbuka Hijau
Pada zoning ini
Pada zoning ini
Kawasan yang dirancang sebagai ruang publik untuk pengunjung yang datang, yang berfungsi difungsikan untuk
difungsikan untuk
ruang servis,
pengelola gedung
sebagai tempat bersantai, berinteraksi, bermain dan tempat berkegiatan lainnya, yang lengkapi keamanan dan juga
musholla
dengan fasilitas street furniture,.
3. Entrance dan Parkir
Pada zoning ini
Gerbang masuk yang disediakan dari dua arah, yaitu gerbang utara dan gerbang selatan, dan juga
difungsikan untuk
ruang interaksi dan
disediakan lahan parkir yang dapat menampung kendaraan dengan jumlah yang banyak.
juga sebagai ruang
pendidikan

AREA SERVIS / PARKIR

AREA KREASI
DAN AREA
AREA SERVIS INTERAKSI PENGEL
OLA Gambar III.5 Zoning Kawasan

(Sumber : analisa penulis)


AREA KREASI
AREA PENDIDIKAN
DAN
INTERAKSI
Keterangan:
AREA SERVIS / PARKIR - . Publik
- . Private
- . Service

Gambar III.4 Konsep Kawasan

(Sumber : analisa penulis)

19
Pada gambar dapat dilihat bahwa zoning publik lebih mendominasi daripada tapak. Hal ini
bertujuan agar kegiatan berinteraksi membutuhkan ruang gerak yang maksimal. Dan juga
ditambah dengan area pendidikan pada site difungsikan untuk kegiatan pameran, pusat informasi,
giftshop, restaurant dan lain-lain. Sementara pada zoning private difungsikan pada kegiatan
pengelola dan servis difungsikan pada kegiatan servis dan musholla.
Halte digunakan bagi
pengunjung yang
menggunakan
kendaraan umum
III.2.3 Konsep Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung
Konsep sirkulasi pada kawasan dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
a. Sirkulasi Kendaraan
Sistem ini membahas tentang konsep sirkulasi kendaraan terdiri dari atas jaringan jalan dan
pergerakan, sirkulasi kendaraan umum, sirkulasi kendaraan pribadi, dan sistem sirkulasi
kendaraan umum informal.
1. Sistem Jaringan Jalan dan Pergerakan
Rancangan sistem pergerakan dapat dilihat dari jenis kelas jalan yang tersebar pada kawasan Pedestrian bagi
pengunjung yang
perencanaan (jalan arteri, kolektor dan jalan lingkungan) dan jenis pergerakan yang berjalan kaki

melaluinya baik masuk dan keluar kawasan. pola parkir yang dipakai
Sirkulasi kendaraan adalah pola parkir 90º, dan di
2. Sistem Sirkulasi Kendaraan Umum Formal dan Informal dan Kendaraan Pribadi. untuk menghindari area parkir diberi pohon
kemacetan pada jam pelindung untuk sebagai
Pada kawasan tidak terdapatnya trayek atau jalur untuk kendaraan umum formal, untuk dan hari tertentu peneduh untuk kendaraan
dan pejalan kaki dari sinar
mencapai lokasi hanya bisa menggunakan kendaraan pribadi dan kendaraan umum informal, matahari.

seperti ojek, becak, dan andong. Maka perlunya direncanakan penambahan trayek baru yang
langsung menuju ke lokasi, dan merencanakan tempat pemberhentian/halte agar memudahan Gambar III.6 Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung
pengunjung yang menggunakan jasa kendaraan umum. (Sumber : analisa penulis)
Tingkat intensitas kepadatan di lokasi terjadi pada jam sibuk di pagi hari antara jam 06.30-
III.2.4 Konsep Ruang Terbuka dan Tata Hijau
09.00 dan pada sore hari jam 16.00-18.00, untuk menghindari kemacetan pada akses masuk ke
Konsep ruang terbuka dan tata hijau yang harus mempertimbangkan beberapa komponen sistem
lokasi direncanakannya dua entrance ke lokasi, dan juga membedakan pintu masuk ke site dan
ruang terbuka umum, sistem pepohonan dan tata hijau, dan bentang alam, agar terciptanya ruang
keluar dari site.
terbuka hijau yang baik untuk masyarakat dan kota, sebagai berikut :
A. Sistem Ruang Terbuka Umum
Ruang terbuka pada lokasi yang dikelola oleh pemerintah kota, dan mudah untuk diakses oleh
masyarakat umum, yang dikarenakan peruntukan ruang terbuka tersebut untuk masyarakat
umum.

20
B. Sistem Pepohonan dan Tata Hijau Vegetasi sangat penting karena memiliki beberapa manfaat yang terkandung di dalamnya, baik itu
Sistem pepohonan yang membahas tentang persyaratan penanaman pohon pada ruang terbuka, dari segi arsitektural maupun artistic visual. “Hakim (1991)”
dimulai dari, jenis, ukuran, jarak pohon cara perawatan pohon yang akan di tanam pada lokasi Berdasarkan fungsinya dalam lansekap, tanaman dapat berfungsi sebagai:
ruang terbuka. 1. Pengontrol pemandangan (Visual Control)
2. Penghalang secara fisik (Physical Bariers)
3. Pengontrol iklim (Climate Control)
4. Pelindung dari erosi (Erotion Control)
5. Memberikan nilai estetika (Aestetics Values)

Untuk kenyaman pejalan kaki pada saat berada di taman kota, maka akan dilengkapi
dengan street furniture dan fasilitas lainnya, antara lain:

1. Lampu Taman
Pada taman kota akan diberi lampu taman, lampu taman yang akan dipasang pad ataman kota
lampu taman yang unik, agar menambah nilai estetika pad ataman kota. Lampu yang akan
dipasang menggunakan tenaga matahari yang telah diserap pada siang hari, pemanfaatan ini
mengurangi pemakaian tenaga listrik Negara.
Song Of India Anthurium Kacang-kacangan

Gambar III.8 Lampu Taman

(Sumber : analisa penulis)

2. Tempat Sampah
Penyedian tempat sampah sangat penting, agar para pengunjung tidak sembarangan
membuang sampah, dan tempat didisain seunik mungkin, agar dapat menarik pengujung
membuang sampah pada tempatnya.

Beringin Putih Azalea Daun Ivi mawar dan anggek

Gambar III.7 Konsep Tata Hijau


GambarIII.9 Tempat Sampah
(Sumber : analisa penulis)
(Sumber : analisa penulis)

21
3. Hydrant memenuhi kebutuhan aktivitas pengunjung pada Kawasan Museum Tabuik ini. Khususnya
Pada taman kota, juga disediakannya hydrant, yang bertujuan untuk waspada pada bencana aktivitas Tabuik saat perayaan Tabuik sekali dalam setahun.
kebakaran. 5. Diarahkan untuk menjadi kawasan wisata budaya dan wisata pantai serta kawasan perekonomian
daerah dengan pemanfaatan potensi kawasan.
6. Intensitas kegiatan perekonomian diarahkan mendukung kegiatan wisata kebudayaan dan pantai.

III.4 Pendekatan Arsitektur Vernakular


Gambar III.10 Hidrant Sebuah arsitektur yang memiliki sifat ke-lokal-an. Arsitektur vernakular adalah desain arsitektur
(Sumber : analisa penulis) yang menyesuaikan iklim lokal, menggunakan teknik dan material lokal, dipengaruhi aspek
sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat setempat.
4. Penunjuk arah - Konsep Vernakular
Supaya pengunjung tidak bingung dengan arah yang akan mereka kunjungi, maka pemakaian a. Faktor Analisis (Rapoport)
penujuk arah sangat dibutuhkan. Bentuk-bentuk atau model vernakular disebabkan oleh enam faktor yang dikenal
sebagai modifying factor (Rapoport, 1969:78), diantaranya adalah: Faktor Bahan,
Metode Konstruksi, Faktor Teknologi, Faktor Iklim, Pemilihan Lahan, Faktor sosial-
budaya.

b. Sociocultural factors (Morgan)


Bentuk rumah (vernakular) sangat berkaitan dengan pola perilaku budaya, nilai-nilai
budaya, dan sudut pandang terhadap dunia mereka.
Gambar III.11 Penujuk Arah c. Symbolic conceptions(Griaule/ Dieterlen)
(Sumber : analisa penulis) Terdapat konsep-konsep simbolik, yaitu konsep yang berhubungan dengan alam semesta,
sebagai sudut pandang dalam melihat dan menuntut proses pembangunan rumah.

III.3 Keputusan Bentuk Bangunan dan Interaksinya Dengan Lingkungan


d. Multiple factor thesis(Schefold)
1. Menggunakan karakter kawasan wisata sebagai daya tarik yang dapat memberikan nilai tambah Terdapat beberapa faktor dalam menjelaskan bentuk rumah. Salah satunya merupakan
pada kawasan Museum Tabuik. faktor utama.
2. Rumah Tabuik itu sendiri dipertahankan atau dengan semaksimal mungkin untuk memelihara
keasliannya. e. Cosmos symbolism (Eliade)
3. Memberikan Bangunan fasilitas pendukung yang berguna untuk memaksimalkan kinerja dari Rumah merupakan refresentasi simbolik dari 3 unsur kosmos, yaitu surga/dunia atas,
Museum Tabuik. dunia manusia, dan dunia bawah. Ketiga simbol kosmos ini tersimbolkan melalui atap,
4. Mempermudah pencapaian ke dalam kawasan, menata sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki di ruang-ruang dalam, dan bagian bawah rumah.
dalam kawasan, serta menyediakan sarana parkir dan fasilitas umum lainnya yang mampu

22
f. Social organisation(Durckheim/ Mauss, Rassers; Cunningham) 3) Gedung Pemeliharaan
Menunjukkan adanya klasifikasi simbolik yang meliputi bagian yang suci, tertutup, 4) Amphiteater
dan bagian wanita. Konsep simbolik ini sangat berkaitan dengan dimensi 5) Taman
makrokosmos. 6) Tempat Parkir
7) Pos Satpam
g. Gender symbolism(Bourdieu)
Adanya karakteristik yang sangat kuat yang menunjukkan simbol perbedaan jenis C. Pola penataan landscape disesuaikan dengan keadaan eksisting site, seperti pemeliharaan
kelamin (gender). Rumah Tabuik. Menata ruang terbuka (open space) dan taman yang nanti akan menjadi
penghubung antara satu bangunan ke bangunan lainnya.

III.5 Konsep Bangunan

Gambar III.13 Siteplan


Gambar III.12 Konsep Massa Bangunan
(Sumber : analisa penulis)
(Sumber : analisa penulis)
D. Keberadaan lahan yang kosong sekarang direncanakan untuk fungsi-fungsi bangunan baru
seperti yang telah dijelaskan diatas.
III.6 Bentuk Tatanan Massa Bangunan
E. Penempatan fungsi-fungsi bangunan baru tersebut disesuaikan atau dikelompokan dengan
A. Menata dan merencanakan areal parkir sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
fungsi, seperti;
B. Terdapat penambahan fungsi bangunan baru sebagai pendukung dari Museum Tabuik seperti:
1. Bangunan yang berzoning private dan service ditempatkan memisah dari bangunan publik
1) Museum & Kantor Pengelola
agar tidak terjadi kesenjangan.
2) Rumah Tabuik

23
2. Mini Amphiteater diletakkan dekat dengan Ruang terbuka hijau agar pengunjung dapat
menikmati interaksi.
3. Bangunan Restaurant diletakkan dekat dengan pusat site agar baik pengunjung maupun
pengelola dapat menikmati sarana tersebut.
4. Bangunan pusat informasi diletakkan di bagian depan kawasan, tepatnya berdekatan
dengan Rumah Tabuik agar dapat memudahkan pengunjung dalam mencari informasi.
5. Penempatan fasilitas umum (toilet) diletakkan pada setiap bangunan agar dapat Gambar III.14 Pencapaian Ke Dalam Site Secara Langsung (Frontal)

memaksimalkan fungsinya. (Sumber : Francis D.K.Ching “From, space, and Order, 1996)

6. Penempatan area parkir disesuaikan dengan Entrance dari kawasan. Terdapat dua 2. Tersamar (Oblique)
entrance kawasan.
Merupakan pola pencapaian yang menimbulkan efek perspektif dari fasade depan an

Orientasi bangunan dapat ditentukan dari pertimbangan antara analisa arah matahari, potensi dari bentuk bangunan. Dengan pola ini arah jalan dapat dirubah satu atau beberapa kali untuk

arah view, dan posisi jalan terhadap site kawasan. menghambat dan memperpanjang urutan pencapaian dan jalan masuknya dapat memproyeksikan
apa yang ada di belakang fasade depan menjadi lebih jelas terlihat.
• Pertimbangan arah matahari, dapat dengan mempertimbangkan perletakan bangunan secara
memanjang kearah utara dan selatan , dengan begitu cahaya yang masuk ke dalam bangunan
akan lebih maksimal yaitu arah barat dan timur.
• View bangunan akan lebih dimaksimalkan kearah view terbaik pada site yaitu pada bagian barat
dan timur. Yaitu dengan meletakan bagian lebar bangunan kearah terbuka dengan view terbaik.

Orientasi bangunan pada site didapatkan berdasarkan pola ruang yang ada pada bangunan,
sehingga orientasi bangunan sendiri dapat mengarah kearah view yang baik. Gambar III.15 Pencapaian Ke Dalam Site Secara Tersamar (Oblique)

(Sumber : Francis D.K.Ching “From, space, and Order, 1996)


III.7 Pencapaian Kedalam Site

Lokasi site terletak di kawasan berpenduduk yang dapat dicapai dengan kendaraan. Untuk 3. Berputar (Spiral)
pencapaian ke dalam site ada beberapa cara, yang diambil dari buku Francis D.K Ching “From,
Space” tahun 1996. Yaitu pola pencapaian site dapat dilakukan dengan 3 cara : Merupakan pola yang mempertegas dan memperpanjang urutan pencapaian dalam bentuk
tiga dimensi suatu bangunan dengan mengelilingi tepi bangunan.
1. Langsung (Frontal)

Merupakan pola pencapaian secara langsung pengunjung diarahkan ke pintu masuk (main
enterance) dengan sumbu yang lurus. Ini bertujuan agar menampakan secara jelas bentuk dari
fasade bangunan yang ada pada site secara menyeluruh dan secara tegas.

Gambar III.16 Pencapaian Ke Dalam Site Secara Berputar (Spiral)

(Sumber : Francis D.K.Ching “From, space, and Order, 1996)

24
Dari ketiga penjelasan pencapaian ke bangunan menurut Francis.D.K Ching , maka pada
kawasan site ini akan digunakan analisa pencapaian kebangunan secara langsung (frontal) , yaitu
dengan memberikan gerbang pintu masuk kawasan Museum ini, itu dikarenakan site merupakan
kawasan wisata Budaya, jadi Pengunjung yang datang akan langsung melihat fasade depan dari
bangunan ini, sehingga pintu masuk dari kawasan ini akan jelas dikenali.

III.8 Penataan Parkir

Untuk penataan parkir pada site, parkir harus memiliki lahan yg luas, karena merupakan salah
satu standar daya tampung yang tinggi untuk kondisi tertentu. Ada beberapa penerapan pola
parkir yang ada di Data Arsitek.

Gambar III.18 Sirkulasi Parkir

(Sumber : analisa penulis)

GambarIVII.17 Pola Penataan Parkir

(Sumber : Data Arsitek Jilid 3 1993)

Dari beberapa pola parkir diatas, terdapat 3 pertimbangan yang cocok bagi kawasan:

• Parkir satu arah dengan kemiringan 45° dengan menggunakan vegetasi di tengahnya sebagai
pohon pelindung.
• Parkir satu arah dengan kemiringan 30° tanpa adanya pohon pelindung.
• Parkir dua arah dengan kemiringan 90°.

Pada Kawaaan Museum Tabuka ini akan lebih baik menggunakan pola parkir satu arah
dengan kemiringan 45° dengan menggunakan vegetasi atau pohon pelindung ditengahnya, selain
memberikan kenyamanan juga menghemat pamakaian lahan.selain itu dengan penggunaaan
pohon pelindung akan memberikan kesan alami dan hijau di sekitar area parkir. Kawasan ini Gambar III.19 Sirkulasi Parkir

sangat memiliki potensi dengan pemakaian pola parkir 45° dengan menggunakan pohon (Sumber : analisa penulis)
pelindung.

25

Anda mungkin juga menyukai