Hernia Scotalis
RUMAH SAKIT DAAN MOGOT
Disusun Oleh:
Syaimee Annisa Azzahra
00000024949
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TANGERANG
2019
BAB I
LAPORAN KASUS
Benjolan tersebut hilang timbul dan ukuran benjolan berubah ubah, jika
pasien sedang batuk atau mengedan ibu pasien mengeluhkan bahwa benjolan
tersebut akan keluar dan membesar dari ukuran sebelumnya, dan hilang pada
saat pasien berbaring atau dimasukkan dengan cara di dorong. Menurut ibu
pasien, benjolan yang pasien derita tidak menimbulkan rasa nyeri atau
mengganggu, hanya ada rasa sedikit tidak nyaman pada benjolan tersebut. Ibu
pasien mengatakan tidak terdapat demam, benjolan di tempat lain, rasa nyeri,
panas, dan kemerahan pada benjolan yang pasien alami.
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak mengalami gangguan buang air kecil
dan buang air besar. Tanda-tanda perdarahan seperti mimisan atau gusi
berdarah juga disangkal. Pasien tidak mengalami kejang maupun penurunan
kesadaran. Pasien juga terlihat lebih pucat dari biasanya. Ibu pasien juga
mengatakan bahwa riwayat makan pasien normal yaitu 3 kali sehari.
• Kepala
- Normosefali
- Rambut hitam distribusi merata dan tidak rontok, allopecia (-)
• Mata
- Konjungtiva anemis (-/-)
- Sklera ikterik (-/-)
- Edema kelopak mata (-/-)
• THT
- Tenggorokan : Tonsil (T1/T1), hiperemis (-), kandidiasis oral (-)
- Hidung : Sekret (+),deviasi (-), pernapasan cuping hidung (-)
- Telinga : Simetris, bentuk dan ukuran normal, pendengaran
normal, sekret (-)
• Mulut
- Mukosa bibir kering (-)
- Sianosis sentralis (-)
- Hiperemis faring (-)
- Uvula intak di tengah
- Perdarahan gusi (-)
• Leher dan Kelenjar Getah Bening
- Pembesaran KGB (-)
- Pembesaran tiroid (-)
- Deviasi trakea (-)
• Jantung
- Inspeksi : Luka (-), bekas jahitan (-), iktus kordis (-)
- Palpasi : Iktus cordis teraba, nyeri tekan (-)
- Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : Bunyi S1S2 regular, murmur (-), gallop (-)
• Paru
- Inspeksi : Pengembangan dada kanan dan kiri simetris,
bekas operasi (-), retraksi (-)
- Palpasi : Ekspansi kedua lapang dada simetris, vokal
fremitus normal dan simestris di kedua lapang paru
- Perkusi : Sonor pada kedua lapang dada, batas paru hepar
normal
- Auskultasi : Vesikular (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
• Abdomen
- Inspeksi : Permukaan datar, massa (-), striae (-), ruam (-),
bekas operasi (-), caput medusa (-), spider naevi (-)
- Auskultasi : Bising usus 12x/menit, metallic sound (-), bruit (-)
- Perkusi : Timpani pada seluruh regio abdomen, shifting
dullness (-)
- Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-), ballottement (-/-)
• Ekstremitas
- Atas : Simetris, kedua tangan hangat, palmar eritema (-),
ikterik (-), clubbing finger (-), sianosis perifer (-),
edema (-), nyeri (-), deformitas (-), CRT < 2 detik
- Bawah : Simetris, kedua kaki hangat, edema (-), nyeri (-),
deformitas (-), CRT < 2 detik ,
• Kulit Keseluruhan
- Sianosis (-)
- Jaundice (-)
- Edema (-)
- Elastisitas dan turgor normal
HEMATOLOGY
L : 13-16
• Hemoglobin 14.6 g/dL
P : 12-24
L : 39-48
• Hematokrit 42,7 %
P : 36-42
P: 0-15
Laju Endap Darah (LED) 21 mm/jam
L: 0-10
KOAGULASI
1.13. Resume
An. T, laki laki usia 9 tahun dengan berat badan 26 kg datang ke
Rumah Sakit Daan Mogot Tangerang pada tanggal 19 Agustus 2019 dengan
keluhan terdapat benjolan pada buah zakar sebelah kanan yang teraba
dengan konsistensi lunak sebesar bola tennis sejak 1 tahun lalu awalnya
benjolan tersebut terdapat di lipatan paha sebelah kanan kurang lebih
sebesar kelereng, namun lama kelamaan benjolan tersebut turun sampai
buah zakar sebelah kanan pasien, dan terdapat benjolan yang membesar
yang sifatnya progressif hingga sebesar bola tennis. Benjolan tersebut
hilang timbul. jika pasien sedang batuk atau mengedan ibu pasien
mengatakan bahwa benjolan tersebut akan keluar dan membesar dari ukuran
sebelumnya, dan benjolan tersebut akan hilang pada saat pasien diperiksa
dengan posisi berbaring atau dengan cara mendorong massa tersebut. Pada
pemeriksaan fisik ukuran dari massa yang ditemukan pada scrotum dextra
adalah ± 8x6 cm
1.14. Diagnosis
• Diagnosis kerja : Hernia Scrotalis
• Diagnosis banding : Hernia Inkaserata, Hernia Strangulata
1.15. Prognosis
• Ad vitam : Bonam
• Ad functionam : Bonam
• Ad sanactionam : Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Hernia adalah penonjolan sebagian dari organ maupun jaringan melewarti
pembukaan abnormal pada dinding sekitarnya. Hernia paling sering terjadi pada
dinding abdomen, tepatnya pada daerah yang fasianya tidak dilindungi oleh otot.
Bagian tersebut terutama pada region inguinal, femoral, umbilical, linea alba, dan
bagian bawah linea semilunaris. Hernia juga merupakan protrusi atau penonjolan
isi suatu rongga melalui defek atau bagian yang lemah dari dinding rongga yang
bersangkutan.
Jika yang mengalami strangulasi hanya sebagian dinding usus disebut hernia
Richter. Biasanya pasase usus masih ada, mungkin terganggu karena usus terlipat
sehingga disertai obstruksi usus. Apabila sebagian dinding kantong hernia
terbentuk dari organ yang merupakan isi hernia seperti caecum, kolon sigmoid atau
kandung kemih, disebut hernia geser (sliding hernia). Hernia geser dapat terjadi
karena isis kantong berasal dari organ yang letaknya retroperitoneal. Alat
bersangkutan tidak masuk ke kantung hernia, melainkan tergeser dari
retroperitoneal. Hernia diberi nama menurut letaknya, misalnya diafragma,
inguinal, umbilical, femoral, scrotalis. Yang sering terjadi adalah hernia inguinalis.
Jenis hernia :
1. Menurut lokasinya :
- Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi di lipatan paha. Jenis ini
merupakan yang tersering dan dikenal dengan istilah turun berok atau
burut.
- Hernia umbilikus adalah di pusat.
- Hernia femoralis adalah di paha.
- Hernia Scrotalis
2. Menurut isinya :
3. Menurut penyebabnya :
2. Epidemiologi
Berdasarkan epidemiologi, hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria
dibandingkan dengan wanita. Pada pria, 97 % dari hernia terjadi di daerah
inguinalis, 2 % sebagai hernia femoralis dan 1% sebagai hernia umbilicalis. Pada
wanita variasinya berbeda, yaitu 50 % terjadi pada daerah inguinalis, 34 % pada
canalis femoralis dan 16 % pada umbilicus. Tempat umum hernia adalah lipat paha,
umbilikus, skrotum (pada laki laki) linea alba, garis semilunaris dari Spiegel,
diafragma, dan insisi bedah. Tempat herniasi lain yang sebanding tetapi sangat
jarang adalah perineum, segitiga lumbal superior dari Grynfelt, segitiga lumbal
inferior dari Petit, dan foramen obturator serta skiatika dari pelvis. Namun pada
anak, insident hernia inguinalis berkisar antara 10-20 per 1000 kelahiran hidup.
Pada bayi prematur angka kejadian naik menjadi 300 per 1000 kelahiran hidup.
Pada anak, hernia inguinalis lebih sering terjadi pada anak laki laki dibandingkan
dengan perempuan (10:1). Pada anak laki laki hernia lebih sering terjadi disebelah
kanan dibandingkan kiri atau bilateral. Hal ini diperkirakan karena testis kanan
turun belakangan. Bayi lebih rentan mengalami hernia strangulate karena cincin
inguinal yang sempit.
3. Patofisiologi
Patofisiologi dari hernia inguinalis sendiri dikarenakan awalnya terdapat suatu
paparan dapat berupa batuk kronis, menangis terlalu kuat, sering jatuh, sering
loncat, mengejan terlalu keras. Sehingga karena salah satu dari paparan tersebut
dapat menyebabkan tekanan intra abdomen meningkat dan menyebabkan fasia
abdomen terkoyak, sehingga terjadilah hernia inguinalis Kanal yang sudah tertutup
dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya
sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut.
a. Kongenital
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis
tersebut akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan processus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah mengalami
obliterasi sehingga isi perut tidak dapat melalui kanal tersebut. Namun
dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri
turun lebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila
kanalis kiri terbuka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadan
normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila
prosesus terbuka terus ( karena tidak mengalami obliterasi ), akan timbul
hernia inguinalis lateralis kongenital.
b. Didapat
relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus internus turut
kendur. Pada keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis
inguinalis berjalan lebih vertical. Sebaliknya bila otot dinding perut
berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus
inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus kedalam
kanalis unguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat
kerusakan n.iliofemoralis dan n. ilioinguinalis setelah apendektomi.
5. Manifestasi Klinis
6. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Diagnosis juga dapat dinilai berdasarkan skoring dari NYHUS
classification untuk menentukkan level dari hernia.
7. Anamnesis
Adanya penonjolan di daerah inguinal/skrorum yang intermitten. Biasanya terlihat
lebih jelas pada saat menangis atau mengedan. Seringkali penonjolan dapat hilang
saat istirahat atau dapat dimasukkan secara manual.
8. Pemeriksaan fisik
• Tonjolan pada skrotum/kanal inguinal/labia yang membesar apabila pasien
mengedan
• Korda pada sisi yang terkena terasa lebih tebal dibandingkan sisi yang tidak
terkena
• Pada anak laki laki lakukan pemeriksaan skrotum meliputi inspeksi pada
kulit bagian anterior maupun posterior, dan kontur dari skrotum itu sendiri.
Swelling mengindikasikan adanya hernia inguinalis, hidrokel, atau edema
skrotalis.
Tanda klinik pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada
inspeksi saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul
sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial
bawah. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi
gesekan dua permukaaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera,
tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ maka
tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau
ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak dapat dicoba
mendorong isi hernia dengan menonjolkan kulit skrotum melalui anulus eksternus
sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak.
Dalam hal hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam
anulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau hernia menyentuh ujung jari,
berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau samping jari yang menyentuh
menandakan hernia inguinalis medialis. Isi hernia pada bayi wanita yang teraba
seperti sebuah massa yang padat yang biasanya berisi ovarium. Pemeriksaan
transiluminasi dapat digunakan untuk membedakan hidrokel dengan hernia. Bising
usus pada auskultasi skrotum akan semakin mengarah pada hernia.
Terdapat tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test,
dan Thumb test. Cara pemeriksaannya adalah :
9. Pemeriksaan penunjang
Untuk mendiagnosis hernia biasanya cukup dilakukan dengan dilakukannya
pemeriksaan fisis. Ultrasonografi dan laparoskopi diagnostic dapat dilakukan
untuk pasien dengan kecurigaan hernia inguinalis yang tidak dapat ditegakkan
dengan pemeriksaan fisik. Namun, pemeriksaan ultrasonografi memiliki
kelemahan karena bersifat operator dependent. Selain itu diagnostik, laparoskopi
dapat digunakan untuk tujuan teurapeutik langsung setelah diagnosis ditegakkan.
Namun dalam sumber lain dapat dilakukan menggunakan CT scan dari abdomen
dan pelvis dapat dilakukan untuk mendiagnosis bentuk hernia lain ataupun massa
di daerah kelamin yg atipikal.
Tipe atau jenis dari hernia menentukkan waktu dan jenis dari operasi:
3. Hernia umbilikalis
Observasi dikerjakan sampai usia pasien kurang lebih dua tahun. Biasanya
bila defek kurang dari 1cm diharapkan defek dapat menutup spontan sebelum
usia 2 tahun. Bila setelah usia 2 tahun defek belum menutup, diperlukan
tindakan operasi.
11. Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi
hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponibel. Ini dapat terjadi
kalau hernia terlalu besar atau terdiri dari omentum, organ ekstraperitoneal (hernia
geser) atau hernia akreta. Disini tidak timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan.
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia
strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan
dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia Richter. Bila cincin hernia sempit,
kurang elastis atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia obturatoria,
lebih sering terjadi jepitan parsial.
benjolan yang tidak dapat dimasukkan lagi, disertai nyeri tekan dan tergantung
keadaaan isi hernia dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses lokal. Hernia
strangulata dapat menyebabkan perforasi, peritonitis, sepsis hingga kematian,
sehingga merupakan keadaan gawat darurat dan perlu mendapat pertolongan
segera. Komplikasi operasi hernia antara lain infertilitas akibat cedera pada vas
deferens, atrofi testis akibat cedera pada pembuluh darah testis saat operasi,
kriptorchidis sekunder akibat pembentukan jaringan parut berlebihan paska operasi,
dan rekurensi hernia.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
REFRENSI
1) Widjaja, H, Anatomi abdomen, Jakarta, EGC, 2007, Hal : 21-25.