Anda di halaman 1dari 18

Sistem Penghimpunan dan Pembiayaan

Bank Syariah
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Lembaga Keuangan Islam

Disusun Oleh:

Dea Nabila 1303956


Mellyna Anggraeni 1306548
Rifqi Jalu Pramudita 1306154

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita
ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul ”Sistem Penghimpunan Dana dan Pembiayaan Bank Syariah”.

Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun
selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Bandung, 22 Februari 2015

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar .............................................................................................................................................. 2


Daftar Isi ....................................................................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan ...................................................................................................................................... 4
BAB II Pembahasan ....................................................................................................................................... 5
A. Penghimpunan Dana Bank Syariah ................................................................................................... 5
B. Pembiayaan Dana Bank Syariah ........................................................................................................ 8
BAB III Penutup ........................................................................................................................................... 17
A. Kesimpulan...................................................................................................................................... 17
B. Saran ............................................................................................................................................... 17
Daftar Pustaka............................................................................................................................................. 18

Gambar 1 Skema Mudharabah Muthlaqah .................................................................................................. 7


Gambar 2 Skema Mudharabah Muqayyadah............................................................................................... 8
Gambar 3 Skema Murabahah, Salam, dan Istishna.................................................................................... 11
Gambar 4 Skema ijarah dan ijarah muntahiyyah bittamlik ........................................................................ 12
BAB I
Pendahuluan

Bank adalah lembaga keuangan yang menghimpun dan menyalurkan dana


dari masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Indonesia
memiliki dua sistem perbankan yang umum digunakan yaitu konvensional dan
syariah. Walaupun ada perbedaan dari pelaksanaan operasionalnya, kedua lembaga
ini (konvensional dan syariah) tetap memiliki fungsi yang sama yaitu menghimpun
dan menyalurkan dana.

Karena memiliki sistem operasional yang berbeda tentu produk yang


dikeluarkan oleh bank syariah akan berbeda juga walaupun secara fungsi tetap sama.
Dalam makalah ini akan dijelaskan produk – produk yang dimiliki bank syariah pada
umumnya
BAB II
Pembahasan

A. Penghimpunan Dana Bank Syariah

Definisi

pengertian penghimpunan adalah kegiatan usaha yang dilakukan bank untuk


mencari dana kepada pihak deposan yang nantinya akan disalurkan kepada pihak
kreditur dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai intermediasi antara pihak
deposan dengan pihak kreditur.

Sumber-sumber dana bank syariah

Bank syariah memiliki beberapa sumber sebagai berikut :

1. Modal
2. Masyarakat
3. Investasi

Dalam makalah ini akan lebih difokuskan kepada sumber dana terbesar dari bank
yaitu dari masyarakat. Bank syariah memiliki dua produk penghimpunan dana yaitu
Wadi’ah dan Mudharabah.

1. Prinsip Wadi’ah (titipan)


Wadi’ah adalah titipan pihak ketiga pada bank syariah yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat (on call). Produk wadi’ah pada
umumnya menggunakan akad wadi’ah ad-dhamamah yaitu pihak yang dititipi
(bank syariah) memiliki hak untuk memanfaatkan uang titipan tersebut
dengan konsekuensi bank bertanggung jawab penuh atas keutuhan titipan
tersebut dan harus mengembalikannya kapanpun nasabah menghendaki.
Berbeda dengan akad wadi’ah al-amanah dimana bank tidak dapat
memanfaatkan titipan tersebut. Prinsip wadi’ah digunakan untuk produk
tabungan dan giro.
Dalam tabungan/giro wadi’ah, bank dan nasabah tidak boleh
mensyaratkan pembagian hasil keuntungan dari pemanfaatan tabungan
tersebut. Tetapi bank boleh memberikan bonus secara sukarela terhadap
pemilik tabungan tersebut.

Ketentuan umum dari produk ini adalah :


a. Keuntungan dan kerugian pemanfaatan dana ditanggung oleh bank,
nasabah tidak dijanjikan imbalan dan menanggung kerugian.
b. Bank harus membuat akad yang merupakan izin penyaluran dana. Bagi
pemilik giro, bank memberikan buku cek, bilyet giro, dan debit card.
c. Bank dapat membebankan biaya administrasi untuk pembukaan rekening
baru
d. Ketentuan lainnya yang berkaitan dengan tabungan atau giro tetap berlaku
selama tidak bertentangan dengan syariah.
2. Prinsip Mudharabah (investasi)
Mudharabah adalah kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak
pemodal/nasabah (shaahibul maal) menyediakan modal 100% sedangkan
pihak bank sebagai pengelola (mudharib) atau sebagai agen yang
mempertemukan nasabah dengan pemilik usaha. Keuntungan dari dana
tersebut dibagi menurut kesepakatan dimuka. Biasanya prinsip mudharabah
digunakan untuk produk tabungan atau deposito berjangka.
Rukun mudharabah :
- Ada pengelola (mudharib)
- Ada pemilik dana (shaahibul maal)
- Ada usaha yang dibagi-hasilkan
- Ada nisbah
- Ada ijab qabul
Berdasarkan kewenangan yang diberikan nasabah kepada bank, prinsip
mudharabah dibagi menjadi dua sebagai berikut:
a. Mudharabah muthlaqah
Prinsip ini menjadikan bank syariah sebagai pengelola dana
(mudharib) dan nasabah sebagai pemilik dana (shaahibul maal). Hasil
usaha yang diperoleh bank akan dibagi sesuai dengan kesepakatan yang
sudah ditentukan dimuka

Gambar 1 Skema Mudharabah Muthlaqah

b. Mudharabah muqayyadah
Prinsip ini menjadikan bank syariah hanya sebagai perantara bagi
nasabah (pemilik dana) dan pengusaha (pengguna dana). Pembagian hasil
usaha dilakukan oleh pemilik dan pengguna dana. Bank sebagai agen
hanya menerima bonus saja. Penanggunan resiko investasi ini dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu : (1) channeling yaitu seluruh resiko
ditanggung oleh pemilik dana dan bank tidak menanggung resiko apa-apa;
(2) executing yaitu bank sebagai agen juga menanggung resiko.
Gambar 2 Skema Mudharabah Muqayyadah

B. Pembiayaan Dana Bank Syariah

Bank syariah sebagai lembaga keuangan perbankan tidak hanya menghimpun


dana tetapi juga menyalurkan dana sesuai dengan definisi bank pada bab
pendahuluan. Dalam bank syariah, penyaluran dana terbagi dalam tiga kategori yaitu:

a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dengan


prinsip jual-beli (konsumsi)
b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan
dengan sewa.
c. Transaksi pembiayaan untuk usaha kerjasama yang ditujukan untuk
mendapatkan barang dan jasa dengan prinsip bagi hasil (investasi).
Prinsip jual-beli (Ba’i)

Prinsip jual beli dilaksanakan karena adanya perpindahan barang. Tingkat


keuntungan bank ditentukan dimuka dan menjadi bagian harga barang yang akan
dijual. Adapun rukun jual-beli adalah sebagai berikut:

a. Penjual
b. Pembeli
c. Barang
d. Harga yang disepakati
e. Ijab qabul

Tindakan jual-beli dibedakan berdasarkan bentuk dan waktu pembayarannya


sebagai berikut:

1. Pembiayaan Murabahah (Ba’i al-Murabahah)


Murabahah bi tsaman ‘ajil yang lebih dikenal dengan murabahah
adalah transaksi jual-beli dimana bank menyebutkan jumlah keuntungannya.
Bank bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Harga jual
adalah harga beli yang ditambah keuntungan. Kedua belah pihak harus
menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Murabahah biasanya
dilakukan dengan cara pembayaran cicilan (bi tsaman ‘ajil). Jadi barang
diserahkan segera setelah akad dan pembayaran dilakukan secara cicilan.
Syarat ba’i al-murabahah:
a. Penjual (bank) memberi tahu biaya modal pada nasabah
b. Kontrak pertamaharus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan
c. Kontrak harus bebas dari riba
d. Penjual harus menjelaskan kekurangan barang
e. Penjual harus menjelaskan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, missal pembayaran secara cicilan dan lain – lain.
2. Pembiayaan Salam (Ba’I as-Salam)
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjual-belikan
belum ada oleh karena itu barang diserahkan secara tangguh dan pembayaran
dilakukan secara tunai. Bank bertindak sebagai pembeli dan nasabah
bertindak sebagai penjual. Dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan
waktu penyerahan barang harus ditentukan dengan pasti.
Rukun ba’i as-salam :
a. Pembeli
b. Penjual
c. Uang
d. Barang
e. Ijab qabul

Syarat ba’i as-salam :

a. Berkaitan dengan uang


Jumlah uang harus diketahui, berbentuk tunai, dan pembayaran
ditempat
b. Berkaitan dengan barang
Barang harus spesifik, bisa di identifikasi, ditentukan jangka waktu
penyerahan, tempat penyerahan harus disepakati, tidak boleh
mengganti dengan barang yang berbeda.
3. Pembiayaan Istishna (Ba’I al-Istishna)
Istishna hampir sama dengan salam dalam pelaksanaannya, yang
mebedakan adalah dari cara pembayarannya. Salam pembayarannya
dilakukan tunai langsung di tempat sendangkan istishna dilakukan dengan
angsuran. Istishna biasanya digunakan untuk pembiayaan manufaktur atau
konstruksi.
Gambar 3 Skema Murabahah, Salam, dan Istishna

Prinsip Sewa (Ijarah)

Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa tanpa atau
diikuti dengan pemindahan kepemilikan. Pemindahan kepemilikan di akhir masa
sewa diperbolehkan. Hal ini biasanya dikenal dengan istilah ijarah muntahiyyah
bittamlik (penyewaan yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan). Prinsipnya
sama dengan prinsip jual-beli hanya saja berbeda objek. Apabila dalam jual-beli
objeknya barang maka dalam ijarah objeknya adalah jasa.
Gambar 4 Skema ijarah dan ijarah muntahiyyah bittamlik

Prinsip Bagi Hasil (syirkah)

1. Musyarakah
Musyarakah secara bahasa berarti perserikatan, biasanya musyarakah
berbentuk usaha yang melibatkan dua orang atau lebih yang memadukan
seluruh seluruh bentuk sumber daya mereka untuk meningkatkan nilai asset
yang mereka miliki bersama. Dalam penyaluran dana musyarakah, bank
bertindak sebagai pihak yang memberikan sumber daya pada pengusaha dan
keuntungannya dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama.
2. Mudharabah
Secara prinsip mudharabah dalam sistem bagi hasil hampir sama dengan
tabungan atau deposito, yang membedakannya adalah pihak pengelola dan
pemilik dana. Dalam sistem bagi hasil, pihak pemilik dana adalah bank dan
pengelola dana adalah nasabah. Sedikit berbeda dengan tabungan dan
deposito mudharabah dimana nasabah sebagai pemilik dana dan bank sebagai
pengelola.
Perbedaan antara musyarakah dan mudharabah adalah dari banyaknya orang
yang berkontribusi dalam usaha tersebut. Mudharabah hanya satu pihak yang
memberikan modal yaitu bank sedangkan musyarakah lebih dari dua pihak yang
memberikan modal untuk usaha.

Akad Pelengkap Lainnya

Untuk mempermudah pelaksanaan bpembiayaan, biasanya juga diperlukan


akad pelengkap. Akad pelengkap tidak berorientasi profit tetapi bank boleh meminta
pengganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk akad ini.

1. Hiwalah (alih hutang-piutang)


Transaksi pengalihan hutang biasanya dilaksanakan apabila nasabah
memiliki keperluan membeli barang tetapi mengalami kesulitan likuiditas
sehingga nasabah harus meminta bank untuk mengambil alih hutang yang
dimiliki nasabah. Nantinya nasabah bisa membayar ke pihak bank untuk
mengembalikan hutangnya.
2. Rahn (Gadai)
Rahn atau yang lebih dikenal dengan gadai adalah proses penyaluran
dana dengan jaminan. Nasabah memberikan jaminan untuk mendapatkan
pinjaman uang. Jumlah pinjaman yang diberikan disesuaikan dengan nilai
taksiran dari barang jaminan. Sistematika pegadaian syariah sudah
dijelaskan dalam mata kuliah ekonomi syariah sehingga tidak perlu
dijelaskan lebih lanjut.
3. Qardh (pinjaman)
Qardh adalah pinjaman biasa yang bisa dilakukan tanpa kondisi
khusus seperti hiwalah atau rahn. Aplikasi qardh biasanya dalam empat
hal yaitu:
a. sebagai pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon haji diberi
pinjaman uang untuk memenuhi persyaratan penyetoran biaya
perjalanan haji. Nasabah harus melunasinya sebelum keberangkatan.
b. Sebagai pinjaman tunai dari produk kartu kredit bank syariah
c. Sebagai pinjaman kepada usaha kecil, dimana menurut perhitungan
bank penggunaan prinsip jual-beli, ijarah, atau bagi hasil terlalu
memberatkan pengusaha
d. Sebagai pinjaman pada pengurus bank, dimana bank menyediakan
fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pengurusnya. Pengurus bank akan
mengembalikan pinjamannya secara cicilan dipotong dari gaji mereka.
4. Wakalah (perwakilan)

Wakalah dilakukan apabila nasabah memberikan wewenang kepada bank


untuk mewakilinya dalam melakukan pekerjaan jasa tertentu seperti
pembuatan L/C (Letter of Credit) dan transfer uang. L/C adalah surat yang
diterbitkan oleh bank bahwa bank tersebut akan membayar komoditas yang
diikspor oleh nasabah. L/C hanya menunjukkan bahwa bank
bertanggungjawab atas pembayaran barang yang diimpor tapi tidak
bertanggung jawab atas kondisi barang.
5. Kafalah (garansi)
Kafalah adalah garansi atau jaminan yang diberikan oleh bank kepada
pihak ketiga bahwa bank bertanggung jawab atas pembayaran suatu
hutang yang dilakukan pihak kedua dan menjadi hak pihak ketiga sebagai
penerima jaminan. Jadi apabila pihak kedua yang memiliki hutang tidak
dapat membayar maka bank akan membayarkannya kepada pihak ketiga.
Berbeda dengan hiwalah dimana nasabah memindahkan hutangnya
kepada bank sehingga bank harus membayar dari awal, kafalah bank
bertindak sebagai pihak yang bertanggung jawab apabila pihak yang
memiliki hutang tidak dapat membayar hutangnya
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
Bank sebagai lembaga keuangan perbankan memiliki peran menghimpun dan
menyalurkan dana. Produk yang dimiliki bank syariah hampir sama dengan bank
konvensional dengan perbedaan dalam operasionalnya saja. Prinsip yang dipakai
dalam penghinpunan dana bank syariah adalah wadi’ah (titipan) atau mudharabah
(investasi). Prinsip yang dipakai dalam pembiayaan adalah ba’i (jual-beli), ijarah
(sewa), dan syirkah (bagi hasil). Bank syariah juga memiliki akad pelengkap untuk
mempermudah administrasinya.

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Masih perlu
diteliti lebih lanjut dari sumber – sumber yang lebih memadai agar lebih jelas.
Daftar Pustaka

http://kmplnmakalah.blogspot.com/2013/04/makalah-produk-pembiayaan-
perbankan.html

http://studyandlearningnow.blogspot.com/2013/06/sistem-penghimpunan-dana-bank-
syariah.html

www.mandirisyariah.com

http://sovi70-ovi.blogspot.com/2010/04/jenis-jenis-produk-pembiayaan-bank.html

Anda mungkin juga menyukai