SPESIFIKASI TEKNIS
KETERANGAN
Spesifikasi Teknis ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) berdasarkan jenis
pekerjaan yang akan dilelangkan, dengan ketentuan :
1. Tidak mengarah kepada merk/produk tertentu, tidak menutup kemungkinan
digunakannya produksi dalam negeri ;
2. Semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional (SNI) ;
3. Metoda pelaksanaan pekerjaan harus logis, realistik dan dapat dilaksanakan ;
4. Jadwal waktu pelaksanaan harus sesuai dengan metoda pelaksanaan ;
5. Mencantumkan macam, jenis/type, kapasitas dan jumlah peralatan utama minimal yang
diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ;
6. Mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ;
7. Mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produk ;
8. Mencantumkan kriteria kinerja produk (output performance) yang diinginkan ;
9. Mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran.
a. ULP/Panitia Pengadaan harus mengidentifikasi bahaya setiap jenis alat dan perkakas
yang akan digunakan untuk pelaksanaan konstruksi, maupun peralatan permanen
kelengkapan bangunan konstruksi dan menetap-kan spesifikasi teknis setiap jenis
alat yang harus digunakan tersebut;
b. Setiap jenis alat dan perkakas yang digunakan sedapat mungkin dipilih yang paling
kecil bahaya dan risikonya serta lebih mudah penggunaan dan perawatannya, dan
diberi penjelasan singkat cara penggunaan dan pemeliharaannya;
c. Alat dan perkakas yang digunakan harus dipastikan telah diberi sistem perlindungan
atau kelengkapan pengaman untuk mencegah paparan (expose) bahaya secara
langsung terhadap tubuh pekerja;
b. Setiap jenis proses/kegiatan sedapat mungkin dipilih yang paling kecil bahaya dan
risikonya, dan diberi penjelasan prosedur kerja yang lebih aman dan selamat;
d. Setiap jenis proses/kegiatan pekerjaan yang baru, atau pada keadaan yang berbeda
harus lebih dulu dilakukan analisis bahaya dan risikonya (Job Safety Analysis) dan
harus dilakukan tindakan pengendaliannya;
e. Setiap proses/kegiatan yang berbahaya harus melalui prosedur ijin kerja lebih dulu
dari penanggung-jawab proses dan Ahli K3 Konstruksi;
f. Setiap proses & kegiatan pekerjaan hanya boleh dilakukan oleh tenaga kerja dan/atau
operator yang telah terlatih dan telah mempunyai kompetensi untuk melaksanakan
jenis pekerjaan/tugasnya, termasuk kompetensi melaksanakan prosedur keselamatan
dan kesehatan kerja yang sesuai pada jenis pekerjaan/tugasnya tersebut.
b. Metode pelaksanaan harus disusun secara logis, realistik & dapat dilaksanakan
dengan menggunakan peralatan, perkakas, material & konstruksi sementara, yang
sesuai dengan kondisi lokasi/tanah/cuaca dan dapat dikerjakan oleh pekerja dan
operator yang terlatih;
e. Setiap tahapan pelaksanaan konstruksi utama yang mempunyai potensi bahaya dan
risiko tinggi dan sedang, harus dilengkapi dengan metode kerja, yang selamat dan
aman. Misalnya untuk pekerjaan di ketinggian, mutlak harus digunakan perancah,
lantai kerja (platform), papan tepi, tangga kerja, pagar pelindung tepi, serta alat
pelindung diri (APD) yang sesuai antara lain helm dan sabuk keselamatan agar
pekerja terlindung dari bahaya jatuh. Untuk pekerjaan saluran galian tanah berpasir
yang mudah longsor dengan kedalaman 1,5 meter atau lebih, mutlak harus
menggunakan turap dan tangga akses bagi pekerja untuk naik/turun;
f. Setiap metoda kerja dan/atau metoda pelaksanaan harus melalui analisis &
perhitungan yang diperlukan berdasarkan data teknis yang dapat dipertanggung-
jawabkan, baik dari standar yang berlaku, atau melalui penyelidikan teknis dan
analisis laboratorium maupun pendapat ahli terkait yang independen.
b. Setiap tenaga ahli tersebut pada butir 1) di atas harus mempunyai kemampuan untuk
melakukan proses-proses manajemen risiko (identifikasi bahaya, penilaian risiko dan
pengendalian risiko) yang terkait dengan disiplin ilmu dan pengalaman
profesionalnya dan dapat memastikan bahwa semua potensi bahaya dan risiko yang
terkait pada bentuk rancangan, spesifikasi teknis dan metode kerja/konstruksi
tersebut telah diidentifikasi dan telah dikendalikan pada tingkat yang dapat diterima
sesuai dengan standar teknik dan standar K3 yang berlaku;
d. Setiap tenaga ahli & tenaga terampil dibidang K3 di atas harus mempunyai
kemampuan melakukan analisis keselamatan pekerjaan ( job safety analysis ) setiap
sebelum memulai pekerjaannya, untuk memastikan bahwa potensi bahaya dan risiko
telah diidentifikasi dan diberikan tindakan pencegahan terhadap kecelakaan kerja
dan/atau pemaparan penyakit di tempat kerja;
e. Setiap identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko dan setiap analisis
keselamatan pekerjaan, sebelum digunakan harus ditinjau dan dievaluasi keandalan
dan ketepatannya oleh Ahli K3 Konstruksi;
f. Apabila tenaga ahli yang berkaitan dengan K3 belum berkompeten melakukan proses
manajemen risiko terkait dengan tugas dan jabatannya, demikian juga apabila
tenaga ahli dan terampil tersebut belum berkompeten untuk melakukan analisis
keselamatan pekerjaannya, maka kepada diwajibkan, meminta atau mendapatkan
bantuan atau pelatihan dari Ahli K3 Konstruksi.
DATA-DATA KEGIATAN
1.1. Data Umum Kegiatan
Nama : ......................................................................................
NIP. : ......................................................................................
Jabatan : ......................................................................................
Alamat : ......................................................................................
Nama : ......................................................................................
NIP. : ......................................................................................
Jabatan : ......................................................................................
Alamat : ......................................................................................
Nama Kegiatan : Kegiatan Relokasi Rumah Potong Hewan Kota Bukittinggi (DAK Fisik
Tahun 2019 Bidang Pertanian)............................................................
: Pemerintah Kota Bukittinggi................................................................
: Tahun Anggaran 2019 ........................................................................
Fungsi Umum : Kegiatan Relokasi Rumah Potong Hewan Kota Bukittinggi (DAK Fisik
Tahun 2019 Bidang Pertanian)............................................................
KETENTUAN UMUM
2.1. Mobilisasi Dan Demobilisasi
Cakupan kegiatan mobilisasi dalam Kontrak ini harus memenuhi :
a. Ketentuan Umum
i. Mobilisasi peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang diperlukan.
ii. Penyewaan sebidang lahan yang diperlukan untuk base camp kegiatan.
iii. Penyediaan base camp, kantor lapangan, bengkel, gudang dan lain-lain sebagainya.
iv. Perkuatan jembatan lama untuk pengangkutan/membawa alat-alat berat.
v. Mobilisasi semua staf pelaksana dan pekerja yang diperlukan.
b. Ketentuan Mobilisasi Kantor Lapangan dan Fasilitasnya untuk keperluan Direksi Pekerjaan
dan Kebutuhan ini akan disediakan dalam Ketentuan lain.
c. Ketentuan mobilisasi Fasilitas Pengendalian Mutu
Apabila penyediaan suatu laboratorium lapangan atau peralatan laboratorium tidak secara
khusus dinyatakan sebagai bagian dari cakupan pemasokan dalam kontrak ini seperti yang
disebutkan dalam Data Kontrak maka fasilitas pengendalian mutu, jika perlu termasuk
fasilitas atau pelayanan laboratorium seperti yang disyaratkan untuk memenuhi ketentuan-
ketentuan pengendalian mutu dari spesifikasi ini harus dipasok melalui Laboratorium yang
disetujui oleh Pengguna Jasa / Direksi Pekerjaan.
Ketentuan Mutu
a. Kontraktor harus mematuhi semua peraturan baik Nasional maupun Daerah
b. Kantor dan fasilitasnya harus ditempati sesuai dengan lokasi, mutu dan denah lapangan
yang telah di setujui Pengguna Jasa dan merupakan bagian dari Program Mobilisasi, dimana
penempatanya harus diusahakan sedekat mungkin dengan daerah kerja (site) dan telah
mendapat persetujuan dari Direksi.
c. Bangunan yang dibuat harus mempunyai kekuatan struktural yang baik, tahan cuaca dan
elevasi lantai yang lebih tinggi dari tanah di sekitamya.
d. Bangunan untuk penyimpanan bahan harus diberi bahan pelindung yang cocok sehingga
bahan yang disimpan tidak akan mengalami kerusakan.
e. Sesuai dengan pilihan Kontraktor, semua bangunan dapat dibuat di tempat atau dirakit dari
komponen-komponen pra-fabrikasi.
f. Kantor lapangan dan gudang sementara harus didirikan diatas pondasi yang mantap dan
dilengkapi dengan penghubung untuk pelayanan utilitas.
g. Bahan, peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk bangunan harus baru atau
bekas pakai tetapi berfungsi baik, cocok dengan maksud pemakaian dan tak bertentangan
dengan peraturan yang berlaku.
h. Lahan untuk kantor lapangan dan semacamnya harus ditimbun dan diratakan sehingga
layak untuk ditempati, bebas dari genangan air, diberi pagar keliling dan dilengkapi dengan
jalan masuk dari kerikil dan tempat parker.
i. Kontraktor harus menyediakan alat pemadam kebakaran dan kebutuhan P3K yang
CV. NAFELINDO CONSULTANT
Spesifikasi Teknis Pembangunan Rumah Potong Hewan Kota Bukittinggi
3.1. ADMINISTRASI
I. PELAPORAN PEKERJAAN
Seluruh laporan pekerjaan dipandang sebagai satu kesatuan dengan keseluruhan Spesifikasi
Teknis dan merupakan kewajiban/tanggungjawab Penyedia Jasa untuk membuat dan
menyerahkannya kepada Pengguna Jasa, sebagai bagian dari pelaksanaan kontrak. Legalitas
dan keabsahan laporan pekerjaan adalah sesuai dengan persetujuan Direksi Pekerjaan dan
seluruh biaya yang timbul dalam pembuatan laporan ini, adalah beban penyedia jasa.
Penyedia Jasa harus memiliki prosedur dan tata cara administrasi yang baku untuk menunjang
seluruh pelaksanaan fisik pekerjaan. Seluruh rekaman data pekerjaan, catatan-catatan, foto-
foto dokumentasi dan lain-lain yang dipandang perlu, mulai dari pekerjaan persiapan,
pelaksanaan fisik, serah terima dan pemeliharaan harus didokumentasikan secara sistematis
sesuai dengan kelompok pekerjaan, urutan waktu atau kategori lain yang dianggap penting.
Disamping itu, penyedia jasa harus menyediakan Buku Instruksi dan Buku Tamu setiap saat di
lapangan selama masa pelaksanaan pekerjaan.
Apabila tenaga ahli / personil seperti yang diusulkan dalam Dokumen Penawaran, tidak dapat
disediakan oleh Penyedia Jasa, baik menjelang pelaksanaan ataupun dalam masa pekerjaan
maka Penyedia Jasa harus menyampaikan Permintaan Penggantian Personil secara tertulis
pada Direksi Pekerjaan dan apabila diizinkan, Penyedia Jasa harus segera menempatkan
penggantinya
paling lambat dalam tempo 7 (tujuh) hari sejak permintaan penggantian tertulis tersebut,
dengan syarat, tenaga ahli / personil pengganti harus memiliki kemampuan yang lebih baik
atau setara dari tenaga ahli / personil yang diganti.
Apabila dalam masa pelaksanaan, Direksi Pekerjaan memandang perlu untuk mengganti satu
atau kesemua personil Penyedia Jasa, karena sesuatu sebab yang mengganggu kelancaran
pelaksanaan dan/atau merugikan fisik kegiatan, maka Penyedia Jasa harus segera
menggantinya paling lambat dalam tempo 7 (tujuh) hari sejak permintaan penggantian tertulis
dari Direksi Pekerjaan, dengan syarat, tenaga ahli / personil pengganti harus memiliki
kemampuan yang lebih baik atau setara dari tenaga ahli / personil yang diganti.
Setiap tenaga ahli / personil Penyedia Jasa, sesuai dengan jabatan dan tanggungjawabnya
masing-masing, diwajibkan untuk selalu hadir dan aktif membantu kelancaran proses
pelaksanaan pekerjaan, mulai dari pengukuran ulang sampai dengan serah terima pekerjaan.
Seluruh laporan pekerjaan dari Penyedia Jasa, seperti yang dimaksudkan pasal 3.1.I di atas,
dapat ditanggapi/diperiksa/disetujui oleh Direksi Pekerjaan, apabila ditandatangani oleh orang-
orang yang sesuai dengan lingkup kontrak.
Kerusakan / kekurangan / cacat pekerjaan akibat kelalaian tenaga ahli / personil, mutlak
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa untuk memperbaikinya.
a. Setiap jenis item pekerjaan harus digambarkan dalam diagram yang terpisah dan
harus dibentuk sesuai dengan urutan dari masing-masing kegiatan fisik pekerjaan.
b. Skala waktu dalam arah horizontal harus dinyatakan (minimal) dengan satuan
minggu kalender pelaksanaan.
c. Setiap diagram balok horizontal harus mempunyai ruangan yang cukup untuk
mencatat atau menuliskan bobot kemajuan aktual dari setiap item pekerjaan,
dibandingkan dengan kemajuan rencana.
d. Skala dan format dari Jadwal Kemajuan Pekerjaan harus sedemikian rupa hingga
tersedia ruangan untuk pencatatan, revisi dan pemutakhiran mendatang. Ukuran
lembar kertas minimum adalah A3.
2. Jika diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus membuat Analisa Jaringan
yang menunjukkan awal dan akhir setiap tanggal mulainya suatu item pekerjaan,
sehingga dapat dibaca ada atau tidaknya jadwal jalur kritis (critical path schedule) dan
secara keseluruhan, jenis-jenis pekerjaan yang kritis (jika ada) dalam pelaksanaan
pekerjaan, dapat diantisipasi terlebih dahulu .
3. Penyedia Jasa harus membuat jadwal yang terpisah untuk lokasi semua sumber bahan,
bersama dengan rencana tanggal penyerahan contoh-contoh bahan dan rencana
produksi bahan dan jadwal pengiriman.
1. Terdapat perubahan kuantitas (volume) pekerjaan yang signifikan apabila ditinjau dari
segi waktu, setelah diterbitkannya Addenda.
2. Terjadinya Kontrak Kritis, sebagaimana yang diatur dalam ketentuan pasal 33 Syarat-
Syarat Umum Kontrak. Dalam hal ini, untuk setiap Rapat Pembuktian Keterlambatan
(Show Couse Meeting) yang dilakukan, maka penyedia jasa harus membuat dan
menyerahkan Revisi jadwal pelaksanaan secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan.
3. Pada saat menyerahkan Revisi Jadwal Pelaksanaan, maka Penyedia Jasa harus membuat
laporan ringkas yang memberikan alasan-alasan timbulnya revisi, yang harus meliputi :
a. Uraian Revisi, termasuk pengaruh terhadap seluruh jadwal karena adanya perubahan
cakupan, revisi dalam kuantitas atau perubahan jangka waktu kegiatan dan
perubahan lainnya yang dapat mempengaruhi jadwal.
c. Faktor-faktor lain, yang secara logis, nyata dan dapat dipertanggungjawabkan, secara
nyata telah menimbulkan perubahan jadwal pelaksanaan.
CV. NAFELINDO CONSULTANT
Spesifikasi Teknis Pembangunan Rumah Potong Hewan Kota Bukittinggi
1. Rapat Pembuktian Keterlambatan (Show Couse Meeting) dilakukan apabila terjadi Kontrak
Kritis dalam masa pelaksanaan fisik pekerjaan, sebagaimana yang diatur dalam ketentuan
pasal 33 Syarat-Syarat Umum Kontrak, yaitu :
b. Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari kontrak), realisasi fisik
pelaksanaan terlambat lebih besar 5% dari rencana ;
c. Rencana fisik pelaksanaan 70% - 100% dari kontrak, realisasi fisik pelaksanaan
terlambat kurang dari 5% dari rencana dan/atau akan melampaui tahun anggaran
berjalan.
2. SCM Tahap I dilakukan sesegera mungkin setelah Surat Peringatan ke-1 akibat terjadinya
Kontrak Kritis, disampaikan kepada Penyedia Jasa. SCM Tahap I ini minimal harus dihadiri
oleh PPK, PPTK, Assisten, Konsultan Pengawas dan Penyedia Jasa ( Kontraktor ). Agenda
dalam SCM Tahap I adalah membahas dan menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus
dicapai oleh Penyedia Jasa dalam batasan waktu tertentu ( Uji Coba Pertama ) yang
kemudian dituangkan dalam Berita Acara SCM Tahap I. Sebelum melakukan Uji Coba
Pertama, Penyedia Jasa harus menyampaikan Review Jadwal Pelaksanaan sesuai dengan
Berita Acara SCM Tahap I.
3. Apabila Uji Coba Pertama gagal, maka Pejabat Pembuat Komitmen wajib menyampaikan
Surat Peringatan ke-2 kepada Penyedia Jasa dan sesegera mungkin harus dilakukan SCM
Tahap II. Dalam SCM Tahap II, minimal harus dihadiri oleh PA dan/atau Kepala Dinas, KPA
dan/atau PPK, PPTK, Assisten, Konsultan Pengawas dan Penyedia Jasa ( Kontraktor ). Agenda
dalam SCM Tahap II adalah membahas dan menyepakati besaran kemajuan fisik yang harus
dicapai oleh Penyedia Jasa dalam batasan waktu tertentu ( Uji Coba Kedua ) yang kemudian
dituangkan dalam Berita Acara SCM Tahap II. Sebelum melakukan Uji Coba Kedua, Penyedia
Jasa harus menyampaikan Review Jadwal Pelaksanaan sesuai dengan muatan-muatan yang
tertuang dalam Berita Acara SCM Tahap II.
4. Apabila Uji Coba Kedua gagal, maka PPK wajib menyampaikan Surat Peringatan ke-3 kepada
Penyedia Jasa dan sesegera mungkin harus dilakukan SCM Tahap III. SCM Tahap III, minimal
harus dihadiri oleh Kepala Daerah atau yang mewakili, PA dan/atau Kepala Dinas, KPA
dan/atau PPK, PPTK, Assisten, Konsultan Pengawas dan Penyedia Jasa ( Kontraktor ). Agenda
dalam SCM Tahap III adalah membahas dan menyepakati besaran kemajuan fisik yang
harus dicapai oleh Penyedia Jasa dalam batasan waktu tertentu ( Uji Coba Ketiga ) yang
kemudian dituangkan dalam Berita Acara SCM Tahap III. Sebelum melakukan Uji Coba
Ketiga, Penyedia Jasa harus menyampaikan Review Jadwal Pelaksanaan sesuai dengan
muatan-muatan yang tertuang dalam Berita Acara SCM Tahap III.
5. Apabila Uji Coba Ketiga masih gagal, maka PPK dapat memutuskan Kontrak secarap sepihak
dengan mengkesampingkan pasal 1266 KUHP dan penyelesaian pekerjaan dapat dilakukan
melalui Kesepakatan Tiga Pihak sebagaimana yang sudah diatus dalam ketentuan pasal 33
Syarat-Syarat Umum Kontrak.
2. Aspek Ekonomis
Penyedia Jasa wajib memperhatikan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan. Termasuk dalam
hal ini aspek SDM, Peralatan dan pengadaan bahan. SDM yang digunakan harus secara
efektif dapat memenuhi kebutuhan jadwal dan kualitas pekerjaan. Jumlah dan jenis
peralatan-peralatan pendukung pekerjaan harus diperhitungkan dengan seksama sesuai
jadwal pekerjaan terutama bila peralatan-peralatan tersebut diadakan dengan sewa.
Pengadaan bahan/material harus diupayakan efektif sesuai dengan pekerjaan yang
dijadwalkan.
I. PEKERJAAN PENDAHULUAN
1. SURVEY LAPANGAN / PENGUKURAN ULANG
a. Syarat Umum
Sebelum fisik pekerjaan dimulai, maka Penyedia Jasa, dibawah pengawasan Direksi Pekerjaan
harus melakukan survai lapangan dan pengukuran ulang terlebih dahulu, untuk melihat
keadaan mutakhir tentang kondisi fisik dan struktur Bangunan, Perletakan Saptic tank, dan
perlengkapan lainnya seperti pagar pengaman Dll.
Pekerjaan survey lapangan dan pengukuran ulang, harus memuat rekaman data yang sangat
jelas dan terperinci serta disyahkan oleh Direksi Pekerjaan, untuk kemudian dilakukan
perhitungan ulang dan pengkajian masalah serta melihat perbandingannya dengan Daftar
Kuantias seperti yang tertuang dalam Dokumen Kontrak.
Pekerjaan ini harus mencakup hal-hal berikut ini, tetapi tidak terbatas pada :
1. Pengkajian terhadap Persiapan dan Gambar
a. Penyedia Jasa harus mempelajari Gambar yang terdapat dalam Dokumen Kontrak dan
berkonsultasi dengan Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan survai dimulai.
b. Penyedia Jasa harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud dari Gambar dan
Spesifikasi dan tidak boleh mengambil keuntungan atas setiap kesalahan atau
kekurangan dalam Gambar atau perbedaan antara Gambar dan Spesifikasi. Penyedia
Jasa harus menandai / memperbaiki setiap kesalahan atau kekurangan, terutama yang
berhubungan dengan struktur. Direksi Pekerjaan akan melakukan perbaikan dan
interprestasi untuk melengkapi Spesifikasi dan Gambar ini. Bilamana dimensi yang
diberikan dalam Gambar dapat dihitung, pengukuran berdasarkan skala tidak boleh
digunakan kecuali bila disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Setiap penyimpangan dari
Gambar sehubungan dengan kondisi lapangan yang tidak terantisipasi, akan ditentukan
dan diperintahkan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan. Penyedia Jasa dan Direksi
Pekerjaan harus mencapai kesepakatan terhadap ketepatan atas setiap perubahan yang
diambil terhadap Gambar dalam Kontrak ini.
a. Ruang Lingkup
Pekerjaan ini mencakup :
1. Pembersihan lokasi kerja pada saat dan setelah pelaksanaan pekerjaan.
2. Pekerjaan-pekerjaan yang bersangkutan dengan pemenuhan persyaratan lingkungan.
b. Prinsip Dasar
Selama periode pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa harus memelihara lokasi pekerjaan
bebas dari akumulasi sisa-sisa bahan bangunan, kotoran dan sampah yang diakibatkan oleh
operasi pelaksanaan. Pada saat selesainya Pekerjaan, semua sisa bahan bangunan dan bahan-
bahan tak terpakai, sampah, perlengkapan, peralatan dan mesin-mesin harus disingkirkan,
seluruh permukaan terekspos yang nampak harus dibersihkan dan lapangan ditinggalkan
dalam kondisi siap pakai serta dapat diterima dengan layak oleh Direksi Pekerjaan.
2. Bilamana dianggap perlu, Penyedia Jasa harus menyemprot bahan-bahan dan sampah yang
kering dengan air secukupnya untuk mencegah debu atau pasir yang beterbangan.
3. Penyedia Jasa harus membuang sisa bahan bangunan, kotoran dan sampah di tempat yang
telah ditentukan sesuai dengan Peraturan Pusat maupun Daerah dan Undang-undang
Pencemaran Lingkungan yang berlaku.
4. Penyedia Jasa tidak diperkenankan mengubur sampah atau sisa bahan bangunan di lokasi
pekerjaan tanpa persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
6. Penyedia Jasa tidak diperkenankan membuang sisa-sisa bahan bangunan ke dalam sungai
atau saluran air.
d. Pembersihan Akhir
Pada saat penyelesaian pekerjaan, tempat kerja harus ditinggalkan dalam keadaan bersih dan
siap untuk dipakai Pemilik. Penyedia Jasa juga harus mengembalikan bagian-bagian dari
tempat kerja yang tidak diperuntukkan dalam Dokumen Kontrak ke kondisi semula.
PASAL 1
UMUM
Persyaratan Teknis ini berlaku untuk seluruh pekerjaan, secara umum persyaratan ini bisa
ditetapkan dan merupakan kesatuan dengan dokumen lainya.
Semua pekerjaan yang dilaksanakan adalah berdasarkan/berpedoman kepada dokumen
kontrak yang telah disepakati oleh kedua belah pihak (Pihak Proyek dan Pihak Pemborong).
Pekerjaan ini mencakup mendatangkan bahan, tenaga dan peralatan serta mengerjakan
semua pekerjaan sampai selesai, sesuai dokumen kontrak yang telah disepakati.
PASAL 2
REFERENSI
2.1 Secara umum dalam pelaksanaan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain, berlaku ketentuan-
ketentuan dibawah ini termasuk segala perubahannya.
a. Undang-Undang/Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003
b. Peraturan / Surat Keputusan dari Departemen / Instansi yang berwenang.
c. Ketentuan dari badan Koordinasi Pekerjaan Jaringan Sistem Bawah Tanah ( BKSJ )
d. Peraturan Daerah
e. Standart / Pedoman Seperti:
Peraturan Beton Berulang Indonesia 1971
Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
Peraturan Perencana Bangunan Baja Indonesia 1984
Peraturan Muatan Indonesia
PASAL 3
UKURAN DAN PENJELASAN GAMBAR
3.1.1 Pada dasarnya semua ukuran yang tertera dalam gambar rencana dan Detail adalah
merupakan acuan untuk pelaksanan pekerjaan, dan merupakan ukuran jadi.
3.1.2 Sebelum memulai pelaksanan pekerjaan, Pemborong harus terlebih dahulu mempelajari
segala ukuran yang tertera dalam gambar rencana dan detail. Dan apabila terjadi keraguan
atau tidak cocoknya ukuran gambar rencana (gambar skala yang lebih kecil) dengan
gambar lain/detail maka pemborong harus mengkonsultasikan dengan pihak
Pengawas/Direksi untuk didapati suatu kesepakatan.
3.1.3 Apabila gambar rencana dalam satu disiplin pekerjaan tidak sama dengan gambar
kerja/detail atau gambar yang lain maupun dengan penjelasan RKS, RAB serta dokumen
lainnya, sebelum memulai pekerjaan tersebut pemborong harus mengkonsultasikan dengan
Pengawas/Direksi untuk didapat suatu kesepakatan dalam pelaksanaan.
3.1.4 Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan struktur, mekanikal, Electrikal
atau gambar disiplin pekerjaan lainya, maka yang berlaku/mengikat adalah gambar kerja
Arsitektur sepanjang tidak mengurangi kekuatan konstruksi/struktur bangunan, atau
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pihak Direksi.
3.1.5 Bila perbedaan-perbedaan itu, ketidak-jelasan maupun perbedaan menimbulkan keragu-
raguan sehingga dalam pelaksanaan dapat menimbulkan kesalahan, maka pemborong
harus terlebih dahulu melaporkan kepada Pengawas/Direksi untuk mendapatkan keputusan
gambar mana yang akan dijadikan peganggan.
3.1.6 Ketentuan di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Pemborong untuk Memperpanjang
waktu pelaksanaan maupun mengajukan “claim” biaya pekerjaan tambah.
PASAL 4
PERSIAPAN PEKERJAAN
PASAL 5
PEKERJAAN PERMULAAN
PASAL 6
6.1.1 Yang dimaksud pekerjaan galian tanah adalah Galian tanah untuk pondasi, dan
pekerjaan kebutuhan bangunan lainnya sesuai gambar rencana.
6.1.2 Ukuran masing-masing galian harus disesuaikan dengan gambar rencana atau
kebutuhan dilapangan.
6.1.3 Pekerjaan galian tanah baru boleh dilaksanakan setelah bouwplank selesai
terpasang lengkap dengan penempatan titik / tempat penggalian telah ditetapkan
sesuai gambar/kebutuhan. kedalaman sera bentuk galian harus diperikasa dan
disetujui oleh Pengawas.
6.1.4 Pemborong harus mencegah genangan air dalam galian yang disebabkan oleh
hujan, rembesan air, dengan jalan memompa atau menyalurkan selokan atau
tempat lain sesuai petunjuk Pengawas. Bila diperlukan untuk mencegah
kelongsoran maka dapat digunakan penyanggah galian.
6.1.5 Apabila dan atau karena permukaan air tinggi. Pemborong harus menyediakan
pompa air secukupnya untuk mengeringkan air yang menggenangi galian.
6.1.6 Apabila ada kesalahan penggalian/galian lebih dalam dari yang dikehendaki atau
posisinya berlainan dengan yang tertera dalam gambar, maka Pemborong harus
mengisi kembali dengan pasir urug atau bahan lain yang disetujui pengawas, dan
dipadatkan sampai sempurna, atas biaya pemborong tanpa penggantian biaya dari
Pemberi tugas.
6.1.7 Bila dasar galian sampai pada kedalaman (dasar galian) tidak mencapai kepadatan
yang dipersyaratkan, maka pemborong harus melakukan penggalian sampai
ditemukan dasar galian yang memenuhi kekerasan tanahnya, atau dengan cara
perbaikan tanah tersebut dengan mengganti dengan bahan dengan urugan lain dan
dipadatkan sehingga mencapai kepadatan yang dipersyaratkan atas biaya
pemborong.
6.1.8 Kelebihan tanah bekas galian harus dibuang ke tempat yang telah ditentukan oleh
Direksi/ Pengawas. lokasi antara papan patok ukur (bouwplank) dan galian harus
bebas dari timbunan tanah.
PASAL 7
PEKERJAAN BETON
7.1 Umum
Beton harus merupakan campuran dari semen, agregat halus, agregat kasar dan air,
dengan perbandingan sedemikian sehingga dalam beton yang dihasilkan, jumlah semen yang
terdapat di dalamnya minimal sesuai dengan persyaratan dalam spesifikasi. Hasil akhir
pekerjaan harus berupa beton yang baik, padat dan tahan lama serta memiliki kekuatan dan
sifat-sifat lain sebagaimana disyaratkan.
Perbandingan antara agregat halus dan agregat kasar tergantung dari gradasi
bahannya, tetapi jumlah agregat halus selalu minimal dengan ketentuan bahwa bila dicampur
dengan semen akan menghasilkan adukan yang cukup untuk mengisi ruang-ruang rongga-
rongga di antara agregat kasar dan terdapat sedikit sisa untuk finishing.
Untuk menjamin kekuatan dan ketahanan beton yang optimal, jumlah air yang dipakai
dalam adukan harus minimal sehingga menghasilkan kemudahan untuk dikerjakan dan
konsistensi yang sesuai dengan kondisi dan cara pengecoran beton.
Semua bahan, pengujian lain-lain yang diuraikan dalam spesifikasi ini mengikuti Acuan
Normatif Indonesia yang telah diterapkan dengan tujuan menerapkan suatu Acuan Normatif
yang dapat diterima. Acuan Normatif lokal atau Acuan Normatif lainnya dapat pula diterapkan
asal sudah disetujui oleh direksi sebagai setara.
7.3 Semen
Semen harus berupa semen portland (PC) biasa yang sesuai dengan Acuan Normatif
SNI 15-2049-1994.
Semua semen yang berasal dari pabrikan yang sudah disetujui oleh Direksi dan harus
dikirim ke lapangan dalam kantong yang tertutup atau dalam tempat lain dari pabrikan yang
sudah disetujui.
Bilamana dikehendaki oleh Direksi, Penyedia barang/jasa harus memberikan pada
Direksi, satu faktur untuk tiap pengiriman semen, dimana tertera nama pabrikan, jenis dan
jumlah semen yang dikirim, bersama dengan sertifikat pengujian dari pabrikan yang
menyatakan bahwa semen yang dikirim sudah diuji dan dianalisa dalam segala hal sesuai
dengan Acuan Normatif.
Semua semen harus diangkut dan disimpan dalam tempat yang tidak tembus air serta
dilindungi dari kelembaban sampai saat pemakaian, semen yang membatu atau menggumpal
atau yang rusak kantongnya akan ditolak.
Semen harus menjalani pengujian tambahan yang sesuai dengan Acuan Normatif bila
dianggap perlu oleh Direksi. Direksi berhak untuk menolak semen yang tidak memuaskan,
sekalipun sudah terdapat sertifikasi dari pabrikan.
Semua semen yang ditolak harus segera disingkirkan dari lapangan atas biaya penyedia
barang/jasa. Penyedia barang/jasa harus menyediakan semua contoh pengujian dan
memberikan bantuan yang mungkin diperlukan oleh Direksi untuk melakukan pengujian.
Penyedia barang/jasa harus menjamin agar setiap saat terdapat persediaan semen dalam
jumlah yang cukup dilapangan sehingga kemajuan kerja tidak terganggu dan memberikan
waktu yang cukup untuk pelaksanaan pengujian.
Penyedia barang/jasa harus menyediakan dan mendirikan gudang-gudang di tempat
yang sesuai untuk menyimpan dan menangani semen, gudang-gudang tersebut harus benar-
benar kering, berventilasi baik, tidak tembus air dan berkapasitas cukup. Lantai gudang
minimal harus 30 cm di atas tanah atau di atas air yang mungkin tergenang dilantai. Ketika
diangkut ke lapangan dengan lori/gerobak, semen harus ditutup dengan terpal atau bahan
penutup lain yang tidak tembus air, semen harus sesegera mungkin digunakan setelah dikirim
dan setiap semen yang menurut pendapat Direksi sudah rusak atau tidak sesuai lagi akibat
CV. NAFELINDO CONSULTANT
Spesifikasi Teknis Pembangunan Rumah Potong Hewan Kota Bukittinggi
penyerapan air dari udara atau dari manapun, harus ditolak dan disingkirkan dari lapangan
atas biaya Penyedia barang/jasa.
Semen-semen yang berlainan jenis harus disimpan dalam gudang terpisah, semen-
semen harus disimpan menurut pengiriman sedemikian sehingga yang dikirim dahulu dapat
dipakai lebih dahulu.
7.4 Agregat
Agregat harus sesuai dalam segala hal dengan PBI 1971, bagian 2 atau B.S No. 852
1965.
Agregat kasar adalah agregat yang tertahan pada saringan 5 mm dan agregat halus
adalah agreghat yang lolos saringan 5 mm.
Untuk struktur atas dan beton tumbuk, agregat kasarnya harus bergradasi dari 25 mm
sampai 5 mm. Pemakaian agregat all – in (semua gradasi) tidak diperbolehkan.
Untuk beton kurus harus bergradasi dari 38 mm – 5 mm sebelum pembetonan dimulai,
sejumlah contoh tiap ukuran dan jenis agregat harus diserahkan kepada direksi untuk disetujui.
Dari jumlah tiap tersebut penyedia barang/jasa harus mengambil dua contoh yang
representatif dan mengadakan analisa gradasi serta pengujian lain sebagaimana diperintahkan
oleh Direksi. Semuanya harus sesuai dengan British standard No. 812 : 1968 atau yang
setara.
Bila agregat yang disetujui oleh Direksi sudah terpilih, penyedia barang/jasa harus
mengusahakan agar seluruh pemasukan untuk tiap bahan berasal dari satu sumber yang
disetujui untuk menjaga agar mutu gradasi dapat dipertahankan pada seluruh pekerjaan.
Pengujian lebih lanjut untuk menentukan variasi kemurnian atas gradasi bahan harus
dilakukan sekurang-kurangnya satu kali untuk tiap 25 ton yang dipasok.
Harus disediakan kapasitas penyimpanan yang mencukupi, baik disumber pemasokan
atau dilapangan untuk agregat halus dan kasar yang mutu serta gradasinya sudah disetujui
guna menjaga kesinambungan kerja.
Kubus-kubus tersebut harus ditempatkan dalam kondisi yang sama dengan kondisi yang
sebenarnya dan harus diuji setelah 7 atau 28 harus menurut keputusan Direksi. Biaya
percobaan ini akan dibebankan pada penyedia barang/jasa.
sedemikian sehingga mencegah segregasi dan harus dijaga agar aliran beton tidak terputus-
putus. Seluruh operasi ini harus mendapat persetujuan dari Direksi.
Pengecoran suatu unit atau bagian pekerjaan harus dilaksanakan dalam satu operasi
menerus atau hingga mencapai bagian yang ditentukan.
Beton dan penulangan yang menonjol tidak boleh diganggu dengan cara apapun
sekurang-kurangnya 48 jam sesudah beton dicor, kecuali jika diperoleh ijin tertulis dari Direksi.
Semua beton harus dicorkan pada siang hari, pengocoran bagian manapun tidak boleh dimulai
jika dapat diselesaikan pada siang hari kecuali jika sudah diperoleh ijin dari Direksi untuk
pengerjaan malam hari, ijin demikian tidak akan diberikan jika penyedia barang/jasa tidak
menyediakan sistem penerimaan yang memadai, yang disetujui oleh Direksi. Penyedia
barang/jasa harus membuat catatan lengkap mengenai tanggal, waktu dan kondisi.
Pengecoran beton pada tiap bagian pekerjaan, catatan ini harus tersedia untuk diperiksa oleh
Direksi Pekerjaan.
7.20 Bekisting
Semua bekisting harus dirancang dan dibuat sehingga dinilai memuaskan oleh Direksi.
Penyedia barang/jasa harus menyerahkan rancangannya untuk menyetujui dalam jangka
waktu yang cukup sebelum pekerjaan dimulai.
Semua bekisting harus diperkuat dengan klem dari balok kecil dan harus yang kuat
serta cukup jumlahnya untuk menjaga agar tidak terjadi distorsi ketika beton dicorkan,
dipadatkan dan mengeras. Bekisting dari kayu dan triplek harus dibuat dari kayu yang sudah
diolah dengan baik, semua sambungan harus cukup kencang agar tidak terjadi kebocoran.
Pengikat baja untuk di dalam atau blok antara (spacer) yang sudah disetujui atau dipakai,
bagian dari pengikat atau pengantara yang ditanam permanen dalam beton sekurang-
kurangnya harus berjarak 5 cm dari permukaan akhir beton. Setiap lubang dalam permukaan
beton yang timbul akibat pengikat atau pengantara yang harus ditutup dengan rapi segera
setelah bekisting dibuka dengan spesi semen yang campuran serta konsistensinya sama
dengan mutu beton induknya.
Semua permukaan beton yang terbuka harus licin dan halus, maka bekisting harus
dilapisi dengan triplek bermutu tinggi yang sudah disetujui oleh Direksi.
Pada umumnya bekisting, akan diperiksa oleh Direksi lebih dari 3 kali sebelum
memasang kayu bekisting, Direksi akan memilih panil kayu yang boleh dipakai ulang, panil
kayu lapis yang ditolak oleh Direksi harus disingkirkan. Direksi sama sekali tidak bertanggung
jawab atas mutu permukaan akhir setelah memberikan persetujuan atas bekisting. Semua
sudut kolom dan balok yang terbuka harus diberi alur (1,5 cm) kecuali jika ditetapkan lain oleh
Direksi. Kolom dan dinding harus diberi lubang agar kotoran, debu, dan benda lainnya dapat
disingkirkan sebelum beton dicorkan.
7.22 Penulangan
Semua baja tulangan harus bebas dari serpihak karat lepas, minyak, gemuk, cat, debu atau
zat lainnya yang dapat mengganggu perletakan yang sempurna antara tulangan beton. Jika
diinstruksikan oleh Direksi, baja harus disikat atau dibersihkan sebelum dipakai. Besi yang
dipakai besi D13 mm, D16 mm, D19mm dan Besi Ø 10 mm, Beton tidak boleh dicorkan
sebelum penulangan diperiksa dan disetujui oleh Direksi.
7.21.1 Bahan-Bahan
Baja tulangan sedang harus BJTP 24 yang sesuai dengan SII 0136 1984, British Standard
No. 785 atau yang setara untuk baja tulangan yang polos. Baja tulangan bertegangan tinggi
harus BJTP 40 yang sesuai dengan SII 0136-1984. British Standard No. 4449 : 1969 atau
yang setara untuk baja ulir yang bertegangan tinggi, tegangan rendah baja tulangan
bertengan tinggi harus minimal 40 .0 kg/cm².
7.21.2 Penyimpangan.
Bila baja tulangan harus disimpan di bawah atap yang tahan air dan diberi alas kaki dari
muka tanah atau air yang tergenang serta harus dilindungi dari kemungkinan kerusakan dan
karat.
7.21.3 Penekukan
Pada tahap awal pekerjaan, penyedia barang/jasa harus mempersiapkan daftar tekukan
(Bending Schedule) untuk disetujui oleh Direksi. Semua baja tulangan harus ditekuk secara
tepat menurut bentuk dan dimensi yang memperlihatkan dalam gambar dan sesuai dengan
British Standard 4466 : 1969 atau yang setara yang dipasang pada posisi yang ditetapkan
dapat dipenuhi semua tempat. Baja harus ditekuk dengan alat yang sudah disetujui oleh
Direksi.
Tulangan tidak boleh ditekuk atau diluruskan dengan cara yang dapat menimbulkan
kerusakan, tulangan yang mempunyai lengkungan atau tekukan yang tidak sesuai dengan
gambar tidak boleh dipakai.
Bila diperlukan suatu radius untuk tekukan atau lengkungan maka dikerjakan dengan
sebuah per yang mempunyai diameter 4 kali lebih besar dengan diameter batang yang
ditekuk.
7.21.4 Pemasangan
Tulangan harus dipasang dengan tepat sesuai posisi yang diperlihatkan pada gambar
dan harus ditahan jaraknya dari bekisting dengan memakai dudukan beton atau gantungan
logam menurut kebutuhan dan pada persilangan diikat dengan kawat baja pada pilar dinding
dengan diameter tidak kurang dari 2.6 mm, ujung-ujung kawat harus diarahkan kebagian tubuh
utama beton.
Bila pengatur jarak dari spesi pracetak untuk mengatur tebal beton deking sekurang-
kurangnya harus mempunyai kekuatan yang sama dengan kekuatan yang ditetapkan untuk
beton yang sedang di cor dan harus sekecil mungkin. Block-block ini harus dikencangkan
dengan kawat yang ditanam di dalamnya dan harus dicelupkan dalam air sebelum dipakai.
Tulangan yang untuk sementara dibiarkan menonjol keluar dari beton pada siar
kontruksi atau lainnya tidak boleh ditekuk selama pengecoran ditunda kecuali diperoleh
persetujuan dari Direksi.
Sebelum pengecoran, seluruh tulangan harus dibersihkan dengan teliti dari beton yang
sudah mengering atau mengering sebagian yang mungkin menempel dari pengecoran
sebelumnya. Sebelum pengecoran tulangan yang sudah dipasang pada tiap pekerjaan harus
disetujui oleh Direksi. Pemberitahuan kepada Direksi untuk melakukan pemeriksaan harus
disampaikan dalam tenggang waktu pekerjaan. Jarak minimal dari permukaan suatu batang
termasuk sengkang kepermukaan beton terdekat dengan gambar untuk tiap bagian pekerjaan.
rencana bekisting dan selanjutnya melakukan percobaan lagi sampai dihasilkan standar beton
muka halus yang disetujui oleh Direksi.
Rencana Penyedia barang/jasa untuk percobaan ini diserahkan kepada Direksi dalam
jangka waktu yang cukup lama sebelum pekerjaan beton dimulai.
Air
Air untuk mengaduk dan mengeringkan beton harus bersih dari unsur-unsur atau
kotoran yang berbahaya yang dapat mempengaruhi daya pengikat semen.
Direksi dapat meminta agar dilakukan uji kimiawi setiap saat dan biaya pengujian ini
dibebankan pada penyedia barang/jasa.
PASAL 8
PEKERJAAN PONDASI
8).1 Jenis pondasi yang dipakai untuk pekerjaan ini adalah Pondasi batu kali,
ukuran dan penempatannya harus disesuaikan dengan gambar rencana.
9).1 Untuk pondasi batu kali, sebelum dipasang pondasi batu kali, pada dasar
tanah harus dipasang anstampang batu kali yang disusun, dan sela-selanya
diisi dengan pasir yang dipadatkan dengan jalan pemadatan dan disiram
dengan air sampai semua rongga antara batu terisi penuh dan padat.
10).1 Pengurugan kembali bekas galian yang tidak terisi oleh pasangan pondasi
dapat dilakukan setelah pekerjaan pondasi dilaksanakan dengan sempurna
atau atas persetujuan Direksi /Pengawas.
PASAL 9
PASAL 10
Roni Hendri, ST
Direktur