Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN ABSES GLUTEUS DI RUANG MENUR

RSUD. dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

Disusun Oleh :

1. Febi Primani
2. Fitri Yulia K
3. Kiki Fitriyani
4. Muhammad Hanif M
5. Satria Aulia R

AKADEMI KEPERAWATAN “YAKPERMAS” BANYUMAS


Jl. Jompo Kulon Sokaraja Banyumas 53181
2016

BAB I
Konsep Dasar Medis
A. Definisi
Abses adalah penimbunan nanah yang terjadi akibat infeksi bakteri. Abses dapat
terjadi di mana saja pada bagian tubuh kita. Abses dapat terlihat karena berada di bagian
luar tubuh (pada lapisan kulit) atau terjadi pada organ dalam tubuh, yang tidak
terlihat.Abses merupakan kumpula nanah (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi di
sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi oleh bakteri, karena adanya benda
asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum suntik).
Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari infeksi yang
melibatkan organisme progenik, nanah merupakan suatu campuran dari jaringan
nekrokti, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim
autolitik (Morison, 2008).
Abses merupakan suatu infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri atau parasit karena
adanya benda asing dan mengandung nanah yang merupakan campuran dari jaringan
nefrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati (Siregar, 2007).

B. Etiologi
Menurut Siregar (2007), suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses ketika bakteri
masuk ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. sebagian sel mati
jaringan yang sehat itu mati, dan hancur meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan
sel-sel yang terinfeksi. Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa
cara: bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang
tidak steril dan bakteri dapat menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain.
Kondisi ini memicu sel-sel darah putih yang berfungsi melawan infeksi masuk ke dalam
rongga tersebut, memerangi bakteri, dan kemudian mati. Sel darah putih yang mati itulah
yang membentuk cairan nanah, yang mengisi rongga tersebut. Peluang terbentuknya
suatu abses akan meningkat jika terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat
terjadinya infeksi daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang terdapat
gangguan sistem kekebalan.

C. Patofisiologis
Kuman yang masuk kedalam tubuh akan menyebabkan kerusakan jaringan dengan
cara mengeluarkan toksin. Bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik (sintesis),
kimiawi yang secara spesifik mengawali proses peradangan atau melepaskan endotoksin
yang ada hubunganya dengan dinding sel. Reaksi hipersensitivitas terjadi bila ada
perubahan kondisi respon imunologi mengakibatkan perubahan reaksi imun yang
merusak jaringan. Agent fisik dan bahan kimia oksidan dan korosif menyebabkan
kerusakan jaringan,kematian jaringan menstimulus untuk terjadi infeksi. Infeksi
merupakan salah penyebab dari peradangan, kemerahan merupakan tanda awal yang
terlihat akibat dilatasi arteriol akan meningkatkan aliran darah ke mikro sirkulasi kalor
terjadi bersamaan dengan kemerahan bersifat lokal. Peningkatan suhu dapat terjadi
secara sistemik. Akibat endogen pirogen yang dihasilkan makrofaq mempengaruhi
termoregulasi pada suhu lebih tinggi sehingga produksi panas meningkat dan terjadi
hipertermi. Peradangan terjadi perubahan diameter pembuluh darah mengalir keseluruh
kapiler, kemudian aliran darah kembali pelan. Sel-sel darah mendekati dinding
pembuluh darah didaerah zona plasmatik. Leukosit menempel pada epitel sehingga
langkah awal terjadi emigrasi kedalam ruang ekstravaskuler lambatnya aliran darah yang
mengikuti Fase hyperemia meningkatkan permiabilitas vaskuler mengakibatkan keluarya
plasma kedalam jaringan, sedang sel darah tertinggal dalam pembuluh darah akibat
tekanan hidrostatik meningkat dan tekanan osmotik menurun sehingga terjadi akumulasi
cairan didalam rongga ekstravaskuler yang merupakan bagian dari cairan eksudat yaitu
edema. Regangan dan distorsi jaringan akibat edema dan tekanan pus dalam rongga
abses menyebabkan rasa nyeri. Mediator kimiawi, termasuk bradikinin, prostaglandin,
dan serotonin merusak ujung saraf sehingga menurunkan ambang stimulus terhadap
reseptor mekanosensitif dan termosensitif yang menimbulkan nyeri. Adanya edema akan
mengganggu gerak jaringan sehingga mengalami penurunan fungsi tubuh yang
menyebabkan terganggunya mobilitas litas.
Inflamasi terus terjadi selama, masih ada pengrusakan jaringan bila penyebab
kerusakan bisa diatasi, maka debris akan difagosit dan dibuang oleh tubuh sampai
terjadi resolusi dan kesembuhan. Reaksi sel fagosit yang berlebihan menyebabkan debris
terkumpul dalam suatu rongga membentuk abses di sel jaringan lain membentuk
flegmon. Trauma yang hebat menimbulkan reaksi tubuh yang berlebihan berupa
fagositosis debris yang diikuti dengan pembentukan jaringan granulasi vaskuler untuk
mengganti jaringan yang rusak (fase organisasi), bila fase destruksi jaringan berhenti
akan terjadi fase penyembuhan melalui jaringan granulasi fibrosa. Tapi bila destruksi
jaringan berlangsung terus akan terjadi fase inflamasi kronik yang akan sembuh bila
rangsang yang merusak hilang. Abses yang tidak diobati akan pecah dan mengeluarkan
pus kekuningan sehingga terjadi kerusakan Integritas kulit. Sedangkan abses yang
diinsisi dapat mengakibatkan resiko penyebaran infeksi.

D. Manifestasi Klinis
Tidak dapat dirasakan gejala saat kuman menyerang suatu bagian tubuh tertentu. Tetapi
setelah abses terbentuk, biasanya kita merasa tidak nyaman, terjadi pembengkakan,
demam dan jika abses terjadi di organ luar tubuh, akan terlihat kumpulan nanah.
Sedangkan jika abses terjadi di bagian dalam tubuh, maka yang dapat dirasakan adalah
organ tubuh yang membesar (akibat pembengkakan). abses merupakan salah satu
manifestasi peradangan, maka manifestasi lain yang mengikuti abses dapat merupakan
tanda dan gejala dari proses inflamasi, yakni: kemerahan (rubor), panas (calor),
pembengkakan (tumor), rasa nyeri (dolor), dan hilangnya fungsi.
Menurut Smatzer (2013), gejala dari abses tergantung lokasi dan pengaruhnya terhadap
fungsi atau organ syaraf yaitu bisa berupa:
a. Nyeri tekan
b. Akral teraba hangat
c. Pembengkakan
d. Kemerahan
e. Demam
Suatu abses yang terbentuk tepat bawah kulit biasanya tampak sebagai benjolan.
Adapun lokasi abses antara lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika abses akan pecah
maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses
didalam tubuh sebelumnya menimbulkan gejala seringkali terlrbih tumbuh lebih besar.
Paling sering abses akan menimbulkan nyeri trkan dengan massa yang berwarna merah,
hangat pada permukaan abses.

E. Pathways
Faktor predisposisi Bakteri multiplikasi Tubuh bereaksi untk
merusak jaringan yaitu perlindungan trhdp
benda asing yg menyebabkaan penyebaran infeksi
luka & agen fisik
abses terlokasi Trjd proses peradangan
dr matinya jrngan nekrotik
bakteri & sel drh putih

Operasi Lepasnya zat progen leukosit pd jaringan Cemas

Ansietas

Peradangan
kurang informasi
Kerusak
an
Demam
integrita
s Panas
Defisiensi
Resiko pengetahu
pendar an
ahan Hiperte
mi

F. Pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan diagnostik


Pada penderita abses biasanya pemeriksaan darah menunjukan peningkatan jumlah sel
darah putih. Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dalam, biasanya dilakukan
pemeriksaan:
a. Rontgen
b. USG
c. Ct-Scan
G. Pemeriksaan Medis
Abses luka biasanya tidak membutuhkan penanggan menggunakan antibiotik. Namun
demikian kondisi tersebut butuh ditangani dengan intervensi bedah, debridment, dan
kreatase. Hal ini sangan penting untuk diperhatikan bahwa penanggan hanya dengan
menggunakan antibiotik tanpa drainase pembedahan tindakan yang efektif. Hal tersebut
terjadi karena antibiotik sering tidak mampu masuk kedalam abses dan selain antibiotik
tersebut sering kali dapat bekerja dalam pH yang rendah.

BAB II
Proses Keperawatan

1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
Hal-hal yang perlu di kaji antara lain adalah:
- Abses kulit atau di bawah kulit sangat mudah di kenali, sedangkan abses dalam

sering kali sulit ditemukan.


- Riwayat trauma, seperti tertusuk jarum atau terkena peluru.
- Riwayat infeksi sebelumnya yang terasa cepat menunjukan rasa sakit diikuti

adanya rasa eksudat tetapi tidak bisa dikeluarkan.


b. Pemeriksaan Fisik
- Luka terbuka atau tertutup.
- Organ atau terinfeksi.
- Masa eksudat atau dengan bermata.
- Peradangan berwarna pink atau kemerahan .
- Abses dengan ukuran bervariasi.
- Rasa sakit bila dipalpasi akan terasa fluktuatif.
c. Pemeriksaan laboratorium
- Hasil pemeriksaan leukosit menunjukan peningkatan jumlah sel darah putih.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit
c. Resiko perdaraha berhubungan dengan pembedahan
d. Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan trauma jaringan
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan sumber informasi

3. Fokus Intervensi
a. Pre operasi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


NOC
Keperawatan Keperawatan
NIC
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan keperawatan Pain menejemen
-Lakukan TTV
injuri biologis selama...x24 jam diharapkan nyeri -Kaji nyeri secara

dapat teratasi dengan indikator: komperhensif


Pain level -Anjurkan teknik

Indikator IR E relaksasi dan distraksi


-Kolaborasi
R
-Ekspresi nyeri 2 5 pemberian analgetik

pada wajah 2 5

-Melaporkan 2 5
2 5
adanya nyeri

-Frekuensi nyeri

-Merintih dan

meringis
Ket:
1. Kuat
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
2. Cemas b.d kurang Setelah dilakukan keperawatan Anooety reduction
-Gunakan pendekatan
pengetahuan selama...x24 jam diharap cemas
yang menenangkan
mengenai mproses dapat teratasi: -Berikan informasi
Asodety control
penyakit faktual
Indikator I ER -Identifikasi tingkat

R kecemasan
-Menyingkirkan 2 5

tanda kecemasan 2 5
-Merencanakan

strategi koping untuk 2 5

situasi penuh
-Menggunakan

strategi koping efektif

Ket:
1. Slalu menunjukan
2. Sering menunjukan
3. Kadang-kadang

menunjukan
4. Jarang menunjukan
5. Tidak pernah menunjukan

b. Post Operasi

No. Diagnosa keperawatan NIC NOC


1. Nyeri b.d proses Setelah dilakukan Pain menejemen
-Lakukan TTV
inflamasi keperawatan selama...x24 -Kaji nyeri secara

jam diharapkan nyeri dapat komperhensif


-Anjurkan teknik
teratasi dengan indikator:
Pain level relaksasi dan

Indikator IR ERdistraksi
-Kolaborasi
-Ekspresi nyeri 2 5
pemberian
pada wajah 2 5
analgetik
-Melaporkan 2 5
2 5
adanya nyeri

-Frekuensi nyeri

-Merintih dan

meringis
Ket:
1. Kuat
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
2. Hipertermia b.d proses Setelah dilakukan -Monitor TTV
-Monitor warna
penyakit keperawatan selama...x24
dan suhu tubuh
jam diharapka suhu klien -Tingkatkan

dalam batas normal: sirkulasi darah


Thermogulation -Berikan

Indikator IR ERpengobatan untuk

mencegah

terjadinya

menggigil
-Suhu sesuai yang 2 5

diharapkan
2 5
-Denyut nadi
2 5
sesuai
2 5
-Pernafasan

normal

-Hidrasi adekuat
Ket:
1. Kuat
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada

3. Resiko pendarahan b.d Setelah dilakukan tindakan -Monitor TTV


-Kolaborasi
pembedahan keperawatan selama...x24
dengan tim medis
jam diharapkan pendarahan -Lakukan balut

teratasi dengan indikator: luka

Indikator IR ER
-Frekuensi 2 5

perdarahan 2 5

-Melaporkan

adanya nyeri

Ket:
1. Kuat
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
4. Kerusakan integritas Setelah dilakukan Pressure

kulit b.d trauma keperawatan selama..x24 managemen


-Anjurkan pasien
jaringan jam diharapkan granulasi
untuk memakai
jaringan mengalami
baju longgar
peningkatan dengan -Mobilisasi pasien
-Monitor aktivitas
indikator:
Tissue integtiti pasin
-Berikan
Indikator IR ER
pelembab
-Temperatur 2 5

jaringan 2 5

-Hidrasi sesuai
2 5
yang di harapkan
2 5
-Perfusi jaringan

-Bebas lesi

Ket:
1. Kuat
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada

5. Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan tindakan -Monitor TTV


-Berikan penilaian
b.d sumber informasi keperawatan selama...x24
tentang penyakit
jam diharapkan pengetahuan -Berikan tanda

meningkat: dan gejala yang


Knowledge
bisa muncul
Indikator IR ER-Informasikan

kepada pasien
-Mendiskripsikan 2 5 tentang kondisi

fator penyebab dengan cara yang


2 5
-Mengetahui tanda tepat
2 5
dan gejala

-Mengetahui faktor

resiko

Ket:
1. Penuh
2. Berat
3. Sedang
4. Sedikit
5. Tidak ada

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoes, A (2007). Kapita Selekta Kedokteraan. Jakarta. EGC

Smeltzer (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol.3. Jakarta : EGC

Nanda Internasional. (2012). Nursing Diagnoses Definition and Clasification 2012. Wiley-
Blacwell.United Kingdom

Prise & Wilkinson. (2008). Patofisiologis Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4.
Jakarta.EGC

Soeparman & Waspadji. (2012). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai