Anda di halaman 1dari 2

Trauma Ureter

Epidemiologi : jarang, 1 % dari seluruh cedera traktus urogenital -> karena ureter
diproteksi oleh mobilitas dan lokasinya sehingga jarang mengalami luka atau trauma.
Sering disebabkan karena operasi dengan ketidaksengajaan.

Klasifikasi
Menurut penyebabnya :
a) Iatrogenik : pada operasi ginekologi (histerektomi0, endoskopi saluran
kemih, dan operas-operasi daerah pelvis). Yang terjadi : ureter terikat,
crushing karena terjepit oleh klem, putus (robek), devaskularisasi karena
terlalu banyak jaringan vaskular yang dibersihkan.
b) Trauma tajam : luka tusuk, luka tembak

Patofisiologi
Trauma ureter dapat menyebabkan :
a) Terputusnya ureter
b) Terikatnya ureter
c) Urin bocor : urinoma dan fistula urina.
d) Kebocoran intraperitoneal : peritonitis.

Gejala Klinis
1) Bila ureter terikat total atau sebagian : pasca bedah pasien akan merasakan
nyeri pinggang dan gejala ileus paralitik seperti mual dan muntah.
2) Bila terjadi kebocoran urin : fistula ureterovaginal atau fistula ureterokutaneal.
Bisa terlihat pada hari ke-10 pasca bedah.
3) Bila kedua ureter terligasi total : anuria pasca bedah.
4) Luka tusuk atau tembak daerah retroperitoneal : biasanya yang mengalami
trauma adalah ureter 1/3 tengah. Untuk meastikan cairan yang keluar benar-
benar urin dilakukan pemeriksaan kreatinin dan menyuntikkkan zat warna
indigo carimine yang mengubah warna cairan menjadi biru.

Diagnosis
Harus dicurigai pada pasien yang terkena trauma abdomen, hematuria pasca trauma,
dan pada saat operasi apabila :
A) Saat operasi :
a) Lapangan operasi banyak cairan
b) Hematuria
c) Anuria atau oliguria jika cedera bilateral
B) Pasca bedah :
a) Demam
b) Ileus
c) Nyeri pinggang akibat obstruksi
d) Luka operasi selalu basah
e) Sampai beberapa hari : cairan drainase jernih dan banyak
f) Hematuria persisten & hematoma / urinoma abdomen
g) Fistula ureterokutan atau fistula ureterovagina

Pemeriksaan
A) Laboratorium
a) Urin : mikroskopik hematuria kadang didapatkan
b) Darah : kreatinin bisa meningkat bila ada obstruksi bilateral
B) Radiologi
a) BNO-IVP :
i. Massa dengan densitas meninggi pada daerah pelvis atau retroperitonial
pada foto polos.
ii. Setelah penyuntikan kontras : ekskresi yang terlambat dengan
hidronefrosis
iii. Ekstravasasi kontras pada daerah trauma dapat dilihat pada foto lambat
b) RPG (Retrograde Pielografi) : pemeriksaan menggunakan sinar X dengan
memasukkan media kontras secara melalui uretra (berlawanan alur urin)
i. Untuk memastikan lokasi obstruksi atau ekstravasasi
c) USG :
i. Dapat memperlihatkan hidroureter dan urinoma
ii. Non invasif, paling sederhana untuk menyingkirkan cedera ureter pasca
bedah

Tindakan
1) Bila didiagnosis saat operasi : repair segera dan stent
2) Bila diagnosis ditegakkan 7-10 hari pasca trauma dan tidak ada tanda-tanda
infeksi, abses, dan penyulit lain : eksplorasi dan repair.
3) Bila diagnosis lama ditegakkan atau ada penyulit : drainase berupa nefrostomi
segera, repair ureter dikerjakan belakangan.
4) Tergantung lokasi cedera ureter, teknik :
a) Ureter distal :
i. Uretero-ureterostomi
ii. Implantasi ke buli-buli (neoimplantasi, flap Boari, psoas hitch)
b) Ureter tengah :
i. Uretero-ureterostomi, anastomosis end-to-end
ii. Transuretero-ureterostomi (menyambung ureter dengan ureter pada sisi
yang lain)
c) Ureter proksimal :
i. Uretero-ureterostomi
ii. Nefrektomi
iii. Autotransplantasi

Komplikasi
1. Striktur ureter dan hidronefrosis
2. Urinoma yang dapat menjadi abses
3. Infeksi

Anda mungkin juga menyukai