Anda di halaman 1dari 5

KEPUTUSAN DIREKTUR RS JEUMPA HOSPITAL

NOMOR : / SKP / SK / DIR / VII / 2017

TENTANG

PENGELOLAAN DAN PENYIMPANAN OBAT EMERGENCY


RUMAH SAKIT JEUMPA HOSPITAL

DIREKTUR RUMAH SAKIT JEUMPA HOSPITAL,

Menimbang : 1. Bahwa perbekalan emergency adalah perbekalan emergency yang


digunakan dalam keadaan darurat dan disimpan dalam troli emergency,
ditempatkan di IGD dan ICU.
2. Bahwa pengelolaan obat di troli emergency yang baik dan tepat dapat
meningkatkan mutu pelayanan farmasi.
3. Bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian khususnya dalam
hal pengelolaan obat emergency diperlukan adanya kebijakan Direktur
Rumah Sakit.
Mengingat : 1 Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

2 Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1963 tentang Farmasi.

3 Peraturan Menteri Kesehatan no 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan


Kefarmasian di Rumah Sakit.
4 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197 tahun 2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN :'

Menetapkan :
PERTAMA : Pengelolaan perbekalan farmasi di troli emergency menjadi tanggung jawab
Instalasi Farmasi bekerjasama dengan keperawatan.
KEDUA : UGD dan ICU menyimpan obat emergency dalam troli emergency.

KETIGA : Daftar obat dan jenis obat yang disimpan dalam troli emergency terlampir
dalam surat keputusan ini.

KEEMPAT : Kebijakan ini berlaku selama 3 tahun dan akan dilakukan evaluasi minimal 1
tahun sekali

KELIMA : Kebijakan ini berlaku selama 3 tahun dan akan dilakukan evaluasi minimal 1
tahun sekali

Ditetapkan di Bireuen
Pada Tanggal :
Plt.Direktur RS JEUMPA HOSPITAL,

Dr. marsilina
Lampiran :Surat Keputusan Direktur RS Jeumpa Hospital
Nomor :
Tanggal :

KEBIJAKAN
TENTANG
PERMINTAAN DAN PERESEPAN OBAT
RUMAH SAKIT JEUMPA HOSPITAL

A. DEFINISI
Peresepan perbekalan farmasi dilakukan oleh dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis dan
dokter gigi spesialis, sementara penyediaan perbekalan farmasi dilakukan oleh instalasi
farmasi. Peresepan tersebut dilakukan dengan menggunakan sistem peresepan secara
elektronik atau tertulis.

B. TUJUAN
Agar penulisan resep dilakukan sesuai dengan kebijakan dan standar prosedur yang berlaku
guna menjamin keamanan, keselamatan dan kesembuhan pasien.

C. ISI KEBIJAKAN .
1. Tenaga kesehatan yang berkompeten menulis permintaan obat (pada resep atau catatan
pengobatan) adalah dokter yang memiliki Surat Izin Praktek (SIP) yaitu dokter umum,
dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis.

2. Resep yang diterima oleh Instalasi Farmasi adalah resep yang dikeluarkan oleh Rumah
Sakit Jeumpa Hospital

3. Resep yang dapat ditulis oleh dokter atau dokter gigi yang memiliki SIP di rumah Sakit
Jeumpa Hospital yang masih berlaku.

4. Dalam resep harus tercantum :


a. Identitas pasien secara lengkap (barcode pasien)
b. Nama obat
c. Bentuk sediaan
d. Dosis dan frekuensi
e. Jumlah obat
f. Rute pemberian
g. Nama dokter/dokter gigi penulis resep dan paraf.
h. Tanggal penulisan resep
i. Berat badan untuk pasien anak atau jika perlu
j. Luas permukaan tubuh (khusus untuk kemoterapi)
k. Alergi obat (jika ada)
5. Nama obat yang ditulis di resep dapat berupa nama generik atau nama dagang dan ditulis
dengan lengkap tanpa disingkat.
6. Satuan dosis obat ditulis dengan lengkap dan jelas.
7. Penulisan resep dilakukan di lembar resep yang terdiri dari resep rawat jalan, resep
Instalasi Gawat Darurat (IGD), resep rawat inap dan catatan pengobatan.
8. Penulisan instruksi terapi di catatan pengobatan dilakukan oleh Dokter Penanggung Jawab
Pasien (DPJP) atau dokter ruangan.
9. Obat yang dibawa pasien dari luar Rumah Sakit Jeumpa Hospital dituliskan dalam Form
Rekonsiliasi Pengobatan. Dokter atau dokter gigi melakukan pengkajian terhadap obat-
obatan tersebut untuk ditentukann kelanjutan pemberiannya.
10. Dokter atau dokter gigi dapat memberikan instruksi pemberian obat untuk pasien secara
lisan /telepon dan perawat/dokter ruangan mencatat instruksi tersebut dalam catatan
pengobatan. Dokter melakukan verifikasi instruksi tersebut dengan membubuhkan paraf
maksimal 24 jam setelah instruksi diberikan.
11. Dalam meresepkan obat, sumber informasi yang digunakan adalah Formularium Rumah
Sakit Jeumpa Hospital Formularium Nasional, Formularium InHealth, dan MIMS manual.
12. Petugas farmasi harus melakukan telaah resep sebelum memberikan obat atau alat
kesehatan yang diresepkan.
13. Petugas farmasi melakukan konfirmasi kepada dokter penulis resep untuk :
a. Ketidaklengkapan administratif.
b. Ketidaksesuaian persyaratan farmasetis.
c. Ketidaksesuaian persyaratan klinis.
14. Peresepan obat narkotika dan psikotropika dilakukan oleh dokter umum, dokter gigi,
dokter spesialis dan dokter gigi spesialis yang memiliki SIP di Rumah Sakit Jeumpa
Hospital
15. Peresepan obat kemoterapi dilakukan oleh dokter spesialis yang memiliki SIP di Rumah
Sakit Jeumpa Hospital
16. dengan melampirkan Protokol Pemberian Obat Kemoterapi dan diketahui oleh Ketua Tim
Onkologi Rumah Sakit Jeumpa Hospital
17. Penulis resep untuk pertama kali harus melakukan rekonsiliasi (membandingkan resep
pertama dengan daftar obat yang digunakan pasien sebelum masuk rawat yang diperoleh
dari wawancara oleh dokter/perawat/bidan.
18. Penulisan resep harus menggunakan singkatan atau simbol yang diperbolehkan di Rumah
Sakit Jeumpa Hospita.
19. Resep harus disimpan sekurang-kurangnya selama tiga (3) tahun. Resep yang telah
disimpan lebih dari tiga (3) tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan disaksikan oleh Kepala
Instalasi Farmasi/petugas yang dikuasakan. Berita acara pemusnahan dikirimkan ke Dinas
Kesehatan Kota Medan dengan tembusan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan
(BBPOM).

Plt.Direktur RS JEUMPA HOSPITAL,

Dr. marsilina

Anda mungkin juga menyukai