Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Voering Vol. 3 No.

1 Juli 2018

PENGARUH JUMLAH KATALISATOR PADA HYDROCARBON CRACK SYSTEM


(HCS) DAN JENIS BUSI TERHADAP DAYA MESIN SEPEDA MOTOR HONDA
SUPRA X 125

Vina Natalia Van Harling, S.Si., M.Pd

Jurusan Teknik Mesin


Program Study Diploma IV
Politeknik Katolik Saint Paul Sorong
Email: vina.nathalia@poltekstpaul.ac.id

Abstrak
Penelitian ini dilakakukan untuk (1) Menyelidiki pengaruh jumlah katalisator pada Hydrocarbon
Crack System terhadap daya mesin sepeda motor supra x 125. (2) menyelidiki pengaruh Variasi jenis
busi terhadap daya mesin sepeda motor supra x 125. (3) Menyelidiki interaksi pengaruh jumlah
katalisator pada Hydrocarbon Crack System dan Variasi jenis busi terhadap daya mesin sepeda motor
supra x 125. Hasil yang diperoleh ternyata : (1) Ada pengaruh sinifikan jumlah katalisator
Hydrocarbon Crack System terhadap daya mesin sepeda motor supra x 125. Dimana pemasangan dua
buah katalis Hydrocarbon Crack System menghasilkan daya yang paling besar dengan rerata daya
sebesar 4,58 kW, disusul selanjutnya pemasangan satu buah katalis Hydrocarbon Crack System
dengan rerata 4,47 kW. Dan yang terakhir tanpa pemasangan Hydrocarbon Crack System dengan
rerata 4,31 kW. (2) Pengaruh Variasi jenis Busi terhadap Daya mesin Sepeda motor supra x 125. Hal
ini dapat ditunjukan pada hasil uji data, dimana pemakain busi platinum menghasilkan daya lebih
besar dengan rerata 4,50 kW dibandingkan dengan pemakaian busi stndart dengan rerata 4,45 kW. (3)
Interaksi pengaruh antara penggunaan jumlah katalisator pada Hydrocarbon Crack System dan Variasi
jenis busi terhadap daya mesin dimana pemakaian dua buah katalisator dengan variasi jenis busi
platinum dapa menghasilkan daya yang besar dengan rerata 4,63 kW.
Kata kunci : Hydrocarbon Crack System, Jenis Busi Dan Daya Mesin

1. PENDAHULUAN yang mesin secara terus menerus mengakibatkan


terjadi keausan pada komponen mesin sehingga
1.1 Latar Belakang daya motor atau tenaga menjadi menurun. Usaha
Perkembangan ekonomi masyarakat mengatasi permasalahan tersebut dapat berupa
Indonesia yang pesat menempatkan negara menambah modifikasi pada komponen-
dengan penduduk ke empat terbesar di dunia ini, komponen sepeda motor seperti penggantian
sebagai salah satu negara dengan basis industri knalpot, penambahan alat penghemat bahan
otomotif kelas dunia. Pemerintah mendorong bakar, modifikasi ruang bakar, modifikasi
industri otomotif Indonesia terus tumbuh dengan karburator, dan sebagainya, dengan harapan
langkah melalui inovasi teknologi, menambah dapat meningkatkan daya motor.
investasi, meningkatkan serapan Tenaha kerja Sudibyo dan Rohman (2011)
serta menggandeng mitra lokal. mengemukakan bahwa Daya motor adalah
Perkembangan dalam bidang otomotif ini kemampuan motor bakar untuk menghasilkan
ditandai dengan semakin banyaknya jenis tenaga dari proses konversi energi panas
kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor yang menjadi tenaga putar. Salah satu cara untuk
paling banyak digunakan oleh masyarakat meningkatkan daya motor adalah dengan
adalah jenis sepeda motor, karena memiliki memasang suatu alat yang dapat meningkatkan
harga yang terjangkau untuk semua kalangan kerja sistem pembakaran dan sistem pengapian.
masyarakat. Sistem pembakaran merupakan sistem pada
Penggunaan sepeda motor secara terus sepeda motor yang lebih sering dimodifikasi.
menerus dan kurangnya dapat mengakibatkan Salah satu alat yang dapat digunakan untuk hal
masalah. Hal ini disebabkan karena penggunaan tersebut adalah Hydrocarbon Crack System.

Politeknik Katolik Saint Paul Sorong 1


Jurnal Voering Vol. 3 No. 1 Juli 2018

Lebih lanjut dari Sudibyo dan Rohman 1. Bagaimana pengaruh jumlah katalisator
(2011) Hydrocarbon Crack System adalah pada Hydrocarbon Crack System terhadap
sistem memecah atom hidrocarbon (bahan bakar daya mesin sepeda motor Honda Supra X
premium atau pertamax) menjadi atom hidrogen 125 tahun 2011?
(H2) dan carbon (C) dengan cara menggunakan 2. Bagaimana pengaruh variasi jenis busi
pipa katalisator yang dipanaskan. Panas terhadap daya mesin sepeda motor Honda
luar/exothermic dari mesin internal combustion Supra X 125 tahun 2011, Dengan
(Pembakaran Dalam) tersebut berasal dari panas menggunakan Hydrocarbon Crack System?
mesin maupun dari knalpot yang bisa mencapai 3. Bagaimana interaksi pengaruh jumlah
temperatur hingga 400oc. Dalam hal ini yang katalisator pada Hydrocarbon Crack System
diproses oleh katalisator adalah hydrocarbon dan variasi jenis busi terhadap daya mesin
yang diuapkan.
sepeda motor Honda Supra X 125 tahun
Salah satu bagian penting dalam proses
pembakaran adalah sistem pengapian (Ignition). 2011?
Pada motor bensin, terdapat busi pada celah
ruang bakar yang dapat memercikkan bunga api 1.3 Batasan Masalah
yang kemudian membakar campuran bahan Adapun batasan masalah yang penulis buat
bakar dan udara pada suatu titik tertentu yang adalah sebagai berikut :
diinginkan dalam suatu siklus pembakaran. 1. Prosedur pemasangan katalisator
Penempatan titik penyalaan yang tepat, dapat 2. Pengaruh jumlah katalisator pada
meningkatkan efisiensi pembakaran dan Hydrocarbon Crack System dan jenis busi
mengoptimalkan energi dari pembakaran. terhadap daya mesin sepeda motor Honda
(Mahmud, dkk. 2013) Lebih lanjut dijelaskan Supra X 125 tahun 2011.
bahwa Waktu penyalaan adalah saat dimana
bunga api dipercikkan oleh busi untuk 1.4 Tujuan Penelitian
membakar campuran udara dan bahan bakar Tujuan penelitian ini adalah untuk
yang dikompresi oleh piston, kemudian menemukan dan merumuskan masalah pada
menghasilkan tekanan yang digunakan untuk kendaraan yang menggunakan Hydrocarbon
menghasilkan langkah kerja. Gerakan piston saat Crack System diantaranya adalah :
terjadi proses penyalaan, dapat dianalisis melalui 1. Dapat mengetahui pengaruh jumlah
derajat pengapian Derajat pengapain yang sesuai katalisator pada Hydrocarbon Crack System
adalah salah satu faktor penting dalam terhadap daya mesin sepeda motor Honda
memaksimalkan tekanan dalam ruang bakar dan Supra X 125 tahun 2011.
pada akhirnya, menghasilkan efisiensi mesin dan 2. Dapat mengetahui pengaruh variasi jenis busi
daya mesin yang baik. terhadap daya mesin sepeda motor Honda
Berdasarkan uraian di atas maka, penulis Supra X 125 tahun 2011.
akan melakukan penelitian dengan cara 3. Dapat mengetahui interaksi pengaruh jumlah
menggunakan Hidrocarbon Crack System untuk katalisator pada Hydrocarbon Crack System
menambah gas hidrogen (H2) pada campuran dan variasi jenis busi terhadap daya mesin
bahan bakar dan udara yang akan diproses di sepeda motor Honda Supra X 125 tahun 2011
ruang bakar, dan mengganti jenis busi untuk
menghasilkan percikan bunga api yang lebih 1.5 Manfaat Penelitian
baik sehingga campuran bahan bakar yang Dari hasil penelitian ini diharapkan
digunakan diharapkan dapat terbakar secara diperoleh manfaat sebagai berikut :
sempurna, sehingga daya yang dihasilkan mesin 1. Mengetahui perubahan daya mesin sepeda
kendaraan menjadi meningkat. motor Honda Supra X 125 tahun 2011
dengan variasi jumlah katalisator pada
1.2 Rumusan Masalah Hydrocarbon Crack System dan variasi jenis
Dalam penelitian ini penulis mengambil busi.
permasalahan sebagai berikut :

Politeknik Katolik Saint Paul Sorong 2


Jurnal Voering Vol. 3 No. 1 Juli 2018

2. Mengetahui perubahan daya mesin sepeda karbon dioksida, karbon monoksida, uap air
motor Honda Supra X 125 tahun 2011 dan karbon. Pembakaran yang tidak
dengan variasi jenis busi. sempurna sangat sering terjadi, walaupun
3. Mengetahui interaksi pengaruh jumlah tidak diinginkan, karena karbon monoksida
katalisator pada Hydrocarbon Crack System merupakan zat yang sangat berbahaya bagi
dan variasi jenis busi terhadap daya mesin manusia. Kualitas pembakaran dapat
sepeda motor Honda Supra X 125 tahun 2011 ditingkatkan dengan perancangan media
pembakaran yang lebih baik dan optimisasi
2. LANDASAN TEORI proses (Anonim, 2010).
2.1 Proses pembakaran c. Smouldering Combustion (Pembakaran
Pembakaran adalah proses oksidasi yang tanpa Api)
sangat cepat antara bahan bakar dan oksidator Smouldering combution merupakan bentuk
dengan menimbulkan nyala dan panas. Bahan pembakaran tanpa api, berasal dari oksidasi
bakar merupakan substansi yang melepaskan yang terjadi pada permukaan bahan bakar
panas ketika dioksidasi dan secara umum yang padat. Contoh umum adalah inisiasi
mengandung karbon, hidrogen, oksigen dan kebakaran di furnitur berlapis oleh sumber
sulfur. Sementara oksidator adalah segala panas yang lemah (misalnya rokok, kawat
substansi yang mengandung oksigen yang akan hubung pendek), kebakaran hutan akibat
yang bereaksi dengan bahan bakar (Mahandri, musim panas berkepanjangan (Rein, 2006).
2010). d. Rapid Combustion (Pembakaran yang
Jenis pembakaran pada motor bensin melibatkan Energi)
meliputi pembakaran normal (sempurna) dan Rapid combustion merupakan pembakaran
pembakaran tidak normal. Pembakaran normal yang melibatkan energi dalam jumlah yang
adalah bahan bakar dapat terbakar seluruhnya banyak dan menghasilkan pula energi
pada saat dan keadaan yang dikehendaki. cahaya dalam jumlah yang besar. Jika
Pembakaran tidak sempurna adalah pembakaran dihasilkan volume gas yang besar dalam
dimana nyala api dari pembakaran ini tidak pembakaran ini dapat mengakibatkan
menyebar secara teratur dan merata, sehingga peningkatan tekanan yang signifikan,
menimbulkan masalah atau bahkan kerusakan sehingga terjadi ledakan (Anonim, 2010).
pada bagian-bagian motor (Daryanto, 2002). e. Turbulent combustion
Pembakaran yang menghasilkan api yang
Macam-macam Pembakaran turbulen sangat banyak digunakan untuk
a. Complete Combustion (Pembakaran aplikasi industri, misalnya mesin berbahan
Sempurna) bakar bensin, turbin gas dan sebagainya,
Pada pembakaran sempurna, reaktan akan karena turbulensi membantu proses
terbakar dengan oksigen, menghasilkan pencampuran antara bahan bakar dan
sejumlah produk yang terbatas. Pembakaran pengoksida (Anonim, 2010).
komplit terjadi jika keseluruhan karbon f. Slow combustion
menjadi CO₂, hidrogen menjadi H₂O dan Pembakaran yang terjadi pada temperatur
sulfur menjadi SO₂. Jika output masih yang rendah. Contoh pembakaran ini adalah
mengandung bahan C, H₂ dan CO, maka respirasi seluler (Anonim, 2010).
proses pembakaran tersebut adalah tidak
komplit (Sihana, 2010) 2.2 Hydrocarbon Crack System (HCS)
b. Incomplete Combustion (Pembakaran Hydrocarbon Crack System (HCS) sendiri
Tidak Sempurna) adalah sistem memecah atom hidrokarbon
Pembakaran tidak sempurna umumnya menjadi atom hidrogen (H2) dan karbon (C)
terjadi ketika tidak tersedianya oksigen dengan media pipa katalis yang dipanaskan
dalam jumlah yang cukup untuk membakar untuk menyuplai proses pembakaran mesin
bahan bakar sehingga dihasilkannya karbon (Fuazi,dkk.2017).
dioksida dan air. Pembakaran yang tidak Lebih lanjut dari Fausi,dkk (2017)
sempurna menghasilkan zat-zat seperti Hydrogen yang digunakan adalah dari bahan

Politeknik Katolik Saint Paul Sorong 3


Jurnal Voering Vol. 3 No. 1 Juli 2018

bakar minyak (BBM) Oktan 88 (Premium) atau Pada penelitian ini pemasangan
Oktan 92 (Pertamax). Premium rumus kimianya Hydrocarbon Crack System dengan
C8H18 dan Pertamax rumus kimianya C10H24. menggunakan variasi yaitu pemasangan
C8H18 jika dicrack atau diurai menjadi 8 atom Hydrocarbon Crack System dengan satu
carbon dan 18 atom hidrogen (H2), sedangkan katalisator dan pemasangan Hydrocarbon Crack
C10H24 jika dicrack atau diurai menjadi 10 atom System dengan dua katalisator yang dipasang
karbon dan 24 atom hidrogen (H2). secara seri.
HCS dapat diaplikasikan pada semua jenis
kendaraan bermotor baik jenis motor 2 tak atau 1. Cara Pemasangan HCS dengan Satu
4 tak, sistem karburator atau injeksi, dan bahkan Katalisator.
motor diesel. HCS bertujuan untuk menambah
tenaga atau torsi. Bertambahnya tenaga secara
tidak langsung membuat pengendara menekan
pedal gas sedikit tetapi kendaraan sudah dapat
melaju lebih cepat. Hal ini menyebabkan
konsumsi BBM pada lubang spuyer karburator
menjadi lebih sedikit sehingga konsumsi
BBMnya menjadi lebih hemat (Fauzi,
dkk.2017).

2.2.1 Cara Kerja Hydrocarbon Crack


System Gambar 2.1 Skema Pemasangan HCS dengan
Secara umum cara kerja alat ini adalah Satu Katalisator
mengisikan 300cc premium ke dalam
tabung/botol plastik yang telah disediakan a. Seperti pada Gambar 2.1, output dari
(seperti halnya cara hidrogen air yang sedang tabung HCS yang terdapat kran
populer saat ini), kemudian uap premium ini dihubungkan selang tahan panas ke
disalurkan ke Intake Chamber dengan melalui pipa katalisator (yang telah dipasang di
sebuah pipa katalisator yang dipanaskan oleh knalpot bagian pangkal/dekat mesin).
panas knalpot sehingga dapat memecah uap Pastikan katalisator terpasang sebagai
premium menjadi hydrogen rich dan menghisap anti flash back.
unsur paktikel carbon sehingga nantinya pada b. Output dari katalisator
knalpot/gas buang unsur carbon monoxida bisa diinject/dihubungkan ke intake
berkurang secara signifikan dan hidrogen manifold melalui selang tahan panas.
sebagai penambah oktan pada kendaraan c. Pada sepeda motor keberadaan air mix
tersebut sehingga daya mesin akan meningkat. tidak dipasang/digunakan, karena
Secara teoritis, dengan Hydrocarbon Crack sepeda motor tidak membutuhkan air
System mix, sehingga screw pengatur udara
menghasilkan gas hidrogen (H2) sampai 3-5 pada karburator mudah dijangkau
LPM H2 (liter per menit). Pipa katalisator di sini dengan obeng kecil.
memegang peran sangat penting dapat juga d. Setelah kit HCS terpasang dengan baik
sebagai Fire Flashback yang biasa dialami oleh dan benar pada motor,buka setelan
tukang las yaitu gas balik (seperti letupan angin (putar kiri) hingga 2,5 - 3
karbit), sehingga nantinya tidak akan pernah putaran (satu putaran = 360o). Tutup
mengalami fire flashback dari percikan api busi juga kran pada tabung HCS dan starter
dari piston ke alat Hydrocarbon Crack System motor (menghidupkan mesin), akan
(HCS) tersebut. (Ikhsan. 2013) terjadi rpm tinggi kemudian tanpa
menunggu lama lalu membuka kran
2.2.2 Cara Pemasangan Hydrocarbon Crack HCS pada tabung sampai putaran
System stasioner (1400 rpm).

Politeknik Katolik Saint Paul Sorong 4


Jurnal Voering Vol. 3 No. 1 Juli 2018

e. Pastikan HCS sudah terpasang dengan buang unsur carbon monoxide bisa berkurang
baik dan putaran mesin dalam keadaan secara significan. (Adietya Saputra : 2009)
stasioner, jika sudah maka HCS telah
siap digunakan.

2. Cara Pemasangan HCS dengan Dua 2.3 Pipa Katalis


Katalisator. Katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi
dan menurunkan energi aktiviasi sehingga reaksi
berlangsung pada suhu kamar sedangkan tanpa
katalis reaksi dapat berlangsung pada suhu
250°C, katalis yang biasa digunakan dalam
reaksi transesterifikasi adalah katalis basa seperti
pipa katalis untuk hidrokarbon (Mc Ketta,
1978). Pipa katalis disini memegang peran
penting dapat juga sebagai Fire Flashback yaitu
gas balik, sehingga tidak pernah mengalami fire
Gambar 2.2 Skema Pemasangan HCS dengan flashback dari percikan api busi dalam ruang
dua katalisator bakar ke tabung bahan bakar HCS. (Fauzi,dkk.
2017)
Pada dasarnya cara pemasangan HCS Di dalam Fauzi, dkk. (2017) Niels (2004)
dengan dua katalisator sama dengan cara menyatakan bahwa Pipa katalis terbuat dari pipa
pemasangan HCS dengan satu katalisator. silinder tembaga dengan panjang 10 sampai 20
Peletakannya adalah pada knalpot yang di cm yang berisi batang aluminium. Batang
antara tabung HCS dan intake manifold. aluminium diguankan sebagai katub pengatur
Perbedaannya hanya pada penggunaan dua aliran uap hidrogen dan karbon dari tabung
katalisator sekaligus yang dipasang secara bahan bakar HCS. Material pipa katalis terdiri
seri, kedua katalisator dihubungkan dengan dari pipa tembaga dan batang aluminium yang
selang tahan panas (pastikan katalisator memiliki karakteristik sebagai berikut.
terpasang sebagai anti flash back).

2.2.3 Manfaat Pemasangan Hydrocarbon


Crack System
Dengan pemasangan Hydrocarbon Crack
System pada sepeda motor maka diharapkan
dapat memberikan manfaat yaitu:
1. HCS memecah uap BBM menjadi hydrogen
rich sehingga sangat efektif jika dipakai
Gambar 2.3 Bentuk dan bagian – bagian Pipa
untuk power suplemen pada kendaraan
Katalis HCS
sebagai penambah daya.
2. Dengan bertambahnya tenaga maka secara
2.4 Busi
tidak terasa pengendara/pengguna yang biasa
Busi merupakan suatu komponen yang
menarik/memutar tuas gas sampai dalam, kali
berfungsi untuk menciptakan loncatan bunga api
ini hanya menarik/memutar tuas gas sedikit
saat dialiri arus listrik tegangan tinggi. Kedua
saja tetapi kendaraan sudah dapat melaju
elektroda pada busi dipisahkan oleh isolator agar
kencang, ini menyebabkan konsumsi BBM
loncatan listrik hanya terjadi diantara ujung
pada lubang spuyer karburator lebih sedikit
elektroda. Bahan isolator itu sendiri haruslah
sehingga konsumsi BBMnya menjadi lebih
memiliki tahanan listrik yang tinggi, tidak rapuh
hemat.
terhadap kejutan mekanik dan panas.
3. Katalisator HCS menghisap unsur paktikel
(Machmud,dkk. 2013). Lebih lanjut mengenai
Carbon sehingga nantinya pada knalpot/gas
busi Rudatin (1994) menyatakan bahwa, Busi

Politeknik Katolik Saint Paul Sorong 5


Jurnal Voering Vol. 3 No. 1 Juli 2018

terdiri dari 2 elektroda, yaitu elektroda tengah harus tetap mampu memercikkan bunga
dan elektroda samping. Elektroda tengah api. Tidak menuntut kemungkinan busi
mengalirkan arus dari distributor dan meloncat mengalami penurunan fungsi dikarenakan
ke elektroda samping sehingga terjadi percikkan elektroda tertutup oleh kotoran atau kerak
api. sisa pembakaran.
Menurut Jama dan Wagino (2008) terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi Kemampuan elektroda dalam menahan
kemampuan busi dalam menghasilkan bunga panas pembakaran juga harus kuat agar tidak
api, factor tersebut adalah : membara yang mengakibatkan pembakaran
a. Bentuk elektroda busi sebelum busi memercikkan bunga api atau
Elektroda busi yang rata akan mempersulit terjadi detonasi. Dengan begitu busi dibuat
loncatan bunga api sedangkan bentuk dengat syarat : a) Mempunyai isolator yang
persegi dan runcing dan tajam akan cukup baik b) Elektroda tidak dapat meleleh c)
mempermudah loncatan api. Tahan terhadap korosi.
b. Celah busi
Bila celah elektroda busi lebih besar, bunga 2.4.1 Jenis Busi Menurut Tingkat
api akan menjadi sulit melompat dan Kemampuan Melepas Panas
tegangan sekunder yang diperlukan untuk
itu akan naik. a. Busi panas
c. Tekanan kompresi Busi panas adalah busi yang kecepatan
Bila tekanan kompresi meningkat, maka transfer panasnya lebih lambat, artinya
bunga apipun akan menjadi semakin sulit panas tersimpan pada busi dan lambat
untuk meloncat dan tegangan yang disalurkan ke luar busi.
dibutuhkan semakin tinggi. b. Busi dingin
Busi dingin adalah busi yang
Sementara menurut Suyanto (1989) syarat kecepatan transfer panasnya cepat, artinya
utama busi harus tahan terhadap beberapa panas harus cepat disalurkan ke luar busi.
keadaan yang harus dihadapi busi di dalam
silinder antara lain : 2.4.2 Jenis Busi Menurut Bahan Penyusun
1) Temperatur pembakaran. Pada Ujung Elektroda
Temperatur pembakaran yang cukup tinggi
dan temperatur campuran bahan bakar 1. Busi Standar
dengan udara yang masuk ke dalam silinder Bahan ujung elektroda dari nikel dan
sangatlah jauh berbeda sehingga busi harus diameter center electrode rata-rata 2,5 mm.
tahan terhadap keadan ini. Bahan yang Jarak tempuh busi standar sampai sekitar 20
dipakai pada busi tidak boleh terlalu besar ribu Km, ketika kondisi pembakaran
koefisien pemuaiannya. Karena apabila normal dan tak dipengaruhi oleh faktor lain
pemuaian busi terlalu besar busi akan cepat macam oli mesin dan konsumsi BBM yang
rusak. berlebihan efek peningkatan spek karbu.
2) Tekanan yang cukup tinggi. Busi ini bawaan motor setiap diluncurkan
Tekanan yang dihasilkan dari pembakaran dari pabrikan. (Leiwakabessy. 2010)
campuran bahan bakar dengan udara cukup
tinggi. Karena itu busi harus tahan
terhadapa tekanan yang tinggi dan juga
turbulensi udara supaya busi tidak hancur.
3) Tahan dari korosi
Dari semua keadaan busi juga harus tahan
dari korosi. Sisa pembakaran dan
temperatur yang tinggi semakin
mempercepat korosi busi. Meskipun busi
mengalami keadaan seperti diatas, busi Gambar 2.4 Busi Standart

Politeknik Katolik Saint Paul Sorong 6


Jurnal Voering Vol. 3 No. 1 Juli 2018

(busi biasa diameter elektroda 2.5 mm) dan


2. Busi NGK Iridium celah elektroda busi dan platinum 1.1 mm,
Busi iridium ialah busi generasi baru lebar bidang segi enamnya (dudukan
dengan ujung elektroda positif berdiameter logam) diperkecil dari 20.6 mm pada busi
0.7 mm untuk pemakaian standar dengan biasa menjadi 16 mm (busi platinum). Pada
umur pemakaian lebih panjang. Sedangkan prinsipnya fungsi dan kerja busi adalah
diameter 0.4 mm merupakan yang terkecil sama dari beberapa merk pabrik busi,
di dunia dipakai untuk kecepatan tinggi namun masing – masing mempunyai
atau balapan. Pabrikan telah menstandarkan spesifikasi dan karakteristik yang berbeda.
busi iridium dengan kondisi motor dan (Hidayat, 2012)
karakter motor serta pemakaiannya. Bahan
ujung inti elektroda yang digunakan adalah
campuran iridium dan rhodium (iridium
alloy) hasil pengembangan teknologi Denso
Jepang dengan titik lebur sangat tinggi.
Busi iridium (IR) dirancang
memerlukan tegangan kerja yang kecil, Gambar 2.6 Busi Platinum
sehingga kita tidak perlu mengganti dengan
yang lain. Dengan ujung meruncing 0.4
mm, api yang dihasilkan akan terfokus pada 2.5 Daya motor
satu titik dan lebih stabil. Berbeda dengan Pada motor bakar, daya dihasilkan dari
busi 0.7 mm yang percikan apinya akan proses pembakaran didalam silinder dan
memutar. Jadi dengan busi iridium akan biasanya disebut dengan daya indiaktor. Daya
didapatkan pembakaran yang sempurna. tersebut dikenakan pada torak yang bekerja
Keistimewaan busi iridium antara bolak balik didalam silinder mesin. Jadi didalam
lain dapat menambah campuran bahan silinder mesin, terjadi perubahan energi dari
bakar udara yang miskin sehingga energi kimia bahan bakar dengan proses
meningkatkan performa pembakaran baik pembakaran menjadi energi mekanik pada torak.
pada kondisi idle maupun saat berkendara.
Kebutuhan tegangan juga lebih baik di 2.5.1 Parameter Daya
setiap kondisi, demikian juga dengan daya Daya motor merupakan salah satu
percepatan atau akselerasinya.Jarak tempuh parameter dalam menentukan performa motor.
busi sekitar 50 - 70 ribu km. berumur lama Pengertian dari daya itu adalah besarnya kerja
cocok buat mesin motor besar diatas 150cc. motor selama kurun waktu tertentu
Bisa dikatakan semi kompetisi, biasa (Arends&Berenschot 1980: 20) Untuk
diaplikasi buat mesin non standar. menghitung besarnya daya motor 4 langkah
digunakan rumus :

P=

Dimana
P = Daya (kW)
= 3,14
Gambar 2.5 Busi Iridium n = Putaran Mesin (rpm)
T = Torsi mesin (Nm)
3. Busi Platinum
Ujung elektroda tengah dan elektroda
masa dilapisi dengan lapisan platinum 3. METODE PENELITIAN
untuk memperpanjang umur busi dan 3.1 Prosedur Penelitian
mengurangi keausan elektroda. Diameter Pada penelitian ini metode yang
elektroda tengah diperkecil sampai 0.6 mm digunakan adalah metode eksperimen dan

Politeknik Katolik Saint Paul Sorong 7


Jurnal Voering Vol. 3 No. 1 Juli 2018

merupakan penelitian kuantitatif yaitu a. Variabel Bebas


memberikan gambaran dan memaparkan secara Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:
jelas hasil eksperimen di laboratorium dalam 1. Penggunaan HCS (Hidrocarbon Crack
bentuk angka-angka. Penelitian eksperimen System), yang pertama tanpa
adalah penelitian yang dilakukan dengan penggunaan HCS, kemudian
mengadakan manipulasi terhadap obyek penggunaan HCS dengan satu
penelitian serta adanya kontrol. Pada penelitian katalisator dan penggunaan HCS
ini digunakan alat dan bahan diantaranya yaitu : dengan dua katalisator yang dipasang
secara seri.
1) Sepeda motor Honda Supra X 125 2. Penggunaan jenis busi berdasarkan
Dengan spesifikasi mesin sebagai berikut : jenis bahan pada pusat elektrodanya
1. Diameter x langkah : 52,4x57,9 yaitu busi standart dan busi platinum.
mm
2. Volume langkah : 124,8 cc b. Variabel Terikat
3. Perbandingan kompresi: 9,0 : 1 Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
4. Daya maksimum : 9,3 PS / 7.500 daya mesin pada sepeda motor Honda
rpm Supra X 125 tahun 2011.
5. Torsi maksimum : 1,03 kgf.m/
4000 rpm c. Variabel Kontrol
6. Busi Standar : CPR6EA-9 Variabel kontrol dalam penelitian ini
(NGK) atau U20EPR9 (DENSO) adalah:
7. Jarak renggang busi : 0,80-0,90 mm 1. Celah katup 0,08 mm.
8. Putaran stasioner : 1.400 ± 100 2. Celah busi 0,7 mm.
menitˉ¹ (rpm) 3. Perbandingan kompresi 9,0 : 1.
9. Jarak renggang klep : - masuk 0,05 4. Bahan bakar adalah bensin premium.
mm - buang 0,05 mm 5. Pembukaan tuas gas pada 1500 rpm.
10. Pola Pengoperan Gigi : N-1-2-3-4-N 6. Bahan pengisi pada HCS adalah bensin
(Rotari) premium.
11. Sistem pengapian : Carburator – 7. Diameter dalam selang tahan panas
DC CDI HCS 5 mm.
8. Diameter dalam pipa katalisator HCS
2) katalisator 6.5 mm.
pipa tembaga dengan diameter dalam 9. Bahan pipa katalisator adalah tembaga.
6,5 mm dan panjang 10 sampai 13 cm yang 10. Beban pengendara seberat ± 55 kg.
berisi antara lain serbuk alumina oxide 11. Selang waktu tiap pengambilan data
dibungkus dengan saringan nikelin (nickel) dibuat selama ± 5 menit.
dan lempeng platinum (platina) di lingkaran
luar dan masing-masing disekat strimin 3.3 Prosedur Analisa
stainless steel sebagai anti flashback Pada penelitian ini untuk pengukuran
daya mesin digunakan desain eksperimen
3) Busi standart dan busi platinum. faktorial 3×2, definisi dari desain eksperimen
Dengan type : adalah yang semua (hampir semua) taraf sebuah
1. NGK CPR6EA-9 (Untuk busi standar) faktor tertentu dikombinasikan dalam
2. NGK CR7HGP3595 (Untuk busi eksperimen tersebut, pada penelitian ini terdapat
platinum) dua variable bebas yang kemudian pada desain
eksperimen tersebut disebut faktor. Faktor
3.2 Prosedur Pengumpulan Data pertama (A) mempunyai tiga taraf yaitu tanpa
3.2.1 Identifikasi Variabel penggunaan HCS (Hidrocarbon Crack Syste),
Dari pengertian tersebut secara garis besar penggunaan HCS dengan satu katalisator dan
variabel dalam penelitian ini ada tiga variabel, penggunaan HCS dengan dua katalisator yang
yang secara lengkap dijelaskan sebagai berikut: dipasang secara seri. Sedangkan faktor kedua

Politeknik Katolik Saint Paul Sorong 8


Jurnal Voering Vol. 3 No. 1 Juli 2018

(B) mempunyai dua taraf yaitu busi dengan jenis


busi standart dan busi platinum. Sehingga pada
eksperimen ini diperoleh desain eksperimen
faktorial 3×2, dengan demikian diperlukan 6
kondisi eksperimen atau 6 kombinasi perlakuan
yang berbeda-beda. Pada masing-masing
perlakuan dilakukan tiga kali replikasi, sehingga
tiap perlakuan diperoleh tiga data. Karena pada
tiap perlakuan dilakukan replikasi sebanyak tiga
kali, maka pada eksperimen faktorial 3×2 ini 4. HASIL PENGAMATAN
akan diperoleh sebanyak 18 data. 4.1 Data Hasil Pengamatan
Adapun data pengamatan Daya Mesin
3.4 Gambar rancangan Sepeda Motor Honda Supra X 125 Sebagai
3.4.1 Gambar rancangan katalisator berikut:
4.1.1 Pengambilan data tanpa menggunakan
HCS dengan Variasi Jenis busi Standart
dan Platinum
Pada Tabel ini dapat dilihat pengambilan
data mesin tanpa menggunakan Hydrocarbon
Crack System dengan menggunakan Variasi
jenis busi.pengambilan data di Reflikasikan
sebanyak tiga kali.

Gambar 3.1 Skema rancangan pemasangan Tabel.4.1 Data pengujian tanpa HCS dengan
dengan menggunakan satu (1) katalis menggunakan variasi jenis busi
Jumlah Tanp Gas
pengujia Jenis Busi a konsta
n HCS n
1 Busi Standar 4000
2 NGK(CPR6EA-9) 4000 4000
3 4000
Jumlah Tanp Gas
pengujia Jenis Busi a konsta
n HCS n
Gambar 3.2 Skema rancangan 1 Busi Platinum 4050
pemasangan dengan menggunakan dua (2) 2 NGK(CR7HGP359 4050 4000
katalisator 3 5) 4050

3.4.2 Gambar rancangan HCS pada 4.1.2 pengambilan data Daya Mesin
motor Sepeda Motor Honda Supra X 125
Menggunakan HCS satu Katalisator
dengan Variasi Jenis Busi Standart
dan Platinum
Pada Tabel ini dapat dilihat pengambilan
data mesin dengan menggunakan Hydrocarbon
Crack System dengan satu Katalisator dan
Variasi jenis busi. pengambilan data di
Reflikasikan sebanyak tiga kali.

Tabel.4.2 Pengujian HCS dengan I katalisator


Gambar 3.3 Rancangan HCS pada motor dan Variasi jenis Busi.

Politeknik Katolik Saint Paul Sorong 9


Jurnal Voering Vol. 3 No. 1 Juli 2018

Jumlah
HCS
Gas
4.2.2 Perhitungan Daya Mesin Tanpa HCS
Jenis Busi Dengan I Dengan Variasi Busi Platinum
pengujian konstan
Katalisator Adapun perhitungan daya mesin adalah
1 Busi Standar 4150 sebagai berikut :
2 NGK(CPR6EA-9) 4150 4000 2. × ×
3 4150 =
6000
Jumlah HCS 2.3,14 × 4050 × 1,03
Gas
pengujian Jenis Busi Dengan I
konstan
=
Katalisator 6000
6,28 × 4050 × 1,03
1 Busi Platinum 4200 =
2 NGK(CR7HGP3595) 4200 4000 6000
3 4200 = 4,36
4.1.3 Pengambilan data Daya Mesin 4.2.3 Perhitungan Daya Mesin HCS Satu
Sepeda Motor Honda Supra X 125 Katalisator dengan Variasi Busi
Menggunakan HCS dua Katalisator Standar
yang dipasang seri dengan Variasi Adapun perhitungan daya mesin adalah
Jenis Busi Standart dan Platinum sebagai berikut :
2. × ×
=
Pada Tabel ini dapat dilihat pengambilan 6000
2.3,14 × 4150 × 1,03
data Hydrocarbon Crack System dengan dua =
Katalisator dan Variasi Jenis Busi. Pengambilan 6000
6,28 × 4150 × 1,03
data direflikasikan sebanyak tiga kali. =
6000
Tabel.4.3 pengambilan data dengan HCS = 4,47
menggunakan dua Katalisator
HCS 4.2.4 Perhitungan Daya Mesin HCS Satu
Jumlah Gas Katalisator Dengan Variasi Busi
Jenis Busi Dengan II
pengujian konstan Platinum
Katalisator
1 Busi Standar 4250 Adapun perhitungan daya mesin adalah
2 (NGK 4250 4000 sebagai berikut :
3 CPR6EA-9) 4250 2. × ×
Jumlah HCS
=
Gas 6000
pengujian Jenis Busi Dengan II 2.3,14 × 4200 × 1,03
konstan =
Katalisator 6000
1 Busi Platinum 4300 6,28 × 4200 × 1,03
2 (NGK 4300 4000 =
6000
3 CR7HGP3595) 4300 = 4,53

4.2 Perhitungan Daya Mesin Pada Sepeda 4.2.5 Perhitungan Daya Mesin HCS Dua
Motor Honda Supra X 125 Katalisator Dengan Variasi Busi
4.2.1 Perhitungan Daya Mesin Tanpa HCS Standar
Dengan Variasi Busi Standar Adapun perhitungan daya mesin adalah
Adapun perhitungan daya mesin adalah sebagai berikut :
sebagai berikut : 2. × ×
2. × × =
= 6000
6000 2.3,14 × 4250 × 1,03
2.3,14 × 4000 × 1,03 =
= 6000
6000 6,28 × 4250 × 1,03
6,28 × 4000 × 1,03 =
= 6000
6000 = 4,58
= 4,31

Politeknik Katolik Saint Paul Sorong


10
Jurnal Voering Vol. 3 No. 1 Juli 2018

4.2.6 Perhitungan Daya Mesin HCS Dua


Katalisator Dengan Variasi Busi Grafik Perbandingan Daya Mesin HCS
Platinum dengan Variasi Jenis Busi
Adapun perhitungan daya mesin adalah 4.7
sebagai berikut : 4.6
2. × ×
= 4.5 Keterangan
6000 4.4
2.3,14 × 4300 × 1,03 busi standar
= 4.3
6000 busi platinum
6,28 × 4300 × 1,03 4.2
= 0 2 4
6000
= 4,63

Pada tabel di bawah ini adalah data Gambar.4.1 Grafik perbandingan Daya Mesin
perbandingan nilai rata – rata variasi jenis busi HCS dengan Variasi Jenis Busi
terhadap daya mesin sepeda motor honda supra
X 125.

HCS 1 HCS 2 Nilai


Tanpa
Taraf Katalisator Katalisator rata-
HCS
rata
Busi
4,31 4,45
standarNGK 4,47 kW 4,58 kW
kW kW
CPR6EA-9
Busi platinum
4,36 4,50
NGK 4,53 kW 4,63 kW
kW kW
CR7HGP3595
Tabel.4.4 Variasi jenis busi terhadap daya mesin Gambar. 4.2 Histogram Perbandingan Daya
Mesin
Pada tabel dibawah ini adalah hasil
perhitungan daya mesin sepeda motor honda 4.5 Pembahasan Hasil Analisis Data
supra X 125. 1. Pengaruh jumlah katalisator pada
Hydrocarbon Crack System (HCS)
Tabel.4.5 Hasil perhitungan Daya mesin sepeda terhadap daya mesin sepeda motor
motor Honda Supra X Honda Supra X 125
Tanpa HCS HCS 1 Katalisator HCS 2 Katalisator Berdasarkan hasil perhitungan yang
Busi Busi Busi Busi Busi Busi disajikan dalam tabel 4.5 terlihat bahwa
Standar Platinum Standar Platinum Standar Platinum penggunaan katalisator pada Hydrocarbon
4,31 kW 4,36 kW 4,47 kW 4,53 kW 4,58 kW 4,63 kW Crack System Secara umum memberikan
pengaruh yang berbeda terhadap daya
mesin sepeda motor Honda Supra X 125.
Berdasarkan tabel di atas maka data dapat Sehingga dapat dikatakan bahwa
disajikan dalam bentuk grafik dan histogram penggunaan dua katalisator dan variasi jenis
seperti pada gambar 4.1 dan 4.2 busi platinum dapat menghasilkan daya
yang lebih besar. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh antara
variasi jumlah katalisator Hydrocarbon
Crack System terhadap Daya mesin pada
sepeda motor Honda Supra X 125
Pemasangan Hydrocarbon Crack
System dengan dua katalisator yang di
pasang secara seri akan menghasil gas (H2)
Politeknik Katolik Saint Paul Sorong
11
Jurnal Voering Vol. 3 No. 1 Juli 2018

dari proses mengCrack premium menjadi ada kenaikan daya mesin pada sepeda
lebih banyak. Karena gas H2 yang motor Honda Supra X125 dengan
dihasilkan lebih banyak maka proses menggunakan variasi jenis busi.
pembakaranpun menjadi semakin
sempurna. Pembakaran yang sempurna 3. Interaksi antara jumlah katalisator pada
akan menghasilkan tekanan pembakaran Hydrocarbon Crack System dan variasi
yang tinggi dan memperbesar daya mesin. Jenis Busi terhadap daya Mesin Sepeda
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan Motor Honda Supra X 125
bahwa dengan pemasangan Hydrocarbon Berdasarkan hasil perhitungan pada
Crack System mampu menaikan daya mesin tabel.4.5 Menunjukan bahwa ada interaksi
sepeda motor Honda Supra X 125. antara jumlah katalisator pada Hydrocarbon
Crack System dan Variasi jenis busi
terhadap daya mesin sepeda motor Honda
supra X 125 dengan hasil perhitungan HCS
2. Pengaruh variasi jenis busi terhadap dengan dua Katalisator dan Variasi busi
daya mesin sepeda motor Honda Supra platinum adalah 4,63 kW lebih besar. Hal
X 125 ini menunjukan bahwa penggunaan
Dari tabel.4.4 dapat dilihat bahwa Hydrocarbon Crack System dan
pengaruh variasi jenis busi terhadap daya penggunaan variasi jenis busi secara
mesin motor honda supra x 125 adalah busi bersama-sama berpengaruh untuk menaikan
platinum nilai rata-rata adalah 4,50 kW Daya Mesin pada sepeda Motor Honda
lebih besar dari busi standar yang nilai rata- Supra x125.
rata adalah 4,45 kW. Perbedaan ini terlihat
pada gambar 4.1 dimana terlihat jelas busi 4. Rangkuman Hasil Penelitian Daya Mesin
platinum memilihi nilai yang lebih besar Tabel.4.5 merupakan rangkuman
dibandigkan busi standar. Berdasarkan hal hasil penelitian Daya Mesin sepeda Motor,
ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ada dapat dilihat bahwa Daya Mesin Sepeda
kenaikan daya mesin sepeda motor Honda Motor pada interaksi penggunaan dua
Supra X 125 dengan menggunakan variasi Katalisator Hydrocarbon Crack system dan
jenis busi. pemakaian busi Platinum adalah yang
Busi jenis standart merupakan busi paling tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil
dengan ujung elektroda terbuat dari nikel yang diperoleh pada gambar 4.2 dimana
menghasilkan percikan bunga api yang terlihat jelas perbedaan antara penggunaan
cukup serta diameter elektroda pusat 2,5 HCS 1 katalistaor dan 2 katalisator dengan
mm menghasilkan percikan bunga api menggunakan busi standar dan busi
kurang terpusat. Sedangkan busi jenis platinum. Hal ini disebabkan karena
platinum adalah busi dengan ujung pemasangan dua katalisator Hydrocarbon
elektroda terbuat dari nikel dan pusat Crack System maka gas H2 yang dihasilkan
elektroda dari platinum menghasilkan lebih banyak dan akan sangat membantu
percikan bunga api yang lebih besar dari proses pembakaran pada ruang bakar
pada busi standart serta diameter elektroda sehingga diperoleh pembakaran yang lebih
0,6-0,8 mm menghasilkan bunga api lebih sempurna sehingga busi Platinum
terpusat. menghasilkan percikan bunga api yang
Semakin besar percikan bunga api lebih besar dan terpusat, karena diameter
dan semakin terpusatnya bunga api yang pusat elektrodanya lebih kecil dibanding
dihasilkan busi maka semakin sempurna busi Standart, dengan demikian makin kecil
proses pembakran di dalam ruang bakar diameter pusat elektroda, makin fokus
sehingga bahan bakar dapat terbakar pengapian sehingga proses pembakaran
dengan sempurna dan daya mesin yang yang lebih sempurna.
dihasilkan akan meningkat. Dengan Daya Mesin Sepeda Motor pada
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa variasi tanpa menggunakan Hydrocarbon
Politeknik Katolik Saint Paul Sorong
12
Jurnal Voering Vol. 3 No. 1 Juli 2018

Crack System dan pemakaian busi standart percikan yang dihasilkan hanya satu arah
adalah yang paling rendah. Hal ini saja sehingga kurang mendukung terjadinya
disebabkan tidak adanya gas H2 yang di pembakaran yang sempurna. Dengan
alirkan keruang bakar yang dapat kondisi tersebut maka Daya Mesin sepeda
membantu proses pembakaran sehingga motor yang dihasilkan lebih kecil.
proses pembakaran hanya berlangsung
secara normal, selain itu bunga api yang
dihasilkan oleh busi standart kecil,
5. KESIMPULAN 2. Ada pengaruh Variasi jenis Busi
5.1 Kesimpulan terhadap Daya mesin Sepeda motor
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat supra x 125. Hal ini dapat ditunjukan
disimpulkan: pada hasil uji data, dimana pemakain
1. Ada pengaruh sinifikan jumlah busi platinum menghasilkan daya
katalisator Hydrocarbon Crack lebih besar dengan rerata 4,50 kW
System terhadap daya mesin sepeda dibandingkan dengan pemakaian busi
motor supra x 125 tahun 2011. stndart dengan rerata 4,45 kW.
Dimana pemasangan dua buah 3. Terdapat interaksi pengaruh antara
katalis Hydrocarbon Crack System penggunaan jumlah katalisator pada
menghasilkan daya yang paling besar Hydrocarbon Crack System dan
dengan rerata daya sebesar 4,58 kW, Variasi jenis busi terhadap daya
disusul selanjutnya pemasangan satu mesin dimana pemakaian dua buah
buah katalis Hydrocarbon Crack katalisator dengan variasi jenis busi
System dengan rerata 4,47 kW. Dan platinum dapa menghasilkan daya
yang terakhir tanpa pemasangan yang besar dengan rerata 4,63 kW.
Hydrocarbon Crack System dengan
rerata 4,31 kW.
Hidayat, Wahyu. 2012. Motor Bensin Modern.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ajie R.B. 2015. Pengaruh Perbedaan Waktu Ikhsan.M. 2013. Pengaruh Jumlah Katalisator
Paparan Asap Pembakaran Bahan Organik Pada Hydrocarbon Crack System (HCS)
Terhadap Gambaran Histopatologi Trakea Dan Jenis Busi Terhadap Daya Mesin
Tikus Putih (Rattus Novergicus) Jantan Sepeda Motor Yamaha Jupiter Z Tahun
Galur Sprague dawley. Fakultas 2008, Surakarta : FKIP-UNS
Kedokteran Universitas Lampung. Bandar
Lampung
Jama, Jalius. dan Wagino. 2008. Teknik Sepeda
Anonim. 2010. Modul praktikum pembakaran. Motor jilid 2. Jakarta: Direktorat
Bandung: Institut Teknologi Bandung Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

Fauzi. A; Songko.M.N; Siswanto.E. 2017. Leiwakabessy. A.Y. 2010. Kaji Teoritik


Analisis Pengaruh Jenis Bahan Bakar Pengaruh Variasi Penggunaan Tipe Busi
terhadap Penggunaan Hydrocarbon Crack Terhadap Kinerja Motor Jupiter Mx
System pada Emisi Gas Buang Engine 135cc. Fakultas Teknik UNPATI. Ambon
Stand Tipe 5K. Prosiding Seminar
Nasional XII “Rekayasa Teknologi Machmud S; Surono, U.B; Sitorus. L. 2013
Industri dan Informasi 2017 Sekolah Pengaruh Variasi Unjuk Derajat
Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta. Pengapian Terhadap Kerja Mesin. Jurnal
Teknik Vol. 3. No.1. April 2013

Politeknik Katolik Saint Paul Sorong


13
Jurnal Voering Vol. 3 No. 1 Juli 2018

Mahandri, CP. 2010. Fenomena flame lift-up Sihana. 2010. Analysis of thermal system.
pada pembakaran premixed gas propana. Jogjakarta: Universitas Gajah Mada.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian
Putra, D.R. 2009. Kajian Eksperimental Administrasi. Bandung: Alfa Beta.
Pengaruh Penggunaan Gas Hasil
Elektrolisis terhadap Unjuk Kerja Motor Suyanto, Wardan. 1989. Teori Motor Bensin.
Diesel. Jurnal Jurusan Teknik. Sistem Jakarta: P2LPTK.
Perkapalan, FTK-ITS 5 (1), 12.
Toyota Astra Motor. 1996. New Step 1 Training
Rein G. 2006. Introduction to smouldering Manual. Jakarta: PT. Toyota Astra Motor.
combution. Edinburgh: University of
Edinburgh.
Toyota Astra Motor. 1993. Step 2 Engine
Group. Jakarta: PT. Toyota Astra Motor.

Politeknik Katolik Saint Paul Sorong


14

Anda mungkin juga menyukai