Anda di halaman 1dari 46

1

Legislasi Pangan
(7 PMP)

KELOMPOK 7
1. Garnis Linda Pamella (2016340002)
2. Afrin Rahmahdanti (2016340016)
3. Ronna Rosyita (2016340028)
4. Virgi Primula Dikna (2016340037)
Jurusan Teknologi Pangan 5. Reno Marwan (2016340044)
Fakultas Teknologi Pangan dan Kesehatan 6. Indah Lestari (2016340071)
Universitas Sahid Jakarta
2018

2
PerKa BPOM RI No. 22 Tahun 2016

TENTANG PERSYARATAN
PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN
PANGAN PERISA

Terdiri atas:

X Bab

20 Pasal
3
PerKa BPOM RI No. 22 Tahun 2016

Bab I
Ketentuan Umum

Pasal 1
Tidak untuk dikonsumsi secara
langsung dan tidak diperlakukan
Tentang Definisi sebagai bahan baku pangan

Pangan, bahan tambahan pangan, perisa,


preparat konsentrat, ajudan perisa,
flavour, pelarut pengekstraksi, bahan Dapat mempunyai / tidak mempunyai
penolong, senyawa perisa, senyawa nilai gizi, yang sengaja ditambahkan
Pasal 2 untuk tujuan teknologis.
perisa alami, bahan baku aromatik alami,
preparat perisa, perisa asap, senyawa
perisa identik alami, senyawa perisa
artifisial, perisa hasil proses panas, perisa Tidak termasuk cemaran atau bahan
alami, perisa identik alami, perisa yang ditambahkan untuk
artifisial, senyawa bioaktif, batas mempertahankan / meningkatkan
maksimum cara produksi pangan yang nilai gizi
baik, batas maksimum dan kepala badan.

4
PerKa BPOM RI No. 22 Tahun 2016

Bab II
Jenis dan Kelompok BTP Perisa

Pasal 3 BTP Perisa terdiri atas jenis Perisa dengan


Jenis-Jenis Perisa atau tanpa ajudan perisa

Pasal 4 Kelompok BTP Perisa:


a. Perisa alami;
Pengelompokkan b. Perisa identik alami; dan
Perisa c. Perisa artifisial.

Pasal 5 Senyawa Perisa:


aSenyawa perisa alami;
Jenis Senyawa b. Senyawa perisa identik alami; dan
Perisa c. Senyawa perisa artifisial.

5
PerKa BPOM RI No. 22 Tahun 2016

Bab III
Persyaratan

Pasal 6
Syarat Penggunaan Perisa

Penggunaan perisa sesuai


batas maksimum CPPB

Kecuali untuk senyawa perisa


sebagai pelarut pengekstraksi,
batas maksimum residu sesuai
ketentuan pelarut
pengesktraksi

6
PerKa BPOM RI No. 22 Tahun 2016

Bab III
(1)Bahan baku aromatik Persyaratan
alami yang berasal dari (2) Preparat perisa yang
tumbuhan atau hewan berasal dari tumbuhan atau
yang lazim digunakan hewan yang telah mengalami
dalam pangan, namun proses fisik, mikrobiologi, atau
tidak terbatas pada:
Pasal 7 enzimatis mencakup namun
• bubuk bawang, Persyaratan Penggunaan tidak terbatas pada:
• bubuk cabe, Bahan Baku Aromatik • minyak jeruk (orange oil),
• irisan daun jeruk, Alami & Preparat Perisa • ekstrak teh (tea extract),
• potongan daun salam, • paprika oleoresin,
• irisan jahe, • bubuk keju (cheese powder),
• irisan daging, • ekstrak ragi (yeast extract).
• irisan ikan. (3) Bahan baku aromatic
dapat mengandung senyawa
bioaktif dengan ketentuan
dan batas maksimal
terlampir pada lampiran II

7
PerKa BPOM RI No. 22 Tahun 2016

Lampiran II

8
PerKa BPOM RI No. 22 Tahun 2016

Bab III
Persyaratan

Pasal 8 Pasal 9
Persyaratan Penggunaan Persyaratan penggunaan
Perisa Asap perisa hasil proses panas

Penggunaan Perisa Asap dibatasi oleh adanya Penggunaan Perisa hasil proses panas dibatasi oleh
senyawa penanda benzo[a]piren. adanya senyawa penanda 3-monochloropropane-1,2-
diol (3-MCPD).

Batas kandungan maksimum benzo[a]piren yang


Batas maksimum kandungan 3-monochloropropane-
disebut pada ayat (1) sebesar 0.03 mcg/kg
1,2-diol (3-MCPD) sesuai ketentuan Batas Maksimum
Cemaran.
Penggunaan perisa asap telah diatur dalam
Peraturan Cemaran.

9
PerKa BPOM RI No. 22 Tahun 2016

Bab III
Persyaratan

Pasal 10
Persyaratan Penggunaan
Ajudan Perisa
BTP yang diizinkan sebagai
ajudan perisa tercantum
pada Lampiran III

Keberadaan BTP papada


produk pangan sebagai
akibat dari penggunaan
perisa dinyatakan sebagai
BTP ikutan

Keberadaan BTP harus tidak


mempunyai fungsi teknologi

10
PerKa BPOM RI No. 22 Tahun 2016

Bab III
Persyaratan

Pasal 10
Persyaratan Penggunaan Pelarut
Pengekstraksi

Residu Pelarut pengekstraksi


harus diinformasikan dalam
spesifikasi BTP Perisa.

Batas maksimum residu


pelarut pengekstrasi dalam
produk pangan yang
menggunakan BTP Perisa
tercantum pada Lampiran IV.

Residu pelarut pengekstraksi


dalam produk pangan dapat
dihitung berdasarkan
penggunaan perisa.
11
PerKa BPOM RI No. 22 Tahun 2016

Bab IV
Penggunaan BTP Berperisa

Penggunaan BTP Perisa dalam produk pangan


harus seminimal mungkin untuk mencapai
efek teknologi

Pasal 12 Penggunaan BTP Perisa yang diizinkan pada


Penggunaan BTP Perisa pada formula pertumbuhan tercantum dalam
formula Pertumbuhan dan Lampiran V
MP-ASI
Penggunaan BTP Perisa yang diizinkan pada
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) tercantum
dalam Lampiran VI

12
PerKa BPOM RI No. 22 Tahun 2016

Bab IV
Penggunaan BTP Berperisa

Jika BTP Perisa mengandung senyawa bioaktif


harus disertai informasi kandungan senyawa
bioaktif dalam spesifikasi BTP Perisa.

Pasal 13 Batas maksimum senyawa bioaktif


Penggunaan Senyawa tercantum pada Lampiran II
Bioaktif

Kandungan senyawa bioaktif dalam produk


pangan dapat dihitung berdasarkan
penggunaan Perisa.

13
PerKa BPOM RI No. 22 Tahun 2016

Bab IV
Penggunaan BTP Berperisa

Pasal 14
Penggunaan Senyawa Perisa Selain yang Tercantum dalam Lampiran I

Pemohon harus mengajukan


Hanya boleh digunakan sebagai Keputusan
permohonan tertulis kepada
BTP Perisa setelah persetujuan/penolakan dari
Kepala Badan disertai
mendapatkan persetujuan Kepala Badan diberikan
kelengkapan data dengan
tertulis dari Kepala Badan. paling lama 180 hari
menggunakan formulir
sebagaimana tercantum dalam kerja sejak diterimanya
Lampiran VII permohonan secara lengkap

14
PerKa BPOM RI No. 22 Tahun 2016

15
PerKa BPOM RI No. 22 Tahun 2016

Bab V Bab VI
Label Persyaratan

Pasal 15 Pasal 16
Ketentuan Label BTP Ketentuan Produksi,
Berperisa Pemasukan, dan Peredaran
BTP Perisa
Label BTP Perisa atau pangan
mengandung BTP Perisa harus Harus memenuhi standar dan
memenuhi ketentuan Peraturan persyaratan dalam Kodeks
Perundangundangan. Makanan Indonesia yang
ditetapkan oleh Menteri.
Dalam hal pencantuman komposisi
Dalam hal standar dan persyaratan
untuk label BTP Perisa wajib
BTP Perisa belum terdapat dalam
menuliskan:
Kodeks Makanan Indonesia dapat
a. Kelompok Perisa, dan
digunakan standar dan persyaratan
b. Ajudan perisa.
lain.

16
PerKa BPOM RI No. 22 Tahun 2016

Bab VII
Larangan

Pasal 17

Perisa dilarang digunakan pada formula bayi

Dilarang menggunakan BTP Perisa untuk tujuan:


Pasal 18 a. Menyembunyikan penggunaan bahan yang tidak
Ketentuan Larangan memenuhi persyaratan;
Penggunaan Perisa b. Menyembunyikan cara kerja yang bertentangan
BTP Perisa dengan cara produksi pangan yang baik untuk
pangan; dan/atau
c. Menyembunyikan kerusakan pangan.

17
PerKa BPOM RI No. 22 Tahun 2016

Bab VIII Bab IX


Sanksi Ketentuan Peralihan

Pasal 19 tentang sanksi Pasal 20


pelanggaran terhadap Ketentuan Peralihan
ketentuan PerKa BPOM RI No. terhadap BTP Perisa
22 tahun 2016 :

a. Peringatan secara tertulis; BTP Perisa dan Pangan mengandung BTP Perisa yang
b. Larangan mengedarkan telah memiliki persetujuan pendaftaran harus
untuk sementara waktu menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan
dan/atau Kepala Badan ini paling lama 2 tahun sejak
perintah untuk penarikan diundangkannya Peraturan Kepala Badan ini.
kembali dari peredaran;
c. Perintah pemusnahan, jika BTP Perisa dan Pangan mengandung BTP Perisa yang
terbukti tidak memenuhi sedang diajukan permohonan perpanjangan
persyaratan keamanan atau persetujuan pendaftaran sebelum diberlakukannya
mutu; dan/atau Peraturan Kepala Badan ini, tetap diproses
d. Pencabutan izin edar. berdasarkan SNI terkait Perisa.

18
PerKa BPOM RI No. 22 Tahun 2016

Bab X
Ketentuan Penutup

Pasal 19 tentang ketentuan


berlakunya PerKa BPOM RI No. 22
tahun 2016 :

Peraturan Kepala Badan ini mulai


berlaku pada tanggal
diundangkan.

19
PerKa BPOM RI No. 22 Tahun 2016

20
PerKa BPOM RI No. 22 Tahun 2016

21
PerKa BPOM RI No. 22 Tahun 2016

22
PerKa BPOM RI No. 22 Tahun 2016

23
PerKa BPOM RI No. 22 Tahun 2016

24
PerKa BPOM RI No. 22 Tahun 2016

25
PerKa BPOM RI No. 23 Tahun 2016

TENTANG PENCANTUMAN INFORMASI


TANPA BAHAN TAMBAHAN PANGAN
PADA LABEL DAN IKLAN PANGAN

Terdiri atas:

VI Bab

8 Pasal
26
PerKa BPOM RI No. 23 Tahun 2016

Bab I
Ketentuan Umum

(1) Pangan, (2) Pangan Olahan, (3) BTP, (4) Pewarna Sintetis,
Pasal 1
(5) Pengawet, (6) Pemanis buatan, (7) Penguat rasa,
Tentang Definisi (8) Antioksidan, (9) Label Pangan, dan (10) Iklan Pangan

Bab II Mengatur pencantuman informasi tanpa BTP


Ruang Lingkup pada Label dan Iklan Pangan

Pasal 2 Informasi tanpa BTP, hanya diizinkan untuk


Pencantuman Informasi jenis BTP:
tanpa BTP pada a. Pemanis Buatan;
Label dan Iklan Pangan b. Pengawet;
c. Pewarna Sintetis;
d. Antioksidan; dan/atau
27 e. Penguat Rasa.
PerKa BPOM RI No. 23 Tahun 2016

Bab III
Persyaratan pada Label dan Iklan Pangan
Pasal 3
Informasi tanpa BTP pada Label dan Iklan Pangan hanya dapat dicantumkan
Informasi tanpa BTP
jika pada produk akhir Pangan Olahan tidak mengandung jenis BTP.
pada Label

1) Harus mematuhi Per-UU tentang


2) Hanya dapat mencantumkan label dan iklan pangan.
6) Harus sesuai dengan
informasi berupa keterangan
label pangan yang sesuai
“Tanpa Pemanis Buatan;”
persetujuan
“Tanpa Pengawet”, dll. Pasal 4
Pencantuman Informasi
tanpa BTP pada Iklan
Pangan 5) Jika ada jenis btp yang
3) Dicantumkan setelah daftar berfungsi sebagai zat gizi,
bahan yang digunakan. tidak boleh memberi
4) Tidak diizinkan menggunakan keterangan tanpa btp.
dan/atau disertai pencantuman nama
jenis BTP.
28
PerKa BPOM RI No. 23 Tahun 2016

Bab IV
Larangan

Dilarang mencantumkan informasi tanpa BTP


selain sebagaimana tercantum dalam Pasal 4
Pasal 5
Pencantuman informasi
tanpa BTP pada label
dan iklan pangan Informasi tanpa BTP sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi keterangan atau
pernyataan:
• “bebas BTP”,
• “tidak menggunakan BTP”,
• “tidak menambahkan BTP”,
• ‟tidak terdapat BTP‟‟,
• ‟tidak mengandung BTP‟,
• atau yang semakna.

29
PerKa BPOM RI No. 23 Tahun 2016

Bab V Bab VI
Sanksi Ketentuan Penutup

Pasal 6 Pasal 7

Pada saat Peraturan Kepala Badan ini


a. Peringatan secara tertulis; mulai berlaku, Peraturan Kepala BPOM
b. Larangan memproduksi dan Nomor HK.00.06.1.52.6635 Tahun 2007
mengedarkan untuk sementara waktu dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
dan/atau perintah untuk penarikan
kembali dari peredaran;
c. Perintah pemusnahan, jika terbukti Pasal 8
tidak memenuhi persyaratan keamanan
atau mutu; dan/atau Peraturan Kepala Badan ini mulai
d. Pencabutan izin edar. berlaku pada tanggal diundangkan.

30
PerKa BPOM RI No. 24 Tahun 2016

Tentang Persyaratan
Pangan Steril Komersial

Terdiri atas:

VIII Bab

11 Pasal
31
PerKa BPOM RI No. 24 Tahun 2016

Bab I Bab II
Ketentuan Umum Ruang Lingkup

(1) Persyaratan Pangan Steril


Pasal 1 Komersial yang diproses
Tentang Definisi dengan menggunakan panas

(2) Pangan Steril Komersial


yaitu disterilisasi setelah
dikemas dan diolah dengan
Proses Aseptik.
Pasal 2
(1) Pangan, (2) Pangan Olahan, (3) Proses sterilisasi dapat
(3) F0, (4) Steril Komersial, dicapai melalui perlakuan
(5) Pangan Steril Komersial, lain.
(6) Pangan Berasam Rendah,
(7) Kemasan Pangan, (4 & 5) Perlakuan lain dapat
(8) Hermetis, (9) Proses Aseptik, berupa iradiasi yang
(10) Kepala Badan. mengacu pada ketentuan
peraturan perundangan-
undangan.
32
PerKa BPOM RI No. 24 Tahun 2016

Bab III
Persyaratan Pangan Steril Komersial

Pangan ber-asam rendah yang dikemas hermetis dan


disimpan pada suhu ruang harus disterilisasi komersial.

Pasal 3 Sterilisasi komersial harus memberikan nilai F0 sekurang-


kurangnya 3,0 menit dihitung terhadap spora Clostridium
botulinum.

Penetapan kecukupan proses panas harus dilakukan untuk


setiap jenis produk, jenis medium, ukuran produk, dan
faktor kritis lain yang berpotensi mempengaruhi nilai F0.

Dikecualikan untuk Pangan Olahan berupa: minuman


Pasal 4 beralkohol; air mineral; air demineral; air mineral alami;
atau air minum embun.

33
PerKa BPOM RI No. 24 Tahun 2016

Bab III
Persyaratan Pangan Steril Komersial

Pasal 5 Peredaran pangan steril komersial harus memenuhi


persyaratan keamanan dan mutu.

Penerapan Cara Produksi yang Baik untuk Pangan


Steril Komersial.

Pasal 6
Jika cara produksi belum ditetapkan dapat mengacu
pada Code of Hygienic Practice for Low and Acidified
Low Acid Canned Foods (CAC/RCP 23-1979)
dan/atau Code of Hygienic Practice for Aseptically
Processed and Packaged Low-Acid Foods (CAC/RCP
40-1993).

34
PerKa BPOM RI No. 24 Tahun 2016

Bab IV Pelabelan
Bab VI Sanksi
Pangan Steril
Komersial harus Pasal 9
Pasal 7 memenuhi
persyaratan label 1. Peringatan secara tertulis;
pangan 2. larangan mengedarkan untuk
sementara waktu dan/atau perintah untuk
Bab V Pengawasan penarikan kembali dari peredaran;
3. perintah pemusnahan;
4. penghentian sementara kegiatan
produksi dan/atau peredaran;
Pengawasan 5. dan/atau
Pasal 8 dilakukan oleh pencabutan izin edar.
Kepala Badan

35
PerKa BPOM RI No. 24 Tahun 2016

Bab VII
Ketentuan Peralihan

Pangan Olahan yang beredar wajib menyesuaikan dengan


Pasal 10 ketentuan dalam Peraturan Kepala Badan ini paling lama 12 (dua
belas) bulan sejak Peraturan Kepala Badan ini diundangkan.

Bab VIII
Ketentuan Penutup

Peraturan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal


Pasal 11 diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Kepala Badan ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

36
PerKa BPOM RI No. HK. 00.06.1.52.4011
Tahun 2009

PENETAPAN BATAS MAKSIMUM


CEMARAN MIKROBA DAN KIMIA
DALAM MAKANAN

Terdiri atas:

VI Bab

8 Pasal
37
PerKa BPOM RI No. HK. 00.06.1.52.4011
Tahun 2009

Bab I
Ketentuan Umum Bab II
Jenis dan Batas
Pasal 1 Maksimum Cemaran
Tentang Definisi dalam Makanan

Makanan (diproduksi, diimpor,


diedarkan di Indonesia) harus
memenuhi persyaratan
keamanan, mutu, dan gizi
pangan.
(1) Pangan, (2) Pangan Olahan, Pasal 2
(3) Pangan Tercemar, (4)
Cemaran, (5) Cemaran Biologis, Untuk mencegah makanan dari
(6) Cemaran Mikroba, (7) kemungkinan adanya bahaya.
Cemaran Kimia, (8) Batas
Maksimum, (9) Kepala Badan

38
PerKa BPOM RI No. HK. 00.06.1.52.4011
Tahun 2009

Bab II
Jenis dan Batas Maksimum Cemaran dalam Makanan

Cemaran yang diatur : Cemaran Mikroba dan Cemaran Kimia.

Pasal 3
Cemaran kimia : logam berat, mikotoksin, dan cemaran kimia
lainnya.

Pasal 4 Batas maksimum cemaran, tercantum pada lampiran.

39
PerKa BPOM RI No. HK. 00.06.1.52.4011
Tahun 2009

Bab III Bab IV


Pengawasan Sanksi

Pasal 5 Pasal 6

(1) Pengawasan dilakukan oleh (1) Sanksi administratif berupa :


Kepala Badan a. Peringatan tertulis;
b. Penarikan dari peredaran;
c. Pemusnahan;
d. Penghentian sementara kegiatan
(2) Pengawasan meliputi Penilaian
produksi, impor dan distribusi;
keamanan makanan sebelum
e. Pencabutan izin edar.
produk diedarkan (pre-market
evaluation) dan
pengawasan setelah produk (2) Dapat dikenai sanksi pidana
diedarkan (post-market control) sesuai ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan.

40
PerKa BPOM RI No. HK. 00.06.1.52.4011
Tahun 2009
Bab V
Ketentuan
Peralihan
Perubahan terhadap lampiran dilakukan sejalan dengan
perkembangan IPTEK.
Pasal 7

Perubahan dilakukan oleh Kepala Badan.

Bab VI Hal-hal yang bersifat teknis yang belum diatur dalam


Penutup Peraturan ini akan ditetapkan lebih lanjut.

Semua ketentuan Per-UU tentang cemaran yang ada pada


Pasal 8 saat ditetapkannya Peraturan ini dan atau belum diganti
masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
Peraturan ini.

Peraturan ini mulai berlaku 6 bulan sejak tanggal


ditetapkan.
41
PerKa BPOM RI No. HK. 00.06.1.52.4011
Tahun 2009

42
PerKa BPOM RI No. HK. 00.06.1.52.4011
Tahun 2009

43
PerKa BPOM RI No. HK. 00.06.1.52.4011
Tahun 2009

44
PerKa BPOM RI No. HK. 00.06.1.52.4011
Tahun 2009

45
KELOMPOK 6 BTP - PENGAWET METABOLIT MIKROB, SEL VIABEL,
PENGAWET TIDAK LANGSUNG, DAN PENGAWET LAINNYA
46 46

Anda mungkin juga menyukai