Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
RERANGKA KONSEPTUAL
1. Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) menurut FASB adalah suatu sistem
koheren yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang
menjadi landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta
batas- batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan.
Tujuan pelaporan keuangan bertujuan umum menjadi dasar dari Kerangka Konseptual.
Aspek lain dari Kerangka Konseptual–konsep entitas pelapor, karakteristik kualitatif, dan
kendala, informasi keuangan yang berguna, unsur-unsur laporan keuangan, pengakuan,
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan–mengalir secara logis dari tujuannya.
2. Dalam perumusan kerangka konseptual menurut FASB didasari dari penentuan tujuan
yang merupakanlandasan untuk menyusun elemen yang lain seperti karakteristik kualitatif
dari informasi, elemen laporan keuangan dan pengakuan dan pengukuran.
Hal ini dirumuskan dalam SFAC no 1 sampai dengan 8 sebagai berikut:
o SFAC no. 1 objective of financial reporting by business enterprises, yang menyajikan
tujuandan sasaran akuntansi.
o SFAC no. 2 qualitative caracteristics of accounting information, yang
menjelaskankarakteristik yang membuat informasi akuntansi bermanfaat.
o SFAC no. 3 element of financial statement of business enterprises, yang
memberikandefinisi dari pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan seperti
aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban.
o SFAC no. 5 recognition and measurement in financial statement of business
enterprises, yang menetapkan kriteria pengakuan dan pengukuran fundamental serta
pedoman tentang informasi.
o SFAC no. 6 element of financial statement, yang menggantikan SFAC no. 3 dan
memperluas SFAC no. 3 dengan memasukkan organisasi-organisasi nirlaba.
o SFAC no. 7 using cash flow information and present value in accounting
measurement, yangmemberikan kerangka kerja bagi pemakaian arus kas masa depan
yang diharapkan dan nilai sekarang (present value) sebagai dasar pengukuran.
o SFAC no. 8 Conseptual framework of financial reporting, yang menggantikan SFAC
no 1 dan 2.
3. Terdapat 3 level dalam kerangka konseptual menurut The conseptual framework of
financial reporting IFRS yang dikeluarkan oleh IASB yaitu:
Level 1 Tujuan Pelaporan Keuangan
Di sini, dijelaskan siapa yang membutuhkan informasi tentang kondisi keuangan suatu
entitas dan mengapa para investor, lenders, creditors, juga pihak-pihak lainnya
membutuhkannya.Laporan-laporan keuangan akan memberikan informasi tentang
sumber-sumber daya ekonomis perusahaan maupun tagihan-tagihan yg dilaporkan,
termasuk perubahan-perubahannya.
Level 2 Karakteristik kualitatif dan elemen Laporan keuangan
Karakteristik kualitatif
Dibagi menjadi dua, karakteristik kualitaif fundamental yang terdiri atas
Relevance yaitu jika mempunyai unsur predictive value dan atau confirmatory
value, karakteristik fundamental yang kedua adalah Faithful representation yaitu
dapat dikatakan faithful representation jika terpenuhi unsur-sunsur seperti
completeness, neutrality, free from error
Karakteristik kualitatif pendukung yang terdiri dari comparability, verifiability,
timeliness, enderstadability.
Elemen Laporan keuangan
· Assets: manfaat ekonomi masa datang
· Liabilities: pengorbanan manfaat ekonomi di masa yang akan datang
· Equity and net assets: nilai sisa antara selisih assets dan liabilities
· Revenues: aliran masuk atau perluasan assets
· Expenses: aliran keluar atau penggunaan/penghabisan assets
Level 3 Pengakuan, pengukuran dan konsep pengungkapan
Asumsi dasar
Economic entity, Going concern, Monetary unit, Periodicity, Accrual basis of
accounting
Prinsip dasar
Measurement, Revenue recognition, Expense recognition, Full disclosure
Constrain
Biaya, Materialitas
4. Masalah dalam konsep Measurement dalam akuntansi
Konsep pengukuran menurut kerangka konseptuan yang dikeluarkan IASB adalah proses
penentuan jumlah uang di mana unsur-unsur laporan keuangan harus diakui dan dibawa
dalam neraca dan laporan laba rugi. Ini melibatkan pemilihan dasar pengukuran tertentu.
Dalam hal pengukuran, konsep biaya historis menjadi masalah yang diperdebatkan hingga
saat ini, karena dianggap tidak relevan karena tidak mencerminkan nilai sebenarnya dari
suatu asset, karena nilai asset akan berubah seiring waktu dipengaruhi oleh factor seperti
perubahan tingkat harga, inflasi dan fluktuasi nilai tukar.
Menentukan bagaimana suatu aset atau liabilitas harus diukur idealnya dihubungkan
dengan tujuan yang dirasakan dari pelaporan keuangan tujuan umum. Menurut Kerangka
Konseptual IASB untuk Pelaporan Keuangan, untuk memenuhi persyaratan bahwa
informasi adalah 'keputusan yang berguna', informasi keuangan harus 'relevan' dan 'faithful
representatone' dan memungkinkan pembaca laporan keuangan membuat keputusan atas
alokasi sumber daya yang terinformasi.
Biaya historis memberikan perspektif yang lebih jelas tentang apa yang telah dilakukan
manajemen dengan dana yang dipercayakan kepadanya. Menunjukkan bagaimana dana
telah dilakukan yang digunakan adalah komponen utama dari sterwarship. Namun, ada
juga argumen bahwa dalam menilai pengelolaan, pihak yang berkepentingan tidak hanya
ingin tahu tentang jumlah asli yang dibelanjakan oleh manajer, tetapi juga tentang
bagaimana uang yang dihabiskan meningkat nilainya, dan biaya historis mungkin kurang
dalam hal ini. Sehingga menurut IASB ada berbagai basis pengukuran yang dapat
digunakan, termasuk:
Historical cost
Current cost
Realisable value
Present value
Deprival value
Standar akuntansi yang dikeluarkan oleh IASB, dan digunakan di banyak negara secara
global, menggunakan berbagai basis pengukuran atau disebut sebagai model pengukuran
akuntansi campuran. Sementara model pengukuran campuran memberikan fleksibilitas
untuk organisasi untuk memilih metode akuntansi yang paling efisien mewakili fakta yang
mendasarinya, tetapi mempunyai kelemahan yaitu membuat komparabilitas antar
organisasi menjadi sulit.
Sejumlah model alternatif telah disarankan. Misalnya, akuntansi daya beli saat ini (CPPA)
adalah salah satu model sebelumnya dikembangkan. CPPA didukung oleh sejumlah badan
akuntansi profesional selama 1960-an dan 1970-an, meskipun dukungan kemudian
bergeser ke fair value. CPPA menggunakan angka-angka yang dihasilkan oleh akuntansi
biaya historis sebagai dasar dari laporan keuangan, dan pada akhir setiap periode CPPA
menerapkan indeks harga, biasanya indeks harga umum, untuk menyesuaikan angka biaya
historis.
Model akuntansi lainnya adalah akuntansi biaya saat ini (CCA). Ini menggunakan
penilaian aktual dari aset, biasanya didasarkan pada biaya penggantian (replacement cost),
dan operasi pendapatan dihitung setelah mempertimbangkan biaya penggantian
(replacement cost) aset yang digunakan dalam siklus produksi dan penjualan. Aset
nonmoneter disesuaikan untuk memperhitungkan perubahan biaya penggantian
(replacement cost), dan biaya penyusutan juga disesuaikan berdasarkan perubahan biaya
penggantian (replacement cost).
Model akuntansi terakhir yang dipertimbangkan adalah Continuously Contemporary
Accounting (CoCoA). Salah satu tujuan utama CoCoA adalah untuk menyediakan
informasi tentang kapasitas entitas untuk beradaptasi dengan keadaan yang berubah,
dengan laba terkait langsung dengan perubahan kapasitas adaptif. Profit dihitung sebagai
jumlah yang dapat didistribusikan sambil mempertahankan modal adaptif tetap utuh.
Terakhir yang menjadi Issue saat ini terkait dengan perubahan nilai aset adalah akuntansi
fair value (nilai wajar). saat ini issue tentang fair value merupakan praktik yang
kontroversial di antara akuntan dan peneliti profesional, dan telah menghasilkan
perdebatan sengit tentang kelebihan dan kekurangannya. Namun, tampaknya issue ini akan
terus berkembang.