PENDAHULUAN
Diera tahun 70-an sampai tahun 80-an, masyarakat Indonesia berlomba-lomba masuk menjadi
pegawai negeri dengan tujuan untuk memperoleh pensiun di masa depan. Pensiun merupakan
dambaan memperoleh penghasilan stelah berakhir masa kerja seseorang dan masa itu masyarakat
masih berpikir bahwa pada usia menjelang pensiun adalah masa yang sudah tidak produktif lagi.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pilihan utama mereka terjun ke dunia kerja adalah
pegawai negeri, karena pegawai negerilah pada saat itu memberikan kepastian adanya pensiun.
Pemberian pensiun kepada para karyawannya bukan saja hanya memberikan kepastian
penghasilan di masa depan, tetapi juga ikut memberikan motivasi bagi para karyawannya untuk
lebih giat bekerja. Dengan memberikan program jasa pensiun para karyawan merasa aman.
Berkembangnya jasa pensiun dewasa ini telah menarik beberapa lembaga untuk mendirikan dana
pensiun. Hal ini disebabkan pengelolaan dana pensiun ini jika dilihat dari kaca mata bisnis sangat
menguntungkan. Dapat dibayangkan keuntungan yang akan diperoleh dari iuran yang diperoleh
tanpa bunga yang kemudian diinvestasikan kembali dalam bentuk berbagai bidang investasi.
B. RUMUSAN MAKALAH
1. Jelaskan pengertian dari dana pensiun konvensional dan dana pensiun syariah?
2. Bagaimana dasar hukum yang ditetapkan Indonesia tentang dana pensiun? Jelaskan!
3. Bagaimanakah sistem yang diterapkan dana pensiun kenvensional dan dana pensiun syariah?
4. Jelaskan perbedaan antara dana pensiun konvensional dan dana pensiun syariah?
C. TUJUAN MAKALAH
1. Agar pembaca makalah dapat mengetahui pengertian dana pensiun konvensional dan dana
pensiun syariah.
2. Memberikan informasi kepada pembaca bagaimana penegakan hukum dana pensiun tersebut.
3. Mahasiswa lebih memahami sistem-sistem yang dipakai antara dana pensiun konvensional dan
dana pensiun syariah.
4. Mahasiswa mampu membedakan antara dana pensiun konvensional dan dana pensiun syariah,
mana yang mampu memberikan manfaat untuk masyarakat sesuai hukum islam.
BAB II
PEMBAHASAN
DANA PENSIUN
Dana pensiun adalah sekumpulan aset yang dikelola dan dijalankan oleh suatu lembaga untuk
menghasilkan suatu menghasilkan suatu manfaat pensiun, yaitu suatu pembayaran berkala yang
dibayarkan kepada peserta pada saat dan dengan cara yang ditetapkan dalam ketentuan yang
menjadi dasar penyelenggaraan program pensiun. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun dinyatakan dana pensiun adalah badan hukum yang
mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. Dari definisi di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa dan pensiun merupakan lembaga atau badan hukumyang mengelola
program pensiun, yang dimaksudkan untuk memberikan kesejahteraan kepada karyawan suatu
perusahaan, terutama yang telah pensiun. Penyelenggaraan program pensiun tersebut dapat
dilakukan oleh pemberi kerja atau diserahkan kepada lembaga-lembaga keuangan yang
menawarkan jasa pengelolaan program pensiun, misalnya bank-bank umum atau perusahaan
asuransi jiwa. Selain itu, dana pensiun merupakan sarana penghimpun dana guna meningkatkan
kesejahteraan pesertanya serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam melestarikan
pembangunan nasional yang meningkat dan berkelanjutan.
Dana pensiun syariah adalah dana pensiun yang dikelola dan dijalankan berdasarkan prinsip
syariah. Pertumbuhan lembaga keuangan syariah di Indonesia, secara lambat tetapi pasti juga
mendorong perkembangan dana pensiun yang beroperasi sesuai dengan prinsip syriah. Samapai
saat ini dan pensiun syariah berkembang pada Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) yang
dilaksanakan oleh beberapa bank dan asuransi syariah. Kondisi ini memang menunjukkan
lambannya pertumbuhan dana pensiun syariah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
keterbatasan regulasi; keterbatasan intrumen investasi, belum jelasnya model tata kelola dana
pensiun syariah serta kurangnya sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya dana pensiun syariah.
Sistem pendanaan suatu program pensiun memungkinkan terbentuknya akumulasi dana yang
dibutuhkan untuk memelihara kesinambungan penghasilan peserta program pada hari tua.
Keyakinan akan adanta kesinambungan penghasilan tersebut menimbulkan ketentraman kerja
sehingga akan menimbulkan motivasi kerja karyawan, yang pada gilirannya diharapkan akan
meningkatkan produktivitas.
Selanjutnya, meningkat manfaat program pensiun yang begitu besar, baik bagi peserta maupun
bagi masyarakat luas, maka upaya pengembangan penyelenggaraan program pensiun selama ini
telah didukung oleh pemerintah melalui peraturan perundangan di bidang perpajakan, yaitu dengan
pemberian fasilitas penundaan pajak (penghasilan) sebagaimana tertuang dalam Pasal 4 ayat (3)
huruf h UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang lengkapnya sebagai berikut:
“Iuran yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang disetujui Menteri Keuangan, baik yang
dibayar oleh Pemberi Kerja maupun oleh Karyawan dan penghasilan dana pensiun dari modal yang
ditanamkan dalam bidang-bidang tertentu berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan tidak
termasuk dari objek pajak.”
Sebelum diundangkannya UU No. 11 Tahun 1992 program pensiun dengan pemupukan dana
diselenggarakan oleh pemberi kerja berdasarkan Arbeidersfonds Ordonantie (Staatsblad Tahun 1926
No. 377), yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Pasal 1601 (s) bagian kedua KUHP. Hal ini
disebabkan tidak adanya ketentuan yang mengatur hal-hal mendasar dalam rangka pemenuhan hak
dan kewajiban para pihak penyelenggaraan program pensiun, serta mengenai pengelolaan,
kepangurusan, pengawasan dan sebagainya. Di samping itu, kelembgaan yayasan, yang dalam
peraktik dipergunakan sebagai wadah untuk menyelenggarakan program pensiun, mengundang
pula berbagai kelemahan.
Dengan diundangkannya UU No. 11 tahun 1992 didasarkan tentang dana pensiun ini diharapkan
pembentukan Dana Pensiun di Indonesia akan semakin tumbuh pesat, tertib dan sehat sehingga
membawa manfaat nyata bagi peningkatan kesejahteraan masyrakat.
1. Asas keterpisahan kekayaan dana pensiun dari kekayaan badan hukum pendirinya.
2. Asas penyelenggaraan dalam sistem pendanaan.
3. Asas pembinaan dan pengawasan.
4. Asas penundaan manfaat.
5. Asas kebebasan untuk mebentuk atau tidak membentuk dana pensiun.
Menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 1992, Dana Pensiun dapat digolongkan ke dalam
beberapa jenis yaitu:
DPLK adalah dana pensiun yang dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa untuk
menyelenggarakan program pensiun iuran pasti bagi perseorangan, baik karyawan maupun pekerja
mandiri yang terpisah dari DPPK bagi karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa yang
bersangkutan. Bagi masyarakat pekerja mandiri seperti dokter, petani, nelayan, dan lain sebagainya
dimungkinan pula bagi para karyawan di suatu perusahaan untuk memanfaatkan DPLK sesuai
dengan kemampuannya. Pendiri DPLK oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa harus mendapatkan
pengesahan dari Menteri Keuangan.
Sejalan dengan ditetapkannya UU No. 11 Tahun 1992 tersebut di atas, maka bagi orang atau
badan usaha yang akan menyelenggarakan program pensiun dapat memilih beberapa alternatif
sebagai berikut:
Pada PPMP, besar manfaat pensiun ditentukan berdasarkan rumus tertentu yang telah
ditetapkan di awal. Rumus tersebut biasanya dikaitkan dengan masa kerja dan besar penghasilan
kita. Kelebihan dan kekurangan program ini antara lain:
a. Kelebihan:
1. Besar manfaat pensiun mudah dihitung;
2. Lebih memberikan kepastian kepada peserta;
3. Risiko investasi dan mortalitas ditanggung oleh peserta.
b. Kekurangan:
1. Beban biaya mudah berfluktuasi;
2. Nilai hak pesrta sebelum pensiun tidak mudah ditentukan.
2. Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP)/Defined Contribution Plan.
Pada PPIP, besar hasil pensiun sangat tergantung pada besar iuran yang disetor dan hasil
pengembangan dana. Besar iuran baik dari pemberi kerja maupun peserta ditetapkan dalam
Peraturan Dana Pensiun. Kelebihan dan kekurangan program ini antara lain:
a. Kelebihan:
1. Beban biaya stabil dan mudah diperkirakan;
2. Nilai hak peserta setiap saat mudah ditetapkan;
3. Risiko investasi dan mortalitas ditanggung oleh peserta.
b. Kekurangan:
1. Besar manfaat pensiun tidak mudah ditenukan:
2. Lebih sulit memperkirakan besar penghargaan untuk masa kerja lampau.
Untuk mendirikan dana pensiun, pemberi kerja bisa datang langsung ke Biro Dana Pensiun
Bapepam LK, Departemen Keuangan RI. Apabila seluruh persyaratan permohonan telah lengkap dan
sesuai ketentuan, Menteri Keuangan akan mengesahkan dana pensiun tersebut dalam waktu tujuh
hari kerja. Pelayanan pengesahan pembentukan dana pensiun ini merupakan salah satu SOP
layanan unggulan/quick win dalam rangka reformasi birokrasi di Departemen Keuangan. Hal yang
perlu dipertibangkan untuk penetapan bentuk dana pensiun antara lain:
1. Kemampuan finansial. Bagi yang mengharapkan program manfaat pasti, kemampuan finansial
pemberi kerja perlu menjadi pertimbangan utama.
2. Biaya. Penyelengaraan dana pensiun, baik DPPK maupun DPLK membutuhkan. Setiap calon
peserta perlu mempertimbangkan besar biaya yang dibebankan kepadanya, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Calon peserta peserta perlu membandingkan biaya yang
dibebankan kepadanya dengan manfaat dan jasa yang akan diperoleh dari dana pensiun.
3. Waktu. Ketika kita bermaksud untuk mempersiapkan kesinambungan penghasilan di hari tua,
kita sebenarnya berkejaran dengan waktu. Semakin panjang masa menggiur kita, kemungkinan
semakin besar pula akumulasi dana yang dapat kita kumpulkan untuk hari tua (khususnya untuk
peserta PPIP).
Pendanaan suatu program pensiun, apakah dalam rangka memenuhi ketentuan atau untuk
tujuan pengelolaan manajemen keuangan, akan menyebabkan terjadinya akumulasi kekayaan, yang
nantinya digunakan untuk membayar manfaat pensiun dan biaya administrasi. Penggunaan secara
produktif atas kekayaan dana pensiun akan mengurangi biaya-biaya langsung suatu program
pensiun manfaat pasti dan meningkatkan manfaat pensiun yang dapat dibayarkan bagi pensiun
iuran pasti. Dengan tingkat iuran tertentu, penghasilan investasi memegang peranan penting untuk
meningkatkan peranan manfaat pensiun, yaitu jaminan hak manfaat peserta yang telah terkumpul
pada akhirnya akan terpenuhi. Oleh karena itu manajemen kekayaan dana pensiun merupakan
masalah utama bagi pihak sponsor maupun lembaga pengawas, yang memiliki beban tanggung
jawab untuk melindungi kepentingan karyawan atau peserta program pensiun dan anggota keluarga
yang berhak memperoleh manfaat pensiu. Dana pensiun, sebagaimana sifat usahanya berkaitan
dengan, dan melibatkan banyak orang sehingga operasi dana pensiun di berbagai negara diawasi
dengan berbagai peraturan oleh lembaga-lembaga pemerintah yang ditugaskan untuk itu.
Dana pensiun, terutama dana pensiun besar, biasanya mengembangkan suatu kebijakan
investasi secara tertulis dalam pengelolaan kekayaannya. Kebijakan investasi tersebut kemudian
dibicarakan dengan manajer investasinya, yang secara periodik dapat diubah dan disesuaikan
dengan keadaan perekonomian dan perkembangan pasar modal atau dengan peraturan
pemerintah. Tidak semua program pensiun memiliki suatu kebijakan investasi formal, kalaupun ada,
biasanya relatif sederhana dan tidak lengkap. Banyak pendiri dana pensiun mendelegasikan
pelaksanaan pengembangan kebijakan investasinya. Kepada perusahaan investasi (investment
company) atau perusahaan asuransi.
c. Jenis-Jenis Investasi
Pada prinsipnya dana pensiun dapat melakukan investasi dalam berbagai bentuk. Namun,
kebebasan investasi dana pensiun biasanya tetap dibatasi oleh ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan oleh lembaga pengawas. Portofolio investasi dana pensiun umumnya didominasi dalam
bentuk saham, obligasi jangka menengah-panjang, intrumen pasar uang, kontrak anuitas grup, dan
jenis investasi konvensional lainnya. Porsi yang relatif lebih kecil diinventasikan dalam real estate,
mortgage, surat-surat berharga asing, dan instrumen investasi baru yang dapat menawarkan
prospek yang lebih tinggi daripada keuntungan rata-rata. Dana pensiun di Indonesia belum
diperkenakan melakukan investasi dalam surat-surat berharga yang diterbitkan di luar negeri.
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK. 010/2008 tentang Investasi Dana
Pensiun dapat melakukan investasi dananya pada:
Bagi dana pensiun yang beroperasi secara syariah, maka kebijakan investasi harus memenuhi
prinsip-prinsip syariah. Investasi hanya boleh dilakukan pada instrumen-instrumen yang dibenarkan
menurut Fatwa DSN-MUI. Dana pensiun syariah harus mengelola dan menginvestasikan dananya
pada portofolio instrumen syariah. Hampir seluruh investasi yang ditentukan oleh Peraturan
Menteri Keuangan di atas sudah tersedia dalam bentuk instrumen syariah.
Kebijakan investasi dana pensiun syariah di samping terpenuhinya prinsip syariah juga minimal
mencakup komponen:
1. Tingkat keuntungan (rate of return), yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
dengan memaksimalkan keuntungan dengan memerhatiakan keamanan dana dan kebutuhan
likuiditas.
2. Risiko yang dapat diterima, yaitu penentuan jumlah risiko yang mungkin dihadapi dalam kegitan
investasi.
3. Kebutuhan likuiditas, dana pensiun membutuhkan likuiditas lebih kecil, apabila ada kebutuhan
likuiditas khusus, maka perlu ditetapkan dalam pedoman kebijakan investasi.
4. Diversifikasi yang merupakan metode untuk mencapai tingkat keuntungan yang diinginkan,
menjaga berkurangnya dana dari risiko investasi, dan memenuhi kebutuhan likuiditas.
Diversifikasi portofolio dapat dilakukan dengan menggunakan jenis kekayaan, sektor dan
likuiditas perangkat aset yang akan dijadikan sebagai instrumen investasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA