CARL ROGERS
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kepribadian
yang dibina oleh Muh. Anwar Fu’ady, S.Psi, MA
Oleh:
Isnaini HardaningTyas (18410013)
Amilia Dwi Yanti (18410084)
Umi Salsabillah (18410136)
M. Zacky Maulana Arr (18410193)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
SEPTEMBER 2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Segala puji hanya layak untuk Allah SWT atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah “Psikologi Humanistis Eksistensial II: Carl
Rogers”
Dalam penyusunannya, penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Muh.
Anwar Fu’ady, S.Psi, MA yang telah memberikan dukungan, kasih, dan
kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal,
semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada
langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari tugas makalah “Psikologi Humanistis
Eksistensial II: Carl Rogers” ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun
manusia selalu tak luput dari kekhilafan serta kesalahan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tugas makalah ini dapat
lebih baik lagi.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan
pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered).
Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya sebagai
terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan pendekatan
Freud, namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena
Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat.
Dengan kata lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses
perkembangan hidup alamiah, sementara penyakit jiwa, kejahatan, dan
persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari
kecenderungan alamiah.
Oleh karena setiap tokoh memiliki pendapat yang berbeda-beda
dalam mengartikan kepribadian itu sendiri . penulis didalam makalah ini
hanya akan fokus membahas teori-teori kepribadian yang berasal dari carl
rogers agar lebih terfokus dan mudah dipahami.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Bagaimana Kepribadian menurut Rogers?
2) Bagaimana Konsep Utama dari Teori Client Centered Rogers?
3) Bagaimana Psikoterapi berpusat pada Klien?
4) Bagaimana Penelitian dan Kritik terhadap Rogers?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1) Menjelaskan Kepribadian menurut Rogers.
2) Menjelaskan Konsep Utama dari Teori Client Centered Rogers.
3) Menjelaskan Psikoterapi berpusat pada Klien.
4) Menjelaskan Penelitian dan Kritik terhadap Rogers.
BAB II
PEBAHASAN
b) Struktur kepribadian
1. Organisme
Pengertian organisme mencakup 3 hal :
- Makhluk hidup : organisme adalah makhluk lengkap dengan
fusngsi fisik dan psikologisnya.
- Realitas subyektif : organisme menanggapi dunia seperti apa yang
diamatinya. Realita adalah medan persepsi yang sifatnya subyektif,
bukan fakta benar-salah. Realita seperti inilah yang membenuk
perilaku.
- Holisme : organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga
perubahan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian yang lain.
2. Medan fenomena
Adalah segala pengalaman yang disadari atau tidak, internalmaupun
eksternal. Medan fenomea adalah seluruh pengalamanpribadi
seseorang sepanjang hidupnya di dunia, sebagaimana persepsi
subyektifnya.
3. Self
Self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdiferensiasikan dan
terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau
“me”.
Self mempunyai bermacam-macam sifat:
a) Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungan.
b) Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan
mengamatinya dalam cara (bentuk) yang tidak wajar.
c) Self mengejar (menginginkan) consistency (keutuhan/kesatuan,
keselarasan).
d) Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras (consistent)
dengan self.
e) Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan stuktur self
diamati sebagai ancaman.
f) Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan (maturation)
dan belajar.
d) Kesimpulan
Berdasarkan pengalaman klinisnya, Rogers sampai pada kesimpulan
bahwa dalam diri setiap manusia terdapat sebuah inti yang secara esensial
memiliki tujuan, bergerak maju, konstruktif, realistis dan dapat
diandalkan. Dia lebih melihat manusia sebagai kekuatan energi aktif yang
berorientasi pada tujuan-tujuan masa depan bagi dirinya daripada
memandang manusia sebagai makhluk ciptaan yang dipaksa oleh kekuatan
yang berada di luar dirinya. Rogers beranggapan bahwa kekuatan-
kekuatan yang memimpin perilaku manusia ada di dalam diri manusia itu
sendiri dan apabila kondisi-kondisi sosial tidak mengubahnya kekuatan-
kekuatan tersebut akan mengarahkan manusia menuju perkembangan yang
positif. Rogers percaya bahwa manusia mempunyai kecenderungan
bawaan untuk mengaktualisasi diri yang apabila dibebaskan menyebabkan
manusia berusaha untuk kesempurnaan dirinya. Secara singkat bisa
dikatakan bahwa Rogers memiliki penghargaan profan dalam memandang
manusia.
b) Teknik terapi
Tidak ada metode atau teknik yang spesifik. Karena client centered
therapy menitikberatkan pada sikap-sikap terapis. Namun ada beberapa teknik
dasar yang harus dimiliki terapis yaitu mendengarkan klien yang aktif,
merefleksikan perasaan klien dan kemudian menjelaskannya.
Penekan teknik dalam pendekatan ini adalah pada kepribadian, keyakinan
dan sikap-sikap terapis serta hubungannya dengn terapeutik. Dalam teknik client
centered yaitu pengungkapan dan komunikasian penerimaan, respek dan pengertia
serta berbagi upaya dengan klien dalam mengembangkan kerangka acuan internal
dengn memikirkan, merasakan dan mengeksplorasi.
Periode perkembangan terapi client centered (1970) membagi
perkembangan teori Rogers ke dalam tiga periode yaitu :
a. Periode I (1940-1950) :
Psikoterapi nondirektif, dimana menekankan penciptaan iklim
permisif dan nondirektif. Peerimaan dan klasifikai sebagai
tekniknya
b. Periode II (1950-1957) :
Psikoterapi reflektif. Terapi merefleksikan perasaan-perasaan klien
dan menghindari ancaman dalam hubungannya dengan klien
lainnya. Klien diharapkan mampu mengembangkan keselarasan
antara konsep diri dan konsep diri ideal.
c. Periode III (1957-1970) :
Terapi eksperiensial. Tingkah laku yang luas terapis yang
mengungkapkan sikap-sikap dasarnya yang menandai pendekatan
ini. Terapis difokuskan pada apa yang sedang dialami klien dan
pengungkapan oleh terapis.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itulah penulis mengharapkan kritik dan saran
untuk pengembangan makalah agar menjadi lebih baik.
C.
DAFTAR PUSTAKA