Propma 2016
Propma 2016
Aspal adalah material berwarna hitam atau coklat tua. Pada temperatur ruang berbentuk
padat sampai agak padat, jika dianaskan sampai temperatur tentu dapat menjadi lunak / cair
sehingga dapat membungkus partikel agregat pada waktu pembuatan campuran aspal beton atau
sapat masuk kedalam pori-pori yang ada pada penyemprotan/ penyiraman pada perkerasan
macadam atau pelaburan.
Aspal alam ada yang diperoleh di gunung-gunung seperti aspal di pulau buton, dan ada pula
yang diperoleh di pulau Trinidad berupa aspal danau. Aspal alam terbesar di dunia terdapat di
Trinidad, berupa aspal danau. Indonesia memiliki aspal alam yaitu di Pulau Buton, yang terkenal
dengan nama Asbuton (Aspal Pulau Buton). Penggunaan asbuton sebagai salah satu material
perkerasan jalan telah dimulai sejak tahun 1920, walaupun masih bersifat konvensional. Asbuton
merupakan batu yang mengandung aspal. Asbuton merupakan material yang ditemukan begitu
saja di alam, maka kadar bitumen yang dikandungnya sangat bervariasi dari rendah sampai
tinggi.
Produk asbuton dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :1) Produk asbuton yang masih
mengandung material filler, seperti asbuton kasar,asbuton halus,asbuton mikro, dan butonite
mastik asphalt.2) Produk asbuton yang telah dimurnikan menjadi aspal murni melalui proses
ekstrasi atau proses kimiawi
Berdasarkan bentuknya:
aspal yang digunakan dalam keadaan panas dan cair, pada suhu ruang berbentuk padat
*) Aspal keras pada suhu ruang (250 – 300 C) berbentuk padat
*) Aspal keras dibedakan berdasarkan nilai penetrasi (tingkat kekerasannya)
*) Aspal keras yang biasa digunakan :
- AC Pen 40/50, yaitu aspal keras dgn penetrasi antara 40 – 50
- AC pen 60/70, yaitu aspal keras dgn penetrasi antara 60 – 79
- AC pen 80/100, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 80 – 100
- AC pen 200/300, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 200-300
*) Aspal dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas, volume lalu lintas tinggi.
*) Aspal dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca dingin, lalu lintas rendah.
*) Di Indonesia umumnya digunakan aspal penetrasi 60/70 dan 80/100.
aspal yang digunakan dalam keadaan dingin dan cair, pada suhu ruang berbentuk cair
*) Aspal cair merupakan campuran aspal keras dengan bahan pencair dari hasil penyulingan
minyak bumi
*) Pada suhu ruang berbentuk cair
*) Berdasarkan bahan pencairnya dan kemudahan penguapan bahan pelarutnya, aspal cair
dibedakan atas :
1. RC (Rapid curing cut back )
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan bensin (premium), RC
merupakan curback asphal yang paling cepat menguap.
RC cut back asphalt dugunakan sebagai:
- Tack coat (Lapis perekat)
- Prime Coat (Lapis resap pengikat)
2. MC (Medium Curing cut back)
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan minyak tanah (Kerosine). MC merupakan
cutback aspal yang kecepatan menguapnya sedang.
3. SC (Slow Curing cut back)
Merupakan aspal keras yang dilarutkan dengan solar, SC merupakan cut back asphal yang paling
lama menguap.
SC Cut back asphalt digunakan sebagai:
- Prime coat
- Dust laying (lapis pengikat debu)
Cut back aspal dibedakan berdasarkan nilai viscositas pada suhu 600 (makin kental)
ex :
RC 30 – 60 MC 30 – 60 SC 30 – 60
RC 70 – 140 MC 70 – 140 SC 70 - 140
aspal yang disediakan dalam bentuk emulsi dandigunakan dalam kondisi dingin dan cair
*) Aspal emulsi adlah suatu campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi
*) Emulsifer agent merupakan ion bermuatan listrik (Elektrolit), (+) Cation ; (-) Annion
*) Emulsifer agent berfungsi sebagai stabilisator
*) Partikel aspal melayang-layang dalam air karena partikel aspal diberi muatan listrik.
*) Berdasarkan muatan listriknya, aspal emulsi dapat dibedakan atas ;
1. Kationik,
disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal emulsi yang bermuatan arus listrik posirif
2. Anionik,
disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal emulsi yang bermuatan negatif
3. Nonionik,
merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi, berarti tidak mengantarkan listrik.
*) Yang umum digunakan sebagai bahan perkerasan jalan adalah aspal emulsi anionik dan
kationik.
*) Berdasarkan kecepatan pengerasannya aspal emulsi dibedakan atas
- Rapid Setting (RS), aspal yang mengandung sedikit bahan pengemulsi sehingga pengikatan
cepat terjadi. Digunakan untuk
Tack Coat
- Medium Setting (MS), Digunakan untuk Seal Coat
- Slow Seeting (SS), jenis aspal emulsi yang paling lambat menguap, Digunakan Sebagai
Prime coat
Aspal Buton
Aspal buton merupakan aspal alam yang berasal dari pulau buton, Indonesia.
Aspal ini merupakan campuran antara bitumen dengan bahan mineral lainnya dalam bentuk
bantuan.
Karena aspal buton merupakan bahan alam maka kadar bitumennya bervariasi dari rendah
sampai tinggi.
Berdasarkan kadar bitumennya aspal buton dibedakan atas B10, B13, B20, B25, dan B30 (Aspal
Buotn B10 adalah aspal buton dengan kadar bitumen rata-rata 10%)
3. a. Jenis – jenis, sifat dan fungsi dari senyawa gabungan pembentuk semen
viation
1. The silicates, C S and C S are the most important compounds, which are
3 2
responsible for the strength. C S contributes most to the strength development
3
during the first four weeks but C S influences the later in strength.
2
- Semen
Dalam pembuatan beton, semen akan dicampur air untuk membentuk pasta. Semen memiliki
beberapa tipe yaitu tipe I, II, III, IV dan V. Tipe-tipe semen tersebut diurutkan berdasarkan
kekuatan awalnya dalam merekatkan suatu bangunan yang dibentuk. Semen yang digunakan
dalam pembutan beton adalah semen hidrolik. Semen hidrolik adalah jenis semen yang bereaksi
dengan air dan membentuk suatu batuan massa. Semen hidrolik juga terdiri dari beberapa jenis,
seperti semen semen portland, semen portland abu terbang, semen portland putih, dll.
- Air
Air mempunyai peranan yang cukup penting dalam pembuatan beton, karena
berpengaruh terhadap sifat-sifat beton, sifat-sifat yang berpengaruh adalah kemudahan
pengerjaan (workability) dan penyusutan. Selain itu tujuan utama pemakaian air adalah untuk
proses hidrasi, yaitu rekasi antara semen dan air yang mengahasilkan campuran keras setelah
bebrapa waktu tertentu. Setelah pengecoran air juga berguna untuk perawatan (curing) guna
menjamin proses pengerasan yang sempurna.
b. Apa yang dimaksud dengan Admixtures dan bagaimana bila Admixtures digunakan
pada campuran beton?
Admixtures is materials that are added in small amounts to the concrete (usually less than
1 % by weight of the cement) and dissolved in the mixing water are known generically as
chemical admixtures. The main influence of chemical admixtures is on the properties of the
fresh concrete.
Jenis Admixtures:
These Admixtures delay the setting of the concrete by slowing down the early hydration
reaction and the rate of early strength development.
The Admixture are use in hot weather condition to offset the acceleration of setting cause by
the higher temperature.
These Admixtures accelerate the rate of setting of the concrete by accelerating the rates
of early hydration reaction. This effect influences not only the hydration reaction during the
setting period, but it lasts also into the hardening stage, thus leading to higher early strength
gain.
These Admixtures as their name implies, are also surfactant which act at the air-water
interface. Air-entraining Admixtures also improves the workability of the concrete by the
generating a mix with improve flow properties (higher slump) and reduced segregation. The
presence of the air, however, leads to some reduction in strength which may be in range of 10
% to 20 %, depending on the content and dispersion of the air bubbles.
Dua sifat fisik penting dari kayu, yang mempengruhi strength (kekuatan) dan durability
(keawetan) dari kayu adalah:
Weight of wood
- Misture content (kandungan air) Moisture content = ------------------------ x 100 %
- Spesific gravity dan Density
Ovendry weight
Ws
Dimana : Ws = ovendry weight
Spesifc Gravity = -------------- [kg/dm3] a [ton/m3]
Ww = density of wood
Ww x V
V = volume of green wood
6. Jenis – jenis Defect (Cacat Pada Kayu):
Knots
Knots are common types of natural defects. As the tree increases in diameter it covers the
bases of the lateral branches. The portions of the branches enclosed within the wood are called
knots. If the branches are alive at the time of inclusion, their tissues are continuous with main
stem of the trees are called live knots. But when a branch dies and a part of it is gradually
covered by the live tissues of the wood is called dead knots.
Classification of Knots:
Checks
Checks are a separation of the wood normally occurring across or through the rings of annual
growth and usually as a result of seasoning. Surface checks are failures that usually occur in the
wood rays on the flatsawn faces of boards.
Checks occur because drying stresses exceed the tensile strength of the wood perpendicular
to the grain, and they are caused by tension stresses that develop in the outer part, or shell, of
boards as they dry around the still wet and swollen core. Surface checks can also occur in resin
ducts and mineral streaks. Surface checks usually develop early in drying because the lumber
surfaces dry too quickly as a result of low relative humidity.
Shake
Shakes are a defined lengthwise separation of the wood along the grain, usually occurring
between or through the rings of annual growth. A surface shake occurs on only one surface,
while a through shake extends from one side to the opposite or adjoining side of the piece.
Shakes are natural occurring defects in standing trees caused by a lengthwise separation of
latewood fibers. Shakes were once thought to be caused by external stress factors such as wind
and temperature extremes (often called wind shakes); however, research has found that a
bacterium is the true cause of shake. The bacteria that causes shake enter the trees through the
roots and not through the stem. The bacterium belongs to the clostridium genus and is often
accompanied by an unpleasant odor.
Split
Splits are a separation of the wood through the piece to the opposite surface or to an
adjoining surface due to the tearing apart of the wood cells. Splits in wood are sometimes the
result of the drying process or the dry kiln. Splits caused by drying extend across one or more
growth rings (radial direction). Many splits extend parallel to the growth ring, as in the case of
mechanical damage, while some splits run at various angles to the grain and growth rings.
7. Dua jenis baja berdasarkan kekuatan, sifat – sifatnya dan penggunaannya dalam konstruksi
Teknik Sipil
Composotion :
- Carbon :
untuk tebal atau diameter < 20 mm, max 0,23 %
untuk tebal atau diameter > 20 mm, max 0,25 %
- Shulphur = 0,055 %
- Phosporous = 0,055 %
Sifat – sifatnya :
- Warna gelap
- Ductile dan mallable (mudah dibentuk)
- Dapat/mudah dilas dan dilubangi
- Mempunyai kekuatan yang hampir sama dalam menahan tarik, tekan dan geser.
- Berat jenis = 7,8
Kegunaan :
Composition :
- Carbon = 0,8 %
- Magnesium = 0,6 %
- Silikon = 0,2 %
- Sulphur = 0,05 %
- Phorphorour = 0,5 %