Anda di halaman 1dari 224

KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN DAN JAMINAN SOSIAL

KEPUTUSAN
DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN
DAN JAMINAN SOSIAL
NOMOR : 03/LJS/01/2019

TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN BANTUAN SOSIAL
NON TUNAI PROGRAM KELUARGA HARAPAN TAHUN
2019

DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN


DAN JAMINAN SOSIAL,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan bantuan


sosial non tunai Program Keluarga Harapan
Tahun 2019 agar sesuai dengan mekanisme
kerja yang telah ditetapkan;
b. bahwa dalam rangka penyaluran bantuan
sosial non tunai Program Keluarga Harapan
agar tepat sasaran, tepat waktu, tepat
jumlah, dan tepat administrasi;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a,
dan huruf b diatas maka perlu menetapkan
Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Sosial
Non Tunai Program Keluarga Harapan
Tahun 2019.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008
tentang Kementerian Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4916);
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009
tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4967);
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011
tentang Penanganan Fakir Miskin (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5038);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan
Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5294);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2013
tentang Pelaksanaan Upaya Penanganan
Fakir Miskin melalui Pendekatan Wilayah
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 5449);
6. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015
tentang Organisasi Kementerian Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 8);
7. Peraturan Presden Nomor 46 Tahun 2015
tentang Kementeran Sosal (Lembaran
Negara Republk Indonesa Tahun 2015
Nomor 86);
8. Peraturan Presden Nomor 63 Tahun 2017
tentang Penyaluran Bantuan Sosal Secara
Non Tuna (Lembaran Negara Republk
Indonesa Tahun 2017 Nomor 156);
9. Peraturan Menter Keuangan Nomor 254/
PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan
Sosal pada Kementeran Negara/Lembaga
(Berta Negara Republk Indonesa Tahun
2015 Nomor 2047) sebagamana telah dubah
dengan Peraturan Menter Keuangan Nomor
228/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas
Peraturan Menter Keuangan Nomor 254/
PMK.05/2016 tentang Belanja Bantuan
Sosal (Berta Negara Republk Indonesa
Tahun 2016 Nomor 2147);
10. Peraturan Menter Keuangan Republk
Indonesa Nomor 214/PMK.02/2017 Tentang
Pengukuran dan Evaluas Knerja Anggaran
Atas Pelaksanaan Rencana Kerja Dan
Anggaran Kementeran Negara/Lembaga;
11. Peraturan Menter Sosal Nomor 20 Tahun
2015 tentang Organsas dan Tata Kerja
Kementeran Sosal sebagamana telah
dubah dengan Peraturan Menter Sosal
Nomor 14 Tahun 2017 tentang Perubahan

v
Atas Peraturan Menter Sosal Nomor 20
Tahun 2015 tentang Organsas dan Tata
Kerja Kementeran Sosal (Berta Negara
Republk Indonesa Tahun 2017 Nomor
1125);
12. Peraturan Menter Sosal Nomor 10 Tahun
2016 tentang Mekansme Penggunaan Data
Terpadu Program Penanganan Fakr Mskn
(Berta Negara Republk Indonesa Tahun
2016 Nomor 705);
13. Peraturan Menter Sosal Republk Indonesa
Nomor 1 Tahun 2018 tentang Program
Keluarga Harapan (Berta Negara Republk
Indonesa Tahun 2018 Nomor 187).

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : Keputusan Drektur Jenderal Perlndungan


dan Jamnan Sosal Tentang Petunjuk
Tekns Penyaluran Bantuan Sosal Non
Tuna Program Keluarga Harapan Tahun
2019;
KESATU : Pelaksanaan penyaluran bantuan sosal non
tuna PKH Tahun 2019 dlaksanakan secara
terkoordnas antara Pemerntah Pusat,
Provns dan Kabupaten/Kota;
KEDUA : Petunjuk Tekns n sebaga Pedoman bag
Sumber Daya Program Keluarga Harapan d
Pusat maupun d Daerah dalam pelaksanaan

v
penyaluran bantuan sosal non tuna
Program Keluarga Harapan;
KETIGA : Petunjuk Tekns n sebaga Pedoman bag
Lembaga Bayar d Tngkat Pusat, Kantor
Wlayah, Kantor Cabang, dan Agen Bank;
KEEMPAT : Keputusan Drektur Jenderal Perlndungan
dan Jamnan Sosal n mula berlaku sejak
tanggal dtetapkan, dengan ketentuan apabla
dkemudan har terdapat kekelruan dalam
Keputusan n, akan dadakan perbakan
seperlunya.

Dtetapkan d : Jakarta
Pada tanggal : 9 Januar 2019
Drektur Jenderal
Perlndungan dan Jamnan Sosal,

Harry Hkmat

Salnan Keputusan n dsampakan kepada Yth:


1. Menter Sosal;
2. Sekretars Jenderal Kementeran Sosal;
3. Inspektur Jenderal Kementeran Sosal;
4. Sekretars Dtjen Perlndungan dan Jamnan Sosal;
5. Kepala Dnas/Instans Sosal Provns se-Indonesa;
6. Hmpunan Bank Mlk Negara (Hmbara).

v
KATA PENGANTAR

Puj syukur kam panjatkan kepada Allah SWT, akhrnya


buku Petunjuk Tekns Penyaluran Non Tuna Program
Keluarga Harapan Tahun 2019. Penyaluran bantuan sosal
Program Keluarga Harapan (PKH) secara non tuna dlakukan
dalam rangka mendukung program keuangan nklusf d
Indonesa, khususnya dalam membangun sstem pembayaran
Government-to-People. Berkatan dengan hal tersebut,
Kementeran Sosal (Kemensos), selaku pelaksana program
PKH, bekerjasama dengan Hmbara, sebaga Bank penyalur,
menyalurkan dana bantuan kepada Keluarga Penerma
Manfaat.
Buku Petunjuk Tekns n dsusun sebaga tndak lanjut
dar Perjanjan Kerja Sama antara Kementeran Sosal dengan
Hmbara untuk memberkan kejelasan dalam pelaksanaan
penyaluran bantuan sosal PKH secara non tuna melalu
perbankan. Selanjutnya Petunjuk Tekns n juga menjelaskan
peran masng-masng phak dalam penyaluran bantuan sosal
PKH secara non-tuna, mula dar kebjakan, alur kerja, prnsp
umum, tekns operasonal dan sapa yang bertanggung jawab.
Buku n dharapkan dapat menjad pedoman bersama antara
Bank penyalur, bak d pusat maupun d daerah, seluruh unt
terkat d lngkungan Kementeran Sosal dan Dnas Sosal
Provns dan Kabupaten/Kota.
Dalam pelaksanaan penyusunan buku Jukns perubahan
pertama melbatkan Bank Indonesa, Hmbara, Otortas Jasa
Keuangan dan Kemensos. Secara khusus, Bank Indonesa

xi
dan OJK memberkan perhatan terkat penyaluran dana
bantuan sosal PKH dan persyaratan yang harus dpenuh
dalam pembukaan rekenng.
Akhr kata, Kemensos menyampakan ucapan terma
kash dan penghargaan yang setngg-tnggnya kepada
semua phak yang telah berkontrbus terhadap penyusunan
Buku Petunjuk Tekns Penyaluran Bantuan Sosal Non
Tuna Program Keluarga Harapan. Semoga buku n dapat
mendukung suksesnya penyaluran bantuan sosal non-tuna
Program Keluarga Harapan.

Jakarta, 9 Januar 2019


Drektur Jenderal
Perlndungan dan Jamnan Sosal,

Harry Hkmat

xv
ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................... i


Daftar Isi ..................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................ 1
B. Tujuan .................................................................. 2
C. Manfaat ................................................................. 2
D. Prinsip Umum ........................................................ 3

BAB II PENYALURAN BANTUAN SOSIAL NON TUNAI


PROGRAM KELUARGA HARAPAN
A. Kebijakan Program Keluarga Harapan .................... 5
1. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2017 ........ 5
2. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2018......................................... 6
3. Tujuan Program Keluarga Harapan..................... 6
4. Sasaran Penerima Program Keluarga Harapan
dan Wilayahnya ................................................ 7
5. Kriteria Penerima Bantuan Sosial Program
Keluarga Harapan............................................... 7
6. Definisi............................................................... 8
B. Alur Kerja Penyaluran Bantuan Sosial PKH............. 11
C. Mekanisme Penyaluran Bantuan Sosial PKH........... 13
1. Pembukaan Rekening Penerima Bantuan Sosial. 15
2. Sosialisasi dan Edukasi Penyaluran PKH............ 16
3. Distribusi KKS Kepada KPM............................... 19
4. Penyaluran Bantuan PKH................................... 35
5. Penarikan/Pencairan Dana Bantuan Sosial........ 36
6. Rekonsiliasi Hasil Penyaluran Bantuan Sosial 38
PKH................................................................... 43

iii
7. Pemantauan, Evaluasi dan Basnsos................... 45
D. Pergantian Pengurus Eksisting................................. 46
E. Mekanisme Serah Terima Data Paska Penyaluran....

BAB III INFORMASI DAN PELAYANAN PENGADUAN


PROGRAM KELUARAGA HARAPAN
A. Informasi Tentang Bantuan Program Keluarga
Harapan.................................................................. 47
1. Penarikan Bantuan Program Keluarga Harapan.. 47
2. Peran e-Warong Dalam Penyaluran PKH............. 48
3. Electronic Data Capture (EDC)........................... 48
4. Personal Indentification Number (PIN)................. 48
5. Pendampingan Sosial Program Keluarga
Harapan............................................................. 48
a. Koordinator Kabupaten/Kota......................... 48
b. Pendamping Sosial PKH................................. 49
c. Asisten Pendamping Sosial............................. 50
6. Perlindungan KPM/Konsumen............................ 50
B. Layanan dan Pengaduan......................................... 51
1. Pergantian PIN.................................................. 51
2. Pergantian Kartu Keluarga Sejahtera (KKS)........ 51
3. Pergantian Buku Tabungan............................... 52
4. Saldo KKS Nihil/Nol.......................................... 53
5. Jaringan off-line................................................ 53
6. Pengaduan Lainnya ………………………...…...... 54
C. Contact Center .……………………………………..…...... 54

Lampiran
A. Bagan Alur Pengaduan Permasalahan Saldo Nihil
(Nol) ....................................................................... 55

iv
B. Format Laporan Dari Perbankan …..........……… 56
1. Format Laporan Realisasi Penyaluran Bansos
PKH ............................................................. 56
2. Format Laporan Yang Tidak Terdistribusi
untuk KPM Baru .......................................... 57
3. Format Laporan KPM Yang Tidak Melakukan
Transasksi ...............................................…. 58
C. Format Laporan Dari Dinso Provinsi/Kabupaten/
Kota ...........................................………………… 59
1. Format Laporan Realisasi Penyaluran Bansos
Tingkat Provinsi .......................................…. 59
2. Format Laporan Realisasi Penyaluran Bansos
Tingkat Kab/Kota.. ....................................... 60
3. Format Laporan KPM Yang Tidak Melakukan
Transaksi ......................................………….. 61
4. Format Laporan Rekonsiliasi KPM Baru ….... 62
5. Format LaporanRekonsiliasi KPM Lama ….... 63
6. Format Berita Acara Rekonsiliasi Penyaluran
Bansos PKH ….....................................…….. 64
D. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 63
Tahun 2017 ...................................................... 67
E. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 254/PMK 05/2015 ................................ 97
F. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 228/PMK 05/2016 ................................ 143
G. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia .... 169

v
vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi
penyaluran bantuan sosal serta mewujudkan prnsp 4T
(Tepat Sasaran, Tepat Waktu, Tepat Jumlah, dan Tepat
Admnstras) dan mendorong keuangan nklusf, Presden
Republk Indonesa (RI) memberkan arahan agar bantuan
sosal dan subsd dsalurkan secara non tuna (Ratas tentang
Keuangan Inklusf tanggal 26 Aprl 2016). Melalu penyaluran
bantuan sosal non tuna dengan menggunakan sstem
perbankan, dharapkan dapat menngkatkan transparans dan
akuntabltas program penyaluran bantuan sosal sehngga
mudah dkontrol, dpantau dan mengurang penympangan.
Berkatan dengan hal tersebut, perlu dsusun petunjuk
tekns bag para phak penyelenggara kegatan sebaga
arahan, acuan, dan tuntunan dalam pelaksanaan penyaluran.
Petunjuk tekns mencakup pelaksanaan persapan,
pembukaan rekenng, sosalsas dan edukas, penyaluran
serta penarkan bantuan sosal non tuna oleh bank penyalur,
e-warong, KPM dan K/L terkat sesua tugas pokok dan fungs
masng-masng.
Petunjuk tekns n dmaksudkan untuk dapat dgunakan
oleh seluruh elemen pelaksana program terkat, yatu:
Pemerntah Pusat, Pemerntah Daerah, Bank Penyalur
Bantuan Pangan Non Tuna, e-warong sebaga agen penyalur
bantuan sosal non tuna dan phak terkat lannya. Petunjuk
tekns n juga telah mengacu pada Peraturan Presden

1
Republk Indonesa Nomor 63 Tahun 2017 tentang Penyaluran
Bantuan Sosal Secara Non Tuna dan Peraturan Menter Sosal
Republk Indonesa Nomor 1 Tahun 2018 tentang Program
Keluarga Harapan.

B. Tujuan
Buku Petunjuk Tekns Bantuan Sosal Non Tuna (Bansos)
Program Keluarga Harapan (PKH) n dtujukan bag pelaksana
penyaluran PKH d tngkat Pusat, Provns, dan Kabupaten/
Kota khususnya Perbankan serta pemangku kepentngan
terkat yang bertujuan untuk:
1. Memberkan nformas dan pemahaman tentang kebjakan
dan mekansme pelaksanaan penyaluran PKH;
2. Menerapkan mekansme pengendalan dalam pelaksanaan
PKH;
3. Memberkan panduan terhadap penyelesaan kendala
atau permasalahan pada pelaksanaan program PKH;
4. Menyajkan format pelaporan secara terstandarsas
(manual/otomas) dalam pelaksanaan PKH.

C. Manfaat
Manfaat Buku Petunjuk Tekns Bansos PKH adalah
sebaga berkut:
1. Sebaga acuan dalam menyelaraskan pelaksanaan
kebjakan dan mekansme penyaluran PKH;
2. Memberkan arahan yang lebh jelas terhadap pelaksanaan
PKH sesua dengan tugas pokok dan fungs masng-
masng phak terkat;

2
3. Meningkatkan efektifitas, efisiensi, transparansi dan
akuntabltas penyaluran PKH

D. Prinsip Umum
Prnsp Umum Buku Petunjuk Tekns Bansos PKH
adalah:
1. Mudah dpaham dan dapat dgunakan oleh K/L
pemangku kepentngan terkat, pemerntah daerah dan
bank penyalur untuk melaksanakan tanggungjawab
berdasarkan tugas pokok dan fungs masng-masng K/L
terkat;
2. Memberkan arahan yang lebh jelas kepada K/LL
pemangku kepentngan terkat, pemerntah daerah
dan bank penyalur dalam menjalankan mekansme
pelaksanaan penyaluran PKH;
3. Mendorong keselarasan prosedur antar K/L pemangku
kepentngan terkat, pemerntah daerah dan bank
penyalur dalam pelaksanaan penyaluran PKH.

3
4
BAB II
PENYALURAN BANTUAN SOSIAL NON TUNAI
PROGRAM KELUARGA HARAPAN

A. Kebijakan Program Keluarga Harapan


1. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2017
Peraturan Presden Nomor 63 Tahun 2017 tentang
Penyaluran Bantuan Sosal Secara Non Tuna menjelaskan
bahwa penyaluran bantuan sosal merupakan mplementas
program penanggulangan kemsknan yang melput
perlndungan sosal, jamnan sosal, pemberdayaan sosal,
rehabltas sosal, dan pelayanan dasar. Penyaluran bantuan
sosal secara non tuna dlaksanakan terhadap bantuan sosal
yang dberkan dalam bentuk uang berdasarkan penetapan
Pember Bantuan Sosal.
Adapun mekansme penyaluran bantuan sosal
dlaksanakan oleh Pember Bantuan Sosal melalu Bank
Penyalur ke rekenng atas nama Penerma Bantuan Sosal.
Yang dmaksud dengan rekenng atas nama penerma bantuan
sosal adalah rekenng yang mencakup seluruh program
bantuan sosal yang dterma oleh penerma bantuan sosal
dan dapat dbedakan penggunaannya untuk masng-masng
program bantuan sosial. Rekening tersebut memiliki fitur
uang elektronk dan tabungan (basic saving account) yang
dapat dakses melalu kartu kombo (Kartu Keluarga Sejahtera).
Dalam hal penerma bantuan sosal telah memlk rekenng
untuk salah satu program bantuan sosal, maka rekenng
tersebut harus dgunakan untuk menerma program bantuan
sosal lannya

5
2. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 1
tahun 2018
Peraturan Menter Sosal Republk Indonesa No. 1 Tahun
2018 tentang Program Keluarga Harapan dtetapkan untuk
mendukung pelaksanaan penyaluran program perlndungan
sosal yang terencana, terarah, dan berkelanjutan dalam
bentuk Program Keluarga Harapan (PKH) sebaga bantuan
sosal bersyarat yang bertujuan untuk mengurang beban
pengeluaran dan menngkatkan pendapatan keluarga
mskn dan rentan. Penyaluran bantuan sosal PKH sebaga
salah satu upaya mengurang kemsknan dan kesenjangan
dengan mendukung perbakan aksesbltas terhadap layanan
kesehatan, penddkan, dan kesejahteraan sosal guna
menngkatkan kualtas hdup keluarga mskn dan rentan.
Bantuan sosal PKH berupa uang kepada seseorang,
keluarga, kelompok atau masyarakat mskn, tdak mampu,
dan/atau rentan terhadap rsko sosal.

3. Tujuan Program Keluarga Harapan


Program Keluarga Harapan atau PKH memlk tujuan
sebaga berkut:
a. a. Mencptakan
a. Menciptakan perubahan perilaku
perubahan perlaku dan
dan kemandran
kemandirian
Keluarga
Keluarga Penerma
Penerima Manfaat
Manfaat dalam
dalam mengakses
mengakses layanan
layanan
kesehatan
kesehatan dan pendidikan serta kesejahteraan sosal
dan penddkan serta kesejahteraan sosial
yang akan mMenngkatkan taraf hdup Keluarga Penerma
yang akan Meningkatkan taraf hidup Keluarga Penerima
Manfaat.
Manfaat, melalu
melalui akses
akses layanan
layanan penddkan,
pendidikan, kesehatan,
kesehatan,
dan kesejahteraan sosal;
dan kesejahteraan sosial;
b. b. Mengurang
b. Mengurangi beban pengeluaran
beban pengeluaran dandan menngkatkan
meningkatkan
pendapatan
pendapatan keluarga miskin dan rentan sehingga akan
keluarga mskn dan rentan sehngga akan
mengurang kemsknan dan kesenjangan. kesenjangan.
Mengurangi kemiskinan dan kesenjangan.
c. Mengurangi kemiskinan dan Mengenalkan manfaat produk
6
6
dan jasa keuangan formal kepada Keluarga Penerima
Manfaat.
4. Sasaran Penerima Program Keluarga Harapan dan
4. Sasaran Penerima Program Keluarga Harapan dan
Wilayahnya
Wilayahnya
Sasaran PKH merupakan keluarga mskn dan rentan
Sasaran PKH merupakan keluarga mskn dan rentan
yang terdaftar dalam data terpadu program penanganan fakr
yang terdaftar dalam data terpadu program penanganan fakr
mskn dan orang tdak mampu (DTPFM dan OTM) yang
mskn dan orang tdak mampu (DTPFM dan OTM) yang
memlk komponen kesehatan, penddkan, dan kesejahteraan
memlk komponen kesehatan, penddkan, dan kesejahteraan
sosal
sosal .
Sasaran PKH Akses merupakan keluarga mskn dan
Sasaran PKH Akses merupakan keluarga mskn dan
rentan yang terdaftar dalam DTPFM dan OTM yang memlk
rentan yang terdaftar dalam DTPFM dan OTM yang memlk
komponen kesehatan, penddkan, dan kesejahteraan sosal
komponen kesehatan, penddkan, dan kesejahteraan sosal
yang dtetapkan oleh Pember Bantuan Sosal dan berada d
yang dtetapkan oleh Pember Bantuan Sosal dan berada d
wlayah-wlayah
wlayah-wlayah :
a. Pessr dan pulau-pulau kecl;
a. Pessr dan pulau-pulau kecl;
b. Daerah tertnggal/terpencl; dan atau
b. Daerah tertnggal/terpencl; dan atau
c. Perbatasan antarnegara.
c. Perbatasan antarnegara.

5. Kriteria Penerima Bantuan Sosial Program Keluarga


5. Kriteria Penerima Bantuan Sosial Program Keluarga
Harapan
Harapan
Krtera komponen penerma Bantuan Sosal PKH adalah
Krtera komponen penerma Bantuan Sosal PKH adalah
sebaga berkut:
sebaga berkut:
a. Krtera komponen kesehatan melput:
a. Krtera komponen kesehatan melput:
1) Ibu haml/menyusu; dan
1) Ibu haml/menyusu; dan
2) Anak berusa 0 sampa dengan 6 tahun.
2) Anak berusa 0 sampa dengan 6 tahun.
b. Krtera komponen penddkan melput:
b. Krtera komponen penddkan melput:
1) Anak sekolah dasar/madrasah btdayah atau
1) Anak sekolah dasar/madrasah btdayah atau
sederajat;
sederajat;
2) Anak sekolah menengah pertama/madrasah
2) Anak sekolah menengah pertama/madrasah
tsanawyah atau sederajat;
tsanawyah atau sederajat;
3) Anak sekolah menengah atas/madrasah alyah atau
7
3) Anak sekolah menengah atas/madrasah alyah atau
sederajat; dan
sederajat; dan
7
7
b. Krtera komponen penddkan melput:
1) Anak sekolah dasar/madrasah btdayah atau
sederajat;
2) Anak sekolah menengah pertama/madrasah
tsanawyah atau sederajat;
3) Anak sekolah menengah atas/madrasah alyah atau
sederajat; dan
4) Anak usa 6 (enam) sampa dengan 21 (dua puluh
7
satu) tahun yang belum menyelesakan wajb belajar
12 (dua belas) tahun.
c. Krtera komponen kesejahteraan sosal melput:
1) Lanjut usa mula dar 60 (enam puluh) tahun; dan
2) Penyandang dsabltas dutamakan penyandang
dsabltas. berat.
6. Definisi
Definisi yang digunakan dalam penyusunan Petunjuk
Tekns Penyaluran Bantuan Pangan Non Tuna mengacu
kepada Peraturan Presden Nomor 63 Tahun 2017 tentang
Penyaluran Bantuan Sosal secara Non Tuna dan Peraturan
Menter Sosal No. 1 Tahun 2018 tentang Program Keluarga
Harapan sebaga berkut
a. Bantuan Sosial adalah bantuan berupa uang, barang,
atau jasa kepada seseorang, keluarga, kelompok atau
masyarakat mskn, tdak mampu, dan/atau rentan
terhadap rsko sosal.
b. Bantuan Sosial PKH adalah bantuan berupa uang kepada
seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mskn,
tdak mampu, dan/atau rentan terhadap rsko sosal.
c. Data Terpadu Penanganan Fakir Miskin dan Orang
Tidak Mampu yang selanjutnya disingkat dengan DT
PFM dan OTM adalah data fakr mskn hasl pendataan
yang dlakukan oleh lembaga yang menyelenggarakan
urusan pemerntahan d bdang kegatan statstk dan
telah diverifikasi dan divalidasi oleh Kementerian Sosial
dan telah berkoordnas dengan pemerntah daerah.
d. Risiko Sosial adalah kejadan atau perstwa yang dapat
8
menmbulkan potens terjadnya kerentanan sosal yang

8
yang dlakukan oleh lembaga yang menyelenggarakan
urusan pemerntahan d bdang kegatan statstk dan
telah diverifikasi dan divalidasi oleh Kementerian Sosial
dan telah berkoordnas dengan pemerntah daerah.
d. Risiko Sosial adalah kejadan atau perstwa yang dapat
menmbulkan potens terjadnya kerentanan sosal yang
dtanggung oleh seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau
8 masyarakat sebaga dampak krss sosal, krss ekonom,
krss poltk, fenomena alam, dan bencana yang jka
tdak dberkan Bantuan Sosal akan semakn terpuruk
dan tdak dapat hdup dalam konds wajar.
e. Pemberi Bantuan Sosial adalah Satuan Kerja pada
Kementeran/Lembaga pada Pemerntah Pusat dan/
atau Satuan Kerja Perangkat Daerah pada Pemerntah
Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program
penanggulangan kemsknan yang melput perlndungan
sosal, jamnan sosal, pemberdayaan sosal, rehabltas
sosal, dan pelayanan dasar.
f. Penerima Bantuan Sosial adalah seseorang, keluarga,
kelompok atau masyarakat mskn, tdak mampu, dan/
atau rentan terhadap rsko sosal.
g. Bank Penyalur Penyalur adalah bank sebaga mtra kerja
g. Bank Penyalur adalah bank sebagai mitra kerja tempat
dibukanya rekening atas nama Pemberi Bantuan Sosial
tempat dbukanya rekenng atas nama Pember Bantuan
Sosal
untuk untuk menampung
menampung dana belanja
dana belanja BantuanBantuan
SosialSosal
yang
yang akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal.
akan disalurkan kepada Penerima Bantuan Sosial.
h. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang
memiliki fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat
dgunakan sebaga meda penyaluran berbaga Bantuan
Sosal, termasuk Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).
i. Elektronik Warung Gotong Royong selanjutnya dsebut
e-warong adalah agen bank, pedagang dan/atau phak
lan yang telah bekerja sama dengan Bank Penyalur
dan dtentukan sebaga tempat penarkan/pembelan
Bantuan Sosal oleh Penerma Bantuan Sosal bersama
Bank Penyalur.
9

9
j.
j. Program Keluarga
Program Keluarga Harapan
Harapan yang selanjutnya
Harapan disingkat
yang selanjutnya
PKH adalah program pemberian Bantuan Sosial
dsngkat PKH adalah program pemberan bantuan sosal
Bersyarat kepada
bersyarat kepada keluarga
keluarga dan/atau
dan/atau seseorang
seseorang miskin
mskn
dan rentang
dan yangterdaftar
rentan yang terdaftar dalam
dalam data
data terpadu
terpadu program
program
penanganan fakr
penanganan fakir mskn,
miskin, dolah
diolah oleh
oleh Pusat
Pusat Data
Data dan
dan
Informas Kesejahteraan Sosal dan dtetapkan sebagai
Informasi Kesejahteraan Sosial dan ditetapkan sebaga
keluarga penerima manfaat PKH.
keluarga penerma manfaat PKH.
k. PKH Akses adalah adalah program pemberan bantuan
sosal PKH d wlayah sult djangkau bak secara
geografis, ketersediaan infrastruktur, maupun sumber
daya manusa dengan pengkodsan secara khusus.
l. Keluarga Penerima Pelayanan yang selanjutnya dsebut
Keluarga Penerma Manfaat adalah keluarga penerma
bantuan sosal PKH yang telah memenuh syarat dan
dtetapkan dalam keputusan.
m. Transaksi adalah keluarga nt yang terdr dar ayah,
bu dan anak yang cakap secara hukum. Apabla tdak
terdapat anggota keluarga nt yang cakap hukum, maka
dberkan kepada anggota keluarga dalam satu gars
keturunan. Apabla tdak terdapat anggota keluarga
dalam satu gars keturunan, maka dberkan kepada
anggota keluarga dalam gars horzontal yang mengurus
anak KPM, contoh: bb atau paman.
n. Keluarga yang selanjutnya dsebut Ahl Wars adalah
keluarga nt yang terdr dar ayah, bu dan anak yang
cakap secara hukum. Apabla tdak terdapat anggota
keluarga nt yang cakap hukum, maka dberkan
kepada anggota keluarga dalam satu gars keturunan.
Apabla tdak terdapat anggota keluarga dalam satu gars
keturunan, maka dberkan kepada anggota keluarga
dalam gars horzontal yang mengurus anak KPM, contoh:
bb atau paman.

10
o. Pengurus Pengganti adalah keluarga nt yang terdr dar
ayah, bu dan anak yang cakap secara hukum. Apabla
tdak terdapat anggota keluarga nt yang cakap hukum,
maka dberkan kepada anggota keluarga perempuan
dalam satu gars keturunan.
p. Masa Penyaluran adalah jangka waktu pemndahbukuan
dana dar rekenng Pember Bantuan Sosal pada Bank
Penyalur kepada rekenng Penerma Bantuan Sosal
dlakukan palng lama 30 (tga puluh) har kalender sejak
dana dtransfer dar Kas Negara ke rekenng Pember
Bantuan Sosal d Bank Penyalur.
q. Masa Pelaporan adalah jangka waktu Bank Penyalur
melaporkan kepada Pejabat Pembuat Komtmen (PPK)
Pember Bantuan Sosal dalam hal tdak ada transaks
pada rekenng Penerma Bantuan Sosal dlakukan
maksmal 30 (tga puluh) har kalender sejak berakhrnya
masa penyaluran.

B. Alur Kerja Penyaluran Bantuan Sosial PKH


Alur kerja penyaluran bantuan sosal PKH dlaksanakan
oleh Subdt Bantuan Sosal dengan bekerja sama dengan
subdt terkat lannya termasuk Subdt Valdas dan Termnas,
Subdt Kepesertaan, dan Subdt Sumber Daya. Subdt Valdas
dan Termnas memastkan data hasl valdas, pemutakhran
dan verifikasi dari daerah dapat diinput, yang selanjutnya
dtetapkan sebaga penerma bantuan oleh Subdt Kepesertaan.
Subdt Bantuan Sosal mengajukan bantuan sosal sesua
dengan penetapan SK Drektur Jamnan Sosal Keluarga
yang dproses oleh Subdt Kepesertaan. Subdt Sumber Daya
memastkan pendampng melakukan valdas, pemutakhran
dan verifikasi sesuai dengan jadwal yang ditetapkan .

11
Gambar 1. Alur Kerja Penyaluran Bantuan Sosial Non Tunai PKH
Secara umum, berkut gambaran alur kerja penyaluran
bantuan sosal PKH sebagamana Gambar 1 d bawah n:
C. Mekanisme Penyaluran Bantuan Sosial PKH
Mekansme penyaluran bantuan sosal PKH secara non
tuna melput:
1. Pembukaan Rekenng Penerma Bantuan Sosal;
Edukasi;
2. Sosalsas dan edukas;
3. Dstrbus Kartu Keluarga Sejahtera (KKS);
4. Proses Penyaluran Bantuan Sosal PKH;
5. Penarkan Dana Bantuan Sosal PKH;
6. Rekonslas hasl penyaluran Bantuan Sosal PKH;
7. Pemantauan, Evaluas dan Pelaporan Penyaluran Bantuan
sosal;
Setap kegatan pada mekansme penyaluran bantuan
sosal PKH dgambarkan sepert Gambar 2 berkut d bawah
n:

13
Gambar 2 Mekanisme Penyaluran Bantuan Sosial Non Tunai PKH
Berkut merupakan penjelasan mekansme setap proses
dalam penyaluran dana bantuan sosal secara non tuna
PKH.
1. Pembukaan Rekening Penerima Bantuan Sosial Bagi
KPM PKH yang Kepesertaanya Baru

PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
1. Membuka
Membuka a. Kemensos memberkan
a. Kemensos memberikan data
data - Kemensos RI
- Kemensos RI
rekenng
rekening KPM yang
KPM yang telah
telah dlakukan
dilakukan (Drektorat
(Direktorat J
JSK-
SK-
penerma
penerima cleansing
cleansng kepada
kepada Bank
Bank Subdit Valdas
Subdt Validasi
bantuan
bantuan Penyalur dengan BAST.
Penyalur dengan BAST. dan Terminasi)
dan Termnas)
sosal secara b. Bank penyalur
sosial secara b. Bank penyalur melakukan
melakukan
kolektf
kolektif pengecekan
pengecekan atas
atas data
data KPM - Bank Penyalur
KPM - Bank Penyalur
(account yang
yang telah
telah diterima dar (KP)
dterma dari
opening) Kemensos
sesua data c. Bank Penyalur
sesuai data c. Bank Penyalur melakukan
melakukan
yang telah
yang telah pembukaan
pembukaan rekening
rekenng secara
secara
dserahkan
diserahkan terpusat atas data yang telah
terpusat atas data yang telah
melalu
melalui lolos proses
lolos proses pengecekan,
pengecekan,
BAST selambat-lambatnya 20
selambat-lambatnya 20 har
hari
kerja setelah
kerja setelah BAST
BAST dan
dan data
data
diterima oleh Bank Penyalur.
dterma oleh Bank Penyalur.

2. Melakukan a. Pencetakan KKS


Melakukan a. Pencetakan dilakukan - Kemensos RI
KKS dlakukan - Kemensos RI
pencetakan
pencetakan secara
secara sentralisasi
sentralsas oleh
oleh
KKS sesua
KKS sesuai masing-masing Bank Penya- Drektorat JSK-
masng-masng Bank Direktorat JSK-
data
data lur
lur sesuai
sesua pengaturan yang Subdt
pengaturan yang Subdit Valdas
Validasi
pembukaan
pembukaan berlaku. dan Termnas)
dan Terminasi)
rekenng
rekening
penerma
penerima b. Pencetakan
b. Pencetakan KKS
KKS ddasarkan
didasarkan
bantuan
bantuan pada data
pada data dari Kemensos - Bank
dar Kemensos - Bank Penyalur
Penyalur
sosal
sosial sesua BAST
sesuai BAST dan telah (KP)
dan telah
dilakukan pembukaan
dlakukan pembukaan reke-
nng
ning penermaan
penerimaan bantuan
bantuan
sosal dmaksud.
sosial dimaksud.

15
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
3. Melakukan a. Bank Penyalur melakukan - Kemensos RI
pembuatan pembuatan dan pengiriman Direktorat JSK-
dan PIN mailer. Subdit Validasi
pengiriman dan Terminasi)
(Personal
Identifica- b.
Pengiriman dokumen KKS, - Bank Penyalur
tion Number) buku tabungan dan PIN ke (KP dan KC)
PIN Mailer KC Bank Penyalur mengikuti
ketentuan yang berlaku.

4. Laporan Bank menyampaikan hasil - Bank Penyalur


hasil proses Burekol kepada Kemensos (KP)
Burekol selambat-lambatnya 7 hari kerja
sejak nomor rekening terbentuk - Kemensos RI
terdiri dari rekening yang: Direktorat JSK-
1) Berhasil dibuka Subdit Validasi
2) Tidak berhasil dibuka disertai dan Terminasi)
penyebabnya.

2. Sosialisasi dan Edukasi Penyaluran PKH


PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
1. Menyeleng- a. Edukasi dan sosialisasi - Kemensos RI-
garakan dilakukan oleh Kemensos (Direktorat JSK-
Sosialisasi dan Bank Penyalur kepada Subdit Bansos)
dan Edukasi pemerintah daerah (Provinsi, - Bank Indonesia
Bantuan Kabupaten/Kota) - Otoritas Jasa
Sosial Non Keuangan
Tunai b.
Edukasi dan sosialisasi - Bank Penyalur
dilakukan oleh Pemerintah (KP dan KC)
Daerah (Provinsi, Kab/ - Dinas Sosial
Kota) dan Bank Penyalur Provinsi
kepada pelaksana PKH di - Dinas Sosial
daerah terdiri dari; SDM Kabupaten/
PKH dan/atau Pendamping Kota
Sosial terkait, Pemerintah
Kecamatan, Pemerintah
Kelurahan/Desa.

16
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
c. Edukasi dan sosialisasi
dilakukan oleh Bank kepada
Agen Bank.
d.
Edukasi dan sosialisasi
dilakukan bersama-sama
bank penyalur dan SDM PKH
dan/atau pendamping sosial
terkait kepada KPM pada
saat distribusi KKS.
e.
Bentuk Edukasi dan
Sosialisasi dapat dilakukan
antara lain:
- Pertemuan/rapat koor-
dinasi, seminar, lokakarya
dan diskusi;
- Komunikasi tatap muka/
kelompok;
- Media cetak (poster,
selebaran, surat kabar);
- Media elektronik (radio,
TV);
- Media Sosial (website,
facebook, e-mail, twitter,
whatsapp)

f. Kegiatan edukasi dan sosia-


lisasi mencakup paling
sedikit mengenai:
- Kebijakan PKH
- Produk dan tata cara
penggunaan/penarikan
rekening Bantuan Sosial
PKH Non Tunai termasuk
jenis tabungan/kartu,
maksimal transaksi,
aktivasi, penggantian PIN
dan fasilitas lainnya
- Kartu hilang, Kartu
tertelan mesin ATM, dan
pergantian pengurus
yang disebabkan oleh hal

17
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
tertentu (KPM meninggal
dunia, menjadi TKI, dll
- Tata cara penyampaian
pengaduan yang
ditetapkan oleh Pemberi
Bantuan Sosial.
- Manfaat menabung
- Komplementaritas pro-
gram lainnya (khususnya
BPNT).
g.
Informasi tambahan yang
perlu diberikan kepada Agen
Bank antara lain:
- Informasi tentang pembe-
rian kode produk untuk
masing-masing jenis/
tahapan bantuan sosial.
- Informasi tentang pembe-
basan biaya penarikan di
e-warong bagi KPM untuk
penarikan pertama dan
kedua pada setiap tahap.
- Penyampaian Informasi
tentang biaya bagi KPM
yang bertransaksi diluar
agen bank yang telah
ditunjuk.
h. Pada saat yang bersamaan
dapat dilakukan penanda-
tanganan aplikasi pembu-
kaan rekening oleh KPM dan
penyerahan KKS dan PIN
Mailer.
i.
Sosialisasi dan edukasi
sebagaimana tersebut diatas
diberikan kepada KPM baru,
sedangkan bagi KPM lama
sosialisasi dan edukasi dapat
terus dilakukan melalui
kegiatan P2K2/FDS

18
3. Distribusi KKS kepada KPM

PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
1. Mempersiap a.
Kegiatan distribusi KKS, • Dinas Sosial
kan distri buku tabungan, PIN mailer Kabupaten/
ibusi KKS, dilaksanakan setelah dan Kota
buku atau saat kegiatan sosialisasi • Bank Penyalur
tabungan, dan edukasi (KC)
PIN mailer • P e n d a m p i n g
b.
Pengelolaan KKS dan PIN
oleh Bank Sosial PKH
mailer memperhatikan aspek
Penyalur
kehati-hatian.

2. Melakukan a. Bank Penyalur menyerahkan - Dinas Sosial


distribusi formulir pembukaan Kabupaten/
KKS, buku rekening KPM kepada Dinsos Kota
tabungan Kabupaten/Kota untuk - P e n d a m p i n g
dan PIN selanjutnya dapat diteruskan Sosial PKH
mailer kepada KPM melalui - Bank Penyalur
kepada Pendamping Sosial PKH (KC)
penerima untuk dilengkapi dengan
bantuan dokumen yang menjadi
sosial syarat pembukaan rekening.

b.
Bank Penyalur bersama - Dinas Sosial
dengan Pendamping Sosial Kabupaten/
PKH memeriksa kelengkapan Kota
syarat dan ketentuan - P e n d a m p i n g
pembukaan rekening : Sosial PKH
1) Formulir pembukaan - Bank Penyalur
rekening ditandatangani (KC)
atau diberikan cap jari oleh
KPM di hadapan petugas
bank penyalur.
2) KTP asli dan/atau KK dan/
atau Surat Keterangan
Domisili dan/atau Surat
Keterangan Dinsos
Kabupaten/Kota setempat
yang menyatakan bahwa

19
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
KPM tersebut adalah benar
peserta PKH.
3)
Surat Keterangan Dinas
Sosial dikeluarkan atas
usulan tertulis dari
pendamping Sosial PKH.

c. Apabila proses pada poin b


telah diselesaikan, maka KKS, - Dinas Sosial
buku tabungan, PIN mailer K a b u p a ten/
diberikan kepada KPM sesuai Kota
dengan nama yang tertera - P e n d a m p i n g
pada rekening. Selanjutnya Sosial PKH
KPM wajib melakukan swipe - Bank Penyalur
kartu sebagai transaksi (KC)
untuk pertama kalinya.

d. Jika data KPM tidak sesuai - Dinas Sosial


maupun tidak lengkap, maka Kabupaten/
KKS, buku tabungan, PIN Kota
mailer tidak diperkenankan - P e n d a m p i n g
diberikan dengan kondisi Sosial PKH
sbb:
- Bank Penyalur
1) Nama KPM tertulis berbeda (KC)
antara Bukti Kepemilikan
Rekening dengan dokumen
pendukung asli KPM.
2) Data alamat tidak lengkap
atau berbeda antara Bukti
Kepemilikan Rekening
dengan Dokumen
Pendukung asli KPM,
kecuali bila alamat
KPM masih di dalam
kelurahan yang sama
dengan diverifikasi dan
ditandatangani oleh Lurah
setempat pada form yang
telah disediakan Bank
Penyalur.

20
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
3) Tidak membawa
Dokumen Identitas atau
Dokumen Pendukung
Asli sebagaimana butir b
diatas.

e.
KKS, buku tabungan, PIN
mailer sebagaimana butir
d dapat diberikan apabila
terdapat surat keterangan
terkait verifikasi dari Lurah/
Kepala Desa atau Pendamping
Sosial PKH/TKSK atau
Korkab/Korkot PKH.

f. Dalam hal KPM tidak bisa


hadir karena kondisi sakit,
maka:
1) Kriteria sakit yaitu
secara medis tidak
memungkinkan hadir pada
saat sosialisasi/edukasi
dan masuk dalam berita
acara/ surat keterangan
ketidakhadiran dengan
alasan sakit oleh Tenaga
Kesehatan.
2) Bank memberikan waktu
sampai batas akhir
masa penyaluran untuk
melakukan proses pada
poin b.
3) Proses pada poin b
dapat dilakukan melalui
perwakilan/ahli waris
keluarga dalam satu garis
keturunan.
4) Pendamping Sosial PKH
dan Kepala Desa/Lurah
setempat membubuhkan

21
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
tanda tangan pada form
pembukaan rekening
dimaksud yang telah
ditandatangani/diberikan
cap jari oleh KPM.
5) Dalam hal KPM sakit jiwa
maka mengikuti prosedur
sebagaimana KPM
meninggal dunia.

g. Dalam hal KPM mengalami


gangguan mental/or, maka:
1) Kriteria gangguan
mental diperkuat Surat
Keterangan Rumah Sakit/
Petugas Kesehatan yang
kompeten.
2) Bank memberikan waktu
sampai batas akhir
masa penyaluran untuk
melakukan proses pada
poin
3) Dana bantuan yang
sudah masuk ke rekening
yang sudah dibukakan
secara kolektif dapat
diberikan kepada ahli
waris KPM, dengan
membawa dokumen
yang dipersyaratkan
sekurangnya: 1) Surat
Keterangan gangguan
mental dari Rumah Sakit
dan 2) Surat Keterangan
dari Dinsos Kabupaten/
Kota atau sekurang-
kurangnya Kecamatan
yang menyatakan bahwa
Ahli Waris ybs, berhak
menerima dana bantuan
PKH.

22
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
4) Proses pada poin b dapat
dilakukan melalui ahli
waris.
5) Penyerahan dana tidak
disertai dengan penyerahan
buku tabungan, KKS, dan
PIN Mailer.
6) Rekening KPM yang
mengalami gangguan
mental dan telah dibuka
secara kolektif tersebut
akan ditutup setelah
penyerahan dana kepada
ahli waris dan dilaporkan
kepada Kemensos.
7) Untuk penyaluran
bantuan tahap berikutnya
hanya dapat dilakukan
apabila Kemensos telah
menyampaikan nama KPM
pengganti kepada Bank
Penyalur.

h.
KPM telah mendapatkan
vonis yang berkekuatan
hukum tetap maupun
sedang dalam proses hukum
(dipenjara), maka :
1) Dana bantuan yang sudah
masuk ke rekening yang
dibukakan secara kolektif
dapat diberikan kepada
ahli waris KPM, dengan
membawa dokumen
yang dipersyaratkan
sekurangnya: 1) Foto Copy
Surat Salinan Keputusan
dari Pengadilan atau
Surat Keterangan dari
RT/RW/Kepala Dusun

23
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
yang diketahui oleh
Lurah/Kepala Desa dan
2) Surat Keterangan
dari Dinsos Kabupaten/
Kota atau sekurang-
kurangnya Kecamatan
yang menyatakan bahwa
Ahli Waris ybs, berhak
menerima dana bantuan
PKH.
2) Penyampaian surat
keterangan 1) dan 2)
dilakukan sebelum
batas waktu penyaluran
berakhir.
3) Penyerahan dana tidak
disertai dengan penyerahan
buku tabungan, KKS, dan
PIN Mailer.
4) Rekening KPM yang telah
mendapatkan vonis yang
berkekuatan hukum tetap
maupun sedang dalam
proses hukum (dipenjara)
yang telah dibuka
secara kolektif tersebut
akan ditutup setelah
penyerahan dana kepada
ahli waris dan dilaporkan
kepada Kemensos.
5) Pendamping Sosial PKH
menghubungi Dinsos
Kabupaten/Kota setempat
untuk mengusulkan
perubahan nama penerima
PKH dan selanjutnya
diproses sesuai dengan
Ketentuan Kemensos.
6) Untuk penyaluran
bantuan tahap berikutnya

24
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
yang diketahui oleh
Lurah/Kepala Desa dan
2) Surat Keterangan
dari Dinsos Kabupaten/
Kota atau sekurang-
kurangnya Kecamatan
yang menyatakan bahwa
Ahli Waris ybs, berhak
menerima dana bantuan
PKH.
2) Penyampaian surat
keterangan 1) dan 2)
dilakukan sebelum
batas waktu penyaluran
berakhir.
3) Penyerahan dana tidak
disertai dengan penyerahan
buku tabungan, KKS, dan
PIN Mailer.
4) Rekening KPM yang telah
mendapatkan vonis yang
berkekuatan hukum tetap
maupun sedang dalam
proses hukum (dipenjara)
yang telah dibuka
secara kolektif tersebut
akan ditutup setelah
penyerahan dana kepada
ahli waris dan dilaporkan
kepada Kemensos.
5) Pendamping Sosial PKH
menghubungi Dinsos
Kabupaten/Kota setempat
untuk mengusulkan
perubahan nama penerima
PKH dan selanjutnya
diproses sesuai dengan
Ketentuan Kemensos.
6) Untuk penyaluran
bantuan tahap berikutnya

25
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
7) Dalam hal KPM meninggal
dunia, maka :
(a) Dana bantuan yang su-
dah masuk ke reken-
ing yang sudah dibu-
kakan secara kolektif
dapat diberikan kepada
ahli waris KPM, dengan
membawa dokumen
yang dipersyaratkan
sekurangnya: 1) Surat
Keterangan Ahli Waris
dari Kec.; dan 2) Surat
Keterangan dari Dinsos
Kabupaten/Kota atau
sekurang-kurangnya
Kec. yang menyatakan
bahwa Ahli Waris ybs,
berhak menerima dana
bantuan PKH.
(b) Penyampaian surat ket-
erangan 1) dan 2) di-
lakukan sebelum batas
waktu penyaluran bera-
khir.
(c) Penyerahan dana tidak
disertai dengan peny-
erahan buku tabungan,
KKS, dan PIN Mailer
(d) Rekening KPM mening-
gal dunia akan ditutup
setelah KKS dan Butab
diterima oleh pengurus
baru.
(e) Pendamping Sosial PKH
menghubungi Dinsos
Kabupaten/Kota setem-
pat untuk mengusul-
kan perubahan nama
penerima PKH dan se-

26
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
(e) Pendamping Sosial PKH
menghubungi Dinsos
Kabupaten/Kota setem-
pat untuk mengusul-
kan perubahan nama
penerima PKH dan se-
lanjutnya diproses ses-
uai dengan Ketentuan
Kemensos.
(f) Untuk penyaluran ban-
tuan dipindahbukukan
ke rekening hanya da-
pat dilakukan apabila
Kemensos telah men-
yampaikan nama KPM
pengganti kepada Bank
Penyalur.
i. Dalam hal KPM merupakan
TKI, maka :
1) Dana bantuan yang masuk
ke dalam rekening yang
dibuka secara kolektif
sebelum penandatanganan
aplikasi pembukaan reke-
ning dapat diberikan kepa-
da Ahli Waris, dengan
membawa dokumen
yang dipersyaratkan
sekurangnya: (1) Surat
Keterangan dari Dinas
Tenaga Kerja/Dinas/
Perangkat Daerah
Menangani Urusan Kete-
nagakerjaan dan (2)
Surat Keterangan dari
Dinsos atau sekurang-
kurangnya Kecamatan
yang menyatakan bahwa
KPM adalah TKI, dan

27
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
orang yang dinyatakan
dalam surat keterangan
Dinsos Kabupaten/Kota/
Kecamatan tersebut
berhak menerima dana
bantuan yang masuk
ke dalam rekening yang
dibuka secara kolektif.
2) Penyampaian surat
keterangan (1) dan (2)
dilakukan pada kesem-
patan pertama.
3) Penyerahan dana tidak
disertai dengan penyerahan
buku tabungan, KKS, dan
PIN Mailer.
4) Rekening KPM TKI
dimaksud akan ditutup
oleh Bank tanpa aplikasi
penutupan rekening
setelah penyerahan dana
kepada Ahli waris KPM TKI
dan dilaporkan kepada
Kemensos.
5) Pendamping Sosial PKH
menghubungi Dinsos
Kabupaten/Kota setempat
untuk mengusulkan
perubahan nama penerima
PKH dan selanjutnya
diproses sesuai dengan
Ketentuan Kemensos.
6) Untuk penyaluran
bantuan tahap berikutnya
hanya dapat dilakukan
apabila Kemensos telah
menyampaikan nama
pengurus pengganti
kepada Bank Penyalur.

28
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
7) Dalam hal tidak memenuhi
poin 1) dan 2) diatas, maka
berlaku:
(a) Penyerahan dana tidak
disertai dengan penye-
rahan buku tabungan,
KKS, dan PIN Mailer.
(b) Rekening KPM TKI di-
maksud akan ditutup
oleh Bank tanpa apli-
kasi penutupan reken-
ing setelah penyerahan
dana kepada anggota
keluarga KPM TKI dan
dilaporkan kepada Ke-
mensos.
(c) Pendamping Sosial
PKH menghubungi
Dinsos Kabupaten/
Kota setempat untuk
mengusulkan peruba-
han nama penerima
PKH dan selanjutnya
diproses sesuai dengan
Ketentuan Kemensos.
(d) Untuk penyaluran ban-
tuan tahap berikutnya
hanya dapat dilakukan
apabila Kemensos telah
menyampaikan nama
pengurus pengganti
kepada Bank Penyalur

j. Dalam hal KPM tidak berada


di tempat selama masa
penyaluran:
(1)
KPM tidak berada
ditempat karena KPM

29
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
tidak dapat ditemui
tanpa keterangan pada
saat dilaksanakan so-
sialisasi/edukasi den-
gan dibuktikan masuk
dalam berita acara/su-
rat keterangan ketida-
khadiran yang dicatat
oleh Pendamping So-
sial PKH/Dinsos Kab/
Kota.
(ada KPM pindah ala-
mat sebelum proses
distribusi KKS dilaku-
kan dan Bank Penyalur
berbeda dengan alamat
asalnya)
2) KPM diberikan waktu
selama batas akhir
masa penyaluran un-
tuk melengkapi syarat
dan ketentuan pembu-
kaan rekening.
Proses kelengkapan
syarat dan ketentuan
pembukaan rekening
dapat dilakukan oleh
KPM pada waktu kun-
jungan KPM ke kantor
bank atau di tempat
yang telah disepakati
dengan disertai oleh
Pendamping Sosial
PKH.

k.
Dalam hal KPM tidak
ditemukan domisilinya, tidak
ada ahli waris atau menolak
menerima bantuan, maka :

30
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
k.
Dalam hal KPM tidak
ditemukan domisilinya, tidak
ada ahli waris atau menolak
menerima bantuan, maka :
1) Bukti Kepemilikan
Rekening dan PIN tidak
diperkenankan untuk
diserahkan.
2) Dinsos Kabupaten/Kota
membuat laporan KPM
yang tidak mengambil KKS
karena alasan tersebut
diatas kepada Direktorat
Jaminan Sosial Keluarga.
l. Dalam hal KPM cerai, maka:
1) Dana bantuan yang masuk
ke dalam rekening yang
dibuka secara kolektif
sebelum penandatanganan
aplikasi pembukaan
rekening dapat diberikan
kepada ahli waris
KPM tersebut, dengan
membawa dokumen
yang dipersyaratkan
sekurangnya:
a) Surat Keterangan Cerai
dari KUA dan
b) Surat Keterangan dari
Dinsos atau sekurang-
kurangnya Kecamatan
yang menyatakan
bahwa KPM telah
cerai dan orang yang
dinyatakan dalam surat
keterangan Dinsos
Kabupaten/Kota/
Kecamatan tersebut
berhak menerima dana

31
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
berhak menerima dana
bantuan yang masuk
ke dalam rekening yang
dibuka secara kolektif.
2) Penyampaian surat
keterangan a) dan b)
dilakukan sebelum
batas waktu penyaluran
berakhir.
3) Penyerahan dana tidak
disertai dengan penyerahan
buku tabungan, KKS, dan
PIN Mailer.
4) Rekening KPM cerai
dimaksud akan ditutup
oleh Bank tanpa aplikasi
penutupan rekening
setelah penyerahan dana
kepada ahli waris KPM
cerai dan dilaporkan
kepada Kemensos.
5) Pendamping Sosial PKH
menghubungi Dinsos
Kabupaten/Kota setempat
untuk mengusulkan
perubahan nama penerima
PKH dan selanjutnya
diproses sesuai dengan
Ketentuan Kemensos.
6) Untuk penyaluran
bantuan tahap berikutnya
hanya dapat dilakukan
apabila Kemensos telah
menyampaikan nama
pengurus pengganti
kepada Bank Penyalur.
7) Dalam hal tidak memenuhi
poin 1 dan 2 diatas, maka

32
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
7) Dalam hal tidak memenuhi
poin 1 dan 2 diatas, maka
berlaku:
a) Penyerahan dana tidak
disertai dengan peny-
erahan buku tabungan,
KKS, dan PIN Mailer.
b) Rekening KPM cerai di-
maksud akan ditutup
oleh Bank tanpa apli-
kasi penutupan reken-
ing setelah penyerahan
dana kepada ahli waris
KPM cerai dan dilapor-
kan kepada Kemensos.
c) Pendamping Sosial PKH
menghubungi Dinsos
Kabupaten/Kota setem-
pat untuk mengusul-
kan perubahan nama
penerima PKH dan se-
lanjutnya diproses ses-
uai dengan Ketentuan
Kemensos.
d) Untuk penyaluran ban-
tuan tahap berikutnya
hanya dapat dilakukan
apabila Kemensos telah
menyampaikan nama
pengurus pengganti ke-
pada Bank Penyalur.

m. Dalam hal KPM Penyandang


Disabilitas dan Lanjut Usia,
maka penyerahan KKS dan
PIN Mailer dapat dilakukan
kepada ahli waris didampingi
oleh pendamping sosial
dengan menyampaikan
dokumen persyaratan, yaitu:
1) Identitas asli (KTP/SIM/
KK) ahli waris;

33
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
2)
Surat Keterangan dari
Dinsos Kabupaten/Kota
atau sekurang-kurangnya
Kecamatan yang menya-
takan bahwa Ahli Waris
ybs, berhak menerima
dana bantuan PKH.
n. Dalam hal KPM Lanjut Usia
tidak memiliki ahli waris,
maka penyerahan KKS dan
PIN Mailer dapat dilakukan
kepada pendamping sosial
dengan menyampaikan
dokumen persyaratan, yaitu:
1) Identitas asli (KTP/SIM/
KK) pendamping sosial;
2) Surat Keputusan peneta-
pan sebagai pendamping
sosial; Surat Keterangan
nama-nama pendamp-
ing yang dikeluarkan oleh
Dinas Sosial Kabupaten/
Kota setempat.

3. Laporan 1) Bank melaporkan kepada - Bank Penyalur


Pelaksanaan Kkemensos tentang data (KP dan KC)
Distribusi bnba dan jumlah KKS
KKS, PIN yang terdistribusi dan/
Mailer, atau tidak dapat terdis-
dan Buku tribusi ke KPM penerima
Tabungan bantuan PKH
2) Setelah mendapatkan
laporan dari bank pen-
yalur, kKemensos melaku-
kan penelitian terhadap
KKS yang tidak terdistri-
busi.
3) Kemensos akan memberi-
kan rekomendasi kepada
bank sebagai tindaklanjut
dari hasil penelitian

34
4. Penyaluran Bantuan PKH
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
1. Pengecekan a. Subdit Bansos menerima - Kemensos RI
rekening data dari Subdit Kepesertaan (DirektoratJSK-
dengan data berdasarkan Berita Acara Subdit
yang akan Serah Terima Data untuk Kepesertaan
diajukan dilakukan pengecekan dan Subdit
bantuannya kelengkapan data rekening Bansos)
KPM PKH yang kemudian
data tersebut dikirimkan ke
Kementerian Keuangan RI
untuk mendapatkan status
rekening.
b. Data KPM PKH yang sudah
mendapatkan status rekening
kemudian dibuatkan SK
sebagai dasar penyaluran
oleh Subdit Kepesertaan.
(perlu pembicaraan lebih
lanjut di lingkungan Dit
JSK/pembentukan tim
yang melibatkan Subdit
VT, Kepesertaan, Bantuan
Sosial).

2. Pengajuan Kementerian Sosial membuat - Kemensos RI


dana Ke surat pengajuan dana ke KPPN
KPPN berdasarkan data BNBA KPM (DirektoratJSK-
PKH yang berstatus Rekening Subdit Bansos)
Aktif berdasarkan sistem OM-
SPAN. Status Rekening Aktif - KPPN
dari Kementerian Keuangan RI.

3. Pembuatan Setelah SP2D terbit, maka - Kemensos RI


Surat Perin- Kemensos membuat surat ( D i r e k t o r a t
tah pemind- perintah pemindah bukuan/ JSK-Subdit
ahbukuan/ Standing Instruction (SI) Bansos)
Standing
Instruction
(SI) ke Bank
Penyalur
Pusat

35
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
4. Pelaksanaan Bank Penyalur melakukan Bank Penyalur
pemindah- pemindahbukuan dana (KP)
bukuan/ bantuan sosial non tunai PKH
Standing dari rekening pemberi bantuan
Instruction yang ada di Bank Penyalur ke
(SI) rekening penerima bantuan
sosial.

5. Laporan a. Bank Penyalur melaporkan Bank Penyalur


hasil pemin- rekapitulasi hasil penyaluran (KP dan KC)
dahbukuan Bantuan Sosial non tunai dari
Rekening Pemberi Bantuan
Sosial di Bank Penyalur ke
Rekening Penerima Bantuan
Sosial paling lambat 10
(sepuluh) hari kalender sejak
dana dipindahbukukan ke
rekening penerima bantuan.
b. Bank Penyalur melaporkan
rekening penerima
bantuan sosial yang
tidak bertransaksi/tidak
dipergunakan selama 30 (tiga
puluh) hari kalender masa
penyaluran, paling lambat
10 (sepuluh) hari kalender
sejak masa penyaluran
berakhir.

5. Penarikan/Pencairan Dana Bantuan Sosial


PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
1. Dinas Sosial a. Kemensos mengirimkan - Kemensos RI
dan bank surat pemberitahuan kepa-
penyalur da Dinas Sosial Provinsi (DirektoratJSK-
melakukan tentang kesiapan penyaluran Subdit
koordinasi bansos beserta data KPM
persiapan berdasarkan SP2D. - Dinas Sosial

36
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
1. Dinas Sosial b. Provinsi meneruskan pem- - Dinas Sosial
dan bank beritahuan tersebut kepada Kabupaten/
penyalur Dinas Sosial Kabupaten/ Kota
melakukan Kota berdasarkan data - Koordinator
koordinasi SP2D Kabupaten/
persiapan Kota
penyaluran c. Dinas Sosial Kabupaten/ - Bank Penyalur
bansos PKH Kota meneruskan kepada (KC)
Koordinator Kabupaten/
Kota
d. Bank pusat memberitahukan
kegiatan penyaluran kepada
kantor cabang di daerah.
e. Kantor cabang bank penyalur
berkoordinasi dengan dinas
sosial Kabupaten/Kota untuk
persiapan pelaksanaan
penarikan dana bantuan
sosial PKH.

2. Penarikan a. KPM melakukan transaksi - Bank Penyalur


Dana Ban- penarikan dana PKH (transfer (KC)
tuan Sosial dan tarik tunai) yang dapat
Non Tunai dilakukan di e-warong/Agen - Pendamping
Bank/di ATM. Sosial PKH
b. Dana PKH yang terdapat
di rekening tabungan KPM - Koordinator
dapat ditarik sesuai dengan Kabupaten/
kebutuhan. Kota

c. Untuk selanjutnya, setiap


KPM melakukan pengecekan
saldo di setiap tahap
penyaluran.
d.
KPM Lanjut Usia dan
Penyandang Disabilitas dapat
diwakilkan untuk melakukan
transaksi penarikan dana
PKH dilakukan di e-warong

37
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
dan/atau agen bank,
ATM, Kantor Cabang Bank
Penyalur.
e.
Pendamping secara aktif
memantau pencairan
bantuan sosial oleh KPM dan
melaporkan ke Koordinator
Kabupaten/kota jumlah KPM
yang telah menerima Bansos
PKH di tabungan.
f. Koordinator Kabupaten/Kota
selanjutnya meneruskan
laporan tersebut kepada
Dinsos Kabupaten/Kota
sebagai bahan rekonsiliasi
hasil penyaluran bansos
PKH dengan kantor cabang
Bank Penyalur.

3. Penarikan Untuk lokasi yang belum


dana ban- memiliki infrastruktur untuk
tuan sosial mendukung penyaluran ban-
komunitas tuan sosial secara non tunai,
maka dilakukan penyaluran
komunitas dititik bayar yang
telah disepakati antara Dinas
Sosial dan Bank Penyalur.

6. Rekonsiliasi Hasil Penyaluran Bantuan Sosial PKH;


a. Rekonsiliasi Inisiasi (KPM Baru)
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
1. Melakukan a. Kantor Cabang Bank - Bank Penyalur
rekonsiliasi Penyalur bersama dengan (KC)
tingkat Dinas Sosial melakukan
Kabupaten/ perbandingan data BNBA,
Kota dengan sumber data:

38
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
1. Melakukan 1) Data Bayar (SP2D) per - Dinas Sosial
rekonsiliasi KPM
tingkat 2) Data BNBA hasil serah - Pendamping
Kabupaten/ terima KKS dan buku Sosial PKH
Kota tabungan
- Koordinator
3) Membuat Berita Acara Kabupaten
hasil rekonsiliasi yang
dan ditandatangani oleh
Dinas Sosial dan KC
Bank Penyalur.
b. Dalam hal satu kabupaten/
kota dilayani oleh lebih dari
satu kantor cabang bank
penyalur, maka rekonsiliasi
dilakukan di semua cabang
bank penyalur., disamakan
dengan provinsi.
c. Waktu pelaksanaan: setiap
selesai masa penyaluran per
tahap.

2. Melakukan a.
Dinas Sosial Kabupaten/ - Dinas Sosial
rekonsiliasi Kota melaporkan dan Kabupaten/
di tingkat mengirimkan Berita Acara Kota
provinsi hasil rekonsiliasi yang telah
ditandatangani oleh pejabat - Dinas Sosial
berwenang ke Dinas Sosial Provinsi
Provinsi
- Bank Penyalur
b.
Dinas Sosial Provinsi (KC)
melakukan pengecekan
melalui koordinasi dengan
kantor wilayah bank
penyalur.
c.
Dinas Sosial Provinsi
melaporkan dan
mengirimkan Berita Acara
hasil rekonsiliasi yang telah
ditandatangani oleh pejabat
berwenang ke Direktorat
Jaminan Sosial Keluarga.

39
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
d.
Kantor Cabang Bank
penyalur melaporkan dan
mengirimkan Berita Acara
hasil rekonsiliasi ke Kantor
Pusat Bank penyalur.

3. Melakukan a. Kemensos bersama dengan - Kemensos RI


rekonsiliasi Kantor Pusat Bank penyalur (Direktorat
di tingkat melakukan rekonsiliasi JSK-Subdit
provinsi dengan membandingkan Bansos)
data BNBA dengan, sumber
data: - Bank Penyalur
1) Data Bayar (SP2D) per (KP)
KPM.
2) Data BNBA hasil serah
terima KKS dan buku
tabungan.
b. Membuat Berita Acara
hasil rekonsiliasi yang dan
ditandatangani oleh Bank
Penyalur dan Kemensos.
c. Waktu pelaksanaan: setiap
selesai masa Penyaluran per
tahap.

b. Rekonsiliasi Lanjutan (KPM Lama)


PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
1. Melakukan a. Kemensos bersama dengan - Kemensos RI
Rekonsiliasi Kantor Pusat Bank Penyalur
tingkat melakukan rekonsiliasi (Direktorat
Pusat dengan memadankan data JSK-Subdit
bayar BNBA SP2D dengan Bansos)
data BNBA bukti transaksi/
reference number/payroll - Bank Penyalur
number dari Bank Penyalur. (KP)
b. Hasil rekonsiliasi dilampirkan
dengan rekening koran

40
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
rekening escrow/GNC/
InternalAccount/rekening
transit per bulan.
c. Membuat Berita Acara
hasil rekonsiliasi dan
ditandatangani oleh Bank
Penyalur dan Kemensos.
d. Kemensos menginformasikan
BNBA hasil pemadanan ke
Dinas Sosial Provinsi.
e. Pelaksanaan rekonsiliasi
dilakukan setiap selesai
masa penyaluran per tahap.

2. Melakukan a. Dinas Sosial Provinsi - Dinas Sosial


rekonsiliasi meneruskan BNBA hasil Kabupaten/
di tingkat pemadanan Kemensos ke Kota
Provinsi Dinas Sosial Kabupaten/
Kota. - Dinas Sosial
Provinsi
b. Dinas Sosial Provinsi wajib
untuk memantau hasil - Bank Penyalur
pengecekan data yang (KC)
dilakukan oleh Dinas Sosial
Kabupaten/Kota.
c.
Dinas Sosial Provinsi
melaporkan ke Kemensos
hasil pengecekan Dinas
Sosial Kabupaten/Kota.

3. Melakukan a. Dinas Sosial Kabupaten/ - Bank Penyalur


rekonsiliasi Kota meneruskan BNBA (KC)
tingkat hasil pemadanan Kemensos - Dinas Sosial
Kabupaten/ ke pendamping. Kabupaten/
Kota b. Pendamping mengecek BNBA Kota
untuk memastikan bantuan - Pendamping
sampai ke rekening masing- Sosial PKH
masing KPM.
- Koordinator
c. Pendamping membuat Kabupaten/
laporan hasil pengecekan

41
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
laporan hasil pengecekan
dilengkapi rekapitulasi BNBA
KPM bahwa bantuannya
telah berada di rekening
melalui surat keterangan
yang ditandatangani oleh
pendamping dan diketahui
oleh Dinas Sosial Kabupaten/
Kota sebagaimana dalam
lampiran petunjuk teknis
ini.
d.
Dinas Sosial Kabupaten/
Kota wajib untuk memantau
hasil pengecekan data yang
dilakukan oleh pendamping.
e.
Dinas Sosial Kabupaten/
Kota melaporkan hasil
pengecekan ke Dinas Sosial
Provinsi.

c. Rekonsiliasi Dana PKH


PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
1. Rekonsiliasi a.
Setiap bulan Kemensos 1. Subdit Bansos
antara meminta bank untuk
pencatatan mengirimkan Salinan 2. Bank penyalur
dana PKH rekening koran RPL beserta
di Subdit rekening penampung.
Bansos b.
Setiap bulan Subdit
& Reken- Bansos menyusun laporan
ing Koran rekonsiliasi dana PKH antara
di mas- catatan di Kemensos dan
ing-mas- saldo serta mutasi dana di
ing bank masing-masing rekening.
penyalur.
c. Sumber data:
1)
Rekapitulasi Data &
Dana PKH yang memuat
antara lain daftar SP2D

42
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
dan Surat perintah
pemindahbukuan.
2) Rekening koran RPL dan
rekening penampung.
3) Rincian transaksi yang
memuat bukti transfer
dari rekening penampung
ke masing-masing
rekening KPM.

7. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Bansos


PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
1. Bank Pen- Bank Penyalur menyampaikan - Bank Penyalur
yalur men- laporan progres penyaluran (KP)
yampaikan PKH, sekurangnya meliputi:
laporan a. BNBA data KPM yang telah
progres dilakukan :
penyaluran
PKH secara 1) Pembukaan rekening secara
periodik kolektif dilengkapi dengan
Kepada Ke- nomor rekening penerima
menterian bantuan pada setiap data
Sosial (per yang diserahkan maksimal
tahapan tujuh hari kerja setelah
penyaluran) berhasil dilakukan burekol.
2) Pemindahbukuan dari
rekening pemberi bantuan
ke rekening penerima
bantuan dilengkapi dengan
bukti transaksi/reference
number/payroll number dari
Bank Penyalur pada setiap
periode penyaluran.
3) Laporan BNBA KPM yang
tidak bertransaksi /tidak
dipergunakan pada periode
masa penyaluran selanjutnya

43
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
dilakukan penelitian
oleh Kemensos untuk
ditindaklanjuti bantuan
tersebut tetap disalurkan
atau dikembalikan ke kas
negara.
b. Rekapitulasi realisasi
penyaluran dana PKH
(berdasarkan jumlah KPM
dan nominal) per bulan dan/
atau pada saat dibutuhkan,
dengan rincian sbb:
1) Data SP2D dengan
penyaluran uang ke
rekening penerima
bantuan.
2) Data jumlah KPM yang
mencairkan.
c. Permasalahan dan kendala
di lapangan.

2. Melakukan Ruang Lingkup Monitoring - Kemensos RI


monitoring dan Evaluasi sesuai dengan
dan evaluasi kewenangan masing-masing (Inspektorat
pelaksanaan pihak dan dalam pelaksanaan Jenderal,
PKH Monev dapat melibatkan Direktorat
Institusi Pusat dan/atau JSK Subdit
Daerah (sesuai perundang- Bansos-Subdit
undangan lembaga yang terkait Kepesertaan)
dengan tugas Pengawasan dan
Pengendalian): - Dinas Sosial
a. Realisasi penyaluran dana Provinsi
dari bank ke rekening
penerima bantuan. - Dinas Sosial
Kabupaten/
b. Sebaran dan keterjangkauan Kota
e-warong/Agen Bank, ATM
dan Kantor Cabang Bank - Bank Penyalur
untuk KPM. (KP dan KC)

44
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
c. Ketersediaan likuiditas e-
warong/Agen Bank.
d. Kinerja infrastruktur te-
knologi di HIMBARA, e-
warong/Agen Bank, seperti:
mesin, kekuatan sinyal, ket-
ersediaan jaringan, dan alat
penunjang lainnya.
e. Kemampuan e-warong/
AgenBank dalam meng-
operasikan dan menyele-
saikan permasalahan dalam
melakukan penarikan dana
bantuan.
f. Keberhasilan transaksi
antara e-warong dan KPM.
g. Biaya tambahan yang
dikenakan kepada KPM.
h. Keperluan pelaporan dan
monitoring Bank Penyalur
menyediakan Dashboard.

D. Pergantian Pengurus Eksisting


PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
1. Mekanisme 1) Pendamping melaporkan - Subdit
Pergantian kepada Kemensos melalui Kepesertaan
pengurus Dinas Sosial Kabupaten/ (akan
KPM Lama Kota adanya KPM PKH yang dimasukkan
meninggal dunia/TKI/Cerai/ ke juknis
terlibat kasus hukum pemutakhiran
2) Kemensos menyampaikan data)
data pergantian pengurus
kepada bank penyalur
3) Bank penyalur membukakan
rekening baru atas nama
pengurus pengganti dan
memindahbukukan saldo

45
PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
dari rekening pengurus lama
ke rekening pengurus baru
4)
Bank penyalur menutup
rekening pengurus lama
setelah proses pemindah-
bukuan dana ke rekening
pengurus baru berhasil
5)
Periode pemprosesan per-
gantian pengurus dilakukan
per semester

E. Mekanisme Serah Terima Data Paska Penyaluran


PENANGGUNG
No KEGIATAN PENJELASAN JAWAB/PELAKSANA
Pelaksanaa a) Permintaan data BNBA KPM
serahterima dari pihak lain terkait dapat
data KPM mengajukan permohonan
tertulis kepada Direktur
Jaminan Sosial Keluarga
b) Dit JSK menginformasikan
data KPM sukses multikredit
kepada dinas sosial provinsi
c)
Dinas sosial provinsi
meneruskan data sukses
multikredit kepada dinas/
instansi sosial Kabupaten/
Kota

46
BAB III
INFORMASI DAN LAYANAN PENGADUAN
PROGRAM KELUARGA HARAPAN

A. Informasi tentang Bantuan Program Keluarga


Harapan
1. Penarkan Bantuan Program Keluarga Harapan
a. Basic Saving Account
Dana Bantuan Sosal PKH dsalurkan ke rekenng
KPM dalam bentuk tabungan yang penggunaannya
dapat menggunakan Kartu Elektronk Kombo
atau Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) yang dapat
dtark secara tuna. Apabla dana bantuan sosal
PKH tdak dcarkan oleh KPM d perode tersebut,
maka nla bantuan PKH tersebut tetap tersmpan
dan terakumulas dalam Rekenng Tabungan KPM
PKH.
b. Baya Penarkan Bantuan Sosal Program Keluarga
Harapan
KPM tdak dkenakan baya untuk 2 (dua) kal
transaks pada setap tahap penyaluran PKH d
Agen Bank penerbt KKSt. .
c. Lokas Penarkan Bantuan Sosal Program
Keluarga Harapan
KPM dapat menark/mencarkan bantuan sosal
PKH dengan menggunakan KKS melalu agen
Bank, Elektronk Warung Gotong Royong (e-
Warong), ATM atau kantor cabang/unt Bank
terdekat.

47
2. Peran e-warong dalam penyaluran PKH
a. Menjad perpanjangan tangan dar bank penyalur
dalam program bantuan sosal secara non tuna.
b. Mensosalsaskan penggunaan nstrumen KKS
kepada penerma bantuan PKH.
c. Sebaga meda penghubung bag penerma bantuan
PKH dalam penyampaan pengaduan masyarakat
terkat dengan kendala tekns penarkan bantuan
PKH.
d. Mengedukas penerma bantuan PKH tentang
produk dan jasa keuangan.

Electronic Data Capture (EDC)


3.
Mesn EDC adalah mesn yang berfungs sebaga
sarana penyeda transaks dan alat pembayaran
yang penggunaannya dengan cara memasukkan atau
menggesek KKS serta dlengkap dengan fasltas
pembayaran lannya.

Personal Identification Number (PIN)


4.
a. PIN adalah nomor identifikasi pribadi atau kode
rahasa yang terdr dar 6 angka sebaga kunc
penggunaan KKS untuk melakukan transaks
pencaran Bantuan PKH oleh penerma bantuan
PKH.
b. PIN KKS harus djaga kerahasaannya dengan
tdak membertahukan kepada sapapun.

5. Pendampngan Sosal Program Keluarga Harapan


a. Koordnator Kabupaten/Kota
1) Tugas
Koordnator Kabupaten/Kota adalah Sumber
Daya Manusa yang drekrut dan dtetapkan oleh
48
Kementeran Sosal RI yang bertugas membantu
kepala dnas/nstans sosal Kabupaten/Kota
dalam dalam mengoordnr sumber daya manusa
PKH d tngkat Kabupaten/Kota.
2) Peran
Adapun peran Koordnator Kabupaten/Kota
khusus terkat penyaluran PKH adalah:
• Mengkoordnaskan pengelolaan data/
dokumen terkat dengan hasl valdas calon
KPM PKH, hasil verifikasi komitmen komponen
PKH, hasl pemutakhran KPM PKH, realsas
penyaluran bantuan PKH, serta data/dokumen
PKH lannya d Kabupaten/Kota lokas tugas;
• Mengkoordnaskan pelaksanaan kegatan
penyaluran bantuan PKH serta tndak lanjut
pelaporan rekonslas realsas penyaluran
bantuan PKH pada seluruh kecamatan
b. Pendampng Sosal PKH
1) Tugas
Pendampng Sosal PKH merupakan petugas yang
melaksanakan pendampngan bag para KPM PKH
d tngkat kecamatan. Pendampngan dlakukan
untuk keseluruhan proses pelaksanaan Program
Keluarga Harapan.
2) Peran
Pendampng Sosal PKH berperan dalam
melaksanakan seluruh tahapan pelaksanaan PKH
yakn :
a) Pertemuan awal
b) Valdas
c) Pemutakhran data

49

d) Verifikasi komitmen kehadiran di layanan
penddkan dan kesehatan
e) Mengawas dan melaporkan penyaluran
bantuan sosal sebaga bahan untuk
rekonslas d tngkat Kabupaten/Kota
f) Melaksanakan Pertemuan Penngkatan
Kemampuan Keluarga (P2K2)
g) Melaksanakan penanganan pengaduan
h) Membuat laporan dan menyelesakan
permasalahan yang tmbul dalam pelaksanaan
PKH d lapangan.
c. Assten Pendampng Sosal
1) Tugas
Assten Pendampng Sosal adalah Sumber
Daya Manusa yang drekrut dan dtetapkan
oleh Kementeran Sosal RI untuk membantu
pelaksanaan tugas Pendampng Sosal d tngkat
kecamatan.
2) Peran
Peran Assten Pendampng Sosal terkat dengan
PKH adalah membantu tugas Pendampng Sosal

6. Perlndungan KPM/Konsumen
Cara aman menggunakan KKS:
a. Hndar PIN yang mudah dtebak sepert tanggal lahr
atau nomor telepon.
b. Menjaga kerahasaan PIN dengan tdak membertahukan
kepada sapapun.
c. Smpan KKS dtempat aman, jka KKS hlang, KPM
atau melalu Pendampng Sosal PKH segera hubung
call center bank penyelenggara dan/atau mengunjung
Unt Kerja/Kantor Cabang Bank Penyalur terdekat
untuk segera melakukan pemblokran kartu.

50
B. Layanan dan Pengaduan
1. Penggantan PIN
a. Untuk melakukan penggantan PIN, KPM datang
ke KC Bank Penyalur dengan membawa KKS;
Buku Tabungan sebaga bukt kepemlkan
rekenng KKS; Identtas asl.
b. Phak Bank akan mereset PIN dan KPM memasukan
PIN Baru kemudan aktvtas perubahan PIN
dcatat dalam log book.
2. Penggantan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS)
a. Krtera kartu rusak adalah kerusakan secara
fisik dan/atau tidak digunakan di 2 agen bank.
b. Dalam hal Kartu Keluarga Sejahtera Rusak,
maka:
1) KPM datang ke KC Bank Penyalur dengan
membawa KKS yang Rusak; buku tabungan
sebaga bukt kepemlkan rekenng KKS; dan
Identtas asl.
2) Phak KPM mengembalkan KKS yang rusak
kepada phak Bank kemudan dguntng dan
dcatat dalam log book.
3) Bank Penyalur menerbtkan Kartu ATM
Sementara/Instan sebaga penggant KKS.
4) Selanjutnya Bank Penyalur memproses
penggantan selama 14 (empat belas) har
kerja.
c. Dalam hal Kartu Keluarga Sejahtera Tertelan,
maka :
1) KPM datang ke KC Bank Penyalur dengan
membawa buku tabungan sebaga bukt
kepemlkan rekenng KKS; dan/atau Identtas
asl.
51
2) Bank Penyalur menerbtkan Kartu ATM
Sementara/Instan sebaga penggant KKS.
3) Selanjutnya Bank Penyalur memproses
penggantan selama 14 (empat belas) har
kerja.
d. Dalam hal Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) hlang,
maka :
1) KPM datang ke KC Bank Penyalur dengan
membawa buku tabungan sebaga bukt
kepemlkan rekenng KKS; Identtas asl; dan
surat keterangan kehlangan dar kepolsan.
2) Penggantan KKS karena hlang dkenakan
baya sesua ketentuan masng-masng Bank
Penyalur.
3) Bank Penyalur menerbtkan Kartu ATM
Sementara/Instan sebaga penggant KKS.
4) Proses penggantan kartu memerlukan waktu
selama 14 (empat belas) har kerja.
5) Dalam hal KPM sakt yang dbuktkan dengan
surat keterangan sakt maka, KPM dapat
memberkan kuasa kepada Pendampng
untuk melakukan proses penggantan KKS
kepada Bank Penyalur.

3. Penggantan Buku Tabungan


a. Dalam hal Buku Tabungan habs paka, maka KPM
datang ke KC Bank Penyalur dengan membawa
Identtas asl, KKS dan Buku Tabungan yang lama
(yang akan dgant);
b. Dalam hal Buku Tabungan hlang, maka KPM
wajb mengs form penggantan buku tabungan d
Bank Penyalur dan tanda tangan basah/cap jar d
form penggantan buku tabungan, menyampakan

52
Surat Keterangan Kehlangan dar kepolsan, dan
membawa denttas asl serta KKS;
c. Bank Penyalur menndaklanjut penggantan
buku tabungan dengan proses 1 har kerja dan
penggantan buku tabungan karena hlang
dkenakan baya sebesar Rp.15.000,- oleh phak
Bank Penyalur.

4. Saldo KKS Nhl/Nol


a. KPM dan/atau ddampng oleh pendampng agar
segera menyampakan pengaduan mengena saldo
KKS nhl/nol kepada Kantor Cabang Penyalur
setempat. Pendampng maupun Dnas Sosal
setempat memberkan pendampngan selama
proses penyelesaan kasus saldo KKS nhl/nol.
b. Tata cara penyelesaan pengaduan oleh Bank
Penyalur mengacu kepada ketentuan Bank
Indonesa dan OJK terkat perlndungan
konsumen.
c. Pendampng melalu Dnas Sosal Kabupaten/
Kota melaporkan ke Kementeran Sosal dserta
data BNBA KPM rekenng nhl/nol.
d. Kementeran Sosal memadankan data bayar
BNBA KPM yang dlaporkan oleh Kabupaten/Kota
dengan data BNBA KPM laporan multcredt dar
Bank Penyalur.
e. Data rekenng nhl/nol dsampakan kepada
Bank Penyalur untuk dtndaklanjut.
(informasi lebih rinci disampaikan dalam
bentuk diagram terlampir)

5. Jarngan off-lne
a. Dalam hal jaringan offline telah melampaui 7x24
jam, KC Bank Penyalur harus melapor kepada
53
Dnsos Kabupaten/Kota setempat untuk tndak
lanjut.
b. Selama masa jaringan offline, transaksi penarikan
dapat dlakukan d agen lan terdekat.

6. Pengaduan Lannya
Masyarakat penerma bantuan maupun pelaksana
program dapat mengajukan pengaduan melalu
call center bank terkat dengan Kartu Kombo dan
transaks.
Pengaduan terkat dengan data KPM, pengknan data
KPM, atau hal lan terkat program bantuan sosal
non tuna dapat menghubung Kemensos, Dnsos
Kabupaten/Kota setempat atau Pendampng Sosal
PKH dan melalu aplkas Layanan Aspras dan
Pengaduan Onlne Masyarakat (LAPOR).

C. Contact Center
Masng-masng Bank Penyalur telah mengntegraskan
layanan pengaduan Program Keluarga Harapan kedalam
pusat layanan mereka. Demkan juga Drektorat Jamnan
Sosal Keluarga Kementeran Sosal RI memlk nomor
pengaduan. Berkut merupakan nomor-nomor telepon
yang dapat dhubung.
PKH : 1500299
BNI : 1500046
Mandr : 14000
BRI : 14017, 1500017
BTN : 1500286

54
Lampiran
A. Bagan Alur Pengaduan Permasalahan Saldo Nihil (Nol)

55
37
56
B. Format Laporan dari Perbankan
1. Format Laporan Realisasi Penyaluran Bansos PKH
Nama Bank :(1)
Tahap :(2)
Tanggal :(3)
(4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
SP2D Penyaluran Tabungan Pencairan Tidak Pencairan
No Prov Kab/kota
Rp. KPM (orang) % Nominal % KPM (orang) % KPM (orang) %

Keterangan
(1) Nama Bank diisi dengan nama Bank yang menyampaikan laporan
(2) Tahap diisi dengan tahap penyaluran bantuan
(3) Tanggal pelaporan adalah setiap tanggal pelaporan per tahapnya Tempat, tgl/bln/tahun
(4) Nomor diisi dengan nomor urut
(5) Diisi dengan nama Provinsi yang ditetapkan sebagai lokasi bantuan disalurkan
(6) Diisi dengan nama Kab/Kota yang ditetapkan sebagai lokasi bantuan disalurkan
(7) Diisi dengan nominal SP2D yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan sebagaimana diajukan oleh Kementerian Sosial Nama Jelas
(8) Diisi dengan data KPM yang disalurkan ke tabungan berdasarkan data uang elektronik yang disalurkan
(9) Diisi dengan prosentase data KPM yang disalurkan ke tabungan berdasarkan uang elektronik yang disalurkan
(10) Diisi dengan Nominal (Rp) yang disalurkan ke tabungan berdasarkan uang elektronik diperbandingkan dengan nominal berdasarkan SI yang dikeluarkan oleh Kementerian Sosial
(11) Diisi dengan prosentase Nominal (Rp) yang disalurkan ke uang elektronik diperbandingkan dengan nominal berdasarkan SI yang dikeluarkan oleh Kementerian Sosial
(12) Diisi dengan data KPM yang telah mencairkan sebagian atau seluruh bantuan sosial
(13) Diisi dengan prosentase Data KPM yang telah melakukan pencairan di tabungan diperbandingkan dengan data KPM berdasarkan SP2D
(14) Diisi dengan rekapitulasi jumlah KPM yang tidak melakukan pencairan
(15) Diisi dengan prosentase Data KPM yang tidak melakukan pencairan di tabungan diperbandingkan dengan data KPM berdasarkan SP2D
*data dihimpun setiap tanggal 10 bulan berikutnya

38
2. Format Laporan KKS Tidak Terdistribusi Untuk KPM Baru

Bank :(1)
Tahap :(2)
Tanggal :(3)
(4) (5) (6) (7) (8) (9)
Rekapitulasi Status
No Tidak memiliki/Membawa
No Provinsi Kab/kota Nama Meninggal dan TKI dan Tidak ada Sakit Jiwa dan Tidak
Peserta Cerai Pindah Alamat Tidak Ditempat Sakit Force Majeur Menolak dokumen administrasi Duplikasi Data Lainnya
Tidak ada Ahli Waris Pengurus Pengganti ada Ahli Waris
(KTP,KK)

Keterangan
(1) Nama Bank diisi dengan nama bank yang menyampaikan laporan
(2) Tahap diisi dengan tahap penyaluran bantuan
(3) Tanggal pelaporan adalah setiap tanggal pelaporan per tahapnya Tempat, tgl/bln/tahun
(4) Nomor diisi dengan nomor urut
(5) Diisi dengan nama Provinsi yang ditetapkan sebagai lokasi bantuan disalurkan
(6) Diisi dengan nama Kab/Kota yang ditetapkan sebagai lokasi bantuan disalurkan
(7) Diisi dengan nomor peserta PKH Nama Jelas
(8) Diisi dengan nama peserta PKH
(9) Diisi dengan alasan kenapa kartu KKS tidak dapat didistribusikan
*data dihimpun setiap tanggal 10 bulan berikutnya

57
39
58
3. Format Laporan KPM Yang Tidak Melakukan Transaksi

Bank : (1)
Tahap : (2)
Tanggal : (3)
(4) (5) (6) (7) (8)

No Provinsi Kab/kota No Peserta Nama

Keterangan
(1) Nama Bank diisi dengan nama bank yang menyampaikan laporan
(2) Tahap diisi dengan tahap penyaluran bantuan Tempat, tgl/bln/tahun
(3) Tanggal pelaporan adalah setiap tanggal pelaporan per tahapnya
(4) Nomor diisi dengan nomor urut
(5) Diisi dengan nama Provinsi yang ditetapkan sebagai lokasi bantuan disalurkan
(6) Diisi dengan nama Kab/Kota yang ditetapkan sebagai lokasi bantuan disalurkan (Pejabat Bank Berwenang)
(7) Diisi dengan nomor peserta PKH Nama Jelas
(8) Diisi dengan nama peserta PKH yang tidak melakukan pencairan
*data dihimpun setiap tanggal 10 bulan berikutnya

40
C. Format Laporan dari Dinsos Kab/Kota/Prov
1. Format Laporan Realisasi Penyaluran Bansos Tingkat Provinsi

Provinsi :(1)
Tahap :(2)
Tanggal :(3)
(4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
SP2D Penyaluran Tabungan Bansos Tidak Masuk Tabungan
No Kab/kota
KPM (orang) Nominal KPM (orang) % KPM (orang) %

Keterangan
(1) Provinsi diisi dengan nama Provinsi yang menyampaikan laporan Tempat, tgl/bln/tahun
(2) Tahap diisi dengan tahap penyaluran bantuan
(3) Tanggal pelaporan adalah setiap tanggal pelaporan per tahapnya
(4) Nomor diisi dengan nomor urut
(5) Diisi dengan nama Kab/Kota yang ditetapkan sebagai lokasi bantuan disalurkan (Pejabat Berwenang)
(6) Diisi dengan data KPM berdasarkan SP2D yang dikeluarkan oleh Kementerian Sosial Nama Jelas
(7) Diisi dengan Nominal (Rp) berdasarkan SP2D yang dikeluarkan oleh Kementerian Sosial
(8) Diisi dengan data KPM yang telah menerima bansos di tabungan
(9) Diisi dengan prosentase Data KPM yang telah menerima bansos di tabungan diperbandingkan dengan data KPM berdasarkan SP2D
(10) Diisi dengan data KPM yang tidak menerima bansos di tabungan
(11) Diisi dengan prosentase Data KPM yang tidak menerima bansos di tabungan diperbandingkan dengan data KPM berdasarkan SP2D

59
41
60
2. Format Laporan Realisasi Penyaluran Bansos PKH Tingkat Kab/Kota

Provinsi : (1)
Kab/Kota : (2)
Tahap : (3)
Tanggal : (4)
(5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
SP2D Penyaluran Tabungan Bansos Tidak Masuk Tabungan
No Kab/kota
KPM (orang) Nominal KPM (orang) % KPM (orang) %

Keterangan Tempat, tgl/bln/tahun


(1) Provinsi diisi dengan nama Provinsi yang menyampaikan laporan
(2) Kab/Kota diisi dengan nama Kabupaten yang menyampaikan laporan
(3) Tahap diisi dengan tahap penyaluran bantuan
(4) Tanggal pelaporan adalah setiap tanggal pelaporan per tahapnya (Pejabat Berwenang)
(5) Nomor diisi dengan nomor urut Nama Jelas
(6) Diisi dengan nama Kab/Kota yang ditetapkan sebagai lokasi bantuan disalurkan
(7) Diisi dengan data KPM berdasarkan SP2D yang dikeluarkan oleh Kementerian Sosial
(8) Diisi dengan nominal SP2D yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan sebagaimana diajukan oleh Kementerian Sosial
(9) Diisi dengan data KPM yang telah menerima bansos di tabungan
(10) Diisi dengan prosentase Data KPM yang telah menerima bansos di tabungan diperbandingkan dengan data KPM berdasarkan SP2D
(11) Diisi dengan data KPM yang tidak menerima bansos di tabungan
(12) Diisi dengan prosentase Data KPM yang tidak menerima bansos di tabungan diperbandingkan dengan data KPM berdasarkan SP2D

42
3. Format Laporan KPM Yang Tidak Melakukan Transaksi
Provinsi :(1)
Tahap :(2)
Tanggal :(3)
(4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
SP2D Serah Terima KKS Rekapitulasi Status

No Kab/kota Meninggal dan Tidak TKI dan Tidak ada Pindah Sakit Jiwa dan Tidak Tidak Memiliki/Membawa Duplikasi
KPM (orang) Nominal Terima KKS Tidak terima KKS Cerai Tidak Ditempat Sakit Force Majeur Menolak Lainnya
ada Ahli Waris Pengurus Pengganti Alamat ada Ahli Waris dokumen administrasi (KTP, KK) Data

Keterangan
(1) Provinsi diisi dengan nama Provinsi yang menyampaikan laporan
(2) Tahap diisi dengan tahap penyaluran bantuan
(3) Tanggal pelaporan adalah setiap tanggal pelaporan per tahapnya
(4) Nomor diisi dengan nomor urut Mengetahui
(5) Diisi dengan nama Kab/Kota yang ditetapkan sebagai lokasi bantuan disalurkan
(6) Diisi dengan data KPM berdasarkan SP2D yang dikeluarkan oleh Kementerian Sosial
(7) Diisi dengan Nominal (Rp) berdasarkan SP2D yang dikeluarkan oleh Kementerian Sosial (Pejabat Berwenang)
(8) Diisi dengan jumlah KPM yang telah menerima KKS
(9) Diisi dengan jumlah KPM yang tidak menerima KKS
(10) Diisi dengan rekapitulasi alasan KPM tidak menerima KKS

61
43
62
4. Format Laporan Rekonsiliasi KPM Baru

Provinsi :(1)
Tahap :(2)
Tanggal :(3)
4. Format Laporan
4. Format
(4) (5) Rekonsiliasi
Laporan
(6) (7) Rekonsiliasi KPM
(8) KPM Baru Baru (9)
Provinsi :(1)
Provinsi :(1)
Rekapitulasi Status
Tahap Tahap:(2) :(2)
Tanggal No Provinsi
:(3)
Tanggal Kab/kota
:(3) No Peserta Nama Meninggal dan Tidak TKI dan Tidak ada Pindah Sakit Jiwa dan Tidak Tidak Memiliki/Membawa Duplikasi
(4) (6) (7)
Cerai Tidak Ditempat Sakit Force Majeur Menolak Lainnya
(5) (4) (5) (6) (8)(7) (8)
ada Ahli Waris Pengurus Pengganti Alamat ada Ahli Waris (9) (9) dokumen administrasi (KTP, KK) Data
Status
Rekapitulasi Rekapitulasi Status

No Provinsi
No Kab/kota
Provinsi No
Kab/kota Nama
Peserta No Meninggal
Peserta Nama dan Tidak TKI
Meninggal dandan Tidak TKI
Tidak adadan Tidak ada Pindah Pindah Sakit Jiwa dan Tidak
Sakit Jiwa dan Tidak Tidak Memiliki/Membawa Duplikasi
Tidak Memiliki/Membawa Duplikasi
Cerai Cerai Tidak Ditempat
Tidak Ditempat Sakit Force Sakit Menolak
MajeurForce Menolak
Majeurdokumen Lainnya Lain
ada Ahli Waris Pengurus
ada Ahli Pengurus PenggantiAlamat
Waris Pengganti Alamat ada Ahli Waris ada Ahli Waris administrasi
dokumen (KTP, KK)
administrasi (KTP, KK)
Data Data

Keterangan
Keterangan
Keterangan
(1) (1) Provinsi diisi dengan
Provinsi nama
diisi dengan
Provinsinama menyampaikan
yangProvinsi laporan
yang menyampaikan laporan
(2) (1) Provinsi
(2) Tahap diisi dengan
Tahap tahap
dengan
diisidiisi dengan
Provinsi
penyaluran
namatahap yang menyampaikan laporan
bantuan
penyaluran bantuan Tempat, tgl/bln/tahun
Tempat, tgl/bln/tahun
(3) (2) Tahap
(3) Tanggal pelaporan diisi
Tanggal dengan
adalah tahap
pelaporan penyaluran
setiapadalah bantuan
pelaporan
tanggalsetiap tanggalperpelaporan
tahapnyaper tahapnya Tempat, tgl/bln/tahun
(4) (4) Nomor diisi
(3) dengan
Nomor
Tanggal nomor
diisi dengan
pelaporan adalah nomor
urut setiap tanggal
urutpelaporan per tahapnya
(5) (5) Diisi dengan nama
Diisi dengan
Provinsinama ditetapkan
yangProvinsi ditetapkan bantuan
lokasisebagai disalurkan
lokasi bantuan disalurkan
(4) Nomor diisi dengan nomor urut yangsebagai
(6) (6) Diisi dengan nama Kab/Kota yang ditetapkan
Diisi dengan nama Kab/Kota yangsebagai ditetapkan bantuan
lokasisebagai disalurkan
lokasi bantuan disalurkan (Pejabat Berwenang)
(Pejabat Berwenang)
(7) (5) dengan
(7) Diisi dengan nomor
DiisiDiisi peserta
dengan
Provinsi
nama nomorKPM yang ditetapkan sebagai lokasi bantuan disalurkan
peserta KPM Nama Jelas Nama Jelas
(8) (6) dengan
Diisinama
(8) Diisi dengan Diisi peserta
dengan Kab/Kota
nama nama yang ditetapkan
KPM peserta KPM sebagai lokasi bantuan disalurkan (Pejabat Berwenang)
(9) (9) Diisi dengan
(7) Diisi dengan
Diisirekapitulasi
dengan rekapitulasi
nomoralasan
pesertaKPM
KPMtidak menerima
alasan KPM tidak KKSmenerima KKS Nama Jelas
(8) Diisi dengan nama peserta KPM
5. Format Laporan
5. Format
(9) Laporan
DiisiRekonsiliasi Rekonsiliasi
dengan rekapitulasi alasanKPM LamaKPM
KPM tidak menerima KKS Lama

44
5. Format Laporan Rekonsiliasi KPM Lama
Provinsi :(1)
Tahap :(2)
Tanggal :(3)
(4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
SP2D Penyaluran Tabungan Bansos Tidak Masuk Tabungan
No Kab/Kota
KPM (orang) Nominal KPM (orang) % KPM (orang)
%

Keterangan
(1) Provinsi diisi dengan nama Provinsi yang menyampaikan laporan
(2) Tahap diisi dengan tahap penyaluran bantuan Tempat, tgl/bln/tahun
(3) Tanggal pelaporan adalah setiap tanggal pelaporan per tahapnya
(4) Nomor diisi dengan nomor urut
(5) Diisi dengan nama Kab/Kota yang ditetapkan sebagai lokasi bantuan disalurkan
(6) Diisi dengan data KPM berdasarkan SP2D yang dikeluarkan oleh Kementerian Sosial (Pejabat Berwenang)
(7) Diisi dengan Nominal (Rp) berdasarkan SP2D yang dikeluarkan oleh Kementerian Sosial Nama Jelas
(8) Diisi dengan jumlah KPM yang menerima bansos di tabungan
(9) Diisi dengan persentase (%) dari jumlah kpm yang menerima bansos di tabungan dibandingkan dengan data SP2D
(10) Diisi dengan data KPM yang tidak menerima bansos di tabungan
(11) Diisi dengan prosentase Data KPM yang tidak menerima bansos di tabungan diperbandingkan dengan data KPM berdasarkan SP2D

63
45
Formatted: Left:
6. Format Berita Acara Rekonsiliasi Penyaluran Dana Bantuan Sosial Bottom: 1", Section

LOGO PEMDA LOGO BANK

BERITA ACARA REKONSILIASI PENYALURAN DANA BANTUAN SOSIAL NON


TUNAI
KEPADA PESERTA PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)
TAHAP …. DI PRONVINSI/KABUPATEN/KOTA…. TAHUN 2018
ANTARA
DINAS SOSIAL KABUPATEN/KOTA….
DENGAN
PT. BANK …. (PERSERO) CABANG....

Nomor :……. (DINAS SOSIAL)


Nomor : (BANK CABANG)

Pada hari ini ……, tanggal ……………., bulan …………………., bertempat di


Kabupaten/Kota……, telah melaksanakan rekonsiliasi Tingkat
Provinsi/Kabupaten/Kota.... yang bertanda tangan di bawah ini masing-masing:

I. Nama 1. Kepala Dinas Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota…..


2. Koordinator Provinsi/Kabupaten/Kota……

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Dinas Sosial
Provinsi/Kabupaten/Kota…., selanjutnya disebut “PIHAK KESATU”.

II. Nam a 1. Kepala Cabang atau Unit Bank…. Kabupaten/Kota….


2. Manajer ……

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Cabang/Unit PT. Bank … (Persero)
Kabupaten/Kota…., selanjutnya disebut “PIHAK KEDUA”.

PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA selanjutnya disebut PARA PIHAK telah bersepakat
melakukan rekonsiliasi penyaluran dana bantuan sosial kepada peserta PKH Tahap I
di Provinsi/Kabupaten/Kota …. Tahun 2018 dengan hasil sebagai berikut:

A. PESERTA PKH BARU

1. Bahwa PIHAK KESATU berdasarkan data SP2D yang dikirimkan oleh


Direktorat Jaminan Sosial Keluarga, Direktorat Jenderal Perlindungan dan
Jaminan Sosial, Kementerian Sosial RI. Seperti tabel dibawah ini :

(4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)


SP2D Penyaluran Tabungan Bansos Tidak Masuk Tabungan
No Kab/kota
KPM (orang) Nominal KPM (orang) % KPM (orang) %

64
Formatted: Font:
Check spelling and g
Formatted: Font:
2. PIHAK KEDUA melaporkan jumlah peserta PKH yang telah menerima KKS
seperti Formulir dan BNBA terlampir :
(4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
SP2D Penyaluran Tabungan Pencairan Tidak Pencairan
No Prov Kab/kota
Rp. KPM (orang) % Nominal % KPM (orang) % KPM (orang) %

3. PARA PIHAK bersepakat bahwa selisih atas KPM yang belum menerima KKS
sebanyak …. KPM dengan nilai Rp… BNBA sebagaimana tabel:
(4) (5) (6) (7) (8) (9)
Rekapitulasi Status

No Provinsi Kab/kota No Peesrta Nama Meninggal dan Tidak TKI dan Tidak ada Pindah Sakit Jiwa dan Tidak Tidak Memiliki/Membawa Duplikasi
Cerai Tidak Ditempat ada Ahli Waris
Sakit Force Majeur Menolak dokumen administrasi (KTP, KK)
Lainnya
ada Ahli Waris Pengurus Pengganti Alamat Data

B. PESERTA PKH LAMA

1. Bahwa PIHAK KESATU berdasarkan data SP2D yang dikirimkan oleh


Direktorat Jaminan Sosial Keluarga, Direktorat Jenderal Perlindungan dan
Jaminan Sosial, Kementerian Sosial RI. Seperti tabel dibawah ini :
(4) (5) (6) (7) (8) (9)
Rekapitulasi Status

No Provinsi Kab/kota No Peesrta Nama Meninggal dan Tidak TKI dan Tidak ada Pindah Sakit Jiwa dan Tidak Tidak Memiliki/Membawa Duplikasi
Cerai Tidak Ditempat ada Ahli Waris
Sakit Force Majeur Menolak dokumen administrasi (KTP, KK) Lainnya
ada Ahli Waris Pengurus Pengganti Alamat Data

2. PIHAK KEDUA melaporkan jumlah peserta PKH yang telah berhasil dilakukan
pemindahbukuan dari rekening pemberi bantuan ke rekening tabungan
peserta PKH seperti terlampir :
(4) (5) (6) (7) (8) (9)
Rekapitulasi Status

No Provinsi Kab/kota No Peesrta Nama Meninggal dan Tidak TKI dan Tidak ada Pindah Sakit Jiwa dan Tidak Tidak Memiliki/Membawa Duplikasi
Cerai Tidak Ditempat ada Ahli Waris
Sakit Force Majeur Menolak dokumen administrasi (KTP, KK) Lainnya
ada Ahli Waris Pengurus Pengganti Alamat Data

65
3. PARA PIHAK bersepakat bahwa jumlah bantuan yang belum dicairkan
sebagaimana berikut:
(4) (5) (6) (7) (8)

No Provinsi Kab/kota No Peserta Nama

4. PARA PIHAK bersepakat bahwa selisih atas bantuan yang belum berhasil
dipindahkan ke rekening tabungan sebanyak …. KPM dengan nilai Rp........ dan
BNBA terlampir

Berita Acara ini dapat digunakan oleh Dinas Sosial Provinsi untuk dasar Rekonsiliasi
Tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota

Demikian Berita Acara ini dibuat dan ditandatangani oleh PARA PIHAK untuk dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

PIHAK KESATU PIHAK KEDUA

(Kadis)
(Kepala Cabang)

(Korkab) (Manajer)

66
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
penanggulangan NOMOR 63 TAHUN
kemsknan 2017
yang melput perlndungan
NOMOR 63 TAHUN 2017
sosal, jamnan sosal, pemberdayaan sosal, rehabltas
TENTANG
TENTANG
sosal, dan pelayanan dasar.
PENYALURAN
PENYALURAN BANTUAN SOSIAL
BANTUAN SOSIAL SECARA
SECARANONNON
TUNAI TUNAI
4. Penerma Bantuan Sosal adalah seseorang, keluarga,
kelompok
DENGAN atau
DENGAN masyarakat
RAHMAT
RAHMAT TUHAN
TUHAN mskn,
YANG
YANG tdak
MAHAMAHA mampu,
ESA ESA dan/
atau rentan terhadap rsko sosal.
PRESIDEN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
REPUBLIK INDONESIA,
5. Bank Penyalur adalah bank sebaga mtra kerja tempat
dbukanya
Menimbang rekenng atas nama Pember Bantuan Sosal
Menimbang : :
a. a. bahwa penyaluran
bahwa penyaluran bantuan
bantuan sosial sosial kepada
kepada masyarakat dilakukan
untuk menampung masyarakat dilakukan secara efisien yang
dana belanja Bantuan Sosal agar
secara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal.
dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi;
tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
b. bahwa penyaluran bantuan sosial yang efisien dapat
administrasi;
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
mendukung peningkatan manfaat bagi penerima bantuan serta
sebaga meda
b. penyaluran
bahwa
berkontribusi terhadapberbaga
penyaluran bantuan
peningkatan Bantuan
sosial
keuangan Sosal,
yang
intensif;
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera.
efisien
c. bahwa dapat pertimbangan
berdasarkan mendukung peningkatan
sebagaimana dimaksud
manfaat
dalam huruf a bagi
dan penerima
huruf b perlu bantuan
menetapkan
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut serta
Peraturan
e-warong adalah berkontribusi
Presiden tentang
agen bank, terhadap
Penyaluran Bantuan
pedagang dan/ peningkatan
Sosial Secara
atau Non
phak
keuangan
Tunai; intensif;
lan yang telah bekerja sama dengan Bank Penyalur dan
dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan
c.
bahwa berdasarkan pertimbangan
Mengingat : Pasal
Sosal oleh 4 ayat (1)Bantuan
Penerma
sebagaimana Undang-Undang Dasar
Sosal
dimaksud Negara
bersama
dalam Republik
Bank
huruf a
Penyalur. Indonesia Tahun 1945;
dan huruf b perlu menetapkan Peraturan
Presiden tentang Penyaluran Bantuan
SosialMEMUTUSKAN:
Secara Non Tunai;

Menetapkan
Mengingat : :PERATURAN
Pasal 4 ayatPRESIDEN TENTANG Dasar
(1) Undang-Undang PENYALURAN
Negara
BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI.
Republik Indonesia Tahun 1945;

69
67
45
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program
MEMUTUSKAN:
penanggulangan NOMOR 63 TAHUN
kemsknan 2017
yang melput perlndungan
sosal, jamnan
Menetapkan : sosal, pemberdayaan
PERATURAN sosal, rehabltas
TENTANG PRESIDEN TENTANG
sosal, dan pelayanan dasar.
PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA
PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI
NON TUNAI.
4. Penerma Bantuan Sosal adalah seseorang, keluarga,
kelompok atau RAHMAT
DENGAN masyarakat TUHAN mskn,
YANG MAHA tdak ESA
mampu, dan/
atau rentan terhadap rsko sosal.
PRESIDEN REPUBLIK BAB I INDONESIA,
5. Bank Penyalur adalah bank sebaga mtra kerja tempat
dbukanya rekenng KETENTUAN
atas nama UMUMPember Bantuan Sosal
Menimbang : a. bahwa penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat dilakukan
untuk menampung dana belanja
Pasal 1 Bantuan Sosal yang
secara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal.
tepat waktu, tepat kualitas,
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:dan tepat administrasi;
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
b. bahwa penyaluran bantuan sosial yang efisien dapat
1. Bantuan Sosial adalah bantuan berupa uang, barang,
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
mendukung peningkatan manfaat bagi penerima bantuan serta
atau jasa kepada seseorang, keluarga, kelompok atau
sebaga meda penyaluran
berkontribusi terhadapberbaga
peningkatan Bantuan Sosal,
keuangan intensif;
masyarakat miskin, tidak mampu, dan/ atau rentan
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
terhadap risiko sosial.
dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut
2. Risiko Sosial Presiden
adalah tentang
kejadian atau peristiwa
Penyaluran Bantuan yang
Sosial dapat
Secara Non
e-warong adalah agen bank, pedagang dan/ atau phak
menimbulkanTunai; potensi terjadinya kerentanan sosial yang
lan yang telah bekerja sama dengan Bank Penyalur dan
ditanggung oleh seseorang, keluarga, kelompok, dan/ atau
dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan
masyarakat
Mengingat sebagai
: Pasal 4 ayatdampak krisis sosial,
(1)Bantuan
Undang-Undang krisis
Dasar Negaraekonomi,
Republik
Sosal oleh Penerma Sosal bersama Bank
krisis politik, fenomena
Indonesia Tahun alam,
1945; dan bencana yang jika tidak
Penyalur.
diberikan Bantuan Sosial akan semakin terpuruk dan
tidak dapat hidup dalam kondisi wajar.
MEMUTUSKAN:
3. Pemberi Bantuan Sosial adalah Satuan Kerja pada
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN
Kementerian/Lembaga TENTANG Pusat
pada Pemerintah PENYALURAN
dan/
BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI.
atau Satuan Kerja Perangkat Daerah pada Pemerintah

68 69
45
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

DaerahPERATURAN
yang tugasPRESIDEN REPUBLIK
dan fungsinya INDONESIA program
melaksanakan
Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program
penanggulangan NOMOR
penanggulangan 63 TAHUN
kemiskinan
kemsknan 2017
yang
yang meliputi perlndungan
melput perlindungan
sosial, jamnan
sosal, jaminan sosal,
sosial, pemberdayaan
pemberdayaan sosal,
sosial, rehabltas
rehabilitasi
TENTANG
sosial, dan pelayanan dasar.
sosal, dan pelayanan dasar.
PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI
4. Penerma
4. Penerima Bantuan
Bantuan Sosal
Sosial adalah
adalah seseorang,
seseorang, keluarga,
keluarga,
kelompok
kelompok atau masyarakat
atau RAHMAT
DENGAN masyarakat
TUHANmskn,
miskin, tdak mampu,
mampu, dan/
tidakESA
YANG MAHA dan/
atau rentan terhadap rsko sosal.
atau rentan terhadap risiko sosial.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
5. Bank
5. Bank Penyalur
Penyalur adalah
adalah bank
bank sebaga
sebagai mtra
mitra kerja tempat
kerja tempat
dbukanya rekening
dibukanya rekenng atasatas nama
nama Pemberi
Pember Bantuan
Bantuan Sosial
Sosal
Menimbang : a. bahwa penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat dilakukan
untuk
untuk menampung
menampung dana dana belanja
belanja Bantuan
Bantuan Sosal
Sosial yangyang
secara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal.
akan disalurkan kepada Penerima Bantuan Sosial.
tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi;
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
6. Kartu Kombo adalahpenyaluran
b. bahwa instrumen pembayaran
bantuan yang
sosial yang memiliki
efisien dapat
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
fitur uang elektronik
mendukungdan tabungan
peningkatan manfaatyang dapat digunakan
bagi penerima bantuan serta
sebaga
sebagai meda
media penyaluran
penyaluran
berkontribusi berbaga
terhadapberbagai Bantuan
peningkatan Bantuan Sosal,
Sosial,
keuangan intensif;
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera.
termasuk Kartu Keluarga
c. bahwa Sejahtera.
berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a royong
dan hurufyang
b perlu menetapkandisebut
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut
7. Elektronik warung gotong selanjutnya Peraturan
e-warong
e-warong adalah Presiden
adalah tentang
agen
agen bank,
bank, Penyaluran Bantuan
pedagang
pedagang Sosial
dan/
dan/ Secara
atau
atau Non
phak
pihak
lan
lain yang Tunai;
yang telah
telah bekerja
bekerja sama
sama dengan
dengan Bank
Bank Penyalur
Penyalur dan dan
dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan
ditentukan sebagai tempat penarikan/ pembelian Bantuan
Mengingat
Sosal : Pasal
Sosial oleh
oleh 4 ayat (1)Bantuan
Penerma
Penerima Undang-Undang
Bantuan Dasar
Sosal
Sosial Negara Republik
bersama
bersama Bank
Bank
Penyalur. Indonesia Tahun 1945;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENYALURAN


BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI.

69
45
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN BABREPUBLIK


II INDONESIA
Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program
penanggulangan NOMOR 63 TAHUN 2017
BANTUANkemsknan
SOSIAL SECARA yang melput
NON TUNAI perlndungan
sosal, jamnan sosal, pemberdayaan sosal, rehabltas
TENTANG
Pasal 2
sosal, dan pelayanan dasar.
(1) Penyaluran
PENYALURAN Bantuan
BANTUAN Sosial secara
SOSIAL non tunai
SECARA dilaksanakan
NON TUNAI
4. Penerma Bantuan Sosal adalah seseorang, keluarga,
terhadap Bantuan Sosial yang diberikan dalam bentuk
kelompok atau RAHMAT
DENGAN masyarakat TUHAN mskn,
YANG MAHA tdak ESA
mampu, dan/
uang berdasarkan penetapan Pemberi Bantuan Sosial.
atau rentan terhadap rsko sosal.
(2) Penyaluran Bantuan
PRESIDEN Sosial
REPUBLIKsecara non tunai sebagaimana
INDONESIA,
5. Bank Penyalur adalah bank sebaga mtra kerja tempat
dimaksud pada ayat (1) merupakan Bantuan Sosial
dbukanya rekenng atas nama Pember Bantuan Sosal
yang diberikan
Menimbang : a. bahwa dalam rangka
penyaluran bantuanprogram
sosial kepadapenanggulangan
masyarakat dilakukan
untuk menampung dana belanja Bantuan Sosal yang
kemiskinan yang meliputi perlindungan sosial, jaminan
secara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal.
sosial, pemberdayaan sosial,
tepat waktu, tepat kualitas, rehabilitasi sosial, dan
dan tepat administrasi;
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
pelayanan b. dasar.
bahwa penyaluran bantuan sosial yang efisien dapat
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
mendukung peningkatan manfaat bagi penerima bantuan serta
sebaga meda penyaluran
berkontribusi terhadap3berbaga
Pasal peningkatan Bantuan Sosal,
keuangan intensif;
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
(1) Penyaluran Bantuan Sosial secara non tunai sebagaimana
dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dilaksanakan oleh Pemberi
e-warong Presiden
adalah tentang
agen bank, Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non
Bantuan Sosial melalui Bankpedagang
Penyalur dan/ atau
ke rekening phak
atas
lan yang Tunai;
telah bekerja
nama Penerima Bantuansama Sosial.dengan Bank Penyalur dan
dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan
(2) Bank Penyalur
Mengingat : Pasal sebagaimana
4 ayat (1)Bantuan dimaksud pada
Undang-Undang Dasar ayat (1) adalah
Negara Republik
Sosal oleh Penerma Sosal bersama Bank
Bank Umum Milik
Indonesia Negara.
Tahun 1945;
Penyalur.
(3) Rekening atas nama Penerima Bantuan Sosial sebagaimana
dimaksud pada ayatMEMUTUSKAN:
(1) mencakup seluruh program Ban
tuan Sosial yang diterima oleh Penerima Bantuan Sosial
Menetapkan
dan dapat : PERATURAN
dibedakan PRESIDEN
penggunaannya TENTANG untukPENYALURAN
masing-
BANTUAN SOSIAL
masing program Bantuan Sosial. SECARA NON TUNAI.

70 69
45
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program
(4) Rekening atas nama Penerima Bantuan Sosial sebagaimana
penanggulangan NOMOR 63 TAHUN
kemsknan 2017
yang melput perlndungan
dimaksud pada ayat (1) dapat diakses melalui Kartu
sosal, jamnan sosal, pemberdayaan sosal, rehabltas
Kombo. TENTANG
sosal, dan pelayanan dasar.
PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI
4. Penerma Bantuan Sosal Pasaladalah
4 seseorang, keluarga,
kelompok atau RAHMAT
DENGAN masyarakat TUHAN mskn,
YANG MAHA tdak ESA
mampu, dan/
1) atau rentan terhadap rsko sosal.
Penyaluran Bantuan Sosial secara non tunai sebagaimana
dimaksud dalam PRESIDENPasal 2 ayatINDONESIA,
REPUBLIK (1) dilaksanakan kepada
5. Bank
PenerimaPenyalur
Bantuan adalah
Sosialbank yangsebaga mtra oleh
ditetapkan kerja Pemberi
tempat
dbukanya
Bantuan rekenng atas nama Pember Bantuan Sosal
Menimbang : Sosial.
a. bahwa penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat dilakukan
untuk menampung dana belanja Bantuan Sosal yang
secara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
jumlah penerima, dan lokasi Bantuan
(2) akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal.
Besar manfaat,
Sosial dari setiap waktu,
tepat tepat kualitas,
penyaluran dan tepat
Bantuan administrasi;
Sosial sebagaimana
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Pemberiefisien
b. bahwa penyaluran bantuan sosial yang Bantuandapat
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
Sosial berkoordinasi dengan Kementerian/Lembaga. serta
mendukung peningkatan manfaat bagi penerima bantuan
sebaga meda penyaluran
berkontribusi terhadapberbaga
peningkatan Bantuan Sosal,
keuangan intensif;
(3) Penyaluran Bantuan Sosial secara non tunai sebagaimana
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan bagi:
dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut
a. penyandang disabilitas
Presiden tentang berat;
Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non
e-warong adalah agen bank, pedagang dan/ atau phak
b. lanjut
lan yang usia Tunai;
telah terlantar
bekerja nonsama potensial;
dengan Bank Penyalur dan
dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan
c. eks penderita penyakit kronis non potensial;
Mengingat : Pasal
Sosal oleh 4 ayat (1)Bantuan
Penerma Undang-UndangSosal Dasar Negara Republik
bersama Bank
d. Komunitas Adat
Indonesia Terpencil
Tahun 1945; (KAT); dan/atau
Penyalur.
e. daerah yang belum memiliki infrastruktur untuk
mendukung penyaluran MEMUTUSKAN: Bantuan Sosial secara non
tunai.
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENYALURAN
BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI.

69
71
45
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN BABREPUBLIK


III INDONESIA
Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program
penanggulangan NOMOR 63 TAHUN
kemsknan
MEKANISME yang 2017
PENYALURAN melput perlndungan
sosal, jamnan sosal, pemberdayaan sosal, rehabltas
TENTANG
Pasal 5
sosal, dan pelayanan dasar.
(1) Mekanisme
PENYALURAN penyaluran
BANTUANBantuan Sosial NON
SOSIAL SECARA secara
TUNAInon tunai
4. Penerma Bantuan Sosal adalah seseorang, keluarga,
meliputi:
kelompok atau RAHMAT
DENGAN masyarakat TUHAN mskn,
YANG MAHA tdak ESA
mampu, dan/
a. proses registrasi dan/ atau pembukaan rekening;
atau rentan terhadap rsko sosal.
b. pelaksanaan edukasi
PRESIDEN dan sosialisasi;
REPUBLIK INDONESIA,
5. Bank Penyalur adalah bank sebaga mtra kerja tempat
c. proses penyaluran; dan
dbukanya rekenng atas nama Pember Bantuan Sosal
Menimbang : a. bahwa penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat dilakukan
d. penarikan
untuk menampung uang dana dan/ atau
belanja pembelian
Bantuan barang/ jasa
Sosal yang
secara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
menggunakan dana dari rekening
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal. Penerima Bantuan
tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi;
Sosial
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
b. bahwa penyaluran bantuan sosial yang efisien dapat
(2) Mekanisme penyaluran Bantuan Sosial bagi Penerima
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
mendukung peningkatan manfaat bagi penerima bantuan serta
Bantuan Sosial
sebaga meda sebagaimana berbaga
penyaluran dimaksud dalam Pasal 4
berkontribusi terhadap peningkatan Bantuan Sosal,
keuangan intensif;
ayat (3) dilakukan dengan
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera. mekanisme lain sesuai dengan
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
ketentuan peraturan perundang-undangan.
dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut
(3) Mekanisme
e-warong penyaluran
Presiden
adalah tentang
agen Bantuan
bank, Penyaluran
pedagang Sosial
Bantuan
dan/ sebagaimana
Sosial Secara
atau Non
phak
dimaksud pada
Tunai;ayat (1) didahului oleh pemberitahuan
lan yang telah bekerja sama dengan Bank Penyalur dan
dari Pemberi Bantuan Sosial kepada pemerintah daerah
dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan
dan/atau
Mengingat
Sosal oleh instansi
: Pasal 4 ayat (1)
Penerma vertikal
Bantuan untuk
Undang-Undang
Sosal mempersiapkan
Dasar Negara Republik
bersama Bank
pelaksanaan
Penyalur. penyaluran
Indonesia Tahun Bantuan
1945; Sosial secara non tunai
di daerahnya.
(4) Mekanisme penyaluranMEMUTUSKAN:
Bantuan Sosial sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang
Menetapkan : PERATURAN
merupakan PRESIDEN
bagian tidak TENTANG
terpisahkan dariPENYALURAN
Peraturan
BANTUAN
Presiden ini. SOSIAL SECARA NON TUNAI.

72 69
45
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program
Pasal 6
penanggulangan NOMOR 63 TAHUN
kemsknan 2017
yang melput perlndungan
(1) Proses registrasi dan/atau pembukaan rekening Penerima
sosal, jamnan sosal, pemberdayaan sosal, rehabltas
TENTANG
Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
sosal, dan pelayanan dasar.
(1) huruf a dilakukan oleh Bank Penyalur berdasarkan
PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI
4. Penerma
data yang Bantuan Sosal oleh
telah ditetapkan adalah seseorang,
Pemberi keluarga,
Bantuan Sosial
kelompok
berdasarkan atau masyarakat
Data Terpadu mskn,
Program
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAtdak mampu,
Penanganan dan/
Fakir
atau rentan terhadap rsko sosal.
Miskin.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
5. Bank Penyalur
(2) Data Penerima adalah Sosial
Bantuan bank sebagaimana
sebaga mtra kerja tempat
dimaksud pada
dbukanya
ayat (1) rekenng data
merupakan atas yang
nama terintegrasi
Pember Bantuan
dari Sosal
berbagai
Menimbang : a. bahwa penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat dilakukan
untuk
programmenampung
Bantuan dana yang
Sosial, belanja
prosesBantuan Sosal yang
pengintegrasiannya
secara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal.
dilakukan olehtepatmenteri
waktu, tepatyang menyelenggarakan
kualitas, dan tepat administrasi; urusan
pemerintahan di bidang sosial.
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
b. bahwa penyaluran bantuan sosial yang efisien dapat
(3) fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
Pemberi Bantuan
mendukungSosial mengirimkan
peningkatan pemberitahuan
manfaat bagi penerima bantuan serta
sebaga meda
kepada Penerima penyaluran
terhadapberbaga
Bantuan
berkontribusi Sosial Bantuan
untuk
peningkatan Sosal,
melakukan
keuangan intensif;
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera.
registrasi c.
dan menghadiri sosialisasi pada waktu
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dan
tempat yang ditentukan
dalam huruf a olehdan Pemberi Bantuan
huruf b perlu Sosial
menetapkan
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut dan
Peraturan
Bank Penyalur.
Presiden
e-warong adalah tentang
agen bank, Penyaluran Bantuan
pedagang Sosial
dan/ Secara
atau Non
phak
lan yang
(4) Bank Penyalur Tunai;
telah bekerja
dan sama
Pemberi dengan Sosial
Bantuan Bank berkoordinasi
Penyalur dan
dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan
dengan pemerintah daerah dan/atau instansi vertikal
Mengingat
Sosal : Pasal
oleh
terkait untuk 4 ayat (1)Bantuan
Penerma
memastikan Undang-Undang Dasar
Sosal
keberadaan Negara
bersama
Penerima Republik
Bank
Bantuan
Penyalur.
Sosial. Indonesia Tahun 1945;

(5) Dalam hal Penerima Bantuan Sosial telah memiliki rekening


MEMUTUSKAN:
untuk salah satu program Bantuan Sosial, maka rekening
tersebut : harus
Menetapkan digunakan
PERATURAN untuk
PRESIDEN menerima
TENTANG program
PENYALURAN
Bantuan Sosial lainnya.
BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI.

69
73
45
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

PERATURAN PRESIDENPasal 7
REPUBLIK INDONESIA
Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program
penanggulangan
(1) NOMOR
Pelaksanaan edukasi 63dan
kemsknan TAHUN 2017
yang melput perlndungan
sosialisasi sebagaimana
sosal,
dimaksud jamnan
dalamsosal, pemberdayaan
5 ayat (1) hurufsosal,
PasalTENTANG rehabltas
b dilakukan oleh
sosal, dan pelayanan dasar.
Bank Penyalur bersama dengan Pemberi Bantuan Sosial.
PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI
4. Penerma
(2) Bantuan
Pelaksanaan Sosal
edukasi dan adalah seseorang,
sosialisasi keluarga,
sebagaimana
kelompok
dimaksud atau ayat
pada
DENGAN masyarakat mskn,
(1) paling
RAHMAT TUHAN sedikit tdak
YANG MAHA mampu, dan/
meliputi:
ESA
atau rentan terhadap rsko sosal.
a. produk dan tata cara penggunaan/ penarikan rekening
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Bantuan
5. Bank Sosial;
Penyalur adalah bank sebaga mtra kerja tempat
dbukanya
b. manfaatrekenng
menabung atas nama Pember Bantuan
dan perencanaan Sosal
keuangan
Menimbang : a. bahwa penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat dilakukan
untuk menampung dana belanja Bantuan Sosal yang
keluarga;
secara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal.
c. tata cara penyampaian pengaduan yang ditetapkan
tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi;
oleh Pemberi Bantuan Sosial; dansosial yang efisien dapat
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
b. bahwa penyaluran bantuan
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
d. penggunaan manfaat
mendukung Bantuan
peningkatan Sosial.
manfaat bagi penerima bantuan serta
sebaga meda penyaluran berbaga
peningkatan Bantuan Sosal,
(3) Pelaksanaan berkontribusi
edukasi dan terhadap
sosialisasi keuangan intensif;
yang mencakup
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan
program dan manfaat Program Bantuansebagaimana dimaksud
Sosial dilakukan
oleh Pemberi Bantuan Sosial, kementerian/lembaga Peraturan
dalam huruf a dan huruf b perlu
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut menetapkan terkait
e-warong Presiden
adalah Daerah.
dan Pemerintah tentang Penyaluran Bantuan Sosial
agen bank, pedagang dan/ atau phak Secara Non
Tunai;
lan yang telah bekerja sama dengan Bank Penyalur dan
(4) Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4)
dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan
dapat dilakukan
Mengingat : Pasal
bersamaan
4 ayat (1)Bantuan
dengan pelaksanaan
Undang-Undang Dasar
edukasi
Negara Republik
Sosal oleh Penerma Sosal bersama Bank
dan sosialisasi sebagaimana
Indonesia Tahun 1945;
dimaksud pada ayat (1) dan
Penyalur.
ayat (2).
MEMUTUSKAN:
Pasal 8
Menetapkan
(1) : PERATURANBantuan
Proses penyaluran PRESIDEN TENTANG
Sosial secara PENYALURAN
non tunai
BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c

74 69
45
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

dilaksanakan olehPRESIDEN
PERATURAN Bank Penyalur
REPUBLIKdan diberikan tanpa
INDONESIA
Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program
pengenaan biaya.NOMOR
penanggulangan 63 TAHUN
kemsknan 2017
yang melput perlndungan
sosal, penyaluran
(2) Proses jamnan sosal, pemberdayaan
dilakukan sosal, rehabltas
dengan memindahbukukan/
TENTANG
sosal, dan pelayanan dasar.
pemindahbukuan dana dari rekening Pemberi Bantuan
PENYALURAN
Sosial di Bank BANTUAN
Penyalur SOSIAL
kepada SECARAPenerima
rekening NON TUNAIBantuan
4. Penerma Bantuan Sosal adalah seseorang, keluarga,
Sosial. DENGAN
kelompok atau RAHMAT
masyarakat
TUHANmskn, tdak ESA
YANG MAHA mampu, dan/
atau rentan terhadap rsko sosal.
(3) Pemindahbukuan dana dari rekening Pemberi Bantuan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Sosial Penyalur
5. Bank pada Bank Penyalur
adalah kepada mtra
bank sebaga rekeningkerja Penerima
tempat
Bantuan Sosial dilakukan paling lama 30 (tiga
dbukanya rekenng atas nama Pember Bantuan Sosal puluh) hari
Menimbang : a. bahwa penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat dilakukan
kalender
untuk sejak dana ditransfer
menampung dari Kas
dana belanja Negara/Kas
Bantuan Sosal Daerah
yang
secara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
ke rekening Pemberi Bantuan Sosial
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal.di Bank Penyalur.
tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi;
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
b. bahwa penyaluran bantuan sosial yang efisien dapat
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
mendukung peningkatan
Pasal 9 manfaat bagi penerima bantuan serta
sebaga meda penyaluran
berkontribusi terhadapberbaga
peningkatan Bantuan Sosal,
keuangan intensif;
(1) Penarikan uang dan/atau pembelian barang/jasa
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
menggunakan dana dari rekening Penerima Bantuan
dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut
Sosia1 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
e-warong Presiden
adalah tentang
agen bank, Penyaluran Bantuan
pedagang Sosial Secara Non
huruf d dilaksanakan untuk pertama kali dan/
setelahatau phak
Penerima
lan Tunai;
yang Sosial
telah bekerja sama dengan Bank Penyalur dan
Bantuan mendapatkan pemberitahuan dari Bank
dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan
Penyalur.
Mengingat : Pasal
Sosal oleh 4 ayat (1)Bantuan
Penerma Undang-Undang Dasar
Sosal Negara Republik
bersama Bank
(2) Pemberitahuan
Penyalur. sebagaimana
Indonesia Tahun 1945; dimaksud pada ayat (1)
sekurang-kurangnya meliputi informasi tentang:
a. Pembukaan rekening Penerima Bantuan Sosial;
MEMUTUSKAN:
b. Personal Identification Number (PIN) untuk penggunaan
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENYALURAN
rekening;
BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI.
c. Jumlah dana Bantuan Sosial;
69
75
45
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

d. TataPERATURAN PRESIDEN
cara penarikan uangREPUBLIK
dan/ atauINDONESIA
pembelian barang/
Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program
penanggulangan NOMOR
jasa menggunakan 63dana
kemsknan TAHUN 2017
dari
yang rekening
melput Penerima
perlndungan
Bantuan
sosal, Sosial;
jamnan dan pemberdayaan sosal, rehabltas
sosal,
TENTANG
sosal, dan pelayanan dasar.
e. Informasi mengenai tabungan dan penarikan dana
PENYALURAN
Bantuan BANTUAN
Sosial dalamSOSIAL SECARA
rekening NON TUNAIBantuan
Penerima
4. Penerma Bantuan Sosal adalah seseorang, keluarga,
Sosial.
kelompok atau RAHMAT
masyarakat mskn, tdak ESA
mampu, dan/
DENGAN TUHAN YANG MAHA
atau rentan terhadap rsko sosal.
(3)
Penarikan uang dan/atau pembelian barang/jasa
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
menggunakan
5. Bank Penyalur dana daribank
adalah rekening Penerima
sebaga mtra Bantuan Sosial
kerja tempat
dapat dilakukan
dbukanya di pihak
rekenng atas yang
nama dapat menerima
Pember Bantuan transaksi
Sosal
Menimbang : a. bahwa penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat dilakukan
untuk menampung dana belanja Bantuan Sosal Kartu
penarikan tunai atau pembelian barang dengan yang
secara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
Kombo.
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal.
tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi;
(4)
Penarikan uang dan/atau pembelian barang/jasa
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
b. bahwa penyaluran bantuan sosial yang efisien dapat
menggunakan dana dari rekening Penerima Bantuan Sosial
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
mendukung peningkatan manfaat bagi penerima bantuan serta
dapat dilakukan
sebaga meda setiap terhadap
saat sesuai
penyaluran
berkontribusi
kebutuhan
berbaga
peningkatan Bantuan
Penerima
Sosal,
keuangan intensif;
Bantuan Sosial.
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf Pasal
a dan 10
huruf b perlu menetapkan Peraturan
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut
e-warong Presiden
adalah tentang
agen Penyaluran
bank, Bantuan
pedagang Sosial
dan/ Secara
atau Non
phak
Pemilik usaha mikro, kecil, dan koperasi yang ingin
Tunai;
lan yang telah bekerja sama dengan Bank Penyalur dan
berpartisipasi dalam penyaluran Bantuan Sosial dapat
dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan
mendaftarkan diri ke Bank Penyalur sebagai e-warong.
Mengingat : Pasal
Sosal oleh 4 ayat (1)Bantuan
Penerma Undang-Undang Dasar
Sosal Negara Republik
bersama Bank
Penyalur. Indonesia Tahun 1945;
Pasal 11
Untuk mendukung penyaluran Bantuan Sosial secara non
MEMUTUSKAN:
tunai agar saling terinterkoneksi dan terinteroperabilitas,
maka digunakan
Menetapkan layanan prinsipal
: PERATURAN PRESIDENpembayaran
TENTANG yang dimiliki
PENYALURAN
dan/atau dikelola oleh bank umum milik negara.
BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI.

76 69
45
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN
PasalREPUBLIK
12 INDONESIA
Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program
penanggulangan NOMOR 63 TAHUN
kemsknan 2017
yang melput perlndungan
Bank Penyalur harus memberikan laporan penyaluran dan
sosal, jamnan sosal, pemberdayaan
penarikan Bantuan Sosial TENTANG sosal, rehabltas
yang berasal dari rekening Penerima
sosal, dan pelayanan dasar.
Bantuan Sosial kepada Pemberi Bantuan Sosial sesuai dengan
PENYALURAN
ketentuan yang BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI
berlaku.
4. Penerma Bantuan Sosal adalah seseorang, keluarga,
kelompok atau RAHMAT
DENGAN masyarakat
TUHANmskn, tdak ESA
YANG MAHA mampu, dan/
atau rentan terhadap rsko sosal.
Pasal 13
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
5. Bank Penyalur
(1) Ketentuan lebihadalah
lanjutbank sebaga
mengenai mtra kerja
penyaluran tempat
Bantuan
dbukanya
Sosial secararekenng atas
non penyaluran
tunai nama Pember
diatur Bantuan Sosal
Menimbang : a. bahwa bantuandengan peraturan
sosial kepada masyarakatmenteri
dilakukan
untuk menampung dana belanja Bantuan Sosal yang
yang memilikisecara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
program Bantuan Sosial.
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal.
tepat waktu, tepat kualitas, dan
(2) Penyusunan rancangan peraturan menteri sebagaimana tepat administrasi;
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
dimaksud b.
padabahwa
ayat penyaluran bantuan sosial yang
(1) mengikutsertakan efisien dapat
Kementerian/
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
Lembaga pemerintah non kementerian terkait. bantuan serta
mendukung peningkatan manfaat bagi penerima
sebaga meda penyaluran
berkontribusi terhadapberbaga
peningkatan Bantuan Sosal,
keuangan intensif;
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf aBAB danIVhuruf b perlu menetapkan Peraturan
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut
e-warong adalah TIM
Presiden
agen PENGENDALI
tentang
bank, Penyaluran
pedagang Bantuan
dan/ Sosial
atau Secara Non
phak
Tunai;
lan yang telah bekerja Pasal sama 14 dengan Bank Penyalur dan
dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan
(1) Dalam oleh
Mengingat
Sosal : rangka
Pasal memastikan
4 ayat
Penerma (1)Bantuan efektivitas
Undang-Undang Dasar
Sosal penyaluran
Negara
bersama Republik
Bank
Bantuan
Penyalur. Sosial secara
Indonesia Tahun non
1945; tunai, dilakukan pengendalian
yang mencakup koordinasi, pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan. MEMUTUSKAN:
(2) Dalam melaksanakan pengendalian sebagaimana dimaksud
Menetapkan : PERATURAN
pada ayat PRESIDEN
(1), dibentuk TENTANG Pelaksanaan
Tim Pengendali PENYALURAN
BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI.

69
77
45
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

PenyaluranPERATURAN
BantuanPRESIDEN SosialREPUBLIK
Secara INDONESIA
Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program Non Tunai yang
selanjutnya disebut
penanggulangan NOMORTim 63
kemsknan TAHUN
Pengendali.
yang 2017
melput perlndungan
sosal,
(3) Tim jamnan terdiri
Pengendali sosal, dari:
pemberdayaan sosal, rehabltas
TENTANG
sosal, dan pelayanan dasar.
Ketua
PENYALURAN : Menteri
BANTUAN Koordinator
SOSIAL SECARA Bidang
NONPembangunan
TUNAI
4. Penerma Bantuan Sosal adalah
Manusia dan Kebudayaan seseorang, keluarga,
kelompok atau RAHMAT
DENGAN masyarakat TUHAN mskn,
YANG MAHAtdak ESA
mampu, dan/
Wakil Ketua : Menteri
atau rentan terhadap rsko sosal. Perencanaan Pembangunan
Nasional/
PRESIDEN REPUBLIK Kepala Badan Perencanaan
INDONESIA,
5. Bank Penyalur Pembangunan
adalah bank sebaga
Nasionalmtra kerja tempat
dbukanya rekenng atas nama Pember Bantuan Sosal
Menimbang : a. bahwa penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat dilakukan
Sekretaris
untuk menampung : Sekretaris
dana Eksekutif Tim Nasional
belanja Bantuan Sosal yang
secara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
merangkap Percepatan Penanggulangan
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal. Kemiskinan.
tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi;
anggota
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
b. bahwa penyaluran bantuan sosial yang efisien dapat
Anggota : 1. Menteri Dalam Negeri;
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
mendukung peningkatan manfaat bagi penerima bantuan serta

sebaga meda 2. Menteri
penyaluran
berkontribusi
Sosial;
terhadapberbaga
peningkatan Bantuan Sosal,
keuangan intensif;
3. Menteri
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera. Pendidikan dan Kebudayaan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
4. Menteri Agama;
dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut
5. Menteri Energi dan Sumber Daya
e-warong adalah Presiden
agen tentang
bank, Penyaluran
pedagang Bantuan
dan/ Sosial Secara
atau Non
phak
Mineral;
Tunai;
lan yang telah bekerja sama dengan Bank Penyalur dan
6. Menteri Keuangan;
dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan
7. Menteri Perdagangan;
Mengingat : Pasal
Sosal oleh 4 ayat (1)Bantuan
Penerma Undang-Undang
Sosal Dasar Negara Republik
bersama Bank
8. Menteri Pertanian;
Penyalur. Indonesia Tahun 1945;
9. Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia;
MEMUTUSKAN:
10. Menteri Komunikasi dan Informatika;
11. Menteri Badan Usaha Milik Negara;
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENYALURAN
12. Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan
BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI.
Tinggi;
78 69
45
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

PERATURAN13. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program
Menteri Sekretaris Negara;
penanggulangan 14. NOMOR 63 TAHUN
Sekretaris
kemsknan 2017
Kabinet;
yang melput perlndungan
sosal, jamnan 15. Kepala
sosal, Badan Pusat Statistik;
pemberdayaan sosal, rehabltas
TENTANG
sosal, dan pelayanan dasar.
16. Kepala Staf Kepresidenan;
PENYALURAN 17.BANTUAN
Gubernur Bank
SOSIAL Indonesia;
SECARA dan
NON TUNAI
4. Penerma Bantuan Sosal adalah seseorang, keluarga,
18. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa
kelompok atau RAHMAT
DENGAN masyarakat TUHAN mskn,
YANG MAHA tdak ESA
mampu, dan/
Keuangan.
atau rentan terhadap rsko sosal.
(4) Kedudukan PRESIDEN
GubernurREPUBLIK INDONESIA,
Bank Indonesia dan Ketua Dewan
5. Bank Penyalur adalah bank sebaga mtra kerja tempat
Komisioner Otoritas Jasa Keuangan dalam Tim Pengendali
dbukanya rekenng atas nama Pember Bantuan Sosal
Menimbang : a. bahwawewenang
tidak mengurangi penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat
dan independensi dilakukan
pelaksanaan
untuk menampung dana belanja Bantuan Sosal yang
tugas dan fungsisecara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
masing-masing berdasarkan ketentuan
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal.
tepat waktu,
peraturan perundang-undangan. tepat kualitas, dan tepat administrasi;
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
b. bahwa penyaluran bantuan sosial yang efisien dapat
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
Pasal 15manfaat bagi penerima bantuan serta
mendukung peningkatan
sebaga meda penyaluran
berkontribusi terhadapberbaga
peningkatan Bantuan Sosal,
keuangan intensif;
(1) Tim Pengendali bertugas:
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
a. melakukan koordinasi dalam merumuskan strategi dan
dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut
langkah-langkah yang tepat, cepat, dan terintegrasi
e-warong Presiden tentang Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non
dalam adalah
pelaksanaanagen bank,
penyaluranpedagang
Bantuan dan/ atau
Sosial phak
secara
lan yang Tunai;
telah bekerja sama dengan dan Bank Penyalur dan
non tunai, termasuk ketersediaan keterjangkauan
dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan
bahan pangan;
Mengingat : Pasal
Sosal oleh 4 ayat (1)Bantuan
Penerma Undang-UndangSosal Dasar Negara Republik
bersama Bank
b. melakukan pemantauan,
Indonesia Tahun 1945; evaluasi, dan pelaporan
Penyalur.
pelaksanaan penyaluran Bantuan Sosial secara non
tunai; MEMUTUSKAN:
c. mengevaluasi penyelesaian tindak lanjut pengaduan
oleh : Pemberi
Menetapkan Bantuan
PERATURAN Sosial
PRESIDEN yang disampaikan
TENTANG PENYALURAN
oleh masyarakat sehubungan
BANTUAN SOSIAL SECARA NONdengan
TUNAI. pelaksanaan

69
79
45
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

penyaluran Bantuan
PERATURAN PRESIDENSosial secaraINDONESIA
REPUBLIK non tunai; dan
Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program
penanggulangan NOMOR
d. merekomendasikan 63
kemsknan TAHUN
hasil 2017
pemantauan
yang dan evaluasi
melput perlndungan
sebagai
sosal, umpan
jamnan balik
sosal, bagi perbaikan
pemberdayaan kebijakan
sosal, dan
rehabltas
TENTANG
pelaksanaan program secara terus menerus.
sosal, dan pelayanan dasar.
PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI
(2) Berdasarkan
4. Penerma hasil evaluasi
Bantuan sebagaimana
Sosal adalah dimaksud
seseorang, pada
keluarga,
ayat (1) DENGAN
kelompok Tim Pengendali
atau masyarakat
RAHMAT dapat
TUHAN memperluas
mskn,
YANG tdak ESA
MAHA keikutsertaan
mampu, dan/
Bank Umum berbadan hukum Indonesia sebagai Bank
atau rentan terhadap rsko sosal.
PRESIDEN
Penyalur selain BankREPUBLIK
Penyalur INDONESIA,
sebagaimana dimaksud
5. Bank Penyalur adalah bank sebaga mtra kerja tempat
dalam Pasal 3 ayat (2).
dbukanya rekenng atas nama Pember Bantuan Sosal
Menimbang : a. bahwa penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat dilakukan
untuk menampung dana belanja Bantuan Sosal yang
secara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
Pasal 16
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal.
tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi;
Ketua Tim Pengendali melaporkan pelaksanaan penyaluran
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
b. bahwa penyaluran bantuan sosial yang efisien dapat
Bantuan Sosial secara non tunai kepada Presiden paling
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
mendukung peningkatan manfaat bagi penerima bantuan serta
sedikit 1 (satu)
sebaga kali
meda dalam 6 terhadap
(enam)berbaga
penyaluran
berkontribusi
bulan atau sewaktu-waktu
peningkatan Bantuan Sosal,
keuangan intensif;
apabila diperlukan.
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut
Presiden tentang
e-warong adalah agen BABPenyaluran
bank, Bantuan
Vpedagang Sosial
dan/ Secara
atau Non
phak
Tunai;
lan yang telah bekerja sama dengan Bank Penyalur dan
PERAN PEMERINTAH DAERAH
dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan
Mengingat : Pasal
Sosal oleh 4 ayat (1)Bantuan
Penerma Undang-Undang Dasar
Sosal Negara Republik
bersama Bank
Indonesia Tahun Pasal
1945; 17
Penyalur.
Gubernur, Bupati, dan Walikota mempunyai tugas:
MEMUTUSKAN:
a. melaksanakan pemantauan atas pelaksanaan pemberian
Bantuan Sosial;
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENYALURAN
b. menerima dan menindaklanjuti laporan dari masyarakat
BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI.
dalam pelaksanaan penyaluran Bantuan Sosial; dan
80 69
45
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

c. menyediakan pendamping
PERATURAN dan/ atau
PRESIDEN REPUBLIK aparat setempat
INDONESIA
Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program
untuk membantu kelancaran proses sosialisasi, verifikasi
penanggulangan NOMOR 63 TAHUN
kemsknan 2017
yang melput perlndungan
Penerima Bantuan Sosial dan pelaksanaan penyaluran
sosal, jamnan sosal, pemberdayaan sosal, rehabltas
Bantuan Sosial. TENTANG
sosal, dan pelayanan dasar.
PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI
4. Penerma Bantuan Sosal adalah seseorang, keluarga,
BAB VI
kelompok atau RAHMAT
DENGAN masyarakat
TUHANmskn, tdak ESA
YANG MAHA mampu, dan/
PEMBIAYAAN
atau rentan terhadap rsko sosal.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
5. Bank Penyalur adalah bank sebaga mtra kerja tempat
Pasal 18
dbukanya rekenng atas nama Pember Bantuan Sosal
Menimbang : a. bahwa penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat dilakukan
Segala biaya
untuk yang diperlukan
menampung bagi pelaksanaan
dana belanja penyaluran
Bantuan Sosal yang
secara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
Bantuan Sosial secara non tunai bersumber dari Anggaran
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal.
tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi;
Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
b. bahwa penyaluran bantuan sosial yang efisien dapat
dan Belanja Daerah.
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
mendukung peningkatan manfaat bagi penerima bantuan serta
sebaga meda penyaluran
berkontribusi terhadapberbaga
peningkatan Bantuan Sosal,
keuangan intensif;
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
BAB VII
dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut
KETENTUAN PENUTUP
Presiden
e-warong adalah tentang
agen bank, Penyaluran
pedagang Bantuan
dan/ Sosial Secara
atau Non
phak
Tunai; Pasal 19
lan yang telah bekerja sama dengan Bank Penyalur dan
dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal
Mengingat : Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
diundangkan. Penerma Bantuan Sosal bersama Bank
Sosal oleh
Penyalur. Indonesia Tahun 1945;
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Presiden
MEMUTUSKAN:
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Menetapkan
Indonesia. : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENYALURAN
BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI.

69
81
45
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
PRESIDEN REPUBLIK
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
PERATURAN PRESIDENDitetapkan di Jakarta
REPUBLIK
INDONESIA
Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program INDONESIA

penanggulangan NOMOR pada 9-tanggal
63 -TAHUN
kemsknan yang d12
- 10 - 2017 Juli 2017
melput perlndungan
sosal, jamnan (4) PRESIDENDtetapkanREPUBLIK
Jakarta INDONESIA,
sosal, pemberdayaan sosal, rehabltas
Penarikan uang dan/atau
pada
pembelian barang/jasa
TENTANG
3. Interoperabilitasmenggunakan
merupakandana tanggal 12Penerima
Jul 2017
dari pengembangan
rekening dan
Ban tuan penyediaan
sosal, dan pelayanan dasar.
ttd. Sosial dapat PRESIDEN
dilakukan setiap REPUBLIK INDONESIA,
saat sesuai kebutuhan
sistem uang elektronik dan tabungan
PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI
Penerima Bantuan Sosial.
yang dapat saling

4. Penerma Bantuan Sosal JOKO adalah WIDODO
seseorang, keluarga,
ttd. saling interkoneksi
dikoneksikan. Layanan pembayaran yang dan
kelompok atau RAHMAT
DENGAN masyarakat
TUHAN mskn,
YANG
JOKO
tdak ESA
MAHA
WIDODO
mampu, dan/
interoperabilitas
Diundangkan di Jakartamemungkinkan
Pasal 10
pada tanggal transaksi
17 Julipemegang
2017 Kartu Kombo
atau rentan terhadap rsko sosal.
Pemilik usaha mikro, kecil, dan koperasi yang ingin
dari Bank
PRESIDEN Penyalur untuk
REPUBLIK ditransaksikan di jaringan
INDONESIA, outlet
MENTERIPenyalur
5. Bank HUKUM DAN
adalah HAK
berpartisipasi dalam
bank ASASI MANUSIA
penyaluran
sebaga
Bantuan Sosial dapat
mtra kerja tempat
milik
Dundangkan d bank
Jakarta pada
Acquirer tersebut.
tanggal
mendaftarkan 17
diri Jul
ke 2017
Bank Penyalur sebagai e-warong.
dbukanya
REPUBLIKrekenng
INDONESIA, atas nama Pember Bantuan Sosal
Menimbang : a. bahwa penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat dilakukan
MENTERI
ttd. HUKUM
untuk DAN HAKdana
menampung ASASI MANUSIA
Pasalbelanja
11 Bantuan Sosal yang
secara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
REPUBLIK INDONESIA,
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal.
YASONNAtepatH. Untuk
LAOLY mendukung
waktu, tepat kualitas,
penyaluran
dan
Bantuan
tepat
Sosial
administrasi;
secara non tunai agar PRESIDEN REPUBLIK
saling terinterkoneksi dan INDONESIA,
ttd.bahwa
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
b. penyaluran maka
terinteroperabilitas, bantuan
digunakansosial
layanan yang
prinsipalefisien dapat
ttd.
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
pembayaran yang dimiliki dan/ atau dikelola oleh bank
mendukung
YASONNA H. LAOLY peningkatan manfaat bagi penerima bantuan serta
umum milik negara.
sebaga meda penyaluran
berkontribusi terhadapberbaga
peningkatanJOKO Bantuan
WIDODO
keuangan Sosal,
intensif;
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera.
NOMOR 156 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
Pasal 12
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 NOMOR 156
dalam hurufPenyalur
a danharus hurufmemberikan
b perlu menetapkan
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut
Bank laporan Peraturan
Salinan sesuai
e-warong Presiden
dengan
adalah agen tentang
aslinya
penyaluran dan Penyaluran
penarikan
bank,
Bantuan
pedagang Bantuan
Sosial yang
dan/ Sosial
berasal Secara
atau Non
phak
dari rekening Penerima Bantuan Sosial kepada Pemberi
SEKRETARIAT Tunai;
KABINET
lan yang telah bekerja RI
Bantuan Sosialsama dengan
sesuai dengan ketentuan Bank Penyalur dan
yang berlaku.

dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan


Mengingat : Pasal
Sosal oleh 4 ayat (1)Bantuan
Penerma Undang-Undang
Pasal 13 Dasar
Sosal Negara Republik
bersama Bank
Penyalur. Indonesia
(1) Tahun 1945;
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyaluran
Bantuan Sosial secara non tunai diatur dengan
peraturan men teri yang memiliki program Bantuan
MEMUTUSKAN:
Sosial.

(2) Penyusunan ...


Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENYALURAN
BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI.

82 69
45
56
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK
LAMPIRAN -9 -
INDONESIA

(4) PERATURAN PRESIDEN


Penarikan uang dan/atau pembelianREPUBLIK
barang/jasa INDONESIA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK
Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program INDONESIA
menggunakan dana
NO LAMPIRAN
MOR
dari rekening Penerima
63 TAHUN
Ban tuan
2017 TENTANG
penanggulangan NOMORkemsknan 63dilakukan
Sosial dapat
PERATURAN
PENYALURAN
TAHUN 2017
setiap
yang
BANTUAN
Penerima Bantuan Sosial.
saat sesuai kebutuhan
melput
PRESIDEN SOSIAL perlndungan
REPUBLIK
SECARA NON
sosal, jamnan sosal, pemberdayaan
INDONESIA
TUNAITENTANG NOMOR sosal,
63 TAHUNrehabltas
2017
sosal, dan pelayanan dasar. TENTANG
Pasal 10 PENYALURAN BANTUAN
PENYALURANPemilik
BANTUAN SOSIAL SECARA
SOSIALkecil, SECARA NON NON TUNAI
TUNAI
4. Penerma Bantuan Sosal
usaha mikro,
adalah seseorang,
dan koperasi yang ingin
keluarga,
berpartisipasi dalam penyaluran Bantuan Sosial dapat
Penyaluran Bantuan
kelompok Sosal secara
atau mendaftarkan
masyarakat non tuna dlakukan
mskn, melalu
tdak 4
mampu, (empat) proses,
dan/
Penyaluran DENGAN
yang djabarkan
Bantuan
sebaga
RAHMAT
Sosial secara
berkut:
TUHAN
diri ke Bank
nonYANG tunai
Penyalur MAHA ESA
dilakukan
sebagai e-warong.
melalui 4
atau rentan terhadap rsko sosal.
(empat) proses, yang dijabarkan sebagai berikut:
A.5. Bank PRESIDEN
RegistrasiPenyalur
dan/ atau REPUBLIK
Pembukaan INDONESIA,
Pasal Rekening
11 Penerima Bantuantempat
Sosial
adalah bank sebaga mtra kerja
A.
R egistrasi dan/
dbukanya atau
Untuk
rekenng Pembukaan
mendukung
atas
penyaluran
nama Pember Rekening
Bantuan Sosial
Bantuan Penerima
Sosal
Menimbang : Sosial
a. bahwa penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat dilakukan
secara non tunai agar saling terinterkoneksi dan
Bantuanmenampung
untuk dana maka
terinteroperabilitas, belanja
digunakanBantuan Sosal yang
layanan prinsipal
secara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal.
pembayaran yang dimiliki dan/ atau dikelola oleh bank
tepat
umumwaktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi;
milik negara.

6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk


b. bahwa penyaluran bantuan sosial yang efisien dapat
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
Pasal 12
mendukung peningkatan manfaat bagi penerima bantuan serta
sebaga meda penyaluran
Bank
terhadapberbaga
Penyalur harus
berkontribusi peningkatan Bantuan
memberikan laporan
Sosal,
keuangan intensif;
penyaluran dan penarikan Bantuan Sosial yang berasal
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera.
c. bahwa berdasarkan
dari rekening pertimbangan
Penerima Bantuan sebagaimana
Sosial kepada Pemberi dimaksud
Bantuan Sosial sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut
Presiden
e-warong adalah agen tentang
bank, Penyaluran
pedagang Bantuan Sosial
dan/ Secara
atau Non
phak
Pasal 13
Tunai;
lan yang telah (1)bekerja sama dengan Bank Penyalur dan
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyaluran
dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan
Bantuan Sosial secara non tunai diatur dengan

Mengingat : Pasal 4 ayat (1)


men Undang-Undang
Sosal oleh Penerma Bantuan Sosal
peraturan Dasar
teri yang memiliki program Negara Republik
bersama
Bantuan
Bank
Sosial.
Penyalur. Indonesia Tahun 1945;
(2) Penyusunan ...

MEMUTUSKAN:
Proses 1
Menetapkan
Pemberi : Bantuan
PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENYALURAN
Sosial memberikan data Penerima
BANTUAN
Bantuan Sosial SOSIAL
(by name by SECARA
address)NON TUNAI.
kepada Bank Penyalur.

69
83
57
45
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

Data tersebut minimum


PERATURAN PRESIDENmemenuhi
REPUBLIKpersyaratan
INDONESIA Customer
Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program
Due Diligence/Know
penanggulangan NOMOR Your Customer
63 TAHUN
kemsknan 2017
yang yang disederhanakan
melput perlndungan
sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai Layanan
sosal, jamnan sosal, pemberdayaan sosal, rehabltas
Keuangan Digital (LKD)TENTANG
atau Laku Pandai.
sosal, dan pelayanan dasar.
Proses PENYALURAN
2
4. Penerma
BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI
Bantuan Sosal adalah seseorang, keluarga,
kelompok atau RAHMAT
Bank Penyalur
DENGAN masyarakat
melakukan
TUHANmskn, tdak
registrasi
YANG MAHA mampu,
atau
ESA dan/
pembukaan
atau rentan terhadap rsko sosal.
rekening secara kolektif atas data yang diberikan dan
ditetapkan PRESIDEN
oleh REPUBLIK
Pemberi BantuanINDONESIA,
Sosial berdasarkan Data
5. Bank Penyalur adalah bank sebaga mtra kerja tempat
Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin.
dbukanya rekenng atas nama Pember Bantuan Sosal
Menimbang : a. bahwa penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat dilakukan
Proses registrasi
untuk menampung tersebut
dana didahului dengan pengumuman
belanja Bantuan Sosal yang
secara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal. kepada
pemberitahuan oleh Pemberi Bantuan Sosial
tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi;
Penerima Bantuan Sosial untuk melakukan registrasi
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
b. bahwa sosialisasi
dan menghadiri penyaluran bantuan
pada sosial
waktu yang
danefisien dapat
tempat
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
mendukung peningkatan manfaat bagi
yang ditentukan oleh Pemberi Bantuan Sosial dan Bank penerima bantuan serta
sebaga
Penyalur.meda penyaluran
berkontribusi terhadapberbaga
peningkatan Bantuan Sosal,
keuangan intensif;
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera.
Dalam halc.masih bahwa terdapat
berdasarkankekurangan
pertimbangan sebagaimana
data, maka dimaksud
akan
dalam huruf a dan huruf b perlu
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut
dilengkapi pada saat pengecekan keberadaan Penerima menetapkan Peraturan
Bantuan Sosial.
e-warong Presiden
adalah Prosestentang
agen bank, Penyaluran
pengecekan
pedagang Bantuan
keberadaan
dan/ Sosial Secara
Penerima
atau Non
phak
Bantuan
lan Tunai;
yang Sosial
telah dilakukan
bekerja sama olehdengan
Bank Penyalur dan Pemberi
Bank Penyalur dan
Bantuan Sosial, serta pendamping Program
dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan Bantuan
Sosial berkoordinasi
Mengingat
Sosal : Pasal
oleh 4 ayatdengan
Penerma pemerintah
(1)Bantuan
Undang-Undang daerah
Dasar
Sosal dan/
Negara
bersama atau
Republik
Bank
instansi vertikal
Penyalur. Indonesiauntuk kegiatan pengecekan keberadaan
Tahun 1945;
dimaksud.
MEMUTUSKAN:
3. Proses 3
Bank penyalur
Menetapkan melakukan
: PERATURAN distribusi
PRESIDEN starter pack
TENTANG dan kit
PENYALURAN
Bantuan Sosial kepada
BANTUAN SOSIALPenerima
SECARA NONBantuan
TUNAI. Sosial yang

84 69
45
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

PERATURANrekeningnya,
telah dibukakan PRESIDEN REPUBLIK
mencakupINDONESIA
antara lain buku
Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program
tabungan/print out
penanggulangan NOMORbukti kepemilikan
63 TAHUN
kemsknan 2017
yang rekening,
melput kartu,
perlndungan
petunjuk penggunaan kartu, dan leaflet/ brosur.
sosal, jamnan sosal, pemberdayaan sosal, rehabltas
TENTANG
sosal, dan pelayanan dasar.
Dalam kegiatan PRESIDEN ini,INDONESIA
pendamping juga melakukan
REPUBLIK

pendampingan
PENYALURAN BANTUANproses distribusi SOSIAL SECARA starter NONpack TUNAIdan kit
4. Penerma Bantuan Sosal -9 - adalah seseorang, keluarga,
Bantuan
bersamaan Sosial.
denganatau
kegatan Proses ini
edukas dan mskn, dapat dilakukan
sosalsas tdak
kepada mampu, bersamaan
pendampng dan
kelompok DENGAN masyarakat
(4) RAHMAT
Penarikan uang TUHANdan/atauYANG MAHA
pembelian ESA
barang/jasa dan/
dengan
Penerma Bantuan kegiatan
Sosal. edukasi dan sosialisasi kepada
atau rentan terhadap rsko sosal.
menggunakan dana dari rekening Penerima Ban tuan
pendamping danSosial Penerima Bantuan Sosial.
PRESIDEN REPUBLIK
dapat dilakukan
INDONESIA,
setiap saat sesuai kebutuhan
4. Proses 4:
5. Bank Penyalur Penerima
adalah bank
Bantuan Sosial. sebaga mtra kerja tempat

4. Proses
Atasdbukanya
4: pembukaan rekenng
regstras dan rekenng atas nama Pember
sebagamana prosesBantuan
1 dan 2, Sosal
Bank
Menimbang : a. bahwa penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat dilakukan
untuk
Penyalur menampung
Atasmenyampakan
registrasi dan
laporan dana
kepada belanja
Pasal 10
pembukaan Bantuan
rekening
Pember Bantuan Sosal yang
sebagaimana
Sosal.
secara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
proses 1 danPemilik usaha mikro, kecil, dan koperasi yang ingin
2, Bank Penyalur menyampaikan laporan
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal.
B. Pelaksanaan Edukasitepat dan waktu, tepatpenyaluran
Sosialisasi
berpartisipasi dalam kualitas,Bantuan
dan tepat administrasi;
Sosial dapat
kepada Pemberi Bantuan Sosial.
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
mendaftarkan diri ke Bank Penyalur sebagai e-warong.
b. bahwa penyaluran bantuan sosial yang efisien dapat
B. Pelaksanaan Edukasi peningkatan
dan Sosialisasi
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
mendukung manfaat bagi penerima bantuan serta
Pasal 11
sebaga meda penyaluran
berkontribusi terhadap berbaga
peningkatan Bantuan
keuangan Sosal,
intensif;
Untuk mendukung penyaluran Bantuan Sosial
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera.
c. bahwa
secara nonberdasarkan pertimbangan
tunai agar saling sebagaimana
terinterkoneksi dan dimaksud
terinteroperabilitas, maka digunakan layanan prinsipal
dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut
pembayaran yang dimiliki dan/ atau dikelola oleh bank
Presiden
e-warong adalah agen
umum milik tentang
bank,
negara. Penyaluran
pedagang Bantuan dan/ Sosial Secara
atau Non
phak
Tunai;
lan yang telah bekerja sama dengan Bank Penyalur dan
dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan
Pasal 12

Mengingat
Sosal oleh Penerma (1)Bantuan
: Pasal
Bank4 ayatPenyalur Undang-Undang
harus
Sosal
memberikan Dasar
laporan Negara Republik
bersama Bank
penyaluran dan penarikan Bantuan Sosial yang berasal
Penyalur. Indonesia Tahun 1945;
dari rekening Penerima Bantuan Sosial kepada Pemberi
Bantuan Sosial sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

MEMUTUSKAN:
Pasal 13

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN


(1) Ketentuan
TENTANG PENYALURAN
lebih lanjut mengenai penyaluran
Bantuan Sosial secara non tunai diatur dengan
BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI.
peraturan men teri yang memiliki program Bantuan
Sosial.

1. Proses 1: (2) Penyusunan ...


69
85
Kegatan edukas dan sosalsas dlakukan oleh Pember Bantuan Sosal kepada 45
Penerma Bantuan Sosal. Pemberan edukas dan sosalsas dbantu oleh
pendampng d daerah. Mater kegatan edukas dan sosalsas mencakup
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

1. Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program


Proses PERATURAN
1: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Kegiatan edukasiNOMOR
penanggulangan 63 TAHUN
kemsknan
dan sosialisasiyang 2017
melput perlndungan
dilakukan oleh Pemberi
Bantuan
sosal, Sosial kepada
jamnan sosal, Penerima Bantuan
pemberdayaan Sosial.rehabltas
sosal, Pemberian
TENTANG
edukasi dan sosialisasi dibantu oleh pendamping di
sosal, dan pelayanan dasar.
daerah. Materi kegiatan
PENYALURAN BANTUAN edukasi dan sosialisasi
SOSIAL SECARA NON TUNAI mencakup
4. Penerma
inforrnasi Bantuan
mengenaiSosal programadalah danseseorang,
manfaat keluarga,
program
kelompok
BantuanDENGANatau masyarakat mskn,
Sosial.RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA tdak mampu, dan/
atau rentan terhadap rsko sosal.
2. Proses 2: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
5. Bank Penyalur adalah bank sebaga mtra kerja tempat
a. Bank Penyalur
dbukanya bersama-sama
rekenng atas nama dan berkoordinasi
Pember Bantuan dengan
Sosal
Menimbang : a. bahwa penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat dilakukan
Pemberimenampung
untuk Bantuan Sosial dana melakukan kegiatan edukasi
belanja Bantuan dan
Sosal yang
secara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
sosialisasi kepada Penerima dan
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal. Pendamping Bantuan
Sosial. tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi;
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
b. bahwa penyaluran bantuan sosial yang efisien dapat
b. fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
Materi kegiatan edukasi dan sosialisasi oleh Bank Penyalur
mendukung peningkatan manfaat bagi penerima bantuan serta
tersebut mencakup paling sedikit mengenai:
sebaga meda penyaluran
berkontribusi terhadapberbaga
peningkatan Bantuan Sosal,
keuangan intensif;
(i) produk dan tata cara penggunaan/penarikan rekening
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
Bantuan Sosial,
dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut
(ii) manfaat menabung dan perencanaan keuangan
e-warong Presiden
adalah tentang
agen bank, Penyaluran
pedagang Bantuan Sosial
dan/ Secara
atau Non
phak
keluarga, (iii) tata cara penyampaian pengaduan yang
lan ditetapkan Tunai;
yang telah oleh
bekerja sama dengan Scsial,
Bank Penyalur dan
Pemberi Bantuan dan
dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan
(iv) penggunaan manfaat Bantuan Sosial. Edukasi dan
Mengingat
Sosal : Pasal
oleh 4 ayat (1)Bantuan
Penerma Undang-Undang
Sosal Dasar Negara Republik
bersama Bank
sosialisasi kepada Penerima Bantuan Sosial dilakukan
Penyalur. Indonesia Tahun 1945;
dengan media yang sesuai, antara lain leaflet, video,
iklan, dan SMS.
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENYALURAN


BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI.

86 69
45
a. Bank Penyalur bersama-sama dan berkoordnas dengan Pember Bantuan Sosal
menggunakan dana dari rekening Penerima Ban tuan
melakukan kegatan edukas dan sosalsas kepada Penerma dan Pendampng
Sosial dapat dilakukan setiap saat sesuai kebutuhan
Bantuan Sosal. Penerima Bantuan Sosial.

b. Mater kegatan edukas dan sosalsas oleh Bank Penyalur tersebut mencakup
palng sedkt mengena: () produk dan Pasaltata
10 cara penggunaan/penarkan rekenng

Bantuan Sosal, () manfaat


Pemilik usahamenabung dandan
mikro, kecil, perencanaan
koperasi yangkeuangan
ingin keluarga,
() tata cara penyampaan pengaduan yang dtetapkan oleh Pember Bantuan
berpartisipasi dalam penyaluran Bantuan Sosial dapat
mendaftarkan diri ke Bank Penyalur sebagai e-warong.
Scsal, dan (v) penggunaan manfaat Bantuan Sosal. Edukas dan sosalsas
kepada Penerma Bantuan Sosal dlakukan dengan meda yang sesua,
Pasal 11REPUBLIK
PRESIDEN
antara lain leaflet, video, iklan, dan SMS.
INDONESIA

Untuk mendukung penyaluran Bantuan Sosial


C. Penyaluran
C. Penyaluran ...secara non
...PERATURAN PRESIDEN
tunai agarREPUBLIK INDONESIA
saling terinterkoneksi dan
Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program
terinteroperabilitas, maka digunakan layanan prinsipal
penanggulangan NOMOR kemsknan 63 TAHUN
yang 2017
melput perlndungan
pembayaran yang dimiliki dan/ atau dikelola oleh bank

sosal, jamnan sosal,


umum pemberdayaan sosal, rehabltas
milik negara.
TENTANG
sosal, dan pelayanan dasar.
Pasal 12
PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI
4. Penerma Bantuan
Bank Sosal
Penyalur harusadalah seseorang,
memberikan laporan keluarga,
kelompok atau
DENGAN masyarakat
penyaluran
RAHMAT dan penarikan mskn,
TUHAN Bantuan Sosialtdak
YANG MAHA mampu, dan/
yang berasal
ESA
dari rekening Penerima Bantuan Sosial kepada Pemberi
atau rentan terhadap rsko sosal.
Bantuan Sosial sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
5. Bank Penyalur adalah bank sebaga mtra kerja tempat
dbukanya rekenng atas nama Pember Bantuan Sosal
Pasal 13
Menimbang : a. bahwa penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat dilakukan
untuk menampung dana belanja Bantuan Sosal yang
(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyaluran
secara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
Bantuan Sosial secara non tunai diatur dengan
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal.
tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi;
peraturan men teri yang memiliki program Bantuan
Sosial.
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
b. bahwa penyaluran bantuan sosial yang efisien dapat
(2) Penyusunan ...
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
mendukung peningkatan manfaat bagi penerima bantuan serta
sebaga meda penyaluran
berkontribusi terhadapberbaga
peningkatan Bantuan Sosal,
keuangan intensif;
1. Proses 1:
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
Pemberi Bantuan Sosial memberikan perintah pembayaran
dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut
kepada Bendahara Umum Negara/Daerah sebagai dasar
e-warong Presiden
adalah tentang
agen bank, Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non
pedagang
untuk pencairan dana Bantuan Sosial. dan/ atau phak
Tunai;
lan yang telah bekerja sama dengan Bank Penyalur dan
60
dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan
2. Proses 2:
Mengingat : Pasal 4 ayat (1)Bantuan
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Sosal oleh Penerma Sosal bersama Bank
BendaharaIndonesia
Penyalur. UmumTahun 1945;
Negara/Daerah melakukan pencairan
dana dari rekening kas umum negara/ daerah kepada
rekening Pemberi Bantuan Sosial di Bank Penyalur sesuai
MEMUTUSKAN:
perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Pemberi
Bantuan: PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENYALURAN
Menetapkan
Sosial. BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI.

69
87
45
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

3. Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program


Proses PERATURAN
3: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Bank Penyalur NOMOR
penanggulangan 63 TAHUN
kemsknan
melakukan yang 2017
melput perlndungan
pemindahbukuan dana
sosal,
Bantuan jamnan
Sosial sosal, pemberdayaan
dari rekening Pemberi sosal, rehabltas
Bantuan Sosial
TENTANG
di Bank Penyalur ke rekening Penerima Bantuan Sosial.
sosal, dan pelayanan dasar.
Pelaksanaan
PENYALURAN pemindahbukuan
BANTUAN SOSIAL SECARA dana NON Bantuan
TUNAI Sosial
4. Penerma Bantuan Sosal adalah seseorang, keluarga,
dari rekening Pemberi Bantuan Sosial di Bank Penyalur
kelompok
ke rekeningatau RAHMAT
DENGAN masyarakat
Penerima TUHAN mskn,
YANG MAHA
Bantuan tdak mampu,
ESA
Sosial dan/
dilakukan
atau rentan terhadap rsko sosal.
setelah rekening tersebut dinyatakan selesai proses
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
pembukaannya
5. Bank oleh Bank
Penyalur adalah bank Penyalur (sesuai
sebaga mtra ketentuan
kerja tempat
yang mengatur mengenai pembukaan rekening
dbukanya rekenng atas nama Pember Bantuan Sosal tabungan
Menimbang
dan uang : a.elektronik).
bahwa penyaluran bantuan
Proses sosial kepada masyarakattersebut
pemindahbukuan dilakukan
untuk menampung dana belanja Bantuan Sosal yang
secara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender se jak
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal.
dana ditransfertepatdari
waktu, tepatNegara/Kas
Kas kualitas, dan tepat administrasi;
Daerah ke rekening
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
Pemberi Bantuan
b. bahwa Sosial di Bank
penyaluran Penyalur.
bantuan sosial yang efisien dapat
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
Rekening Penerima Bantuan Sosialbagidigunakan
mendukung peningkatan manfaat penerima bantuan
untukserta
sebaga
menampung meda penyaluran
berkontribusi
seluruh terhadap
program berbaga
peningkatan
Bantuan Bantuan
keuangan
Sosial yang Sosal,
intensif;
diterima
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera.
oleh Penerima
c. bahwa Bantuan
berdasarkanSosial dan dapat
pertimbangan dibedakan
sebagaimana dimaksud
penggunaannya dalamuntuk
huruf amasing-masing
dan huruf b perluprogram
menetapkan
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut Bantuan
Peraturan
Sosial. Rekening
Presiden
e-warong adalah tersebut
agen tentang dapat
bank, diakses
Penyaluran Bantuan
pedagang melalui
Sosial
dan/ Kartu
Secara
atau Non
phak
Kombo. Tunai;
lan yang telah bekerja sama dengan Bank Penyalur dan
4. dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan
Proses 4:
Mengingat : Pasal
Sosal oleh 4 ayat (1)Bantuan
Penerma Undang-Undang Dasar
Sosal Negara Republik
bersama Bank
Penyalur.
Bank Penyalur menyampaikan
Indonesia Tahun 1945; laporan hasil penyaluran
dana bantuan sosial kepada Pemberi Bantuan Sosial.
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENYALURAN


BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI.

88 69
45
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

D. Penarikan Uang PRESIDEN


PERATURAN dan/atau
PRESIDEN REPUBLIK
Pembelian
REPUBLIK INDONESIA Barang/Jasa
Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program
INDONESIA

Menggunakan Dana NOMOR dari Rekening Penerima Bantuan


penanggulangan
D. Penarikan Uang dan/atau kemsknan -63
Pembelian9 - TAHUNyang 2017
melput
Barang/Jasa perlndungan
Menggunakan Dana
Sosial
darisosal,
Rekeningjamnan (4) sosal,
Penerima Bantuan pemberdayaan
Sosial
Penarikan uang sosal, rehabltas
dan/atau pembelian barang/jasa
TENTANG
sosal, dan pelayanan dasar.
menggunakan dana dari rekening Penerima Ban tuan
Sosial dapat dilakukan setiap saat sesuai kebutuhan
PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI
4. Penerma Bantuan Sosal adalah seseorang, keluarga,
Penerima Bantuan Sosial.

kelompok atau RAHMAT


DENGAN masyarakat TUHAN mskn, tdak ESA
YANG MAHA mampu, dan/
Pasal 10
atau rentan terhadap rsko sosal.
Pemilik usaha mikro, kecil, dan koperasi yang ingin
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
5. Bank Penyalur adalah
berpartisipasi bank
dalam sebaga
penyaluran Bantuan mtra
Sosial dapatkerja tempat
mendaftarkan diri ke Bank Penyalur sebagai e-warong.
dbukanya rekenng atas nama Pember Bantuan Sosal
Menimbang : a. bahwa penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat dilakukan
untuk menampung dana belanja Bantuan Sosal yang
secara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
Pasal 11
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal.
Untuk tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi;
mendukung penyaluran Bantuan Sosial
secara non tunai agar saling terinterkoneksi dan
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
b. bahwa penyaluran bantuan sosial yang efisien dapat
terinteroperabilitas, maka digunakan layanan prinsipal
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
mendukung
pembayaran yang peningkatan
dimiliki dan/manfaat bagioleh
atau dikelola penerima
bank bantuan serta
sebaga meda umum penyaluran
milik
berkontribusi negara.
terhadapberbaga
peningkatan Bantuan Sosal,
keuangan intensif;
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
Pasal 12
Keterangan : dalam huruf a dan huruf
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut
Keterangan : Bank Penyalur harus
b perlulaporan
memberikan
menetapkan Peraturan
e-warong Presiden tentang Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non
1 adalah agen bank, pedagang
penyaluran dan penarikan Bantuan Sosial yangdan/
berasal atau phak
1. 1). Proses
Proses 1
Tunai;
lan yang telah
dari rekening Penerima Bantuan Sosial kepada Pemberi
bekerja sama dengan Bank Penyalur dan
Bank BankPenyalur memberkan
Penyalur pembertahuan
memberikan
Bantuan Sosial sesuai dengan ketentuan kepada
yang berlaku.Penerma Bantuan
pemberitahuan kepada
dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan
Sosal
Mengingatatas
Penerimapemndahbukuan
Bantuan
: Pasal dana
Sosial
4 ayat (1) Bantuan
atas Sosal
Undang-Undang yang
pemindahbukuan telah
Dasar dlakukan.
dana
Negara Republik
Sosal oleh Penerma Bantuan
Pasal 13 Sosal bersama Bank
Bantuan Sosial
Pembertahuan tersebutyang telah
bers1945;dilakukan.
nformas sekurang-kurangnya sebaga
Penyalur. Indonesia
(1)
Tahun
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyaluran
berkut:
Pemberitahuan Bantuan tersebut
Sosial secaraberisi
non tunai informasi
diatur dengan sekurang-
a. kurangnya
Pembukaan rekenng Penerma
sebagai berikut:
peraturan menBantuan Sosal;
teri yang memiliki
MEMUTUSKAN: program Bantuan

b. Personal Identification Number (PIN) untuk penggunaan rekenng;


Sosial.
a. Pembukaan rekening Penerima Bantuan Sosial;
c. Jumlah dana: Bantuan
Menetapkan Sosal; PRESIDEN TENTANG (2) Penyusunan ...
b. PersonalPERATURAN
Identification Number (PIN) untuk penggunaan PENYALURAN
d. Tata cara penarkan uang dan/atau
BANTUAN pembelan
SOSIAL SECARA barang/jasa
NON TUNAI.menggunakan dana
rekening;
dar rekenng Penerma Bantuan Sosal; dan
e. Informas mengena tabungan dan penarkan dana Bantuan Sosal dalam 69
89
rekenng Penerma Bantuan Sosal.
45
62
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

c. Jumlah dana Bantuan


PERATURAN PRESIDEN Sosial;
REPUBLIK INDONESIA
Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program
penanggulangan NOMOR
d. Tata cara penarikan 63 TAHUN
uang
kemsknan 2017
dan/atau
yang pembelian
melput barang/
perlndungan
jasajamnan
sosal, menggunakan dana dari rekening
sosal, pemberdayaan Penerima
sosal, rehabltas
TENTANG
Bantuan Sosial; dan
sosal, dan pelayanan dasar.
PENYALURAN
e. Informasi BANTUAN tabungan
mengenai SOSIAL SECARA NON TUNAI
4. Penerma Bantuan Sosal adalah dan penarikan
seseorang, dana
keluarga,
Bantuan
kelompok Sosial
atau dalam rekening
masyarakat mskn, Penerima
tdak mampu, Bantuan
dan/
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Sosial.
atau rentan terhadap rsko sosal.
PelaksanaanPRESIDEN
penyarnpaianREPUBLIK pemberitahuan
INDONESIA, dapat rnelalui
5. Bank Penyalur adalah
pemberitahuan secara bank sebaga
langsung, mtra kerja
melalui surat,tempat
SMS,
dbukanya
atau lainnya.rekenng
Pemberi atas nama
Bantuan Pember
Sosial Bantuan
dan Sosal
pendamping
Menimbang : a. bahwa penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat dilakukan
untuk menampung
memastikan bahwa dana
seluruh belanja Bantuan
Penerima Sosal Sosial
Bantuan yang
secara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal.
telah mendapatkan pemberitahuan
tepat waktu, tepat kualitas, dandari Bank Penyalur.
tepat administrasi;
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
b. bahwa penyaluran bantuan sosial yang efisien dapat
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
2). Proses 2: mendukung peningkatan manfaat bagi penerima bantuan serta
sebaga meda penyaluran
berkontribusi terhadapberbaga
peningkatan Bantuan Sosal,
keuangan intensif;
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera.
Penerima Bantuan Sosial melakukan penarikan uang
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dan/ atau pembelian barang/jasa di outlet Bank
dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut
Penyalur, antara lain e-warong, ATM, dan/atau kantor
e-warong Presiden
adalah tentang Penyaluran
agen Bantuan Sosial Secara Non
cabang. Penarikan uangbank, pedagang
dan/atau dan/
pembelian atau phak
barang/jasa
lan Tunai;
yang telah bekerja sama dengan
dilakukan menggunakan dana dari Bank Penyalur
rekening dan
Penerirna
dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan
Bantuan Sosial.
Mengingat : Pasal
Sosal oleh 4 ayat (1)Bantuan
Penerma Undang-Undang Dasar
Sosal Negara Republik
bersama Bank
3). Penyalur.
Proses 3: Indonesia Tahun 1945;

Bank Penyalur menyampaikan


MEMUTUSKAN:
laporan kepada Pemberi
Bantuan Sosial berupa data penyaluran Bantuan Sosial
dan penarikan Bantuan Sosial yang berasal dari rekening
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENYALURAN
Penerima Bantuan Sosial sesuai dengan ketentuan yang
BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI.
berlaku. Untuk dapat menyampaikan laporan, maka Bank
90 69
45
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

Penyalur harus mendapatkan


PERATURAN surat persetujuan/kuasa
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program dari
nasabah untuk memberikan keterangan kepada Pemberi
penanggulangan NOMOR 63 TAHUN
kemsknan yang 2017
melput perlndungan
Bantuan Sosial mengenai informasi penarikan Bantuan
sosal, jamnan sosal, pemberdayaan sosal, rehabltas
Sosial dari rekening simpananTENTANGnasabah. Berdasarkan hasil
sosal, dan pelayanan dasar.
penelitian Pemberi Bantuan Sosial terhadap laporan Bank
PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI
4. Penerma Bantuan Bantuan
Penyalur, Pemberi Sosal adalah
Sosial dapatseseorang, keluarga,
memerintahkan
kelompok atau RAHMAT
Bank Penyalur
DENGAN masyarakat
untuk membekukan
TUHAN mskn,
YANG MAHA tdak mampu,
sementara
ESA dan/
rekening
Penerima Bantuan Sosial dan menyetorkan kembali dana
atau rentan terhadap rsko sosal.
Bantuan Sosial PRESIDEN REPUBLIK
ke rekening Kas INDONESIA,
Negara sesuai peraturan
5. Bank Penyalur adalah bank sebaga mtra kerja tempat
yang diterbitkan oleh kementerian yang menyelenggarakan
dbukanya rekenng atas nama Pember Bantuan Sosal
Menimbang
urusan :pemerintahan
a. bahwa penyaluran bantuankeuangan.
di bidang sosial kepada masyarakat dilakukan
Terkait dengan
untuk menampung dana belanja Bantuan Sosal yang
hal ini, Banksecara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
Penyalur dibebaskan dari segala tuntutan
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal.
dan tanggungtepatjawab hukum.
waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi;
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
Terdapat dua
b. bahwa penyaluran penarikan
mekanisme bantuan sosial uangyang dan/
efisien atau
dapat
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
mendukung peningkatan manfaat
pembelian barang/jasa menggunakan dana dari rekeningbagi penerima bantuan serta
sebaga
Penerimameda
Bantuan penyaluran
berkontribusi terhadap
Sosial, berbaga
yaitu: peningkatan
pertama, Bantuan
keuangan Sosal,
intensif;
menggunakan
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera.
c. bahwa berdasarkan
jaringan layanan pembayaran pertimbangan
milik sebagaimana
Bank Penyalurdimaksud
sebagai penerbitdalamKartu
huruf Kombo (disebut
a dan huruf “onmenetapkan
b perlu us’, dan kedua,
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut Peraturan
menggunakan
e-warong jaringan
Presiden
adalah agen layanan
tentang
bank, pembayaran
Penyaluran
pedagang Bantuan yang
Sosial
dan/ bukan
Secara
atau Non
phak
milik Bank Penyalur
Tunai; sebagai penerbit (disebut
lan yang telah bekerja sama dengan Bank Penyalur dan “off us”).
Kedua mekanisme tersebut digambarkan sebagai berikut:
dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan
Mengingat
Sosal : Pasal
oleh
a. Mekanisme 4 penarikan
ayat (1)Bantuan
Penerma Undang-Undang
uang Sosal Dasar
dan/atau Negara
bersama Republik
Bank
pembelian
Penyalur. Indonesia Tahun 1945;
barang/jasa dengan menggunakan jaringan layanan
pembayaran milik Bank Penyalur sebagai penerbit
(disebut “on us”).1 MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENYALURAN


BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI.

69
91
45
penerbt Kartu Kombo (dsebut “on us’, dan kedua, menggunakan jarngan
layanan pembayaran yang bukan mlk Bank Penyalur sebaga penerbt (dsebut
“off us”). Kedua mekansme tersebut dgambarkan sebaga berkut:

a. Mekansme penarkan uang dan/atau pembelan barang/jasa dengan


menggunakan jarngan layanan pembayaran mlk Bank Penyalur sebaga
PRESIDEN REPUBLIK

penerbt (dsebut “on us”). INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program
penanggulangan NOMOR 63 TAHUN
kemsknan 2017
yang melput perlndungan
sosal, jamnan sosal, pemberdayaan sosal, rehabltas
TENTANG
sosal, dan pelayanan dasar.
PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI
4. Penerma Bantuan Sosal adalah seseorang, keluarga,
kelompok atau RAHMAT
DENGAN masyarakat
TUHANmskn, tdak ESA
YANG MAHA mampu, dan/
atau rentan terhadap rsko sosal.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
5. Bank Penyalur adalah bank sebaga mtra kerja tempat
dbukanya rekenng atas nama Pember Bantuan Sosal
Menimbang : a. bahwa penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat dilakukan
untuk menampung dana belanja Bantuan Sosal yang
secara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal.
tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi;
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
b. bahwa penyaluran bantuan sosial yang efisien dapat
Keterangan :
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
Keterangan mendukung
: peningkatan manfaat bagi penerima bantuan serta
1) sebaga
Proses 1 : meda penyaluran
berkontribusi terhadapberbaga
peningkatan Bantuan Sosal,
keuangan intensif;
1). Proses 1 :
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera.
Penermac.Bantuan
bahwa Sosal mentransakskan
berdasarkan Kartusebagaimana
pertimbangan Kombo d outlet mlk
dimaksud
Penerima Bantuan Sosial mentransaksikan Kartu
Bank dalam
Penyalur huruf
tersebut. a dan huruf b perlu
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut menetapkan Peraturan
Kombo di outlet milik Bank Penyalur tersebut.
2) e-warong
Proses 2 : adalah Presiden
agen tentang
bank, Penyaluran Bantuan
pedagang dan/ Sosial Secara
atau Non
phak
lan yang Tunai;
telah
: bekerja sama
2). P rosesd
Sstem 2outlet mengrmkan datadengan Bank
kepada host Penyalur
d Bank Penyalur.dan
dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan
Sistem di outlet mengirimkan data kepada host di Bank
3) Proses
Mengingat
Sosal
3 :: Sstem
Pasal
oleh 4 host
ayat di Bank Penyalur mengirimkan konfirmasi
Penerma (1)Bantuan
Undang-Undang
Sosal Dasar Negara Republik
bersama Bank
Penyalur.
data ke sstem d outlet.
Penyalur. Indonesia Tahun 1945;
4) Proses
3). P4roses
: 3:
MEMUTUSKAN:
Penerma Bantuan Sosal berhasl melakukan penarkan uang dan/
Sistem host di Bank Penyalur mengirimkan
atau pembelan barang/jasa.
konfirmasi
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENYALURAN
data ke sistem di
BANTUAN outlet.
SOSIAL SECARA NON TUNAI.
64
92 69
45
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

4). Proses 4
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program
penanggulangan NOMOR 63 TAHUN
kemsknan 2017
yang melput perlndungan
Penerima Bantuan Sosial berhasil melakukan penarikan
sosal,
uangjamnan
dan/ atau sosal, pemberdayaan
pembelian sosal, rehabltas
barang/jasa.
TENTANG
sosal, dan pelayanan dasar.
b. Mekanisme
PENYALURAN penarikan
BANTUAN uang dan/atau
SOSIAL SECARApembelian
NON TUNAIbarang/
4. Penerma Bantuan
b. Mekansme penarkan Sosal
uang adalah
dan/atau seseorang,
pembelan keluarga,
barang/jasa dengan
jasa dengan menggunakan jaringan layanan pembayaran
menggunakan
kelompok jarngan
atau RAHMAT
DENGAN layanan pembayaran
masyarakat mskn, yang bukan
mampu, Bank
tdak ESA mlk dan/
yang bukan milik Bank TUHAN
Penyalur YANG MAHA
(disebut “off us”).
Penyalur (dsebut “off us”).
atau rentan terhadap rsko sosal.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
5. Bank Penyalur adalah bank sebaga mtra kerja tempat
dbukanya rekenng atas nama Pember Bantuan Sosal
Menimbang : a. bahwa penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat dilakukan
untuk menampung dana belanja Bantuan Sosal yang
secara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal.
tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi;
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
b. bahwa penyaluran bantuan sosial yang efisien dapat
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
mendukung peningkatan manfaat bagi penerima bantuan serta
sebaga meda penyaluran
berkontribusi terhadapberbaga
peningkatan Bantuan Sosal,
keuangan intensif;
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut
Presiden
e-warong adalah tentang
agen bank, Penyaluran Bantuan
pedagang Sosial
dan/ Secara
atau Non
phak
Tunai;
lan yang telah bekerja sama dengan Bank Penyalur dan
dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan
Mengingat : Pasal
Sosal oleh 4 ayat (1)Bantuan
Penerma Undang-Undang Dasar
Sosal Negara Republik
bersama Bank
Penyalur. Indonesia Tahun 1945;
Keterangan :
Keterangan:
MEMUTUSKAN:
1). Proses
1) Proses 1 1: :
PenermaBantuan
Penerima Bantuan Sosial
Sosal mentransakskan
mentransaksikan KartuKartu
KomboKombo
yang
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENYALURAN
dterbtkan oleh Bank Penyalur d outlet mlk bank
yang diterbitkan oleh Bank Penyalur di outlet milik bank Acquirer yang
BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI.
bukan merupakan
Acquirer yang bukanBank merupakan
Penyalur. Bank Penyalur.
2) Proses 2 :
69
93
Sstem d outlet mlk bank Acquirer mengrmkan data kepada host d
bank Acquirer. 45
3) Proses 3 :
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

2). Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program


Proses PERATURAN
2: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Sistem di outlet NOMOR
penanggulangan milik bank Acquirer
63 TAHUN
kemsknan 2017
yang mengirimkan
melput data
perlndungan
kepada host di bank Acquirer.
sosal, jamnan sosal, pemberdayaan sosal, rehabltas
TENTANG
sosal, dan pelayanan dasar.
3). Proses 3:
PENYALURAN BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI
4. Penerma Bantuan Sosal adalah seseorang, keluarga,
Sistem host di bank Acquirer mengirimkan data ke sistem
kelompok atau RAHMAT
masyarakat mskn, tdak ESA
mampu, dan/
layananDENGAN
prinsipal TUHAN
pembayaran YANG
untukMAHA
diteruskan ke host
atau rentan terhadap rsko sosal.
Bank Penyalur.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
5. Bank Penyalur adalah bank sebaga mtra kerja tempat
4). dbukanya
Proses 4 : rekenng atas nama Pember Bantuan Sosal
Menimbang : a. bahwa penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat dilakukan
untuk menampung
Data diteruskan daridana belanja pembayaran
layanan Bantuan Sosal ke Bankyang
secara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
Penyalur prinsipal
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal.
tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi;
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
5). Proses 5 : b. bahwa penyaluran bantuan sosial yang efisien dapat
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
mendukung peningkatan manfaat bagi penerima bantuan serta
Konfirmasi data dikirimkan dari sistem Bank Penyalur
sebaga meda penyaluran
berkontribusi terhadapberbaga
peningkatan Bantuan Sosal,
keuangan intensif;
kepada layanan prinsipal pembayaran.
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut
6). Proses 6 :
Presiden
e-warong adalah tentang
agen Penyaluran
bank, Bantuan
pedagang Sosial
dan/ Secara
atau Non
phak
Konfirmasi data diteruskan dari layanan prinsipal
Tunai;
lan yang telah bekerja sama dengan Bank Penyalur dan
pembayaran kepada bank Acquirer.
dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan
Mengingat : Pasal
Sosal oleh 4 ayat (1)Bantuan
Penerma Undang-Undang Dasar
Sosal Negara Republik
bersama Bank
7). Proses 7 : Indonesia Tahun 1945;
Penyalur.
Konfirrnasi data diterima oleh bank Acquirer.
MEMUTUSKAN:
8). Proses 8:
Penerima: Bantuan
Menetapkan Sosial
PERATURAN berhasil TENTANG
PRESIDEN melakukanPENYALURAN
penarikan
uang dan/atau pembelian
BANTUAN barang/jasa.
SOSIAL SECARA NON TUNAI.

94 69
45
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

transaksi, “off
Dalam PERATURAN use” REPUBLIK INDONESIA
PRESIDEN
Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program
• Kartu Kombo NOMOR
penanggulangan diterbitkan
kemsknan oleh
63 TAHUN Bank
2017
yang Penyalur.
melput perlndungan
• Bank
sosal, Acquirer
jamnan merupakan
sosal, pihak sosal,
pemberdayaan yang tidak sama
rehabltas
TENTANG
dengan Bank Penyalur.
sosal, dan pelayanan dasar.
• Layanan
PENYALURAN
4. Penerma prinsipal
BANTUAN
Bantuan pembayaran
SOSIAL SECARA
Sosal merupakan
NON TUNAIlayanan
adalah seseorang, keluarga,
prinsipal pembayaran yang dimiliki dan/ atau dikelola
kelompok atau RAHMAT
DENGAN masyarakat TUHAN mskn,
YANG MAHAtdak ESAmampu, dan/
oleh bank umum milik negara. Layanan prinsipal
atau rentan terhadap rsko sosal.
pembayaran memungkinkan
PRESIDEN penarikan uang dan/ atau
REPUBLIK INDONESIA,
5. Bank Penyalur adalah bank sebaga
pembelian barang/jasa dilakukan menggunakan mtra kerja tempat dana
dbukanya
dari rekenng
rekening atas nama
Penerima Bantuan Pember
Sosial Bantuan
melalui Sosal
sistem
Menimbang : a. bahwa penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat dilakukan
untuk
yangmenampung
terinterkoneksi dana
danbelanja Bantuan Sosal yang
terinteroperabilitas.
secara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal.
Beberapa istilah yang digunakan untuk mekanisme
tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi;
pembayaran untuk penarikan uang dan/atau pembelian
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
b. bahwa penyaluran bantuan sosial yang efisien dapat
barang/jasa menggunakan dana dari rekening Perierima
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
mendukung peningkatan manfaat bagi penerima bantuan serta
sebaga
Bantuan meda
Sosial, penyaluran
adalah
berkontribusi terhadapberbaga
sebagai berikut: Bantuan
peningkatan Sosal,
keuangan intensif;
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
1. Acquirer adalah bank yang:
dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut
a. Melakukan
Presiden
kerjasama
tentang
denganBantuan
Penyaluran
pedagang
Sosial
sehingga
Secara Non
e-warong adalah agen bank, pedagang dan/ atau phak
pedagang mampu memproses transaksi dari Alat
lan yang Tunai;
telah bekerja sama dengan Bank Penyalur dan
Pembayaran Menggunakan Kartu/uang elektronik
dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan
yang diterbitkan oleh pihak selain Acquirer yang
Mengingat : Pasal 4 ayat (1)Bantuan
Sosal bersangkutan;
oleh Penerma Undang-Undang Dasar
Sosal Negara Republik
bersama Bank
dan
Penyalur. Indonesia Tahun 1945;
b. Bertanggung jawab atas penyelesaian pembayaran
kepada pedagang.
MEMUTUSKAN:
2. Prinsipal adalah bank yang bertanggung jawab atas
pengelolaan
Menetapkan sistem dan/atau
: PERATURAN PRESIDENjaringan antarPENYALURAN
TENTANG anggotanya
yang berperan
BANTUANsebagai
SOSIALpenerbit NON TUNAI.bank Acquirer,
SECARA dan/atau

69
95
45
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

- 10 -
dalam transaksi
PERATURAN Kartu Kombo
PRESIDEN yang
REPUBLIK kerjasama dengan
INDONESIA
Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program
anggotanya didasarkan
NOMOR
3. Interoperabilitas
penanggulangan 63 atas
TAHUN suatu
merupakan
kemsknan 2017
yang perjanjian
pengembangan tertulis.
dan penyediaan
melput perlndungan
sosal, sistem
Acquirer, dalam uang
jamnan elektronik
sosal,
transaks dan yang
pemberdayaan
Kartu Kombo tabungan
sosal, yang
kerjasama dapat
rehabltas
dengan saling
anggotanya
TENTANG
Interoperabilitas
3. ddasarkan
sosal, dan pelayanan dasar. merupakan
atas suatu perjanjan
dikoneksikan. Layanan pembayaranpengembangan
tertuls. dan dan
yang saling interkoneksi
penyediaan
PENYALURAN sistem
BANTUAN
interoperabilitas uang elektronik
SOSIAL SECARA
memungkinkan dan
NONpemegang tabungan
TUNAI Kartu Kombo
4. Penerma
yang dapat Bantuan
3. Interoperabilitas saling Sosal
merupakan adalah transaksi
pengembangan
dikoneksikan. seseorang, keluarga,
dan penyedaan
Layanan pembayaran sstem uang
kelompok dari
elektronk Bank
atau
dan Penyalur
masyarakat
tabungan yang untuk
mskn,
dapat ditransaksikan
salngdantdak di
mampu,
dkonekskan. jaringan
Layanandan/ outlet
pembayaran
yangDENGAN saling RAHMAT TUHAN
interkoneksi YANG MAHA ESA
interoperabilitas
miliknterkoneks
salng bank Acquirer dantersebut.
atau rentan terhadap rsko sosal.
yang nteroperabltas memungknkan transaks pemegang
memungkinkan transaksi pemegang Kartu Kombo dari
Kartu Kombo PRESIDEN
dar Bank REPUBLIK
Penyalur INDONESIA,
untuk dtransakskan d jarngan outlet mlk
5. Bank Bank Penyalur
Penyalur untuk
adalah ditransaksikan
bank sebaga mtra di jaringan outlet
kerja tempat
bank Acquirer
milik bank tersebut.
Acquirer tersebut.
dbukanya rekenng atas nama Pember Bantuan Sosal
Menimbang : a. bahwa penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat dilakukan
PRESIDEN REPUBLIK
untuk menampung dana belanja Bantuan Sosal INDONESIA,
yang
secara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd.
tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi;
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
b. bahwa penyaluran bantuan ttd. sosial JOKO
yang WIDODO
efisien dapat
ttd.
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
mendukung peningkatan manfaat bagi penerima bantuan serta
sebaga meda penyaluran JOKO WIDODO
berkontribusi terhadapberbaga
JOKO
peningkatan Bantuan
WIDODO Sosal,
keuangan intensif;
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera.
Salinan c.sesuai
bahwa berdasarkan
dengan aslinya pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam KABINET
huruf a RIdan huruf b perlu menetapkan Peraturan
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut
SEKRETARIAT
Presiden
e-warong adalah tentang
agen bank, Penyaluran Bantuan
pedagang Sosial
dan/ Secara
atau Non
phak
Tunai;
lan yang telah bekerja sama dengan Bank Penyalur dan
dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan
Mengingat : Pasal
Sosal oleh 4 ayat (1)Bantuan
Penerma Undang-Undang Dasar
Sosal Negara Republik
bersama Bank
Penyalur. Indonesia Tahun 1945;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENYALURAN


BANTUAN SOSIAL SECARA NON TUNAI.

96 69
45
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

PERATURAN PERATURAN
MENTERI PRESIDEN
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
REPUBLIK
Daerah yang tugas dan fungsnya melaksanakan program INDONESIA
penanggulangan NOMOR 63 TAHUN
kemsknan 2017
yang melput perlndungan
PERATURAN NOMOR
MENTERI: 254 /PMK.REPUBLIK
KEUANGAN 05 /2015 INDONESIA
sosal, jamnan sosal, : 254
pemberdayaan
NOMOR TENTANG /PMK. 05 /2015
sosal, rehabltas
TENTANG
sosal, dan pelayanan dasar.
BELANJA
4. Penerma BANTUAN
PENYALURAN BANTUAN
Bantuan SOSIALSOSIAL
TENTANG
Sosal PADA
SECARA
adalah KEMENTERIAN
NON TUNAI
seseorang, keluarga,
NEGARA/LEMBAGA
kelompok atau RAHMAT
DENGAN masyarakat TUHAN mskn,
YANG MAHAtdak ESA
mampu, dan/
BELANJA BANTUAN SOSIAL PADA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
atau rentan terhadap rsko sosal.
DENGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RAHMATbank TUHAN YANG MAHA ESA
5. Bank MENTERI
Penyalur KEUANGAN
adalah REPUBLIK
sebaga INDONESIA,
mtra kerja tempat
dbukanya rekenng atas nama Pember Bantuan Sosal
Menimbang : a. bahwa
MENTERI penyaluran bantuan
KEUANGAN REPUBLIKsosialINDONESIA,
kepada masyarakat dilakukan
untuk menampung dana belanja Bantuan Sosal yang
Menimbang
Menmbang : secara efisien agar dapat diterima tepat sasaran, tepat jumlah,
: a. bahwa berdasarkan
a. bahwa berdasarkan PeraturanPeraturan Menteri Menter
akan dsalurkan kepada Penerma Bantuan Sosal.
Menimbang : a. bahwa tepat waktu,
Keuangan
Keuangan tepat kualitas,
berdasarkan Nomor dan tepat
Peraturan 81/PMK.
Nomor administrasi;
81/PMK.
Menteri Keuangan 05/2012,
05/2012,
Nomor
6. Kartu Kombo adalah nstrumen pembayaran yang memlk
b. 81/PMK.
bahwa
telah
telah penyaluran
diatur
datur bantuan
ketentuan
ketentuan sosial yang
mengenai
mengena efisien
05/2012, telah diatur ketentuan mengenai belanja dapat
belanja
belanja
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
mendukung
bantuan peningkatan
sosial manfaat bagi penerima
pada Kementerian bantuan serta
bantuan sosial pada Kementerian Negara/Lembaga;Negara/
bantuan sosal pada Kementeran Negara/
sebaga meda penyaluran
Lembaga;
berkontribusi terhadapberbaga
peningkatan Bantuan Sosal,
keuangan intensif;
b.c. bahwa sesuai dengan
termasuk Kartu Keluarga Sejahtera.
bahwa berdasarkan ketentuan
pertimbangan Pasal 7 ayat (2)
sebagaimana Pasal huruf a
dimaksud

b. bahwa
b. bahwa sesuai
sesua dengan
dengan ketentuan
ketentuan Pasal 7
7
Undang-Undang
dalam huruf Nomor 1 Tahunb 2004
perlutentang Perbendaharaan
ayat (2) a huruf
(2) dan huruf
7. Elektronk warung gotong royong yang selanjutnya dsebut
ayat huruf a
a Undang-Undangmenetapkan
Undang-Undang Peraturan
Nomor
Nomor
Negara,
Presiden Menteri Keuangan
tentang selaku
Penyaluran Bendahara
Bantuan Umum
Sosial Negara
Secara Non
e-warong adalah 1 agen
1 Tahun
Tahun bank,
2004
2004 pedagang
tentang
tentang dan/ atau
Perbendaharaan
Perbendaharaan phak
berwenang
Tunai;
lan yang telah Negara,
Negara, menetapkan
bekerja sama kebijakan dan
dengan Keuangan
Menteri
Menter pedoman
Bank Penyalur
Keuangan pelaksanaan
dan
selaku
selaku
anggaran negara;
Bendahara
Bendahara Umum
Umum Negara
Negara
dtentukan sebaga tempat penarkan/ pembelan Bantuan berwenang
berwenang
Mengingat : Pasal
Sosal oleh 4menetapkan
ayat (1)Bantuan
menetapkan
Penerma Undang-Undang
kebijakan
kebjakan
Sosal Dasardan
dan Negara
bersama Republik
pedoman
pedoman
Bank
c. bahwa untuk melaksanakan penyaluran belanja bantuan sosial
Penyalur. Indonesia Tahun
pelaksanaan 1945; anggaran
pelaksanaan anggaran negara; negara;
pada Kementerian Negara/Lembaga yang lebih tertib,

c.
c. bahwa
bahwa
efisien, untuk
untuk
ekonomis, melaksanakan
melaksanakan
efektif, penyaluran
penyaluran
transparan, dan bertanggung
MEMUTUSKAN:
belanja
belanja bantuan
bantuan sosial
sosal pada
pada Kementerian
Kementeran
jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan,
Negara/Lembaga
Negara/Lembaga yang yang lebih
lebh tertib,
tertb,
Menetapkan perlu mengaturPRESIDEN
: PERATURAN kembali ketentuan mengenaiPENYALURAN
TENTANG belanja bantuan
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
sosial pada
BANTUAN Kementerian
SOSIAL SECARA Negara/Lembaga;
bertanggung jawabNON TUNAI.
dengan memperhatikan
bertanggung jawab dengan memperhatkan

69
97
69
45
rasa keadilan dan kepatutan, perlu
mengatur kembali ketentuan mengenai
belanja bantuan sosial pada Kementerian
Negara/Lembaga;
d.
bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Keuangan tentang
Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian
Negara/Lembaga;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003


tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4355);
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4400);
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009
tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009

98
Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4967);

MEMUTUSKAN
Menetapkan
: PERATURAN MENTERI KEUANGAN
TENTANG BELANJA BANTUAN SOSIAL
PADA NEGARA/LEMBAGA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
KEMENTERIAN

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:
1.
Belanja Bantuan Sosial adalah pengeluaran berupa
transfer uang, barang atau jasa yang diberikan oleh
Pemerintah kepada masyarakat miskin atau tidak mampu
guna melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya
risiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi dan/
atau kesejahteraan masyarakat.
2. Risiko Sosial adalah kejadian atau peristiwa yang dapat
menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial yang
ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok, dan/atau
masyarakat sebagai dampak krisis sosial, krisis ekonomi,
krisis politik, fenomena alam, dan bencana alam yang jika
tidak diberikan Belanja Bantuan Sosial akan semakin
terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi wajar.
3. Masyarakat miskin atau tidak mampu adalah masyarakat
yang berdasarkan kriteria tertentu ditetapkan oleh
Kementerian Negara/Lembaga.

99
4. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya
disingkat DIPA adalah Dokumen Pelaksanaan Anggaran
yang digunakan sebagai acuan Pengguna Anggaran dalam
melaksanakan kegiatan pemerintahan sebagai pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
5. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yang selanjutnya
disingkat KPPN adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal
Perbendaharaan yang berada di bawah dan bertanggung
jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan, yang memperoleh kewenangan
sebagai Kuasa Bendahara Umum Negara.
6. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah
pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran
Kementerian Negara/Lembaga bersangkutan.
7. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat
KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk
melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab
penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga
yang bersangkutan.
8. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat
PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/KPA
untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang
dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban APBN.
9. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar yang
selanjutnya disebut PPSPM adalah pejabat yang diberi
kewenangan oleh KPA untuk melakukan pengujian atas
Surat Permintaan Pembayaran dan menerbitkan Surat
Perintah Membayar.
10. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat
SPP adalah dokumen yang diterbitkan oleh PPK, yang
berisi permintaan pembayaran tagihan kepada negara.

100
11.
Surat Perintah Membayar Langsung yang selanjutnya
disebut SPM-LS adalah surat perintah membayar yang
diterbitkan oleh PPSPM kepada pihak ketiga atas dasar
perikatan atau surat keputusan.
12. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disebut
SP2D adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN
selaku Kuasa BUN untuk pelaksanaan pengeluaran atas
beban APBN berdasarkan SPM.
13. Bank/Pos Penyalur adalah bank/pos mitra kerja sebagai
tempat dibukanya rekening atas nama satuan kerja untuk
menampung dana Belanja Bantuan Sosial yang akan
disalurkan kepada penerima bantuan sosial.
14.
Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara
yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan
negara dan membayar seluruh pengeluaran negara.
15. Uang Elektronik adalah alat pembayaran yang diterbitkan
atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu kepada
penerbit dimana nilai uang disimpan dalam suatu
media server atau chip yang dapat digunakan sebagai
alat penyaluran bantuan sosial dan bukan merupakan
simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang
yang mengatur mengenai perbankan.

BAB II
RUANG LINGKUP

Pasal 2
Ketentuan dalam Peraturan Menteri ini mengatur
mengenai pengalokasian, pencairan, penyaluran, dan
pertanggungjawaban Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian
Negara/Lembaga yang bersumber dari APBN.

101
BAB III
PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA
BANTUAN SOSIAL

Pasal 3
(1) Anggaran Belanja Bantuan Sosial dialokasikan dalam
APBN berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai penyusunan
dan penelaahan Rencana Kerja Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga (RKA-K/L) dan pengesahan DIPA.
(2)
Anggaran Belanja Bantuan Sosial dimaksud pada
ayat (1) dialokasikan Kementerian Negara/Lembaga
yang sebagaimana pada DIPA berdasarkan peraturan
perundangundangan mempunyai tugas dan fungsi
melaksanakan program perlindungan sosial,
rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial,
penanggulangan kemiskinan dan pelayanan dasar, dan
penanggulangan bencana.
(3) Pengalokasian Belanja Bantuan Sosial dipisahkan dari
unsur biaya operasional satuan kerja penyelenggara
bantuan sosial, biaya pencairan dan penyaluran bantuan
sosial serta biaya yang timbul dalam rangka pengadaan
barang dan jasa.

Pasal 4
Anggaran Belanja Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1) disusun oleh Kementerian Negara/
Lembaga dengan memperhatikan:
a. tujuan penggunaan bantuan sosial;
b. bantuan sosial;
c. penerima bantuan sosial; dan

102
d. bentuk bantuan sosial yang disalurkan.
Pasal 5
(1) Dalam rangka pengalokasian Belanja Bantuan Sosial,
Aparat Pengawas Intern Pemerintah Kementerian Negara/
Lembaga (APIP K/L) melakukan reviu terhadap RKA-K/
L dalam rangka memberikan keyakinan terbatas bahwa
RKA-K/L telah disusun antara lain memenuhi kaidah
perencanaan.
(2) Reviu terhadap RKA-K/L sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) antara lain kesesuaian penyusunan alokasi Belanja
Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
dengan klasifikasi anggaran.
(3)
APIP K/L melakukan revisi dengan mempedomani
Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur tentang
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-K/L dan
Pengesahan DIPA.

Pasal 6
(1) Tujuan penggunaan bantuan sosial sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf a meliputi:
a. Perlindungan sosial, yang bertujuan untuk mencegah
dan menangani risiko dari guncangan kerentanan sosial
seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat
agar kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai
kebutuhan dasar minimal;
b. Rehabilitasi sosial, yang bertujuan untuk memulihkan
dan mengembangkan kemampuan seseorang yang
mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan
fungsi sosialnya secara wajar;

103
c. Jaminan sosial, yang merupakan skema yang
melembaga untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak;
d. Pemberdayaan sosial, yang merupakan semua upaya
yang diarahkan untuk menjadikan warga negara yang
mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga
mampu memenuhi kebutuhan dasarnya;
e.
Penanggulangan kemiskinan, yang merupakan
kebijakan, program, dan kegiatan yang dilakukan
terhadap orang, keluarga, kelompok, dan/atau
masyarakat yang tidak mempunyai atau mempunyai
sumber mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi
kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan;
f.
Penanggulangan bencana, yang merupakan serang-
kaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan
pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan
rehabilitasi.
(2)
Tujuan penggunaan bantuan sosial sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian dari target
kinerja Kementerian Negara/Lembaga.
(3) Pemberi bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 huruf b merupakan Kementerian Negara/ Lembaga yang
berdasarkan peraturan perundangundangan mempunyai
tugas dan fungsi melaksanakan program perlindungan
sosial, rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan
sosial, penanggulangan kemiskinan dan pelayanan dasar,
dan penanggulangan bencana.
(4) Penerima bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf c, adalah perorangan, keluarga, kelompok,

104
masyarakat miskin, tidak mampu, dan/atau yang
mengalami keadaan yang tidak stabil sebagai akibat dari
situasi krisis sosial, ekonomi, politik, bencana, dan/atau
fenomena alam agar dapat memenuhi kebutuhan hidup
minimum.
(5) Pemberian bantuan sosial kepada penerima bantuan sosial
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dilakukan
melalui lembaga nonpemerintah di bidang pendidikan,
kesehatan, keagamaan, dan bidang lain yang berperan
untuk melindungi perorangan, keluarga, kelompok,
masyarakat miskin, tidak mampu, dan/atau yang
mengalami keadaan yang tidak stabil sebagai akibat dari
situasi krisis sosial, ekonomi, politik, bencana, dan/atau
fenomena alam agar dapat memenuhi kebutuhan hidup
minimum.
(6) Belanja Bantuan Sosial yang diberikan oleh pemberi
bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
kepada penerima bantuan sosial sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) tidak untuk:
a. dikembalikan kepada pemberi bantuan sosial; atau
b. diambil hasilnya oleh pemberi bantuan sosial.
(7) Bentuk bantuan sosial yang disalurkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf d terdiri atas:
a. uang;
b. barang; dan/atau
c. Jasa.
(8) Bentuk bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat
(7) harus sesuai dengan Keluaran yang tercantum dalam
RKA-K/L atau DIPA.

105
BAB IV
PENETAPAN PENERIMA, PENCAIRAN DAN PENYALURAN
BANTUAN SOSIAL

Bagian Kesatu
Penetapan Penerima Bantuan Sosial

Pasal 7
(1) PPK melakukan seleksi dan pemutakhiran data penerima
bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(4) atau lembaga nonpemerintah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (5) berdasarkan kriteria/persyaratan
yang telah ditetapkan di dalam pedoman umum dan
petunjuk teknis pengelolaan dan pertanggungjawaban
Belanja Bantuan Sosial.
(2)
Dalam melakukan seleksi dan/atau pemutakhiran
data sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPK dapat
berkoordinasi dengan lembaga yang mempunyai
kewenangan dalam penanggulangan kemiskinan atau
institusi pemerintah yang berwenang.
(3) Berdasarkan hasil seleksi dan/atau pemutakhiran data
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPK menetapkan
surat keputusan penerima bantuan sosial.
(4) Dalam rangka penyaluran Belanja Bantuan Sosial dalam
bentuk uang, surat keputusan penerima bantuan sosial
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling sedikit
memuat:
a. i dentitas penerima bantuan sosial;
b. nilai uang bantuan sosial; dan

106
c. nomor rekening penerima bantuan sosial pada bank/
pos.
(5) Dalam hal penerima bantuan sosial tidak mempunyai
nomor rekening sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf c, nomor rekening yang dicantumkan dalam
surat keputusan penerima bantuan sosial adalah nomor
rekening Bank/Pos Penyalur.
(6) Dalam rangka penyaluran Belanja Bantuan Sosial dalam
bentuk barang dan/atau jasa, surat keputusan penerima
bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
paling sedikit memuat:
a. i dentitas penerima bantuan sosial;
b. nilai barang dan/atau jasa bantuan sosial; dan
c. bentuk barang dan/atau jasa yang akan diberikan.
(7) Surat keputusan penerima bantuan sosial sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) selanjutnya disahkan oleh KPA.
(8) Dalam hal pemberian bantuan sosial dilakukan melalui
lembaga nonpemerintah, identitas penerima bantuan
sosial yang dicantumkan dalam surat keputusan
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf a adalah
nama lembaga nonpemerintah.
(9) Surat keputusan penerima bantuan sosial yang disahkan
oleh KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (7) merupakan
dasar pemberian bantuan sosial kepada penerima bantuan
sosial.
(10) Untuk mempercepat pemberian bantuan sosial, penetapan
surat keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
pengesahan surat keputusan penerima bantuan sosial
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dapat dilakukan

107
secara bertahap bagi penerima yang telah memenuhi
persyaratan.
(11) Untuk keperluan pemberian bantuan sosial dalam rangka
tanggap darurat penanggulangan bencana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf f, penetapan
surat keputusan penerima bantuan sosial oleh PPK dan
pengesahannya oleh KPA dapat dilakukan secara simultan
dengan pelaksanaan pemberian bantuan sosial.

Bagian Kedua
Pencairan Dana Belanja Bantuan Sosial Yang Disalurkan
Dalam Bentuk Uang

Pasal 8
(1) Dana Belanja Bantuan Sosial yang disalurkan dalam
bentuk uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(7) huruf a disalurkan langsung kepada penerima bantuan
dalam bentuk transfer uang.
(2) Dana Belanja Bantuan Sosial yang disalurkan dalam
bentuk uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(7) huruf a dapat digunakan untuk menghasilkan barang
dan/atau jasa yang dikerjakan secara swakelola.
(3) Pekerjaan swakelola sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dikerjakan oleh kelompok masyarakat penerima bantuan
sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) atau
lembaga nonpemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (5) .
(4) Pekerjaan secara swakelola sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
108
perundang-undangan mengenai pengadaan barang/jasa
pemerintah.

Pasal 9
(1) Pekerjaan secara swakelola merupakan kegiatan yang
direncanakan, dikerjakan, dan/atau diawasi sendiri
untuk menghasilkan barang dan/atau Jasa oleh kelompok
masyarakat atau lembaga nonpemerintah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3).
(2) Pekerjaan secara swakelola sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), meliputi:
a. pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan teknis melalui penyelenggaraan kursus,
pelatihan atau penyuluhan untuk penerima bantuan
sosial serta sesuai dengan tugas pokok pemberi
bantuan sosial;
b. pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya
memerlukan partisipasi langsung masyarakat
penerima bantuan sosial;
c. pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi
atau pembiayaannya tidak diminati oleh Penyedia
Barang dan/atau Jasa dan tidak dapat dihitung/
ditentukan terlebih dahulu; atau
d. pekerjaan industri kreatif, inovatif dan budaya dalam
negeri.
(3)
Pekerjaan swakelola yang membutuhkan keahlian
tertentu dilaksanakan setelah mendapat rekomendasi
dari instansi teknis yang berwenang.

109
Pasal 10

Pencairan dana Belanja Bantuan Sosial yang disalurkan dalam


bentuk uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (7)
huruf a dilakukan melalui pembayaran langsung (LS) :
a. dari Kas Negara ke rekening penerima bantuan sosial
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) ;
b. dari Kas Negara ke rekening lembaga nonpemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5) ; atau
c. dari Kas Negara ke rekening Bank/Pos Penyalur.

Pasal 11
(1) Pencairan dana Belanja Bantuan Sosial sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 huruf c dilakukan dalam hal:
a. penerima bantuan sosial dalam bentuk uang tidak
memungkinkan untuk membuka rekening pada bank/
pos;
b. dana Belanja Bantuan Sosial yang disalurkan merupakan
program nasional yang menurut peraturan perundang-
undangan harus disalurkan melalui lembaga penyalur;
c. dana Belanja Bantuan Sosial yang disalurkan merupakan
program nasional atau program Kementerian Negara/
Lembaga yang penyalurannya ditentukan harus
dilakukan melalui uang elektronik yang ter-registrasi;
atau
d. jumlah penerima bantuan sosial dalam bentuk uang
pada satu jenis Belanja Bantuan Sosial dan satu DIPA
lebih dari 100 (seratus) penerima bantuan sosial.

110
(2) Dalam rangka pencairan dana Belanja Bantuan Sosial
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf c, KPA
membuka rekening pada Bank/Pos Penyalur.
(3) Pembukaan rekening pada Bank/Pos Penyalur oleh
KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Menteri
Keuangan mengenai pengelolaan rekening milik
Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja.
(4) Pencairan dana Belanja Bantuan Sosial sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 huruf c disalurkan kepada
penerima bantuan sosial dengan cara:
a. pemindahbukuan dari rekening Bank/Pos Penyalur
ke rekening penerima bantuan sosial;
b. pemberian uang tunai dari rekening Bank/Pos
Penyalur kepada penerima bantuan sosial oleh
petugas Bank/Pos Penyalur; atau . pengisian uang
elektronik penerima bantuan sosial oleh Bank/Pos
Penyalur dalam hal dana bantuan sosial merupakan
program nasional atau program Kementerian Negara/
Lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c.

Pasal 12
(1) Rekening penerima bantuan sosial sebagaimana dimaksud
alam Pasal 10 huruf a dan Pasal 11 ayat (4) huruf a dapat
berbentuk rekening tabungan yang berkarakteristik Basic
Saving Account (BSA) .
(2) Penggunaan uang elektronik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (1) huruf c dan tabungan berkarakteristik

111
BSA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia dan/atau
Otoritas Jasa Keuangan.

Pasal 13
(1) Dalam rangka pelaksanaan penyaluran dana Belanja
Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
huruf c, PPK melakukan pemilihan Bank/Pos Penyalur
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.
(2) Bank/Pos Penyalur yang akan dipilih sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan Bank/Pos yang telah
memiliki perjanjian kerjasama pengelolaan rekening milik
Kementerian Negara/Lembaga dengan Direktur Jenderal
Perbendaharaan.
(3) Bank/Pos yang terpilih menjadi Bank/Pos Penyalur dana
Belanja Bantuan Sosial kontrak/perjanjian kerja sama
dengan PPK.
(4) Kontrak/perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) paling sedikit memuat:
a. hak dan kewajiban kedua belah pihak;
b. tata cara dan syarat penyaluran dana Belanja Bantuan
sosial dalam bentuk uang kepada penerima bantuan
sosial;
c. pernyataan kesanggupan Bank/Pos Penyalur untuk
menyalurkan dana Belanja Bantuan Sosial dalam
bentuk uang kepada penerima bantuan sosial paling
lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak dana Belanja
Bantuan Sosial ditransfer dari Kas Negara ke rekening
Bank/Pos Penyalur;

112
d. pernyataan kesanggupan Bank/Pos Penyalur bahwa
sisa dana Belanja Bantuan Sosial dalam bentuk uang
pada Bank/Pos Penyalur yang tidak tersalurkan
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender
sebagaimana dimaksud pada huruf c, harus disetor ke
Kas Negara pada hari kerja berikutnya;
e. pernyataan kesanggupan Bank/Pos Penyalur untuk
menyalurkan dana Belanja Bantuan Sosial dalam
bentuk uang melalui rekening penerima bantuan sosial
atau uang elektronik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (4) huruf a dan huruf c paling lama 15
(lima belas) hari kalender sejak dana Belanja Bantuan
Sosial ditransfer dari Kas Negara ke rekening Bank/
Pos Penyalur;
f. pernyataan kesanggupan Bank/Pos Penyalur untuk
menyampaikan laporan kepada PPK apabila dana
Belanja Bantuan Sosial yang disalurkan melalui
rekening penerima bantuan sosial sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4) huruf a, dan
uang elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 ayat (4) huruf c, tidak terdapat transaksi/tidak
dipergunakan oleh penerima bantuan sosial dalam
waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak dana Belanja
Bantuan Sosial ditransfer dari rekening Bank/Pos
Penyalur;
g. pernyataan kesanggupan Bank/Pos Penyalur untuk
menyetorkan ke Kas Negara terhadap Belanja Bantuan
Sosial yang disalurkan melalui rekening penerima
bantuan sosial atau uang elektronik yang tidak terjadi
transaksi/tidak dipergunakan paling lambat 15 (lima
belas) hari kalender sejak diterimanya surat perintah
penyetoran dari PPK;

113
h. pernyataan kewajiban Bank/Pos Penyalur untuk
menyampaikan laporan penyaluran dana Belanja
Bantuan Sosial secara berkala kepada PPK;
i. pernyataan kesanggupan Bank/Pos Penyalur untuk
menyetorkan bunga dan jasa giro pada Bank/Pos
Penyalur yang timbul dalam rangka kegiatan penyaluran
dana Belanja Bantuan Sosial ke Kas Negara;
j. pernyataan kesanggupan Bank/Pos Penyalur untuk
menyetorkan sisa dana Belanja Bantuan Sosial yang
tidak tersalurkan sampai dengan akhir tahun anggaran
ke Kas Negara;
k. pernyataan kesanggupan Bank/Pos Penyalur untuk
menyediakan sistem informasi penyaluran dana
Belanja Bantuan Sosial yang dapat diakses oleh KPA/
PPK; dan
l. ketentuan mengenai sanksi terhadap salah satu pihak
yang dikenakan melanggar kontrak/perjanjian kerja
sama yang antara lain memuat denda kepada Bank/Pos
Penyalur dalam hal terjadi keterlambatan penyaluran
yang besarannya disepakati oleh kedua belah pihak.
(5) Kontrak/perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) tidak diperkenankan mencantumkan klausul
potongan atau pungutan terhadap penerima dana Belanja
Bantuan Sosial.
(6) Dalam hal ketentuan yang tercantum pada kontrak/
perjanjian kerja sama melampaui jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c dan huruf
e, harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari
Direktur Jenderal Perbendaharaan.

114
(7) Permohonan persetujuan dari Direktur Jenderal
Perbendaharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
diajukan oleh PPK disertai dengan penjelasan tidak dapat
disalurkannya dana Belanja Bantuan Sosial dalam waktu
30 (tiga puluh) hari kalender sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) huruf c atau 15 (lima belas) hari kalender
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf e.

Pasal 14
(1) Saldo pada rekening penerima bantuan sosial sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 huruf a dan Pasal 11 ayat (4)
huruf a dapat berupa saldo nihil atau saldo simpanan.
(2) Dalam hal terdapat saldo simpanan pada rekening
penerima bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), saldo tersebut tidak perlu disetor ke Kas Negara.

Pasal 15
(1) Dalam hal Bank/Pos Penyalur memperkirakan tidak dapat
menyalurkan dana bantuan sosial sesuai dengan jangka
waktu yang diatur dalam kontrak/perjanjian kerja sama,
Bank/Pos Penyalur menyampaikan surat permohonan
perpanjangan waktu penyaluran kepada PPK.
(2) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disertai dengan penjelasan penyebab tidak dapat
disalurkannya dana bantuan sosial sesuai dengan
kontrak/perjanjian kerja sama.
(3) PPK melakukan analisa terhadap surat permohonan yang
diajukan oleh Bank/Pos Penyalur sebagaimana dimaksud
pada ayat (2).

115
(4) PPK menolak permohonan Bank/Pos Penyalur dalam
hal berdasarkan hasil analisa yang dilakukan oleh PPK
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tidak cukup alasan
bagi Bank/Pos Penyalur untuk memperpanjang jangka
waktu penyaluran dana Belanja Bantuan Sosial.
(5) Dalam hal terdapat cukup alasan bagi Bank/Pos Penyalur
untuk memperpanjang jangka waktu penyaluran dana
Belanja Bantuan Sosial, PPK mengajukan dispensasi
perpanjangan waktu penyaluran dana bantuan sosial
kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan.
(6) Direktur Jenderal Perbendaharaan dapa menyetujui atau
menolak permohonan dispensasi perpanjangan waktu
penyaluran dana bantuan sosial.
(7)
Persetujuan Direktur Jenderal Perbendaharaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) tidak dapat
melampaui akhir tahun anggaran.
(8) Persetujuan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) tidak mengurangi
sanksi denda keterlambatan sebagaimana diatur dalam
kontrak/perjanjian kerja sama antara PPK dengan Bank/
Pos Penyalur.

Bagian Ketiga
Pencairan Dana Belanja Bantuan Sosial Yang Disalurkan
Dalam Bentuk Barang dan/atau Jasa

Pasal 16
Belanja Bantuan Sosial yang disalurkan dalam bentuk barang
dan/atau jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (7)

116
huruf b dan huruf c, dilaksanakan melalui penyaluran barang
dan/atau jasa kepada penerima bantuan sosial.

Pasal 17
(1) PPK menandatangani kontrak pengadaan barang dan/
atau jasa dengan penyeda barang dan/atau jasa untuk
bantuan sosial yang akan disalurkan dalam bentuk
barang dan/atau jasa.
(2) Pengadaan barang dan/atau jasa yang akan disalurkan
kepada penerima bantuan sosial sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat juga termasuk pelaksanaan penyaluran
barang dan/atau Jasa sampai dengan diterima oleh
penerima bantuan sosial.
(3) Pencairan dana Belanja Bantuan Sosial dalam rangka
pengadaan barang dan/atau jasa yang akan disalurkan
untuk penerima bantuan sosial dilakukan dengan cara
pembayaran langsung (LS) dari Kas Negara ke rekening
penyedia barang dan/atau jasa.
(4) Penyaluran barang dan/atau jasa yang pengadaannya
menggunakan dana Belanja Bantuan Sosial kepada
penerima bantuan sosial dilakukan oleh:
a. PPK; atau
b. penyedia barang dan/atau jasa sesuai kontrak
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Pasal 18
(1) Bantuan Sosial dalam bentuk barang dan/atau jasa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (7) huruf b dan
huruf c yang nilai per jenis barang bantuannya sampai
dengan Rp. 50.000. 000,00 (lima puluh juta rupiah),
117
bantuan sosial dimaksud dapat diberikan dalam bentuk
uang.
(2) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan melalui lembaga nonpemerintah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5) atau langsung kepada
kelompok masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (4) .

Pasal 19
(1) Pencairan bantuan sosial dalam bentuk uang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dilaksanakan
berdasarkan perjanjian kerja sama antara PPK dengan
pimpinan kelompok masyarakat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (4) atau lembaga nonpemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5) yang telah
ditetapkan berdasarkan surat keputusan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3).
(2)
Bantuan sosial dalam bentuk uang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dicairkan secara langsung dari
Kas Negara ke rekening kelompok masyarakat atau
lembaga nonpemerintah melalui mekanisme pembayaran
langsung (LS).
(3) Pencairan dana bantuan sosial ke rekening kelompok
masyarakat atau lembaga nonpemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan secara
sekaligus.
(4) Perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) sekurang-kurangnya memuat:
a. hak dan kewajiban kedua belah pihak;

118
b. jumlah dan nilai barang dan/atau jasa yang akan
dibeli;
c. jenis dan spesifikasi barang dan/atau Jasa yang akan
dibeli;
d. jangka waktu penyelesaian pekerjaan;
e. tata cara dan syarat pencairan dana;
f. pernyataan kesanggupan kelompok masyarakat
atau lembaga nonpemerintah untuk membeli barang
dan/atau jasa sesuai dengan jenis dan spesifikasi;
pernyataan pimpinan kelompok masyarakat atau
lembaga nonpemerintah bahwa pengadaan barang
dan/atau jasa akan dilakukan secara transparan dan
akuntabel;
h.
persyaratan kesanggupan pimpinan kelompok
masyarakat atau lembaga nonpemerintah untuk
menyetorkan sisa dana bantuan sosial yang tidak
dipergunakan ke Kas Negara;
i. sanksi;
j. penyampaikan laporan penggunaan dana bantuan
sosial secara berkala kepada PPK; dan
k. penyampaian laporan pertanggungjawaban penyele-
saian pekerjaan.

Pasal 20
(1) Kelompok masyarakat atau lembaga nonpemerintah
mengajukan permohonan pencairan dana bantuan sosial
kepada PPK, dengan dilampiri:
a. perjanjian kerja sama yang telah ditandatangani
oleh pimpinan kelompok masyarakat atau lembaga
nonpemerintah; dan
119
b. kuitansi bukti penerimaan uang yang telah
ditandatangani oleh pimpinan kelompok masyarakat
atau lembaga nonpemerintah.
(2) PPK melakukan pengujian permohonan pencairan dana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan
petunjuk teknis pengelolaan Belanja Bantuan Sosial.
(3) PPK menandatangani perjanjian kerja sama dan
mengesahkan kuitansi bukti penerimaan uang serta
menerbitkan SPP setelah pengujian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) telah sesuai dengan petunjuk
teknis pengelolaan Belanja Bantuan Sosial.
(4) Dalam hal pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tidak sesuai dengan petunjuk teknis pengelolaan Belanja
Bantuan Sosial, PPK menyampaikan pemberitahuan
kepada pimpinan kelompok masyarakat atau lembaga
nonpemerintah untuk melengkapi dan memperbaiki
permohonan pencairan dana bantuan sosial.

Pasal 21
(1) Kelompok masyarakat atau lembaga nonpemerintah
melaksanakan pengadaan bantuan sosial dalam bentuk
barang dan/atau jasa setelah menerima pencairan dana
bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (2).
(2) Pengadaan barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan secara transparan, akuntabel
dan memperhatikan efisiensi penggunaan dana bantuan
sosial.

120
BAB V
TATA CARA PENGAJUAN SURAT PERMINTAAN
PEMBAYARAN, SURAT PERINTAH MEMBAYAR,
DAN SURAT PERINTAH PENCAIRAN DANA
DALAM RANGKA PENCAIRAN DANA
BELANJA BANTUAN SOSIAL

Pasal 22
(1) Dalam rangka pencairan dana Belanja Bantuan Sosial,
PPK mengajukan SPP Belanja Bantuan Sosial kepada
PPSPM yang dilampiri paling sedikit dengan:
a. surat keputusan penerima bantuan sosial;
b. daftar dan rekapitulasi penerima bantuan sosial;
c.
naskah kontrak/perjanjian kerjasama penyaluran
bantuan sosial antara PPK dan Bank/Pos Penyalur
dalam hal penyaluran dana bantuan sosial dilakukan
melalui Bank/Pos Penyalur;
d. dokumen kontrak pengadaan barang dan/atau jasa
antara PPK dan penyedia barang dan/atau jasa dalam
hal bantuan sosial disalurkan dalam bentuk barang
dan/atau jasa;
e. Berita Acara Serah Terima Barang dan/atau Jasa
antara PPK dengan penyedia barang dan/atau jasa;
dan/atau
f. pernyataan dari PPK bahwa Belanja Bantuan
Sosial dalam bentuk barang dan/atau jasa telah
diterima oleh penerima bantuan sosial atau lembaga
nonpemerintah.
(2) Pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) huruf
f dibuat berdasarkan tanda terima barang dan/atau jasa
121
dari penerima bantuan sosial atau lembaga nonpemerintah
yang disalurkan oleh penyedia barang dan/atau jasa
sesuai dengan dokumen kontrak.
(3) Tanda terima sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disimpan oleh PPK.

Pasal 23
Dalam rangka pencairan dana bantuan sosial dalam bentuk
barang dan/atau jasa yang diberikan dalam bentuk uang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat ( 1), PPK
menyampaikan SPP kepada PPSPM, dengan dilampiri:
a. perjanjian kerja sama yang telah ditandatangani
oleh pimpinan kelompok masyarakat atau lembaga
nonpemerintah dan PPK; dan
b. kuitansi bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani
oleh pimpinan kelompok masyarakat atau lembaga
nonpemerintah dan disahkan oleh PPK.

Pasal 24
(1) PPSPM melakukan pengujian terhadap SPP dan lampiran
yang diajukan oleh PPK.
(2) Dalam hal berdasarkan hasil pengujian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), SPP dinyatakan lengkap dan
benar sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
PPSPM menerbitkan SPM-LS.
(3) Tata cara pengujian SPP, pengajuan SPM-LS oleh PPSPM
ke KPPN, dan penerbitan SP2D oleh KPPN dilaksanakan
sesuai ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan
yang mengatur mengenai tata cara pembayaran dalam
rangka pelaksanaan APBN.
122
BAB VI
PENYETORAN DANA BELANJA BANTUAN SOSIAL DAN
PEMBAYARAN KEMBALI ATAS SETORAN DANA
BELANJA BANTUAN SOSIAL

Bagian Pertama
Penyetoran Dana Belanja Bantuan Sosial

Pasal 25
(1) Bank/Pos Penyalur menyampaikan laporan penyaluran
dana Belanja Bantuan Sosial kepada PPK paling lambat
30 (tiga puluh) hari kalender sejak berakhirnya masa
penyaluran dana Belanja Bantuan Sosial melalui uang,
rekening penerima bantuan sosial atau uang elektronik.
(2) Dalam hal berdasarkan laporan Bank/Pos Penyalur
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat rekening
atau uang elektronik penerima dana Belanja Bantuan
Sosial yang tidak terdapat transaksi/tidak dipergunakan,
PPK memerintahkan Bank/Pos Penyalur untuk
membekukan sementara rekening atau uang elektronik
penerima dana Belanja Bantuan Sosial.

Pasal 26
(1) PPK melakukan penelitian terhadap laporan Bank/Pos
Penyalur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat
(1).
(2)
Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselesaikan oleh PPK paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kalender sejak diterima laporan dari Bank/Pos Penyalur.

123
(3) Berdasarkan hasil penelitian, PPK segera memerintahkan
Bank/Pos Penyalur untuk menyetorkan dana Belanja
Bantuan Sosial yang berdasarkan hasil penelitian:
a. belum tersalurkan sampai dengan batas waktu yang
tercantum dalam kontrak/perjanjian kerja sama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (4)
huruf c dan huruf e;
b. rekening atau uang elektronik penerima bantuan
sosial tidak terdapat transaksi/tidak dipergunakan
karena penerima Belanja Bantuan Sosial:
1) meninggal dunia; atau
2) tidak berhak menerima Belanja Bantuan Sosial.
(4) PPK menyampaikan surat perintah penyetoran paling
lambat 5 (lima) hari kalender sejak selesainya penelitian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(5) PPK menyampaikan surat perintah pembukaan rekening
atau uang elektronik penerima bantuan sosial dalam
hal berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1), penerima bantuan sosial masih berhak
menerima dana bantuan sosial.

Pasal 27
(1) Bank/Pos Penyalur melakukan penyetoran dana Belanja
Bantuan Sosial ke Kas Negara berdasarkan surat perintah
penyetoran dari PPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal
26 ayat (4).
(2) Penyetoran dana Belanja Bantuan Sosial sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada tahun anggaran
berjalan.

124
(3) Setoran dana Belanja Bantuan Sosial sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dibukukan sebagai pengembalian
belanja sebesar nilai setoran dana Belanja Bantuan Sosial
pada fungsi, subfungsi, program, kegiatan, output, dan
jenis belanja yang sama.
(4) Penyetoran dana Belanja Bantuan Sosial sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) menambah sisa alokasi pagu
Belanja Bantuan Sosial.
(5) Dalam hal penyetoran dana Belanja Bantuan Sosial tidak
dilaksanakan pada tahun anggaran berjalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), penyetoran dana Belanja Bantuan
Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
pada tahun anggaran berikutnya.
(6) Penyetoran dana Belanja Bantuan Sosial dan bunga/jasa
giro yang timbul dalam rangka kegiatan penyaluran dana
Belanja Bantuan Sosial, surat setorannya dibuat secara
terpisah.
(7) Tata cara penyetoran dana Belanja Bantuan Sosial
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (5), dan ayat (6)
dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan
yang mengatur sistem penerimaan negara.
(8) Untuk keperluan penyusunan laporan pertanggung-
jawaban, penyetoran sisa dana Belanja Bantuan Sosial
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (5), dilampiri
dengan daftar penerima Belanja Bantuan Sosial.
(9) Bank/Pos Penyalur menyampaikan laporan kepada PPK
dana Belanja Bantuan Sosial yang telah disetor ke Kas
Negara.

125
Bagian Kedua
Pembayaran Kembali Atas Setoran Dana Belanja
Bantuan Sosial

Pasal 28
(1) Pembayaran kembali atas setoran dana yang tidak
tersalurkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat
(1) dilakukan pada tahun anggaran berjalan.
(2) Pembayaran kembali atas setoran dana bantuan sosial
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) dapat diberikan
kepada penerima bantuan sosial yang baru.
(3) Penerima bantuan sosial yang baru sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) ditetapkan melalui Surat Keputusan oleh
PPK dan disahkan oleh KPA.
(4) Mekanisme pembayaran kembali Belanja Bantuan Sosial
yang telah disetor ke Kas Negara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal
Perbendaharaan.

BAB VII
PENGAWASAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

Bagian Pertama
Kuasa Pengguna Anggaran

Pasal 29
Dalam rangka penyaluran dana Belanja Bantuan Sosial, KPA
bertanggung jawab atas:
a.
pencapaian target kinerja penyaluran dana Belanja
Bantuan Sosial;

126
b. transparansi penyaluran dana Belanja Bantuan Sosial;
dan
c. akuntabilitas penyaluran dana Belanja Bantuan Sosial.

Pasal 30
(1) Dalam rangka pencapaian target kinerja penyaluran dana
Belanja Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 huruf a, KPA melaksanakan monitoring dan
evaluasi.
(2) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) antara lain melakukan pengawasan terhadap:
a. kesesuaian antara pelaksanaan penyaluran bantuan
sosial dengan pedoman umum dan petunjuk teknis
pengelolaan Belanja Bantuan Sosial yang telah
ditetapkan serta ketentuan peraturan terkait lainnya;
dan
b. kesesuaian antara target capaian dengan realisasi.
(3) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan paling kurang setiap triwulan.
(4)
KPA mengambil langkah-langkah tindak lanjut
berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi untuk
perbaikan penyaluran dana Belanja Bantuan Sosial.

Pasal 31
(1) Dalam rangka transparansi penyaluran dana Belanja
Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29
huruf b, KPA melakukan publikasi dana Belanja Bantuan
Sosial yang dikelolanya kepada masyarakat.
(2) Publikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui media massa/papan pengumuman/

127
sarana publikasi lainnya yang dapat dengan mudah
diakses oleh masyarakat.
(3) Publikasi terhadap Belanja Bantuan Sosial sebelum
disalurkan paling kurang memuat:
a. program/kegiatan bantuan sosial yang dikelola oleh
KPA;
b. alokasi dana bantuan sosial;
c. kriteria penerima bantuan sosial;
d. persyaratan untuk mendapatkan bantuan sosial;
e. daftar penerima dan besaran bantuan sosial yang
telah ditetapkan;
f. jadwal dan tempat penyaluran Belanja Bantuan
Sosial; dan
g. bentuk bantuan dan tata cara penyaluran Belanja
Bantuan Sosial.
(4) Publikasi terhadap Belanja Bantuan Sosial setelah
dilakukan penyaluran paling kurang memuat:
a. jumlah Belanja Bantuan Sosial yang telah
disalurkan;
b. jumlah Belanja Bantuan Sosial yang telah diterima
oleh penerima bantuan sosial;
c. jumlah Belanja Bantuan Sosial yang belum diterima
oleh penerima bantuan sosial; dan
d. daftar penerima dana bantuan sosial.

Pasal 32
(1)
Untuk menjamin akuntabilitas penyaluran dana
Belanja Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29 huruf c, KPA wajib menyusun laporan
pertanggungjawaban.

128
(2) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1) paling sedikit memuat jumlah pagu bantuan
sosial, realisasi bantuan sosial yang telah disalurkan, sisa
dana bantuan Sosial, dan jumlah dana Belanja Bantuan
Sosial yang disetorkan ke Kas Negara.
(3) Dalam hal masih terdapat dana Belanja Bantuan Sosial
pada rekening Bank/Pos Penyalur sampai akhir tahun
anggaran, dana tersebut disajikan sebagai Kas Lainnya di
Kementerian Negara/Lembaga pada Laporan Keuangan
Kementerian Negara/Lembaga (LKKL).
(4) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilampiri dengan:
a. bukti transfer dari Bank/Pos Penyalur ke rekening
penerima bantuan sosial, untuk penyaluran dana
Belanja Bantuan Sosial dalam bentuk uang;
b. bukti tanda terima dari penerima bantuan sosial,
untuk penyaluran dana Belanja Bantuan Sosial
dalam bentuk uang yang disalurkan secara tunai oleh
Bank/Pos penyalur;
c. laparon penarikan dana Belanja Bantuan Sosial yang
disalurkan melalui uang elektronik berdasarkan
sistem informasi penyaluran dana bantuan sosial
yang dibuat aleh Bank/Pos Penyalur; dan
d. berita acara serah terima dan tanda terima barang
dan/atau jasa dari penerima bantuan sosial, untuk
penyaluran dana Belanja Bantuan Sosial dalam
bentuk barang dan/atau jasa.
(5) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dilampirkan sebagai suplemen pada LKKL.

129
Bagian Kedua
Pejabat Pembuat Komitmen

Pasal 33
(1) PPK bertanggung jawab atas pelaksanaan:
a. penyaluran bantuan sosial kepada penerima bantuan
sosial untuk menjamin Bantuan Sosial telah sesuai
dengan peruntukan dan tepat sasaran dengan
berpedoman pada petunjuk teknis pengelolaan Belanja
Bantuan Sosial yang ditetapkan oleh KPA;
b.
monitoring terhadap rekening Bank/Pos Penyalur
dalam pengelolaan Belanja Bantuan Sosial terhadap
kepatuhan Bank/Pos Penyalur dalam memenuhi
ketentuan sebagaimana diatur dalam kontrak/
perjanjian kerjasama; dan
c. penilaian laporan pertanggungjawaban dari kelompok
masyarakat yang menerima bantuan sosial dan/atau
lembaga nonpemerintah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (5) yang berperan dalam pemberian
bantuan sosial kepada penerima bantuan sosial.
(2) Monitoring atas rekening Bank/Pos Penyalur sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan dengan sistem
informasi yang disediakan oleh Bank/Pos Penyalur.
(3) PPK menyampaikan laporan pelaksanaan penyaluran
bantuan sosial, monitoring dan hasil penilaian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada KPA.

Bagian Ketiga
Pertanggungjawaban Penerima Bantuan Sosial oleh
Kelompok Masyarakat atau Lembaga Nonpemerintah

130
Pasal 34
(1) Kelompok masyarakat yang menerima bantuan sosial
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) bertanggung
jawab penuh atas bantuan sosial yang diterima.
(2) Lembaga nonpemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (5) yang berperan dalam pemberian bantuan
sosial kepada penerima bantuan sosial, bertanggung
jawab penuh atas bantuan sosial yang disalurkan.
(3) Kelompok masyarakat dan lembaga nonpemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib
menyusun laporan pertanggungjawaban.
(4) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) paling kurang memuat:
a. jumlah uang, barang dan/atau jasa yang diterima;
b. jumlah uang, barang dan/atau Jasa yang digunakan;
c. penjelasan penggunaan uang, barang dan/atau jasa;
dan
d. jumlah sisa uang, barang dan/atau jasa yang belum
dimanfaatkan.
(5) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) paling kurang dilampiri dengan:
a. surat keputusan penerima bantuan sosial; dan
b. foto dokumentasi pelaksanaan kegiatan/pekerjaan.
(6)
PPK melakukan penilaian kesesuaian laporan
pertanggung jawaban dari kelompok masyarakat dan
lembaga nonpemerintah sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) berdasarkan petunjuk teknis pengelolaan Belanja
Bantuan Sosial dan perjanjian kerja sama.

131
Pasa1 35
(1) Kelompok masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (4) atau lembaga nonpemerintah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5), yang melaksanakan
pekerjaan swakelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal
8 ayat (3), wajib menyampaikan laporan pertanggung-
jawaban kepada PPK dengan dilampiri:
a.
Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan yang
ditandatangani oleh pimpinan kelompok masyarakat
atau lembaga nonpemerintah serta 2 (dua) orang
saksi;
b. dokumentasi foto/film atas barang dan/atau Jasa
yang telah dihasilkan;
c. daftar perhitungan atas jumlah dana yang diterima,
dibelanjakan dan sisa dana; dan
d. bukti setoran ke Kas Negara dalam hal terdapat sisa
dana bantuan sosial.
(2) PPK melakukan penilaian kesesuaian laporan pertang-
gungjawaban dari kelompok masyarakat atau lembaga
nonpemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sesuai dengan petunjuk teknis pengelolaan Belanja
Bantuan Sosial dan perjanjian kerja sama.

Pasal 36
(1) Kelompok masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 ayat (4) yang menerima langsung bantuan sosial atau
lembaga nonpemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (5) yang melaksanakan pemberian bantuan
sosial dalam bentuk barang dan/atau jasa yang nilai per
jenis barang bantuannya sampai dengan Rp 50. 000.

132
000,00 (lima puluh juta rupiah) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (1), wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban kepada PPK dengan dilampiri:
a. Berita Acara Serah Terima Barang/Pekerjaan yang
ditandatangani oleh pimpinan kelompok masyarakat
atau lembaga nonpemerintah dengan penyedia barang
dan/atau jasa;
b. dokumentasi foto/film atas barang dan/atau jasa yang
telah dibeli sesuai dengan perjanjian kerja sama;
c. daftar perhitungan atas jumlah dana yang diterima,
dibelanjakan dan sisa dana;
d. surat pernyataan dari pimpinan kelompok masyarakat
atau lembaga nonpemerintah bahwa bukti-bukti
pengeluaran/belanja telah disimpan; dan
e. bukti setoran ke Kas Negara dalam hal terdapat sisa
dana bantuan sosial.
(2) PPK melakukan penilaian kesesuaian laporan per-
tanggungjawaban dari kelompok masyarakat atau
lembaga nonpemerintah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sesuai dengan petunjuk teknis pengelolaan
Belanja Bantuan Sosial dan perjanjian kerja sama.

Pasal 37
(1) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 34 ayat (3), Pasal 35 ayat (1) dan Pasal 36
ayat (1) disampaikan kepada PPK paling lambat 30 hari
kalender sejak pelaksanaan pekerjaan/kegiatan telah
selesai dilaksanakan atau pada akhir tahun anggaran.
(2) PPK menyampaikan laporan kepada KPA terhadap:

133
a. laporan pertanggungjawaban yang telah disampaikan
oleh kelompok masyarakat atau lembaga non-
pemerintah;
b. hasil penilaian kesesuaian pertanggungjawaban; dan
laporan
c. laporan terhadap kelompok masyarakat atau lembaga
nonpemerintah yang belum menyampaikan laporan
pertanggungjawaban.
(3) KPA menyampaikan surat peringatan kepada kelompok
masyarakat yang menerima bantuan sosial sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) atau lembaga
nonpemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 ayat (5) yang berperan dalam pemberian bantuan
sosial kepada penerima bantuan sosial yang tidak
menyampaikan laporan pertanggungjawaban atau
penyampaian laporan pertanggungjawabannya melewati
batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) KPA dapat memberikan sanksi berupa pemberhentian
penyaluran dana Belanja Bantuan Sosial untuk tahap
atau periode berikutnya kepada kelompok masyarakat
atau lembaga nonpemerintah yang tidak menyampaikan
laporan pertanggungjawaban setelah diberikan surat
peringatan.
(5) Mekanisme pemberian surat peringatan dan/atau
sanksi diatur dalam petunjuk teknis pengelolaan Belanja
Bantuan Sosial.
(6) KPA dapat berkoordinasi dengan APIP K/L untuk
melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan dana
bantuan sosial yang diterima oleh kelompok masyarakat
atau melalui lembaga nonpemerintah.

134
Bagian Keempat
Aparat Pengawas Internal Pemerintah
Kementerian Negara/Lembaga

Pasal 38
(1) APIP K/L melaksanakan pengawasan penyaluran Belanja
Bantuan Sosial sesuai ketentuan perundang-undangan.
(2) Pengawasan penyaluran Belanja Bantuan Sosial
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain:
a. pencapaian target kinerja penyaluran Belanja Bantuan
Sosial kepada penerima bantuan sosial;
b. kesesuaian Belanja Bantuan Sosial dengan peruntukan
dan ketepatan sasaran pemberian bantuan sosial;
c.
akuntabilitas pertanggungjawaban penyusunan
laporan penyaluran bantuan sosial sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 huruf c;
d. transparansi penyaluran bantuan sosial sebagaimana
dimaksud Pasal 31;
e. pelaksanaan monitoring dan evaluasi penyaluran
bantuan sosial oleh KPA sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30; dan
f. pelaksanaan tanggung jawab PPK dalam penyaluran
bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal
33.
(3) APIP K/L melaporkan hasil pengawasan kepada pihak
yang berkepentingan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.

135
Pasal 39
Dalam rangka pengawasan penyaluran Belanja Bantuan
Sosial, APIP K/L dapat melakukan koordinasi dengan KPA.

BAB VIII
PEDOMAN UMUM DAN PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN
BELANJA BANTUAN SOSIAL

Pasal 40
Sosial, PA memiliki kewenangan untuk menetapkan pedoman
umum pengelolaan dan pertanggungjawaban Belanja Bantuan
Sosial berdasarkan peraturan perundangundangan yang
sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian Negara/Lembaga
berkenaan.

Pasal 41
Berdasarkan pedoman umum yang ditetapkan oleh PA
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40, KPA memiliki
kewenangan untuk menetapkan petunjuk teknis pengelolaan
Belanja Bantuan Sosial.

Pasal 42
Petunjuk teknis pengelolaan Belanja Bantuan Sosial yang
ditetapkan oleh KPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41,
paling kurang memuat:
a. dasar hukum pemberian bantuan sosial;
b. tujuan penggunaan Belanja Bantuan Sosial;
c. pemberi bantuan sosial;
d. persyaratan penerima bantuan sosial;
e. penerima bantuan sosial;

136
f. bentuk bantuan sosial;
g. ketentuan mengenai bantuan sosial dalam bentuk
barang dan/atau jasa yang nilainya sampai dengan
Rp. 50. 000.000,00 (lima puluh juta rupiah) per jenis
barang bantuannya;
h. alokasi anggaran dan rincian jumlah bantuan sosial;
i. tata kelola pencairan dana Belanja Bantuan Sosial;
j. penyaluran Belanja Bantuan Sosial; dan
k. pertanggungjawaban Belanja Bantuan Sosial.

Pasal 43
(1) Dasar hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42
huruf a, memuat informasi mengenai ketentuan dalam
Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah yang menjadi
dasar pelaksanaan Belanja Bantuan Sosial.
(2) Tujuan penggunaan Belanja Bantuan Sosial sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42 huruf b, memuat latar belakang,
maksud dan tujuan serta hasil yang diharapkan dari
pelaksanaan penyaluran bantuan sosial.
(3) Pemberi bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42 huruf c adalah Kementerian Negara/Lembaga
yang berdasarkan ketentuan perundang-undangan
mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan program
perlindungan sosial, rehabilitasi sosial, jaminan sosial,
pemberdayaan sosial, penanggulangan kemiskinan dan
pelayanan dasar, dan penanggulangan bencana.
(4) Persyaratan penerima bantuan sosial sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42 huruf d memuat persyaratan bagi
yang berhak menerima bantuan sosial 101 berdasarkan
kriteria penerima bantuan sosial yang ditetapkan oleh
Kementerian Negara/Lembaga.

137
(5) Penerima bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42 huruf e memuat ketentuan mengenai mekanisme
pembuatan dan penetapan surat keputusan penerima
bantuan sosial yang sekurang-kurangnya berisi informasi
mengenai nama penerima, alamat/lokasi penerima,
bentuk bantuan sosial, besaran bantuan sosial, dan
nomor rekening apabila bantuan sosial berupa transfer
uang.
(6) Bentuk bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42 huruf f memuat informasi mengenai bentuk
bantuan sosial berupa uang, barang dan/atau jasa serta
mekanisme pengadaan barang/jasa.
(7) Ketentuan mengenai bantuan sosial dalam bentuk
barang dan/atau jasa yang nilainya sampai dengan
Rp. 50. 000. 000,00 (lima puluh juta rupiah) per jenis
barang bantuannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
42 huruf g, antara lain memuat informasi mengenai
proses pengadaan dilaksanakan secara transparan,
akuntabel dan memperhatikan efisiensi penggunaan
dana, persyaratan administrasi pencairan dana serta
pertanggungjawaban dari penerima bantuan sosial.
(8) Alokasi anggaran dan rincian jumlah bantuan sosial
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf h memuat
informasi mengenai alokasi anggaran Belanja Bantuan
Sosial dalam DIPA yang diuraikan menurut program,
kegiatan, output, jenis belanja, volume dan jumlah pagu
belanja.
(9) Tata kelola pencairan dana Belanja Bantuan Sosial
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf i memuat
informasi mengenai mekanisme pengajuan pencairan
Belanja Bantuan Sosial, persyaratan dokumen pencairan,

138
dan pengujian dokumen pencairan oleh PPK dan PPSPM.
(10)
Penyaluran Belanja Bantuan Sosial sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42 huruf j memuat informasi
mengenai mekanisme penyaluran bantuan sosial, alur
penyaluran bantuan sosial, penyaluran bantuan sosial
secara langsung atau bertahap, serta persyaratan yang
harus dipenuhi dalam penyaluran bantuan sosial.
(11) Pertanggungjawaban Belanja Bantuan Sosial sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42 huruf k, memuat informasi
mengenai mekanisme pertanggungjawaban pemberi
bantuan sosial, jumlah uang/barang yang disalurkan,
sisa dana dan penyetoran sisa dana bantuan sosial,
pertanggungjawaban dari penerima bantuan sosial,
mekanisme pemberian surat peringatan dan sanksi
dalam hal penerima bantuan sosial tidak menyampaikan
laporan pertanggungjawaban.

Pasal 44
Petunjuk teknis pengelolaan Belanja Bantuan Sosial
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 dilampirkan dalam
RKA-K/L yang disampaikan kepada Kementerian Keuangan
pada saat penelaahan DIPA.

BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 45
Kementerian Negara/Lembaga yang telah melaksanakan
penyaluran Belanja Bantuan Sosial sebelum Peraturan Menteri
ini ditetapkan, dapat tetap melaksanakan penyaluran Belanja
Bantuan Sosial berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
139
Nomor 81/PMK. 05/2012 tentang Belanja Bantuan Sosial
Pada Kementerian Negara/ Lembaga.

BAB X
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 46
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 8 1/PMK. 05/2012 tentang Belanja
Bantuan Sosial Pada Kementerian Negara/Lembaga, dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 47
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 31 Desember 2015
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA,
ttd.
BAMBANG P. S. BRODJONEGORO

140
pada tanggal 31 Desember 2015
MENTERI KEUANGAN
MENTER! REPUBLIK
KEUANGAN INDONESIA,
REPUBLI K INDONESIA
ttd. ttd.
BAMBANG P. S . BRODJONEGORO
BAMBANG P. S. BRODJONEGORO
Diundangkan di
Diundangkan di Jakarta
Jakarta
Pada tanggal
Dundangkan d Jakarta
3 1 . De s emb e r 2 0 1 5
Pada
Pada tanggal
tanggal
DIREKTUR 31 31 Desember
Desember
JENDERAL 2015 2015
PERATURAN
DIREKTUR PERUNDANG-UNDANGAN
JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERI AN
KEMENTERIAN H UKUM
HUKUM DAN DAN
HAK HAK
ASASI ASASI MANUSIA
MANUSIA
REPUBLI K INDONESI A,
REPUBLIK INDONESI A,
ttd.

WIDODO EKATJAHJANA
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLI K INDONESIA TAHUN 20 1 5 NOMO R 2 04 7

BERITA NEGARA REPUBLI K INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 2047

GIARTO

www.jdih.kemenkeu.go
103

141
142
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
PERATURAN : 254
MENTERI /PMK.REPUBLIK
KEUANGAN 05 /2015 INDONESIA
NOMOR 228/PMK.05/2016
NOMOR TENTANG
: 254 /PMK. 05 /2015
TENTANG
BELANJA BANTUAN SOSIAL
TENTANGPADA KEMENTERIAN
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NEGARA/LEMBAGA
NOMOR
BELANJA 254/PMK.05/2015
BANTUAN SOSIAL PADATENTANG
KEMENTERIAN BELANJA BANTUAN
NEGARA/LEMBAGA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SOSIAL PADA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
DENGAN RAHMAT TUHAN
MENTERI YANG MAHA ESA
DENGAN KEUANGAN
RAHMAT TUHAN REPUBLIK
YANG MAHAINDONESIA,
ESA
MENTERI
MENTERIKEUANGAN REPUBLIK
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
INDONESIA,
Menmbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Menter
Menimbang: a. bahwa Keuangan
berdasarkan Nomor
Peraturan 81/PMK.
Menteri Keuangan05/2012,
Nomor
Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyaluran bantuan
telah datur ketentuan mengena belanja
81/PMK. 05/2012, telah diatur ketentuan mengenai belanja
sosial pada Kementerian Negara/Lembaga
bantuan sosal pada Kementeran Negara/
bantuan sosial pada Kementerian Negara/Lembaga;
dan dalam rangka pelaksanaan kewenangan
Lembaga;
Menteri
b. bahwa sesuai denganKeuangan
ketentuansebagaimana
Pasal 7 ayat (2) diatur
huruf a
b. bahwa
dalam sesua
Pasal 7 dengan
ayat (2) ketentuan
huruf a Pasal 7
Undang-
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
ayat (2) Nomor
Undang huruf a Undang-Undang Nomor
Negara, Menteri Keuangan 1 Tahun
selaku 2004
Bendahara Umum tentang
Negara
1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, Perbendaharaan
telah ditetapkan
berwenang
Negara, menetapkan kebijakanKeuangan
Menter dan pedoman pelaksanaan
Peraturan Menteri Keuangan Nomorselaku 254/
anggaran negara;
Bendahara Umum Negara berwenang
PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan
menetapkan kebjakan dan pedoman
c. bahwa untuk melaksanakan
Sosial Pada penyaluran belanja bantuan
Kementerian sosial
Negara/
pelaksanaan anggaran negara;
padaLembaga;
Kementerian Negara/Lembaga yang lebih tertib,
c. bahwa
efisien, untuk
ekonomis, melaksanakan penyaluran
b. bahwa dalamefektif,
rangka transparan,
percepatandan bertanggung
pelak-
jawabbelanja
dengan bantuan sosal
memperhatikan rasa pada Kementeran
keadilan dan kepatutan,
sanaan kegiatan dan nyederhanaan
Negara/Lembaga yang lebh tertb,
perlu mengatur kembali ketentuankeuangan
pertanggungjawaban mengenai belanja bantuan
bantuan
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
sosial pada Kementerian
sosial, Negara/Lembaga;
perlu dilakukan perubahan atas
bertanggung jawab dengan memperhatkan

143
97
69
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
254/PMK.OS/2015 tentang Belanja
Bantuan Sosial Pada Kementerian Negara/
Lembaga;
c.
bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Keuangan tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 254/PMK.05/2015
tentang Belanja Bantuan Sosial Pada
Kementerian Negara/Lembaga;
Mengingat : 1.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4355);
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/
PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan
Sosial Pada Kementerian Negara/Lembaga
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 2047);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG


PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI
KEUANGAN NOMOR 254/PMK.05/2015
TENTANG BELANJA BANTUAN SOSIAL PADA
KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA.

144
Pasal 1
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 254/PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan Sosial
Pada Kementerian Negara/Lembaga, diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 3 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 3
(1) Anggaran Belanja Bantuan Sosial dialokasikan dalam
APBN berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai
penyusunan dan penelaahan Rencana Kerja Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L) dan
pengesahan DIPA.
(2) Anggaran Belanja Bantuan Sosial sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dialokasikan pada DIPA
Kementerian Negara/Lembaga yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan mempunyai tugas dan
fungsi melaksanakan program perlindungan sosial,
rehabilitasi sosial, Jamman sosial, pemberdayaan
sosial, penanggulangan kemiskinan dan pelayanan
dasar, dan penanggulangan bencana.
(3) Pengalokasian Belanja Bantuan Sosial dipisahkan dari
unsur biaya operasional satuan kerja penyelenggara
bantuan sosial, biaya penyaluran bantuan sosial, dan
biaya yang timbul dalam rangka pengadaan barang
dan jasa.
(4)
Biaya penyaluran bantuan sosial sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dialokasikan secara efektif
dan efisien dengan mempertimbangkan:

145
a. besaran alokasi Belanja Bantuan Sosial;
b. jangka waktu penyaluran;
c. jumlah penerima bantuan sosial; dan
d. sebaran wilayah penerima bantuan sosial.
2. Ketentuan Pasal 7 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 7
(1) PPK melakukan seleksi dan/atau pemutakhiran data
penerima bantuan sosial sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (4) atau lembaga nonpemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5)
berdasarkan kriteria/persyaratan yang telah ditetap-
kan di dalam petunjuk teknis pengelolaan dan
pertanggungjawaban Belanja Bantuan Sosial.
(2) Dalam melakukan seleksi dan/atau pemutakhiran
data sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPK dapat
berkoordinasi dengan lembaga yang mempunyai
kewenangan dalam penanggulangan kemiskinan atau
institusi pemerintah yang berwenang.
(3)
Seleksi dan/atau pemutakhiran data penerima
bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dilaksanakan sebelum tahun anggaran
berjalan.
(4) Berdasarkan hasil seleksi dan/atau pemutakhiran
data sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPK
menetapkan surat keputusan penerima bantuan
sosial.
(5) Dalam rangka penyaluran Belanja Bantuan Sosial
dalam bentuk uang, surat keputusan penerima

146
bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
paling sedikit memuat:
a. i dentitas penerima bantuan sosial;
b. nilai uang bantuan sosial; dan
c. nomor rekening penerima bantuan sosial pada
bank/pos.
(6) Dalam hal penerima bantuan sosial tidak mempunyai
nomor rekening sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
huruf c, nomor rekening yang dicantumkan dalam
surat keputusan penerima bantuan sosial adalah
nomor rekening Bank/Pos Penyalur.
(7) Dalam rangka penyaluran Belanja Bantuan Sosial
dalam bentuk barang dan/atau Jasa, surat keputusan
penerima bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) paling sedikit memuat:
a. i dentitas penerima bantuan sosial;
b. nilai barang dan/atau jasa bantuan sosial; dan
c. bentuk barang dan/atau jasa yang akan diberikan.
(8) Surat keputusan penerima bantuan sosial sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) selanjutnya disahkan oleh
KPA.
(9) Penetapan surat keputusan oleh PPK sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dan pengesahan surat
keputusan oleh KPA sebagaimana dimaksud pada
ayat (8) dilaksanakan setelah DIPA berlaku efektif.
(10) Dalam hal pemberian bantuan sosial dilakukan melalui
lembaga nonpemerintah, identitas penerima bantuan
sosial yang dicantumkan dalam surat keputusan
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf a adalah
nama lembaga nonpemerintah.

147
(11)
Surat keputusan penerima bantuan sosial yang
disahkan oleh KPA sebagaimana dimaksud pada
ayat (8) merupakan dasar pemberian bantuan sosial
kepada penerima bantuan sosial.
(12)
Untuk mempercepat pemberian bantuan sosial,
penetapan surat keputusan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dan pengesahan surat keputusan
penerima bantuan sosial sebagaimana dimaksud
pada ayat (8) dapat dilakukan secara bertahap bagi
penerima yang telah memenuhi persyaratan.
(13) Untuk keperluan pemberian bantuan sosial dalam
rangka tanggap darurat penanggulangan bencana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf
f, penetapan surat keputusan penerima bantuan
sosial oleh PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dan pengesahan surat keputusan penerima bantuan
sosial oleh KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (8)
dapat dilakukan secara simultan dengan pelaksanaan
pemberian bantuan sosial.
3. Ketentuan ayat (4) huruf e dan ayat (7) Pasal 13 diubah,
sehingga Pasal 13 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 13
(1) Dalam rangka pelaksanaan penyaluran dana Belanja
Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
huruf c, PPK melakukan pemilihan Bank/Pos Penyalur
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah.
(2) Bank/Pos Penyalur yang akan dipilih sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan Bank/Pos yang

148
telah memiliki perjanjian kerjasama pengelolaan
rekening milik Kementerian Negara/Lembaga dengan
Direktur Jenderal Perbendaharaan.
(3) Bank/Pos yang terpilih menjadi Bank/Pos Penyalur
dana Belanja Bantuan Sosial menandatangani
kontrak/perjanjian kerja sama dengan PPK.
(4) Kontrak/perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) memuat:
a. hak dan kewajiban kedua belah pihak;
b.
tata cara dan syarat penyaluran dana Belanja
Bantuan Sosial dalam bentuk uang kepada penerima
bantuan sosial;
c. pernyataan kesanggupan Bank/Pos Penyalur untuk
menyalurkan dana Belanja Bantuan Sosial dalam
bentuk uang kepada penerima bantuan sosial
paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak dana
Belanja Bantuan Sosial ditransfer dari Kas Negara
ke rekening Bank/Pos Penyalur;
d.
pernyataan kesanggupan Bank/Pos Penyalur
bahwa sisa dana Belanja Bantuan Sosial dalam
bentuk uang pada Bank/Pos Penyalur yang tidak
tersalurkan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)
hari kalender sebagaimana dimaksud pada huruf
c, harus disetor ke Kas Negara pada hari kerja
berikutnya;
e.
pernyataan kesanggupan Bank/Pos Penyalur
untuk menyalurkan dana Belanja Bantuan Sosial
dalam bentuk uang melalui rekening penerima
bantuan sosial atau Uang Elektronik sebagaimana
dimaksuddalam Pasal 11 ayat (4) huruf a dan huruf

149
c paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak
dana Belanja Bantuan Sosial ditransfer dari Kas
Negara ke rekening Bank/Pos Penyalur;
f. pernyataan kesanggupan Bank/Pos Penyalur untuk
menyampaikan laporan kepada PPK apabila dana
Belanja Bantuan Sosial yang disalurkan melalui
rekening penerima bantuan sosial sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4) huruf a, dan Uang
Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (4) huruf c, tidak terdapat transaksi/tidak
dipergunakan oleh penerima bantuan sosial dalam
waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak dana
Belanja Bantuan Sosial ditransfer dari rekening
Bank/Pos Penyalur;
g. pernyataan kesanggupan Bank/Pos Penyalur untuk
menyetorkan ke Kas Negara terhadap Belanja
Bantuan Sosial yang disalurkan melalui rekening
penerima bantuan sosial atau Uang Elektronik
yang tidak terjadi transaksi/tidak dipergunakan
paling lanibat 15 (lima belas) hari kalender sejak
diterimanya surat perintah penyetoran dari PPK;
h. pernyataan kewajiban Bank/Pos Penyalur untuk
menyampaikan laporan penyaluran dana Belanja
Bantuan Sosial secara berkala kepada PPK;
1. pernyataan kesanggupan Bank/Pos Penyalur untuk
menyetorkan bunga dan jasa giro pada Bank/
Pas Penyalur yang timbul dalam rangka kegiatan
penyaluran dana Belanja Bantuan Sosial ke Kas
Negara;
j. pernyataan kesanggupan Bank/Pos Penyalur untuk
menyetorkan sisa dana Belanja Bantuan Sosial

150
yang tidak tersalurkan sampai dengan akhir tahun
anggaran ke Kas Negara;
k.
pernyataan kesanggupan Bank/Pos Penyalur
untuk menyediakan sistem informasi penyaluran
dana Belanja Bantuan Sosial yang dapat diakses
oleh KPA/PPK; dan 1. ketentuan mengenai
sanksi yang dikenakan terhadap salah satu pihak
yang melanggar kontrak/perjanjian kerja sama
yang antara lain memuat denda kepada Bank/
Pos Penyalur dalam hal terjadi keterlambatan
penyaluran yang besarannya disepakati oleh kedua
belah pihak.
(5) Kontrak/perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) tidak diperkenankan mencantumkan
klausul potongan atau pungutan terhadap penerima
dana Belanja Bantuan Sosial.
(6) Dalam hal ketentuan yang tercantum pada kontrak/
perjanjian kerja sama melampaui jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c dan
huruf e, harus terlebih dahulu mendapat persetujuan
dari Direktur Jenderal Perbendaharaan.
(7) Permohonan atas persetujuan dari Direktur Jenderal
Perbendaharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
diajukan oleh PPK disertai dengan penjelasan tidak
dapat disalurkannya dana Belanja Bantuan Sosial
dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) huruf c dan huruf e.

4.
Ketentuan ayat (4) Pasal 19 diubah, sehingga Pasal 19
berbunyi sebagai berikut:

151
Pasal 19
(1)
Pencairan bantuan sosial dalam bentuk uang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat ( 1)
dilaksanakan berdasarkan perjanjian kerja sama
antara PPK dengan pimpinan kelompok masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) atau
lembaga nonpemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (5) yang telah ditetapkan berdasarkan surat
keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(4).
(2)
Bantuan sosial dalam bentuk uang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dicairkan secara langsung
dari Kas Negara ke rekening kelompok masyarakat
atau lembaga nonpemerintah melalui mekanisme
pembayaran langsung (LS).
(3) Pencairan dana bantuan sosial ke rekening kelompok
masyarakat atau lembaga nonpemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan secara
sekaligus.
(4) Perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) memuat:
a. hak dan kewajiban kedua belah pihak;
b. jumlah dan nilai barang dan/atau jasa yang akan
dibeli;
c. jenis dan spesifikasi barang dan/atau jasa yang akan
dibeli;
d. jangka waktu penyelesaian pekerjaan;
e. tata cara dan syarat pencairan dana;
f. pernyataan kesanggupan kelompok masyarakat
atau lembaga nonpemerintah untuk membeli barang

152
dan/ atau jasa sesuai dengan jenis dan spesifikasi;
g. pernyataan p1mpman kelompok masyarakat atau
lembaga nonpemerintah bahwa pengadaan barang
dan/atau Jasa akan dilakukan secara transparan
dan akuntabel;
h. persyaratan kesanggupan pimpinan kelompok
masyarakat atau lembaga nonpemerintah untuk
menyetorkan sisa dana bantuan sosial yang tidak
dipergunakan ke Kas Negara;
i. sanksi; dan
j. penyampaian laporan pertanggung jawaban
penyelesaian pekerjaan.

5. Ketentuan ayat (1) Pasal 22 diubah, sehingga Pasal 22


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 22
(1) Dalam rangka pencairan dana Belanja Bantuan Sosial,
PPK mengajukan SPP Belanja Bantuan Sosial kepada
PPSPM yang dilampiri dengan:
a. surat keputusan penerima bantuan sosial;
b. daftar dan rekapitulasi penerima bantuan sosial;
c. naskah kontrak/perjanjian kerjasama penyaluran
bantuan sosial antara PPK dan Bank/Pos Penyalur
dalam hal penyaluran dana bantuan sosial dilakukan
melalui Bank/Pos Penyalur;
d. dokumen kontrak pengadaan barang dan/atau jasa
antara PPK dan penyedia barang dan/atau jasa
dalam hal bantuan sosial disalurkan dalam bentuk
barang dan/atau jasa;

153
e. Berita Acara Serah Terima Barang dan/atau Jasa
antara PPK dengan penyedia barang dan/atau jasa;
dan/atau
f. pernyataan dari PPK bahwa Belanja Bantuan
Sosial dalam bentuk barang dan/atau jasa telah
diterima oleh penerima bantuan sosial atau lembaga
nonpemerintah.
(2)
Pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf f dibuat berdasarkan tanda terima barang dan/
atau jasa dari penerima bantuan sosial atau lembaga
nonpemerintah yang disalurkan oleh penyedia barang
dan/atau jasa sesuai dengan dokumen kontrak.
(3) Tanda terima sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disimpan oleh PPK.

6. Ketentuan ayat (2) Pasal 25 diubah, sehingga Pasal 25


berbunyi sebagai berikut:

Pasal 25
(1) Bank/ Pos Penyalur menyampaikan laporan penyaluran
dana Belanja Bantuan Sosial kepada PPK paling lambat
30 (tiga puluh) hari kalender sejak berakhirnya masa
penyaluran dana Belanja Bantuan Sosial melalui
uang, rekening penerima bantuan sosial atau Uang
Elektronik.
(2) Dalam hal batas waktu penyampaian laporan penyaluran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melewati akhir
tahun anggaran berkenaan, Bank/Pos Penyalur
menyampaikan laporan penyaluran dana Belanja
Bantuan Sosial kepada PPK paling lambat pada tanggal
31 Desember tahun berkenaan.

154
7. Ketentuan Pasal 26 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 26
(1) PPK melakukan penelitian terhadap laporan Bank/Pos
Penyalur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat
(1).
(2)
Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselesaikan oleh PPK paling lambat 30 (tiga puluh)
hari kalender sejak diterima laporan dari Bank/Pos
Penyalur.
(3)
Berdasarkan memerintahkan hasil penelitian, PPK
Bank/Pos Penyalur segera untuk menyetorkan dana
Belanja Bantuan Sosial yang berdasarkan hasil
penelitian:
a. belum tersalurkan sampai dengan batas waktu yang
tercantum dalam kontrak/perjanjian kerja sama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (4) huruf
c dan huruf e;
b. rekening atau Uang Elektronik penerima bantuan
sosial tidak terdapat transaksi/tidak dipergunakan
karena penerima Belanja Bantuan Sosial:
1. meninggal dunia; atau
2. tidak berhak menenma Belanja Bantuan Sosial.
(4) PPK menyampaikan surat perintah penyetoran paling
lambat 5 (lima) hari kalender sejak selesainya penelitian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

155
8. Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 32
(1) Untuk menjamin akuntabilitas penyaluran dana
Belanja Bantuan Sosial sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29 huruf c, KPA wajib menyusun laporan
pertanggungjawaban.
(2) Laporan dimaksud pertanggungjawaban sebagaimana
pada ayat (1) paling sedikit memuat jumlah pagu bantuan
sosial, realisasi bantuan sosial yang telah disalurkan,
sisa dana bantuan sosial, dan jumlah dana Belanja
Bantuan Sosial yang disetorkan ke Kas Negara.
(3) Dalam hal masih terdapat dana Belanja Bantuan
Sosial pada rekening Bank/Pos Penyalur sampai akhir
tahun anggaran, dana tersebut disajikan pada Laporan
Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL).
(4) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diungkapkan pada LKKL.
(5)
Pengungkapan pada LKKL sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) mengikuti ketentuan mengenai standar
akuntansi pemerintahan.

9. Ketentuan Pasal 34 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 34
(1)
Kelompok masyarakat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (4) yang menerima bantuan sosial
bertanggung jawab penuh atas bantuan sosial yang
diterima.

156
(2) Lembaga nonpemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (5) yang berperan dalam pemberian bantuan
sosial kepada penerima bantuan sosial, bertanggung
jawab penuh atas bantuan sosial yang disalurkan.
(3) Kelompok masyarakat dan lembaga nonpemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajib
menyampaikan pertanggungjawaban bantuan sosial
kepada PPK berupa:
a. Laporan Pertanggungjawaban Bantuan Sosial yang
memuat:
1. jumlah uang, barang dan/atau jasa yang
diterima;
2. jumlah uang, barang dan/atau jasa yang
digunakan;
3. penjelasan penggunaan uang, barang dan/atau
jasa; dan
4. jumlah sisa uang, barang dan/atau jasa yang
belum dimanfaatkan; dan
b. foto dokumentasi pelaksanaan kegiatan/pekerjaan.
(4) PPK melakukan penilaian kesesuaian laporan pertang-
gungjawaban bantuan sosial dari kelompok masyarakat
dan lembaga nonpemerintah sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) berdasarkan petunjuk teknis pengelolaan
Belanja BantuanSosial dan perjanjian kerja sama.
(5) Laporan Pertanggungjawaban Bantuan Sosial sebagai-
mana dimaksud pada ayat (3) huruf a dibuat sesuai
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran huruf
A yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

157
10.
Ketentuan Pasal 35 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 35
(1)
Kelompok masyarakat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (4) atau lembaga nonpemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5), yang
melaksanakan pekerjaan swakelola sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3), wajib menyampaikan
pertanggungjawaban bantuan sosial kepada PPK
berupa:
a. Laporan Pertanggungjawaban Bantuan Sosial yang
memuat:
1. jumlah dana awal, dana yang dipergunakan, dan
sisa dana;
2. pekerjaan yang telah diselesaikan; dan
3. pernyataan bahwa bukti-bukti pengeluaran telah
disimpan; dan
b. foto/film hasil pekerjaan yang telah diselesaikan.
(2) Dalam hal terdapat sisa dana, kelompok masyarakat
atau lembaga nonpemerintah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus menyampaikan bukti surat setoran
sisa dana ke rekening Kas Negara kepada PPK.
(3) PPK melakukan penilaian kesesuaian laporan per-
tanggungjawaban bantuan sosial dari kelompok
masyarakat dan lembaga nonpemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berdasarkan petunjuk teknis
pengelolaan Belanja Bantuan Sosial dan perjanjian
kerja sama.
(4) Laporan Pertanggungjawaban Bantuan Sosial sebagai-
mana dimaksud pada ayat (1) huruf a dibuat sesuai
158
dengan Lampiran huruf B yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
11. Ketentuan Pasal 36 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 36
(1) Kelompok masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (4) yang menerima langsung bantuan
sosial atau lembaga nonpemerintah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5) yang melaksanakan
pemberian bantuan sosial dalam bentuk barang dan/
atau jasa yang nilai per jenis barang bantuannya ampai
dengan Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1), wajib
menyampaikan pertanggungjawaban bantuan sosial
kepada PPK berupa:
a. Laporan Pertanggungjawaban Bantuan Sosial yang
memuat:
1. jumlah dana awal, dana yang dipergunakan, dan
sisa dana;
2. pekerjaan yang telah diselesaikan dengan
perjanjian kerja sama; dan
3. pernyataan bahwa bukti-bukti pengeluaran telah
disimpan; dan
b. foto/film hasil pekerjaan yang telah diselesaikan.
(2) Dalam hal terdapat sisa dana, kelompok masyarakat
atau lembaga nonpemerintah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus menyampaikan bukti surat setoran
sisa dana ke rekening Kas Negara kepada PPK.
(3) PPK melakukan penilaian kesesuaian laporan pertang-
gungjawaban bantuan sosial dari kelompok masyarakat

159
atau lembaga nonpemerintah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sesuai dengan petunjuk teknis pengelolaan
Belanja Bantuan Sosial dan perjanjian kerja sama.
(4) Laporan Pertanggungjawaban Bantuan Sosial sebagai-
mana dimaksud pada ayat (1) huruf a dibuat sesuai
dengan Lampiran huruf C yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

12. Ketentuan Pasal 41 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 41
Berdasarkan pedoman umum yang ditetapkan oleh PA
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40, Pejabat Eselon I
yang bertanggung jawab terhadap program bantuan sosial
menyusun dan menetapkan petunjuk teknis pengelolaan
Belanja Bantuan Sosial.

13. Ketentuan Pasal 42 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 42
Petunjuk teknis pengelolaan Belanja Bantuan Sosial
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, memuat:
1. dasar hukum pemberian bantuan sosial;
2. tujuan penggunaan Belanja Bantuan Sosial;
3. pemberi bantuan sosial;
4. persyaratan penerima bantuan sosial;
5. penerima bantuan sosial;
6. bentuk bantuan sosial;
7. ketentuan mengenai bantuan sosial dalam bentuk
barang dan/atau jasa yang nilainya sampai dengan
Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) per Jenis
barang bantuannya;
160
8. rincian jumlah bantuan sosial;
9. tata kelola pencairan dana Belanja Bantuan Sosial;
10. penyaluran Belanja Bantuan Sosial; dan
11. pertanggungjawaban Belanja Bantuan Sosial.

14. Di antara Pasal 44 dan Pasal 45 disisipkan 1 (satu) Pasal


yakni Pasal 44A, sebagai berikut:

Pasal 44A
Tata cara penyerahan Barang Milik Negara dari pemberi
bantuan kepada penerima bantuan berpedoman pada
Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai
tata cara pemindahtanganan Barang Milik Negara.

Pasal II
1. Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. Penyaluran bantuan sosial untuk Tahun Anggaran
2016 berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 254/PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan
Sosial Pada Kementerian Negara/Lembaga; dan
b. Pedoman umum dan petunjuk teknis pengelolaan dan
pertanggungjawaban Belanja Bantuan Sosial Tahun
Anggaran 2017 ditetapkan paling lambat pada tanggal
31 Januari 2017 dengan berpedoman pada ketentuan
dalam Peraturan Menteri ini.
2. Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.

161
ojƒj†œ0rz“jœKrujjœUrŽ•mƒz‚œ>‰o‰r‘zjœ

3z“r“jŽ‚j‰œozœCj‚j“jœ
Žjpjœ“j‰uujƒœ$œ 3r‘r†mrœ !
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 Desember 2016
I6K^6U> F6b-K<-Kœ
MENTERI KEUANGAN U6Rb0G>Fœ>K3NK6\>-œ
REPUBLIK INDONESIA,
““oœ
ttd.
SRI MULYANI INDRAWATI
\U>œ IbGh-K>œ>K3Zd-^>œ

3z•‰oj‰u‚j‰œozœCj‚j“jœ
Dundangkan d Jakarta
Žjojœ“j‰uujƒœ$œ 3r‘r†mrœ!'œ
pada tanggal 30 Desember 2016

DIREKTUR JENDERAL
3>U6F^bUœ C6K36U-Gœ
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
R6U-^bU-KœR6UbK3-K<bK3-K<-Kœ
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
F6I6K^6U>-Kœ=bFbIœ3-Kœ=-Fœ-\-\>œI-Kb\>-œ
REPUBLIK INDONESIA,
U6Rb0G>Fœ >K3NK6\>-œ
““oœ
d>3N3Nœ6F-^C-=C-K-œ
WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR


06U>^-œK6<-ZœU6Rb0G>Fœ>K3NK6\>-œ^-=bKœ 2147KNINUœ"%)œ
!'œ

\jƒz‰j‰œ‘r‘•jzœor‰uj‰œj‘ƒz‰˜jœ
FrŽjƒjœ0zœb†•†œ
œ •mœ
 FrŽjƒjœ 1juzj‰œ^œbœ r†r‰œ“rzj‰œ

œ -U>;œ0 Ma-Uœ Eʳ
œ &(

162
LAMPIRAN
PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 228/PMK.05/2016
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN
N O M O R 254/PMK.05/2015 T E N T A N G B E LA N J A B A N T U A N
SOSIAL PADA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

A. FORMAT LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN SOSIAL

c::KOP SURAT>

LAP OR AN P ER TA N G G UN G J A W A B A N B AN T U AN SOSIAL

Yang berta.nda tangan di bawah ini :


1. Na.maLembaga/Kelampok ......................................................... (1)
2. Nam.a Pimpinan Lembaga/ Kelampok (2)
3. Ala.mat L e mb a g a (3)
4. Na.ma Bantu.an : Bantuari Sosial ................................ (4)

berdasa:ckan Surat Keputusan Namor ... ..... . · .. .. ... . . . . . . . . . . (5) clan Perjanjian Kerja
· .. . ·

Sama Nomor ..... ............ . ........... (6), telah menerima Bantuari Sosial .....................(7)
. . .

dengan nilai nominal sebesar Rp ...... ....... .. ... ...... ....... (8).
.

Sehubungan den.gan hal tersebut, dengan ini Saya menyampa.ikan. La.po.can


Pe:rtanggun.gjawaban Bantuari sebagai berikut:
1. La.po.can penerimaanBantuari Sosial berupa ............... . .......... ...... (9):
a. Jumlah bantuari yang telah diterima : .................... ...... .... (10)
. .

b. Jumlah bantuari yang digunakan : ... ... .. .· . .. ..... ........ .... ( 11)
. .

c. Jumlah bantuari yang belum dimanfa.tkan :................................ (12)


2. Bantu.an Sosial sebagaimana disebut di atas telah dipecgunakan untuk
. ... ... ...... ...... ................... (13) berdasarkan Perjanjian Kerja Sama tersebut di atas.
Be.cdasa:ckan ha1 te.csebut di atas, Saya dengan ini menyatakan dengan sebena.c-
benarnya bahwa:
1. Telah menggunakan/menyalurkan*) Bantu.an Sosial .................(14) sesuai dengan
Perjanjian Kerja Sama tersebut di atas.
2. Apa.bi.la di kemudian hari, atas penggunaan Bantu.an Sosial . ...... ... ......... ... .... (15)
mengakibatkan ke.cugian Negara maka saya bersedia dituntut penggantian
kerugi.an nega.ca dimaksud sesuai dengan
ketentuan pecaturan pecundang-
unclangan.

Demiki.an La.po.can Pe:rtanggungjawaban Bantu.an Sosial tru kami buat dengan


sesun gguhnya clan penuh tanggung jawab.

·····2 ................................. (16)


(17)

(18)
120 51
*) ooret ;:;;a.la.h;:;;a.tw yang tida.k .se:n.ca.i.

163
-19 -

PETUNJUK PENGISIAN
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN SOSIAL

NO URAIAN ISIAN
(1) Diisi d e n g a n n a m a l e m b a g a / k e l o m p o k p e n e r i m a b a n t u a n so s i a l
(2) Diisi dengan n a m a pimpinan lembaga/kelompok pene rima bantuan
sosial
(3) Diisi d e n g a n a l a m a t l e m b a g a p e n e r i m a b a n t u a n sosial
(4) D i i s i d e n g a n n a m a b a n t u a n sosia l
(5) Diisi dengan n o m o r d an tanggal S K Penetapan Penerima Bantuan
Sosial
(6) Diisi d e n g a n n o m o r d a n t a n gga l Pe rja njia n K e r j a S a m a
(7) D i i s i d e n g a n n a m a b a n t u a n s o s ia l
(8) Diisi d e n g a n nila i b a n t u a n sosia l y a n g te l a h d i t e r i m a
(9) Diisi d e n g a n je nis b a n t u a n sosial y a n g dite rima (ua n g/b a ra n g/ja sa )
(10) Diisi d e n g a n j u m l a h b a n t u a n sosia l y a n g te la h d i t e r i m a
(1 1 ) Diisi d e n g a n j u m l a h b a n t u a n sosia l y a n g t e la h d i g u n a k a n
(12) Di isi d e n g a n j u m l a h b a n t u a n sosia l y a n g b e l u m d i m a n f a a t k a n
(13) Diisi d e n g a n p e n j e l a s a n p e n g g u n a a n b a n t u a n sosia l
( 1 4 ) Diisi d e n g a n n a m a b a n t u a n sosia l ( s a m a d e n g a n n o m o r 7 )
( 1 5 ) Diisi d e n g a n n a m a b a n t u a n sosia l ( s a m a d e n g a n n o m o r 7 )
(16) Diisi dengan nama kota, ta n gga l dan tahun Laporan
P e r t a n g g u n g j a w a b a n B a n t u a n S o s i a l d i t a n d a t a n ga n i
(17) Diisi d e n g a n n a m a l e m b a g a / k e l o m p o k p e n e r i m a b a n t u a n sosia l
(18) Diisi d en ga n n a m a pimpinan Je mb a ga/ ke lo mp o k p en er ima bantuan
sosial

164
(

1œ ;NYI-`œ H-RNU-Lœ R9Y`-L<<bL<C-f-1-Lœ 1-L`b-Lœ ]N]>-Hœ


a¦ÇÊìýÔùcʳ

ŷƞȭ̊ljǠ̊ː̊ Ƈʳʼnʝʳ Njʳ^ʳ


Þ̊ »Ĝʳŕńǵɫʇɸʬɚ̊ K !"#""$%&'()K*+,-K Zþ†̊
äē
P5ʳ ¼ĝʳŞɏʌɑƢ̊œƾìŅȂ?ɺʮɜ̊ âē x hijēG™é¢êëē Ž5klmn67op7qrēHF x   m
n 6 5 opx x
^ĐB̆̊
S7ʳ ±Ġʳ°ƽ̊ " . /6/0//0 /.1/234 5416 K 789:;</=>?@/3AK XĖ„̊
J ÀėʳuĬʁʳ ]ʳ €ʳðɁɂʳ xçègē
ē\ē ãē ē
ē+ì+íîïð

s!ē Wʳ

Ŗ v Ǖʳ òɋʳ ¥ƒȞɮȬʳ ¿ǿǮʳ [Ĝ̅̊ Żʳ ŧƌɋ̊łȠƅ̊ æğʳ


QR           ST €  =  = x

Ś?ɾʲ̊ &
aġ‹ž̊ ɜɝʳ ǥDZƪʳ }ɢɣʳ ñȾʳ
!""q#$UV"%&'("$W ""XY"r)Z[jkl""x $%̊Ô&̊%$̊Wĩ̊ ;Ǿȶ̊ "\
]"^*+_"`*",

Ƿʳǹʳȱšʳ Ðȍʳ fĬß̊


ùúû. ü,ýþ,", "-.DDē

Ŵˮ7˹ʧ̊ ǜȏȵ̊ ƾʳ ˘7˯ˉ̊ ǝȕ̊ Ljʳ ʺ̉̊ ɷȘʋƑ̊ Ŏʰ̊


ūɁ5˿ǂ̊Ļ˥̊ʾDž̊ ŚɌʳ
Ü̊ ¯ȝȣȑƯưʳ {ɻʳ åȋʳ
)J žʒʳɨɑʳŸċʳʣʳƆɒʳ YIJ…̊ s ]4ēfēē ē4ē ē ē ^ē ē ē eē ē ē _ē ē ē dē ē ē `ē ē ē aē ē ē bēcē ē æ33ē

Ł4ʳ ʑʳ ɦʳžʳʡIJʳǧʡʢ̊ \ÿñ‡̊ txBCDE (


FG HI( JK

2J œʐʳ ɧʳɄʳ Ǒ5̊ !"


  %%% #$% ux

O3ʳ ³Ʀčɔʳ Ōʛʳ ɚɛʳ Ǧǧʳ ʟȁȦ̊ ʔƍ̊ Njʎ̊ ÕÖ×Ø'ÚÛ'(Ù̊ abcx

e̊đ̊ Ⱥʳ ǘȓ̊ŦƩɊ̊Łȣ̊űƖ̊ɟńʇɏʳ ƈʳķĸ6ʳ


‚ʳ ƿʳ ɞťɎʳ Ƅʳ ƭ̊ ų̊ǙȌȳ̊ ljʳ ɶȗƈˋ̊ ǛȔ̊ʽLJ¡džƗ̊
ƸA˼Ƌ̊
Ý̊ öƟʳ ɴȍȿ̊ ĹƠˣ̊ éȁȿʳ  băėŒ̊ ȹʳ ǣơ̊ţʶƪɌ̊ŃȡƇ̊ -.d-e  /0 f1234gh5x

äĞʳɠŅʈɐʳ ƅʳļĽʳ
Q8ʳ ÷ƚʳ ǠƨDŽȏįʳ ņʌɡ%Ňʍʳ ʗȷ Žʳ~ɽʳ êȂɀʳ cĄĚ̊ wx ; z;<{÷:|}~< :øē

ȶʊʳ Ǣʁʂ̊ ədz˖ˤ̊ ˸˦̊ ɝɞ̊ XǏɓʳ Źʳ ɤɥ̊


J øƠʳ ǡƧɩȢǖʳ ȼȪʳ ŷĉʳ ōɺʳ Ǚʳ ©ʳ ½Ƙʳ ȲŢʳ ( ’ëʳ "
6 7   8  9  : !
; ! <=  >?x

ƒʳÍDzƭƮʳ ¾ƙʳ q̊˙ʦ̊Ó̊ è̊


V9ʳ eȎĎţʳ ƃʳ ǚʳ ƻĵ ʳ ĺʳ ȓȔȕʳ |ɼʳ çȊʳ dąĢŽ̊ @ABCDEFGH  I  JK > LMiDNOPx

ɵǴʄʅ̊ ɨ̊ řǼ̊ Ǣʳ ʲĊʳ śŜʳ Ǩ˨ˠˈ̊ ʜʝ˜̊ ɧ̊


ǰƗʳ ȸʳ ůƥƸĭʳ:ǛɭĮʳ Țʅʳ ȜŰij#ʗźƹ;ʳ
ōʯ̊ ŪɀƆ́̊ zɹʳ èȀȽʳ NJʳ Ǒʳ łʉɍʳ ǚȎȴ̊
ʼʹ˷ȸ̊Ŷʳ ʙ˳̊ˍȼȮ̊ɔƃ̀̊ áē

vò wóô x õy ö ēx ÿĀ->-āĂ㥁ą‚ƒĆćĈĉ.ē ]ĀĦˆ̊


«ʳņʈɹʭɛëŐɽ̊ 22åē _āī‰̊
²Čəɕʳ
ØFG!$

`ĂijŠ̊

165
122
(

R6^bKCbFœR6K<>]>-Kœ
H-ROU-Kœ R6U^-K<<bK<C-f-0-Kœ0-K^b-Kœ]O]>-Hœ

KOœ bU->-Kœ>]>-Kœ
! 3zz‘zœor‰uj‰œ‰j†jœƒr†mjujœŽr‰rz†jœmj‰“•j‰œ‘‘zjƒœ

( 3zz‘zœor‰uj‰œ‰j†jœŽz†Žz‰j‰œƒr†mjujœŽr‰rz†jœmj‰“•j‰œ‘‘zjƒœ

( 3zz‘zœor‰uj‰œjƒj†j“œƒr†mjujœŽr‰rz†jœmj‰“•j‰œ‘‘zjƒœ

% œ 3zz‘zœor‰uj‰œ‰j†jœmj‰“•j‰œ‘‘zjƒœ

( 3zz‘zœ or‰uj‰œ ‰†œ oj‰œ “j‰uujƒœ ]Fœ Rr‰r“jŽj‰œ Rr‰rz†jœ mj‰“•j‰œ
‘‘zjƒœ

 ( 3zz‘zœor‰uj‰œK†œoj‰œ^j‰uujƒœRrj‰zj‰œFrjœ]j†jœ

"( 3zz‘zœor‰uj‰œ‰j†jœmj‰“•j‰œ‘‘zjƒœ

$( 3zz‘zœor‰uj‰œ•†ƒjxœmj‰“•j‰œ‘‘zjƒœ˜j‰uœ“rƒjxœoz“rz†jœ
! 3zz‘zœor‰uj‰œ•†ƒjxœmj‰“•j‰œ‘‘zjƒœ˜j‰uœ“rƒjxœoz“rz†jœ
 ! 3zz‘zœor‰uj‰œ•†ƒjxœmj‰“•j‰œ‘‘zjƒœ˜j‰uœ“rƒjxœozŽru•‰j‚j‰œ

(( 3zz‘zœor‰uj‰œ•†ƒjxœmj‰“•j‰œ‘‘zjƒœ˜j‰uœmrƒ•†œozŽru•‰j‚j‰œ
! 3zz‘zœor‰uj‰œ‰j†jœmj‰“•j‰œ‘‘zjƒœ

( 3zz‘zœor‰uj‰œ‰j†jœmj‰“•j‰œ‘‘zjƒœ ‘j†jœor‰uj‰œ‰†œ "(


%( 3zz‘zœor‰uj‰œ‰j†jœmj‰“•j‰œ‘‘zjƒœ ‘j†jœor‰uj‰œ‰†œ "(
( 3zz‘zœor‰uj‰œ‰zƒjzœ‘z‘jœmj‰“•j‰œ‘‘zjƒœ˜j‰uœoz‘r“œ‚rœFj‘œKrujjœ
 ( 3zz‘zœor‰uj‰œ‰j†jœmj‰“•j‰œ‘‘zjƒœ‘j†jœor‰uj‰œ‰†œ "(
"( 3zz‘zœ or‰uj‰œ ‰j†jœ ‚“j œ “j‰uujƒœ oj‰œ “jx•‰œ HjŽj‰œ
Rr“j‰uu•‰wj—jmj‰œ0j‰“•j‰œ]‘zjƒœoz“j‰oj“j‰uj‰zœ

$( 3zz‘zœor‰uj‰œ‰j†jœƒr†mjuj‚rƒ†Ž‚œŽr‰rz†jœmj‰“•j‰œ‘‘zjƒœ
! 3zz‘zœ or‰uj‰œ ‰j†jœ Žz†Žz‰j‰œ ƒr†mjuj‚rƒ†Ž‚œ Žr‰rz†jœ mj‰“•j‰œ
‘‘zjƒœ

166
(

„(ʳ ;QUI/_œ H/SQU/Lœ S6U_/L<<bL<C/f/1/Lœ 1/L_b/Lœ ]Q]B/Hœ

`¤ÆÉãûÓõbʳ

­ÕʳÌ×kŽüºdĀhʳxjʳ àÅá—ʳ

āĪƴʳ ĿƲŭĆʳ ˏ̊ Ūǀʳňʜʳ Džʳ Yʳ


Kʳ µʳŖƏĿȃɲʫɗ̊ Åɦē §¨'¡ē © ª'/ē«ē0¬U(ēē)ēē ē'­®1ē
Jô̊
M+ʳ ¶ġʳ ŬʥƝ̊ŒƷ˟ŀȀ>ɳʊ>ɘ̊
̊
QRSTē ONPē JŸEē  
     !" "
̃Č̊

ē̊ őƼż̊  ̊ ʳ
 l
       ̊ 
·    ¸   É  ̊ 
 ! "#$% É&É
HĔv̊
Uʳ ÄĚʳyɳʳ Zʳ nĕĖʳɤʳʦȤȉʳ ÊË*ÌÍÎÏ*ÐÑÒ ÓÔYÕZÖ×ØÙÚBÛÜÝ[ÞBßà*ē
IĘẘ

ŗŘǓʳ Þʘɇʳ £Ʃʆʳ ¸ǟȟʳ FŮt̊ ŧʳ ŤƥɈ̊ ĽȞŻ̊


'(  )*  +,  - ./(  0  1 2   345É

ßěʳ ¹ǼǭȠʳ Qğ~™̊ ɆƜʳ Ǩʳ ʳ Ûȅʳ


89 +  tC  uCñ ē  Gĥů  6  7  89 9  :   ; ē

ŮƔƕƵǝʳ Ƕʳ ǯǺǬʳȮŠʳ ÏȌ.ʩʳ  š̊ Vį›̊


$<=>?@ABCDEFGH¹IJKLMN KOPQRSTÉ

ŰǽˬƵ˻̊ ǖȋȲ̊ Ƽʳ ˚ƶ˭ˇœ̊ ǗǷ̊ džʳ ŭƮ̊ ɿʀ̊ Ŋʨʳ̊


ũȺɂƁ˽ƿ̊ qĤɶʳ ʻƱƐ̊ ř[ʳ
+ ̊ ŋʩɯ̊ rĥɯʳ âǽȧǃ\ʳ
(J ™ʏʳ ɈǻɖʳūıʳʢʳƋƌʳ J "   Eİ̄̊  UV  WXY Z[\ 8 ]^ _    `  a    "

ľ-ʳ ɘʳŬħďʳʠĨƳʳ Ǭǭ̊ Kõïx̊


VÆÉ)W¯ 0/()(ē

1 J ˜ʎʳ ɪʳȻȨʳ żʳ ĵ̊µ¢£¤¥¦§¨©³´ª«¬­®¯°±²̊ Lö÷ẙ


Lʳ pģɵʳ Úȇʳ ʿˀŽ̊ Ǯnj˄̊ ǥ̊ ž˓̊ ˔̊ ǦʑʵƓ̊ ʕʂʳ Ǟơœʳ
DŽéɒƫ̊ NJʍ̊ P+ď}̊ ſʳ ʞǸɇ̊ ǃȬêɓƬ̊
°±²³´µ¶·¸@¹º»¼½@¾¿AÀÁÂÃÄÅÆÇAÈXÉē

Møĕz̊
/b¶¼  ‘’  “”  •  –— 1 ˜ Ũʳ
™•  šÉ Ʌƛʳ ƀȴȵʳ ʏ̊ ˑ˒̊
ÇçÏÐÈÉÑÊ#Ë#ÌÍÎÒ̊Uýęƒ̊
ĸȚț̊ ưƕ̊ ˅Ȥƴ˫ˆ̊ Ǥ̊ Ąɗʳ ůƯ̊ ǒȑƘ̊ ɐɅ̊ ɰȖſˊ̊ ǔȊȪƜ̊ ȰŔĴʤ
ődzʳŋʙĒʳ
H)ʳ Ŷǰɬ̊ È Ⱦ̊ǜɲʳŵ˃̊ c  ›œ 
d žŸe ¡fG¢gÉ Rúě̊ ˂̊ ǕȒťƦɉ̊ľȟƀ̊
ÜęʳƱŤɊʳ ƂʳĻʳ
N/ʳ ôƞʳ ɱșʐ̊ Ƴ˵ Ǎ̊ ʖȫǿ˲̊ ųąʳ sĦɷʳ ÝȈʳ
¶· ! Ä!Á ¸¹º »¼ÅÃƽ ¾¿À̊SûĠ€̊ ȷʳ :ȉȩƙ̊ ɠ˕ˡ̊ ˶˧̊ɡɢƚ̊ ēǫǁȦɫʳ Ųʳ
ɖDzʠɪ˱̊ʉȄȅ̊ Ɗ̊ Ȗʳ ȧʣʆʃ̊
R*ʳ óƝʳ ǩƐɥȡǔʳ Ƀʳ ;ƟƄ̊ ǁˢ̊ ǘʳ ªʳ ·Ɩʳ ȯŒȭʳ C̊òĤr̊ ¬º£¤¥h¦§ijklwmn¨©oª«pÉ

ʸǯ6ƎƒŹ̊ļ̊ÎƫƬʳ ŘǹƧ̊pŜś̊˗ɭʤ"̊ —̊


T,ʳ %( 9Ɇ̊ ɣ̊ Ʋƨ˜̊ Ĺʳ ȗȘ tĩɸʳ ïȥǂʳ     ʳ DóĪs̊ ÇÉ q¬rs t­ uv®¯° ±²wxy ³

ɮȆȰ6ź˝̊ ɦ̊ ŗǻ̊ Ǥʳ ȩʟăʳ ŝŞʳ Ɓʃɬɉʳ ʚʛ˛̊


ɕDZʷ̊ ǵʳ ǫ˪9̊ ˁ˰̊ Ǔȇȱ̊ ɩɱʳ șʄʳ țŴƶʥ
ʖŵƷīʳ

†Ƣƣʳ Ōʪʴ̊ ŝȥȻɃƂ˾ǀ̊ oĢɴʳ ÙȆʳ LJʳ ǐʳ Ŧʳ :ȈȨƛ̊

É  
…l †‡ ˆ‰µˆŠ‡‹ŒŽw…lÉ ̊ Tüı‚̊
Nčð{̊

OĎù|̊

124

167

ZZZMGLKNHPHQNHXJRLG
R6^bKCbFœR6K<>\>-Kœ
( 
G-RNT-KœR7T^-K<<bK<C-d-0-Kœ0-K^b-Kœ \N\>-Gœ

KOœ bZ?.Kœ>\>-Lœ
R6^bKCbFœR6K<>\>-Kœ
! 3zz‘zœor‰uj‰œ‰j†jœƒr†mjuj‚rƒ†Ž‚œŽr‰rz†jœmj‰“•j‰œ ‘‘zjƒœ
G-RNT-KœR7T^-K<<bK<C-d-0-Kœ0-K^b-Kœ \N\>-Gœ
( 3{{‘{œ pr‰uj‰œ ‰j†jœ Ž†Ž‡j‰œ ƒr†njuj‚rƒ†Ž‚œ ŽrŠr{†jœ mj‰“–kŠœ
‘‘zjƒœ bZ?.Kœ>\>-Lœ
KOœ
! !
4{{’{œorŠvkŠœjƒjˆk“œƒrˆnjvkœrŠr{ˆkœnjŠ“•kŠœ’‘|j„œ
3zz‘zœor‰uj‰œ‰j†jœƒr†mjuj‚rƒ†Ž‚œŽr‰rz†jœmj‰“•j‰œ ‘‘zjƒœ
! (
3zz‘zœor‰uj‰œ‰jˆjœmj‰“•j‰œ‘‘{jƒœ
3{{‘{œ pr‰uj‰œ ‰j†jœ Ž†Ž‡j‰œ ƒr†njuj‚rƒ†Ž‚œ ŽrŠr{†jœ mj‰“–kŠœ
( 4{{‘{œpr‰uj‰œŠ†œpj‰œ“j‰uujƒœ\FœRr‰r“jj‰œRr‰r{ˆkœ0jŠ“–k‰œ\’zjƒœ
‘‘zjƒœ
 (PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
3{z‘zœo™‰uj‰œ‰†œoj‰œ“j‰uujƒœRrj‰{j‰œFrjœ\jˆjœ
! 4{{’{œorŠvkŠœjƒjˆk“œƒrˆnjvkœrŠr{ˆkœnjŠ“•kŠœ’‘|j„œ
! !
3zz‘zœor‰uj‰œ‰j†jœmj‰“•j~œ‘‘zjƒœ
3zz‘zœor‰uj‰œ‰jˆjœmj‰“•j‰œ‘‘{jƒœ
! ( PERATURAN NOMOR
MENTERI : 254 /PMK.REPUBLIK
KEUANGAN 05 /2015
3zz‘zœor‰uj‰œ‰zƒjzœmj‰“•j‰œ‘‘zjƒœ˜j‰uœ“rƒjxœoz“rz†kœ INDONESIA
4{{‘{œpr‰uj‰œŠ†œpj‰œ“j‰uujƒœ\FœRr‰r“jj‰œRr‰r{ˆkœ0jŠ“–k‰œ\’zjƒœ
!  3zz‘zœor‰uj‰œ•†ƒjxœmj‰“•j‰œ‘‘zjƒœ˜j‰uœ“rƒjxœo{“rz†jœ
NOMOR : 254 /PMK. 05 /2015
 ! ! TENTANG
( 3{z‘zœo™‰uj‰œ‰†œoj‰œ“j‰uujƒœRrj‰{j‰œFrjœ\jˆjœ
3{z‘{œpr‰vj‰œ–ˆƒjxœnj‰“–j‰œ‘‘zjƒœ˜j‰uœ“rƒjxœo{v•‰j‚j‰œ
3zz‘zœor‰uj‰œ‰j†jœmj‰“•j~œ‘‘zjƒœ
!! !
3z{‘{œpr‰uj‰œ•†ƒjxœmj‰“•jŠœ‘‘{jƒœ˜jŠuœ‘{‘jœ
BELANJA BANTUAN SOSIAL TENTANGPADA KEMENTERIAN
3zz‘zœor‰uj‰œ‰zƒjzœmj‰“•j‰œ‘‘zjƒœ˜j‰uœ“rƒjxœoz“rz†kœ
! !4{{’{œpr‰vj‰œŠj†jœnjj‰v€j‘jœ˜jŠvœp{nr„{œ
NEGARA/LEMBAGA
3zz‘zœor‰uj‰œ•†ƒjxœmj‰“•j‰œ‘‘zjƒœ˜j‰uœ“rƒjxœo{“rz†jœ
!  !
4{{‘{œprŠukŠœ‰j†jœrŠ˜rp{jœnjj‰uj‘jœ
3{z‘{œpr‰vj‰œ–ˆƒjxœnj‰“–j‰œ‘‘zjƒœ˜j‰uœ“rƒjxœo{v•‰j‚j‰œ
BELANJA BANTUAN SOSIAL PADA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
! !3zz‘zœor‰uj‰œ“j‰uujƒœ‘rjxœ“rz†jœmjj‰uœor‰uj‰œŽr‰˜rozjœmjj‰uj‘jœ
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
! 3z{‘{œpr‰uj‰œ•†ƒjxœmj‰“•jŠœ‘‘{jƒœ˜jŠuœ‘{‘jœ
! !
3zz‘zœor‰uj‰œ‰j†jœmj‰“•j‰œ‘‘zjƒœ ‘j†jœor‰uj‰œ‰†œ !
4{{’{œpr‰vj‰œŠj†jœnjj‰v€j‘jœ˜jŠvœp{nr„{œ
MENTERIDENGAN RAHMAT TUHAN
KEUANGAN YANG MAHA
REPUBLIK !ESA
INDONESIA,
 ! !
3zz‘zœor‰uj‰œ‰j†jœmj‰“•j‰œ‘‘zj„œ ‘j†jœor‰uj‰œ‰†œ
4{{‘{œprŠukŠœ‰j†jœrŠ˜rp{jœnjj‰uj‘jœ
! !
3zz‘zœor‰uj‰œ‰zƒjzœ‘z‘jœmj‰“•j‰œ‘‘zjƒœ˜j‰uœo{‘r“œ‚rœFj‘œKrujjœ
3zz‘zœor‰uj‰œ“j‰uujƒœ‘rjxœ“rz†jœmjj‰uœor‰uj‰œŽr‰˜rozjœmjj‰uj‘jœ
! ! MENTERI KEUANGAN‘j†jœor‰uj‰œ‰ˆœ
3zz‘zœor‰uj‰œ‰jˆkœmj‰“•j‰œ‘‘{jƒœ
3zz‘zœor‰uj‰œ‰j†jœmj‰“•j‰œ‘‘zjƒœ
REPUBLIK INDONESIA, ! !
‘j†jœor‰uj‰œ‰†œ
! 3zz‘zœ
 !
Menmbang : or‰uj‰œ ‰j†jœ ‚“j œ “jŠuujƒœ
a. bahwa berdasarkan
3zz‘zœor‰uj‰œ‰j†jœmj‰“•j‰œ‘‘zj„œ ol‰œ “jx•‰œ
Peraturan
‘j†jœor‰uj‰œ‰†œ ! HjœŽMenter
œj‰œ
Rr“jŠvv•‰wj—jnj‰œ1j‰“–j‰œ\‘{j„œo{“jŠoj“j‰ujŠ{œ
!
Menimbang 3zz‘zœor‰uj‰œ‰zƒjzœ‘z‘jœmj‰“•j‰œ‘‘zjƒœ˜j‰uœo{‘r“œ‚rœFj‘œKrujjœ
: a. bahwa Keuangan
berdasarkan Nomor
Peraturan 81/PMK.
Menteri Keuangan 05/2012,
Nomor
 ! 3{{‘{œor‰vj‰œ‰j†jœƒr†njuj‚rƒ†Ž‚œŽr‰rzˆjœmjŠ“•k‰œ‘‘zjƒœ
! 3zz‘zœor‰uj‰œ‰jˆkœmj‰“•j‰œ‘‘{jƒœ ‘j†jœor‰uj‰œ‰ˆœ !
! !
3{{‘{œ or‰vj‰œ ‰j†jœ telah
81/PMK.
Ž†Ž‡j‰œdatur
05/2012, ketentuan
telah mengena
diatur ketentuan
ƒr†mjuj‚r„ˆŽ‚œ Žr‰r{ˆjœ belanja
mengenai
mj‰“•k‰œ belanja
3zz‘zœ or‰uj‰œ ‰j†jœ ‚“j œ “jŠuujƒœ ol‰œ “jx•‰œ HjœŽœj‰œ
’‘{jƒœ bantuan sosal pada Kementeran Negara/
bantuan sosial pada Kementerian Negara/Lembaga;
Rr“jŠvv•‰wj—jnj‰œ1j‰“–j‰œ\‘{j„œo{“jŠoj“j‰ujŠ{œ
Lembaga;
 ! 3{{‘{œor‰vj‰œ‰j†jœƒr†njuj‚rƒ†Ž‚œŽr‰rzˆjœmjŠ“•k‰œ‘‘zjƒœ
b. bahwa
! 3{{‘{œ or‰vj‰œ ‰j†jœ sesuai
Ž†Ž‡j‰œdengan ketentuan Pasal Žr‰r{ˆjœ
ƒr†mjuj‚r„ˆŽ‚œ 7 ayat (2)mj‰“•k‰œ
huruf a
’‘{jƒœ b. bahwa sesua dengan I6K^6U@ketentuan
F6b-K<-Kœ Pasal 7
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
ayat (2) huruf a Undang-Undang
T6Rb0H>Fœ@K5NK6\>- œNomor
Negara, Menteri Keuangan selaku Bendahara
““pœ Umum Negara
1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
berwenang menetapkan
Negara, kebijakan
Menter dan pedoman
Keuangan
I6K^6U@ pelaksanaan
\U>œ IbHg.K>œ>K5Ze.^>œ
selaku
F6b-K<-Kœ
\jƒz‰jŠœ‘r’–j{œ anggaran negara;
Bendahara
qr‹vkŠœk’ƒ}Š˜lœ Umum T6Rb0H>Fœ@K5NK6\>- œ
Negara ““pœ
berwenang
FrŽjƒjœ1{œb†–ˆœ menetapkan kebjakan dan pedoman
c. bahwa untuk melaksanakan penyaluran
•mœ belanja bantuan sosial
\U>œ IbHg.K>œ>K5Ze.^>œ
žē
pelaksanaan anggaran negara;
œ1kuzkŠœ^bœFrˆrŠ“r{kŠœ
pada Kementerian Negara/Lembaga
\jƒz‰jŠœ‘r’–j{œ qr‹vkŠœk’ƒ}Š˜lœ
yang lebih tertib,
c. bahwa untuk melaksanakan
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
FrŽjƒjœ1{œb†–ˆœ penyaluran
bertanggung

(ʨʳ
•mœbelanja bantuan sosal pada Kementeran
žē
jawab dengan memperhatikan
œ1kuzkŠœ^bœFrˆrŠ“r{kŠœ rasa keadilan dan kepatutan,
Negara/Lembaga yang lebh tertb,
perlu mengatur kembali ketentuan mengenai belanja bantuan
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan

(ʨʳ sosial pada Kementerian Negara/Lembaga;
bertanggung jawab dengan memperhatkan
125
168 97
69
ZZZMGLKNHPHQNHXJRLG
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
PERATURAN : 254
MENTERI /PMK.REPUBLIK
KEUANGAN 05 /2015INDONESIA
NOMOR : :254
1 TAHUN
NOMOR TENTANG 2018
/PMK. 05 /2015
TENTANG
BELANJA BANTUAN SOSIAL
TENTANGPADA KEMENTERIAN
PROGRAM KELUARGA HARAPAN
NEGARA/LEMBAGA
BELANJA BANTUAN SOSIAL PADA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
DENGAN
DENGAN RAHMAT
RAHMAT TUHAN
TUHAN YANG
YANG MAHA
MAHA ESA
ESA
DENGAN
MENTERI
MENTERI RAHMAT
SOSIAL TUHAN
KEUANGAN YANG INDONESIA,
REPUBLIK
REPUBLIK MAHA ESA
INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,


Menimbang : a.
bahwa untuk meningkatkan kualitas
Menmbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Menter
hidup keluarga miskin dan rentan melalui
Menimbang : a. bahwaKeuangan
berdasarkan Nomor
Peraturan 81/PMK.
Menteri Keuangan05/2012,
Nomor
peningkatan aksesibilitas terhadap layanan
telah datur ketentuan mengena belanja
81/PMK. 05/2012, telah diatur ketentuan mengenai belanja
kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan
bantuan sosal pada Kementeran Negara/
bantuan sosial pada Kementerian Negara/Lembaga;
sosial, perlu program perlindungan sosial
Lembaga;
b. bahwa sesuai denganterarah,
yang terencana, ketentuan dan
Pasalberkelanjutan;
7 ayat (2) huruf a
b. bahwa sesua dengan ketentuan Pasal 7
b. Undang-Undang

bahwaayat (2)
Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Peraturan
huruf a Menteri
Undang-Undang
Perbendaharaan
Sosial Nomor
Nomor
Negara,
10 1 TahunMenteri Keuangan
2017 selaku
tentang Bendahara
Program Umum Negara
Keluarga
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
berwenang
Harapan
Negara, menetapkan
belum kebijakanKeuangan
mengakomodasi
Menter dan pedoman pelaksanaan
kebutuhan
selaku
anggaran
Program negara;
Bendahara KeluargaUmum Harapan,Negara sehingga perlu
berwenang
dilakukan
menetapkan penyempurnaan;
kebjakan dan pedoman
c. bahwa untuk melaksanakan penyaluran belanja bantuan sosial
pelaksanaan anggaran negara;
c. bahwa berdasarkan
pada Kementerian pertimbangan
Negara/Lembaga sebagai-
yang lebih tertib,
c. bahwa
mana dimaksud
efisien, untuk melaksanakan
dalamtransparan,
ekonomis, efektif, huruf a dan penyaluran
huruf b,
dan bertanggung
perlu
jawabbelanja
dengan bantuan
menetapkan sosal
rasa pada
Peraturan
memperhatikan Kementeran
Menteri
keadilan Sosial
dan kepatutan,
Negara/Lembaga
tentang Program yang lebh tertb,
perlu mengatur kembaliKeluarga Harapan;
ketentuan mengenai belanja bantuan
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
sosial pada Kementerian Negara/Lembaga;
bertanggung jawab dengan memperhatkan

169
97
69
Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4456);
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009
tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4967);
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011
tentang Penanganan Fakir Miskin (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5235);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan
Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5294);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2013
tentang Pelaksanaan Upaya Penanganan
Fakir Miskin Melalui Pendekatan Wilayah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 157, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5449);
6. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
tentang Negara

170
7. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015
tentang Kementerian Sosial (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 86);
8. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2017
tentang Penyaluran Bantuan Sosial Secara
Non Tunai (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 156);
9. Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Sosial (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1845)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Sosial Nomor 14 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Sosial
Nomor 20 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 1125);
10. Peraturan Menteri Sosial Nomor 10 Tahun
2016 tentang Mekanisme Penggunaan Data
Terpadu Penanganan Fakir Miskin (Berita
Negara Indonesia Tahun 2016 Nomor 705);
Program Republik;
11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/
PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan
Sosial pada Kementerian Negara/Lembaga
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 2047) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

171
228/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/
PMK.05/2016 tentang Belanja Bantuan
Sosial (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 2147);

MEMUTUSKAN:
Memutuskan : PERATURAN MENTERI SOSIAL TENTANG
PROGRAM KELUARGA HARAPAN.

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Program Keluarga Harapan yang selanjutnya disingkat
PKH adalah program pemberian bantuan sosial bersyarat
kepada keluarga dan/ atau seseorang miskin dan rentan
yang terdaftar dalam data terpadu program penanganan
fakir miskin, diolah oleh Pusat Data dan Informasi
Kesejahteraan Sosial dan ditetapkan sebagai keluarga
penerima manfaat PKH.
2. PKH Akses adalah program pemberian bantuan sosial
PKH di wilayah sulit dijangkau baik secara geografis,
ketersediaan infrastruktur, maupun sumber daya manusia
dengan pengkondisian secara khusus.
3. Bantuan Sosial adalah bantuan berupa uang, barang, dan
jasa kepada keluarga dan/ atau seseorang miskin, tidak
mampu, dan/ atau rentan terhadap risiko sosial.
4. Pemberi Bantuan Sosial adalah satuan kerja pada
kementerian/ lembaga pada Pemerintah Pusat dan/
atau satuan kerja perangkat daerah pada pemerintah

172
daerah yang tugas dan fungsinya melaksanakan program
penanggulangan kemiskinan yang meliputi perlindungan
sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, rehabilitasi
sosial, dan pelayanan dasar.
5. Keluarga Penerima Pelayanan yang selanjutnya disebut
Keluarga Penerima Manfaat adalah keluarga penerima
bantuan sosial PKH yang telah memenuhi syarat dan
ditetapkan dalam keputusan.
6. Bantuan Sosial PKH adalah bantuan berupa uang, kepada
keluarga dan/ atau seseorang miskin, tidak mampu, dan/
atau rentan terhadap risiko sosial.
7. Penyaluran Bantuan Sosial PKH adalah pemberian
bantuan berupa uang kepada keluarga dan/ atau seseorang
miskin, tidak mampu, dan/ atau rentan terhadap risiko
sosial berdasarkan penetapan pejabat yang menangani
pelaksanaan PKH.
8. Bantuan Komplementer adalah bantuan berupa uang,
barang, dan jasa di bidang kesehatan, pendidikan, subsidi
energi, ekonomi, perumahan, dan pemenuhan kebutuhan
dasar lainnya sebagai pelengkap Bantuan Sosial PKH.
9. Kartu Kombo adalah instrumen pembayaran yang memiliki
fitur uang elektronik dan tabungan yang dapat digunakan
sebagai media penyaluran berbagai Bantuan Sosial PKH
termasuk kartu keluarga sejahtera.
10. Kartu Keluarga Sejahtera adalah Kartu Kombo yang
digunakan untuk penyaluran Bantuan Sosial PKH secara
nontunai.
11. Regional adalah wilayah tertentu dalam pelaksanaan PKH
yang dikelompokkan berdasarkan geografis.

173
12. Bank Penyalur adalah bank umum milik negara sebagai
mitra kerja tempat dibukanya rekening atas nama pemberi
Bantuan Sosial PKH untuk menampung dana belanja
bantuan sosial yang akan disalurkan kepada penerima
Bantuan Sosial PKH.
13. Verifikasi adalah proses kegiatan pemeriksaan dan
pengkajian untuk menjamin kebenaran data.
14.
Validasi adalah suatu kegiatan untuk menetapakan
kesahihan data.
15. Pemutakhiran Data adalah proses perubahan terkini
sebagian atau seluruh data anggota Keluarga Penerima
Manfaat PKH.
16. Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga adalah
proses belajar secara terstruktur untuk mempercepat
terjadinya perubahan perilaku pada Keluarga Penerima
Manfaat PKH.
17. Transformasi Kepesertaan adalah proses pengakhiran
sebagai Keluarga Penerima Manfaat PKH.
18.
Pengaduan adalah proses penyampaian informasi,
keluhan, atau masalah yang terkait dengan pelaksanaan
PKH.
19. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang sosial.

Pasal 2
PKH bertujuan
a. untuk meningkatkan taraf hidup Keluarga Penerima
Manfaat melalui akses layanan pendidikan, kesehatan,
dan kesejahteraan sosial;

174
b.
mengurangi beban pengeluaran dan meningkatkan
pendapatan keluarga miskin dan rentan;
c.
menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian
Keluarga Penerima Manfaat dalam mengakses layanan
kesehatan dan pendidikan serta kesejahteraan sosial;
d. mengurangi kemiskinan dan kesenjangan; dan
e. mengenalkan manfaat produk dan jasa keuangan formal
kepada Keluarga Penerima Manfaat.

Pasal 3
Sasaran PKH merupakan keluarga dan/ atau seseorang yang
miskin dan rentan serta terdaftar dalam data terpadu program
penanganan fakir miskin, memiliki komponen kesehatan,
pendidikan, dan/ atau kesejahteran sosial.

Pasal 4
(1) Sasaran PKH Akses merupakan keluarga dan/atau
seseorang yang miskin dan rentan di wilayah PKH Akses
yang terdaftar dalam data terpadu program penanganan
fakir miskin yang memiliki komponen kesehatan,
pendidikan, dan/atau kesejahteraan sosial.

(2) PKH Akses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri


atas wilayah:
a. pesisir dan pulau kecil;
b. daerah tertinggal/ terpencil; atau
c. perbatasan antarnegara.

Pasal 5
(1) Kriteria komponen kesehatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 meliputi:
175
a. ibu hamil/ menyusui; dan
b. anak berusia 0 (nol) sampai dengan 6 (enam) tahun.
(2) Kriteria komponen pendidikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 meliputi:
a. anak sekolah dasar / madrasah ibtidaiyah atau
sederajat;
b. anak sekolah menengah pertama/ madrasah
tsanawiyah atau sederajat;
c. anak sekolah menengah atas/madrasah aliyah atau
sederajat; dan
d. anak usia 6 (enam) sampai dengan 21 (dua puluh
satu) tahun yang belum menyelesaikan wajib belajar
12 (dua belas) tahun.
(3) Kriteria komponen kesejahteraan sosial sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 meliputi:
a. lanjut usia mulai dari 60 (enam puluh) tahun; dan
b. penyandang disabilitas diutamakan penyandang
disabilitas berat.

BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN KELUARGA
PENERIMA MANFAAT PKH
Pasal 6
Keluarga Penerima Manfaat PKH berhak mendapatkan:
a. Bantuan Sosial PKH;
b. pendampingan PKH;
c. pelayanan di fasilitas kesehatan, pendidikan, dan/atau
kesejahteraan sosial; dan

176
d. program Bantuan Komplementer di bidang kesehatan,
pendidikan, subsidi energi, ekonomi, perumahan, dan
pemenuhan kebutuhan dasar lainnya.

Pasal 7
Keluarga Penerima Manfaat PKH berkewajiban untuk:
a. memeriksakan kesehatan pada fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai dengan protokol kesehatan bagi ibu
hamil/ menyusui dan anak berusia 0 (nol) sampai dengan
6 (enam) tahun;
b. mengikuti kegiatan belajar dengan tingkat kehadiran
paling sedikit 85% (delapan puluh lima persen) dari hari
belajar efektif bagi anak usia sekolah wajib belajar 12 (dua
belas) tahun; dan
c. mengikuti kegiatan di bidang kesejahteraan sosial sesuai
dengan kebutuhan bagi keluarga yang memiliki komponen
lanjut usia mulai dari 60 (enam puluh) tahun dan/ atau
penyandang disabilitas berat.

Pasal 8
(1) Keluarga Penerima Manfaat PKH Akses memiliki kewajiban
untuk melaksanakan kegiatan dalam komponen:
a. kesehatan;
b. pendidikan; dan
c. kesejahteraan sosial.
(2) Komponen kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dengan ketentuan harus:
a. memeriksakan kesehatan pada fasilitas pelayanan
kesehatan dan/atau petugas pelayanan kesehatan

177
dan/atau kader kesehatan di desa bagi ibu hamil /
nifas;
b. memeriksakan kesehatan pada fasilitas pelayanan
kesehatan dan/ atau petugas pelayanan kesehatan
dan/ atau kader kesehatan di desa bagi ibu menyusui
dengan memberikan air susu ibu eksklusif; dan
c. memeriksakan kesehatan pada fasilitas pelayanan
kesehatan dan/ atau petugas pelayanan kesehatan
dan/ atau kader kesehatan di desa bagi bayi dan
balita.
(3) Komponen pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b dengan ketentuan harus mengikuti kegiatan
belajar dengan fasilitas pendidikan yang ada baik sekolah
biasa, sekolah kampung, pendidikan keluarga, pesantren,
sekolah minggu, kursus, maupun belajar keterampilan
bagi anak usia sekolah wajib belajar 12 (dua belas)
tahun.
(4) Komponen kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c dengan ketentuan harus:
a. memberikan makanan bergizi dengan memanfaatkan
bahan pangan lokal dan perawatan kesehatan paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun terhadap
anggota keluarga lanjut usia mulai dari 60 (enam
puluh) tahun; dan
b. meminta tenaga kesehatan yang ada untuk memeriksa
kesehatan, merawat kebersihan, mengupayakan
makan dengan makanan lokal bagi penyandang
disabilitas berat.

Pasal 9
(1) Apabila Keluarga Penerima Manfaat tidak memenuhi
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan

178
Pasal 8 dikenakan sanksi.
(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
penangguhan atau penghentian Bantuan Sosial PKH.

BAB Ill
SUMBER DAYA MANUSIA
Pasal 10
(1) Sumber daya manusia terdiri atas:
a. penasihat nasional;
b. tenaga bantuan teknis;
c. tenaga ahli;
d. koordinator regional;
e. koordinator wilayah;
f. koordinator daerah kabupaten/kota;
g. supervisor pekerjaan sosial;
h. pendamping sosial;
i. asisten pendamping sosial; dan
j. administrator pangkalan data.
(2) Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) direkrut, diseleksi, dan ditetapkan oleh direktur yang
menangani pelaksanaan PKH.
(3)
Penggunaan sumber daya manusia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan kebutuhan
dan kemampuan keuangan negara.

Pasal 11
(1) Penasihat nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 ayat (1) huruf a berada di bawah direktorat yang
179
menangani pelaksanaan PKH dan bertanggung jawab
kepada direktur yang menangani pelaksanaan PKH.
(2) Penasihat nasional sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bertugas membantu pelaksana PKH pusat untuk
koordinasi dengan kementerian/lembaga terkait, lembaga
internasional, dan memberikan masukan kebijakan
strategis dalam pelaksanaan PKH.

Pasal 12
Tenaga bantuan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 ayat (1) huruf b bertugas memberikan bantuan teknis pada
pelaksanaan PKH meliputi Validasi, terminasi, Bantuan Sosial
PKH, peningkatan kemampuan keluarga, dan sumber daya.

Pasal 13
Tenaga ahli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat
(1) huruf c bertugas membantu direktur yang menangani
pelaksanaan PKH mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelaksanaan PKH.

Pasal 14
Koordinator regional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (1) huruf d bertugas membantu direktur yang menangani
pelaksanaan PKH dalam pelaksanaan PKH untuk:
a. memastikan bisnis proses berjalan ketentuan di tingkat
regional;
b. memastikan aplikasi PKH dapat dimutakhirkan di tingkat
regional; sesuai dengan diakses dan
c. membangun jaringan kerja dengan pemangku kepentingan
di tingkat regional;

180
d. pengelolaan penanganan Pengaduan di tingkat regional;
e. melaksanakan advokasi penyediaan dana yang berasal
dari anggaran pendapatan dan belanja daerah;
f. mengoordinasikan pelaporan pelaksanaan dan kinerja
sumber daya manusia PKH di tingkat regional; dan
g. memberikan penilaian kinerja koordinator wilayah di
wilayah kerjanya.

Pasal 15
Koordinator wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 ayat (1) huruf e bertugas membantu kepala dinas sosial
daerah provinsi dalam pelaksanaan PKH untuk:
a. memastikan bisnis proses berjalan sesuai dengan
ketentuan di tingkat daerah provinsi;
b. memastikan aplikasi PKH dapat diakses dan dimutakhirkan
di tingkat daerah provinsi;
c. membangun jaringan kerja dengan pemangku kepentingan
di tingkat daerah provinsi;
d. pengelolaan penanganan Pengaduan di tingkat daerah
provinsi;
e. melaksanakan advokasi penyediaan dana yang berasal
dari anggaran pendapatan dan belanja daerah;
f. mengoordinasikan pelaporan pelaksanaan dan kinerja
sumber daya manusia PKH di tingkat daerah provinsi;
dan
g. memberikan penilaian kinerja koordinator daerah
administrator pangkalan data kabupaten/kota dan di
wilayah kerjanya.

181
Pasal 16
Koordinator daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (1) huruf f bertugas membantu kepala
dinas sosial daerah kabupaten/kota dalam pelaksanaan
PKH, mengoordinasikan sumber daya manusia PKH di
tingkat daerah kabupaten/kota, dan memberikan penilaian
kinerja pendamping sosial, asisten pendamping sosial, dan
administrator pangkalan data di wilayah kerjanya.

Pasal 17
Supervisor pekerjaan sosial sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat (1) huruf g bertugas melakukan pemantauan,
supervisi, evaluasi, pembuatan laporan, penyediaan informasi,
dan penanganan Pengaduan terkait pelaksanaan pertemuan
peningkatan kemampuan keluarga dan manajemen kasus.

Pasal 18
Pendamping sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (1) huruf h bertugas melaksanakan tugas pendampingan
PKH di kecamatan.

Pasal 19
Asisten pendamping sosial sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat (1) huruf i bertugas membantu pendamping
sosial dalam melaksanakan tugas pendampingan PKH di
kecamatan.
Pasal 20
Administrator pangkalan data sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (1) huruf J bertugas mengumpulkan,
memverifikasi, mengolah, dan mendistribusikan data PKH di
pusat, daerah provinsi, dan daerah kabupaten/kota.

182
Pasal 21
Ketentuan lebih lanjut mengenai sumber daya manusia PKH
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 sampai dengan Pasal
20 diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan
dan Jaminan Sosial.

BAB IV
KELEMBAGAAN
Pasal 22
(1) Dalam merumuskan kebijakan dan pengembangan PKH
dibentuk tim koordinasi nasional PKH.
(2) Tim koordinasi nasional PKH sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas Pejabat Eselon I yang menangani
urusan pengentasan kemiskinan, pendidikan, kesehatan,
anak, keluarga, disabilitas, lanjut usia, data, komunikasi,
dan kementerian/lembaga terkait.
(3) Tim koordinasi nasional PKH sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
(4) Susunan keanggotaan tim koordinasi nasional PKH
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam
Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan
Sosial.

Pasal 23
Tim koordinasi nasional PKH sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 bertugas:
a. melakukan kajian pelaksanaan, mekanisme, hasil audit,
dan evaluasi; dan
b. memberikan solusi atas permasalahan lintassektor.

183
Pasal 24
(1) Dalam melaksanakan kegiatan PKH sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 dibentuk tim koordinasi teknis
PKH.
(2) Tim koordinasi teknis PKH sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas:
a. tim koordinasi teknis PKH pusat;
b. tim koordinasi teknis PKH daerah provinsi; dan
c. tim koordinasi teknis PKH daerah kabupaten/kota.
(3) Tim koordinasi teknis PKH pusat sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a terdiri atas pejabat eselon II wakil
kementerian/lembaga terkait.
(4) Tim koordinasi teknis PKH daerah provinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas pejabat eselon
II dari satuan kerja perangkat daerah provinsi.
(5) Tim koordinasi teknis PKH daerah kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c terdiri atas
pejabat eselon II dari satuan kerja perangkat daerah
kabupaten/ kota.
(6) Tim koordinasi teknis PKH sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal
Perlindungan dan Jaminan Sosial.

Pasal 25
Tim koordinasi teknis PKH pusat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 ayat (2) huruf a bertugas:
a. mengkaji berbagai rencana operasional yang disiapkan
oleh direktorat yang menangani pelaksanaan PKH;

184
b. melakukan koordinasi lintas sektor terkait agar tujuan
PKH dapat berjalan baik;
c. membentuk tim lintassektor yang terdiri atas perwakilan
kementerian/ lembaga terkait;
d. tim lintassektor sebagaimana dimaksud dalam huruf c
bertugas menentukan sasaran Keluarga Penerima Manfaat
PKH; dan
e. melakukan pengawasan pelaksanaan PKH.

Pasal 26
(1) Tim koordinasi teknis PKH daerah provinsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf b diketuai oleh
kepala badan perencanaan dan pembangunan daerah
provinsi dengan sekretaris kepala dinas sosial daerah
provinsi.
(2) Tim koordinasi teknis PKH daerah provinsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan
gubernur.

Pasal 27
Tim koordinasi teknis PKH daerah provinsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 bertugas:
a. menyusun program dan rencana kegiatan PKH;
b. memastikan komitmen penyediaan anggaran penyertaan
kegiatan PKH;
c. melakukan koordinasi dengan satuan kerja perangkat
daerah terkait dan instansi/lembaga vertikal di provinsi;

185
d. melakukan kegiatan pemantauan dan pengendalian
kegiatan PKH; dan
e. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan PKH

Pasal 28
(1) Tim koordinasi teknis PKH daerah kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf c
diketuai oleh kepala badan perencanaan dan pembangunan
daerah kabupaten/kota dengan sekretaris kepala dinas
sosial daerah kabupaten/kota.
(2) Tim koordinasi teknis PKH daerah kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
keputusan bupati/wali kota.

Pasal 29
Tim koordinasi teknis PKH daerah kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 bertugas:
a. menyusun program dan rencana kegiatan PKH daerah
kabupaten/kota;
b. komitmen penyediaan anggaran penyertaan kegiatan
PKH;
c. penyediaan fasilitas layanan pendidikan dan kesehatan;
d. melakukan koordinasi vertikal dengan satuan kerja
perangkat daerah terkait dan instansi/lembaga di daerah
kabupaten/kota;
e. melakukan pemantauan dan pengendalian kegiatan PKH;
f. menyelesaikan masalah yang timbul dalam pelaksanaan
PKH di lapangan; dan
g. menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan

186
kegiatan PKH kepada kepala daerah, pelaksana PKH
daerah provinsi, dan pelaksana PKH pusat.

Pasal 30
(1) Pelaksana PKH pusat dilakukan oleh direktorat yang
menangani pelaksanaan PKH pada Kementerian Sosial.
2) Pelaksana PKH pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
(3) Pelaksana PKH pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (
1) bertugas:
a. melaksanakan seluruh kebijakan pelaksanaan PKH
meliputi penetapan sasaran, Validasi, terminasi,
Bantuan Sosial PKH, kepesertaan, dan sumber daya;
b.
memastikan pelaksanaan PKH sesuai dengan
rencana;
c.
menyelesaikan permasalahan dalam pelaksanaan
PKH;
d. membangun jejaring dan kemitraan dengan berbagai
pihak untuk perluasan dan penyempurnaan
program;
e. melakukan pemantauan dan pengendalian kegiatan
PKH; dan
f. menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan
kegiatan PKH kepada Direktur Jenderal Perlindungan
dan Jaminan Sosial.

Pasal 31
(1) Pelaksana PKH daerah dilakukan oleh dinas sosial daerah
provinsi dan daerah kabupaten/ kota yang menangani
Bantuan Sosial PKH, perlindungan, dan jaminan sosial.

187
(2) Pelaksana PKH daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
( 1) terdiri atas:
a. pelaksana PKH daerah Provinsi;
b. pelaksana PKH daerah Kabupaten/Kota; dan
c. pelaksana PKH Kecamatan.
(3) Pelaksana PKH daerah provinsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a bertugas:
a. bertanggung jawab dalam penyediaan informasi dan
sosialisasi PKH di daerah kabupaten/kota;
b. melakukan supervisi, pengawasan, dan pembinaan
terhadap pelaksanaan PKH di daerah kabupaten/
kota;
c. memastikan pelaksanaan PKH sesuai dengan
rencana;
d. menyelesaikan permasalahan dalam pelaksanaan
PKH;
e. membangun jejaring dan kemitraan dengan berbagai
pihak dalam pelaksanaan PKH; dan
f. melaporkan secara berkala capaian pelaksanaan PKH
di daerah kabupaten/kota kepada pelaksana pusat.
(4) Pelaksana PKH daerah kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b bertugas:
a. bertanggung jawab dalam penyediaan informasi dan
sosialisasi PKH di kecamatan;
b. melakukan supervisi, pengawasan, dan pembinaan
terhadap pelaksanaan PKH di kecamatan;
c. memastikan pelaksanaan PKH sesuai dengan
rencana;
d. menyelesaikan permasalahan dalam pelaksanaan
PKH;

188
e. membangun jejaring dan kemitraan dengan berbagai
pihak dalam pelaksanaan PKH; dan
f. melaporkan pelaksanaan PKH daerah kabupaten/
kota kepada pelaksana PKH pelaksana pusat dengan
tembusan kepada pelaksana PKH daerah provinsi.
(5) Pelaksana PKH kecamatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf c bertugas:
a. bertanggung jawab dalam penyediaan informasi dan
sosialisasi PKH di kelurahan/ desa/ nama lain;
b. melakukan kegiatan pendampingan PKH di kelurahan/
desa/nama lain;
c. memastikan pelaksanaan PKH sesuai dengan
rencana;
d. menyelesaikan permasalahan dalam pelaksanaan
PKH;
e. membangun jejaring dan kemitraan dengan berbagai
pihak dalam pelaksanaan PKH; dan
f. melaporkan pelaksanaan PKH kepada pelaksana PKH
daerah kabupaten/kota.

BAB V
MEKANISME PELAKSANAAN PKH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 32
Mekanisme pelaksanaan PKH dilaksanakan dengan tahapan:
a. perencanaan;
b. penetapan calon peserta PKH;
c. Validasi data calon penerima manfaat PKH;

189
d. penetapan Keluarga Penerima Manfaat PKH;
e. penyaluran Bantuan Sosial PKH;
f. pendampingan PKH;
g. Peningkatan Kemampuan Keluarga;
h. Verifikasi komitmen Keluarga Penerima Manfaat PKH;
i. Pemutakhiran Data Keluarga Penerima Manfaat PKH; dan
j. Transformasi Kepesertaan PKH.

Bagian Kedua
Perencanaan

Pasal 33
(1) Perencanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
huruf a dilakukan untuk menentukan lokasi dan jumlah
calon penerima manfaat PKH.
(2) Lokasi dan jumlah calon penerima manfaat PKH
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari data
terpadu program penanganan fakir miskin.
(3) Sumber data calon penerima manfaat PKH sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat dikecualikan bagi:
a. korban bencana alam;
b. korban bencana sosial; dan
c. komunitas adat terpencil.

Bagian Ketiga
Penetapan Calon Peserta PKH
Pasal 34
(1) Penetapan calon peserta PKH sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 huruf b dilakukan untuk menetapkan
wilayah kepesertaan dan jumlah calon penerima manfaat

190
PKH menurut daerah provinsi, daerah kabupaten /kota,
dan kecamatan.
(2) Data tingkat kemiskinan dan kesiapan pemerintah daerah
menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam penetapan
wilayah kepesertaan PKH.
(3)
Penetapan calon peserta PKH sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan oleh direktur yang menangani
pelaksanaan PKH.

Bagian Keempat
Validasi Data Calon Penerima Manfaat PKH
Pasal 35
(1) Validasi data calon penerima manfaat PKH sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 huruf c merupakan pencocokan
data awal calon penerima manfaat PKH dengan bukti dan
fakta kondisi terkini sesuai dengan kriteria komponen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 5.
(2)
Data awal calon penerima manfaat PKH sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berasal dari penetapan calon
peserta PKH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34.
(3) Bukti dan fakta kondisi terkini sebagaimana pada ayat (1)
dapat diperoleh melalui pengumpulan informasi dari calon
penerima manfaat PKH dan/ atau sumber lain yang dapat
dipercaya dengan didukung dokumen yang sah.
(4) Validasi data calon penerima manfaat PKH sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh pendamping
sosial.
(5)
Dalam hal pelaksanaan Validasi ditemukan data yang
tidak ada dalam data awal calon penerima manfaat PKH,

191
data tersebut tidak dapat menjadi calon Keluarga Penerima
Manfaat PKH.
(6) Data yang tidak ada dalam data awal calon penerima
manfaat PKH sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat
diusulkan oleh pemangku kepentingan tingkat daerah
kabupaten/kota kepada Kementerian Sosial dengan
menggunakan mekanisme yang akan ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial.

Bagian Kelima
Penetapan Keluarga Penerima Manfaat PKH
Pasal 36
(1) Penetapan Keluarga Penerima Manfaat PKH sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 huruf d berdasarkan hasil
Validasi data calon penerima manfaat PKH dan/atau hasil
verifikasi komitmen dan/ atau Pemutakhiran Data.
(2) Penetapan Keluarga Penerima Manfaat PKH sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) melalui keputusan direktur yang
menangani pelaksanaan PKH.

Bagian Keenam
Penyaluran Bantuan Sosial PKH
Paragraf 1
Umum
Pasal 37
(1) Penyaluran Bantuan Sosial PKH sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 huruf e dilakukan secara nontunai.

192
(2) Besar manfaat, jumlah penerima, dan lokasi Bantuan
Sosial PKH dari setiap penyaluran Bantuan Sosial PKH
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
direktur yang menangani pelaksanaan PKH.
(3) Pelaksanaan penyaluran Bantuan Sosial sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara bertahap dalam
1 (satu) tahun.

Pasal 38
Nilai Bantuan Sosial PKH ditetapkan oleh direktur yang
menangani pelaksanaan PKH mengenai indeks dan komponen
Bantuan Sosial PKH.

Pasal 39
(1) Kementerian Sosial melalui Bank Penyalur melakukan
penyaluran Bantua n Sosial PKH secara nontunai ke
rekening atas nama Keluarga Penerima Manfaat PKH.
(2) Rekening atas nama Keluarga Penerima Manfaat PKH
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diakses melalui
Kartu Keluarga Sejahtera.
(3) Penyaluran Bantuan Sosial secara nontunai sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan bagi:
a. penyandang disabilitas berat;
b. lanjut usia terlantar nonpotensial;
c. eks penderita penyakit kronis nonpotensial;
d. komunitas adat terpencil; dan/ atau
e. daerah yang belum memiliki infrastruktur untuk
mendukung penyaluran Bantuan Sosial PKH secara
nontunai.

193
Paragraf 2
Mekanisme
Pasal 40
Mekanisme penyaluran Bantuan Sosial PKH secara nontunai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) meliputi:
a. pembukaan rekening penerima Bantuan Sosial PKH;
b. sosialisasi dan edukasi;
c. distribusi Kartu Keluarga Sejahtera;
d. proses penyaluran Bantuan Sosial PKH;
e. penarikan dana Bantuan Sosial PKH;
f. rekonsiliasi hasil penyaluran Bantuan Sosial PKH; dan
g. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan penyaluran Bantuan
Sosial PKH.

Pasal 41
(1)
Pembukaan rekening penerima Bantuan Sosial PKH
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf a berdasarkan
surat keputusan direktur yang menangani pelaksanaan
PKH.
(2)
Pembukaan rekening penerima Bantuan Sosial PKH
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Bank Penyalur secara kolektif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai perbankan.

Pasal 42
Sosialiasi dan edukasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
40 huruf b dilaksanakan oleh Bank Penyalur Bantuan Sosial
PKH dan pelaksana PKH kepada penerima Bantuan Sosial
PKH.

194
Pasal 43
(1) Distribusi Kartu Keluarga Sejahtera kepada Keluarga
Penerima Manfaat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
40 huruf c dilakukan oleh Bank Penyalur dibantu oleh
pendamping sosial.
(2) Kartu Keluarga Sejahtera yang sudah diterima oleh
Keluarga Penerima Manfaat sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1) harus dilakukan aktivasi.
(3) Aktivasi Kartu Keluarga Sejahtera sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) untuk memastikan Kartu Keluarga Sejahtera
telah diterima oleh penerima manfaat PKH.
(4) Kartu Keluarga Sejahtera yang tidak terdistribusi harus
segera dilaporkan oleh Bank Penyalur kepada Kementerian
Sosial paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sejak
pembukaan rekening penerima manfaat PKH.
(5) Dalam pendistribusian Kartu Keluarga Sejahtera, buku
tabungan dan personal identification number, Bank
Penyalur dibantu oleh pendamping sosial mendistribusikan
secara kolektif dan/ atau secara individu.

Pasal 44
(1) Proses penyaluran Bantuan Sosial PKH sebagaimana
dimaksud dalam pasal 40 huruf d dilaksanakan oleh
Kementerian Sosial melalui Bank Penyalur ke rekening
atas nama penerima Bantuan Sosial PKH.
(2) Proses penyaluran Bantuan Sosial PKH sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Bank Penyalur
dan diberikan tanpa pengenaan biaya.

195
(3) Proses penyaluran Bantuan Sosial PKH sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan
memindahbukukan / pemindahbukuan dana dari rekening
Pemberi Bantuan Sosial PKH di Bank Penyalur kepada
rekening penerima Bantuan Sosial PKH.
(4) Pemindahbukuan dana dari rekening Pemberi Bantuan
Sosial PKH pada Bank Penyalur kepada rekening penerima
Bantuan Sosial PKH dilakukan paling lama 30 (tiga puluh)
hari kalender sejak dana ditransfer dari kas negara/kas
daerah ke rekening Pemberi Bantuan Sosial PKH di Bank
Penyalur.
(5) Penyaluran Bantuan Sosial PKH oleh Bank Penyalur
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan
ayat (4) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai perbankan.

Pasal 45
(1)
Penyaluran Bantuan Sosial PKH secara nontunai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 dapat diberikan
kepada Keluarga Penerima Manfaat dengan kondisi:
a. meninggal dunia sebelum melakukan aktivasi Kartu
Keluarga Sejahtera; dan
b. menjadi tenaga kerja Indonesia sebelum melakukan
aktivasi Kartu Keluarga Sejahtera.
(2) Penyaluran Bantuan Sosial PKH kepada Penerima Manfaat
yang meninggal dunia Keluarga sebelum melakukan aktivasi
Kartu Keluarga Sejahtera dan Keluarga Penerima Manfaat
yang menjadi tenaga kerja Indonesia sebelum melakukan
aktivasi Kartu Keluarga Sejahtera sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh Bank Penyalur kepada ahli
waris / wali Keluarga Penerima Manfaat.

196
(3) Keluarga Penerima Manfaat sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dalam mengajukan permohonan Bantuan Sosial
PKH dengan melengkapi persyaratan:
a. surat keterangan ahli waris dari kecamatan;
b. surat keterangan dari dinas sosial daerah kabupaten/
kota atau surat keterangan dari kecamatan yang
menyatakan ahli waris Keluarga Penerima Manfaat
yang berhak menerima dana Bantuan Sosial PKH; dan/
atau
c. surat keterangan dari dinas tenaga kerja daerah
kabupaten/ kota atau surat keterangan dari
kecamatan yang menyatakan bahwa Keluarga Penerima
Manfaat Bantuan Sosial PKH merupakan tenaga kerja
Indonesia.
(4) Setelah dilakukan penyaluran Bantuan Sosial PKH yang
pertama kali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
ayat (3), Bank Penyalur melakukan penutupan rekening
atas nama penerima manfaat PKH dan digantikan oleh
ahli waris atau wali dalam keluarga inti penerima manfaat
PKH.
(5) Penggantian penerima dimaksud pada ayat (3) dilakukan
sesuai dengan manfaat PKH sebagaimana prosedur
penetapan penerima manfaat PKH.

Pasal 46
Penarikan dana Bantuan Sosial PKH sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 40 huruf e dilakukan melalui Bank Penyalur
dan/ atau agen yang ditunjuk oleh Bank Penyalur.

197
Pasal 47
(1)
Rekonsiliasi hasil penyaluran Bantuan Sosial PKH
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 huruf f
dilaksanakan setiap tahap penyaluran dan/ atau sesuai
dengan kebutuhan.
(2)
Rekonsiliasi hasil penyaluran Bantuan Sosial PKH
dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat kabupaten/
kota sampai dengan tingkat pusat.
(3)
Rekonsiliasi hasil penyaluran Bantuan Sosial PKH
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
pelaksana PKH dan Bank Penyalur mulai dari tingkat
kabupaten/kota sampai dengan tingkat pusat.
(4) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan rekonsiliasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat
(3) diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan
dan Jaminan Sosial.

Pasal 48
(1) Pemantauan penyaluran Barituan Sosial PKH sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 40 huruf g dilaksanakan setiap
tahap penyaluran dan/ atau sesuai dengan kebutuhan.
(2) Evaluasi penyaluran Bantuan Sosial PKH sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 40 huruf g dilakukan untuk
mengukur keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
penyaluran Bantuan Sosial PKH.
(3) Pelaporan penyaluran Bantuan Sosial PKH sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 40 huruf g dilaksanakan secara
berkala oleh Bank Penyalur kepada Kementerian Sosial.

198
Bagian Ketujuh
Pendampingan PKH

Pasal 49
(1) Pendampingan PKH sebagaimana dimaksud dalam Pasal
32 huruf f terdiri atas kegiatan fasilitasi, rnediasi, dan
advokasi bagi Keluarga Penerima Manfaat PKH dalam
mengakses layanan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan
kesejahteraan sosial.
(2) Pendampingan PKH sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan memastikan anggota Keluarga Penerima Manfaat
PKH menerima hak dan memenuhi kewajiban sesuai
dengan ketentuan dan persyaratan penerima manfaat
PKH.
(3) Pendampingan PKH sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh pendamping sosial.
(4) Pendamping sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
bertugas:
a. memastikan Bantuan Sosial PKH diterima oleh
Keluarga Penerima Manfaat PKH tepat jumlah dan tepat
sasaran;
b. melaksanakan Pertemuan Peningkatan Kernampuan
Keluarga bersama Keluarga Penerima Manfaat PKH
paling sedikit 1 (satu) kali setiap bulan; dan
c. memfasilitasi Keluarga Penerima mendapatkan
Manfaat PKH program bantuan komplementer di
bidang kesehatan, pendidikan, subsidi energi, ekonomi,
perumahan, dan pemenuhan kebutuhan dasar lain.
(5)
Dalam hal pendampingan kepada lanjut usia dan
penyandang disabilitas berat penerima Bantuan Sosial

199
PKH, pendamping sosial memastikan Bantuan Sosial PKH
diterima tepat jumlah dan tepat sasaran.
(6) Dalam hal Pendampingan kepada lanjut usia sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) dilaksanakan oleh pendamping
sosial di direktorat yang menangani urusan rehabilitasi
sosial lanjut usia.
(7)
Pendampingan kepada penyandang disabilitas berat
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilaksanakan oleh
pendamping sosial di direktorat yang menangani urusan
rehabilitasi sosial penyandang disabiltas.

Bagian Kedelapan
Peningkatan Kemampuan Keluarga
Pasal 50
(1) Peningkatan Kemampuan Keluarga sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 huruf g dilaksanakan melalui Pertemuan
Peningkatan Kemampuan Keluarga.
(2)
Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga sebagai-
mana dimaksud pada ayat (1) merupakan proses belajar
secara terstruktur untuk mempercepat terjadi perubahan
perilaku dari Keluarga Penerima Manfaat PKH.
(3) Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh pendamping
sosial dengan Keluarga Penerima Manfaat PKH setiap 1
(satu) bulan sekali.

Bagian Kesembilan
Verifikasi Komitmen Keluarga Penerima Manfaat PKH

Pasal 51
(1) Verifikasi komitmen Keluarga Penerima Manfaat PKH
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf h merupakan

200
kegiatan untuk memastikan anggota Keluarga Penerima
Manfaat PKH terdaftar dan hadir pada fasilitas kesehatan,
fasilitas pendidikan, dan fasilitas kesejahteraan sosial.
(2) Pelaksanaan verifikasi komitmen Keluarga Penerima
Manfaat PKH sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan pada fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan,
dan fasilitas kesejahteraan sosial.

Bagian Kesepuluh
Pemutakhiran Data Keluarga Penerima Manfaat PKH

Pasal 52
(1)
Pemutakhiran Data Keluarga Penerima Manfaat
PKH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf 1
dilaksanakan setiap ada perubahan sebagian atau seluruh
data anggota Keluarga Penerima Manfaat PKH.
(2) Kegiatan Pemutakhiran Data sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh pendamping sosial dan administrator
pangkalan data.
(3)
Administrator pangkalan data sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dalam melakukan kegiatan Pemutakhiran
Data melalui sistem informasi manjemen PKH.

Bagian Kesebelas
Transformasi Kepesertaan PKH

Pasal 53
(1) Transformasi Kepesertaan PKH sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 huruf j merupakan proses pengakhiran
sebagai Keluarga Penerima Manfaat PKH.

201
(2) Transformasi Kepesertaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui kegiatan pemutakhiran sosial
ekonomi.

Pasal 54
(1)
Pemutakhiran sosial ekonomi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 53 ayat (2) merupakan pendataan ulang dan
evaluasi status kepesertaan dan sosial ekonomi Keluarga
Penerima Manfaat PKH.
(2) Pemutakhiran sosial ekonomi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan untuk menentukan Keluarga Penerima
Manfaat PKH berstatus transisi atau graduasi.
(3) Dalam melakukan kegiatan pemutakhiran sosial ekonomi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat
bekerja sama dengan lembaga lain.
(4) Pelaksanaan pemutakhiran sosial ekonomi sebagaimana
dimaksud pada ayat
(3) dapat dibantu oleh pendamping sosial dan administrator
pangkalan data di daerah.

Pasal 55
(1) Transisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (2)
merupakan kondisi Keluarga Penerima Manfaat PKH yang
masih memenuhi persyaratan, memiliki kriteria komponen,
dan status ekonomi miskin.
(2) Keluarga Penerima Manfaat PKH dengan status transisi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masih diberikan
penambahan waktu sebagai Keluarga Penerima Manfaat
PKH.
202
(3)
Keluarga Penerima Manfaat PKH pada masa transisi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki hak dan
kewajiban yang sama dengan Keluarga Penerima Manfaat
PKH.
(4)
Keluarga Penerima Manfaat PKH pada masa transisi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditingkatkan
kapasitasnya untuk dipersiapkan saat tidak menerima
Bantuan Sosial PKH dan dapat diberikan program terkait.
(5) Kementerian Sosial melalui direktorat yang menangani
PKH dapat bekerja sama dengan lembaga/institusi terkait
dalam melaksanakan program bagi Keluarga Penerima
Manfaat pada masa transisi.

Pasal 56
(1) Graduasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat
(2) terdiri atas graduasi alamiah dan graduasi hasil
pemutakhiran sosial ekonomi.
(2)
Graduasi alamiah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan berakhirnya masa kepesertaan Keluarga
Penerima Manfaat PKH akibat tidak terpenuhinya kriteria
kepesertaan.
(3) Graduasi hasil pemutakhiran sosial ekonomi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan berakhirnya masa
kepesertaan Keluarga Penerima Manfaat PKH berdasarkan
hasil pemutakhiran sosial ekonomi.
(4) Kementerian Sosial melalui direktorat pelaksana PKH dapat
bekerjasama dengan lembaga/ institusi terkait dalam
melaksanakan program bagi Keluarga Penerima Manfaat
pada masa graduasi.

203
BAB VI
PENDANAAN

Pasal 57
Sumber pendanaan PKH berasal dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
b. Anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi;
c. Anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota;
dan
d. Sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat.

BAB VII
PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Pasal 58
(1)
Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota serta pihak
terkait melakukan pemantauan pelaksanaan kebijakan
dan kegiatan PKH.
(2)
Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk mengetahui dan memastikan pelaksanaan
PKH sesuai dengan pedoman dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3)
Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
atau sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 59
(1) Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota serta pihak terkait
melakukan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan kegiatan
PKH.

204
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
PKH.
(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
pada setiap akhir tahun anggaran.

Pasal 60
(1) Menteri, gubernur, dan bupati/wali kota sesuai dengan
kewenangannya melakukan evaluasi pelaksanaan
kebijakan dan kegiatan program PKH yang dilakukan
secara berkala.
(2) Hasil evaluasi pelaksanaan kebijakan dan kegiatan program
PKH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk
perencanaan tahun berikutnya untuk perbaikan program.
(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

BAB VIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 61
(1)
Menteri bersama menteri/pimpinan lembaga terkait
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan PKH.
(2) Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan PKH sesuai dengan kewenangannya.

205
(3)
Bupati/wali kota melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan PKH sesuai dengan
kewenangannya.

Pasal 62

Masyarakat pelaksanaan dapat PKH melakukan pengawasan


sesuai dengan ketentuan terhadap peraturan perundang-
undangan.

Pasal 63
Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 61 dan Pasal 62 bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan terhadap Keluarga Penerima Manfaat PKH.

BAB IX
PELAPORAN

Pasal 64
(1)
Bupati/wali kota melalui kepala dinas sosial daerah
kabupaten/kota menyampaikan laporan pelaksanaan PKH
di daerah kabupaten/kota kepada gubernur.
(2) Gubernur melalui kepala dinas sosial daerah provinsi
menyampaikan laporan pelaksanaan PKH di daerah
provinsi kepada tim koordinasi nasional PKH.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
meliputi:
a. laporan pelaksanaan; dan
b. laporan pertanggungjawaban.

206
(4) Bentuk dan tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dan ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB X
PENGADUAN

Pasal 65
(1) Pengaduan pelaksanaan PKH dibentuk sebagai wujud
keterbukaan dan akuntabilitas program kepada
masyarakat.
(2) Pengaduan pelaksanaan PKH sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilakukan oleh individu, kelompok, lembaga,
atau organisasi masyarakat.
(3) Pengaduan pelaksanaan PKH sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan di tingkat pusat, daerah provinsi,
daerah kabupaten/kota, dan kecamatan.
(4) Pengaduan PKH sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat dilakukan melalui:
a. pusat informasi PKH;
b. aplikasi sistem pengaduan masyarakat;
c. dinas sosial daerah provinsi; dan/ atau
d. dinas sosial daerah kabupaten/kota.

Pasal 66
(1) Penyelesaian terhadap Pengaduan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 65 dilakukan secara berjenjang.
(2)
Penyelesaian terhadap penanganan Pengaduan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

207
(3) Penyelesaian terhadap Pengaduan sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1) dilakukan secara transparan, akuntabilitas,
dan terbuka.
(4) Waktu penyelesaian terhadap Pengaduan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan permasalahan yang
ada.
(5) Hasil terhadap Pengaduan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sampai dengan ayat (4) disampaikan kepada pihak
yang bersangkutan.

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 67
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Sosial Nomor 10 Tahun 2017 tentang Program
Keluarga Harapan (Serita Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 940), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 68
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


mengundangan Peraturan Menteri
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.

208
Pasal 68
Peraturan Menter n mula berlaku pada tanggal dundangkan.
Agar setap orang mengetahunya, memerntahkan mengundangan Peraturan Menter
n dengan penempatannya dalam Berta Negara Republk Indonesa.

Dtetapkan d Jakarta
pada tanggal 8 Januar 2018
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

KHOFIFAH INDAR PARAWANSA


Dundangkan d Jakarta
pada tanggal 29 Januar 2018
DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018 NOMOR 187

157

209
210

Anda mungkin juga menyukai