PENDAHULUAN
Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain didefinisikan sebagai nyeri dan
ketidaknyamanan, yang terlokalisasi di bawah sudut iga terakhir (costal margin) dan di atas
lipat bokong bawah (gluteal inferior fold), dengan atau tanpa nyeri pada tungkai, dan dapat
berupa nyeri local, nyeri radicular, maupun keduanya.1,2,3 Gejala yang dirasakan pada penderita
LBP bermacam–macam seperti nyeri rasa terbakar, nyeri tertusuk, hingga kelemahan pada
tungkai.4 Faktor penyebab LBP antara lain abnormalitas tulang belakang, pola gerakan yang
tidak sesuai saat beraktifitas, kelainan degeneratif (seperti osteoartritis), gangguan metabolik
Setiap tahun 14% - 45% orang dewasa dapat menderita LBP dan satu diantara 20 pasien
harus dirawat di rumah sakit.1 Berdasarkan riset Kementerian Kesehatan tahun 2018,
didapatkan bahwa prevalensi dari LBP di Indonesia sebesar 18%.6 Pada penelitian yang
dilakukan di RSUP Prof. Dr. R. D.Kandou Manado pada tahun 2016 ditemukan jumlah pasien
LBP sebanyak 1.683 orang dan sebanyak 2.409 pasien di tahun 2017. Pada tahun 2018, LBP
merupakan penyakit kedua terbanyak setelah hemiparesis dengan jumlah sebanyak 1.962
pasien.
melakukan pekerjaan dan aktivitas sosial (handicap).7 Sehingga diperlukan penanganan dari
segi rehabilitasi medik dengan tujuan agar penderita dapat kembali kepada kondisi semula atau
sekunder, mengusahakan sedapat mungkin penderita cepat kembali ke pekerjaan semula atau
TINJAUAN PUSTAKA
Tulang belakang terdiri dari 33 rangkaian tulang belakang (kolumna vertebralis) yang
saling berhubungan. Tulang belakang terbagi atas 5 kelompok, yaitu 24 ruas tulang yang
terpisah (7 vertebra servikalis, 12 vertebra torakalis, 5 vertebra lumbalis) dan 9 ruas sisanya
terbagi atas 5 vertebra sakralis yang menyatu jadi Os sacrum dan 4 ruas vertebra coccygeal
yang menyatu menjadi Os coccyges.9,10
a. Segmen anterior
Segmen anterior dibentuk oleh korpus vertebra yang dihubungkan oleh
diskus intervertebral dan diperkuat oleh ligament longitudinal posterior dan
anterior. Ligamen longitudinal posterior memiliki bentuk yang unik, dimana
ligament ini mengalami penyempitan pada L1, hingga menjadi separuh ukuran
awalnya pada daerah L5-S1, sehingga pada daerah ini terdapat daerah yang tidak
terlindungi oleh ligamen longitudinal posterior, yaitu bagian postero-lateral kanan
dan kiri. Hal ini menyebabkan paling sering timbul kelainan pada daerah L5-S1.9
b. Segmen posterior
Segmen posterior dibentuk oleh arkus, prosesus transversus dan prosesus
spinosus dan dihubungkan oleh sepasang artikulasi dan diperkuat oleh ligamen serta
otot. Ditinjau dari sudut kinetika tubuh (diluar kepala dan leher), maka akan tampak
bahwa gerakan yang paling banyak dilakukan tubuh ialah fleksi, kemudian ekstensi.
Dalam kenyataannya, gerakan fleksi-ekstensi merupakan tugas persendian daerah
lumbal dengan pusat sendi L5-S1. Hal ini dimungkinkan oleh bentuk dan letak
bidang sendi yang sagital. Lain halnya dengan bidang sendi daerah torakal yang
terletak frontal, bidang sendi ini hanya memungkinkan gerakan rotasi dan sedikit
latero-fleksi.9
c. Diskus Intervertebra
Diskus intervertebra dibentuk oleh anulus fibrosus yang merupakan anyaman
serat-serat fibroelastic. Tepi atas dan bawah diskus intervertebral melekat pada “end
plate” vertebra dan membentuk rongga antar vertebra. Rongga ini berisi nukleus
pulposus suatu bahan mukopolisakarida kental yang banyak mengandung air.
Diskus intervertebral berfungsi sebagai penyangga beban dan peredam kejut.
Menjelang usia dekade kedua, mulailah terjadi perubahan-perubahan, baik
menyangkut nukleus pulposus maupun anulus fibrosus. Pada beberapa tempat serat-
serat fibroelastik terputus, sebagian rusak dan sebagian diganti jaringan ikat. Proses
ini akan berlangsung secara kontinu hingga dalam anulus terbentuk rongga-rongga.9
Diskus intervertebralis berperan untuk menstabilkan dan mempertahankan
satu pola garis lurus vertebra dengan cara menjangkarkan antara satu diskus dengan
diskus yang lainnya. Selain itu, diskus intervertebralis juga berperan dalam
penyerapan energi, pendistribusian beban tubuh, dan menjaga fleksibilitas
vertebra.11
3. FAKTOR RESIKO
a. Usia
LBP dapat dialami oleh siapa saja, pada umur berapa saja tapi keluhan ini jarang
dijumpai pada kelompok umur 0-10 tahun. Hal ini mungkin berhubungan dengan
beberapa faktor etiologik tertentu yag lebih sering dijumpai pada umur yang lebih
tua. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada umur dekade kedua dan insiden
tertinggi dijumpai pada dekade kelima. Keluhan nyeri pinggang ini semakin lama
semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.15
b. Jenis Kelamin
Sampai umur 60 tahun, laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap
keluhan LBP. Namun keluhan ini lebih sering ditemukan pada wanita misalnya pada
saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat
menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen
sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.15
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Perhatikan cara berjalan, berdiri, duduk. Inspeksi daerah punggung, perhatikan
lurus tidaknya tulang belakang, lordosis, kifosis, gibus, deformitas, ada tidak jalur
spasme otot paravertebra.17
b. Palpasi
1. Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan
suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).
2. Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan
menekan pada ruangan intervertebralis.
3. Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (step-off)
pada palpasi di tempat/level yang terkena.
4. Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari
adanya fraktur pada vertebra.17
c. Pemeriksaan Motorik
Apakah ada kelumpuhan, atrofi, fasikulasi. Kalau ada kelumpuhan seg-men mana
yang terganggu (bandingkan kedua sisi).18
d. Refleks
Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan Patella, respon
dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui lokasi terjadinya lesi pada
saraf spinal.18
e. Tes-tes Provokasi
Tes Laseque
Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan sendi lutut tetap lurus. Saraf
ischiadiscus akan tertarik. Bila nyeri punggung dikarenakan iritasi pada saraf ini
maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat
sampai ujung kaki.19
Tes Sicard
Sama seperti tes laseque namun ditambah dorsofleksi dari ibu jari kaki. Bila
nyeri punggung dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada
sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.19
Femoral Nerve Stretch Test (FNST)
Tes ini bertujuan untuk menilai iritasi pada saraf femoralis (dibentuk oleh radiks
L2, L3 dan L4) dengan cara pasien berbaring miring pada sisi yang tidak sakit dengan
sendi paha dan sendi lutut yang sakit sedikit fleksi, pinggang dan punggung lurus
dan kepala difleksikan. Secara perlahan-lahan fleksi lutut ditambah dan sendi paha
diekstensikan. Test positif bila terasa nyeri yang menjalar sepanjang permukaan
paha bagian anterior.20
Gambar
7. Femoral
Nerve
Tes Valsava
Tes ini mengakibatkan naiknya tekanan intratekal sehingga muncul nyeri radikuler.
Pasien diminta mengejan dan menahan napas kemudian dinilai apakah ada nyeri
atau tidak.20
diberikan adalah tirah baring dengan tungkai semi-fleksi, biasanya dilakukan selama 3-4 hari.
Penderita juga dapat diberikan kompres es, kemudian kompres hangat atau dengan infra
merah.23
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama : Ny. ST
Pekerjaan : IRT
B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
Nyeri punggung bawah sejak kurang lebih 6 bulan lalu.
5. Riwayat Kebiasaan
Pasien merupakan seorang IRT yang membuka usaha katering, pasien sering
membungkuk untuk memasak dan dalam aktivitasnya sehari-hari sebagai ibu rumah
tangga. Riwayat kebiasaan merokok dan meminum minuman alkohol disangkal.
7. Riwayat Psikologis
Penderita terlihat sedih pada saat datang ke poliklinik.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Feel : Nyeri tekan paravertebral L4-S1 (+), hangat (-), spasme otot (+) L4 –
S1
3. Status Neurologi
4. Indeks Barthel
5. Tes Provokasi
D. RESUME
2. Okupasi Terapi
Evaluasi :
Nyeri punggung bawah (VAS = 3)
Spasme muskulus lumbosakral
Gangguan AKS seperti nyeri punggung bawah saat duduk terlalu lama, berjalan
jauh atau membungkuk.
Program :
Latihan AKS yang sesuai dengan proper back mechanism
3. Ortotik Prostetik
Evaluasi :
Nyeri punggung bawah (VAS = 3)
Gangguan AKS seperti nyeri punggung bawah saat duduk terlalu lama, berjalan
jauh atau membungkuk.
Program : pasien tidak memerlukan ortotik prostetik
4. Psikologi
Evaluasi :
Penderita merasa sedih dengan penyakitnya
Program :
Support mental pada penderita dan keluarga
Edukasi agar penderita latihan secara rutin dan teratur
5. Sosial Medik
Evaluasi :
Rumah permanen 1 lantai
Toilet jongkok
Biaya sehari-hari cukup
Kebiasaan membungkuk
Biaya pengobatan ditanggung BPJS
Program :
Memberikan edukasi mengenai penyakit pasien kepada pasien dan keluarga.
Memberikan motivasi kepada penderita agar terus melanjutkan program
rehabilitasi medis.
Modifikasi toilet duduk.
H. EDUKASI
Waktu beraktivitas :
Dianjurkan penderita jangan mengangkat barang dan beraktivitas yang terlalu berat.
Waktu berdiri :
Bila berdiri dalam waktu lama, selingilah dengan periode baring terlentang sebentar
Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk, tetapi jongkoklah pada lutut
Waktu berjalan :
Berjalanlah dengan posisi tegak, rileks dan jangan tergesa-gesa
Hindari jalan melalui tanjakkan, sebaiknya menggunakan mobil
Kurangi aktivitas berjalan terlalu jauh dan lama sebaiknya menggunakan kendaraan
Waktu duduk :
Busa kursi jangan terlalu lunak
Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk, lutut sejajar dengan paha
Bila duduk, punggung sebanyak mungkin kontak dengan punggung kursi
Waktu tidur :
Sebaiknya menggunakan alas yang tipis tetapi tidak terlalu lembek atau keras
Gunakanlah bantal kepala yang tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah
untuk menjaga kelengkungan tulang leher dan tulang punggung tetap
dalam keadaan normal
Saat akan bangun tidur, posisi tubuh menyamping dan angkat tubuh anda dengan
tangan, lutut ditekuk disamping tempat tidur sehingga kaki menyentuh lantai,
bangunlah dengan menggunakan kekuatan kaki.
I. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
DAFTAR PUSTAKA
MCKENZIE EXERCISE