Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain didefinisikan sebagai nyeri dan

ketidaknyamanan, yang terlokalisasi di bawah sudut iga terakhir (costal margin) dan di atas

lipat bokong bawah (gluteal inferior fold), dengan atau tanpa nyeri pada tungkai, dan dapat

berupa nyeri local, nyeri radicular, maupun keduanya.1,2,3 Gejala yang dirasakan pada penderita

LBP bermacam–macam seperti nyeri rasa terbakar, nyeri tertusuk, hingga kelemahan pada

tungkai.4 Faktor penyebab LBP antara lain abnormalitas tulang belakang, pola gerakan yang

tidak sesuai saat beraktifitas, kelainan degeneratif (seperti osteoartritis), gangguan metabolik

tulang (seperti osteoporosis), keganasan dan faktor psikologis serta kelemahan.5

Setiap tahun 14% - 45% orang dewasa dapat menderita LBP dan satu diantara 20 pasien

harus dirawat di rumah sakit.1 Berdasarkan riset Kementerian Kesehatan tahun 2018,

didapatkan bahwa prevalensi dari LBP di Indonesia sebesar 18%.6 Pada penelitian yang

dilakukan di RSUP Prof. Dr. R. D.Kandou Manado pada tahun 2016 ditemukan jumlah pasien

LBP sebanyak 1.683 orang dan sebanyak 2.409 pasien di tahun 2017. Pada tahun 2018, LBP

merupakan penyakit kedua terbanyak setelah hemiparesis dengan jumlah sebanyak 1.962

pasien.

LBP menyebabkan nyeri pada tulang belakang (impairment) yang menyebabkan

keterbatasan dalam melakukan aktifitas sehari-hari (disabilitas), dan keterbatasan dalam

melakukan pekerjaan dan aktivitas sosial (handicap).7 Sehingga diperlukan penanganan dari

segi rehabilitasi medik dengan tujuan agar penderita dapat kembali kepada kondisi semula atau

mendekati keadaan sebelum sakit, menghindari semaksimal mungkin timbulnya cacat

sekunder, mengusahakan sedapat mungkin penderita cepat kembali ke pekerjaan semula atau

pekerjaan baru, serta psikologi penderita menjadi lebih baik.8


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Tulang belakang terdiri dari 33 rangkaian tulang belakang (kolumna vertebralis) yang
saling berhubungan. Tulang belakang terbagi atas 5 kelompok, yaitu 24 ruas tulang yang
terpisah (7 vertebra servikalis, 12 vertebra torakalis, 5 vertebra lumbalis) dan 9 ruas sisanya
terbagi atas 5 vertebra sakralis yang menyatu jadi Os sacrum dan 4 ruas vertebra coccygeal
yang menyatu menjadi Os coccyges.9,10

Gambar 1. Anatomi vertebra.10


Kolumna vertebralis ini terbentuk oleh unit-unit fungsional yang terdiri dari :

a. Segmen anterior
Segmen anterior dibentuk oleh korpus vertebra yang dihubungkan oleh
diskus intervertebral dan diperkuat oleh ligament longitudinal posterior dan
anterior. Ligamen longitudinal posterior memiliki bentuk yang unik, dimana
ligament ini mengalami penyempitan pada L1, hingga menjadi separuh ukuran
awalnya pada daerah L5-S1, sehingga pada daerah ini terdapat daerah yang tidak
terlindungi oleh ligamen longitudinal posterior, yaitu bagian postero-lateral kanan
dan kiri. Hal ini menyebabkan paling sering timbul kelainan pada daerah L5-S1.9
b. Segmen posterior
Segmen posterior dibentuk oleh arkus, prosesus transversus dan prosesus
spinosus dan dihubungkan oleh sepasang artikulasi dan diperkuat oleh ligamen serta
otot. Ditinjau dari sudut kinetika tubuh (diluar kepala dan leher), maka akan tampak
bahwa gerakan yang paling banyak dilakukan tubuh ialah fleksi, kemudian ekstensi.
Dalam kenyataannya, gerakan fleksi-ekstensi merupakan tugas persendian daerah
lumbal dengan pusat sendi L5-S1. Hal ini dimungkinkan oleh bentuk dan letak
bidang sendi yang sagital. Lain halnya dengan bidang sendi daerah torakal yang
terletak frontal, bidang sendi ini hanya memungkinkan gerakan rotasi dan sedikit
latero-fleksi.9

Gambar 2. Segmen Anterior Dan Posterior Columna Vertebralis.

c. Diskus Intervertebra
Diskus intervertebra dibentuk oleh anulus fibrosus yang merupakan anyaman
serat-serat fibroelastic. Tepi atas dan bawah diskus intervertebral melekat pada “end
plate” vertebra dan membentuk rongga antar vertebra. Rongga ini berisi nukleus
pulposus suatu bahan mukopolisakarida kental yang banyak mengandung air.
Diskus intervertebral berfungsi sebagai penyangga beban dan peredam kejut.
Menjelang usia dekade kedua, mulailah terjadi perubahan-perubahan, baik
menyangkut nukleus pulposus maupun anulus fibrosus. Pada beberapa tempat serat-
serat fibroelastik terputus, sebagian rusak dan sebagian diganti jaringan ikat. Proses
ini akan berlangsung secara kontinu hingga dalam anulus terbentuk rongga-rongga.9
Diskus intervertebralis berperan untuk menstabilkan dan mempertahankan
satu pola garis lurus vertebra dengan cara menjangkarkan antara satu diskus dengan
diskus yang lainnya. Selain itu, diskus intervertebralis juga berperan dalam
penyerapan energi, pendistribusian beban tubuh, dan menjaga fleksibilitas
vertebra.11

Gambar 3. Diskus intervertebral12

B. LOW BACK PAIN


1. DEFINISI
Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain merupskan nyeri yang dirasakan di
punggung bagian bawah, yang terlokalisasi di bawah sudut iga terakhir (costal margin) dan
di atas lipat bokong bawah (gluteal inferior fold), dengan atau tanpa penjalaran nyeri pada
tungkai, yang dapat bersifat nyeri local, nyeri radikuler, atau gabungan keduanya. LBP
dapat disebabkan oleh kondisi degeneratif misalnya penyakit artritis, osteoporosis atau
penyakit tulang lainnya, infeksi virus, iritasi pada sendi dan cakram sendi, atau kelainan
bawaan pada tulang belakang, ataupun karena disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang
baik.2,3,4
2. ETIOLOGI
Dalam klinik, LBP dibagi menjadi 4 kelompok.13,14
a. LBP oleh faktor mekanik :
1. LBP oleh mekanik akut: Timbul saat tubuh melakukan gerakan yang melampaui
batas kemampuan sendi dan otot ( Range Of Motion ) atau melakukan sesuatu untuk
jangka waktu yang lama.
2. LBP oleh mekanik kronik (menahun) : Sering disebabkan oleh kebiasaan postur
tubuh yang buruk seperti membungkuk ke depan, kepala menunduk, perut
membuncit dan dada kempes mendatar. Postur tubuh seperti ini akan melakukan
kompensasi agar keseimbangan tubuh terjaga dengan cara mendorong titik berat
badan (TBB) ke arah depan. Pergesaran TBB ke depan juga dapat terlihat pada
wanita yang sering memakai sepatu bertumit tinggi.
b. LBP oleh faktor organik
Proses patologik primer berada di tulang vertebra, diskus intervetebra atau dalam
kanalis spinalis.
1. LBP osteogenik, terdiri atas :
 Radang : misalnya osteomielitis dan spondilitis tuberkulosa
 Trauma : Gerakan bagian punggung yang kurang baik dapat menyebabkan
kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan
terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan nyeri. Hal ini sering terjadi
pada orang-orang yang mendadak melakukan aktivitas dengan beban berat.
Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu
tertentu. Namun pada kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan medis
agar tidak mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut.
 Keganasan : misalnya tumor medula spinalis
 Kongenital : misalnya skoliosis lumbal
2. LBP diskogenik: Dalam hal ini proses primer terletak pada diskus intervertebra.
Bentuk yang sering dijumpai ialah :
 Spondilosis, proses degenerasi progresif diskus intervertebra. Keadaan ini
menimbulkan nyeri yang berasal dari dua macam sumber :
 Osteoartristis
 Radikulitis, radiks terjebak dalam perjalannya melewati foramen invertebra
yang menyempit. Sebenarnya nyeri tidak bersumber pada tekanan radiks
secara langsung, melainkan dari tekanan sarung durameter yang
mengakibatkan iskemi dan inflamasi. Itulah sebabnya mengapa provokasi
peninggian tekanan intratekal dapat menambah keluhan nyeri.
 Spondilosis lumbalis adalah proses degenerasi diskus intervertebralis yang
terjadi pada region lumbal. Region lumbal terletak pada bagian bawah dari
susunan tulang belakang yang terdiri dari 5 vertebral body yang mobile, 4 diskus
intervertebralis, 1 diskus pada thoracolumbar junction dan lumbosacral
junction. Region ini berbentuk lordosis, oleh karena posisinya yang paling
banyak menahan beban mekanik. Akibat dari bentuk dan strukturnya tersebut,
secara biomekanik, region ini merupakan region yang paling mudah serta cepat
mengalami degenerasi. Perubahan degeneratif pada lumbal dapat bersifat
asimtomatik (tanpa gejala) dan simtomatik (muncul gejala/keluhan).
 Hernia Nukleus Pulposus (HNP), yaitu keluar-nya nukleus pulposus dari
diskus intervertebra melalui robekan annulus fibrosus keluar ke arah
belakang/dorsal menekan medulla spinalis atau mengarah ke dorsolateral
menekan saraf spinalis sehingga menimbulkan gangguan. Hernia nukleus
pulposus (HNP) paling sering terjadi pada pria dewasa, dengan insiden puncak
pada dekade ke-4 dan ke-5. Kelainan ini lebih banyak terjadi pada individu
dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan mengangkat.
 Spondilitis ankilosa: Biasanya dimulai dari sendi sakroiliaka, lalu menjalar ke
atas daerah leher. Gejala permulaan bersifat ringan, sering hanya berupa kaku.
Keluhan terutama dirasakan pada waktu pagi bangun tidur, membaik setelah
melakukan pergerakan.
3. LBP neurogenik: Neoplasma, Arakhnoiditis, Stenosis kanal
c. Nyeri Psikogenik
Biasanya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan depresi atau
campuran keduanya. Walaupun jarang ditemukan, tetapi sering memberikan kesulitan
secara klinis.
d. Referred Pain.

3. FAKTOR RESIKO
a. Usia
LBP dapat dialami oleh siapa saja, pada umur berapa saja tapi keluhan ini jarang
dijumpai pada kelompok umur 0-10 tahun. Hal ini mungkin berhubungan dengan
beberapa faktor etiologik tertentu yag lebih sering dijumpai pada umur yang lebih
tua. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada umur dekade kedua dan insiden
tertinggi dijumpai pada dekade kelima. Keluhan nyeri pinggang ini semakin lama
semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.15
b. Jenis Kelamin
Sampai umur 60 tahun, laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap
keluhan LBP. Namun keluhan ini lebih sering ditemukan pada wanita misalnya pada
saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat
menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen
sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.15

c. Indeks Massa Tubuh (IMT)


Resiko terjadinya LBP meningkat pada orrang dengan IMT diatas normal, karena
beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat
memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai lengan beban
anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat beban tubuh.15
d. Aktivitas atau olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering tidak
disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan.
Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi
yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang, misalnya, pada pekerja kantoran
yang terbiasa duduk dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau
seorang mahasiswa yang seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu
menulis. Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk
ke muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak menopang spinal.
Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian
tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri langsung
membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah, seharusnya beban
tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu.15
e. Pekerjaan
LBP juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat beban berat, sehingga
riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam menentukan penyebab serta
penanggulangan keluhan ini. Mengangkat beban berat lebih dari 25 kg sehari akan
memperbesar resiko timbulnya keluhan nyeri pinggang.15
f. Faktor resiko lain
Kondisi kesehatan yang buruk, masalah psikologik dan psikososial, artritis
degeneratif, merokok, skoliosis mayor (kurvatura>80o), obesitas, tinggi badan yang
berlebihan, hal yang berhubungan pekerjaan seperti duduk dan mengemudi dalam
waktu lama, duduk atau berdiri berjam-jam (posisi tubuh kerja yang statik), getaran,
mengangkat, membawa beban, menarik beban, membungkuk, memutar, dan
kehamilan.15
4. GAMBARAN KLINIK
Pada tahap yang lebih ringan, nyeri biasanya hanya di sekitar daerah pinggang dan tidak
menjalar, biasa juga dibedakan dengan nyeri akibat kekakuan atau hanya pegal pada otot
pinggang. Pada tahap yang lain, nyeri dirasakan dari daerah pinggang dan dapat menjalar
ke arah leher ataupun ke arah bokong, paha belakang tumit dan telapak kaki. Jika nyeri
menjalar ke arah daerah leher, dapat dipikirkan adanya spondilitis ankilosa, terlebih jika
nyeri terutama dirasakan pada waktu bangun pagi dan menghilang saat melakukan
pergerakan. Jika nyeri menjalar ke arah bokong, paha belakang tumit hingga telapak kaki,
maka dapat dipikirkan adanya gejala yang khas pada penderita hernia nukleus pulposus.13
5. DIAGNOSIS
Pendekatan diagnostik dimulai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
1.
Anamnesis
 Onset ? tiba-tiba (akut) atau bertahap (gradual)?
 Lokasi? Penjalaran?
 Durasi ?
 Karakteristik ? bersifat tumpul? Tajam? Terbakar?
 Apakah nyeri diawali oleh suatu kegiatan fisik tertentu? Apa pekerjaan sehari-
hari? Adakah suatu trauma?
 Faktor yang memperberat (aggravating factors)? Apakah berpengaruh dengan
aktivitas? Posisi ?
 Faktor yang meperingan (relieving factors)?
 Pengobatan sebelumnya? Bagaimana respon terhadap terapi?
 Keparahan nyeri ? VAS?16

2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Perhatikan cara berjalan, berdiri, duduk. Inspeksi daerah punggung, perhatikan
lurus tidaknya tulang belakang, lordosis, kifosis, gibus, deformitas, ada tidak jalur
spasme otot paravertebra.17
b. Palpasi
1. Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan
suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).
2. Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan
menekan pada ruangan intervertebralis.
3. Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (step-off)
pada palpasi di tempat/level yang terkena.
4. Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari
adanya fraktur pada vertebra.17
c. Pemeriksaan Motorik
Apakah ada kelumpuhan, atrofi, fasikulasi. Kalau ada kelumpuhan seg-men mana
yang terganggu (bandingkan kedua sisi).18
d. Refleks
Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan Patella, respon
dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui lokasi terjadinya lesi pada
saraf spinal.18
e. Tes-tes Provokasi
Tes Laseque
Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan sendi lutut tetap lurus. Saraf
ischiadiscus akan tertarik. Bila nyeri punggung dikarenakan iritasi pada saraf ini
maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat
sampai ujung kaki.19

Gambar 3. Test Laseque.


Tes Patrick
Pada tes ini pasien berbaring, tumit dari salah satu kaki diletakkan pada sendi
lutut tungkai yang lain. Setelah ini dilakukan penekanan pada sendi lutut hingga
terjadi rotasi keluar. Bila timbul rasa nyeri, maka hal ini berarti ada suatu sebab
yang non neurologik misalnya coxitis. Tes ini dilakukan pada kedua kaki.19
Gambar 4. Tes Patrick.

Tes Kontra Patrick


Tes kontra patrick dilakukan saat pasien tidur terlentang, sama halnya dengan
melakukan tes patrick akan tetapi kaki dirotasi kedalam (internal). Tangan
pemeriksa memegang pergelangan kaki dan bagian lateral dari lutut. Setelah itu
lakukan penekanan pada sendi lutut ke rotasi dalam. Apabila nyeri timbul (+)
menunjukkan sumber nyeri di sacroiliaka.19

Gambar 5. Tes Kontra Patrick.


Tes Bragard
Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama seperti tes laseque
dengan ditambah dorso fleksi kaki. Bila nyeri punggung dikarenakan iritasi pada
saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari
pantat sampai ujung kaki.19
Gambar 6. Tes Bragard.

Tes Sicard
Sama seperti tes laseque namun ditambah dorsofleksi dari ibu jari kaki. Bila
nyeri punggung dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada
sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.19
Femoral Nerve Stretch Test (FNST)
Tes ini bertujuan untuk menilai iritasi pada saraf femoralis (dibentuk oleh radiks
L2, L3 dan L4) dengan cara pasien berbaring miring pada sisi yang tidak sakit dengan
sendi paha dan sendi lutut yang sakit sedikit fleksi, pinggang dan punggung lurus
dan kepala difleksikan. Secara perlahan-lahan fleksi lutut ditambah dan sendi paha
diekstensikan. Test positif bila terasa nyeri yang menjalar sepanjang permukaan
paha bagian anterior.20

Gambar

7. Femoral

Nerve

Stretch Test (FNST).

Tes Valsava
Tes ini mengakibatkan naiknya tekanan intratekal sehingga muncul nyeri radikuler.
Pasien diminta mengejan dan menahan napas kemudian dinilai apakah ada nyeri
atau tidak.20

Gambar 8. Tes Valsava.


f. Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi.
Hip
 ROM fleksi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer di
trochanter mayor, kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan fleksi.21
 ROM ekstensi : memposisikan klien tidur tengkurap, meletakkan goniometer di
trochanter mayor, kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan
ekstensi.21
 ROM abduksi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer di
Spina Iliaca Anterior Superior (SIAS), kemudian meminta pasien untuk
melakukan gerakan abduksi.21
 ROM adduksi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer di
Spina Iliaca Anterior Superior (SIAS), kemudian meminta pasien untuk
melakukan gerakan adduksi.21
 ROM internal rotasi dengan knee 900 : memposisikan klien tidur terlentang,
memfleksikan sendi hip dan knee 900 , meletakkan goniometer di permukaan
anterior patella, kemudian menggerakkan tungkai klien internal rotasi.21
 ROM eksternal rotasi dengan knee 900 : memposisikan klien tidur terlentang,
memfleksikan sendi hip dan knee 900 , meletakkan goniometer di permukaan
anterior patella, kemudian menggerakkan tungkai klien eksternal rotasi.21
 ROM internal rotasi dengan knee ekstensi : memposisikan klien tidur
terlentang, meletakkan goniometer di calcaneus, kemudian menggerakkan
tungkai klien internal rotasi.21
 ROM eksternal rotasi dengan knee ekstensi : memposisikan klien tidur
terlentang, meletakkan goniometer di calcaneus, kemudian menggerakkan
tungkai klien eksternal rotasi.21
Lumbar Spine
 Fleksi : memposisikan klien berdiri tegak posisi anatomis, tangan menggantung,
bahu rileks. Meletakkan goniometer pada SIAS lalu arahkan klien untuk
membungkuk maksimal (fleksi vertebra). Ukur lingkup gerak sendi fleksi
trunk.21
 Ekstensi: memposisikan klien berdiri tegak posisi anatomis, tangan
menggantung, bahu rileks. Meletakkan goniometer pada sias lalu arahkan klien
untuk ekstensi vertebra maksimal. Ukur ekstensi trunk.21
 Lateral Fleksi: memposisikan klien berdiri tegak posisi anatomis, tangan
menggantung, bahu rileks. Letakkan goniometer pada aksis processus spinosus
S1. Ukur lingkup gerak sendi lateral fleksi cervical dengan orientasi moving
arm pada processus spinosus C7.21
 Rotasi: memposisikan klien berdiri tegak posisi anatomis, tangan menggantung,
bahu rileks. Letakkan goniometri di axis pada bagian atas tengah/pusat dari
kepala. Ukur lingkup gerak sendi pada rotasi trunk dengan orientasi moving arm
pada hidung. 21
3. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa macam metode diagnostik yang dapat dipakai untuk memastikan
penyebab LBP:9,16
a. Foto polos tulang belakang khususnya daerah lumbosakral yang bermanfaat untuk
diagnostik faktor mekanik, osteogenik, dan sebagian diskogenik.
b. Pemeriksaan elektromiografi, merupakan diagnosis pasti untuk membuktikan
adanya keterlibatan radiks pada kasus-kasus tertentu.
c. Pemeriksaan mieolografi (untuk indikasi tertentu).
4. Diagnosis Banding

Kelainan Red Flags


Kanker atau infeksi - Usia <20 tahun atau >50 tahun
- Riwayat kanker
- Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
- Terapi imunosupresan
- Infeksi saluran kemih, IV drug abuse, demam,
menggigil
- Nyeri punggung tidak membaik dengan istirahat
Fraktur vertebra - Riwayat trauma bermakna
- Penggunaan steroid jangka panjang
- Usia >70 tahun
Sindrom kauda - Retensi urin akut atau inkontinensia overflow
ekuina atau deficit - Inkontinensia alvi atau atonia sfingter ani
neurologic berat - Saddle anesthesia
- Paraparesis progresif atau paraplegia22
6. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologis
Langkah pertama adalah pemberian obat-obatan, untuk mengurangi nyeri tanpa
menghiraukan penyebab dasar LBP. Obat yang diberikan berupa golongan analgetik
dimana golongan ini terdiri dari analgetik antipiretik dan analgetik narkotik. Yang
umum digunakan analgetik antipiretik yang bekerja menghambat sintesa dan pelepasan
endogenous pain substance sehingga mencegah sensitisasi reseptor nyeri. Disamping
itu dikenal pula obat yang mempunyai potensi anti-inflamasi disamping analgetik
misalnya pirasolon dan derivat-derivat asam organik lainya dikenal sebagai non
steroidal anti-inflamatory drugs (NSAID). Selain itu juga dapat digunakan tranquilizer
minor yang bekerja sentral menurunkan respon terhadap rangsangan nyeri, mengurangi
kegelisahan dan untuk relaksasi otot.23
2. Program Rehabilitasi Medik
Pada prinsipnya penanganan LBP tergantung pada problem yang dialami oleh
penderita, seperti nyeri tulang belakang, keterbatasan LGS, keterbatasan aktivitas
kehidupan sehari-hari (AKS) maupun pekerjaan.23
Program rehabilitasi medik yang diberikan pada LBP oleh faktor mekanik kronik
biasanya berupa latihan-latihan yang ditujukan untuk menghilangkan hiperlordosis,
dimana pada keadaan ini hiperlordosis yang mendasari patofisiologi terjadinya nyeri.23
 Teknik latihan :
i. Pasien berbaring terlentang, sendi panggul dan lutut dalam keadaan fleksi.
Dengan kekuatan otot perut, tekan pinggang hingga menempel dasar.
Kemudian angkat pinggul keatas sementara posisi pinggang tetap
dipertahankan melekat pada dasar. Hal ini dimungkinkan oleh kontraksi otot
gluteus maksimus.
ii. Pasien berbaring terlentang, sendi panggul dan lutut dalam keadaan fleksi.
Dengan kedua belah tangan di dada, angkatlah kepala dan bahu hingga dagu
menempel di dada.
iii. Pasien berbaring terlentang, sendi panggul dan lutut dalam keadaan fleksi.
Tarik salah satu lutut ke arah perut sambil mengangkat kepala dan bahu
seolah-olah hendak mencium lutut. Lakukan bergantian dengan tungkai
satunya.
iv. Sama seperti latihan sebelumnya tetapi dilakukan pada dua lutut sekaligus.
v. Berdiri membelakangi dinding dengan jarak kurang lebih 15 cm dari
dinding. Tekan pinggang kearah dinding hingga tidak lagi ada celah antara
pinggang dan dinding.23
 Tujuan pemberian latihan, yaitu :
i. Mengurangi hiperlordosis/memperbaiki postur tubuh.
ii. Membiasakan diri untuk melakukan gerakan-gerakan yang sesuai dengan
biomekanik tulang punggung.23
 Prinsip pemberian latihan, yaitu :
i. Latihan penguatan dinding perut otot gluteus maksimus
ii. Latihan peregangan otot yang memendek, terutama otot punggung dan
hamstring.23
Sedangkan pada kasus LBP oleh faktor mekanik akut, program rehabilitasi medik yang

diberikan adalah tirah baring dengan tungkai semi-fleksi, biasanya dilakukan selama 3-4 hari.

Penderita juga dapat diberikan kompres es, kemudian kompres hangat atau dengan infra

merah.23

BAB III

LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS

Nama : Ny. ST

Tanggal lahir/ Umur : 29 September 1977/ 41 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Pusian Dusun I

Agama : Kristen Protestan

Pekerjaan : IRT

No. Telepon : 085299xxxxxx

Tanggal pemeriksaan : 27 Agustus 2019

B. ANAMNESIS

1. Keluhan utama
Nyeri punggung bawah sejak kurang lebih 6 bulan lalu.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Nyeri punggung bawah sejak kurang lebih 6 bulan lalu memberat kurang lebih
1 bulan terakhir. Nyeri tidak menjalar. Nyeri dirasakan terutama saat duduk lama, jalan
jauh kurang lebih 50m, angkat barang berat, posisi jongkok (+) dengan durasi nyeri 3-
5 menit. Nyeri berkurang saat istirahat. Pasien membuka usaha katering, posisi
memasak selalu membungkuk dan juga mengerjakan pekerjaan rumah.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien memiliki riwayat trauma 6 bulan yang lalu dimana pasien jatuh terpeleset
dengan posisi terduduk.
Hipertensi (-)
Diabetes Melitus (-)

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga pasien yang menderita keluhan yang sama.

5. Riwayat Kebiasaan
Pasien merupakan seorang IRT yang membuka usaha katering, pasien sering
membungkuk untuk memasak dan dalam aktivitasnya sehari-hari sebagai ibu rumah
tangga. Riwayat kebiasaan merokok dan meminum minuman alkohol disangkal.

6. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang bekerja membuka usaha
katering. Pasien tinggal bersama suami, 3 orang anak dan 1 keponakan. Pasien tinggal
di rumah permanen 1 lantai dengan 3 kamar tidur dan 1 kamar mandi, dinding beton,
lantai beton dan atap seng, sumber air minum kemasan, sumber penerangan PLN, serta
menggunakan toilet jongkok. Saat ini pasien melakukan pemeriksaan dan pengobatan
dengan menggunakan BPJS.

7. Riwayat Psikologis
Penderita terlihat sedih pada saat datang ke poliklinik.

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis

Keadaan umum : Karnofsky Performance Scale = 95 (Dapat melakukan aktivitas


normal namun terdapat gejala/keluhan penyakit ringan)
Index Barthel = 100 (mandiri)
Kesadaran : Compos mentis
Glasgow Coma Scale (GCS) : Eye4Motoric6Verbal5
Tanda Vital : Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,3 0C
SpO2 : 99%
Tinggi Badan : 156 cm
Berat Badan : 60 kg
Body Mass Index : 24,6 Kg/m2 (Overweight)
VAS (Visual Analogue Scale) : 3
X

No Pain Severe Pain

Kepala : Normosefali, deformitas (-), rambut hitam, persebaran merata,


tidak mudah dicabut
Mata : Mata terlihat cekung, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
pupil bulat isokor 3mm/3mm, refleks cahaya langsung +/+,
reflex cahaya tidak langsung +/+
Telinga : Deformitas (-), sekret (-), membran timpani intak
Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-), konka edema (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), lipatan nasolabial (+), deviasi lidah (-)
Leher : Trakea letak di tengah, pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thorax : Bentuk simetris, tidak ada retraksi
Cor : Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas-batas jantung normal
Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal, reguler, bising (-)
Pulmo : Inspeksi : pergerakan simetris
Palpasi : stem fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor kanan sama dengan kiri
Auskultasi : suara pernapasan vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing
(-/-)
Abdomen : Inspeksi : cembung
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

2. Status Lokalis Regio Lumbosacral

Look : Edema (-), Deformitas (-), Hiperemis (-)

Feel : Nyeri tekan paravertebral L4-S1 (+), hangat (-), spasme otot (+) L4 –
S1

Movement : Range of Movement (ROM) normal

3. Status Neurologi

Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior


Status
Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra

Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif

Kekuatan otot 5/5/5/5 5/5/5/5 5/5/5/5 5/5/5/5

Tonus otot Normal Normal Normal Normal

Refleks fisiologis ++/++ ++/++ ++/++ ++/++

Refleks patologis (-) (-) (-) (-)

Sensibilitas Normal Normal Normal Normal

4. Indeks Barthel

Aktifitas Tingkat Kemandirian Nilai


Kontinensia, tanpa memakai alat bantu 10
A
Kadang mengompol 5 10
Bladder
Inkontinensia urin 0
Kontinensia, mampu menggunakan enema atau
10
B supositoria secara mandiri
10
Bowel Dibantu 5
Inkontinensia alvi 0
Mandiri (buka/pakai baju, mampu bersihkan dubur
C tanpa mengotori pakaian). Mampu berpegangan pada
10 10
Toilet struktur pegangan di dinding, memakai pispot,
meletakkannya di kursi, dan membersihkannya
Dibantu 5
D Tanpa dibantu cuci muka, menyisir, berhias, gosok
5
Kebersihan gigi, termasuk persiapan alat2 tersebut 5
Diri Dibantu 0
Tanpa dibantu mampu membuka/mengenakan baju,
E 10
resleting, ikat tali sepatu, brace, korset 10
Berpakaian
Dibantu 5
Dapat makan sendiri di meja, menggunakan peralatan
10
makan
F
Mungkin memerlukan bantuan misalnya saat 10
Makan 5
memotong atau mengoles mentega
Tidak mampu 0
Dapat berpindah dari kursi roda ke tempat duduk /
15
sebaliknya termasuk duduk dan berbaring
G Bantuan minor secara fisik atau verbal pada langkah-
10
Transfer / langkah di atas 15
berpindah Bantuan mayor secara fisik (1/2 orang terlatih), tetapi
5
dapat duduk tanpa dibantu
Tidak dapat berpindah (sitting balance) 0
Berjalan 16 m (50 yard) tanpa bantuan atau supervisi;
mampu menggunakan brace, prosthesis, crutches, 15
tongkat, atau walkerette kecuali rolling walker
Dibantu, namun mampu berjalan 16 m dengan sedikit
H 10
bantuan 15
Mobilitas
Jika pasien menggunakan kursi roda : pasien dapat
mengayuh kursi rodanya sejauh 16 m, berputar, 5
berbelok, berkeliling, berputar
Tidak mampu 0
I Dapat naik/turun tangga tanpa dibantu, menggunakan
10
Naik / tongkat, pegangan tangan bila diperlukan
10
turun Perlu pengawasan 5
tangga Dibantu 0
J Dapat mandi, menggunakan pancuran ataupun 5 5
Mandi berendam tanpa bantuan
Dibantu 0
Total 100 100
Nilai Interpretasi :
0-20 : Ketergantungan total
25-40 : Ketergantungan berat
45-55 : Ketergantungan sedang
60-95 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri

5. Tes Provokasi

TES Dekstra Sinistra


SLR >700 >700
Lasegue - -
Patrick - -
Kontra Patrick - -
Gaenslen Test - -
Bragard - -
Sicard - -
Femoral Nerve Stretch Test - -
Ober Test - -
Valsava Test -

6. Lingkup Gerak Sendi

LGS Trunkus Hasil Pemeriksaan Normal


Fleksi 0º - 80º 0º - 80º
Ekstensi 0º - 45º 0º - 45º

Lateral Banding D /S 0º - 45º 0º - 45º

Rotasi D/S 0º - 60º 0º - 60º


Hasil Pemeriksaan
LGS Hip Normal
D S
Fleksi-Ekstensi 120º - 0º - 30º 120º - 0º- 30º 120º - 0º - 30º
Abduksi-Adduksi 40º - 0º - 35º 40º - 0º - 35º 40º - 0º - 35º

Rotasi Internal-Eksternal 45º - 0º - 45º 45º - 0º - 45º 45º - 0º - 45º

D. RESUME

Seorang pasien perempuan berusia 41 tahun datang ke poliklinik rehabilitasi medik


dengan keluhan nyeri punggung bagian bawah di alami pasien sejak kurang lebih 6 bulan
yang lalu dan dirasakan memberat sejak 1 bulan terakhir. Nyeri dirasakan saat beraktivitas
seperti duduk lama, berjalan jauh dan mengangkat berat. Nyeri berkurang saat istirahat.
Nyeri yang dirasakan tidak menjalar. Nyeri tidak bertambah bila pasien batuk ataupun
mengedan. Pasien tidak mengeluhkan adanya kelemahan di tungkai bawah. Pasien
memiliki riwayat trauma 6 bulan yang lalu dimana pasien jatuh terpeleset dengan posisi
duduk. Riwayat demam, batuk-batuk lama, dan penurunan berat badan disangkal. BAB dan
BAK normal. Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga, pasien mengaku sering
membungkuk dalam aktivitasnya sehari-hari.
Pemeriksaan fisik status generalis didapatkan Indeks Barthel = 100 (dapat melakukan
aktivitas normal tanpa ada batasan), TD: 110/70, N: 84x/menit, R:20 x/menit, S: 36,3oC,
VAS 3. Pada pemeriksaan status lokalis regio lumbal didapatkan spasme otot lumbosakral
(+). Pemeriksaan status neurologis normal, tes provokasi negatif, lingkup gerak sendi
trunkus dan hip normal.
E. DIAGNOSIS
1. Diagnosis Klinis : Low Back Pain
2. Diagnosis Etiologi : Mekanik kronik
3. Diagnosis Topis : Otot lumbosacral paravertebra
4. Diagnosis Fungsional :
a. Body Function : Nyeri daerah punggung bawah, spasme otot
b. Body Structure : Struktur dari trunk
c. Activity : Gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) seperti duduk terlalu
lama, berjalan jauh dan membungkuk.
d. Participation : Kesulitan dalam melakukan pekerjaannya
e. Environment: Keluarga dekat
f. Personal factors : Perempuan 41 tahun, seorang ibu rumah tangga yang dalam
aktivitasnya sehari-hari banyak membungkuk.

F. PROBLEM REHABILITASI MEDIK


1. Nyeri punggung bawah (VAS = 3)
2. Spasme muskulus lumbosakral
3. Gangguan AKS seperti nyeri punggung bawah saat duduk terlalu lama, berjalan jauh
atau membungkuk.
G. PROGRAM REHABILITASI MEDIK
1. Fisioterapi
Evaluasi :
 Nyeri punggung bawah (VAS = 3)
 Spasme muskulus lumbosakral
 Gangguan AKS seperti nyeri punggung bawah saat duduk terlalu lama, berjalan
jauh atau membungkuk.
Program :
 Microwave Diathermy (MWD) regio Lumbosacral
 Pelvic tilt

2. Okupasi Terapi
Evaluasi :
 Nyeri punggung bawah (VAS = 3)
 Spasme muskulus lumbosakral
 Gangguan AKS seperti nyeri punggung bawah saat duduk terlalu lama, berjalan
jauh atau membungkuk.
Program :
 Latihan AKS yang sesuai dengan proper back mechanism

3. Ortotik Prostetik
Evaluasi :
 Nyeri punggung bawah (VAS = 3)
 Gangguan AKS seperti nyeri punggung bawah saat duduk terlalu lama, berjalan
jauh atau membungkuk.
Program : pasien tidak memerlukan ortotik prostetik

4. Psikologi
Evaluasi :
 Penderita merasa sedih dengan penyakitnya
Program :
 Support mental pada penderita dan keluarga
 Edukasi agar penderita latihan secara rutin dan teratur
5. Sosial Medik
Evaluasi :
 Rumah permanen 1 lantai
 Toilet jongkok
 Biaya sehari-hari cukup
 Kebiasaan membungkuk
 Biaya pengobatan ditanggung BPJS
Program :
 Memberikan edukasi mengenai penyakit pasien kepada pasien dan keluarga.
 Memberikan motivasi kepada penderita agar terus melanjutkan program
rehabilitasi medis.
 Modifikasi toilet duduk.

H. EDUKASI
Waktu beraktivitas :
 Dianjurkan penderita jangan mengangkat barang dan beraktivitas yang terlalu berat.
Waktu berdiri :
 Bila berdiri dalam waktu lama, selingilah dengan periode baring terlentang sebentar
 Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk, tetapi jongkoklah pada lutut
Waktu berjalan :
 Berjalanlah dengan posisi tegak, rileks dan jangan tergesa-gesa
 Hindari jalan melalui tanjakkan, sebaiknya menggunakan mobil
 Kurangi aktivitas berjalan terlalu jauh dan lama sebaiknya menggunakan kendaraan
Waktu duduk :
 Busa kursi jangan terlalu lunak
 Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk, lutut sejajar dengan paha
 Bila duduk, punggung sebanyak mungkin kontak dengan punggung kursi
Waktu tidur :
 Sebaiknya menggunakan alas yang tipis tetapi tidak terlalu lembek atau keras
 Gunakanlah bantal kepala yang tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah
untuk menjaga kelengkungan tulang leher dan tulang punggung tetap
dalam keadaan normal
 Saat akan bangun tidur, posisi tubuh menyamping dan angkat tubuh anda dengan
tangan, lutut ditekuk disamping tempat tidur sehingga kaki menyentuh lantai,
bangunlah dengan menggunakan kekuatan kaki.

I. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
DAFTAR PUSTAKA

1. Mahadewa B. Diagnosis & Tatalaksana Kegawat Daruratan Tulang


Belakang. Edisi ke-1. Jakarta: CV Sagung Seto; 2009.h.156-88
2. Burton AK, Eriksen HR, Leclerc A, Balaque F, Henrotin Y, Muller G, et al. European
Guidelines For Prevention In Low Back Pain. 2004
3. Docking RE, Fleming J, Brayne C, et al. Epidemiology of back pain in older adults:
prevalence and risk factors for back pain onset. Rheumatology. 2011.
4. Sarwili I. Hubungan beban kerja perawat terhadap angka kejadian LBP (Low Back
Pain). [Journal] 2015 ;5:25-33.
5. Chandra I. Perbandingan terapi kombinasi infrared dan pilates dengan kombinasi
infrared dan back school pada penyembuhan nyeri punggung bawah mekanik kronis.
[Tesis] Manado: FK Unsrat; 2013.h.15-33
6. Kementerian Kesehatan. http://www.yankes.kemkes.go.id/read-low-back-pain-lbp-
5012.html (accessed May 13, 2019).
7. Kalangi P, Angliadi E, Gessal J. Perbandingan Kecepatan Berjalan pada Pasien Nyeri
Punggung Bawah Mekanik Subakut dan Kronik Menggunakan Timed Up And Go Test.
Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Manado: FKUNSRAT. 2015; (3):143-9.
8. Sari NP, Mogi TI, Angliadi E. Hubungan Lama Duduk Dengan Kejadian Low Back
Pain Pada Operator Komputer Perusahaan Travel Di Manado. eCl. 2015;3:687-94.
9. Paulsen F. & J. Waschke. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Anatomi Umum dan
Muskuloskeletal. Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC.2013
10. RL Drake, W Vogle, MW Adam. Gray’s Basic Anatomy. The Back. Canada: Elsevier;
2012.h.32
11. Kapandji. 2010. The Physiology of The muscle. sixth edition. Churchil Living Stone.
New York, hal. 76-80.
12. RL Drake, W Vogle, MW Adam. Gray’s Basic Anatomy. The Back. Canada: Elsevier;
2012.h.37
13. Angliadi L.S, Sengkey L, Gessal J, Mogi Th. I. Low Back Pain. Ilmu Kedokteran Fisik
dan Rehabilitasi. Manado: FKUNSRAT. 2006:79-90.
14. The Thoracolumbar Spine. Diakses tanggal 14 Mei 2019. Diunduh dari:
https://musculoskeletalkey.com/the-thoracolumbar-spine/
15. Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri punggung bawah. Dalam: Nyeri Neuropatik,
patofisioloogi dan penatalaksanaan. Editor: Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS,
Sadeli HA. Perdossi, 2001, 145-167.
16. Peng, B., et al. 2005. The Pathogenesis of Discogenic Low Back Pain. Vol 87: 62-67.
Journal of Bone and Joint Surgery.
17. Anonim. Physical therapy management of hip OA. Diakses tanggal 14 Mei 2019.
Diunduh dari: http://morphopedics.wikidot.com/physical-therapy-management-of-hip-
oa.
18. Bahar A, Wuysang D. Pemeriksaan Neurologi Lainnya. Departement Neurologi Unhas.
2015: 23.
19. Anonim. Test bragard. Diakses tanggal 14 Mei 2019. Diunduh dari :
http://dottoraus.com/2009/07/test-di-bragard.html
20. Anonim. The valsava manuver. Diakses tanggal 14 Mei 2019. Dinduh dari:
http://fervorate.tumblr.com/post/408007205.
21. Pengukuran ROM Ekstremitas Superior. Diakses pada Diakses tanggal 14 Mei 2019
Diunduh dari:
http://med.unhas.ac.id/fisioterapi/wpcontent/uploads/2016/12/PENGUKURAN-
ROM.pdf
22. Red Flags-Low Back Pain. Diakses tanggal 14 Mei 2019. Diunduh
dari :https://www.aci.health.nsw.gov.au/__data/assets/pdf_file/0003/212889/Red_Flag
s.pdf
23. Advanced Assesment Of Lower Extremity Injuries. Diakses tanggal 14 Mei 2019.
Diunduh dari: https://www.slideshare.net/JLS10/kin191-ach10-lumbar-thoracic-
evaluation

LAMPIRAN : GAMBAR PROPER BACK MECHANISM


Gambar 10. Posisi tidur dan cara bangun tidur.17

Gambar 11. Posisi duduk dan cara mengambil barang.17

Gambar 12. Posisi memakai kaos kaki dan menggosok gigi.17

Gambar 13. Posisi duduk membaca dan bekerja.17


Gambar 14. Posisi naik dan turun mobil.17

Gambar 15. Posisi mengambil barang dilaci.17

Gambar 16. Posisi memakai computer.17

MCKENZIE EXERCISE

Anda mungkin juga menyukai