Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
Denisse Christian Lampus
0801116315
Pembimbing
dr. Rudy Lengkong, Sp.OG (K)
1
2
3
BAB I
PENDAHULUAN
Kista ovarium merupakan salah satu masalah ginekologi yang umum dijumpai
pada wanita di segala usia dari usia produktif hingga usia post menopause.1 Kista
ovarium adalah kantong yang berisi cairan atau semi-cairan yang berkembang di
ovarium. 2
Sebagian besar kista ovarium terbentuk karena perubahan kadar hormon yang
terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium.3
Kista ovarium dibedakan berdasarkan dua kategori yaitu kista ovarium fisiologis
dan kista ovarium patologis. Kista ovarium fisiologis merupakan jenis kista ovarium
yang paling banyak ditemukan dan disebut juga dengan kista fungsional yang berasal
dari sel telur dan korpus luteum, terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi normal.
Kista fungsional terdiri dari kista folikular dan kista luteal. Keduanya tidak
mengganggu, tidak menimbulkan gejala dan dapat menghilang sendiri dalam waktu 6-
ovarium, dibagi menjadi jinak, ganas atau ditengahnya (borderline). Kista patologis
4
jinak lebih sering ditemukan pada wanita usia muda sedangkan kista patologis yang
ganas lebih sering diderita oleh wanita usia tua. Kista ovarium patologis bisa terjadi
relatif cepat, dan asimtomatik. Kista yang bersifat neoplastik terdiri dari kistoma ovarii
(10%).1,3,4
Kista ovarium dapat dialami oleh wanita di semua usia namun kejadiannya lebih
sonogram kista ovarium juga ditemukan pada hampir semua wanita premenopause dan
lebih dari 18% wanita post menopause. Sebagian besar kista yang diemukan adalah
kista ovarium tertinggi ditemukan di Negara maju dengan rata-rata 10/100.000 kasus.
Insidensi di Amerika Serikat realtif lebih tinggi dibandingkan Asia dan Afrika
Angka kejadian kista ovarium di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 23.400
orang dan 13.900 orang meninggal. Angka kematian yang tinggi disebabkan karena
penyakit ini awalnya bersifat asimtomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila
sudah ada kecenderungan kearah keganasan atau ketika sudah ditemukan metastasis.
Sekitar 60-70% pasien datang memeriksakan diri ketika sudah berada pada stadium
lanjut.7,8
Perjalanan penyakit yang silent killer atau secara diam diam menyebabkan
banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserang kista ovarim dan
5
hanya mengetahui ketika kista sudah membesar dan dapat teraba dari luar. Sebagian
besar kista tidak menimbulkan gejala yang nyata, namun sebagian lagi menimbulkan
masalah seperti rasa sakit dan pendarahan. Bahkan kista ovarium yang malignant tidak
menimbulkan gejala pada stadium awal, sehingga sering ditemukan dalam stadium
yang lanjut.9
tumbuh lebih besar. Tindakan operasi pada kista ovarium neoplastik yang tidak ganas
ialah pengangkatan kista dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung kista. Tapi, jika kistanya besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan
ooforektomi). Pada saat operasi kedua ovarium harus diperiksa untuk mengetahui
Berikut ini akan dilaporkan kasus kista ovarium pada seorang wanita usia 19
tahun yang dirawat di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou
Manado.
6
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
- Nama : Ny. KD
- Usia : 19 tahun
- Pekerjaan : Pelajar
- Agama : Islam
- Pendidikan : SMP
B. ANAMNESIS
Anamnesis:
7
- Nyeri perut bagian bawah berulang sejak 3 bulan lalu
- Keputihan (-)
- Belum menikah
- Riwayat Haid:
Menarche : 14 tahun
Dismenore : (+)
- Riwayat Pengobatan :-
- Riwayat KB :-
disangkal
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Pasien
8
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 78 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Kepala : Normocephali
Berat badan : 49 kg
9
Perkusi : Tymphani
3. Status Ginekologi
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Gambaran hipoechoic ukuran 23.30 x 10.77cm berasal dari adnexa, septa (+),
papil (-)
Hematologi
Hematokrit : 36,2 %
Trombosit : 293.000/uL
MCH : 27,6 pg
MCV : 84,8 fL
Kimia Klinik
10
SGOT : 18 U/L
SGPT : 10 U/L
GDS : 91 mg/dL
Hemostasis
Tumor Marker
Ca 125 : 45 U/mL
3. MRI (28/06/2019)
Tampak massa kistik besar, batas tegas, tepi regular, dinding tipis,
multicolated, tanpa signal vold, tanpa komponen solid, ukuran 17,9 cm x 9,4
organ-organ sekitarnya.
11
4. EKG
E. RESUME MASUK
tahun yang lalu. Pasien juga mengeluh adanya nyeri pada perut bagian bawah
sejak kurang lebih 3 bulan SMRS. Pada pemeriksaan fisik dalam batas normal
12
F. DIAGNOSA KERJA
G. SIKAP
4. Persetujuan operasi
H. FOLLOWUP PRE-OPERASI
13
A P0A0 19 P0A0 19 P0A0 19
P R/ R/ R/
25/06/2019 25/06/2019
I. LAPORAN OPERASI
S: 36,7⁰C
multilokuker
14
- Jam operasi dimulai : 12.15 WITA
- Perdarahan : 100 cc
- Diuresis : 200 cc
S: 36,90C
Uraian Pembedahan:
dengan doek steril kecuali lapang pandang operasi. Dilakukan insisi linea
mediana inferior. Insisi diperdalam lapis demi lapis hingga fascia. Fascia
diinsisi kecil dijepit dengan 2 klem, diperlebar ke atas dan kebawah secara
kanan setelah dipastikan tidak ada jaringan usus dibawahnya.. Tampak massa
ovarium dextra. Uterus normal, tuba dan ovarium kiri normal, diputuskan
15
dilakukan salpingo-ovorektomi dextra. Pangkal tuba mesosalphing,
dengan klem, digunting, dan dijahit, kontrol perdarahan (-). Dinding abdomen
ditutup lapis demi lapis. Peritoneum dijahit dengan plain catgut, fascia dijahit
jelujur dengan safil 1, lemak dijahit simpul dengan plain catgut, kulit dijahit
16
Gambar 1. Kista setelah diangkat
J. FOLLOWUP POST-OPERASI
CM CM CM
(-),Perdarhan (-)
17
kistadenoma kistadenoma kistadenoma
500 mg
18
Hematokrit : 37,4 %
MCH : 28,6 pg
MCV : 87,3 fL
Edukasi pulang : Segera kembali bila demam, jahitan terbuka, luka basah
bernanah, dan pendarahan. Edukasi merawat luka dan personal hygine. Kontrol
19
BAB III
PEMBAHASAN
A. Diagnosis
Berdasarkan teori, sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau
hanya sedikit nyeri yang tidak mengganggu secara signifikan. Tetapi ada juga kista
yang berkembang menjadi besar dan menimbulkan nyeri yang tajam. Cara untuk
memastikan penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena tidak ada gejala
khas yang membedakan dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul,
memperhatikan setiap gejala atau perubahan pada tubuh untuk mengetahui gejala yang
serius.11
Gejala-gejala berikut yang dapat muncul pada kista ovarium seperti, perut terasa
penuh, berat, kembung, tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil),
haid tidak teratur, nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar
kepanggul bawah dan paha, nyeri saat bersenggama, mual serta perasaan ingin
muntah.12 Pada kasus pasien mengeluhkan adanya perasaan perut terasa membesar
sejak 1 tahun terakhir. Pasien juga mengeluhkan nyeri perut bagian bawah sejak 1 bulan
20
terakhir. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa salah satu gejala
pada kista ovarium adalah sering nyeri bagian bawah perut dan panggul.13 Banyak
tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium yang
kecil. Adanya tumor bisa menyebabkan pembenjolan pada perut, rasa sakit atau tidak
nyaman pada perut bagian bawah. Rasa sakit tersebut akan bertambah jika kista
Pada pemeriksaan fisik abdomen ditemukan masa ukuran 10x8 cm, di bawah
umbilicus, keras, mobile, dan tidak ada nyeri tekan. Sesuai kepustakaan, kista yang
Pemeriksaan penting lain yang harus dilakukan pada pasien dengan kecurigaan
kista ovarium adalah dengan pemeriksaan ginekologi berupa inspekulo dan vaginal
biasanya sangat sulit untuk menemukan kista melalui pemeriksaan fisik saja. Maka
1. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan letak dan batas tumor kistik atau
solid, cairan dalam rongga perut yang bebas dan tidak. USG adalah alat diagnostik
imaging yang utama untuk kista ovarium. Kista simpleks bentuknya unilokular,
dindingnya tipis, satu cavitas yang didalamnya tidak terdapat internal echo. Biasanya
21
jenis kista seperti ini tidak ganas, dan merupakan kista fungsioal, kista luteal atau
lumen. Kista seperti ini biasanya maligna atau mungkin juga kista neoplasma benigna.
USG sulit membedakan kista ovarium dengan hidrosalfing, paraovarian dan kista tuba.
USG transvaginal dapat memberikan pemeriksaan morfologi yang jelas dari struktur
pelvis. Pemeriksaana ini tidak memerlukan kandung kemih yang penuh. USG
transabdominal lebih baik dari endovaginal untuk mengevaluasi massa yang besar dan
organ intrabdomen lain, seperti ginjal, hati dan ascites. Pemeriksaan ini memerlukan
Pada kasus ini hasil pemeriksaan USG ditemukan gambaran hipoechoic ukuran
23.30 x 10.77 cm, septa (+), papil (-) dengan kesan kista ovarium multilokuler.
spesifik. Selain itu informasi yang didapatkan untuk menunjang kista ovarium dengan
CT-Scan juga sangat sedikit dan biasanya tidak dapat menentukan terapi. Pemeriksaan
CT-Scan sangat baik digunakan pada kista ovarium yang sudah ruptur karena dapat
penyebab perdarahan akut intra-abdominal dengan ruptur kista. Pemeriksaan ini juga
3. Laboratorium
Tidak ada tes laboratorium diagnostik spesifik untuk kista ovarium. Tumor
22
marker spesifik pada keganasan ovarium adalah CA 125. Cancer antigen 125 (CA 125)
adalah protein yang dihasilkan oleh membran sel ovarium normal dan karsinoma
ovarium. Level serum kurang dari 35 U/ml adalah kadar CA 125 ditemukan meningkat
pada 85% pasien dengan karsinoma epitel ovarium. Terkadang CA 125 ditemukan
meningkat pada kasus jinak dan pada 6% pasien sehat. 9 pada pasien ini dilakukan
apakah wanita tersebut hamil atau tidak. Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan
diperkirakan melalui LED. Parameter lain seperti leukosit, HB, HT juga dapat
4. Laparoskopi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui asal tumor dari ovarium atau
tidak, dan menentukan sifat- sifat tumor. Dilakukan dengan cara perut diisi dengan gas
dan sedikit insisi yang dibuat untuk memasukan laparoskop. Melalui laparoskopi dapat
diidentifikasi dan diambil sedikit contoh kista untuk pemeriksaan PA. 14 Pada pasien
23
Merupakan pemeriksaan untuk memastikan tingkat keganasan dari tumor
ovarium. Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan patologi anatomi terhadap jaringan
Selain manifestasi klinis, pada kasus juga ditemukan beberapa faktor risiko
yang berhubungan dengan terjadinya kista ovarium. Faktor risiko berkembangnya kista
ovarium berupa faktor usia, menarche dini, riwayat kista sebelumnya, riwayat keluarga
dengan kista ovarium. Faktor usia memiliki peran yang sangat signifikan dalam
Pada kasus ini pasien berusia 19 tahun. Hal ini berhubungan dengan faktor
risiko usia dimana perempuan dengan usia di bawah 40 tahun memiliki risiko terkena
kista jinak yang dapat hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan. Sedangkan
perempuan yang telah mengalami menopause, dengan usia diatas 40 tahun, memiliki
Angka kejadian kista sering terjadi pada wanita berusia produktif. Namun tetap
ada juga 18% wanita post menopause yang terkena kista ovarium. Hal ini dapat terjadi
karena kerja dari korpus luteum tidak berhenti bahkan setelah menopause. Bahkan
dapat dikatakan bahwa kasus kista ovarium yang terjadi pada kelompok wanita post
menopause perlu mendapat perhatian lebih karena kista fungsional sudah tidak dapat
hormonal risiko terjadinya keganasan ovarium bisa lebih kecil. Karena kanker ovarium
24
terjadi apabila ovarium aktif mengalami pertumbuhan folikel. Tetapi dengan
Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan apabila ditemukan tanda dan gejala
kista ovarium pada anamnesa, hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
C. Penatalaksanaan
Tindakan konservatif adalah observasi dan manajemen gejala, jika kista tidak
menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau) selama 1-2 bulan, karena kista
fungsional akan menghilang dengan sendirinya setelah satu atau dua siklus haid.
Pemastian suatu kista itu bersifat jinak atau ganas dapat dilakukan jika telah
melalui operasi.12
Penatalaksanaan kista pada kasus ini adalah tindakan operatif. Indikasi tindakan
bedah yaitu kista yang tidak menghilang dalam beberapa kali siklus menstruasi atau
kista yang memiliki ukuran yang besar, kista yang ditemukan pada wanita yang
menopause, atau kista yang menimbulkan rasa nyeri luar biasa dan sampai timbul
perdarahan. Pada pasien ini tindakan operatif juga dipertimbangkan atas dasar
25
keberadaan kista ini sudah mengganggu pasien yakni adanya rasa tidak nyaman pada
darah lengkap, fungsi hemostasis, fungsi ginjal, fungsi hati, gula darah, EKG dan foto
toraks. Maksud pemeriksaan ini untuk mengetahui penyakit penyerta dan untuk
mengantisipasi adanya penyulit disaat tindakan anestesi saat operasi dan pasca operasi.
anatomi.
anti perdarahan untuk mencegah timbulnya komplikasi pasca operasi. Selain itu pasien
juga diberikan suplementasi Sulfas Ferosus karena HB penderita sedikti menurun, yaitu
penderita cukup pulih. Setelah dirawat selama 3 hari pasca operasi tidak ditemukan
adanya komplikasi dan luka operasi baik maka penderita sudah dapat rawat jalan dan
dianjurkan untuk kontrol kembali ke poliklinik ginekologi RSUP Prof. R.D. Kandou
Manado.
Kista ovarium yang tidak ditangani dapat membahayakan penderita dan yang
ditakutkan pada kista ovarium selain derajat keganasan yaitu dapat terjadi ruptur (kista
syok. Selain itu kista yang ada juga dapat terjadi torsi kista dimana pembuluh darah
26
menjadi tersumbat, menimbulkan rasa nyeri tajam dan menyebabkan terjadinya infark
jaringan.9 Pada pasien ini tidak ditemukan adanya tanda-tanda torsi maupun ruptur kista
ovarium.
E. Prognosis
Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak dapat tumbuh di jaringan sisa
stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering
ditemukan sudah dalam stadium akhir. 3 Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata
41.6%. Tumor sel granuloma memiliki angka bertahan hidup 82% sedangkan
karsinoma sel skuamosa yang berasal dari kista dermoid memiliki prognosis yang
buruk.15
Prognosis pre-operasi pada kasus ini adalah dubia dimana waktu pemeriksaan
ditemukan adanya masa ukuran 10x8 cm, keras, mobile, dan tidak ada nyeri tekan. Dari
hasil pemeriksaan USG ditemukan gambaran hipoechoic ukuran 23.30 x 10.77 cm,
septa (+), papil (-) dengan kesan kista ovarium multilokuler.. Operasi yang dilakukan
ad bonam melihat dari keadaan umum dan tanda – tanda vital post operasi baik.
BAB IV
PENUTUP
27
A. Kesimpulan
Telah dilaporkan kasus perempuan P0A0 19 tahun dengan kista ovarium datang
tidak ada gangguan hemostasis demikian juga selama masa post-operasi. Tindakan ini
dipilih berdasarkan gejala, ukuran dan lokasi tumor, umur penderita, serta terapi yang
B. Saran
Pasien ini dianjurkan untuk kontrol teratur agar luka operasi terawat dan tidak
terjadi infeksi atau komplikasi lainnya. Pasien juga dianjurkan untuk tidak melakukan
aktivitas fisik berat terlebih dahulu. Pasien dianjurkan untuk tetap kontrol teratur atau
rawat jalan di Poli Ginekologi RSUP Prof. Kandou setelah pulang dari rumah sakit.
Bila luka operasi terbuka atau berdarah, terjadi nyeri perut yang hebat dan perdarahan
dari jalan lahir maka pasien disarankan untuk datang ke IGD rumah sakit terdekat.
DAFTAR PUSTAKA
28
1. Abduljabbar HS, Bukhari YA, Hachim EGAL, Ashour GS, Amer AA, Shaikoon MM,
et al. Review of 244 cases of ovarian cysts. Saudi Med J. 2015;36:834-838.
2. Grabosch SM. Ovarian Cysts. Medscape. Published on jan 2017. Cited on 21 Januari
2019. Available from : https://emedicine.medscape.com/article/255865-overview
3. Adriaansz G, Tumor Jinak Organ Genitalia. Dalam Anwar M, Baziad A, Prabowo RP.
Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga. Cetakan Pertama. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirodihardjo : Jakarta. 2011.
4. Joedosapoetro MS. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital. Ilmu Kandungan Edisi Kedua.
Jakarta: PT Bina Pustaka. 2009:38-41
5. World Health Organization. Ovarian cysts. 2015. Cited on : 21 Januari 2019.
Available from :
http://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/170250/9789240694439_eng.pdf.jses
sionid=89289F5D99C8737FE6CFBB2A9A5CD?sequence=1
6. Manuaba, IAC., I Bagus, dan IB Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
KB untuk Pendidikan Bidan. Edisi kedua. Jakarta: EGC
7. Kemenkes. Profil Kesehatan. Kementrian kesehatan republik Indonesia. Jakarta.2015.
Cited on : 22 Januari 2019. Available from :
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf
8. Adriani P. Hubungan paritas dan usia ibu dengan kista ovarium di RSUD dr. R.
Goetong Tarunadibrata Purbalingga. JPK. 2018;9:57-66.
9. Prawirohardjo Sarwono. Tumor Jinak Organ Genital. Ilmu Kandungan. Edisi ke-3,
cetakan kedua. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2014; 284-5.
10. Achadiat CM. Prosedur tetap obstetri dan ginekologi. Jakarta: EGC. 2004:94-5
11. Schorge et al. William’s Gynecology [Digital E-Book] Gynecologic Oncology Section.
Ovarian Tumors and Cancer. McGraw-Hills. 2008.
12. Moore, JG. Essensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates. 2011.
13. Qaseem A, Humphrey LL, Harris R, Starkey M, Denberg TD. Screening pelvic
examination in adult women: a clinical practice guideline from the American College
of Physicians. Ann Intern Med. 2014. 161(1):67-72.
14. Vandermeer FQ, Wong-You-Cheong JJ. Imaging of acute pelvic pain. Clin
ObstetGynecol. 2009. 52(1):2-20.
29
15. Bottomley C, Bourne T. Diagnosis and management of ovarian cyst accidents. Best
Pract Res Clin Obstet Gynaecol. 2009. 23(5):711-24.
30
31
32
33