Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

1. Pengertian Dengue Haemoragic Fever (DHF)


DHF adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty (Nurarif & Kusuma, 2013).
DHF ialah penyakit demam akut terutama menyerang pada anak-anak dengan
manifestasi perdarahan dan berpotensi menimbulkan syok yang dapat
menimbulkan kematian (Depkes, 2006). Dengue haemorhagic fever (DHF)
adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala
utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.
DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman, 2010).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Dengue
Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang menyerang pada anak
dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam.

2. Klasifikasi Dengue Haemoragic Fever (DHF)


Klasifikasi DHF dibagi menjadi empat derajat yaitu:
1. Derajat 1
Demam disertai gejala tidak khas, manifestasi pasti saat dilakukan uji
torniqet positif.
2. Derajat 2
Derajat 1 disertai pendarahan spontan dikulit dan atau perdarahan pada
anggota tubuh yang lain.
3. Derajat 3
Ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah,
tekanan darah rendah, gelisah, kulit dingin, lembab dan pasien gelisah.
4. Derajat 4
Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.

3. Penyebab Dengue Haemoragic Fever (DHF)


Penyebab DHF adalah virus dengue sejenis arbovirus, yang dibawa
oleh nyamuk Aedes Aegypti sebagai vektor ke tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk tersebut. Virus dengue penyebab demam berdarah termasuk group B
Arthropod borne virus (arbovirusess) dan sekarang dikenal sebagai genus
flavirus, family flaviviridae dan mempunyai 4 serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2,
DEN-3, dan DEN-4. DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotype yang paling
banyak sebagai penyebab. Penularan melibatkan tiga faktor yaitu manusia,
virus, dan perantara. Nyamuk tersebut dapat menularkan virus dengue kepada
manusia baik secara langsung, yaitu setelah menggigit orang yang sedang
mengalami viremia, maupun secara tidak langsung setelah mengalami masa
inkubasi dalam tubuhnya selama 8-10 hari. Pada manusia diperlukan waktu 4-
6 hari atau 13-14 hari sebelum menjadi sakit setelah virus masuk dalam tubuh
(Suhendro, 2009).

4. Patofisiologi Dengue Haemoragic Fever (DHF)


Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah
kompleks virus-antibody. Akibat aktivasi ini dapat melepaskan histamine yang
merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding
pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
Akibatnya terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor
penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DHF. Selain itu nilai hematokrit meningkat bersamaan
dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah sehingga
dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi
bisa terjadi anoxia jaringan, asidosis metaboik dan kematian.
Hipovolemia juga dapat disebabkan peningkatan permeabilitas dinding
pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran plasma. Adanya komplek imun
antibody-virus juga menimbulkan agregasi trombosit sehingga terjadi
gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, koagulopati. Ketiga hal tersebut
menyebabkan pendarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan
apabila shock tidak teratasi maka akan menyebabkan Hipoxia jaringan dan
akhirnya terjadi Asidosis metabolic. Asidosis metabolik juga disebabkan
karena kebocoran plasma yang akhirnya terjadi perlemahan sirkulasi sistemik
sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hypoxia jaringan.

5. Tanda dan gejala Dengue Haemoragic Fever (DHF)


Infeksi virus Dengue merupakan suatu self limiting infectious disease
yang akan berakhir sekitar 2-7 hari. Infeksi virus Dengue pada manusia
mengakibatkan suatu spektrum manifestasi klinis yang bervariasi antara
penyakit yang paling ringan, dengue fever, dengue hemmorrhagic fever dan
dengue shock syndrom. (Depkes,2006)
a) Demam
Demam mendadak disertai dengan gejala klinis yang tidak spesifik
seperti anoreksia, lemah, nyeri pada punggung, tulang sendi dan kepala.
Pada umumnya gejala klinik ini tidak mengkhawatirkan. Demam
berlangsung antara 2-7 hari kemudian turun secara lysis
b) Perdarahan
Penyebab perdarahan pada pasien demam berdarah adalah
vaskulopati, trombosipunio gangguan fungsi trombosit serta koagulasi
intravaskuler yang menyeluruh. Umumnya muncul pada hari kedua
sampai ketiga demam bentuk perdarahan dapat berupa uji rumple leed
positif, petechiae, purpura, echimosis, epistasis, perdarahan gusi dan
yang paling parah adalah melena.
c) Hepatomegali
Pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit
bervariasi dari haya sekedar diraba sampai 2-4 cm di bawah arkus kosta
kanan. Derajat hepatomegali tidak sejajar dengan beratnya penyakit,
namun nyeri tekan pada daerah tepi hepar berhubungan dengan adanya
perdarahan.
d) Renjatan (Syok)
Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis
menghilang setelah demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan
pada denyut nadi dan tekanan darah, akral teraba dingin disertai dengan
kongesti kulit. Perubahan ini memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi,
sebagai akibat dari perembasan plasma yang dapat bersifat ringan atau
sementara. Pada kasus berat, keadaan umum pasien mendadak menjadi
buruk setelah beberapa hari demam pada saat atau beberapa saat setelah
suhu turun, antara 3-7, terdapat tanda kegagalan sirkulasi, kulit teraba
dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis di sekitar
mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah kecil sampai tidak
teraba. Pada saat akan terjadi syok pasien mengeluh nyeri perut.
e) Trombositopenia
Trombositopenia adalah berkurangnya jumlah trombosit, apabila
dibawah 150.000/mm3 biasanya di temukan di antara hari ketiga sampai
ketujuh sakit.
f) Kenaikan Nilai Hematokrit
Meningkatnya nilai hematokrit merupakan indikator yang peka
terhadap terjadinya shock sehingga perlu di lakukan pemeriksaan secara
periodik.

6. Penanganan Dengue Haemoragic Fever (DHF)


 Medik
1) DHF tanpa Renjatan
- Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
- Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan
kompres
- Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak
<1th dosis 50 mg Im dan untuk anak >1th 75 mg Im. Jika 15 menit
kejang belum teratasi , beri lagi luminal dengan dosis 3mg / kb BB
( anak <1th dan pada anak >1th diberikan 5 mg/ kg BB.
- Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
2) DHF dengan Renjatan
- Pasang infus RL
- Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander (
20 – 30 ml/ kg BB )
- Tranfusi jika Hb dan Ht turun
 Keperawatan
1) Pengawasan tanda – tanda Vital secara kontinue tiap jam
- Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
- Observasi intik output
- Pada pasien DHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda
vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri
minum 1 ½ liter – 2 liter per hari, beri kompres
- Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb,
Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat,
tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
- Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2
pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi
productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
2) Resiko Perdarahan
- Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
- Catat banyak, warna dari perdarahan
- Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
3) Peningkatan suhu tubuh
- Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
- Beri minum banyak
- Berikan kompres
Nyeri
Resiko
ketidakseimbangan
1. a. Pohon Masalah penekanan intraabdomen nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Ketidakefektifan
pola nafas
Resiko syok
(hipovolemik)
Mual & muntah

Efusi pleura hepatomegali Ascites


Resiko kekurangan
Asidosis metabolik Hipoksia Jaringan volume cairan
Paru-paru Hepar Abdomen
Resiko perfusi jaringan tidak efektif

Resiko
pendarahan
pendarahan kebocoran plasma ke ekstraseluler

merangsang & mengaktivasi Renjatan hipovolemik


trombositopenia faktor pembekuan darah & hipotensi

Agregasi trombosit kerusakan endotel pembuluh darah resiko syok hipovolemik


Permeabilitas membrane meningkat

Peningkatan reabsorbsi Na⁺ dan


Suhu tubuh
H₂O PGE₂ Hipotalamus membentuk dan melepaskan zat C3a, C5a

Arbovirus (lewat nyamuk aedes aegypti) masuk dalam darah infeksi virus dengue (viremia) mengaktifkan system komplemen
b. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
Masalah keperawatannya adalah:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan
2. Peningkatan suhu tubuh
3. Nyeri akut
4. Resiko kekurangan volume cairan
5. Resiko syok (hipovolemik)

Data yang perlu dikaji:


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan
nafsu makan menurun.
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal
seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan
nafsu makan menurun.
d. Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
e. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain
sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa
ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih
seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang
diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
g. Riwayat Tumbuh Kembang
h. Pengkajian Per Sistem
 Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis,
pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar
ronchi, krakles.
 Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta
pada grade IV dapat trjadi DSS
 Sistem Cardiovaskuler
Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi,
nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan
jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak
dapat diukur.
 Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada
epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang,
penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat
hematemesis, melena.
 Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan
mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
 Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat
positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat
terjadi perdarahan spontan pada kulit.

2. Data subyektif
Adalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau
keluarga pada pasien DHF, data obyektif yang sering ditemukan yaitu :
1. Lemah.
2. Panas atau demam.
3. Sakit kepala.
4. Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.
5. Nyeri ulu hati.
6. Nyeri pada otot dan sendi.
7. Pegal-pegal pada seluruh tubuh.
8. Konstipasi (sembelit).

3. Data obyektif
Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas
kondisi pasien. Data obyektif yang sering dijumpai pada penderita DHF
antara lain :
1. Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.
2. Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.
3. Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis,
ekimosis, hematoma, hematemesis, melena.
4. Hiperemia pada tenggorokan.
5. Nyeri tekan pada epigastrik.
6. Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.
7. Nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin,
8. gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.

4. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien yeng mengalami
DHF adalah:
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d perdarahan
b. Peningkatan suhu tubuh b.d proses infeksi penyakit
c. Nyeri akut b.d proses patologis penyakit
d. Resiko kekurangan volume cairan b.d peningkatan permeabilitas dinding
plasma.
e. Resiko syok (hipovolemik) b.d perdarahan dan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler
5. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda – tanda Vital ( kualitas dan
perifer b.d perdarahan keperawatan selama 1 X 6 jam perfusi Frekwensi denyut nadi, tekanan darah ,
jaringan menjadi efektif Cappilary Refill )
2. Oservasi sirkulasi pada ektremitas ( suhu ,
Kriteria Hasil: kelembaban dan warna )
- TTV dalam rentang normal 3. Observasi kemungkinan terjadinya kematian
- CRT < 2 detik jaringan pada ekstremitas seperti dingin , nyeri ,
- Nyeri ekstreemitas (-) pembengkakan kaki
4. Batasi gerakan kepala, leher, dan punggung
5. Monitor adanya tromboflebitis

2 Peningkatan suhu tubuh b.d proses Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 1 X 1. Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam sekali
infeksi penyakit 6 jam terjadi penurunan suhu tubuh 2. Observasi intake dan output cairan
3. Berikan kompres
Kriteria Hasil: 4. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian
- Suhu tubuh dalam rentang normal yang tipis dan mudah menyerap keringat
- Nadi dan RR dalam rentang normal 5. Kolaborasi pemberian antipiretik
- Tidak ada perubahan warna kulit dan
tidak ada pusing

3 Nyeri akut b.d proses patologis Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
penyakit keperawatan selama 1 X 24 jam nyeri (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
dapat berkurang dan faktor pencetus)
2. Observasi reaksi nonverbal dari
Kriteria Hasil : ketidaknyamanan klien
- Mampu mengontrol nyeri 3. Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Skala, intensitas, frekuensi nyeri 4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
berkurang nyeri (suhu, pencahayaan, bising)
5. Kolaborasikan pemberian analgetik
4 Resiko kekurangan volume cairan Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan catatan intake dan output yang
b.d peningkatan permeabilitas keperawatan selama 1 X 24 jam tidak akurat
dinding plasma. terjadi kekurangan volume cairan 2. Monitor vital sign
3. Monitor status hidrasi (kelembapan membrane
Kriteria Hasil: mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
- Mempertahankan urine output sesuai ortostatik), jika diperlukan
dengan usia dan BB, BJ, urine normal 4. Monitor masukan cairan dan hitung intake
- Tekanan darah, nadi, suhu tubuh kalori harian
dalam batas normal 5. Kolaborasikan pemberian cairan IV
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, 6. Berikan cairan IV pada suhu ruangan
elastisitas turgor kulit baik, membrane 7. Monitor status nutrisi
mukosa lembab, tidak ada rasa haus 8. Dorong masukan oral
yang berlebihan 9. Dorong keluarga untuk membantu intake oral

Resiko syok (hipovolemik) b.d Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor warna kulit, suhu kulit, denyut
5. perdarahan dan pindahnya cairan keperawatan selama 1 X 24 jam tidak jantung, HR, dan ritme, nadi perifer, dan
intravaskuler ke ekstravaskuler terjadi syok hipovolemik kapiler refill
2. Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan
- Kriteria Hasil: 3. Monitor suhu ruangan
- Nadi dalam batas yang diharapkan 4. Monitor input dan output
- irama jantung dalam batas yang 5. Pantau nilai laboratorium: HB, HT, AGD, dan
diharapkan elektrolit
- frekuensi nafas dalam batas yang 6. Monitor tanda dan gejala asites
diharapkan 7. Monitor tanda awal syock
- irama pernapasan dalam batas yang 8. Berikan cairan IV dan oral yang tepat
diharapkan dalam batas yang 9. Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda
diharapkan dan gejala syok
- Natrium serum dbn
- Kalium serum dbn
- Klorida serum dbn
- Kalsium serum dbn
- Magnesium serum dbn
- PH darah serum dbn
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E. Marilyn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi: Pedoman untuk


Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien Edisi 2. Jakarta: EGC
Mandriani E. 2009. Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD)
Yang Mengalami Dengue Shock Syndrome (DSS) Rawat Inap Di RSU
Dr.Pirngadi Medan Tahun 2008. Skripsi FKM USU
Nurarif & Kusuma.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Dignosa
Medis & NANDA NIC-NOC.Yogyakarta:Media Action
Rampengan, T.H.2008.Penyakit Infeksi Tropik pada Anak.Jakarta : EGC
Setiati TE. Soemantri Ag. 2009. Demam Berdarah Dengue Pada Anak
:Patofisiologi, Resusitasi Mikrovaskuler dan Terapi Komponen Darah.
Semarang: Pelita Insani

Anda mungkin juga menyukai