Anda di halaman 1dari 31

PERBAIKAN METODE KURIKULUM GUNA

MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN


Ditujukan kepada

“KEMENDIKBUD”
Dibuat guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Analisa Kebijakan Publik

Dosen pengajar : Ibu Hani Purnamasari S.Ip

Disusun Oleh ;

- Bayu Agustian Nugraha 1341173301125


- Bunga Puridyana 1341173301117
- Emmalia 124117330
- Fachmi Alviansyah 1341173301131
- Zulhaidir 1341173301015

PRODI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS NEGERI SINGAPERBANGSA KARAWANG

2015
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih
kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga
dengan bimbinganNya saya sebagai penulis dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah Analisis Kebijakan Publikdengan pencarian data yang kami
lakukan di berbagai Sumber. Adapun tema dari Tugas ini adalah “Perbaikan
metode dalam kurikulum.

Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai langkah


awal atau cara untuk dapat mengerti dengan benar tentang Peningkatan
mutu pendidikan. Dan merupakan bukti tanggung jawab mahasiswa atas
kegiatan yang telah di berikan oleh Dosen.

Tak lupa saya sebagai penulis mengucapkan banyak terima kasih


kepada Dosen, teman-teman dan berbagai sumber yang telah memberikan
saya inpirasi untuk menyelesaikan Tugas.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam Makalah


ini, maka dari itu kami berharap pembaca dapat memberikan kritik dan
saran kepada kami. Semoga Maklah ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca yang telah berkesempatan membaca Makalah ini, Akir kata
penulis mengucapkan terima kasih.

Karawang, 10 Desember 2015

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


Daftar Isi..............................................................................................................................ii

BAB I .................................................................................................................................. 1
PRNDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah...................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
BAB II................................................................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 3
2.1. Kurikulum ........................................................................................................... 3
2.2. Metode ................................................................................................................ 5
BAB III ............................................................................................................................. 12
PEMBAHASAN ............................................................................................................... 12
3.1. Potret Pendidikan Indonesia.............................................................................. 12
3.2. Potret pendidikan Negara Maju ........................................................................ 16
3.2.1. Finlandia ................................................................................................... 16
3.2.2. Singapore .................................................................................................. 18
3.2.3. Jepnang ......................................................................................................... 19
3.3. Analisis Perbandingan....................................................................................... 20
BAB IV ............................................................................................................................. 22
PENUTUP ........................................................................................................................ 27
4.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 27
4.2. Saran ................................................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 28

ii
BAB I

PRNDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI)


adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan
standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk
mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara
berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari
kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.

Pada tahun 2013 skor IPM Indonesiaadalah 0,629 menempatkan Indonesia


berada di peringkat 111 dari 158 negara dunia. IPM diukur oleh banyak faktor
yang salah satunya adalah Pendidikan. Masalah pendidikan ini sangat klasik
namun mendasar bagi pembangunan suatu negara. Jika melihat kondisi
pendidikan negara maju tentunya sudah tidak kental berunsur politik. Namun di
Indonesia, sangat spesial dan terasa nuansa politik dalam dunia pendidikan.
Sehingga muncul sebuah jargon di masyarakat “ganti mentri ganti kebijakan.”.
masalah metode pendidikan lebih diberi perhatian khusus oleh penulis
dikarenakan dengan metode yang baik akan menghasilkan kebaikan-kebaikan
lainnya.

Dengan tujuan dari penulisan makalah ini ditujukan pada perbaikan metode
dalam pendidikan diharapkan mampu meningkatkan kualitas dalam dunia
pendidikan di Indonesia. Tentunya dengan pendidikan yang berkualitas akan lahir
generasi penerus bangsa yang akan membawa perubahan kearan yang lebih baik
lagi nantinya.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana potret pendidikan di Indonesia ?

2. Mengintip dunia pendidikan negara maju ?

3. Analisa perbandingan metode pendidikan Indonesia ?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Mengetahui potret pendidikan di Indonesia

2. Mengetahui dunia pendidikan di negara maju

3. Membuat analisis perbandingan kebijakan metode pendidikan Indonesia

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat/sistem rencana dan pengaturan mengenai
isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk
menggunakan aktivitas belajar mengajar.
sistem diatas dipergunakan melihat kurikulum itu ada sejumlah komponen
yang terkait dan berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan. Dengan
demikian, dipandang sistem terhadapa kurikulum, artinya kurikulum itu
dipandang memiliki sejumlah komponen-komponen yang saling berhubungan,
sebagai kesatuan yang bulat untuk mencapai tujuan.
Fungsi Kurikulum
Pada dasarnya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi
guru, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Bagi sekolah atau pengawas, berfungsi sebagai pedoman dalam
melaksanakan supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulurn itu berfungsi
sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat,
kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi
terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi siswa itu sendiri, kurikulum
berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.
Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat
enam fungsi kurikulum, yaitu:
a. Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function)
Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted
yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial. Lingkungan itu sendiri senantiasa mengalami
perubahan dan bersifat dinamis. Oleh karena itu, siswa pun harus memiliki
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di
lingkungannya.

3
b. Fungsi Integrasi (the integrating function)
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya
merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat. Oleh karena itu, siswa
harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi
dengan masyarakatnya.
c. Fungsi Diferensiasi (the differentiating function)
Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa. Setiap
siswa memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik maupun psikis yang harus
dihargai dan dilayani dengan baik.
d. Fungsi Persiapan (the propaedeutic function)
Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang
pendidikan berikutnya. Selain itu, kurikulum juga diharapkan dapat
mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dalam masyarakat seandainya karena
sesuatu hal, tidak dapat melanjutkan pendidikannya.
e. Fungsi Pemilihan (the selective function)
Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-
program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Fungsi pemilihan
ini sangat erat hubungannya dengan fungsi diferensiasi, karena pengakuan atas
adanya perbedaan individual siswa berarti pula diberinya kesempatan bagi
siswatersebut untuk memilih apayang sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Untuk mewujudkan kedua fungsi tersebut, kurikulum perlu disusun secara lebih
luas dan bersifat fleksibel.

4
2.2. Metode

Pengertian Metode Pembelajaran Macam Macam, Syarat, dan Faktor-faktor


yang mempengaruhi metode pembelajaran – Kegiatan belajar mengajar yang
melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran.Dalam kegiatan belajar mengajar
dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang menarik agar siswa tidak merasa
bosan dengan materi yang diajarkan oleh guru.

Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan


hubungan dengan siswa pada saat berlangsung pembelajaran (Sudjana, 2005:76).
Metode pembelajaran akuntansi adalah cara atau pendekatan yang dipergunakan
dalam menyajikan atau menyampaikan materi pelajaran akuntansi. menempati
peranan yang tak kalah penting dalam proses belajar mengajar. Dalam pemilihan
metode apa yang tepat, guru harus melihat situasi dan kondisi siswa serta materi
yang diajarkan.

Dalam kegiatan belajar mengajar daya serap peserta didik tidaklah sama. Dalam
menghadapi perbedaan tersebut, strategi pengajaran yang tepat sangat dibutuhkan.
Strategi belajar mengajar adalah pola umum perbuatan guru dan siswa dalam
kegiatan mewujudkan kegiatan belajar mengajar (Hasibuan, 2004:3). Metode
pembelajaran merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat dilakukan
oleh guru untuk menghadapi masalah tersebut sehingga pencapaian tujuan
pengajaran dapat tercapai dengan baik. Dengan pemanfaatan metode yang efektif
dan efisien, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah strategi


pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran.

5
Faktor-faktor yang mempengaruhi metode pembelajaran

Sebagai suatu cara,metode tidaklah berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain. Guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling serasi untuk
situasi dan kondisi yang khusus dihadapinya, jika memahami sifat-sifat masing-
masing metode tersebut. Menurut Winarno Surakhmad dalam Djamarah
(2002:89) pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor,
sebagai berikut:

a. Anak didik

Anak didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan. Di


sekolah, gurulah yang berkewajiban mendidiknya. Perbedaan individual anak
didik pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis mempengaruhi pemilihan
dan penentuan metode pembelajaran mana yang sebaiknya guru ambil untuk
menciptakan lingkungan belajar yang kreatif demi tercapainya tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan.

b. Tujuan

Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar-mengajar. Tujuan
dalam pendidikan dan pengajaran ada berbagai jenis, ada tujuan instruksional,
tujuan kurikuler, tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional. Metode yang
dipilih guru harus sejalan dengan taraf kemampuan anak didik dan sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.

c. Situasi

Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari
hari ke hari.Guru harus memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi
yang diciptakan itu.

6
d. Fasilitas

Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode


pembelajaran. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di
sekolah.Misalnya ketiadaan laboratorium untuk praktek IPA kurang mendukung
penggunaan metode eksperimen.

e. Guru

Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Latar pendidikan guru diakui
mempengaruhi kompetensi. Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis
metode menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode.

Syarat-syarat metode pembelajaran

Menurut Ahmadi dalam (Asih, 2007:20) syarat-syarat yang harus diperhatikan


dalam penggunaan metode mengajar adalah:

 Metode mengajar harus dapat mermbangkitkan motif, minat atau gairah


belajar siswa
 Metode mengajar harus dapat menjamin perkembangan kegiatan
kepribadian siswa.
 Metode mengajar harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mewujudkan hasil karya.
 Metode mengajar harus dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar
lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi (pembaharuan).
 Metode mengajar harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri
dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
 Metode mengajar harus dapat meniadakan penyajian yang bersifat
verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman atau situasi yng nyata dn
bertujuan.

7
 Metode mengajar harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-
nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja
yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Macam-macam metode pembelajaran

Proses belajar-mengajar yang baik, hendaknya mempergunakan berbagai jenis


metode pembelajaran secara bergantian atau saling bahu membahu satu sama lain.
Masing-masing metode ada kelemahan dan kelebihannya. Tugas guru ialah
memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar-mengajar.
Menurut Djamarah (2002:93-110) macam-macam metode pembelajaran adalah
sebagai berikut:

a. Metode proyek

Metode proyek adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak pada suatu
masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi pemecahannya secara keseluruhan
dan bermakna. Penggunaan metode ini bertitik tolak dari anggapan bahwa
pemecahan masalah perlu melibatkan bukan hanya satu mata pelajaran, melainkan
hendaknya melibatkan berbagai mata pelajaran yang ada kaitannya dengan
pemecahan masalah tersebut.

b. Metode eksperimen

Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa


melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang
dipelajari. Siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran atau
mencoba mencari suatu hukum atau dalil dan menarik kesimpulan atau proses
yang dialaminya itu.

c. Metode tugas atau resitasi

Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan pelajaran dimana


guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode
ini diberikan karena materi pelajaran banyak sementara waktu sedikit. Agar

8
materei pelajaran selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan, maka metode
inilah yang biasanya digunakan oleh guru. Tugas ini biasanya bisa dilaksanakan di
rumah, di sekolah, di perpustakaan,dan di tempat lainnya. Tugas dan resitasi
merangsang anak untuk aktif belajar, baik individu maupun kelompok, tugas yang
diberikan sangat banyak macamnya tergantung dari tujuan yang hendak dicapai.

d. Metode diskusi

Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa-siswa dihadapkan


pada suatu masalah yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan
secara bersama. Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang
dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Dalam diskusi terjadi interaks, tukar
menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah dan siswa menjadi aktif.

e. Metode sosiodrama

Metode sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama dalam pemakaiannya
sering disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku
dalam hubungannya dengan masalah sosial.

f. Metode demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan


memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau
benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan dengan
lisan. Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran
akan berkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan
sempurna.

g. Metode problem solving

Metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga
merupakan suatu metode berfikir sebab dalam metode problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dari mencari data sampai
kepada menarik kesimpulan.

9
Pengertian Metode Pembelajaran

h. Metode karya wisata

Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri yang berbeda
dalam arti umum. Karyawisata di sini berarti kunjungan ke luar kelas dalam
rangka belajar. Teknik karya wiasta adalah teknik mengajar yang dilaksanakan
dengan mengajar siswa kesuatu tempat atau objek tertentu diluar sekolah untuk
mempelajari atau menyelidiki sesuatu.

i. Metode tanya jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan
yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa,tetapi dapat pula dari siswa
kepada guru. Metode tanya jawab memungkinkan terjadinya komunikasi langsung
yang bersifat dua arah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan
siswa.

j. Metode latihan

Metode latihan maerupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan
kebiasaan-kebiasaan tertentu. Metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh
suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan.

k. Metode ceramah

Metode ceramah adalah metode tradisional, karena sejak dulu dipergunakan


sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan siswa dalam proses belajar
mengajar. Dalam metode ceramah dibutuhkan keaktifan guru dalam kegiatan
pengajaran. Metode ini banyak digunakan pada pengajar yang kekurangan
fasilitas.

Setiap metode pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahannya sendiri-


sendiri. Penggunaan metode yang variatif dan sesuai dengan materi serta tujuan
pembelajaran dapat membuat siswa senang dan termotivasi untuk belajar. Metode

10
tersebut harus dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap bahan pelajaran
yang diberikan oleh guru.

Dari uraian di atas, indikator-indikator dari metode pembelajaran dalam penelitian


ini adalah :

 membangkitkan motif dan minat belajar siswa


 mendidik siswa belajar sendiri
 membangkitkan keinginan belajar lebih lanjut
 meniadakan verbalitas dalam penyampaian materi (Sudjana, 1989)

11
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Potret Pendidikan Indonesia

Pendidikan merupakan hal mendasar yang saat ini menjadi permasalahan yang
sangat kompleks. Pendidikan tidak sekedar pendidikan formal di sekolah, tapi
juga mencakup pendidikan non-formal baik di keluarga maupun lingkungan
masyarakat. Jika suatu bangsa memiliki kualitas pendidikan yang baik, maka
niscaya bangsa tersebut akan lebih maju dan berkembang.

Jika kita melihat di sekeliling kita, masih banyak terlihat anak-anak yang tidak
dapat menikmati sekolah, bahkan menghabiskan waktunya dijalanan. Padahal
seharusnya anak-anak itu dapat menikmati masa kecilnya untuk bermain bersama
teman-teman sebayanya. Terkadang miris melihat pembangunan Indonesia yang
cukup pesat, namun masih banyak pula penduduknya yang tidak dapat
mengenyam pendidikan yang layak. Anak-anak merupakan masa depan bangsa,
bagaimana Indonesia akan maju jika anak-anak Indonesia tidak memperoleh
haknya untuk mendapatkan pendidikan yang layak? Karena pendidikan akan
menyiapkan sumber daya manusia untuk membangun Indonesia menuju masa
depan yang lebih baik. Apa gunanya pembangunan di Indonesia jika tidak disertai
dengan pembangunan di bidang pendidikan?

Masalah pendidikan di Indonesia ini jika dilihat lebih jauh lagi merupakan
masalah yang sangat rumit. Bukan sekedar banyaknya anak-anak yang tidak dapat
menikmati pendidikan, namun juga kualitas siswa yang masih rendah, kualitas
pengajar yang kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal dan aturan
pendidikan yang selalu berubah-ubah.

Salah satu program pendidikan yang pernah dicanangkan oleh Pemerintah adalah
Wajib Belajar sembilan tahun. Wajib belajar merupakan program pendidikan

12
minimal, yang harus diikuti oleh setiap warga Negara Indonesia di bawah
tanggung jawab Pemerintah. Program ini mewajibkan setiap warga Negara
Indonesia untuk bersekolah selama 9 (sembilan) tahun pada jenjang pendidikan
dasar, yaitu Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga Sekolah
Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain
yang sederajat. Program tersebut sudah sesuai dengan yang tercantum pada UUD
1945 pasal (1) dan (2) yang berbunyi : (1) Setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.

Sebenarnya program wajib belajar 9 tahun ini sangat baik jika benar-benar
dilaksanakan dengan benar. Namun pada kenyataannya dilapangan, program
tersebut belum berjalan dengan maksimal. Berdasarkan data dari United Nations
Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), jumlah anak
Indonesia yang putus sekolah pada tahun 2010 mencapai 160.000 anak, dan
meningkat pada tahun 2011 yang mencapai 260.000 anak. Dan angka tersebut
semakin meningkat di tahun 2013 yang mencapai angka 1,3 juta anak terancam
putus sekolah (suaramerdeka.com 09/03/2013). Beberapa faktor yang
mempengaruhi tingginya jumlah anak putus sekolah adalah faktor ekonomis
keluarga, mahalnya biaya pendidikan dan lokasi sekolah yang sulit terjangkau.

Faktor kemiskinan menjadi salah satu penyebab tingginya anak putus sekolah di
Indonesia. Bagi keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan, terkadang sulit
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, apalagi untuk membiayai keperluan
sekolah. Masalah ini sebenarnya sudah dibantu dengan berbagai upaya
Pemerintah untuk membantu program pendidikan, salah satunya adalah program
BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Namun pada kenyataan di lapangan, masih
banyak oknum-oknum yang memanfaatkan program tersebut sehingga tidak
sampai ke masyarakat yang membutuhkan. Terkadang ditambah lagi dengan
adanya berbagai “pungutan” yang dilakukan di sekolah untuk keperluan
pembangunan gedung dan fasilitas belajar, yang sering memberatkan bagi orang
tua murid terutama yang kurang mampu.

13
Masalah fasilitas pendidikan

Banyak daerah di Indonesia yang belum memiliki fasilitas pendidikan yang


memadai, sehingga bagaimana mungkin dapat menyelenggarakan pendidikan
wajib belajar sembilan tahun. Di daerah terpencil banyak sekali ditemui gedung
sekolah yang rusak, akses menuju sekolah yang sangat jauh, media belajar
mengajar yang tidak memadai, buku perpustakaan yang tidak lengkap dan lain-
lain. Selain itu juga belum meratanya fasilitas pendidikan di daerah terpencil yang
ada di pelosok Indonesia. Hal ini terlihat sangat berbeda jika kita
membandingkannya dengan sekolah swasta. Terjadi kesenjangan yang sangat
besar dengan kualitas sekolah swasta yang notabene mengharuskan siswa untuk
membayar mahal. Sangat miris jika kita lihat perbedaan tersebut dimana hanya
orang kaya saja yang dapat menikmati pendidikan yang berkualitas.

Masalah kualitas dan kuantitas SDM

Tidak dapat dipungkiri bahwa jumlah guru di Indonesia masih sangat kurang.
Banyak daerah yang masih memerlukan bantuan tenaga guru, namun belum dapat
terpenuhi. Disamping itu juga kurangnya dukungan peningkatan kualitas guru,
sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lebih berkualitas.

Beberapa alternatif solusi dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah


tersebut, antara lain :

1) Peningkatan peran Pemerintah dalam menyelesaikan masalah pendidikan,


yaitu dengan mengalokasikan anggaran pendidikan yang memadai disertai dengan
pengawasan pelaksanaan anggaran agar dapat benar-benar dimanfaatkan untuk
memperbaiki pendidikan di Indonesia

2) Program pembangunan infrastruktur sekolah yang merata. Pendidikan yang


baik tidak hanya diselenggarakan di kota, namun dapat menjangkau pedesaan,
daerah terpencil bahkan daerah pedalaman yang tersebar di pulau-pulau yang ada
di Indonesia. Harus ada niat dan pengawalan yang ketat untuk pembangunan
infrastruktur pendidikan tersebut, agar dana yang telah dialokasikan tidak

14
dimanfaatkan oleh pihak-pihak atau oknum tertentu yang ingin mendapatkan
keuntungan pribadi.

3) Menyusun kurikulum yang lebih representatif yang dapat menggali potensi


siswa, tidak sekedar hardskill, namun juga softskill, sehingga anak-anak Indonesia
dapat lebih berkualitas, cerdas, bermoral dan beretika

4) Guru merupakan salah satu tonggak untuk berjalannya pendidikan, karena


guru sangat berperan dalam menciptakan siswa yang cerdas, terampil, bermoral
dan berpengetahuan luas. Sehingga Pemerintah harus lebih memperhatikan
kualitas, distribusi dan kesejahteraan guru di Indonesia.

5) Penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas. Seharusnya pendidikan


berkualitas dapat dinikmati oleh seluruh anak-anak Indonesia dari tingkat TK
(Taman Kanak-Kanak) sampai Perguruan Tinggi, baik miskin maupun kaya
dengan kualitas pendidikan yang sama. Sehingga sepantasnya Pemerintah dapat
membuat aturan untuk menuju penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas yang
dapat dijangkau oleh seluruh rakyat Indonesia. Karena jika kita lihat kembali
UUD 1945, maka Pemerintah lah yang wajib menjamin seluruh rakyat Indonesia
untuk mendapatkan pendidikan.

6) Penguatan pendidikan non-formal di keluarga. Saat ini banyak sekali orang


tua yang kurang memperhatikan pendidikan anak di rumah. Pendidikan di
keluarga dapat menjadi dasar yang kuat bagi anak untuk membantu dalam
pergaulan dan perkembangan anak diluar rumah, terutama disertai dengan
pendidikan agama yang cukup kuat. Kurangnya kontrol dan pengawasan orang
tua kepada anak, menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya
kualitas pendidikan anak di Indonesia, terutama pendidikan softskill. Selain itu
juga komitmen orang tua untuk memberikan pendidikan yang terbaik untuk putra-
putrinya sehingga dapat menjadi anak yang cerdas dan berguna untuk bangsa dan
negara.

15
Pada intinya, Pendidikan merupakan pondasi bagi generasi bangsa, yang akan
menyiapkan generasi yang cerdas, bermoral dan berkualitas bagi masa depan.
Untuk itu marilah kita mulai turut berperan dalam memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dengan perannya masing-masing.
(Maharani, 2014)

3.2. Potret pendidikan Negara Maju


Dalam melaksanakanpendidikan bagi warga negara. Beberapa negara maju
dunia melakukannya dengan serius, seperti negara-negara dibawah ini ;

3.2.1. Finlandia
Pendidikan Di Mulai Pada Usia 7 Tahun

Teman anehtapinyata.net anak-anak di Indonesia cenderung memulai sekolah


pada usia 4-5 tahun, lain dengan anak-anak di negara, mereka baru boleh mulai
sekolah pada usia 7 tahun, kurang dari itu mereka tidak diperbolehkan menempuh
pendidikan di sekolah. Anak-anak yang kurang dari 7 tahun hanya diperbolehkan
bermain, tanpa ada beban untuk sekolah. Menurut pemerintah Finlandia otak
anak-anak akan rusak jika diberikan pelajaran sebelum usianya cukup.

Guru Dari Kalangan Terbaik


Untuk menjadi guru di Finlandia teman harus berpendidikan minimal
Magister (S2), dan termasuk 10 besar lulusan terbaik dari
Universitasnya. Sehingga menjadi guru adalah suatu kehormatan di
negara ini, dan tentu saja gaji yang diberikan oleh pemerintahnya sangat
baik. Guru di Finlandia hanya menghabiskan 4 jam sehari di dalam
kelas, dan mengambil 2 jam seminggu untuk “pengembangan
profesional.” Finlandia memiliki banyak jumlah guru, sehingga tidak ada
istilah kekurangan guru di negara ini.

Siswa Dibatasi Dalam Satu Kelas

16
Disini teman tidak akan menemukan kelas yang overload atau
kelebihan siswa. Dalam satu kelas maksimal hanya boleh diisi 16 siswa
saja, sehingga mereka memiliki ruang gerak yang cukup, disamping itu
mereka dapat melakukan eksperimen praktis dalam setiap kelas. Tetapi
kelas tidak menjadi satu-satunya tempat belajar di negara ini, para murid
kebanyakan menghabiskan waktu belajar di luar ruangan agar suasana
menjadi tidak membosankan.

Tidak Ada Ujian Dan PR

Anak-anak yang sekolah di Finlandia tidak dibebani dengan tugas, pekerjaan


rumah, maupun ujian sampai usia mereka menginjak remaja. Dan selama enam
tahun pertama pendidikan yang mereka laksanakan kompetensinya tidak diukur
sama sekali.

Hanya Ada Satu Tes

Di Finlandia untuk mengikuti pendidikan anak-anak dites hanya sekali,


dan itupun saat mereka berusia 16 tahun. Bisa dipastikan tidak ada ujian nasional
kelulusan tingkat SD, SMP, maupun SMA.

Semua Kelas Disamakan

Sekolah-sekolah di Finlandia memiliki kelas-kelas dengan siswa-siswa yang


memiliki berbagai macam kemampuan atau kompetensi, jadi tidak ada kelas
unggulan di sini, anak pintar dan anak bodoh merata di semua kelas.

Dukungan Biaya Pemerintah Yang Besar

Dalam hal pembiayaan pemerintah Finlandia menganggarkan sekitar 30


persen lebih anggarannya untuk membiayai pendidikan anak-anak muridnya. Hal
ini tentu mengungguli negara-negara lain di dunia termasuk Amerika Serikat.

17
Bantuan Pendidikan Selama Sembilan Tahun Pertama

Sebanyak 30 persen siswa-siswa di Finlandia menerima bantuan tambahan


selama sembilan tahun pertama mereka sekolah. Jadi anak-anak berprestasi tidak
akan mengalami putus sekolah.

Istirahat Yang Lama Untuk Siswa SD

Di Finlandia siswa-siswa pada jenjang pendidikan SD beristirahat selama


75 menit dalam sehari jam sekolah. Hal ini membuat mereka tidak stres terhadap
beban pelajaran yang diterima di kelas, dan menjadikan mereka lebih
bersosialisasi dengan lingkungan.

3.2.2. Singapore

Negara yang terkenal dengan patung merlionnya ini memang menjadi sasaran
empuk orang Indonesia untuk menempuh pendidikannya di Negara tetangga ini.
Sistem pendidikan di Singapura juga tak kalah dengan Finlandia. Terbukti dengan
banyaknya orang sukses lulusan Negeri Singa ini.

Kualitas pengajar dan infrastruktur yang memadai membuat Singapura


menjadi salah satu Negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Untuk
tingkat pendidikan pra-sekolah dan sekolah dasar sebetulnya hampir sama seperti
yang diterapkan di Indonesia. Waktu belajarnya pun tergolong mirip. Sedangkan
untuk tingkat menengah, kurkulum sistem pendidikannya sedikit berbeda. Untuk
tingkat menengah ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu GCE N (Normal) dan
GCE O (Ordinary). Kelompok GCE O sendiri terdiri dari siswa-siswa
berprestasi.Jenjang pendidikan sekolah menengah di Singapura dilaksanakan
selama 4 tahun. Jika siswa dari kelompok GCE N ingin mendapatkan sertifikat
GCE O maka harus melakukan ujian di tahun ke lima. Itu tandanya waktu
belajarnya ditambah satu tahun. Singapura sendiri memiliki sistem pendidikan
yang mendarah daging. Para siswa dituntut harus mengajukan pertanyaan dan

18
mencari jawabannya dengan cara memecahkannya secara bersama-sama. Hal
inilah yang membuat Singapura menjadi salah satu Negara dengan sistem
pendidikan terbaik di dunia.

3.2.3. Jepang

Kualitas sistem pendidikan di Jepang memang sudah tak diragukan lagi.


keberhasilan Jepang membentuk sumber sumber daya manusia yang berkualitas
memang patut diacungi jempol. Salah satu hal yang berperan penting dalam
membentuk sumber daya manusia yang super canggih adalah sistem kurikulum di
Negari Sakura. Bukan hanya di Indonesia saja yang mengalami perubahan
kurikulum, Negara sekaliber Jepang pun sering melakukan perubahan kurikulum.
Perubahan tersebut tentu berdampak pada permintaan kualifikasi dan komepetensi
yang semakin tinggi.

Tingkat pendidikan di Jepang sebenarnya hampir sama seperti di Indonesia.


Pendidikan SD 6 tahun, SMP 3 tahun dan SMA 3 tahun. Sistem pendidikan di
Jepang mengacu pada sistem pendidkan Amerika.

Sama seperti di Finlandia, di Jepang juga tidak mengenal ujian kenaikan kelas.
Sistemnya yaitu setiap siswa yang telah menyelesaikan proses belajar di kelas satu
otomatis akan langsung naik ke kelas dua, demikian seterusnya. Ujian akhir
sekolah pun tidak ada, jadi bagi siswa yang telah berhasil menyelesaikan SD
langsung bisa mendaftar ke SMP. Nah, untuk siswa yang akan melanjutkan
pendidikan ke jenjang SMA harus mengikuti ujian masuk. Namun ujiannya pun
bersifat standar. Seperti yang telah diketahui, kurikulum di Jepang memang kerap
mengalami perubahan. Tapi loyalitas pengajar seta tingginya sikap kedisiplinan
siswa yang membuat Jepang memiliki sistem pendidikan terbaik didunia.

19
3.3. Analisis Perbandingan

Indeks Pembangunan Manusia diukur dari banyak faktor, salah satunya pendidikan

20
- Selain masalah pendidikan, para pelajarnya pun masih memiliki masalah-
masalah, seperti ; tawuran, narkoba, geng motor, seks bebas dll,

Bagaimana dengan KTSP ? KURTILAS ?

Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu :

(1) tujuan;

(2) materi;

(3) metode;

(4) organisasi kurikulum dan

(5) evaluasi.

Kelima komponen tersebut memiliki keterkaitan yang erat dan tidak bisa dipisahkan.

- Prof. Yohanes Surya PhD

“tidak ada anak yang bodoh, yang ada hanya anak yang tidak mendapat kesempatan
belajar dari guru yang baik dan metode yang benar.”

■ dibawah bimbingan beliau, pelajar dari Indonesia telah mmapu berbicara di


tingkat dunia. 54 medali emas, 33 medali perak dan 43 medali perunggu telah
diraih pelajar indonesia di dalam berbagai lomba olimpiade tingkat internasional.
Bahkan pada tahun 2006, Pelajar Indonesia menjadi juara dunia, mengalahkan 86
negara.

Masalah Kebijakan

21
NO Metode KTSP KURTILAS SMEE

1 Ujian Nasinal Wajib Hanya Tidak ada


sebagai
standar
Nasioanl

2 Pekerjaan Rumah Ada ada (Disesuaikan


dengan
Jenjang)

3 Rekrutmen Guru Selektif selektif Selektif,


sangat ketat

4 Jam Belajar 5-6 jam 7-8 jam 5-6 jam

5 Penilaian Biasa Detail Hak Pengajar


(Biasa)

6 Total mata Pelajaran 12-16 11-13 Lebih


pelajaran menjurus

7 Laporan Hasil 2 lembar 7 lembar Kurang lebih


Penilaian (Raport) 2 lembar

8 Mata Pelajaran Banayak Banyak Lebih


(secara (secara menjurus
umum) umum)

22
Skoring Alternatif terpilih

Indikator Keterangan

Kenyamanan Indikator ini menunjuk kenyamanan siswa-siswi


dalam lamanya pembelajaran. Semakin lama
jamnya maka semakin kecil nilainya sedangkan
semakin sebentar jamnya maka semakin tinggi
skornya.

Penyeleksian Indikator ini menunjukan seleksi tenaga pendidik


(guru). Semakin ketat maka skornya semakin
tinggi sedangkan semakan tidak ketat maka
skornya semakin kecil.

Biaya Oprasional Indikator ini menunjukan biaya yang dikeluarkan.


Semakan besar biaya yang dikeluarkan maka
skornya semakin kecil sedangkan semakain
sedikit biaya yang dikeluarkan maka skornya
semakin tinggi

Beban Belajar Siswa Indikator ini menunjukan beban belajar siswa


dalam jumlah mata pelajaran. Semakin banyak
mata pelajaran maka semakin kecil nilainya
sedangkan semakin sedikit mata pelajaran maka
semakin tinggi skornya.

No Indikator Perbandingan Item

KTSP KURTILAS SMEE

1 Kenyamanan 2 1 3

2 Penyeleksian 2 2 3

3 Biaya Oprasional 2 1 3

4 Beban Belajar Siswa 1 2 3

23
Total Skor 7 6 12

Keterangan :
1 = Buruk
2 = Baik
3 = Sangat Baik

Implementasi Kurikulum
Implementasi kurikulum adalah usaha bersama antara Pemerintah dengan
pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota.
■ Pemerintah bertanggungjawab dalam mempersiapkan guru dan kepala
sekolah untuk melaksanakan kurikulum.
■ Pemerintah bertanggungjawab dalam melakukan evaluasi pelaksanaan
kurikulum secara nasional.
■ Pemerintah provinsi bertanggungjawab dalam melakukan supervisi dan
evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum di propinsi terkait.
■ Pemerintah kabupaten/kota bertanggungjawab dalam memberikan bantuan
profesional kepada guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan
kurikulum di kabupaten/kota terkait.

Strategi Implementasi
■ Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
■ Pengembangan buku siswa dan buku pegangan guru
■ Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi, dan
pengembangan budaya sekolah (budaya kerja guru) terutama untuk SMA
dan SMK
■ Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk menemukan
kesulitan dan masalah implementasi dan upaya penanggulangan

24
Strategi Implementasi Kurikulum

25
Rencana Implementasi

26
BAB IV

PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Pendidikan adalah dasar utama bagi pembangunan suatu negara. Dengan mengingkatkan
kualitas pendidikan sama artinya dengan negara berinvestasi.
Karena dengan peningkatan kualitas pendidikan, akan melahirkan penerus bangsa yang
cerdas untuk membangun negaranya.
Khususnya di Indonesia, pondasi pembangunan pendidikan perlunya difokuskan terhadap
metode dalam dunia pendidikan tersebut. Dari mulai pengajar, bobot mata pelajaran serta
waktu dalam belajar harus disesuaikan dengan kemampuan peserta didik.
Maka kami menyarankan untuk perbaikan metode kurikulum, agar dipermudah dan
disesuaikan dengan kualitas SDM yang ada karena negara kita masih termasuk negara
berkembang. Dengan metode SMEE yang kami ajukan (Sederhana, Mudah, Efektif,
Efisien) diharapkan cocok dan sesuai dengan kemampuan SDM di Indonesia.

4.2. Saran
Intinya pendidikan itu harus konsisten. Jangan karena gani mentri seenaknya ganti
kebijakan. Harus disesuaikan juga dengan kapasitas SDM yang ada, dan perlu menengok
potret pendidikan di negara maju di dunia.

27
DAFTAR PUSTAKA

artikelsiana. (2015, 2). Pengertian Kurikulum. Diambil kembali dari artikelsiana:


http://www.artikelsiana.com/2015/02/pengertian-kurikulum-fungsi-komponen.html

Maharani, W. (2014, 4 6). Potret Pendidikan Indonesia. Diambil kembali dari


publicanyone: https://publicanonyme.wordpress.com/2014/04/06/potret-pendidikan-
anak-di-indonesia/

Sudjana, N. (1989). Cara Belajar Siswa Aktif-Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung.
Bandung: Sinar Baru.

28

Anda mungkin juga menyukai