Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Hanif Fuadi Ahna

NPM : 180110170021

Pendekatan Karya Sastra Menurut M.H Abrams

Dalam bukunya The Mirror and The Lamp (1971), Abrams mengemukakan sebuah
teori universe-nya terhadap sastra. Teori universe tersebut adalah teori yang merujuk pada
alam semesta. Dalam hal tersebut dapat kita ketahui empat hal yakni pertama ada suatu sastra
(karya seni), kedua ada pencipta (pengarang) karya itu sendiri, kemudian yang ketiga ada
semesta alam yang mendasari lahirnya karya sastra (realitas sosial), keempat ada penikmat
karya sastra (pembaca).

Berdasarkan teori itu, karya sastra dapat dipandang dari empat sudut pandang yaitu:
(a) ekspresif, (b) mimetik, (c) pragmatis dan (d) obyektif. Keempat pendekatan ini nantinya
akan saling berhubungan dengan karya sastra. Dalam uraian selanjutnya akan dibahas pula
mengenai hubungan sastra dengan pembaca dan hubungan sastra dengan pengarangnya.
Pendekatan-pendekatan yang telah disebutkan sebelumnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pendekatan Ekpresif

Secara ekspresif karya sastra merupakan hasil pengungkapan sang pencipta karya
tentang pengalaman, pikiran, perasaan dan sejenisnya. Menurut Lewis, karya sastra bisa
didekati dengan pendekatan ekspresif yakni pendekatan yang berfokus pada diri penulis
(pengarang), imajinasinya, pandangannya, atau kespontanitasnya (1976 : 46).

Dengan kata lain, karya sastra apabila dilihat dari sisi pengarang, karya seni
merupakan karya yang kreatif dan imajiner dan dimaksudkan untuk menghadirkan
keindahan. Dalam kaitannya ini, Esten menyatakan bahwa ada dua hal yang harus dimiliki
oleh seorang pengarang, yakni: daya kreatif dan daya imajinatif. Daya kreatif adalah daya
untuk menciptakan hal-hal yang baru dan asli. Manusia penuh dengan seribu satu
kemungkinan tentang dirinya. Untuk itu, seorang pengarang berusaha memperlihatkan
kemungkinan tersebut, memperlihatkan masalah-masalah manusia yang substil (halus) dan
bervariasi dalam karya-karya sastranya. Sedangkan daya imajinatif adalah kemampuan
pengarang untuk membayangkan, mengkhayalkan, dan menggambarkan sesuatu atau
peristiwa. Seorang pengarang yang memiliki daya imajinatif yang tinggi bila dia mampu
memperlihatkan dan menggambarkan kemungkinan-kemungkinan kehidupan, masalah, dan
pilihan alternatif yang mungkin dihadapi manusia. Kedua daya itu akan menentukan berhasil
tidaknya suatu karya sastra (1978 : 9). Jadi, pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang
didasarkan pada pengarang itu sendiri, baik kaitannya dengan pikiran, sudut pandang serta
imajinasinya terhadap karya sastra yang dibuatnya.

b. Pendekatan Mimetik

Secara mimetik dalam proses penciptaan karya sastra, sastrawan atau seniman tentu
telah melakukan pengamatan yang seksama terhadap kehidupan manusia dalam dunia nyata
lalu membuat perenungan dan pada akhirnya merealisasikannya dalam bentuk sastra.
Pandangan seperti merupakan sebuah pandangan yang merujuk pada alam semesta. Artinya
pendekatan ini menghubungan suatu relasi antara sudut pandang pengarang terhadap
lingkungan di sekelilingnya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam yang
diwujudkan dalam bentuk karya imajinatif. Perwujudan dalam bentuk karya sastra
merupakan kritikannya terhadap lingkungan (alam semesta) yang diutarakan melalui bentuk
yang berbeda. Pada akhirnya, refleksi pengarang tersebut merupakan suatu kejadian yang
nyata yang benar-benar terjadi pada saat itu.

Berbicara mengenai pandangan mimetik terhadap karya sastra, pada dasarnya tidak
dilepaskan dari pikiran Plato. Dalam dialognya Socrates, Plato mengungkapkan bahwa semua
karya seni (termasuk karya sastra) merupakan sebuah tiruan. Tiruan merupakan istilah
relasional yang menyarankan ada dua hal, yakni: yang dapat ditiru dan tiruannya dan
sejumlah hubungan antar keduanya. Meskipun teori ini akhirnya dibantah oleh Aristoteles.

c. Teori Pragmatis

Pendekatan pragmatik menurut Abrams menekankan pada tujuan seniman dan


karakter karya yang sifat dasarnya untuk memenuhi kebutuhan dan kesenangan penikmatnya
(audience). Dalam kaitannya ini, Horace mengungkapkan bahwa seni harus menghibur dan
bermanfaat. Karya seni yang menghibur dan bermanfaat harus dilihat secara simultan, tidak
secara terpisah antara satu dengan yang lainnya. artinya, bagi seniman, dalam proses
penciptaan karya seni antara aspek hiburan dan kebermanfaatan harus diimbangkan. Seorang
seniman hendaknya tidak hanya menonjolkan sisi menghiburnya saja tetapi juga manfaatnya.

Seperti yang kita ketahui, di dalam karya sastra misalnya novel, mengandung nilai-
nilai moral yang dianut oleh masyarakat tertentu. Refleksi seorang pengarang terhadap norma
atau nilai tersebut dapat memberikan manfaat bagi pembacanya. Pendekatan ini tidak hanya
melalui lingkup pembaca namun juga merujuk pada realitas sosial.
d. Teori Obyektif

Pandangan terhadap karya sastra secara obyektif menyatakan bahwa karya sastra
merupakan dunia otonom, yang dapat dilepaskan dari pencipta dan lingkungan sosial-budaya
zamannya. Dalam hal ini, karya sastra dapat diamati berdasarkan strukturnya. Struktur
tersebut merupakan unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam karya sastra. Unsur intrinsik dapat
berupa perwatakan tokoh, alur, setting dan tema. Sedangkan unsur ekstrinsik dapat berupa
psikologis pengarang, keadaan lingkungan dan struktur sosial masyarakat. Pendekatan ini
lebih mengeksploitasi unsur intrinsik sebuah karya sastra (naratif).

Hubungan Sastra dengan Pembaca

Hal tersebut merupakan suatu pendekatan yang didasarkan pada pendekatan


pragmatis. Sebuah karya sastra yang baik haruslah memberikan kontribusi pada penikmatnya.
Dengan kata lain, karya sastra dan pembacanya memiliki hubungan yang erat. Setiap karya
sastra mengandung nilai-nilai atau norma yang ada di masyarakat. Sedangkan setiap pembaca
yang menikmati karya sastra itu akan mendapatkan transformasi nilai-nilai tersebut sehingga
dapat bermanfaat.

Tak hanya itu, karya sastra juga mencerminkan kebudayaan atau realitas yang terjadi
di masyarakat, sebagai karya sastra yang harus memberikan kontribusi, karya sastra disini
berfungsi sebagai pengembang kebudayaan. Sebagai penikmat karya sastra, tentunya
pembaca berperan sebagai pendukung kebudayaan. Hubungan sastra dan pembaca ini
nantinya akan dibahas lebih lanjut dalam teori resepsi, dimana teori tersebut berdasarkan
tanggapan pembaca.

Hubungan Sastra dengan Pengarangnya

Menurut teori ekspresif yang telah dijelaskan sebelumnya, hubungan sastra dengan
pengarangnya merupakan suatu relasi dimana seorang pengarang tidak hanya
mengungkapkan keindahan dalam karya sastra tetapi juga mengungkapkan bagaimana
dirinya melihat fenomena sosial. Fenomena sosial itu dapat berupa kesenjangan sosial,
penyimpangan sosial dan kondisi masyarakat. Seorang pengarang berusaha mengungkapkan
apa yang dirasakan, dipikirtan tentang suatu fenomena sosial seperti kekecawaan,
ketidaksetujuan bahkan kritikannya terhadap pemerintah.

Kaitannya dalam hal ini, karya sastra juga merupakan tempat bagi sastrawan dalam
menuangkan ide, gagasan, pemikiran, ideologi bahkan sudut pandang mereka terhadap
realitas sosial. Bahkan seorang pengarang juga menggunakan karya sastra untuk mengkritik
suatu fenomena sosial. Seorang pengarang juga bermaksud untuk menyampaikan nilai-nilai
moral di masyarakat sehingga nantinya masyarakat memperoleh manfaat dari karya sastra.

KESIMPULAN

Pendekatan menurut M.H Abrams ada empat yaitu: (a) pendekatan ekspresif, (b)
pendekatan mimetik, (c) pendekatan pragmatis, (d) pendekatan obyektif. Pendekatan
ekspresif merupakan pendekatan yang didasarkan pada pengarangnya. Kaitannya dalam hal
ini gagasan, pikiran serta sudut pandang pengarang menjadi fokus utama. Dalam pendekatan
mimetik, alam semesta dan lingkungan masyarakat menjadi fokus utama. Hubungan dengan
hal ini karya sastra merupakan suatu pengungkapan atas apa yang terjadi di alam semesta.
Sedangkan pendekatan pragmatis didasarkan pada masyarakat pembaca. Pembaca merupakan
sasaran untuk menyampaikan nilai-nilai norma dan moral.

Pendekatan obyektif merupakan pendekatan yang berfokus pada unsur struktural yaitu
intrinsik dan ekstrinsik. Plot, penokohan, setting dan alur (unsur intrinsik) dan latar belakang
pengarang, lingkungan sosial (unsur eekstrinsik) adalah hal yang dapat dieksploitasi.
Hubungan sastra dengan pembaca adalah pembaca sastra menjadi penerima nilai-nilai moral,
sedangkan hubungan sastra dengan pengarang adalah pengarang sebagai penyalur unsur
ekstetis, norma dan juga pengkritik sosial.

REFERENSI

Karya Sastra Menurut Teori Abrams | English Dept Of Fkipn


Unlam.http://pbingfkipunlam.wordpress.com. Diakses pada Minggu, 8 Maret 2015 pukul
16:04,

Hubungan Sastra dan Masyarakat.http://achmadadieb.wordpress.com. Diakses pada


Minggu, 8 Maret 2015 pukul 16:08.

Anda mungkin juga menyukai