Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

2.1. Latar Belakang


Puskesmas adalah unit Pembangunan yang mandiri diwilayah kecamatan
dalam arti puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
bertanggung jawab da mempunyai kewenangan sejak dari perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pembangunan kesehatan diwilayah kerja
sesuai dengan situasi, kondisi, kultur, budaya dan potensi setempat serta
mempunyai kewenangan dan kemampuan dalam mencari, menggali dan
mengelola sumber pembiayaan.

Program KIA termasuk satu dari enam program pokok (basic six) Puskesmas
yang bertujuan untuk memantapkan dan meningkatkan mutu pelayanan KIA
secara efektif dan efisien. Program ini bertanggung jawab dalam kegiatan
pelayanan sebagai berikut: pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu
dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, neonatus, bayi baru lahir
dengan komplikasi, bayi, dan balita.
Program Keluarga Berencana adalah program untuk membantu keluarga
termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga
yang baik sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas. Dengan terbentuknya
keluarga berkualitas akan dapat melanjutkan pembangunan. Program Keluarga
Berencana dapat memberikan kontribusi dalam hal mengendalikan jumlah dan
pertumbuhan penduduk juga diikuti dengan peningkatan kualitas penduduk.
Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk yang
tinggi. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2009, jumlah penduduk
Indonesia sebesar 228.140.600 jiwa. Diperkirakan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) jumlah tersebut akan bertambah menjadi 293,5 juta jiwa pada tahun 2050.

1
Hal ini menempatkan Indonesia pada posisi ke empat berdasarkan jumlah
penduduk terbanyak di bawah Cina, India dan Amerika Serikat.

Tingginya jumlah penduduk dipengaruhi oleh faktor antara lain, Laju


Pertumbuhan Penduduk (LPP), angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR),
angka fertilitas total (Total Fertility Rate/TFR), angka kematian bayi (Infant
Mortality Rate/IMR), angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate/MMR) dan
persentase jumlah pasangan usia subur yang menggunakan alat
kontrasepsi/akseptor Keluarga Berencana.
Menurut BKKBN, Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) pada tahun 2009
mengalami penurunan, yakni sebesar 1,14% di mana sebelumnya sebesar 1,36%
pada tahun 2008. Ini sejalan dengan peningkatan keikutsertaan penduduk untuk
KB. Sejalan dengan keberhasilan program KB menurunkan Laju Pertumbuhan
Penduduk, Angka Kematian Ibu melahirkan juga mengalami penurunan, yakni
dari 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2003, menjadi 228/100.000
kelahiran hidup pada tahun 2008 (data resmi SDKI). Keberhasilan program KB
juga mempengaruhi penurunan angka TFR dari 2,6 pada tahun 2007, menjadi
2,31 pada tahun 2009.
Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007 menyatakan
sebanyak 39% wanita Indonesia usia produktif yang tidak menggunakan
kontrasepsi dengan sebaran 19% di pedesaan dan 20% di perkotaan. Kendati
demikian berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan (SDKI), tingkat Pemakai
Alat Kontrasepsi /Contraceptive Prevalence Rate (CPR) di Indonesia sudah
mengalami peningkatan dari 60,3% pada tahun 2002-2003 menjadi 61,4% pada
tahun 2007. CPR merupakan angka yang menunjukkan berapa banyaknya
Pasangan Usia Subur (PUS) yang sedang memakai kontrasepsi pada saat
pencacahan dibandingkan dengan seluruh PUS. Dan dilihat dari pola pemakaian
kontrasepsi yang di gunakan adalah suntik sebesar 31,6%, pil sebesar 13,2%,
Intra Uterine Device (IUD) sebesar 4,8%, Implant 2,8%, Kondom sebesar 1,3%,

2
Medis Operatif Wanita (MOW) sebesar 0,2%, Pantang Berkala 1,5%, Senggama
Terputus 2,2% dan metode lainnya 0,4%.
Pada tahun 2015 hasil evaluasi program KB di Puskesmas Kawatuna adalah
74,3% dari 2.279 pasangan usia subur, sedangkan target Indonesia sehat tahun
2015 adalah 75%. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan evaluasi
program KB, yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas
program KB.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keluarga Berencana (KB)


Program KB pertama kali ditetapkan sebagai program pemerintah pada 29
Juni 1970. Program keluarga berencana adalah pelayanan dalam upaya mengatur
kelahiran, anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui
promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan
keluarga yang berkualitas melalui pemberian pelayanan keluarga berencana (KB)
termasuk penanganan efek samping dan komplikasi bagi peserta JKN.

2.2. Pelayanan KB Berkualitas


Pelayananan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan
menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan
dapat berkonstribusi dalam menurunkan angka kematian ibu dan menurunkan tingkat
fertilitas bagi pasangan yang telah cukup memiliki anak (2 anak lebih baik), serta
meningkatkan fertililitas bagi pasangan yang ingin mempunyai anak.

Metode kontrasepsi meliputi :


- KB alamiah (sistem kalender, coitus interuptus)
- Metode KB hormonal ( pil, suntik, susuk )
- Metode KB non hormonal (kondom, AKDR / IUD, vasektomi, dan
tubektomi)

Berdasarkan UU 36 tahun 2009 Pasal 78 (2) berbunyi Pemerintah bertanggung


jawab dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam
memberikan pelayanan Keluarga Berencana yang aman, bermutu, dan terjangkau

4
oleh masyarakat. Petunjuk Indikator Pelayanan KB tahun 2009 di tingkat Puskesmas
terdiri dari :

1. Dokter umum terlatih standardisasi KB di fasilitas pelayanan KB


2. Bidan dan perawat terlatih standardisasi KB di fasilitas pelayanan KB
3. Bidan di desa yang terlatih standardisasi KB bertugas di Pilindes/Poskesdes.

Berdasarkan UU 36 tahun 2009 Pasal 73 berbunyi pemerintah wajib menjamin


ketersediaan sarana informasi dan sarana pelayanan kespro yang aman, bermutu dan
terjangkau masyarakat termasuk KB dan disebutkan di Pasal 78 (2) yang berbunyi
Pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas
pelayanan, alat dan obat dalam memberikan pelayanan Keluarga Berencana yang
aman, bermutu, dan terjangkau oleh masyarakat. Target pelayanan KB Kemenkes
2010-2014, yaitu persentase fasilits pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan
KB sesuai standar sebesar 100%. Pada tahun 2015, yaitu 75%.
Berdasarkan UU 36 tahun 2009 Pasal 78 (1) berbunyi pelayanan kesehatan
dalam keluarga berencana dimaksudkan untuk pengaturan kehamilan bagi pasangan
usia subur untuk membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas.Untuk dapat
terselenggaranya kegiatan KB di Puskesmas secara optimal, tepat sasaran, efisien,
dan efektif , Dokter maupun Bidan merupakan suatu tim yang saling bekerja sama
dalam melaksanakan tugas. Langkah kegiatan tim pelayanan kesehatan KB Tingkat
Puskesmas adalah:
1. Pendataan sasaran PUS.
2. Konseling KB untuk PUS
3. Pelayanan kontrasepsi sesuai standar
4. Pengadaan Alat dan Obat Kontrasepsi (Alokon)
5. Pelatihan klinis pelayanan kontrasepsi terkini (Contraseptive
Technical Update)
6. Pelatihan peningkatan kinerja pelayanan KB

5
7. Pelatihan penggunaan Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABKP)
8. Penguatan sistem informasi pelayanan KB
9. Supervisi, Monitoring dan Evaluasi.

Pencatatan pelayanan KB di unit pelayanan KB baik pemerintah maupun swasta


a. Pendataan PUS
Pendataan PUS yang terkait dengan perhitungan sasaran program KB dan
kesehatan reproduksi. Pendataan mencakupusia PUS (suami dan istri),
identifikasi PUS 4 T (jumlah dan jarak kelahiran), identifikasi PUS dengan
penyakit kronis.
Pendataan dilakukan setahun sekali, dibuat bersamaan dengan pendataan
keluarga oleh Dinas KB. Untuk melaksanakan pendataan ini dapat dikerjakan
bersama-sama antara Dinas Kesehatan dengan Dinas KB.

b. Registrasi Kohort KB
Registrasi ini digunakan mencatat hasil pelayanan kontrasepi pada
peserta KB lama dan baru setiap hari pelayanan. Registrasi ini digunakan
untuk kurun waktu minimal satu tahun kalender. Informasi dalam register ini
berisikan data hasil pelayanan, keluhan komplikasi, efek samping, kegagalan
KB, dan ganti cara. Hasil pencatatan pada registrasi kohort menjadi sumber
data dalam membuat PWS KB di Puskesmas.

Pelaporan hasil pelayanan KB dilaporkan dalam formulir Laporan Pelayanan


KB. Laporan ini dibuat setiap bulan dan berisi jumlah peserta KB aktif maupun KB
baru., jumlah kasus komplikasi serta jumlah kasus kegagalan kontrasepsi dan
sebagainya. Laporan pelayanan KB di Puskesmas dilaporkan ke tingkat Kab/Kota.
Laporan Tenaga dan Sarana Fasilitas Pelayanan KB. Laporan ini berisi
informasi mengenai jumlah tenaga kesehatan di masing-masing fasilitas pelayanan
KB dan jenis pelatihan teknis yang terkait dengan pelayanan KB. Laporan

6
Ketenagaan dan Sarana Fasilitas KB di Puskesmas dilaporkan ke tingkat Kab/Kota
setiap tahun.
Laporan Bulanan Alokon & BHP. Laporan ini berisi informasi mengenai stok
awal, penerimaan, penggunaan, dan sisa menurut produk masing-masing metode
kontrasepsi serta bahan habis pakai. Laporan Alakon & BHP di Puskesmas
dilaporkan ke tingkat Kab/Kota.

Pengorganisasian adalah pengelompokan berbagai kegiatan yang diperlukan


untuk melaksanakan suatu rencana sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah
ditetapkan dapat dicapai dengan memuaskan. Termasuk di dalam kegiatan ini adalah
pengaturan sejumlah personil yang dimiliki untuk memungkinkan tercapainya suatu
tujuan yang telah disepakati dengan jalan mengalokasikan masing-masing fungsi dan
tanggung jawabnya.

Sistem Pencatatan dan Pelaporan pelayanan KB ini dekembangkan berdasarkan


konsep wilayah. Ini berarti laporan yang dihasilkan mencerminkan gambaran proses
dan pencapaian hasil kegiatan dalam suatu wilayah puskesmas, sehingga akan
tercakup hasil pelayanan yang diberikan oleh Bidan di desa dan Bidan praktek
swasta. Oleh karena itu semua FPK (Fasilitas Pelayanan KB) di wilayah kerja
Puskesmas harus tercakup datanya dalam system informasi KB Puskesmas.
Untuk itu Puskesmas perlu menunjuk stafnya yang berfungsi sebagai
penghubung, antara Puskesmas dengan Fasilitas Pelayanan KB yang ada di
wilayahnya untuk mengumpulkan data hasil pelayanan KB.
Data indikator-indikator cakupan pelayanan KB di Puskesmas, seperti
persentase KB aktif, kejadian komplikasi, persentase PUS ber-KB dan pasangan
pasca melahirkan ber-KB dilaporkan secara bulanan. Sedangkan indikator
ketenagaan, alakon dan BHP dilaporkan secara tahunan.

7
Telah diketahui bahwa tim pelayanan KB terdiri dari Kepala Puskesmas dan Petugas
KIA serta KB yang memiliki beberapa tugas tersendiri, yaitu :

1. Ketua (Kepala Puskesmas)


Sebagai atasan langsung di Puskesmas bertanggung jawab atas pelaksanaan
kegiatan dan keuangan pelayanan kesehatan KB di Puskesmas dan jaringannya.
Mempunyai tugas :
a. Menyelenggarakan fungsi-fungsi Puskesmas dalam wilayah kerja dengan
sebaik-baiknya
b. Mengkoordinir dan membimbing pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen
puskesmas untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
c. Mengkoordinir dan membimbing pembinaan peran serta masyarakat, dan
penyuluhan kesehatan masyarakat oleh Tim pelaksana Puskesmas
d. Menyampaikan POA tahunan hasil Lokmin di awal tahun anggaran kepada
KPA/PPK.
e. Membuat Surat Permintaan Uang (SPU) kepada KPA Dinkes Kab/Kota
dengan melampirkan POA hasil lokmin bulanan atau tribulanan.
f. Menandatangani semua kuitansi pengeluaran.
2. Petugas KB Puskesmas bertugas :
a. Menyelenggarakan pelayanan KIA dan KB di Puskesmas
b. Mencatat kartu KB
c. Mencatat register kunjungan dan register KIA dan KB
d. Memasang IUD dan memberikan pil serta alakon lainnya
e. Menyusun laporan KIA dan KB

8
3. Bidan di luar gedung bertugas:
a. Membina kegiatan KB di luar gedung Puskesmas
b. Melakukan bimbingan teknis KIA-KB yang sesuai standar pelayanan
c. Melaporkan hasil kegiatan bulanan ke Puskesmas.

Pada tahap pelaksanaan, Puskesmas menyusun perencanaan bulanan melalui


lokakarya mini dengan tetap memperhatikan RPK tahunan. Kemudian dilanjutkan
dengan pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan KB.
Pada Kegiatan pengawasan adalah kegiatan yang bertujuan untuk memantau
cakupan dan kualitas pelayanan KB pada setiap fasilitas pelayanan di wilayah kerja,
secara terus menerus agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat.
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KB adalah alat manajemen program KB
untuk memantau cakupan pelayanan KB serta kejadian komplikasi dan kegagalan KB
disuatu wilayah secara terus menerus. PWS KB berperan dalam pendataan,
penggerakan sasaran dan pengalokasian dana agar dapat memahami permasalahan
yang dihadapi secara dini dan berkontribusi terhadap pemecahan masalahnya.
Dengan demikian diharapkan cakupan pelayanan KB dapat menjangkau seluruh
sasaran di suatu wilayah kerja dan menjamin tersedianya pelayanan KB yang
berkualitas.

Tujuan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KB:


a. a.Memantau cakupan pelayanan KB secara teratur (bulanan) dan terus
menerus
b. Menilai kesenjangan antara target yang ditetapkan dengan hasil
pencapaian
c. Menentukan urutan wilayah prioritas yang akan ditangani secara
intensif berdasarkan kesenjangan antara target dengan hasil pencapaian
d. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia

9
Langkah-langkah membuat Grafik PWS KB:
a. Pengumpulan data
b. Perhitungan indikator
c. Pengolahan data
d. Pembuatan grafik PWS KB

10
BAB III

ANALISIS SITUASI

3.1. Gambaran Umum


A. Geografi
Puskesmas Kawatuna mempunyai wilayah kerja seluas 24,01 km2 berada di
kecamatan Palu Selatan meliputi dua kelurahan Kawatuna dan Kelurahan
Tanamodindi. Keadaan geografis sebagian besar merupakan tanah pegunungan
dan sebagian kecil merupakan dataran rendah. Puskesma Kawatuna mempunyai
batas wilayah kerja sbb:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Poboya dan Kelurahan Talise
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Petobo dan Kelurahan Birobuli
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Lasoani dan Kabupaten Parimo
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Lasoani dan Kelurahan Besusu

B. Kependudukan
1. Jumlah Penduduk
Berdasarkan data statistic Kota Palu, jumlah penduduk wilayah kerja
Puskesmas Kawatuna tahun 2015 adalah 15.756 jiwa yang tersebar di dua
kelurahan. Distribusi penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

11
No. Kelompok Umur Lk Pr Jumlah %
1 0-4 tahun 327 320 647 4,1
2 5-9 tahun 724 657 1381 8,7
3 10-14 tahun 775 654 1429 9,1
4 15-44 tahun 4338 4152 8490 53,9
5 45-64 tahun 1603 1559 3162 20,1
6 65 tahun keatas 308 339 647 4,1
8.075 7.681 15.756 100
Tabel III.1 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamindan Golongan Umur
di Wilayah Kerja Puskesmas Kawatuna Tahun 2015

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa persentase jumlah anak, usia


0-4 tahun adalah 4,1% ini menunjukkan tinggi rendahnya tingkat fertilitas.
Penduduk wilayah puskesmas kawatuna tergolong penduduk muda yaitu
jumah penduduk berusia 5-14 tahun cukup tinggi yaitu 2.810 jiwa (17,84%).
Untk penduduk tergolong usia produktif 15-44 tahun merupakan kelompok
enduduk terbanyak yaitu 8490 jiwa (53,9%). Untuk penduduk lanjut usia 65
tahun keatas tergolong rendah 647 jiwa (4,1%).

Adapun pembagian penduduk menurut jenis kelamin menunjukkan


bahwa jumlah penduduk laki-laki sebanyak 8.075 jiwa (51,25%), sedangkan
jumlah penduduk perempuan sebanyak 7.681 jiwa (48,75) dengan demikian
sex rationya adalah 2 yang artinya penduduk laki-laki berbanding sama
dengan penduduk perempuan.

2. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kawatuna adalah 621
jiwa/km2

12
Jumlah Rata-rata
Luas Kepadatan
Jumlah Rumah Jiwa/Rumah
No Kelurahan Wilayah Penduduk
2
Penduduk Tangga Tangga
(km ) /km2
(KK) (KK)

1 KAWATUNA 20,67 3.635 812 4 176

2 TANAMODINDI 4,7 12.121 2420 5 2.579

Jumlah 25.37 15.756 3.232 5 621

3. Sosial Ekonomi
a. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Kaatuna yang terdiri
dari 2 kelurahan, untuk data tahun 2015 tidak tersedia sehinggan tidak
dapat dianalisa.
b. Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk yang ada di wilayah kerja puskesmas
Kawatuna sangat beragam terdiri dari :
 Pegawai Negeri Sipil
 Pegawai Swasta
 TNI / Polisi
 Petani
 Buruh Tambang
 Tukang Kayu/Tukang Batu
 Wiraswasta
 Dan lain-lain

13
C. Pembangunan Kesehatan Daerah
Fungsi Puskesmas di Era desentralisasi ada 3 yaitu:
1. Menggerakkan Pembangunan berwawasan Kesehatan
2. Memberdayakan masyarakat dan memberdayakan keluarga
3. Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama
Mengingat pentingnya fungsi puskesmas dalam pembangunan kesehatan,
maka dibutuhkan rencana strategi setiap 5 tahun yang memuat visi, misi, motto,
strategi dan program Puskesmas Kawatuna sebagai berikut;
a. Visi
Terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat secara merata dan
berkeadilan.
b. Misi
1) Meningkatkan derajat kesehatan melalui upaya kesehatan masyarakat dan
perorangan yang dilakukan secara paripurna, bermutu, adil dan merata.
2) Mendorong kemandirian masyarakat melalui peningkatan upaya-upaya
kesehatan yang bersumber dari masyarakat.
3) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia kesehata secara
berkelanjutan sesuai dengan kompetensinya.
4) Meningkatkan akses pelayanan kesehatan secara merata dan berkeadilan.
5) Meningkatkan mutu layanan kesehatan.
c. Motto
Sehat itu Indah, Sehat itu mahal dan perlu dipertahankan.
d. Strategi
1) Peningkatan mutu SDM puskesmas
2) Peningkatan Kwalitas pelayan kesehatan
3) Peningkatan kerjasama lintas program dan lintas sector
4) Peningkatan mutu kader kesehatan
5) Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan

14
6) Peningkatan mutu layanan kesehatan dengan menerapkan Gugus Kendali
Mutu
7) Turut melaksanakan Pembangunan Nasional yang berwawasan Kesehatan
dengan menitikberatkan pada upaya peningkatan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS).
e. Pokok Program Kegiatan, Indikator dan Target
1) Program Perilaku Sehat, Lingkungan Sehat dan Pemberdayaan
Masyarakat (melalui Upaya kesehatan berbasis masyarakat) meliputi
pokok program :
a) Pokok program peningkatan promosi kesehatan pada masyarakat
dengan strategi pengembangan, penggerakkan potensi masyarakat
sehingga diharapkan secara keseluruhan mampu menolong diri sendiri
dan berperan aktif dalam pembangunan kesehatan. Strategi yang
digunakan melalui :
 Penyuluhan dengan melibatkan masyarakat
 Penyuluhan kesehatan dalam dan luar gedung secara langsung dan
tidak langsung.

15
BAB IV

PEMBAHASAN

Program KB di Puskesmas Kawatuna berpedoman pada Pedoman


penyelenggaraan pelayanan keluarga berencana dalam jaminan kesehatan nasional
berdasarkan peraturan kepala badan kependudukan dan keluarga berencana nasional
nomor 185/PER/E1/2014.
Di Puskesmas Kawatuna, program pelayanan KB diketuai oleh kepala
Puskesmas dan memiliki bidan sebagai petugas KIA serta KB. Kepala Puskesmas
yang berperan sebagai koordinator dan pembimbing peran serta masyarakat dan
penyuluhan kesehatan masyarakat oleh tim pelaksana Puskesmas. Jumlah Bidan yang
terlatih KB di fasilitas pelayanan KB bertugas melaksanakan pelayanan kesehatan
KB di dalam maupun di luar gedung sesuai standar yang ditetapkan.
Kompetensi tenaga kesehatan pada program KB Puskesmas Kawatuna adalah
S1 Keperawatan + Ners/ S1 Keperawatan, D III Keperawatan/ D IV Kebidanan, D III
kebidanan/ S1 kesehatan ditambah pelatihan, memiliki STR dan pernah pelatihan
tenaga KB.
Jika dibandingkan antara kondisi ketenagaan ideal yang dipaparkan di atas
dengan kondisi yang ada di Puskesmas Kawatuna, dapat disimpulkan bahwa bagian
ini sudah terpenuhi. Puskesmas Kawatuna sebagai fasilitas pelayanan tingkat pertama
sudah dilayani oleh bidan dan dokter umum yang berkompeten dalam melakukan
pelayanan tingkat pertama. Dari aspek tersebut, diketahui bahwa faktor ketenagaan
(man) dalam mengelola program KB di Puskesmas Kawatuna berjalan dengan baik.

16
Target pencapaian akseptor KB aktif untuk tahun 2015 adalah 75% dari jumlah
pasangan usia subur di wilayah kerja puskesmas, sedangkan yang dicapai Puskesmas
Kawatuna pada tahun 2015 adalah (74,3%)

Jenis kontrasepsi yang digunakan adalah Pil, suntik, Implan, IUD, Kondom,
MOP (Metode Operasi Pria) dan MOW (Metode Operasi Wanita).

Adapun data persenan penggunaan macam-macam alat kontrasepsi adalah


sebagai berikut:

Metode Kontrasepsi
Pil Suntik Implan IUD Kondom MOP/MOW
Puskesmas
29,1% 29,9% 10,2% 16,9% 4,1% 9,8%
Kawatuna
Tabel IV.1 Data penggunaan alat kontrasepsi puskesmas kawatuna tahun 2015

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jenis alat kontrasepsi yang paling
sering digunakan di puskesma Kawatuna tahun 2015 adalah suntik, selanjutnya pil,
IUD, Implan, MOP/MOW, dan Kondom.

Program KB yang bekerja sama dengan BKKBN, sehingga bagi keluarga


yang ingin KB, ini bisa didapatkan secara cuma-cuma, dan jenis KB nya ialah:

1. Suntik

2. IUD

3. Pil

4. Implan

5. Kondom

17
Program KB lainnya yang dilakukan di luar puskesmas Kawatuna yaitu
penyuluhan KB ataupun konseling yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan
posyandu juga kunjungan ke rumah-rumah warga untuk mendata pasangan usia subur
dan penggunaan KB.

Jika melihat dari program KB yang di jalankan dengan target pencapaian


akseptor KB masih belum mencapai target. Ini disebabkan beberapa faktor yang salah
satunya yaitu kesadaran masyarakat yang masih kurang untuk melaksanakan program
KB dan juga beberapa golongan masyarakat yang sulit di data. Beberapa hal ini yang
membuat tidak tercapainya target yang diharapkan.

Untuk pengorganisasian, diketahui bahwa telah ada pengorganisasian personil


dalam mengelola pelayanan KB. Pengorganisasian ini sudah berjalan baik karena
secara kualitas dan kuantitas personil sudah standarisasi playanan KB, namun tugas
untuk pelaporan data pelayanan KB masih belum berjalan baik.

18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Program KB merupakan salah satu program yang diluncurkan pemerintah
dalam rangka pembangunan kesehatan di Indonesia. Khususnya di Puskesmas
Kawatuna, perhatian khusus harus diberikan terhadap peningkatan kesehatan ibu,
bayi baru lahir dan anak dengan melaksanakan berbagai upaya percepatan
penurunan Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi dan upaya-upaya lain
yang ada di Puskesmas.
Dilihat dari sisi proses terlaksananya program KB di Puskesmas Kawatuna,
masih terdapat kekurangan pada proses actuating (pergerakan-pelaksanaan).
Berdasarkan seluruh informasi yang diperoleh, kekurangan terletak di pencatatan
dan pelaporan serta pengawasan KB belum berjalan dengan baik.
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa program KB di Puskesmas
Kawatuna telah berjalan cukup baik.

5.2. Saran
Dalam rangka perbaikan terhadap beberapa kendala yang dihadapi,
diajukan beberapa saran antara lain:
1. Agar petugas puskesmas lebih proaktif dalam mengambil data ke dokter
praktik swasta sehingga pencatatan lebih maksimal.
2. Meningkatkan kinerja petugas dalam mendata pasangan usia subur dan
pengguna alat kontrasepsi
3. Kegiatan penyuluhan atau promosi tentang KB bisa dibuat menarik agar
minat masyarakat bisa terpacu

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Data dan Informasi diunduh tanggal 18 Januari 2017 dari: www.depkes.go.id


2. MDGs 2015 diunduh tanggal 18 Januari 2017 dari : www.depkes.go.id
3. Puskesmas Kawatuna. Laporan Puskemas Kawatuna tahun 2015. Palu :
Puskesmas Kawatuna
4. Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir di
Indonesia diunduh tanggal 18 Januari 2017 dari :
www.kesehatananak.depkes.go.id

20

Anda mungkin juga menyukai