Anda di halaman 1dari 6

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2014 ISSN : 2302-3805

STMIK AMIKOM Yogyakarta, 8 Februari 2014

GREEN IT READINESS SEBAGAI INDIKATOR PENGUKUR


KESUKSESAN IMPLEMENTASI GREEN IT

Mei Purweni1), Wing Wahyu Winarno2), Warsun Najib3)


1), 2),3)
Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Jln. Grafika 2 Yogyakarta 55281, Telp./Fax:0274 547506
Email :meipurweni.cio.8b@mail.ugm.ac.id 1), wing@ugm.ac.id2), warsun@ugm.ac.id3)

Abstrak Pelaksanaan Green IT Indonesia telah diatur dalam


undang-undang yang terkait dengan perubahan iklim
Green IT merupakan salah satu cara efisiensi yaitu UU No. 6 Tahun 1994 tentang pengesahan United
penggunaan komputasi yang ramah lingkungan. Nations Framework Convention On climate Change
Pengukuran Green IT dapat dilakukan dengan (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa
menggunakan framework Green IT Readiness (G- Mengenai Perubahan Iklim) [4] dan UU No. 17 Tahun
Readiness) untuk menilai kesiapan implementasi Green 2004 tentang pengesahan Kyoto Protocol to The Unites
IT pada suatu perusahaan. G-Readiness terdiri dari lima Nation Framework Convention On climate Change
komponen pengukuran, yaitu: attitude (sikap), policy (Protokol Kyoto Atas Kerangka Kerja Konvensi
(kebijakan), practice (praktek), technology (teknologi) Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Perubahan Iklim)
dan governance (tata kelola). Lima komponen tersebut [5]. UU No. 17 tersebut merupakan wujud komitmen
merupakan kunci untuk mencapai keberhasilan bersama untuk menjaga kestabilan konsentrasi gas
implementasi Green IT bagi organisasi. rumah kaca di atmosfer. Selain dua hal sebelumnya,
pada Konfrensi G-20 dan Konferensi Perubahan Iklim
Kata kunci: Green IT, G-Readiness, pengukuran PBB di Copenhagen COP15 Tahun 2009, Indonesia
berjanji untuk mengurangi emisi karbon tanpa bantuan
1. Pendahuluan Negara lain sebesar 26% pada tahun 2020, atau sebesar
41% dengan bantuan Negara lain. Komitmen pemerintah
Teknologi informasi mengalami perkembangan yang Indonesia adalah pertumbuhan ekonomi sampai tahun
sangat cepat dari waktu ke waktu. Penggunaan dan 2020 sebesar 70%, namun Indonesia juga mengurangi
pemanfaatan Teknologi Informasi (TI) pada saat ini juga emisi karbon sebesar 41%[6]. Menkominfo menyampai -
mengalami peningkatan yang cukup signifikan, saat ini kan surat edaran tentang pemanfaatan TIK ramah
di Indonesia ada sekitar 850 stasiun pemancar TV, lingkungan (Green ICT) di lingkungan instansi
ribuan pemancar radio, 80 juta pesawat TV dan 50-juta penyeelengga Negara, surat No.
pesawat radio, 90.000 BTS jaringan ponsel GSM dan 01/SE/M.KOMINFO/4/2012 tanggal 9 april 2012
CDMA, 25 ribu SSL Desa Berdering, 131 SSL Desa bertujuan untuk untuk meningkatkan kesadaran dan
Pinter, dan 5.748 Pusat Layanan Internet Kecamatan. perubahan perilaku karyawan khususnya di instansi
Dari sisi pelanggan, ada 9 juta pelanggan PSTN, 160 juta pemerintah agar berperilaku ramah lingkungan dalam
pelanggan ponsel, 35 juta pelanggan telepon Fixed menggunakan TIK [7].
Wireless Access, 45 juta pengguna Internet dan 2,5 juta
pengguna broadband. “Produksi voucer pulsa telepon G-Readiness memiliki lima komponen yaitu Attitude,
diperkirakan sekitar 50 juta per tahun dan menjadi Policy, Practice, Technology, Governance [8]. Molla, et
limbah yang juga mencemari lingkungan” [1]. al. menjelaskan bahwa framework G-Readiness terdiri
berdasarkan fenomena ini yang menjadi masalah dari lima komponen penting yang merupakan kunci
berikutnya adalah seberapa besarkah kontribusi TIK dalam keberhasilan implementasi Green IT. Dengan
dalam isu pemanasan global. demikian G-Readiness merupakan kombinasi unik dalam
setiap organisasi sehingga memungkin pengembangan
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh JISC (joint IT yang ramah lingkungan, akuntabel dan terukur. Hal
information services committee) beberapa peneliti ini untuk mendukung organisasi yang rendah karbon.
menyatakan 2% emisi karbon dioksida disumbang oleh Berdasarkan pemaparan di atas, pada paper ini akan
sektor TI. Karena itu, sektor TI sebaiknya dikaji lebih mendalam melalui studi literatur tentang
“menghijaukan” sistemnya, salah satu cara bagaimana G-Readiness sebagai indikator sebagai
“penghijauan” adalah dengan menerapkan Green pengukur kesuksesan Green IT.
Information Technology (IT) [2]. Green IT atau dikenal
sebagai green computing adalah studi dan praktik
merancang, manufacturing, dan menggunakan komputer,
server, monitor, printer, storage device, sistem efisiensi
dan efektifitas komunikasi dan jaringan, dengan dampak
nol atau minimal terhadap lingkungan [3].

2.07-71
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2014 ISSN : 2302-3805
STMIK AMIKOM Yogyakarta, 19 Februari 2014

Kajian Pustaka c. G-Readiness


a. Green IT Bagian ini akan dibahas lebih rinci menegenai
Konsep Green IT telah banyak dikembangkan oleh kemampuan Green IT yang ditunjukkan dengan
penelitian sebelumnya. Berikut definisi Green IT kombinasi Green IT sikap (attitude), kebijakan (policy),
menurut para ahli: praktik (practice), teknologi (technology), dan tata kelola
1) Green IT atau dikenal sebagai green computing (governance) untuk mengurangi emisi yang dihasilkan
adalah studi dan praktik merancang, manufacturing, oleh IT, limbah dan penggunaan air, meningkatkan
dan menggunakan komputer, server, monitor, printer, efisiensi energi, dan menghasilkan green economic [11].
storage device, sistem efisiensi dan efektifitas Berikut ini adalah komponen G-Readiness :
komunikasi dan jaringan, dengan dampak nol atau 1) Green IT Attitude
minimal terhadap lingkungan. Green IT juga tentang Sikap (Attitude) mengacu pada karakteristik sumber
penggunaan TI untuk mendukung, membantu, daya manusia dari seorang pemimpin bisnis dan
menaikkan level inisiatif lingkungan dan membantu pemimpin TI professional. Untuk mengukur sejuah
menciptakan green awareness. Green IT meliputi mana TI dan bisnis memiliki ketertarikan dengan
perangkat keras (hardware), piranti lunak (software), ekonomi, strategis, regulasi, masalah lingkungan dan
alat, strategi, dan praktik untuk meningkatkan dan sosial terkait dengan penggunaan IT. Motivasi
memelihara keberlanjutan lingkungan [3]. seseorang untuk terlibat dengan Go Green tergantung
2) Green IT adalah kemampuan organisasi untuk secara dengan individu masing-masing [12]. Untuk
sistematis menerapkan kriteria keberlanjutan mengetahui hubungan antara sikap dan perilaku
lingkungan hidup untuk mendesain, memproduksi, lingkungan perlu adanya dorongan untuk peduli
mengunakan sumber daya dan pembuangan limbah kepada lingkungan sehingga mengetahui efek
infrastruktur IT serta dalam komponen manusia dan berbahaya dari penggunaan IT. Pengukuran Green IT
manajerial yang ada dalam infrastruktur TI [9] Attitude membantu untuk memahami motivasi
3) Green IT lebih dari sekedar mengurangi emisi karbon subjektif dan kemampuan subjektif dari pemimpin TI
ataupun mengurangi konsumsi energi ICT perusaha- dan bisnis.
an-perusahaan. Green ICT adalah pusat teknologi 2) Green IT Policy
keberlanjutan. Green IT menyediakan: alat pengukur- Kesiapan kebijakan mengukur sejauh mana
an, tempat penyimpanan data, mekanisme pelaporan, kebijakan kelestarian alam dan dikembangkan di
dan teknik mitigasi yang memungkinkan keberlanju– seluruh organisasi. Sebagai contoh, sebagian besar
tan [10]. perusahaan IT tidak memiliki kebijakan yang
mendukung Green IT. Ada banyak hal yang dapat
b. Pendekatan Holistik Green IT dilakukan dalam teknologi yang sesuai dan efektif
Menurut Murugesan dan Gangadharan (2012) untuk dengan menggunakan teknologi yang sudah ada, dan
efisiensi dampak lingkungan pada TI diharuskan ada banyak cara kita dapat mengurangi konsumsi
mengadopsi sebuah pendekatan holistik yang terdiri dari energi dan emisi karbon dari organisasi/perusahaan.
enam komponen [3]: Suatu kebijakan yang efektif untuk mengurangi
1. Green Design : Merancang energi dan lingkungan energi IT di seluruh perusahaan harus komprehensif,
efisien yang terdiri dari komponen komputer, server, koheren dan dikelola dan diawasi dengan benar.
dan cooling equipment Kerangka pengembangan kebijakan meliputi
2. Green Manufacturing: Manufaktur komponen penetapan kebijakan, kebijakan komunikasi,
elektronik, komputer, dan subsistem lainnya dengan implementasi kebijakan, dan pengukuran efektivitas
minimal atau tidak adanya dampak terhadap kebijakan dan strategi mitigasi [13].
lingkungan 3) Green IT Practice
3. Green Use: Mengurangi pengurangan energi pada Kesiapan praktek mengukur suatu kebijakan kedalam
komputer dan sistem informasi lain serta mengguna - sebuah tindakan. Praktek Green IT berkaitan dengan
kannya sesuai dengan kelestarian lingkungan aplikasi yang telah realisasikan dengan
4. Green Disposal: Memperbarui dan menggunakan mempertimbangkan kelestarian lingkungan dalam
kembali komputer lama atau tua serta mendaur ulang infrastruktur TI, operasional dan pembuangan akhir.
komputer dan peralatan elektronik lainnya Setiap organisasi memiliki cara yang berbeda-beda
5. Green Standards and Metrics: Kebutuhan untuk dalam praktek dan menganalisis track record Green
mempromosikan, membandingkan, dan benchmark – IT hardware, software dan penyedia layanan [14].
ing inisatif keberlanjutan, produk, servis, serta prak – Organisasi juga cenderung bervariasi dalam praktek
tiknya mengoperasikan IT dan jaringan infrastruktur dalam
6. Green IT Strategies and Policies: Efektifitas dan data center dan di luar data center di seluruh
strategi serta kebijakan-kebijakan (policies) menam- organisasi dengan cara yang ramah lingkungan
bah nilai dan fokus pada manfaat jangka pendek serta [14][15][16]. Contoh praktek Green IT yaitu
jangka panjang. Ini merupakan strategis dan praktik menggantikan computer tradisional atau PC dengan
bisnis yang selaras juga sebagai komponen kunci laptop. Praktek Green IT akan memberikan
Green IT kontribusi positif untuk menghijaukan infrastruktur
teknis TI. Green IT practice memiliki dua sub

72
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2014 ISSN : 2302-3805
STMIK AMIKOM Yogyakarta, 19 Februari 2014

komponen yaitu procurement dan energy audit dan an besar di Australia, New Zealand dan Amerika
monitor. melalui tes validitas dan reabilitas pengembang -
4) Green IT Technology an model dan instrumen. Survei dilakukan pada
Green IT juga terkait dengan teknologi dan 143 responden. Terdiri dari 32 item dan 10
lingkungan yang lebih ramah lingkungan. Kunci subkomponen dengan skala likert 1-7. Nilai
sukses G-readiness di bidang teknologi adalah maxsimum dari lima komponen tersebut 35 dan
membangun infrastruktur teknologi ramah skala pengukurannya tiap komponennya 1-7.
lingkungan. Green IT technology memiliki empat sub Dalam studi ini dari 143 responden menghasil -
komponen di dalamnya yaitu : IT technical kan nilai G-Readiness 19,3 dari nilai maksimal
infrastruktur, air flow management, cooling system, 35 [8].
dan power delivery. 2. Penelitian mengenai konsep dan pengukuran
5) Green IT Governance Green IT Readiness pada perusahaan di
Tata kelola (Governance) mengacu pada manajemen Finlandia, penelitian tersebut dilakukan oleh
infrastruktur untuk mengimplementasikan Green IT. Maija Tenhunen pada tahun 2012. Green IT
Model ini mendefinisikan tata kelola yang ramah Readiness di Finlandia modifikasi dari G-
lingkungan. Sebuah Green IT membutuhkan Readiness yang dikembangkan oleh Molla et al.
infrastruktur yang baik untuk memahami dampak, G-readiness Finlandia terdiri dari empat kom-
tindakan, dan pengelolaan perusahaan. Green IT ponen yaitu Attitude, Management, Paperless
governance terdiri dari dua sub komponen yaitu office dan Virtualization. Modikfikasi G-
strategic foresight dan resources and metrics. Readiness disesuaikan dengan pasar Finlandia
berdasarkan studi khusus negara sebelumnya.
Model baru meliputi Green IT melalui perspektif
yang agak sempit. Hal ini karena implementasi
Green IT di Finlandia pada umumnya dan saat
ini tidak seperti yang dikembangkan sebagai
kasus yaitu dengan studi literatur dan studi kasus
yang digunakan sebagai dasar dari model
sebelumnya. Fokus di Finlandia adalah efisiensi
energi dan efisiensi penggunaan peralatan, yang
mengapa aspek-aspek ini memimpin pengem-
bangan teori. Pengembangan juga memper-
hitungkan fokus pada proses administrasi
keuangan, faktur pada khususnya. Hasil survei di
Finlandia dari 143 responden, nilai Attitude
memperoleh skor 5.1, Paperless office 4.7,
Virtualization 4.2 dan Management memperoleh
skor terendah yaitu dibawah angka empat, hal ini
menunjukkan bahwa Green IT tidak dikelola
dengan baik dan terstruktur [17].

b. Indikator kesuksesan Green IT


Indikator penentu kesuksesan Green IT adalah
komponen dari G-Readiness, yaitu attitude (sikap),
Gambar 1. Framework G-Readiness (Molla et al. 2009) policy (kebijakan), practice (praktek), technology
(teknologi), dan governance (tata kelola) [11]. Setiap
4. Pembahasan komponen terdiri dari item-item yang digunakan untuk
mengukur tingkat kesiapan Green IT.
a. G-Readiness sebagai pengukur Green IT Penjelasan mengenai indikator-indikator pengukur
Pada penelitian sebelumnya para peneliti telah kesuksesan Green IT :
membahas mengenai penggunaan Green IT 1. Instrumen Attitude (sikap)
Readiness pada organisasi sebagai pengukur a. Perusahaan ini peduli terhadap peraturan
kesuksesan Green IT. Penelitian-penelitian tersebut tentang emisi gas rumah kaca
sebagai berikut:
b. Perusahaan ini peduli terhadap konsumsi
1. Penelitian yang dilakukan oleh Alemayehu
energi IT
Molla, Vanessa Cooper, dan Siddhi c. Perusahaan ini peduli terhadap system
Pittayachawan tahun 2009. Pengukuran terhadap pendinginan dan pencahayaan pada data
lima item G-Readiness yaitu attitude (sikap), center
policy (kebijakan), practice (praktek), d. Perusahaan ini peduli terhadap efisiensi
technology (teknologi) dan governance (tata penggunaan energy pada infrastruktur TI
kelola). Survei dilakukan pada CIO di perusaha - (storage, servers, network)

73
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2014 ISSN : 2302-3805
STMIK AMIKOM Yogyakarta, 19 Februari 2014

e. Perusahaan ini peduli terhadap kontribusi TI l. Relokasi pusat data dengan sumber energi
pada emisi gas rumah kaca m. Mendaur ulang alat-alat yang dapat dipakai
f. Perusahaan ini peduli terhadap dampak kembali (baterai, catridge tinta, dan kertas)
lingkungan yang ditimbulkan oleh organisasi n. Membuang alat-alat IT dengan kesadaran
kami ramah lingkungan
g. Perusahaan ini peduli terhadap dampak o. Menggunakan sumber listrik dari penyedia
lingkungan yang ditimbulkan oleh suppliers energi yang ramah lingungan
h. Perusahaan ini peduli terhadap dampak p. Bekerjasama dengan dengan perusahaan
lingkungan yang ditimbulkan oleh client Green IT professional
i. Perusahaan ini peduli terhadap dampak q. Lebih memilih vendor yang menawarkan
lingkungan yang ditimbulkan dari “take-back”
pembuangan limbah IT 4. Instrumen Technology
2. Instrumen Policy (Kebijakan) a. Konsolidasi dan virtualisasi server
a. Perusahaan memiliki Kebijakan tentang b. Virtualisasi desktop
Corporate social responsibility (CSR) c. Virtualisasi harddisk
terhadap lingkungan sekitar d. Menduplikasi data
b. Perusahaan memiliki kebijakan manajemen e. Menyusun hardisk secara bertingkat
rantai distribusi yang ramah lingkungan f. Optimasi print
c. Perusahaan memiliki kebijakan kelestarian g. Memilih peralatan yang hemat tempat
lingkungan h. Manajemen alur data center
d. Perusahaan memiliki kebijakan beralih i. Mengurangi pendingin ruangan (AC) untuk
sumber energi yang ramah lingkungan data center yang berskala besar
e. Perusahaan memiliki kebijakan untuk j. Adanya pendingin rungan menggunakan air
membeli infrastruktur TI yang ramah dengan pompa dan kipas
lingkungan k. Adanya lorong ventilasi udara panas/dingin
f. Perusahaan memiliki kebijakan tentang data pada layout data center
center yang ramah lingkungan l. Mengupgrade UPS yang lebih hemat energi
g. Perusahaan memiliki kebiijakan untuk m. Penghematan udara dan air
pengunaan IT untuk mengurangi limbah n. Cairan pendingin untuk alat-alat IT
karbon o. Memasang lampu yang lebih hemat energi
h. Perusahaan memiliki kebijakan untuk para p. High voltage AC power
pegawai menggunakan IT yang hemat energi q. Perlatan IT yang memakai DC
i. Perusahaan memiliki kebijakan mengenai r. Peralatan yang memiliki mode stand by yang
manajemen limbah IT hemat energi
j. Perusahaan memiliki kebijakan teknologi s. Mengganti peralatan yang tidak hemat energi
informasi yang ramah lingkungan t. Mematikan komputer jika tidak digunakan
3. Instrumen Practice (praktek)
a. Perusahaan memilih supplier yang memiliki 5. Instrumen Governance
track record yang ramah lingkungan a. Perusahaan ini bertujuan untuk mengurang
b. Perusahaan menitik beratkan pada pengadaan limbah karbon
IT yang ramah lingkungan b. Mendefinisikan peran untuk berkoordinasi
c. Perusahaan mempersingkat periode dalam bisnis Green IT
pengantian peralatan IT untuk menuju c. Top management mendiskusikan Green IT
peralatan yang lebih hemat energi sebagai isu utama
d. Perusahaan mempertimbangkan faktor d. Tanggung jawab yang jelas terhadap IT yang
lingkungan yaitu desain infrastruktur tempat ramah lingkungan
(pencahayaan, power delivery, cooling e. CIO memainkan peran dalam inisiatif Green
system) dan infrastruktur IT IT dan non IT
e. Perusahaan mengaudit sistem IT dan f. Mengalokasikan anggaran dan sumber daya
teknologi yang hemat energi lainnya untuk Green IT.
f. Mematikan daya data center dan peralatannya g. Memperkirakan dampak dari inisiatif Green
jika tidak diperlukan IT
g. Mengoperasikan sistem IT dengan perilaku h. Memiliki mekanisme untuk memantau kinerja
yang hemat energi supplier Green IT
h. Menekan konsumsi daya pada PC i. IT bertanggung jawab terhadap biaya listrik
i. Mengimplementasikan proyek IT untuk j. Perusahaan menunjukkan kesiapan yang
memonitor limbah karbon perusahaan memadai untuk Green IT
j. Mencetak bolak-balik pada kertas
k. Menganalisis biaya IT secara terpisah dari Dari penjabaran di atas dapat diketahui bahwa Green IT
dana keseluruhan perusahaan readiness dapat digunakan sebagai salah satu indikator

74
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2014 ISSN : 2302-3805
STMIK AMIKOM Yogyakarta, 19 Februari 2014

pengukuran untuk menentukan kesuksesan implementasi [7] Surat edaran Menkominfo No.
Green IT. Komponen-komponen G-Readiness tersebut 01/SE/M.KOMINFO/4/2012, “Pemanfaatan TIK
dapat diimplementasikan pada organisasi maupun ramah lingkungan (Green ICT) di Lingkungan
instansi yang memanfaatkan it sebagai salah satu sarana Instansi Negara, tanggal 9 april 2012.
penunjang proses bisnis perusahaan dalam mengukur [8] Molla, A., Cooper, V.A. and Pittayachawan, S.
tingkat kesiapan dan kesuksesan Green IT. Diharapkan (2009) IT and eco-sustainability: Developing and
Green IT dapat meningkatkan awareness dari validating a green IT readiness model. In
perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan IT tersebut, International Conference of Information Systems,
sehingga dapat menciptakan lingkungan IT yang ramah Phoenix, AZ, December 15–18.
lingkungan. [9] Gholamreza Nazari, H. K. (2011). Mission
Possible: Becoming Green and Sustainable An
3. Kesimpulan empirical study on Green IT Adoption and
underlying. Sweden: Västerås Stad and Mälardalen
Pemanasan global merupakan salah satu permasalahan University.
pelik yang dihadapi bumi saat ini. Menurut beberapa [10] Philipson, G. (2010). A Green ICT Framework:
penelitian, sektor IT turut berkontribusi terhadap Understanding and Measuring Green ICT. New
peningkatan pemasan global. Konsep Green IT
South Wales: Connection Research.
merupakan salah satu solusi untuk mengatasi
[11] Molla, Alemayehu; Cooper, Vanessa; and
permasalahan tersebut. Salah satu framework yang dapat Pittayachawan, Siddhi (2011) "The Green IT
digunakan untuk mengukur kesiapan Green IT di suatu Readiness (G-Readiness) of Organizations: An
organisasi atau instansi yaitu G-Readiness. G-Readiness Exploratory Analysis of a Construct and
merupakan teknik untuk mengukur kesuksesan Green IT
Instrument," Communications of the Association
dengan melibatkan beberapa instrumen pengukuran, for Information Systems: Vol. 29, Article 4.
yaitu: sikap (attitude), kebijakan (policy), praktik [12] Galtung, J. (1986) ―The Green Movement: A
(practice), teknologi (technology), dan tata kelola Socio-Historical Exploration‖, International
(governance). Pengukuran Green IT dapat digunakan
Sociology (1)1, p. 75.
sebagai bahan evaluasi bagi suatu perusahaan dalam
[13] Ningsih. Nunung Isnaini Dwi, Usulan Model
menerapkan tata kelola infrastruktur ti dan non-ti yang Penerapan Green IT Perguruan Tinggi Islam,
ramah lingkungan. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi
2012 (SNATI 2012) Yogyakarta, Juni 2012.
[14] CFO (2009) The Next Wave of Green IT: IT’s Role
Daftar Pustaka in the Future of Enterprise Sustainability,
[1] Handayani, Ida dan Rolanda, ivo (2012) Analisis
www.CFO.com.
Peran Eco-Industrial Park pada Industri
[15] Accenture (2008) Data Centre Energy Forecast
Telekomunikasi di Indonesia untuk mewujudkan Final Report, www.accenture.com.
Green ICT yang Efektif dan Efisien. Majalah Ilmiah [16] Velte, T.J., Velte, A.T. and Elsenpeter, R. (2008)
UNIKOM Vol.10, No.2. Green IT: Reduce Your Information System’s
[2] Yefta, Saron Kurniawati dan Muljadi Asley Yvonne
Environmental Impact While Adding to the Bottom
Eyeni, Pengukuran tingkat implementasi Green Line, McGraw-Hill, New York.
Computing pada departemen network dan [17] Tenhunen, Maija (2011) Conceptualizing and
departemen facilities management PT XL Axiata, Measuring Green IT Readiness in Finnish
Tbk. Cabang Bandung, Unversitas Kristen Companies. Application Area: Electronic Invoice.
Maranatha, Bandung.
Department of Information and Service Economy
[3] Murugesan, San. dan Gangadharan, G.R.,
Aalto University School of Economics.
“Harnessing Green IT Principles and Practices”.
United Kingdom: John and Sons, Ltd., Publication,
2012.
Biodata Penulis
[4] Undang Undang No. 6 Tahun 1994, Tentang :
Pengesahan United Nations Framework Convention Mei Purweni, memperoleh gelar Sarjana Komputer
On Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja (S.Kom), Prodi Teknik Informatika Universitas Islam
Perserikatan Bangsa Bangsa Mengenai Perubahan Indonesia, lulus tahun 2011. Sekarang sedang
Iklim), 1994. menempuh Program Pasca Sarjana Magister Teknologi
[5] Undang-Undang Republik Indonesia No.17 Tahun Informasi Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
2004, Tentang : Pengesahan Kyoto Protokol To The
Wing Wahyu Winarno, memperoleh gelar Sarjana
United Nations Framework Convention On Climate
Ekonomi (S.E), Jurusan Akuntansi Universitas Gadjah
Change (Protokol Kyoto atas konvensi kerangka
Mada Yogyakarta, lulus tahun 1987. Memperoleh gelar
kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa), 2004.
Master of Accountancy and Financial Information
[6] Green ICT Indonesia, The UNFCCC (United Nations
System (MAFIS) College of Business, Cleveland State
Framework Convention On Climate Change)
University, Ohio U.S.A., lulus tahun 1994. Memperoleh
Copenhagen, 2009.
gelar Doktor pada Pasca Sarjana Ilmu Akuntansi

75
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2014 ISSN : 2302-3805
STMIK AMIKOM Yogyakarta, 19 Februari 2014

Universitas Indonesia, Jakarta. Saat ini menjadi Dosen di


STIE (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi) YKPN
Yogyakarta.
Warsun Najib, memperoleh gelar Sarjana memperoleh
gelar Sarjana Teknik (S.T.) Jurusan Teknik Elektro
UGM Yogyakarta, lulus tahun 1997. Memperoleh gelar
Master of Science (M.Sc.) Information &
Communication Technology Agder University Collage
Norway, lulus tahun 2003. Saat ini menjadi staf pengajar
JTETI Fakultas Teknik UGM Yogyakarta.

76

Anda mungkin juga menyukai