Anda di halaman 1dari 14

STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK

PADA KLIEN LANJUT USIA


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Komunikasi Keperawatan

DISUSUN KELOMOK 5, OLEH :


1. Mufli Chatul Azizah
2. Niken Kusuma Wardani
3. Nikkla Takhani
4. Ninik Lestari
5. Novi Kurniasari
6. Nur Afni Alawiyah
7. Nur Rohmah
8. Ria Fitri Rohmah

DIII KEPERAWATAN
STIKKES ANNUR PURWODADI
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya
sehingga makalah yang berjudul “Strategi Komunikasi Terapeutik Pada Klien
Lanjut Usia” dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih atas bantuan dari berbagai pihak yang telah berkontribusi dengan memberi
dukungan moral dan materil dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada Bu
Dewi Hapsari, SKM., M.Kes selaku guru pengampu mata kuliah Komunikasi
Keperawatan, yang telah memberikan bimbingan, saran dan idenya kepada kami
sebagai penyusun.
Kami harapkan makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran sehingga
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman kami sebagai penyusun. Oleh karena itu, Kami
mengharapkan saran yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan
makalah ini.

Purwodadi, 2 Juni 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan
hidup diri sendiri yang meliputi keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran
pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi
pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, teatnya untuk
memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat
tersebut (Pearson dan Nelson dalam Mulya 2009:5)
Semakin tua umur seseoang, maka semakin rentan kesehatannya. Terdapat
banyak buki bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia tidak hanya
bergantung pada kebutuhan biomedis semata namun juga bergantung kepada
kondisi sekitarnya, seperti perhatian yang lebih terhadap keadaan sosial, ekonomi,
kultural, bahkan psikologis dari pasien. Walaupun perbaikan pada pelayanan
kesehatan cukup signifikan pada pasien lansia, namun perlu adanya komunikasi
yang baik dan empati terutama dari keluarga dalam penanganan kesehatan lansia.
Hubungan saling memberi dan menerima antara perawat dan pasien dalam
pelayanan keperawatan berupa komunikasi terapeutik yang penting dan berguna
bagi pasien yang dapat memberikan pengertian tingkah laku pasien dan membantu
pasien dalam menghadapi persoalan yang dihadapi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian komunikasi dan lansia?
2. Bagaimana pendekatan perawatan klien lanjut usia dalam konteks komunikasi?
3. Bagaimana teknik komunikasi pada klien lanjut usia?
4. Bagaimana hambatan berkomunikasi pada klien lanjut usia?
5. Bagaimana teknik dalam perawatan klien lanjut usia pada reaksi penolakan?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian komunikasi dan lansia
2. Mengetahui pendekatan perawatan klien lanjut usia dalam konteks
komunikasii
3. Mengetahui teknik komunikasi pada klien lanjut usia
4. Mengetahui hambatan berkomunikasi pada klien lanjut usia
5. Mengetahui teknik dalam perawatan klien lanjut usia pada reaksi penolakan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Dan Lansia


Komunikasi merupakan suatau hubungan atau kegiatan kegiatan yang
berkaitan dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebaagai saling tukar-
menukar pendapat serta dapat diartikan hubungan kontak antara manusia baik
individu maupun kelompok. (Widjaja, 1986 : 13). Komunikasi adalah elemen
dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan,
mempertahankan, dan meningkatkan kontak dengan orang lain. (Potter & Perry,
2005 : 301) komunikasi yang biasa dilakukan pada lansia bukan hanya sebatas
tukar-menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dan hubungan intim
yang terapeutik.
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam
ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu.
Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara
perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan
menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit
degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode
terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4).
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga
kelompok yakni :
1. Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru
memasuki lansia.
2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
B. Pendekatan Perawatan Klien Lanjut Usia Dalam Konteks Komunikasi

Komunikasi pada klien lansia memerlukan pendekatan-pendekatan sebagai


berikut:

1. Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian-
kejadian yang dialami pasien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik
pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan
dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresifnya.
Perawatan fisik secara umum bagi pasien lanjut usia dibagi atas dua bagian
yaitu
a. Pasien lanjut usia yang masih aktif, keadaan fisiknya masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga kebutuhan sehari-hari masih
mampu melakukan sendiri
b. Pasien lanjut usia yang pasif (tidak dapat bangun), keadaan fsinya
mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar
perawatan pasien lanjut usia tentang hal yang behubungan dengan
kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya sehingga
mencegah timbulnya peradangan.
2. Pendekatan psikis
Perawat harus mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter,
interpreter terhada segala sesuatu yang asing, dan sebagai sahabat yang akrab.
Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberi
kesempatan dan waktu yang cukupuntuk menerima berbagi bentk keluhan
agar lanjut usia dapat puas. Perawat harus memegang prinsi sabar, simatik,
dan sevise. Dalam mengubah tingkah laku dan pandangan lanjut usia, perawat
bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap.
3. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama
dengan sesama klien lanjut usia dapat menciptakan sosialisasi mereka. Para
lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar dengan kegiatan
menonton tv, mendengarkan radio, atau membaca majalah dan surat kabar.
4. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungan klien lanjut usia dengan Tuhan atau agama yang dianutnya.
Teutama bila klien lanjut usia dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.
Perawat harus memiliki semangat dan pantang menyerah agar klien lanjut
usia ikut bersemangat, terutama klien lanjut usia yang terkadang merasa
dirinya terbuang dan sakit karena tua.

C. Teknik Komunikasi Pada Klien Lanjut Usia


Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain
pemahaman yang memadai tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan atau
perawat juga harus mempunya tehnik-tehnik khusus agar komunikasi yang
dilakukan dpat berlangsung lancar dan sesuai dengan tujuan yang di inginkan.
Beberapa tehnik komunikasi yang dapat diterapkan anatara lain :
1. Tehnik Asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara
dengan menunjukkan sikap peduli, sabar mendengarkan dan memperhatikan
ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat
dimengerti. Asertif merupakan pelaksanaan etika berkomunikasi. Sikap ini
akan sangat membantu petugas kesehatan untuk menjaga hubungan yang
terapeutik dengan klien lansia.
2. Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien
merupakan bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat
mengetahui adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun
hendaknya segera menanyakan atau klarifikasi tentang perubahan tersebut,
misalnya dengan mengajukan pertanyaan, "Apa yang sedang Bapak/Ibu
pikirkan saat ini ? Apa yang bisa saya bantu ?". Berespon berarti bersikap
aktif, tidak menunggu bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan
ini akan menciptakan perasaan tenang bagi klien.
3. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi
komunikasi yang diinginkan. Ketika klien mengungkapkan pernyataan-
pernyataan diluar materi yang diinginkan, maka perawat hendaknya
mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu diperhatikan karena
umumnya klien lansia senang menceritakan yang mungkin tidak relevan
untuk kepentingan petugas kesehatan
4. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia baik pada aspek fisik maupun psikis
secara bertahap menyebabkan emosi klien relatif menjadi labil. Perubahan ini
perlu disikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien lansia, misalnya dengan
mengiyakan, senyum dan menganggung kepala ketika lansia mengungkapkan
perasaannya sebagai sikap hormat dan menghargai sesama lansia berbicara.
Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia
tidak merasa menjadi beban bagi keluarganya, dengan demikian diharapkan
klien termotivasi untuk mandiri dan berkarya sesuai kemampuannya. Selama
memberi dukungan baik secara moril maupun materil, petugas kesehatan
jangan sampai terkesan menggurui atau mengajari klien karena ini dapat
merendahkan kepercayaan klien kepada perawat atau petugas kesehatan
lainnya. Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi, meningkatkan
kepercayaan diri klien tanpa terkesan menggurui atau mengajari misalnya :
"Saya yakin Bapak/Ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk itu kami yakin
Bapak/Ibu mampu melaksanakan....dan bila diperlukan kami siap
membantu".
5. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi dengan lansia, sering proses
komunikasi tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara
mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali
perlu dilakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat diterima
dan dipersepsikan sama oleh klien. "Bapak/Ibu bisa menerima apa yang saya
sampaikan tadi ? bisa minta tolong Bapak/Ibu untuk menjelaskan kembali apa
yang saya sampaikan tadi?"
6. Sabar dan Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya bahwa klien lansia umunya mengalami
perubahan-perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan.
Perubahan ini bila tidak disikapi dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan
perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang dilakukan tidak
terpeutik, solutif, namun dapat berakibat komunikasi berlangsung emosional
dan menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan petugas
kesehatan.
D. Hambatan Berkomunikasi Pada Klien Lanjut Usia
Komunikasi dengan lansia dapat terganggu jika ada sikap agresif dan nonasertif.
1. Agresif
a. Berusaha mengontrol & mendimonasi orang lain.
b. Meremehkan orang lain.
c. Menonjolkan diri sendiri.
d. Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain.
e. Mempermalukan orang lain di depan umum, baik dengan perkataan
maupun perbuatan.
2. Nonasertif
a. Menarik diri bila diajak bicara.
b. Merasa rendah diri.
c. Merasa tidak berdaya.
d. Tidak berani mengungkapkan keyakinan.
e. Pasif.
f. Mengikuti kehendak orang lain.
g. Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya.
h. Mengorbankan kepentingan diri sendiri untuk menjaga hubungan baik
dengan orang lain.
Agar komunikasi dapat berlangsung efektif, antara lain:

1. Mulai komunikasi dengan mengecek fungsi pendengaran klien


2. Keraskan suara anda jika perlu
3. Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia sehingga dia
dapat melihat mulut anda
4. Atur lingkungan sehingga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik.
Kurangi gangguan visual dan auditori. Pastikan adanya pencahayaan yang
cukup.
5. Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat
kelemahannya. Jangan menganggap kemacetan komunikasi merupakan hasil
bahwa klien tidak kooperatif.
6. Jangan berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama dengan orang
yang tidak mengalami gangguan. Sebaliknya bertindaklah sebagai partner
yang tugasnya memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan
pemahamannya.
7. Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya, gunakan kalimat
pendek dengan bahasa yang sederhana.
8. Bantulah kata-kata anda dengan isyarat visual
9. Serasikan bahasa tubuh anda dengan pembicaraan anda, misalnya ketika
melaporkan hasil tes yang diingingkan, pesan yang menyatakan bahwa berita
tersebut adalah bagus seharusnya dibuktikan dengan ekspresi, postur dan
nada suara anda yang menggembirakan ( misalnya dengan senyum, ceria atau
tertawa secukupnya )
10. Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut
11. Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan
anda.
12. Biarkan dia membuat kesalahan, jangan menegurnya secara langsung, tahan
keinginan anda untuk menyelesaikan kalimat
13. Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit mendengarkannya
14. Arahkan kesuatu topik pada suatu saat
15. Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat dalam ruangan bersama
anda. Orang ini biasanya paling akrab dengan pola komunikasi klien dan
dapat membantu proses komunikasi.

E. Teknik Dalam Perawatan Klien Lanjut Usia Pada Reaksi Penolakan


Penolakan adalah ungkapan ketidakmampuan seseorang untuk mengakui
secara sadar terhadap pikiran, keinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadian
– kejadian nyata atau sesuatu yang merupakan ancaman. Penolakan merupakan
reaksi ketidaksiapan lansia menerima perubahan yang terjadi pada dirinya.
Langkah untuk menghadapi klien lansia dengan penolakan, antara lain :
1. Kenali segera reaksi penolakan.
Biarkan klien bertingkah laku pada tenggang waktu tertentu untuk beradaptasi.
Kemudian lakukan :
a. Identifikasi pikiran – pikiran yang paling membahayakan dengan cara
mengobservasi klien bila sedang dalam puncak reaksi.
b. Ungkapkan kenyataan yang dialami klien secara perlahan.
c. Jangan menyokong penolakan klien.
2. Orientasikan klien lansia pada pelaksanaan perawatan diri sendiri untuk
mempermudah proses penerimaan klien terhadap perawatan yang akan
dilakukan serta upaya untuk memandirikan klien dengan cara sbb:
a. Libatkan klien dalam perawatan dirinya.
b. Puji klien karena usahanya.
c. Membantu klien untuk mengungkapkan keresahan atau perasaan
sedihnya dengan menggunakan pertanyaan terbuka, mendengarkan dan
meluangkan waktu bersama.
3. Libatkan keluarga atau pihak terdekat untuk membantu perawat memperoleh
sumber informasi atau data dan mengefektifkan rencana / tindakan agar dapat
terealisasi dengan baik. Dapat dilakukan dengan cara :
a. Melibatkan keluarga atau pihak terdekat dalam membantu klien untuk
menentukan perasaanya.
b. Meluangkan waktu untuk menerangkan kepada mereka yang
bersangkutan tentang masalah klien dan hal – hal yang dapat dilakukan
dalam rangka membantu.
c. Hendaknya pihak lain memuji usaha klien dalam usaha untuk menerima
kenyataan.
d. Menyadarkan pihak terkait akan pentingnya hukuman (bukan fisik)
apabila klien menggunakan penolakan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Strategi komunikasi terapeutik pada lansia dapat terlaksana dengan baik yaitu
dengan:
1. Memahami pengertian komunikasi dan lansia
2. Memahami dan melaksanakan pendekatan perawatan klien lanjut usia dalam
konteks komunikasi
3. Memahami dan melaksanakan teknik komunikasi pada klien lanjut usia
4. Memahami dan mengatasi hambatan berkomunikasi pada klien lanjut usia
5. Memahami dan melaksanakan teknik dalam perawatan klien lanjut usia pada
reaksi penolakan
B. Saran
Sebagai perawat hendaknya memahami strategi komunikasi terapeutik dengan
baik agar dalam proses asuhan keperawatan terlaksana dengan baik dan tercapai
kesembuhan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/29284699/KOMUNIKASI_PADA_KLIEN_LANSIA
https://www.google.com/url?sa=t&sourc=web&rct=j&url=https://karyatulisilmiah
.com/teknik-komunikasi-pada-lansia
https://www.google.com/url?sa=t&sourc=web&rct=j&url=https://akakomunikasi.
com/strategi-komunikasi-pada-lansia-berkebutuhan-khusus

Anda mungkin juga menyukai